Anda di halaman 1dari 11

MAKIAN DALAM BAHASA MANGGARAI

DIALEK COLOL MANGGARAI TIMUR

Maria Julmitri Grey Wendardins Ranus


Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma
Email: greyranus@gmail.com

ABSTRAK

Artikel ini membahas makian dalam bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai Timur di desa Colol,
Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Artikel
ini mendeskripsikan (i) sejarah masyarakat Manggarai, keadaan geografis, penduduk, dan keadaan
bahasa Manggarai, (ii) jenis-jenis makian menurut referennya dalam bahasa Manggarai dialek Colol
Manggarai Timur, (iii) faktor-faktor yang memengaruhi makian dalam bahasa Manggarai dialek
Colol Manggarai Timur. Ditemukan ada sebelas jenis makian dalam bahasa Manggarai dialek Colol
Manggarai Timur di desa Colol, Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu (i) makian yang menunjuk pada binatang, (ii) makian yang
menunjuk pada tubuh binatang, (iii) makian yang menunjuk pada sikap atau watak jelek manusia,
(iv) makian yang menunjuk pada bagian tubuh manusia, (v) makian yang menunjuk pada mahluk
halus, (vi) makian yang menunjuk pada pekerjaan nista, (vii) makian yang menunjuk pada benda
mati, (viii) makian yang menunjuk pada keadaan tertentu, (ix) makian yang menunjuk pada hubungan
seksual, (x) makian yang menunjuk pada warna kulit, (xi) makian yang menunjuk pada ukuran
badan. Terdapat empat faktor yang memengaruhi penutur bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai
Timur menggunakan makian, yaitu (i) menunjukkan keakraban, (ii) mengungkapkan emosi, (iii)
menghina, dan menciptakan kesetaraan sosial.
Kata kunci: makian, bahasa Manggarai, dialek Colol Manggarai Timur, semantik, sosiolinguistik.

1. PENDAHULUAN dan sebagainya. Sebagai alat komunikasi,


Bahasa Manggarai digunakan oleh penuturnya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono untuk berinteraksi. Masyarakat mempunyai
2008: 863), maki adalah mengeluarkan kata- kebiasaan, watak, dan cara hidup yang berbeda-
kata (ucapan) keji (kotor, kasar, dan sebagainya) beda, yang tidak disadari telah mempengaruhi
sebagai pelampiasan kemarahan atau rasa pemilihan perbendaharaan kata. Dalam
jengkel dan sebagainya. Sementara, kata berinteraksi, penutur kadang-kadang melibatkan
makian adalah kata keji yang diucapkan emosi secara verbal maupun nonverbal. Emosi
karena marah dan sebagainya.Makian tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor
mempunyai arti yang tidak jauh berbeda baik faktor dari dalam dirinya maupun faktor
dengan kata umpatan, yaitu ‘perkataan yang dari luar dirinya yaitu lingkungan sekitar.
keji-keji atau kotor yang diucapkan karena Kadang emosi tersebut diungkapkan secara
marah, jengkel atau kecewa’. verbal dengan cara yang berlebihan dalam
Menurut Baryadi (1983: 37), bahasa bentuk sebuah makian atau dalam bahasa
merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan, Manggarai disebut tida.
yang sama dengan masyarakat yang lain, Memaki sebagai alat untuk
seperti perkawinan, pewarisan harta peninggalan mengekspresikan perasaan marah, jengkel,

118
Maria Julmitri Grey Wendardins Ranus – Makian dalam Bahasa Manggarai .... 119

dan untuk menunjukkan keakraban rupanya dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap
dapat pula menjadi cermin dari nilai-nilai manusia dan masyarakat. Oleh karena itu,
yang berkembang di masyarakat itu, tetapi semantik mencakup makna-makna kata,
sekaligus juga menggambarkan seberapa jauh perkembangannya, dan perubahannya
penutur bahasa tertentu telah mengeksploitir (Tarigan, 1986: 18). Dalam kacamata semantik,
bahasanya untuk mengungkapkan perasaan ada tiga elemen bahasa, yaitu bentuk, makna,
yang dalam (Sunaryono, 1983: 6 dikutip oleh dan referen. Bentuk-bentuk kebahasaan
Baryadi 1983: 38). memiliki hubungan dengan makna yang
Setiap bahasa memiliki kata makian dinyatakan. Hubungan antara bentuk dan
tersendiri yang berbeda dengan kata makian makna bersifat arbitrer dan konvensional. Sifat
yang ada dalam bahasa lain. Dalam penelitian arbitrer mengandung pengertian tidak ada
ini dibicarakan kata-kata makian dalam hubungan kausal, logis, alamiah, ataupun
bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai historis, dan sebagainya antara bentuk dan
timur. makna. Sedangkan sifat konvensional
Berikut ini contoh kata makian dalam menyarankan bahwa hubungan antara bentuk
bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai dan kebahasaan dan maknanya terwujud atas
Timur yang sering digunakan dalam dasar konvensi atau kesepakatanbersama
komunikasi sehari-sehari: (Wijana dan Rohmadi, 2011: 4).
Bentuk kebahasaan memiliki hubungan
(1) Acu ceing kole ata emi barang daku? dengan konsep dalam pikiran manusia yang
anjing siapa lagi orang ambil barang disebut dengan makna (sense), dan konsep ini
saya? lazimnya berhubungan dengan sesuatu atau
“Anjing siapa yang mengambil barang hal yang ada diluar bahasa yang disebut
saya?” referen (Wijana dan Rohmadi, 2011: 4).
(2) Haer keta nggolo dandang ranga hitu a Referen tidak selalu sesuai dengan
Sama seperti pantat dandang muka itu a simbol, karena konsep sebuah referen dapat
“Mukamu seperti pantat dandang” dipahami jika sesuai dengan rujukan. Simbol
(kata, rangkaian kata, gambar gerak, isyarat
Pada contoh (1) terdapat kata makian dan semua representasi gambar maupun
yaitu acu yang berarti anjing. Makian acu bunyi imitatif) mengarahkan secara
(anjing) termasuk dalam jenis makian yang langsung, mengorganisasi, merekam, dan
menunjuk pada binatang.Pada contoh (1) kata mengomunikasikan pemikiran atau referensi
makian tersebut digunakan adalah untuk tersebut. Simbol-simbol yang telah diproses di
mengungkapkan kemarahan atau emosi. dalam pemikiran atau referensi tersebut
Pada contoh (2) terdapat kata makian kemudian dikomunikasikan lagi dengan fakta
nggolo yang berarti pantat.Makian ini dan kejadian. Fakta dan kejadian inilah yang
termasuk dalam jenis makian yang menunjuk disebut referen (Wijana, 2004: 4).
pada bagian tubuh manusia. Pada contoh (2) Referen adalah objek atau hal yang
kata makian tersebut digunakan dalam ditunjuk peristiwa, fakta dalam dunia
konteks bercanda (apabila telah akrab) dan pengalaman manusia (Djajasudarma, 1993:
konteks menyindir. 24).Referen merupakan salah satu bagian dari
segitiga semiotik, selain simbol dan rujukan
(Richards, 1923: 14). Referen tidak selalu
2. LANDASAN TEORI sesuai dengan simbol, karena konsep sebuah
referen dapat dipahami jika sesuai dengan
Semantik memiliki arti tanda atau rujukan. Pemikiran atau referensi sangat
lambang. Semantik menelaah lambang- dipengaruhi oleh bahasa dan simbol (Martiret,
lambang atau tanda-tanda yang menyatakan 2010: 78).
makna, hubungan makna yang satu
120 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2018, hlm. 118-128

PEMIKIRAN ATAU REFERENSI


(reference)

SIMBOL REFEREN
(referent)

Simbol dalam segitiga semiotik berfungsi ungkapan emosi negatif yang diungkapkan
untuk menggantikan referen, karena simbol melalui bahasa tersebut dapat dikaji melalui
melakukan pentahbisan atau investitura. Ketika kajian sosiolinguistik. Menurut Sumarsono
seseorang memahami apa yangdikatakan, maka (2004: 61), sosiolinguistik tidak hanya mengkaji
suatu simbol akan membuat kita melakukan hubungan bahasa di dalam masyarakat, tetapi
suatu tindakan referensi, dan sekaligus juga mengkaji hubungan antara gejala-gejala
membuat kita mengambil suatu sikap yang bahasa (fonem, kata, morfem, frase, klausa,
sesuai dengan lingkungan yang mirip atau kalimat) dan gejala-gejala sosial (umur, jenis
mendekati tindakan dan sikap lokutor. Selain kelamin, kelas sosial, tempat tinggal pendidikan,
menggantikan referean, simbol juga memiliki pekerjaan, sikap, dan sebagainya).
satu relasi tidak langsung. Misalnya, kata Sebagai gejala sosial, bahasa dan
“anjing” tidak memiliki hubungan lain dengan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan
“beberapa objek umum tertentu yang terdapat oleh faktor-faktor linguistik tetapi juga oleh
di jalanan” kecuali berkaitan dengan fakta faktor-faktor nonlinguistik, antara lain adalah
yang sering kita gunakan ketika merujuk pada faktor-faktor sosial. Faktor-faktor sosial yang
suatu binatang (Martinet, 2010: 79). memengaruhi pemakaian bahasa misalnya
Dilihat dari faktor psikologi, menurut status sosial, tingkat pendidikan, umur,
Watson (dalam Dirgagunarsa 1978: 81), emosi tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan lain
timbul sebagai akibat adanya perubahan- sebagainya. Selain itu, pemakaian bahasa juga
perubahan dari mekanisme tubuh secara dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional,
keseluruhan, terutama pada alat-alat dalam yaitu siapa berbicara, dengan bahasa apa,
dan kelenjar-kelanjar. Emosi adalah suatu kepada siapa, kapan, di mana dan mengenai
bentuk dari perilaku tersirat (implicit behavior), masalah apa (Fishman dalam Suwito 1991: 3).
di mana terjadi perubahan-perubahan pada Faktor-faktor yang memengaruhi
alat-alat dalam (visceral) yang tersembunyi pemakaian ungkapan emosi negatif yaitu
(tidak dirasakan) yang mengakibatkan faktor psikologi dan faktor sosial meliputi
perubahan-perubahan lebih lanjut pada usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, tingkat
denyut nadi pernapasan. pendidikan, dan lain sebagainya.
Mandler (dalam Hardy dan Heyes 1985:
160) menjelaskan emosi terjadi pada saat
sesuatu yang tidak diharapkan atau pada 3. METODE PENELITIAN
saat kita mendapat rintangan di dalam
mencapai suatu tujuan tertentu. Seseorang Metode yang digunakan pada tahap
dapat memperlihatkan perubahan emosi pengumpulan data ialah “metode cakap”
secara ekstrem, misalnya bergembira atau dan “metode simak”. Metode cakap atau
bergairah pada suatu saat, dan mengalami percakapan atau percakapan karena memang
depresi atau marah pada saat berikutnya, berupa percakapan dan terjadi kontak antara
sesuai dengan perubahan situasi. peneliti selaku peneliti, penutur selaku
Selain faktor psikologi, pemakaian narasumber (Sudaryanto, 2015: 208). Metode
ungkapan emosi negatif juga dipengaruhi oleh cakap diterapkan melalui teknik dasar yang
faktor sosial. Dilihat faktor sosial, pemakaian disebut “teknik pancing”, yaitu dengan
Maria Julmitri Grey Wendardins Ranus – Makian dalam Bahasa Manggarai .... 121

“memancing” narasumber agar berbicara. Contoh pada tuturan (1) dan (2) merupakan
Metode simak adalah metode yang digunakan penerapan pada kata makian yang digunakan
untuk memperoleh data dengan cara menyimak pada tuturan (1) menunjuk pada binatang,
penggunaan bahasa (Sudaryanto, 2015: 203). sedangkan pada tuturan (2) menunjuk
Metode simak diterapkan dengan teknik kepada bagian tubuh manusia.Faktor yang
simak libat cakap atau observasi berpartisipasi mempengaruhi penutur menggunakan
dan teknik simak bebas libat cakap atau makian pada tuturan (1) adalah faktor
observasi tidak berpartisipasi. Teknik simak keakraban, sedangkan pada tuturan (2) adalah
libat cakap merupakan kegiatan pengguna faktor emosi.
bahasa dengan berpartisipasi sambil Hasil analisis data dalam penelitian ini
menyimak, atau si peneliti terlibat langsung disajikan dengan menggunakan dua metode,
dalam dialog. Teknik simak bebas libat cakap yaitu metode informal dan metode formal.
dilakukan dengan tidak berpartisipasi dalam Metode penyajian formal adalah perumusan
percakapan atau dialog. Peneliti tidak dengan apa yang umum dikenal sebagai
bertindak sebagai pembicara yang berhadapan tanda dan lambang-lambang. Tanda dan
dengan mitra-bicara atau sebgai pendengar lambang-lambang tersebut berupa rumus,
(Sudaryanto, 2015: 204). bagan, diagram, tabel, dan gambar, sedangkan
Metode untuk menganalisis data pada metode penyajian informal adalah perumusan
penelitian ini adalah metode padan. Menurut dengan kata-kata biasa, walaupun dengan
Sudaryanto (1993) metode padan atau metode terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto,
identitas atau metode analisis data yang 2015: 241).
digunakan untuk menentukan identitas objek
penelitian denganalat penentunya berada di
luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari 4. HASIL PENELITIAN
bahasa (langue) yang diteliti. Metode padan DAN PEMBAHASAN
yang digunakan untuk menganalisis data ini
adalah metode padan referensial dan metode 4.1 Jenis Kata Makian
padan pragmatis. Metode padan refensial dalam Bahasa Manggarai Dialek
adalah metode padan yang alat penentunya Colol Manggarai Timur
berupa referen bahasa yakni untuk menjawab
rumusan masalah (a) apa saja jenis makian Pada bab ini dibahas jenis-jenis kata
menurut referennya dalam bahasa Manggarai makian yang masih sering digunakan oleh
dialek Colol Manggarai Timur sedangkan penutur bahasa daerah Manggarai dialek
metode padan pragmatis adalah metode Colol Manggarai Timur. Di dalam bahasa
padan yang alat penentunya berupa lawan Manggarai, dialek Colol Manggarai Timur
atau mitra bicara yakni untuk menjawab terdapat 11 (sebelas) jenis kata makian, yaitu:
rumusan masalah (b) apa saja faktor-faktor (a) makian yang menunjuk pada binatang,
situasional yang mempengaruhi penutur (b) makian yang menunjuk pada tubuh
bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai binatang, (c) makian yang menunjuk pada
Timur menggunakan makian. sifat atau watak jelek manusia, (d) makian
yang menunjuk pada bagian tubuh manusia,
(1) Ela pande apam hau nitu? (e) makian yang menunjuk pada makhluk
babi buat apa kau di situ? halus, (f) makian yang menunjuk pada
‘Babi apa yang lakukan di situ?’ tindakan nista, (g) makian yang menunjuk
(2) Oe puki molor koe ba weki hitu! pada benda mati, (h) makian yang menunjuk
oe alat kelamin perempuan benar sedikit pada keadaan tertentu, (i) makian yang
bawa diri itu! menunjuk pada hubungan seksual, (j) makian
‘Alat kelamin perempuan yang benar yang menunjuk pada warna kulit, (k) makian
pembawaan dirimu!’ yang menunjuk pada ukuran badan.
122 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2018, hlm. 118-128

4.1.1 Makian yang Menunjuk – La’e acu neka watu bail sa’i hitu
pada Binatang alat kelamin anjing jangan batu sekali
kepala itu
Masyarakat Manggarai menggunakan ‘Alat kelamin anjing jantan jangan
makian yang menunjuk pada binatang karena terlalu keras kepala’
binatang memiliki sifat yang buruk dan najis. – Haer ranga ela keta molas hitu, nduk
Makian dalam jenis ini ada delapan makian, seperti muka babi sama cantik itu, nduk
yang mencakup (a) acu (anjing), (b) ela(babi), ‘Seperti muka babi cantik wajahmu, nduk’
(c) kaba (kerbau), (d) mbe(kambing), (e) po (burung
hantu), (f) jarang (kuda), (g) kode (monyet), dan Orang Manggarai sering menggunakan
(h) japi (sapi). Binatang-binatang tersebut sering makian yang menunjuk pada tubuh binatang
digunakan masyarakat Manggarai dalam karena makian tersebut mengacu pada bentuk
makian karena binatang-binatang tersebut fisik atau alat kelamin yang masing-masing
merupakan binatang-binatang yang ada di disamakan dengan wajah atau bentuk tubuh
sekitar atau binatang yang menjadi peliharaan manusia serta beberapa sifat manusia yang
masyarakat Manggarai pada umumnya. tidak sopan.
Berikut dua contoh makian tersebut.
4.1.3 Makian yang Menunjuk
– Acu ceing kole ata emi barang daku!? pada Sifat Jelek Manusia
Anjing siapa lagi orang ambil barang
saya!? Sifat merupakan ciri khas yang ada pada
‘Anjing siapa yang mengambil barang seseorang yang dibawa sejak lahir yang
saya!?’ menentukan dan mencerminkan bagaimana
– Eme hau hang gah haer hang de ela! seseorang terhadap yang lainnya atau terhadap
kalau kau makah saja seperti makan nya lingkungannya. Masyarakat Manggarai sering
babi! menggunakan sifat-sifat negatif pada manusia
‘Kamu kalau makan seperti seekor babi!’ untuk memaki.

Orang Manggarai sering menggunakan – Ata bapa tu’ung hau,


makian yang menunjuk pada binatang karena eme poli emi barang data teing kole!
hal tersebut dapat mengekspresikan makian Orang bodoh sekali kamu, kalau sudah
secara langsung mengacu kepada sifat-sifat ambil barang orang kasih lagi!
individu yang dijadikan sasaran makian, yang ‘Bodoh sekali kamu, kalau sudah ambil
artinya ada sifat dari binatang-binatang yang barang orang harus dikembalikan!’
memiliki kemiripan atau kesamaan dengan
individu atau keadaan yang dijadikan sasaran Orang Manggarai sering menggunakan
makian. makian yang menunjuk pada watak atau sifat
jelek manusia karena makian yang diucapkan
4.1.2 Makian yang Menunjuk mengacu kepada sifat-sifat atau watak
pada Bagian Tubuh Binatang manusia atau individu yang tidak layak untuk
dimaklumi.
Tubuh binatang merupakan anggota
tubuh yang melekat pada binatang. Anggota 4.1.4 Makian yang Menunjuk pada Bagian
tubuh binatang digunakan oleh penutur bahasa Tubuh Manusia
Manggarai dialek Colol Manggarai Timur
untuk memaki. Penutur bahasa Manggarai Anggota tubuh manusia yang sering
dialek Colol Manggarai Timur sering menunjuk digunakan untuk memaki adalah anggota
pada bagian tubuh binatang, seperti la’e acu tubuh yang berkaitan dengan aktivitas sosial.
(alat kelamin anjing), ranga ela (muka babi) Aktivitas sosial bersifat sangat pribadi dan
dan weki kaba (badan kerbau). kurang sopan jika dibicarakan orang lain.
Maria Julmitri Grey Wendardins Ranus – Makian dalam Bahasa Manggarai .... 123

Organ-organ tubuh yang sangat penting juga 4.1.5 Makian yang Menunjuk
bahkan sering digunakan untuk memaki, pada Pekerjaan Nista
selain itu organ tubuh yang penting juga
dipakai untuk memaki. Pekerjaan nista adalah pekerjaan kotor
atau pekerjaan yang tidak pantas dilakukan di
– Pukimai molor koe eme tombo! lingkungan masyarakat. Orang yang memiliki
alat kelamin perempuan benar sedikit pekerjaan nista biasanya menjadi buah bibir
kalau ngomong! atau bahan gosip bagi para tetangga lingkungan
‘Alat kelamin perempuan yang jelas tempat tinggal. Orang-orang yang biasa
kalau berbicara!’ melakukan pekerjaan nista ini biasanya tidak
– La’e neka sombong bail jadi manusia’ diterima baik oleh masyarakat.
alat kelamin laki-laki jangan sombong
sekali jadi manusia – Memang inewai mberong muing hia, kuat
‘Alat kelamin laki-laki jangan terlalu keta ganggu rona data
sombong jadi manusia’ memang perempuan pelacur memang
dia, kuat sekali ganggu suami orang
Orang Manggarai sering menggunakan ‘Memang dia itu perempuan pelacur,
makian yang menunjuk pada bagian tubuh suka sekali ganggu suamiorang’
manusia karena bagian tubuh manusia
tersebut erat kaitannya dengan dengan organ Orang Manggarai sering menggunakan
intima atau aktivitas seksual yang sifatnya makian yang menunjuk pada pekerjaan nista
sangat personal. karena pada makian ini penggunaannya
figuratif atau ingin menggambarkan seorang
4.1.5 Makian yang Menunjuk wanita atau pria yang dengan mudah
pada Mahluk Halus mengganti-ganti pasangan atau mudah jatuh
cinta dengan pasangan lain.
Makhlus atau makhluk gaib adalah
makhluk yang tidak kasat mata yang 4.1.6 Makian yang Menunjuk pada Benda
eksistensinya tidak dapat dijangkau oleh Tidak Bernyawa
pancaindra manusia. Meski termasuk makhluk
yang tak kasat mata, penutur bahasa Manggarai Benda mati merupakan benda atau
dialek Colol Manggarai Timur menggunakan barang yang tidak dapat bergerak sendiri
ini untuk memaki. ataupun bernafas, atau benda yang tidak
memiliki gejala hidup.Benda mati juga
– Cama keta ineweu tara dihaoo digunakan oleh penutur bahasa daerah
sama seperti setan perempuan rupa dia oo Manggarai dialek Colol Manggarai Timur
‘Mukanya sama seperti setan perempuan’ untuk memaki.
(mirip kuntilanak)
– Poti koe senget koe tombo de ata tu’a – Memang utek de watu muing de hau, tombo
setan kecil dengar dulu ngomong nya lata manga eng
orang tua Memang otak nya batu memang nya
‘Setan kecil dengarkan kata orang tua’ kau, ngomong orang tidak
‘Memang otak batu (keras kepala) sekali
Orang Manggarai sering menggunakan kamu, orang ngomong tidak kamu ikuti’
makian yang menunjuk pada mahluk halus
karena orang Manggarai menganggap bahwa Orang Manggarai sering menggunakan
mahluk halus merupakan sosok yang sering makian yang menunjuk pada benda mati
mengganggu kehidupan manusia sehingga karena dilihat dari keburukan referennya
manusia mendapat sesuatu yang dianggap sial yaitu dalam contoh adalah watu artinya batu
dalam hidup yang dianggap sebagai sesuatu yang keras
124 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2018, hlm. 118-128

sehingga hal tersebut merujuk kepada sifat yang dianggap pantas diumpatkan ketika
individu yang menjadi sasaran makian. seseorang sedang merasa sangat emosi.

4.1.7 Makian yang Menunjuk 4.1.8 Makian yang Menunjuk pada Warna
pada Keadaan tertentu Kulit

Keadaan tertentu merupakan suatu Warna kulit adalah sesuatu yang melekat
keadaan ketika manusia bertindak di luar pada diri seseorang. Dalam bahasa Manggarai
kesadaran. Keadaan tertentu tersebut kadang pada umumnya warna kulit menjadi pemicu
membuat orang berpikir tentang suatu yang seseorang untuk memaki orang lain misalnya
aneh mengenai seseorang. warna kulit yang gelap.

– Woko ata wedol, sebarang kaut kerja diha – Eme hau neni haer rawuk
memang orang gila, sembarang saja kalau kau hitam seperti abu dapur
kerja dia ‘kamu hitam seperti abu dapur’
‘Memang dasar orang gila, kerjanya – Di’a ngai kuntem ranga hitu de nana.
sembarangan saja’ bagus sekali hitam legam muka itu nya
– Ata welengao hau tara cebong lewie? nana
orang gila kau maka mandi malam? ‘Bagus sekali hitam mukamu, nana’
‘Kau sudah gila sehingga kau mandi
semalam ini?’ Orang Manggarai sering menggunakan
makian yang menunjuk pada warna kulit
Orang Manggarai sering menggunakan karena makian tersebut dianggap sebagai
makian yang menunjuk pada keadaan tertentu makian paling halus untuk menghina warna
karena hal tersebut mengekspresikan kulit dari individu yang dijadikan sasaran
keterkejutan dan keheranan pada apa yang makian.Kata bakok dapat dijadikan makian
dikerjakan orang lain atau individu yang karena kata makian ini dianggap sebagai
dijadikan sasaran makian karena hal yang penghalusan dari keadaan yang sebenarnya.
orang tersebut lakukan jarang dilakukan
sebagai aktivitas yang sering dilakukan 4.1.9 Makian yang Menunjuk
kebanyakan orang. pada Ukuran Badan

4.1.8 Makian yang Menunjuk Ukuran badan merupakan sesuatu yang


pada Hubungan Seksual melekat pada diri seseorang. Penutur bahasa
Manggarai dialek Colol Manggarai timur
Hubungan seksualitas merupakan menggunakan ukuran badan untuk memaki
hubungan yang sangat sakral. Tetapi penutur atau menyindir orang lain.
bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai
Timur menggunakannya sebagai makian. – Langger dite kurang kaut langkas de tiang
listrik
– Kido emam hau te tema utek hitu! Tinggi anda kurang saja tinggi nya tiang
hubungan seksual bapakmu kau yang listrik
tidak punya otak itu! ‘tinggimu mengalahkan tingginya tiang
‘Bapakmu berhubungan seksual sampai listrik’
kamu tidak berotak!seperti itu!’ – Bece hitu nana de, kalah kaut lite ela musi
kandang
Orang Manggarai sering menggunakan gendut itu nana de, kalah saja anda babi
makian yang menunjuk pada hubungan seks dibelakang kandang
karenamakian tersebut merupakan makian ‘Besar bedanmu mengalahkan babi yang
ada dikandang’
Maria Julmitri Grey Wendardins Ranus – Makian dalam Bahasa Manggarai .... 125

Orang Manggarai sering menggunakan oe alat kelamin bapak jangan rebut awas
makian yang menunjuk pada ukuran badan pukul kau oleh ibu sebentar
karena makian tersebut sedikit lebih halus ‘Oe alat kelamin bapak jangan ribut
untuk menjelaskan keadaan fisik dari individu nanti ibu guru memukulmu’
yang dijadikan sasaran makian.
Kata-kata makian pada contoh di atas
4.2 Faktor-Faktor Situasional yang adalah kata-kata makian yang diucapkan oleh
Memengaruhi Penggunaan Kata seseorang karena ia merasa kesal kepada
Makian Dalam Bahasa Manggarai temannya yang ribut dan melakukan kegaduhan
Dialek Colol Manggarai Timur di kelas sehingga bisa membuat gurunya
marah.
Faktor situasional yang memengaruhi
penggunaan kata makian menunjukkan 4.2.2 Keakraban
penggunaan kata makian dilihat dari faktor
yang paling berpengaruh dalam kehidupan Akrab adalah dekat, erat (intim).
sehari-hari, yaitu (a) mengungkapkan emosi, Keakraban adalah hal atau kedekatan yang
(b) keakraban, (c) menghina, dan (d) mengkritik. erat seseorang dengan orang lain (Sugono,
Faktor Psikologi memengaruhi penggunaan 2008: 28). Keakraban seseorang dengan orang
kata makian sebagai ungkapan emosi dan lain dapat dilihat dari cara berkomunikasi
faktor sosial yang memengaruhi penggunaan yang tidak selalu serius tetapi dibawakan
kata makian dalam bahasa Manggarai Dialek dengan candaan atau gurauan. Hal ini
Colol Manggarai Timur adalah faktor yang biasanya digunakan pada situasi santai atau
terkait penutur seperti usia, jenis kelamin, bukan serius seperti menggunakan kata makian
tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, dan sebagai suatu panggilan kepada lawan bicara.
status sosial. Hubungan penutur dan mitra tutur yang akrab
menjadi faktor yang menyebabkan orang
4.2.1 Mengungkapkan Emosi menggunakan makian untuk menunjukkan
kedekatan bukan untuk menghina, sehingga
Emosi adalah luapan perasaan yang dalam berkomunikasi tidak ada pihak-pihak
berkembang dan surut dalam waktu singkat; yang merasa disakiti, dan tidak terjadinya
keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis perselisihan atau pertengkaran antara yang
seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, satu dengan yang lain.
kecintaan, marah dan sebagainya (Sugono
2008: 368). Bentuk-bentuk emosi adalah 4.2.3 Menunjukkan Keakraban
sebagai berikut: marah, takut, terkejut, jengkel dalam Keluarga
dan malu. Penutur bahasa Manggarai dialek
Colol Manggarai Timur sering menggunakan Di dalam lingkungan keluarga, makian
kata-kata makian ketika sedang emosi.Kata- hanya boleh digunakan oleh orang yang lebih
kata makian yang digunakan tersebut tua kepada yang lebih muda, misalnya makian
seringkali menimbulkan perselisihan dan dari bapak atau ibu kepada anaknya, atau dari
pertengkaran antara penutur dan mitra tutur. seorang kakak kepada adiknya.Dalam budaya
Manggarai, orang-orang sangat menghormati
– Acu neka ngaok bail, remeng tombo guru bolo yang lebih tua, karena itu walau makian
anjing jangan rebut sekali, lagi ngomong menunjukkan keakraban dalam lingkungan
guru di depan keluarga, orang yang lebih muda harus tetap
‘Anjing jangan terlalu ribut, guru sedang menghormati yang lebih tua. Adik tetap tidak
berbicara di depan’ boleh memaki kakak karena adanya perbedaan
– Oe la’e dema neka ngaok jaga ongga hau usia dan rasa menghormati yang lebih tua.
le ibu to’ong
126 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2018, hlm. 118-128

– Aduh acu koe de mama, semakin tu’a serta menyinggung perasaan orang lain
semakin molas (Sugono 2008: 499). Perbuatan menghina bisa
aduh anjing kecil nya mama, semakin menimbulkan perpecahan, pertengkaran
tua semakin cantik dalam kehidupan bermasyarakat.Penutur
‘Aduh anjing kecilnya mama, semakin bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai
tua semakin cantik’ Timur sering menggunakan kata makian
– Poti koe mai hang, neka retang kali eme untuk saling menghina antara satu dengan
taung nda’uk ho’o to’ong yang lainnya.
setan kecil mari makan, jangan menangis
saja kalau habis nasi ini sebentar – La’e ende molas hitu nduk, kalah kaut lite
‘Setan kecil mari makan, jangan menangis molas de japi
kalau sebentar nasinya habis’ alat kelamin laki-laki cantik itu nduk,
kalah saja kamu cantik nya sapi
Pada contoh makian diatas merupakan ‘Alat kelamin laki-laki cantikmu
kata makian dari orang tua untuk anaknya mengalahkan kecantikan seekor sapi’
serta dari seorang kakak kepada adiknya. – Kido ema reak reba hitu hai gambar de
kelas satu SD
4.2.4 Menunjukkan Keakraban hubungan seksual bapak anak ganteng
Antarteman itu seperti gambar nya kelas satu SD
‘Berhubungan seksual, wajah gantengmu
Dalam sebuah lingkungan pertemanan seperti gambar anak kelas satu SD’
makian digunakan untuk menunjukkan
keakraban antara satu orang dengan orang Kata-kata makian pada contoh adalah
yang lain atau kepada orang yang telah akrab. kata-kata makian dari seseorang ketika ia
Percakapan ini pun ingin menunjukkan menghina orang lain yang memiliki rupa yang
komunikasi yang baik atau dibawakan dengan jelek menurutnya.
candaan atau gurauan. Makian yang digunakan
ini pun tidak bermaksud menyinggung atau 4.2.6 Mengkritik
menyakiti perasaan lawan bicara karena
antara penutur dan mitra tutur saling membalas Menurut KBBI daring, kritik adalah
melemparkan kata makian. kecaman, tanggapan, atau kupasan kadang-
kadang disertai uraian dan pertimbangan baik
– Oe la’e acu cenggo eta mbaru to’ong ee! buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan
oealat kelamin anjing jantan singgah di sebagainya. Penutur bahasa Manggarai dialek
atas rumah sebentar ee! Colol Manggarai Timur sering menggunakan
‘Oe kelamin anjing sebentar singgah di kata makian untuk mengkritik karena si
rumah ya!’ penutur ingin membuat suatu kesenjangan
– Kode one pisa caim hau e? sosial yang sama dengan mitra tutur.
monyet dalam kapan datang kau e? Masyarakat Manggarai sering mengkritik
‘Monyet kapan kamu sampai di sini?’ menggunakan makian secara langsung kepada
mitra tutur karena perbuatan dari mitra tutur
Kata makian pada contoh adalah kata yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan
makian yang digunakan seorang teman kepada yang baik dalam masyarakat.
teman yang lainnya dalam konteks keakraban.
– La’e acu hau berani keta ganggu anak
4.2.5 Menghina inewai data
alat kelamin anjing jantan kau berani
Menghina merupakan suatu tindakan sekali ganggu anak perempuan orang
atau perbuatan yang memandang rendah ‘Alat kelamin laki-laki, berani sekali kamu
orang lain, memburukkan nama baik orang mengganggu anak perempuan orang’
Maria Julmitri Grey Wendardins Ranus – Makian dalam Bahasa Manggarai .... 127

– Eme acu da’at hio meseng sarjana hia nia menunjuk pada tubuh binatang adalah la’e acu
goeng kat panden (alat kelamin anjing), ranga ela (muka babi), dan
kalau anjing jelek itu mentang-mentang weki kaba (badan kerbau), utek de ela (otak babi),
sarjana dia mana mau saja buat mauk acum (alat kelamin wanita) (iii) makian
‘Kalau anjing jelek itu mentang-mentang yang menunjuk pada sifat atau watak jelek
dia seorang sarjana sembarang saja manusia adalah sombong bail (terlalu sombong),
kelakuannya’ dan ata bapa (bodoh), (iv) makian yang
– Puki neka sangge ngoeng keta woko bora menunjuk pada bagian tubuh manusia adalah
ata tu’a de hau puki mai (alat kelamin wanita), la’e (alat
alat kelamin perempuan sembarang mau kelamin laki-laki), puki wara endem (alat
saja karena kaya orang tua nya kau kelamin perempuan), lontek (alat kelamin
‘Alat kelamin perempuan jangan wanita) dan nggolo (pantat), (v) makian yang
seenaknya saja karena orang tuamu menunjuk pada makhluk halus adalah darat
kaya’ (setan jadi-jadian), ineweu (kuntilanak), dan
poti (setan) (vi) makian yang menunjuk pada
Dalam budaya Masyarakat Manggarai tindakan nista adalah mberong (pelacur) dan
memaki karena berbeda jenis kelamin, rang la’en (pelacur), (vii) makian yang
memaki seseorang yang memiliki tingkat menunjuk pada benda mati adalah utek watu
pendidikan tertentu dan memaki seseorang (kepala batu), (viii) makian yang menunjuk
yang memiliki tingkat ekonomi lebih tinggi pada keadaan tertentu adalah wedol (gila),
masih dianggap wajar karena masyarakat welengao (bodoh), mata olo (meninggal duluan)
melihat melalui pembawaan diri dari orang dan gilek (buta), (ix) makian yang menunjuk
yang menjadi objek makian tersebut. pada hubungan seksual adalah kido
(berhubungan seksual), (x) makian yang
menunjuk pada warna kulit adalah neni
5. PENUTUP (hitam), bakok (putih) dan kuntem (hitam
legam), dan (xi) makian yang menunjuk pada
Makian yang digunakan oleh penutur ukuran badan adalah langger (sangat tinggi)
bahasa Manggarai dialek Colol Manggarai dan bece (gendut).
Timur ada sebelas jenis. Makian tersebut Faktor situasional yang memengaruhi
dideskripsikan menurut jenis-jenisnya yaitu penggunaan kata makian menunjukkan
(i) makian yang menunjuk pada binatang penggunaan kata makian dilihat dari faktor
adalah acu (anjing), ela (babi), kaba (kerbau), yang paling berpengaruh dalam kehidupan
mbe (kambing), po (burung hantu), jarang (kuda), sehari-hari, yaitu (a) mengungkapkan emosi,
kode (monyet), dan japi (sapi), (ii) makian yang (b) keakraban, (c) menghina, dan (d) mengkritik.

DAFTAR PUSTAKA Hardy, Malcom dan Heyes, Steve. 1988.


Pengantar Psikologi: Edisi Kedua. Alih
Baryadi, Praptomo.1 983. “Kata-Kata Pisuhan Bahasa: Soenardji. Jakarta: Erlangga.
atau Makian dalam Bahasa Jawa” Mertiret, Jeane. 2010. Semiologi. Yogyakarta:
dalam Badrawada. Yogyakarta: Keluarga Jalasutra.
Mahasiswa Sastra Nusantara Fakultas Richard. 1923. The Meaning of Meaning. London.
Sastra Universitas Gadjah Mada. Routledge/Thoemmes Press.
Dirgagunarsa, Singgih. 1978. Pengantar Sudaryanto. 1993. “Metode dan Aneka Teknik
Psikologi. Jakarta: Mutiara. Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 2: Wahana Kebudayaan secara Linguistik).
Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Yogyakarta: Duta Wacana University
Eresco. Press.
128 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2018, hlm. 118-128

Sudaryanto.2015. Metode dan Aneka Teknik Suwito. 1991. Sosiolinguistik. Surakarta: Departemen
Analisis Bahasa. Sanata Dharma University Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Press. Yogyakarta. Indonesia Universitas Sebelas Maret.
Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Tarigan, Henry Guntur. 1986. “Pengajaran
Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pragmatik”. Bandung: Angkasa.
Pustaka Utama. Wijana, I Putu Dewa. 2004. “Kartun: Studi
Sumarsono. 2004. Buku Ajar: filsafat Bahasa. tentang Permainan Bahasa”. Yogyakarta:
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Ombak.
Indonesia. Wijana, D. P. dan Rohmadi, M. 2011. Semantik
Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai