Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sosiolinguistik

Sosiolinguistik mengkaji bahasa dengan memperhitungkan hubungan

antara bahasa dengan masyarakat, khususmya masyarakat penutur bahasa itu. Jadi

jelas bahwa sosiolinguistik mempertimbangkan keterkaitan antara dua hal, yakni

dengan linguistik untuk segi kebahasaannya dan dengan Sosiologi untuk segi

kemasyarakatannya (Rahardi, 2001: 12-13).

Sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan

dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat. Bisa dikatakan

sosiolinguistik membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa., khususnya

perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan

faktor-faktor kemasyarakatan (sosial) (Nahaban,1984:2).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

sosiolinguistik adalah acuan atau dasar dalam mempelajari perilaku bahasa dan perilaku

sosial masyarakat. Karena masyarakat membutuhkan bahasa dalam berkomunikasi.

2.2 Ruang Lingkup Sosiolinguistik

Menurut (Chaer dan Agustina, 2004) dirumuskan ada tujuh yang

dibicarakan dalam sosiolinguistik, yaitu 1). Identitas penutur, 2). Identitas sosial

dari pendengar yang terlihat, 3). Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur, 4).

Analisis sinkronik dan diskronik dari dialek-dialek sosial, 5) penilaian sosial yang

berbeda dari penutur terhadap perilaku bentuk-bentuk ujaran, 6). Tingkatan variasi

dan ragam linguistic, 7). Penelitian praktis dari penelitian sosiolinguitik.

8
9

(1) Identitas sosial penutur

identitas sosial penutur adalah. Antara lain dapat diketahui dari pernyataan

apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya dengan lawan

tuturnya. Maka, identitas penutur berupa anggota keluarga, tema, guru,

murid, tetangga, pejabat, dan sebagainya. (Chaer dan Agustina, 2004:5).

(2) Identitas sosial dari pendengar yang terlihat

Identitas ini tentu harus dilihat dari pihak penutur. Maka, identitas

pendengar pun dapat berupa anggota keluarga, teman, guru, murid,

tetangga, pejabat, dan sebagainya. (Chaer dan Agustina, 2004:6)

(3) Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur

Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi dapat berupa ruang

keluarga di dalam sebuah rumah tangga, di dalam masjid, di lapangan

sepak bola, di perpustakaan, dan sebagainya. (Chaer dan Agustina,

2004:6).

(4) Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial

Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial sosial berupa

deskripsi pola-pola dialek-dialek sosial, baik yang berlaku pada masa

tertentu atau yang berlaku pada masa yang tidak terbatas. (Chaer dan

Agustina, 2004:6).

(5) Penilaian sosial yang berada dari penutur terhadap perilaku bentuk-bentuk

ujaran.

Penikaian sosial yang berada dari penutur terhadap perilaku bentuk-bentuk

ujaran, maksudnya adalah setiap penutur tentunya mempunyai kelas sosial

tertentu di dalam masyarakat. Maka, berdasarkan kelas sosialnya penutur


10

mempunyai penilaian tersendiri yang tentunyasama atau jika berbeda,

tidak akan terlalu jauh dai kelas sosialnya, terhadap bentuk-bentuk

perilaku-perilaku ujaran yang berlangsung. (Chaer dan Agustina. 2004:6)

(6) Lingkungan variasi dan ragam linguistik

Tingkatan variasi dan ragam linguistik, maksudnya bahwa sehubungan

dengan heterogennya anggota suatu masyarakat tutur, adanya berbagi

fungsi sosial dan politik bahasa, serta adanya tingkatan kode. Maka alat

komunikasi manusia yang disebut bahasa itu menjadi sangat variasi. Setiap

variasi entah namanya dialek, varieties, atau ragam, mempunyai fungsi

sosialnya masing-masing. (Chaer dan Agustina, (2004:6).

(7) Penilaian praktis dari penelitian sosiolinguistik

Penelitian praktis dari penelitian sosiolinguistik merupakan topic yang

membicarakan kegunaan penelitian sosiolinguistik untuk mengatasi

masalah-masalah praktis dalam masyarakat dalam masyarakat, (Chaer dan

Agustina, 2004:6).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup

sosiolinguistik terdapat tujuh klasifikasi yang disusun oleh Chaer dan Agustina.

Ketujuh ruang lingkup di atas memiliki fungsinya masing-masing yaitu, pertama

identitas sosial penutur diketahui melalui siapa penutur tersebut, kedua identitas

sosial dan pendengar akan berpengaruh dalam pilihan kode dalam bertutur, ketiga

lingkungan sosial tempat peristiwa tutur juga sangat berpengaruh dalam pilihan

dan dalam bertutur, keempat analisis sinkronik dan diakronik daridialek-dialek

sosial berhubungan dengan kedudukan mereka sebagai masyarakat, kelima

penilaian sosial yang berada dari penutur terhadap perilaku bentuk-bentuk ujaran
11

dilihat dari kelas sosialnya, keenam tingkatan variasi dan ragam linguistik snagat

bervariasi saat manusia berkomunikasi, dan ketujuh penilaian praktis dari

penelitian sosiolinguistik dapat dilihat dari masalah pengajaran bahasa,

penerjemahan, pembakuan bahasa, mengatasi konflik sosial akibat konflik bahasa.

Ketujuh ruang lingkup sosiolinguistik di atas sangat diperhatikan ketika

manusia berkomunikasi. Ruang lingkup sosiolinguistik tersebut sangat membantu

dan memiliki fungsinya masing-masing dalam komunikasi yang terjadi pada

manusia sebagai makhluk sosial.

2.3 Variasi Bahasa

Variasi bahasa adalah keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya

kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang

sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogeni

(Chaer, 2010:62). Variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam

bahasa yang masing-masing memiliki pola-pola yang menyerupai pola umum

bahasa induknya. Variasi bahasa atau ragam bahasa terdapat dua pandangan.

Pertama, variasi atau ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial

penutur bahasa. Jadi, variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat adanya keragaman

sosial dan keragaman fungsi bahasa. Jika penutur bahasa itu adalah kelompok

yang homogen baik etnis, status sosial, maupun lapangan pekerjaannya, variasi

atau keragaman itu tidak ada, artinya bahasa itu jadi seragam. Kedua, variasi

bahasa atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai

interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam (Chaer dan Agustina

dalam Suandi, 2014:34). Variasi bahasa dibedakan atas kriteria (a) latar belakang
12

geografi dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, dan (c) pembicaraan

pokok. Pada variasi dari segi penutur menjadi empat jenis, yaitu dialek, idiolek,

kronolek, dan sosialek (Chaer, 2012:62). Selain ragam sosial dan fungsi bahasa

sebagai akibat terjadinya ragam bahasa, faktor sosial juga mendukung terjadinya

variasi bahasa. Amrullah (2013:19) mengatakan bahwa faktor sosial penggunaan

bahasa slang dipengaruhi oleh faktor-faktor nonlinguistik.

2.4 Bahasa Prokem

Kamus linguistik (1993) disebutkan bahwa prokem merupakan ragam

nonstandar bahasa Indonesia yang lazim digunakan oleh remaja di Jakarta. Ragam

prokem ditandai dengan kata-kata dari bahasa Indonesia atau bahasa Betawi.

KBBI bahasa prokem adalah dialek bahasa Indonesia nonformal yang

digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan.

Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul adalah bahasa prokem yang khas

Indonesia dan jarang di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas

Indonesia.

Sumarsana dan Pratana (2002:153, dalam Suwakil, 2018) bahasa prokem

merupakan bahasa yang awalnya digunakan oleh kaum pencoleng, pencopet,

bandit, dan sebangsanya yang memiliki fungsi sebagai bahasa rahasia, namun

sekarang bahasa tersebut digunakan oleh remaja khususnya di Jakarta. Sementara

menurut Chaer dan Agustina (2004:67, dalam Suwakil, 2018:25) bahasa prokem

adalah variasi bahasa yang bersifat khusus rahasia. Artinya variasi bahasa ini

digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui

oleh diluar kelompok itu.


13

Bahasa prokem berbeda dengan bahasa indonesia yang baik dan benar,

karena bahasa ini cenderung menggunakan ragam santai dalam penggunaannya.

Hal ini bisa dilihat dari kosa kata struktur kalimat, dan intonasi yang

mencerminkan bahasa prokem ini tidak baku atau kaku. Bahasa prokem lebih

sering digunakan oleh anak-anak muda zaman sekarang. Pada anak-anak zaman

sekarang, menggunakan bahasa prokem untuk bahasa sehari-hari merupakan hal

yang sangat keren. Contoh bahasa prokem yang sering digunakan anak Indonesia :

1.) Bokap, kata ini merupakan suatu ungkapan panggilan kepada orang tua laki-

laki yang artinya sama dengan ayah/papa/bapak.

Misal : “Nanti dijemput bokap kayaknya.”

2.) Nyokap, kata ini merupakan suatu ungkapan panggilan kepada orang tua

perempuan yang artinya sama dengan ibu/mama/bunda.

Misal : “Nyokap gue dateng kok.”

3.) Baper, kata ini merupakan sebuah singkatan dari kata bawa perasaan.

Misal : “Jangan baperan jadi orang.”

4.) Galau, kata ini merupakan suatu ungkapan perasaan bingung, bimbang, atau

cemas terhadap sesuatu yang dirasakan. Misalnya: “Lagi galau nih beli

sepatu yang itu atau sandal.”

5.) Sans, kata ini merupakan sebuah singkatan dari kata santai dengan

ditambahi S. Misalnya : “Sans aja, gak keburu kok kita.”

Mungkin sebagian orang tidak mengerti arti dari kata-kata dalam bahasa

prokem. Tetapi tidak untuk remaja “gaul” yang sering menggunakan media sosial.

Mereka sangat familiar dengan kata-kata aneh semacam ini, bahkan mereka juga

bisa mengikuti menggunakan bahasa itu. Zaman modern seperti ini, penggunaan
14

internet menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi adanya penggunaan bahasa

prokem untuk anak-anak muda sekarang. Semakin biasa bagi masyarakat umum,

maka tidak kaget bila bahasa prokem cepat menyebar di masyarakat. Banyak

remaja yang menggunakan situs jejaring sosial sebagai media mencari eksistensi.

Youtube, menjadi salah satu jejaring sosial yang banyak digunakan oleh anak

muda dan masyarakat di luar sana dalam hal hiburan. Bahasa prokem juga tak

jarang muncul sebagai komunikasi dalam konten youtube.

Bahasa prokem merupakan salah satu variasi bahasa. Sama halnya dengan

jenis bahasa lain, bahasa prokem memiliki karakteristik. Karakteristik ini yang

membedakan bahasa prokem dengan bahasa lain. Flexner, (1999, dalam Endah,

2009), mencirikan bahasa prokem yaitu 1) ragam bahasa resmi, 2) berupa

kosakata yang ditemukan oleh kelompok orang muda atau kelompok sosial

tertentu dan cepat berubah, 3) menggunakan kata-kata lama atau baru dengan cara

baru atau arti baru, 4) dapat berwujud pemendekan kata seperti akronim dan

singkatan, 5) diterima sebagai kata populer namun akan segera menghilang dari

pemakaian, 6) merupakan kreasi bahasa yang terkesan kurang ajar, 7) berupa kata

atau kalimat yang tidak lazim dalam bahasa indonesia, 8) mempunyai bentuk yang

khas melalui macam-macam pembentukan.

Mastuti (2008) menjelaskan bahwa bahasa gaul terbentuk melalui

beberapa cara, diantaranya: 1) proses nasalisasi :“kata kerja + in” misal: < curhat

+in = curhatin>, 2) bentuk pasif 1: “di+kata dasar+in” misal :

<di+ghibah+in=dighibahin>, 3) bentuk pasif 2 :”ke+kata dasar” misal :

<ke+gabut=kegabutan>, 4) penghilang huruf atau fonem awal, misal :

<ilang=hilang>, 5) penghilangan huruf „h‟ pada awal suku kata bentuk baku,
15

misal <habis=abis>, 6) pemendekan kata atau kontraksi dari dua kata yang

berbeda, misal <jam berapa=jamber>, 7) penggunaan istilah lain, misal

<gercep=gerak cepat>, 8) penggantian huruf „a‟ dengan „e‟, misal

<kenapa=kenape>, 9) penggantian diftong „au‟ dengan ‟o‟ dan „ai‟ dengan „e‟,

misal <kalau=kalo, dan sampai=sampe>, 10) pengIndonesiaan bahasa asing

(inggris), misal <ASAP (As soon as possible= secepatnya kalau bisa>, 11)

penggunaan bahasa inggris secara utuh, misal <savage = nekad/berani>, 12)

tambahan awal „ko‟, misal <ko+muka = komuk>, 13) kombinasi „e = ong‟, misal

<r(+e) mp (+ong) rempong = ribet>, 14) tambahan sisipan „pa/pi/pu/pe/po‟, misal

<ma (+pa) ti (+pi) mapatipi = mati>, 15) sisipan „in‟, misal <b(in)an c (in) i

binancini = banci>.

2.5 Fungsi Bahasa Prokem

Pada hakikatnya bahasa merupakan merupakan alat komunikasi yang

memiliki fungsi-fungsi dan peranan yang penting. Bahasa prokem sebagai salah

satu jenis bahasa, juga memiliki fungsi sosial.

Surana (2000:94) membagi fungsi sosial menjadi 6 fungsi sebagai berikut,

1) fungsi humor digunakan untuk suasana yang tidak terlalu tegang, misal

“maklum jones jadi gada yang perhatian haha”, 2) fungsi menyindir digunakan

untuk menyindir seseorang agar orang mendengar tidak langsung merasakan

sindiran tersebut, misal “gua kasih tau ya, dia itu bences”, 3) fungsi mengejek

digunakan untuk mengejek atau mencela seseorang atau sebagai pelampiasan

kekesalan kepada seseorang, misal “gils dia tuh bucin banget!”, 4) fungsi

mengkritik digunakan untuk mengkritik suatu hal atau mengkritik seseorang,


16

misal “dasar alay lu!”, 5) fungsi menasehati digunakan untuk menasehati

seseorang atau memberikan masukan kepada pendengar, misal “lu jangan terlalu

baper, dia cuma bercanda”, 6) fungsi promosi atau mempengaruhi digunakan

untuk mempromosikan atau mempengaruhi seseorang agar mau membeli jasa

yang dipromosikan, misal “hai gaes jangan lupa diorder nih sepatunya, hypebeast

banget nih!”.

2.6 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah dasar teori yang digunakan untuk memecahkan

masalah. Dalam penelitian ini kerangka berpikir dijabarkan sebagai berikut.

Bahasa prokem merupakan salah satu kajian sosiolinguistik. Bahasa

prokem adalah bahasa sandi, yang dipakai dan digemari oleh kalangan remaja

tertentu. Dilihat dari hal tersebut, untuk menjawab rumusan masalah mengenai

penggunaan bahsa prokem, wujud bahasa prokem, dan dampak bahasa prokem

yang ada dalam acara Brownis Obrolan Manis di channel Youtube: Trans TV

Official merusak atau memperkaya bahasa. Peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data berupa transkrip dalam mengambil data dari sumber data

Youtube yang dijadikan sebagai sumber data penelitian.


17

Penggunaan Bahasa Prokem dalam


acara Brownis Obrolan manis di
channel Youtube : Trans TV Official.

Kajian Sosiolinguistik

Penggunaan Bahasa Pokem

Bentuk Bahasa Prokem Fungsi Bahasa Prokem

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai