Anda di halaman 1dari 12

PENGANTAR SOSIOLINGUISTIK

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiolinguistik


Dosen Pengampu Dr. H. Sutaman, M.A

Oleh:
Alif Saida Al-Husna (200104210028)
Lutfiyah (200104210003)
Nurul Ainiy ( )

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB


PASCASARJANA
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam kehidupan sosialnya tidak mungkin hidup sendiri tanpa


kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang, hal ini menunjukkan bahwa pada
hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Manusia secara naluriah terdorong untuk
bergaul dengan manusia lain, baik untuk menyatakan keberadaan dirinya,
mengekspresikan kepentingannya, menyatakan pendapatnya, maupun untuk
mempengaruhi orang lain demi kepentingan sendiri, kepentingan kelompok,
kepentingan bersama. Berkenaan dengan hal tersebut bahasa memegang peranan yang
sangat penting (Abdurrahman).

Tidak bisa dipungkiri, berbahasa merupakan kegiatan manusia setiap saat dalam
berhubungan dengan orang lain. Bahasa tidak dapat terlepaskan dari aspek interaksi
sosial, karena bahasa adalah alat sosial dan isi dari makna-makna sosial itu sendiri,
bukan sekedar ide tuturan dan pertukaran ide (Giyoto, 2013). Dilihat dari fungsinya,
Chaer dan Agustina (1995) menjelaskan bahwa bahasa merupakan alat
mengkomunikasikan perasaan, pikiran, dan gagasan kepada orang lain. Salah satu
fungsi lain dari bahasa adalah untuk memperlancar proses sosial manusia.

Bahasa yang diungkapkan manusia memiliki bentuk yang unik (Nasution, 2017).
Keunikan bahasa manusia dapat dilihat dari keragamannya. Satu kelompok dengan
kelompok lain memiliki bahasa yang berbeda-beda. Sebagai contoh, di Indonesia
terdapat banyak suku, daerah dan kebudayaan yang berbeda membuat pola kebahasaan
masyarakat sangat heterogen. Luasnya suatu negara mempengaruhi jumlah bahasa.
Semakin luas suatu negara maka semakin banyak pula ragam bahasa yang muncul.
Untuk memahami keheterogenan pola kebahasaan ini diperlukan satu disiplin ilmu yang
disebut dengan Sosiolingusitik.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengeksplorasi lebih lanjut tentang ilmu
sosiolinguistik.

2
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan sosiolinguistik?


2. Bagaimana perbedaan sosiolinguistik dengan bidang ilmu lainnya?
3. Apa saja masalah-masalah sosiolinguistik?
4. Apa saja manfaat sosiolinguistik?
5. Bagaimana potensi sosiolingustik di Indonesia?

C. Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sosiolinguistik.


2. Untuk mengetahui perbedaan sosiolinguistik dengan bidang ilmu lainnya.
3. Untuk mengetahui apa saja masalah-masalah sosiolinguistik.
4. Untuk mengetahui apa saja manfaat sosiolinguistik.
5. Untuk mengetahui potensi sosiolingustik di Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Sosiolinguistik

Kata Sosiolinguistik merupakan gabungan dari dua kata, yaitu sosiologi dan
linguistik. Sosiologi adalah bidang ilmu yang mengkaji manusia di dalam masyarakat.
Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masalah sosial dalam suatu masyarakat, cara
manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi,
dan bagaimana manusia menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di dalam
masyarakat (Rokhman, 2013). Sedangkan Linguistik merupakan bidang ilmu yang
menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, Sosiolinguistik
merupakan bidang ilmu interdisipliner yang mengkaji bahasa di dalam masyarakat.
Definisi ini sejalan dengan definisi Hudson (1980) bahwa Sosiolinguistik merupakan
kajian tentang bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat.

Munculnya bidang Sosiolinguistik dalam kajian bahasa disebabkan karena


bahasa merupakan fenomena sosial yang tidak dapat dipisahkan dari karakteristik
masyarakat yang bervariasi. Sebagaimana yang diutarakan oleh Abdurrahman,
sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi, serta
merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. Giyoto (2013)
menambahkan, secara sosiolinguistik bahasa dilihat sebagai (1) sistem yang tertutup,
yang berarti bahwa bahasa terdiri dari hubungan antarunsur yang saling mempengaruhi,
(2) sistem yang hidup, yakni bahasa merupakan sesuatu yang bergantung dan
ditentukan keberadaannya oleh lingkungan di luar bahasa dan merupakan sistem yang
berevolusi, (3) sistem yang terbuka, yakni bahwa ada hubungan saling mempengaruhi
antarelemen dan ada pengaruh dari konteks penggunaannya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bahasa tidak dianggap sebagai


gejala individual, namun dianggap sebagai gejala sosial yang dipengaruhi oleh unsur
dan konteks di luar bahasa.

4
B. Perbedaan Sosiolinguistik dengan Bidang Lainnya
1. Sosiolinguistik dan Linguistik

Pada umumnya, ahli sosiolinguistik (sosiolinguis) dibedakan dari ahli linguistik


(linguis). Namun tidak menutup kemungkinan seorang ahli bahasa (linguis) juga
merupakan seorang sosiolinguis, demikian pula seorang ahli sosiolinguistik pasti juga
menguasai bidang bahasa. Hal yang membedakan antara kajian sosiolinguistik dengan
kajian linguistik ada pada batasan-batasan yang dikaji. Linguistik berlainan dengan
Sosiolinguistik karena Linguistik hanya membahas struktur bahasa dan tidak
membicarakan konteks sosial tempat bahasa itu dipelajari dan digunakan (Hudson,
1980).

Struktur bahasa tersebut menurut Malabar (2015), dapat ditinjau secara historis
dan memberikan tempat yang spesifik, terisolasi, dan tersendiri di antara unsur-unsur
kemasyarakatan lainnya. Hal ini membuat bahasa menjadi fenomena sosial yang sangat
spesifik dan relatif terisolasi. Adapun struktur bahasa memiliki batasan-batasan yang
diantaranya yaitu semantik, leksikal, fonologi, morfologi, sistem sintaktis, dan stilistis
fungsional (Rokhman, 2013). Dengan demikian, keberadaan studi sosiolungistik
menjadi sangat penting karena batasan-batasan pada kajian linguistik tidak cukup
menjelaskan keterkaitan bahasa dengan aspek budaya, konteks tutur, dan sikap sosial
dari masyarakat sebagai petutur bahasa.

2. Sosiolinguistik dan Sosiologi Bahasa

Sebagaimana definisi sosiolinguistik yang telah disebutkan di atas, yaitu suatu


kajian bahasa dalam kaitannya dengan masyarakat, menunjukkan bahwa
Sosiolunguistik merupakan bagian dari studi bahasa. Sedangkan Sosiologi Bahasa
berangkat dari ilmu sosial atau hubungan antar masyarakat. Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan manusia sebagai individu ataupun sebagai kelompok
masyarakat (Aslinda & Syafyahya, 2007). Dengan demikian, Sosiologi Bahasa dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dlaam kaitannya
dengan bahasa.

Berdasarkan definisi keduanya, Sosiolinguistik dan Sosiologi Bahasa memiliki


kesamaan, yaitu mengkaji hubungan timbal balik antara bahasa dan masyarakat.

5
Adapun perbedaannya terletak pada fokus yang dikaji. Hudson (1970) berpendapat,
perbedaaan antara sosiolinguistik dan sosiologi bahasa lebih banyak merupakan
perbedaan penekanan, yaitu apakah pengamatnya lebih tertarik pada bahasa atau pada
masyarakat serta apakah pengamat tersebut lebih ahli menganalisis struktur bahasa
ataukah struktur sosial.

C. Masalah-masalah Sosiolinguistik

Masalah-masalah Sosiolinguistik ialah topik-topik yang dikaji dalam


Sosiolinguistik. Menurut Dittmar (dalam Rokhman, 2013), Konferensi sosiolinguistik
pertama yang berlangsung di University of California, Los Angeles, tahun 1964 telah
merumuskan adanya tujuh dimensi dalam penelitian sosiolinguistik. Ketujuh dimensi
yang merupakan isu dalam sosiolinguistik itu adalah (1) identitas sosial dari penutur. (2)
identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi, (3) lingkungan
sosial tempat peristiwa tutur terjadi, (4) analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-
dialek sosial, (5) penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-
bentuk ujaran, (6) tingkatan variasi dan ragam linguistik, dan (7) penerapan praktis dari
penelitian sosiolinguistik.

Identitas sosial dari penutur antara lain dapat diketahui dari pertanyaan apa dan
siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya dengan lawan tutur. Dengan
demikian identitas penutur dapat berupa anggota keluarga (ayah, ibu, kakak, adik,
paman, dan sebagainya), dapat berupa teman karib, atasan atau bawahan (di tempat
kerja), guru, murid, tetangga, pejabat, orang yang dituakan, dan sebagainya. Identitas
penutur itu dapat mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.

Identitas sosial dari pendengar tentu harus dilihat dari pihak penutur. Dengan
demikian identitas pendengar itu pun dapat berupa anggota keluarga (ayah, ibu, adik,
kakak, paman, dan sebagainya) teman karib, guru, murid, tetangga, pejabat, orang yang
dituakan, dan sebagainya. Identitas pendengar atau para pendengar juga akan
mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.

Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi dapat berupa ruang keluarga di
dalam sebuah rumah tangga, di dalam masjid, di lapangan sepak bola, di ruang kuliah,
di perpustakaan, atau di pinggir jalan. Tempat peristiwa tutur terjadi dapat pula

6
mempengaruhi pilihan kode dan gaya dalam bertutur, misalnya, di ruang perpustakaan
tentunya kita harus berbicara dengan suara yang tidak keras, di lapangan sepak bola kita
boleh berbicara keras-keras, malah di ruang yang bising dengan suara mesin-mesin kita
harus berbicara dengan suara keras, sebab kalau tidak keras tentu tidak dapat didengar
oleh lawan bicara kita.

Analisis diakronik dan sinkronik dari dialek-dialek sosial berupa deskripsi pola-
pola dialek sosial itu, baik yang berlaku pada masa tertentu atau yang berlaku pada
masa yang tidak terbatas. Dialek sosial ini digunakan para penutur sehubungan dengan
kedudukan mereka sebagai anggota kelas-kelas sosial tertentu di dalam masyarakat.

Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur terhadap bentuk-bentuk perilaku


ujaran. Maksudnya, setiap penutur tentunya mempunyai kelas sosial tertentu di dalam
masyarakat. Dengan demikian berdasarkan kelas sosialnya itu, dia mempunyai penilaian
tersendiri, yang tentunya sama, atau jika berbeda, tidak akan terlalu jauh dari kelas
sosialnya, terhadap bentuk-bentuk perilaku ujaran yang berlangsung.

Tingkatan variasi atau linguistik, maksudnya bahwa sehubungan dengan


heterogennya anggota suatu masyarakat tutur, adanya berbagai fungsi sosial dan politik
bahasa, serta adanya tingkatan kesempurnaan kode, maka alat komunikasi manusia yang
disebut bahasa itu menjadi sangat 4 Sosiolinguistik.

Nababan menambahkan (dalam Masrudin, 2015), masalah utama yang dibahas


oleh atau dikaji dalam sosiolinguistik ialah:

1. Mengkaji bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan


2. Menghubungkan faktor-faktor kebahasaan, ciri-ciri dan
3. ragam bahasa dengan situasi serta factor-faktor social dan budaya
4. Mengkaji fungsi-fungsi social dan penggunaan bahasadalam masyarakat.

Selain itu, Nababan (1993) juga menyatakan bahwa topik-topik umum dalam
pembahasan sosiolinguistik antara lain,

1. Bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bahasa


2. Repertoar bahasa
3. Kedwibahasaan dan kegandabahasaan

7
4. Fungsi kemasyarakatan bahasa dan profil sosiolinguistik
5. Penggunaan bahasa (etnografi berbahasa)
6. Sikap bahasa
7. Perencanaan bahasa
8. Interaksi sosiolinguistik
9. Bahasa dan kebudayaan (Masrudin, 2015).

D. Manfaat Sosiolinguistik

Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis banyak sekali, sebab bahasa


sebagai alat komunikasi verbal manusia, tentunya mempunyai aturan-aturan tertentu
dalam penggunaannya. Sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara
menggunakan bahasa. Menurut Malabar (2015), pengetahuan sosiolinguistik dapat
dimanfaatkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi. Sosiolinguistik memberikan
pedoman kepada kita dalam berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa
atau gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan orang tertentu.
Jika kita adalah anak dalam suatu keluarga, tentu kita harus menggunakan ragam/gaya
bahasa yang berbeda jika lawan bicara kita adalah ayah, ibu, kakak, atau adik. Jika kita
seorang murid, tentu kita harus menggunakan ragam/gaya bahasa yang berbeda pula
terhadap guru, terhadap teman sekelas, atau terhadap sesama murid yang kelasnya lebih
tinggi. Sosiolinguistik juga akan menunjukkan bagaimana kita harus berbicara bila kita
berada di dalam mesjid, di ruang perpustakaan, di taman, di pasar, atau juga di lapangan
sepak bola (Malabar, 2015: 15-16).

Hasil-hasil pengkajian masalah-masalah sosiolinguistik telah membuat guru-


guru bahasa lebih hati-hati dalam mencap salah satu bentuk bahasa sebagai kesalahan,
karena perlu disadari bahwa bahasa tidak hanya memiliki satu bentuk saja (monolitik)
dan dalam berbahasa, suatu masyarakat bahasa (language community) tidak homogen,
sebab akan selalu terdapat variasi-variasi berdasarkan daerah, tingkat sosial, pekerjaan
penutur, dan sebagainya. Begitu juga, hasil-hasil penelitian sosiolinguistik
mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan sikap orang terhadap suatu bahasa
serta hubungannya yang erat dengan motivasi belajar bahasa itu. Hasil-hasil pengkajian

8
sosiolinguistik membuat kita semakin mengerti hubungan antara perencanaan bahasa
sebagai sesuatu kegiatan sosiolinguistik dengan pengajaran bahasa khususnya dan
pendidikan umumnya (Masrudin, 2015).

Pengajaran bahasa dapat kita pandang sebagai implementasi perencanaan bahasa


dan sekaligus sebagai sumber data dan motivasi pengkajian dan kegiatan perencanaan
bahasa. Sosiolinguistik terapan mencakup pembaharuan ejaan dan
pembentukan/pengembangan istilah (sebagai bagian dari perencanaan bahasa), dan
analisis keadaan (situational analysis) serta variasi fungsional bahasa ternyata berguna
dalam penerjemahan. Mungkin, hasil pengkajian sosiolinguistik yang akan lebih penting
dan relevan untuk pengajaran bahasa ialah pembedaan antara kemampuan tata bahasa
(grammatical competence) dan kemampuan komunikatif (communicative competence)
sebab ini dapat menghasilkan perubahan silabus dan metode penyajian. Yang dimaksud
dengan kemampuan tata bahasa ialah kemampuan untuk membentuk satuan-satuan
bahasa (kata, frasa, dan kalimat) sesuaidengan aturan-aturan tata bahasa (grammatical
rules). Kemampuan komunikatif ialah kemampuan untuk memilih dan menggunakan
satuan-satuan bahasa itu sesuai dengan aturan-aturan penggunaan bahasa dengan
keadaan sosiolinguistik (Masrudin, 2015: 11-12).

E. Potensi Sosiolinguistik di Indonesia

Potensi sosiolinguistik Indonesia cukup kompleks. Bagaimanapun kita berikan


batasan kepada bahasa dan dialek, adalah jelas bahwa terdapat sejumlah besarbahasa di
negara kita. Menurut peta bahasa yang diterbitkan Lembaga Bahasa Nasional (1972)
ada sekitar 418 bahasa Indonesia, dengan jumlah penutur setiap bahasa berkisar antara
100 orang (di Irian Jaya) sampai dengan kira-kira 50 juta orang (bahasa Jawa). Di antara
bahasa-bahasa itu, bahasa indonesia mempunyai kedudukan istimewa sebagai bahasa
nasional dan sebagai bahasa negara. Penentuan bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, pasal 36, yang
berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia‖ Bahasa-bahasa yang lain itu adalah
bahasa daerah”. Bahasa-bahasa daerah itu ditentukan kedudukan hukumnya berdasarkan
penjelasan Pasal 36, Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Bab XV, yang berbunyi,
“di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara rakyatnya dengan

9
baik-baik (misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura, dan sebaginya) bahasa-bahasa itu
akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara” (Masrudin, 2015: 3-4).

Bahasa-bahasa itupun merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup


Kebanyakan orang Indonesia belajar suatu bahasa daerah, yakni bahasa sukunya,
sebagai bahasa pertama. Mereka ini belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua di
sekolah atau secara informal dalam masyarakat. Orang yang demikian bedwibahasa
dengan bahasa daerah sebagai bahasa yang pertama dan bahasa Indonesia sebagai
bahasa yang lain atau yang kedua. Sering juga orang Indonesia mengetahui satu atau
dua bahasa daerah yang bukan bahasa pertamanya, yang dipelajarinya secara informal
dalam pergaulan dengan penutur-penutur bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan
begitu, dapat dimengerti bahwa adalah hal yang biasa bagi orang Indonesia
berdwibahasa, malah bermultibahasa.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah sosiolinguistik terdiri dari dua unsur; sosio- dan linguistic. Linguistik
yaitu ilmu yang mempelajari atau membicarakan bahasa, khususnya unsur-unsur
(fonem, morfem, kata, kalimat) dan hubungan antara unsur-unsur itu (struktur),
termasuk hakekat dan pembentukan unsur-unsur itu. Unsur socio- adalah seakar dengan
social, yaitu kajian ilmu yang berhubungan dengan masyarakat, kelompok-kelompok
masyarakat, dan fungsi-fungsi kemasyarakatan. Jadi sosiolinguistik adalah studi atau
pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota
masyarakat. Dapat juga dikatakan bahwa sosiolinguistik mempelajari dan membahas
aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan yang terdapat
dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (sosial). Berbagai
hal menjadi topik dalam sosiolinguistik seperti pergeseran bahasa, pemertahanan
bahasa, dan sebagainya. Selanjutnya, sosiolinguistik dikelompokkan pada dua
subbidang, yaitu mikrososiolinguistik dan makrososiolinguistik. Apabila yang pertama
mengacu pada kajian bahasa pada komunitas antara personal, yang kedua mengacu pada
tingkat yang lebih tinggi daripada hanya sebagai komunikasi antara personal, yaitu pada
tingkat komunitas.

11
DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahman. Sosiolinguistik: Teori, Peran, Dan Fungsinya Terhadap Kajian Bahasa


Sastra. Fakultas Humaniora dan Budaya: Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang.
Aslinda dan Syafyahya, Leni. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT Refika
Aditama.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, Jakarta:
Balai Pustaka.
Giyoto. 2013. Pengantar Sosiolinguistik. Surakata: FATABA Press
Hudson, R.A. 1980. Sociolinguistics. Inggris: Cambridge University Press.
Malabar, Sayama. 2015. Sosiolinguistik. Gorontalo: Ideas Publishing.
Masrudin. 2015. Sosiolinguistik. Palopo: Read Institute Press.
Nasution, S. 2017. Pengantar Lingustik Bahasa Arab. Sidoarjo: CV Lisan Arabi.
Rokhman, Fathur. 2013. Sosiolinguistik: Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa
dalam Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Graha Ilmu.

12

Anda mungkin juga menyukai