Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SOSIOLINGUISTIK

LATIHAN SOAL

Oleh

I Made Karianto

2018.II.2.0016

Dosen :

Dr. Anak Agung Gde Alit Geria, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN DAERAH

BIDANG ILMU PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA BALI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

IKIP PGRI BALI


Rabu, 15 April 2020
Pertemuan ke-5

Soal BAB I
1. Apa pengertian dan ruang lingkup ilmu sosiolinguistik?
Jawaban:
Pengertian ilmu sosiolinguistik
o Sosiolinguistik adalah ilmu tata bahasa yang digunakan di dalam interaksi sosial;
cabang linguistik tentang hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa
dan perilaku sosial (KBBI, 2008 : 1332).
o Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam
kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer, 2004:2).
o Menurut sejumlah ahli (Wardaugh, 1986, Holmes, 1995) sosiolinguistik adalah
cabang ilmu bahasa yang berusaha menerangkan korelasi anatar perwujudan
struktur atau elemen bahasa dengan faktor – faktor sosiokultural pertuturannya…
(Dalam Wijana, 2010: 11).
o Kridalaksana mengatakan :”Sosiolinguistik yaitu cabang linguistik yang berusaha
untuk menjelaskan ciri – ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri – ciri
variasi bahasa tersebut dengan ciri – ciri sosial (dalam Pateda, 1987: 2).

Ruang lingkup
Sosiolinguistik dibagi mejadi dua bagian yaitu :
 Mikro sosiolinguistik yang berhubungan dengan kelompok kecil, misalnya
sistem tegur sapa.
 Makro sosiolinguistik yang berhubungan dengan maslaha perilaku bahasa
dan struktur sosial.
Ada beberapa makna sosiolinguistik, dapat digolongkan ke dalam persoalan pokok, seperti :
o Tentang profil sosiolinguistik, yaitu bagaimana keanekaragaman bahasa mencerminkan
keanekaragaman sosial yang biasanya bersifat statistik.
o Dinamika sosiolinguistik yang diusahakan dengan mencari ciri – cirinya terhadap
berbagai jenis situasi sosiolinguistik yang mencakup bidang pemakaian, sikap bahasa,
proses – proses sosiolinguistik, penelitian - penelitian tentang bahasa.
Sedangkan yang tidak merupakan persoalan pokok ialah :
a. Masalah perubahan bahasa
b  Masalah bahasa kanak – kanak
c. Relativisme bahasa.

2. Sebutkan manfaat dan tujuan dari ilmu sosiolinguistik?


Jawaban :
Manfaat ilmu sosiolinguistik:
Setiap ilmu pengetahuan, tentu mempunyai manfaat dalam kehidupan kita, begitu
juga sosiolinguistik. Manfaat sosiolinguistik sangat banyak karena bahasa sebagai objek
kajiannya merupakan alat komunikasi verbal manusia yang mempunyai aturan – aturan
tertentu. Manfaat dari pengetahuan sosiolinguistik dalam berkomunikasi, antara lain :
a. Memberikan pedoman kepada kita dalam berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa,
ragam bahasa, atau gaya bahasa apa yang kita gunakan jika kita berbicara dengan orang
tertentu, dan di tempat – tempat tertentu pula.
b. Dalam pengajaran, sosiolinguistik bermanfaat dalam menjelaskan penggunaan bahasa
yang sesuai dengan kaidah bahasa dan kaidah sosial.
c. Sosiolinguistik juga dapat memberi sumbangan dalam mengatasi ketegangan politik
akibat persoalan pemilihan bahasa nasional di negara – negara multilingual.

Tujuan ilmu sosiolinguistik:


Tujuan kita mempelajari sosiolinguistik, agar kita dapat memahami lebih jauh
tentang pemakaian bahasa, keanekaragaman bahasa karena diversifikasi pemakai bahasa
dan tingkat sosial pemakai bahasa, sikap berbahasa, serta loyalitas keutuhan bahasa.
Dengan mempelajari sosiolinguistik, selain untuk menambah wawasan kita dalam
linguistik juga dapat menumbuhkan kesadaran berbahasa yang baik dan menjaga
uniformitas bahasa.
3. Hal-hal apa saja yang dikaji oleh ilmu sosiolinguistik?
Jawaban:
Objek sosiolinguistik adalah aspek bahasa yang bersifat hiterogen (la parole), yakni
bahasa dalam wujudnya setelah terimplementasi dalam tindak komunikasi. Butir-butir
penelitian sosiolinguistik meliputi:
1) Fonem
2) Morfem
3) Kata (leksikon)
4) Frasa
5) Klausa
6) Kalimat
7) Paragraf
8) Wacana
9) Dialog
10) Ideolek
11) Dialek regional
12) Kronolek (dialek waktu)
13) Sosiolek (dialek sosial):
a. dialek umur
                      b. dialek jenis kelamin
                       c. dialek etnik
                      d. dialek ideologi
                       e. dialek kelas sosial
                       f. dialek keterdidikan
14) Unda usuk atau tingkat tutur (speech level)
15) Ragam:
a. formal (akrolek)
            b. informal (basilek)
             c. literer (sastra)
16) Register
17) Bahasa, yakni makna pemakain atau pemilihan bahasa sebagai salah satu kode dalam
masayarakat tutur yang multilingual.

4. Jelaskan latar belakang terbentuknya ilmu sosiolinguistik?


Jawaban:
Sosiolinguitik lahir karena ketidakpuasan ahli bahasa terhadap linguistik struktural yang
hanya mengkaji bahasa dari segi strukturalnya dengan mengabaikan faktor sosial dalam
analisisnya.  Konsep sosiolinguistik sebenarnya sudah tampak pada laporan penelitian yang
dilakukan Labov dengan judul The Social Stratification of English in New York City. J.R.
Firth, pendiri linguistik aliran London, berpendapat bahwa tuturan itu mempunyai fungsi
sosial sebagai alat komunikasi dan mengidentifikasikan kelompok-kelompok sosial. Oleh
karena itu, studi tentang tuturan tanpa mempertimbangkan mayarakat penuturnya akan
kehilangan kemungkinan-kemungkinan untuk menjelaskan struktur bahasa yang dipakai.
Menurut Hymes, istilah sosiolinguistik mulai dikenal pada tahun 1960-an. Dekade ini
ditandai dengan terbitnya buku yang berjudul Language in Culture and Society oleh Dell
Hymes pada tahun 1966. Pada tahun 1968 Fishman menulis dalam kumpulan karangan yang
diberi judul Reading in The Sociology of Language. Pada tahun yang sama  Ferguson,
Fishman, dan Das Gupta menerbitkan kumpulan makalah yang diberi judul Language
Problems of Developing Nations.

5. Bagaimana metode penelitian yang digunakan ilmu sosiolingistik dalam pengkajiannya?


Jawaban :
 Metode Penyediaan Data Sosiolinguistik
 Metode Analisis Data
 Metode Penyajian Hasil Analisis

1. Metode Penyediaan Data Sosiolinguistik


Ada prinsip yang wajib diingat dalam konteks penelitian sosiolinguistik, yaitu bahwa
aspek luar bahasa sangat signifikan menjelaskan atau dijelaskan oleh bahasa itu sendiri.
Artinya, konsep dasar kajian sosiolinguistik adalah konsep korelasi. Yang dilakukan peneliti
di bidang ini adalah mengkorelasikan bahasa dengan aspek sosial (baca sosial budaya
masyarakat).  Memang, ada persoalan penamaan dalam metode penelitian sosiolinguistik,
walaupun para penelitinya merasa bahwa penamaan bukan masalah yang  urgen untuk
membuat keputusan meneruskan atau menghentikan penelitian sosiolinguistik itu karena
tanpa penamaan terhadap jenis-jenis metode itu pun, mereka telah dapat mengamati dan
menjelaskan isu-isu dalam kajian sosiolinguistik.
Pertama-tama, seorang peneliti dalam bidang sosiolinguistik harus dapat membedakan
bahasa sebagaimana adanya (deskriptif) dan bahasa sebagaimana seharusnya (preskriptif atau
sering pula disebut normatif).  Kedua, seorang peneliti harus mampu menyediakan data sesuai
dengan objek dan masalah penelitiannya.
            Ada dua macam metode penyediaan data yang paling dikenal.  Kedua metode penyediaan
data ini dikenal tidak hanya dalam literatur ilmu bahasa tetapi juga dalam ilmu sosial, yaitu
metode observasi dan metode wawancara Metode observasi disebut metode simak, sedangkan
metode wawancara disebut metode cakap.
Metode observasi adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati objek
kajian dalam konteksnya. Pemakaian metode observasi dengan bahan teks sebagai acuan
disebut penelitian kepustakaan (library research), sedangkan metode observasi dengan bahan
teks dengan konteks  yang lebih luas disebut penelitian lapangan (field research).
Seperti dikemukakan di awal, metode penyediaan data ini pada prinsipnya dipilih
berdasarkan sifat datanya. Metode observasi, metode wawancara, metode angket, dan metode
intuisi adalah metode penyediaan data yang memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-
masing.

2. Metode Analisis Data


            Setelah data diperoleh, tugas peneliti selanjutnya adalah menganalisis data tersebut.
Langkah analisis data ini adalah langkah terpenting untuk mendapatkan jawaban dari masalah
yang ingin dipecahkan. Sebelum dijelaskan jenis-jenis metode analisis perlu dikemukakan
pemahaman dasar dari studi sosiolinguistik mengenai teks sebagai objek kajian yang bersifat
verbal, ko-teks sebagai lingkungan teks yang bersifat verbal, dan konteks sebagai unsur
nonteks yang bersifat nonverbal, yaitu menyangkut konteks situasi dan  konteks sosial dan
budaya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik satu simpulan bahwa studi sosiolinguistik
melihat objek kajiannya tidak pernah terpisah dari teks lain dan konteks dalam pengertian
lebih luas. Artinya objek kajian harus ada pada pemakaian termasuk variasinya, pemakainya
yang berkaitan dengan informasi umur, jenis kelamin, latar belakang etnik, pendidikan, dan
pekerjaan, serta pada ciri interaksi verbal tersebut seperti situasi tuturan, peristiwa, lokasi,
topik, hubungan antarpenutur, bagaimana tuturan disampaikan, dsb. Bahasa tidak hanya
dipandang sebagai tuturan verbal, tetapi juga dipandang sebagai unsur nonverbal.
Sebenarnya ada aspek lain selain ko-teks dan konteks yang terdapat pada data penelitian.
Aspek lain itu adalah aspek suprasegmental seperti intonasi, tekanan atau titi nada. Aspek
suprasegmental ini penting dalam korpus data bahasa lisan ketika seseorang mengamati
penuturan satuan bahasa itu.  Orang yang sedang marah berbeda pilihan kata dan cara
penuturannya dari orang yang sedang dimabuk asmara, demikian pula  orang yang
sedang  berpidato di depan publik berbeda penggunaan bahasanya dengan orang yang sedang
melakukan dialog, dan seterusnya. Karena itu pula, terdapat pemetaan varian yang sangat
signifikan karena faktor suprasegmental ini.
            Dengan demikian, sesungguhnya seorang peneliti bahasa seyogyanyalah ia menempatkan
posisi objek kajian yang diteliti itu dengan jelas atau kasat mata. Objek kajian hadir dalam
tiga komponen pembentuk bahasa  yaitu ko-teks (verbal), konteks (nonverbal), dan
suprasegmental. Ketika seseorang ingin mengamati penggunaan bahasa yang hidup tentu
berdasarkan tujuan peneltiannya maka ia melibatkan aspek suprasegmental bersama ko-teks
dan konteks secara simultan. Sebaliknya ketika seseorang meneliti bahasa yang telah diubah
ke dalam bentuk tulisan maka ia akan melihat bahasa itu sebagai fenomena yang berkorelasi
secara ko-tekstual dan kontekstual.
            Berangkat dari cara pandang data sosiolinguistik di atas, metode analisis dalam kajian
sosiolinguistik ini dapat dibagi ke dalam dua jenis, pertama, metode yang berkaitan dengan
pengkorelasian objek bahasa secara eksternal dengan unsur nonbahasa, dan kedua, metode
yang berkaitan dengan pembedahan, pengolahan atau pengotak-atikan teks verbal secara
internal.  Cara kerja tiap-tiap metode ini sesungguhnya menggambarkan penamaan metode
ini. Metode pertama dapat disebut metode korelasi atau metode pemadanan, sedangkan
metode kedua disebut metode operasi atau metode distribusi.
            Metode korelasi adalah metode analisis yang menjelaskan objek kajian dalam
hubungannya dengan konteks situasi atau konteks sosial budaya. Metode operasi atau metode
distribusi adalah metode analisis yang menguraikan unsur-unsur substansial objek kajian dan
mendistribusikannya dengan unsur-unsur verbal lainnya untuk mendapatkan pola, aturan atau
kaidah yang berhubungan dengan konteks situasi dan sosial budayanya.

3. Metode Penyajian Hasil Analisis


Hasil analisis dapat disajikan secara metabahasa atau menurut sistem tanda. Secara
metabahasa artinya analisis bahasa dinyatakan dengan bahasa. Sementara itu, menurut sistem
tanda, hasil analisis bahasa direproduksi dalam berbagai bentuk nonbahasa, seperti simbol,
ikon, indeks, atau sistem tanda lain yang diwujudkan dalam bentuk tabel, grafik, bagan,
skema, dan gambar.
            Untuk penyajian hasil analisis dengan metode metabahasa, peneliti perlu
mempertimbangkan beberapa faktor seperti tata urut penyajian, dan cara merumuskan
kaidah. Tata urut penyajian yang dijadikan pedoman mengikuti hirarki sebagai berikut:
(1) dari tataran yang rendah ke tataran yang tinggi, atau sebaliknya,
(2) dari tataran yang sederhana ke tataran yang lebih rumit,
(3) dari yang pasti ke yang mungkin, dan
(4) dari yang dasar ke bentuk turunan.
Untuk penyajian hasil analisis dengan metode semiotik, peneliti perlu memperhatikan
logika dan seni visualisasi sistem tanda. Besar-kecil, tinggi-rendah, panjang-pendek, arsiran-
tidak arsiran sebuah sistem tanda yang disajikan dalam tabel dan seterusnya tersebut dapat
menaksir logika dan seni visualisasinya. Namun demikian, isi hasil analisis verbal dipandang
lebih akuntabel daripada indahnya visualisasi sistem tanda.

Anda mungkin juga menyukai