Anda di halaman 1dari 9

SOSIOLINGUISTIK

Tugas 1

Dosen Pengampu : Dra. Ngudining Rahayu, M.Hum.


Disusun Oleh :
Nama : Vicky Fiorina Osawinata
Npm : A1A018032
Kelas : 5 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
SOSIOLINGUISTIK

A. Konsep Dasar Sosiolinguistik


Sosiolinguistik merupakan studi yang mempelajari pengaruh sosial terhadap
bahasa yang digunakan dan efek penggunaan bahasa dalam masyarakat. Sosiolinguistik
berbeda dari sosiologi bahasa yang fokus pada efek bahasa terhadap masyarakat.
Sosiolinguistik lebih fokus pada efek sosial dalam bahasa.
Ilmu ini juga mempelajari bagaimana keberagaman bahasa berbeda antar satu
kelompok dengan lainnya yang terpisahkan oleh variabel sosial dan bagaimana
menciptakan dan adheren peraturan yang digunakan untuk mengkategorikan individu
dalam kelas sosial ekonomi. Penggunaan bahasa berbeda dari daerah satu ke daerah yang
lainnya, berbeda juga dalam kelompok sosial yang berbeda.
Aspek sosial pada bahasa awalnya dipelajari oleh ahli bahasa India dan Jepang
pada tahun 1930 dan juga oleh Louis Gauchat di Swiss pada awal 1900an. Pada waktu
itu studi yang dilakukan kurang mendapatkan perhatian dari dunia barat. Baru pada tahun
1960an, studi sosiolinguistik muncul di barat yang dilakukan oleh William Labov di
Amerika dan Basil Bernstein di Inggris.
Studi sosiolinguistik sangat luas namun terdapat beberapa konsep dasar dalam
sosiolinguistik. Konsep dasar sosiolinguistik antara lain:
a. Komunitas berbicara
Komunitas berbicara merupakan konsep yang mendeskripsikan sebuah
kelompok tertentu yang menggunakan bahasa dengan cara unik dan diterima dalam
komunitas tersebut. Komunitas berbicara dapat menjadi anggota dari profesi dengan
jargon khusus, kelompok sosial tertentu seperti murid SMA atau fans hip hop.
Anggota dalam komunitas berbicara tersebut sering mengembangkan slang atau
jargon untuk kelompok mereka sendiri.
b. Keberagaman reputasi
Bahasa bisa dibedakan berdasarkan nilai positif dan negatif, atau reputasi
rendah dan tinggi dalam masyarakat. Ada jenis bahasa yang menggambarkan reputasi
lebih tinggi ada juga yang menggambarkan reputasi kelompok yang lebih rendah. Di
Jawa misalnya, bahasa Jawa yang digunakan di kalangan bangsawan Jawa menjadi
berbeda dari bahasa Jawa yang digunakan masyarakat biasa. Selain jenis bahasa,
dialek yang digunakan berbeda sesuai dengan reputasinya.
c. Jaringan sosial
Memahami bahasa dalam masyarakat juga berarti memahami jariangan sosial
tempat bahasa tersebut berkembang. Sebuah jaringan sosial merupakan cara lain
untuk mendeksripsikan komunitas berbicara tertentu dalam hubungannya antar
individu dalam komunitas. Sebuah jaringan sosial dapat ketat atau longgar tergantung
bagaimana anggotanya berinteraksi antara satu dengan lainnya. Saat ini, jaringan
sosial juga tercipta melalui internet mulai dari grup Facebook, ruang chat, ataupun
layanan dating online.

B. Pengetian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa
dan masyarakat penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi
penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami.
Variasi dalam kajian ini merupakan masalah pokok yang dipengaruhi atau
mempengaruhi perbedaan aspek sosiokultural dalam masyarakat. Kelahiran
Sosiolinguistik merupakan buah dari perdebatan panjang dan melelahkan dari berbagai
generasi dan aliran. Puncak ketidakpuasan kaum yang kemudian menamakan diri
sosiolinguis ini sangat dirasakan ketika aliran Transformasional yang dipelopori
Chomsky tidak mengakui realitas sosial yang sangat heterogen dalam masyarakat. Oleh
Chomsky dan pengikutnya ini, heterogenitas berupa status sosial yang berbeda, umur,
jenis kelamin, latar belakang suku bangsa, pendidikan, dan sebagainya diabaikan sebagai
faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan pilihan-pilihan berbahasa. Berpijak
dari paradigma ini Sosiolinguistik berkembang ke arah studi yang memandang bahwa
bahasa tidak dapat dijelaskan secara memuaskan tanpa melibatkan aspek-aspek sosial
yang mencirikan masyarakat.
Istilah sosiolinguistik sendiri sudah digunakan oleh Haver C. Curie dalam sebuah
artikel yang terbit tahun 1952, judulnya “A Projection of Sociolinguistics: the
relationship of speech to social status” yang isinya tentang masalah yang berhubungan
dengan ragam bahasa seseorang dengan status sosialnya dalam masyarakat. Kelompok-
kelompok yang berbeda profesi atau kedudukannya dalam masyarakat cenderung
menggunakan ragam bahasa yang berbeda pula. Dari pengantar ilmu sosiolinguistik
tersebut, beberapa ahli berpendapat tentang studi hal tersebut. Diantaranya:
1. Sumarsono (2007:2) mendefinisikan Sosiolinguistik sebagai linguistik institusional
yang berkaitan dengan pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa
itu. Maksud dari penjelasan tersebut pada dasarnya menyatakan.
2. Rafiek (2005:1) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai studi bahasa dalam
pelaksanaannya itu bermaksud/bertujuan untuk mempelajari bagaimana konvensi-
konvensi tcntang relasi penggunaan bahasa untuk aspek-aspek lain tcntang perilaku
social.
3. Booiji (Rafiek, 2005:2) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang
mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam pemakaian bahasa dan yang
berperan dalam pergaulan.
4. Wijana (2006:7) berpendapat bahwa sosiolinguistik merupakan cabang linguistik
yang memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan
pemakai bahasa itu di dalam masyarakat. Pendapat tersebut pada intinya berpegang
pada satu kenyalaan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi
sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial.
5. Fishman. Ia memberikan defini sosiolinguistik sebagai “the study of the
characteristics of language varities, the characteristics of their functions, and the
characteristics of their speakers as these three constantly interact, change, and change
one another within a speech community.”
6. Nababan, mengatakan bahwa sosiolinguistik merupakan pengkajian bahasa dengan
dimensi kemasyarakatan.
7. Wikipedia, Sosiolinguistik adalah kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh
budaya terhadap cara suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan erat
dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subyek atau pelaku berbahasa sebagai alat
komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satu dengan yang lain.
8. Fasold (1993: ix) mengemukakan bahwa inti sosiolinguistik tergantung dari dua
kenyataan. Pertama, bahasa bervariasi yang menyangkut pilihan bahasa-bahasa bagi
para pemakai bahasa. Kedua, bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan
informasi dan pikiran-pikiran dari seseorang kepada orang lain.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa. Sosiolinguistik
adalah adalah ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di
antara para pengguna bahasa dengan fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat
bahasa.
C. Sejarah Sosiolinguistik
Ilmu sosiolinguistik, mulanya muncul sebagai rasa ketidakpuasan para pakar pada
linguistik struktural. Menurut mereka, linguistik struktural melakukan kajian bahasa
dalam aspek struktur semata. Hal itu tentu tidak mengacuhkan aspek sosial dalam
analisa.
Adapun rancangan sosiolinguistik ini muncul ketika adanya sebuah penelitian
berupa laporan oleh Labov. Judul dari penelitian tersebut adalah Social Stratification of
English in New York City. Seorang pengemuka linguistik dari aliran London, Firth
mengemukakan bahwa tuturan memiliki aspek tuturan selaku media atau alat
komunikasi. Ia juga menambahkan, aspek-aspek tersebut bisa mengelompokkan
seseorang ke dalam suatu kaum, kelas atau setrata sosial. Dengan demikian, ilmu tentang
tuturan ini, sedah seharusnya mengindahkan para penutur dan setruktur itu sendiri,
sehingga pertimbangan mengenai segala hal yang merupakan kemungkinan mengapa
struktur yang ini atau yang itu dipakai oleh seseorang.
Hymes berpendapat bahwa istilah dari sosiolinguistik ini telah diperkenalkan
sekitar tahun 1960. Pada tahun itu memiliki sebuah tanda, yakni lahirnya buku karya
Hymes, Laguage in Culture and Society, tahun 1966. Kemudian Fishman meluncurka
suatu kumpulan tulisan dengan judul Reasing in The Sociology of Language pada tahun
1968. Masih pada tahun yang sama, Fishman berkolaborasi dengan Das Gupta dan
Ferguson untuk menyajikan dan mengekspos sebuah kumpulan dari makalah. Kumpulan
tulisan itu berjudul Language Problems of Developing Nations.
Sosiolinguistik tergolong dalam disiplin ilmu yang baru muncul pada tahun 1960
(pateda, 1990: 2) sosiolinguistik lahir karena para ahli bahasa ingin menempatkan bahasa
sesuai dengan fungsinya yang utama yaitu sebagai alat komunikasi.
Dalam buku Pengantar Sosiolinguistik (Aslinda dan Syafyahya, 2010: 3-11)
menjelaskan bahwa linguistik menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Bidang kajian
linguistik yang mempelajari struktur internal bahasa atau hubungan bahasa dengan
struktur bahasa itu sendiri dari struktur eksternal atau hubungan bahasa itu dengan
faktor-faktor di luar bahasa.

D. Pembidangan linguistik
1. Linguistik Mikro atau Mikrolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang konsen
kajiannya pada konten sistem internal bahasa. Kajian study ini mengarah pada struktur
internal suatu bahasa tertentu dan atau semua bahasa pada umumnya. Bagian
interdisiplin kajian Linguistik Mikro yang adalah :
a. Fonology : subdisiplin ilmu linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara
umum, baik bunyi yang memperdulikan arti (fonetik) maupun tidak (fonemik).
Menurut Chaer (2009, 1) fonology adalah ilmu tentang perbendaharaan bunyi-
bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya. Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa
yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap
manusia. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari
ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata.
b. Morfology : subdisiplin ilmu linguistik yang cakupan pembahasannya tentang kata
dan kelompok kata. Morfologi juga termasuk menyelidiki struktur kata, bagian-
bagiannya dan cara pembentukannya. (Carstair, 2002) mendifinisikan morfology
sebagai cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk
kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik
maupun fungsi semantik. Dalam ilmu morfologi, terdapat morfem yaitu bagian
terkecil dari sebuah kata.
c. Semantik : cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada
suatu bahasa, kode, atau model lainnya, baik bersifat leksikal, gramatikal ataupun
kontekstual. Dengan kata lain, Semantik adalah pembelajaran tentang makna.
Semantik biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan simbol
kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan praktis
simbol oleh komunitas pada konteks tertentu.
d. Sintaksis : ilmu mengenai prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat dalam
satuan alaminya, sinteksis juga menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan
lain di atas kata, hubungan satu dengan lainnya dan cara penyesuaiannya. Chaer
(2007: 206) mengatakan bahwa Sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang
membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain
sebagai suatu satuan ujaran, dalam sintaksis yang biasa dibicarakan adalah struktur
sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, peran sintaksis, satuan sintaksis
berupa frase, kalimat, kalimat, dan wacana.
2. Linguistik Makro, berbeda dengan Linguistik Mikro, Linguistik Makro mengkaji
hubungan bahasa dalam tataran dunia luar, baik hubungan dengan alam, sosial, atau
suatu disiplin ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kajian Linguistik Makro bersifat
luas dan ekternal. Linguistik Makro mengkaji kegiatan bahasa pada bidang-bidang
lain, misalnya ekonomi dan sejarah. Bahasa digunakan sebagai alat untuk melihat
bahasa dari sudut pandangan dari luar bahasa. Pembidangan linguistik makro
mencakup antara lain sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik,
etnolinguistik, stilistika, filologi, dialektologi, filsafat bahasa, dan neurolinguistik.
a. Sosiolinguistik : kajian interdisipliner yang mempelajari hubungan dan atau
pengaruh budaya terhadap cara suatu bahasa yg digunakan. Dalam hal ini bahasa
berhubungan erat dengan sosial (budaya) masyarakat suatu wilayah sebagai subyek
atau pelaku berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang
satu dengan yang lain.
b. Psikolinguistik : kajian interdisipliner yang mengkaji hubungan bahasa dan mental
(psyco), termasuk bagaimana manusia berproses mendapatkan dan menggunakan
bahasa itu sendiri. Harley (dalam Dardjowidjojo,2003: 7) berpendapat bahwa
psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian
bahasa. Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu
memperoleh bahasa.
c. Antropolinguistik : Ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan secara
menyeluruh. Di satu pihak manusia adalah pencipta kebudayaan, di pihak lain
kebudayaan yang “menciptakan” manusia Linguistik Kebudayaan memperlakukan
bahasa sebagai fenomena yang kebermaknaannya hanya bisa dipahami secara
menyeluruh bila dikaitkan dengan budaya penuturnya.
d. Stilistika : Ilmu yang memepelajari bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk
karya sastra. Jadi, stilistika adalah ilmu interdisipliner antara linguistik dan ilmu
kesusastraan.
e. Filologi : Ilmu yang mempelajari bahasa dalam sumber-sumber sejarah yang
ditulis, yang merupakan kombinasi dari kritik sastra, sejarah, dan linguistik. Hal ini
lebih sering didefinisikan sebagai studi tentang teks-teks sastra dan catatan tertulis,
penetapan dari keotentikannya dan keaslian dari pembentukannya dan penentuan
maknanya. Filologi juga merupakan ilmu yang mempelajari naskah-naskah
manuskrip, biasanya dari zaman kuno.
f. Filsafat Bahasa : Ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat. Ilmu ini menyelidiki
kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar
konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat bahasa dibagi menjadi filsafat bahasa
ideal dan filsafat bahasa sehari-hari. Filsafat bahasa ialah teori tentang bahasa yang
berhasil dikemukakan oleh para filsuf, sementara mereka itu dalam perjalanan
memahami pengetahuan konseptual. Filsafat bahasa ialah usaha para filsuf
memahami conceptual knowledge melalui pemahaman terhadap bahasa.
g. Dialektologi : Ilmu tentang dialek. Cabang linguistik yang mengkaji perbedaan-
perbedaan isolek (alat komunikasi suatu masyarakat tutur namun belum ditetapkan
statusnya) dengan memperlakukan perbedaan-perbedaan tersebut secara utuh.
h. Neurolinguistik : Merupakan kajian yang berupaya memahami kerja otak untuk
memproses kegiatan berbahasa sebagaimana psikolinguistik hanya saja fokusnya
berbeda. Neurolinguistik lebih berkecimpung dalam memahami kesulitan
berbahasa atau gangguan berbahasa, yang mencakup kegiatam bicara, mendengar,
membaca menulis, dan berbahasa isyarat yang menganggu kemampuan
berkomunikasi (Lauder, 2005:238). Neurolinguistik dapat ditelusuri latar belakang
subjek mengalami autis, yaitu terdapat kerusakan pada sistem syaraf yang
membuat kemampuan mengingat mengalami keterbatasan.
i. Paleografi : Cabang linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan
pendeskripsian tulisan2 kuno terutama yang berasal dari abad pertengahan
(penafsiran tulisan kuno).
j. Semiotika : Cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya
dengan simbol/lambang.

E. Manfaat Sosiolinguistik
Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis sangat banyak, sebab bahasa
merupakan alat komunikasi verbal manusia. Dalam penggunaannya, sosiolinguistik
memberi pengetahuan bagaimana menggunakan bahasa di dalam masyarakat.
Sosiolinguistik memberikan pengetahuan tentang berbagai variasi bahasa yang ada di
masyarakat. Kita sebagai manusia yang hidup di dalam masyarakat, sosiolinguistik
memberikan pengetahuan tentang bagaimana kita dapat menempatkan diri dalam
penggunaan bahasa kita ketika berada pada masyrakat tertentu. Sosiolinguistik juga
meberikan deskripsi variasi bahasa dalam kaitannya dengan pengguna maupun
kegunaannya. Selain itu, sosiolingusitik memungkinkan kita mengkaji fenomena dan
gejala bahasa yang ada di dalam masyarakt melalui “kaca mata” sosiolinguistik.
Sebagai ilmu yang mengkaji bahasa di dalam masyarakat, sosiolingusitik mampu
“mencair” dengan bidang-bidang ilmu yang lain. Hal ini karena bahasa merupakan alat
verbal manusia yang ada di berbagai bidang ilmu lain. Sebagai alat komunikasi, tentu
bahasa tidak mungkin terlepas dari ilmu-ilmu lain sebagai sarana untuk mengungkapkan
hasil pemikiran. Selain itu, objek kajian sosiolinguistik adalah bahasa di dalam
masyarakat. Tentu hal tersebut sangat memungkinkan sosiolinguitik untuk saling terkait
dengan bidang-bidang ilmu yang lain seperti politik, budaya, ekonomi, dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai