Anda di halaman 1dari 11

Kelompok 1 RS11D :

Dwi Haryanti 292011119


Mahendra Dicky S. 292011133
Dwi Pamungkas 292011136
R. Gita Ardhy N. 292011142
Unike Baiti Sari 292011148
Frengki Sanjaya P. 292011154

HAKEKAT & PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENDAHULUAN

Pengembangan Tim Pengembangan


Kurikulum Kurikulum

Faktor yang Landasan


Pengertian
mempengaruhi
Struktur
Landasan
Peran
Prinsip

Tujuan

Fungsi &Peranan

Tingkat Pengembangan

Proses Pengembangan
A. PENDAHULUAN (bagian Frengki)
1. Perubahan dan pengembangan
Perubahan tak selalu sama dengan pengembangan, akan tetapi pengembangan
selalu mengandung perubahan. Pengembangan berarti meningkatkan nilai atau
mutu. Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan, yang mungkin
membawa perbaikan, akan tetapi dapat juga memperburuk keadaan. Pengembangan
selalu dikaitkan dengan penilaian. Pengembanngan diadakan untuk meningkatkan
nilai.

2. Bagaimana terjadinya perubahan


Menurut para ahli sosiologi, perubahan terjadi dalam tiga fase. Fase pertama,
inisiasi, yaitu taraf permulaan ide perubahan itu dilancarkan, dengan menjelaskan
sifat, tujuan, dan cakupan perubahan yang ingin dicapai. Kedua, fase legitimasi,
yaitu ketika orang mulai menerima suatu perubahan. Ketiga, fase kongruensi,
sewaktu orang mengadopsi perubahan tersebut dan menyamakan pendapatnya
selaras dengan pikiran para pencetus, sehingga tidak terdapat perbedaan nilai lagi
antara penerima dan pencetus perubahan.

3. Perubahan guru
Perubahan kurikulum tak akan dapat dilaksanakan tanpa adanya perubahan pada
diri guru karena gurulah kunci dari keberhasilan sebuah inovasi kurikulum. Namun,
apabila perubahan itu disadari oleh guru sebagai sebuah kebutuhan untuk mengatasi
masalah dan kekurangan yang dimilikinya, maka tanpa didorong-dorong pun ia
akan berupaya untuk mencari cara untuk mengatasi persoalan atau kekurangan yang
dirasakannya.

4. Mengubah lembaga atau organisasi


Mengubah lembaga atau organisasi merupakan persoalan tersendiri. Setiap
organisasi mempunyai struktur sosial tertentu. Masing-masing orang mempunyai
status dan peran tertentu yang memberinya harga diri atau kekuasaan. Mengadakan
perubahan dalam struktur itu dapat mengancam kedudukan seseorang. Sering pula
organisasi itu mempunyai hierarki yang ketat dan prosedur yang kuat Untuk
mengadakan perubahan perlu diketahui dan dipertimbangkan keadaan yang ada.

5. Kelambanan perubahan dalam pendidikan


Terdapat beberapa penyebab kelambanan perubahan dalam dunia pendidikan,
diantaranya :
a. Pendidikan, termasuk kurikulum belum cukup mempunyai dasar ilmiah.
Sulit meramalkan dengan pasti apa yang akan terjadi bila dijalankan metode
tertentu karena banyaknya variabel yang mempengaruhi hasil suatu tindakan
pendidikan.
b. Pendidikan, termasuk kurikulum, tidak mempunyai petugas khusus yang
bersedia memberi bantuan kapan saja diperlukan.
Adakah kantor dinas pendidikan menyediakan petugas yang bersedia dipanggil
kapan saja guru atau sekolah memerlukan bantuannya guna mengatasi kesulitan
yang dihadapi berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum?
c. Tak ada penghargaan khusus (insentif atau apa pun) bagi guru atau siapa saja
yang mengadakan perbaikan.
d. Kebanyakan guru mempertahankan cara-cara lama yang telah teruji dan telah
dikenalnya dengan baik dan dijalankan secara rutin.
e. Kurikulum yang uniform atau seragam menghambat ruang gerak guru untuk
mengadakan perubahan dan menimbulkan kesan, seakan-akan setiap
penyimpangan dari apa yang telah ditentukan dalam pedoman kurikulum akan
dianggap sebagai pelanggaran.

B. PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Pengertian pengembangan kurikulum (bagian Ipam)

Muhammad Zein, Asas dan Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum (Curriculum development/Curriculum design) sebagai
tahap lanjutan dari pembinaan, yakni kegiatan yang mengacu untuk menghasilkan
suatu kurikulum baru.

Geane, Topter dan Alicia


Pengembangan Kurikulum adalah suatu proses dimana partisipasi pada berbagai
tingkatan dalam membuat keputusan tentang tujuan, bagaimana tujuan
direalisasikan melalui proses belajar mengajar dan apakah tujuan dan alat itu serasi
dan efektif.

Subandijah
Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang merencanakan, menghasilkan
suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penelitian terhadap
kurikulum yang tidak berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi kegiatan belajar
mengajar yang lebih baik.

2. Landasan pengembangan kurikulum (bagian Ipam)


a. Asas Filosofis, yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan
falsafah negara.
b. Asas Psikologis, yang berkaitan dengan faktor anak dalam kurikulum yakni .
psikologi anak, perkembangan anak, psikologi belajar, dan proses belajar anak,
c. Asas Sosiologis, yaitu kedaan masyarakat, perkembangan dan perubahan-nya,
kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan lain-lain.
d. Asas Organisatoris, yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan
pelajaran yang disajikan.
3. Prinsip pengembangan kurikulum (bagian Dicky)
a. Prinsip Relevansi
Soetopo & Soemanto (dalam Idi, 2007) mengungkapkan beberapa konsep dari
prinsip relevansi, yaitu :
1. Relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik. Ini berarti, isi atau
muatan kurikulum, seperti bahan pengajaran, hendaknya disesuaikan dengan
kehidupan anak didik.
2. Relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan datang. Materi atau
bahan yang diajarkan kepada anak didik hendaknya bermanfaat bagi masa
depan mereka.
3. Relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Semua orangtua mengharapkan
anaknya dapat bekerja sesuai dengan pengalaman pendidikan yang
dimilikinya.
4. Relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan. Kemajuan pendidikan juga
membuat maju ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Prinsip Efektivitas
Dalam proses pendidikan, konsep efektivitas dapat dilihat dari dua sisi, yaitu :
1. Efektivitas mengajar pendidik, yang berkaitan dengan tingkat
keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar yang direncanakan.
2. Efektivitas belajar anak didik, yang berhubungan dengan tingkat
ketercapaian tujuan pengajaran melalui kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan.

c. Prinsip Efisiensi
Efisiensi proses belajar mengajar akan tercipta, apabila usaha, biaya, waktu, dan
tenaga yang digunakan dapat membuahkan proses dan hasil belajar yang
optimal.

d. Prinsip Kesinambungan
Konsep prinsip kesinambungan memiliki beberapa makna, yaitu :
1. Kesinambungan di antara berbagai tingkat sekolah yang menyangkut bahan
pelajaran.
2. Kesinambungan di antara berbagai bidang studi, yang berkaitan dengan
hubungan antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya

e. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang dikembangkan harus memiliki ruang gerak yang memberikan
kebebasan dalam bertindak. Konsep fleksibilitas dalam kurikulum dapat
dimaknai dari dua sisi, yaitu :
1. Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan, yang berkaitan dengan
pengadaan program-program pilihan yang dapat berbentuk jurusan,
spesialisasi, ataupun program-program pendidikan keterampilan yang dapat
dipilih atas dasar kemampuan dan minat siswa.
2. Fleksibilitas dalam pengembangan program pembelajaran, yang berkaitan
dengan pemberian kesempatan kepada para pendidik dalam
mengembangkan sendiri program-program untuk pencapaian tujuan dan
bahan pengajaran yang bersifat umum.

f. Prinsip Berorientasi Tujuan


Langkah awal sebelum memilih dan mengembangkan komponen-komponen
kurikulum ialah menetapkan tujuan.

4. Tujuan pengembangan kurikulum (bagian Dicky)


a. Membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
b. Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan
kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
meningkatkan kualitas dirinya sebagai manusia.
c. Mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta
menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan
mandiri.
d. Meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan, dan kemampuan
mengapresiasi keindahan dan harmoni.
e. Meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup
sehat.

5. Fungsi dan peranan pengembangan kurikulum (bagian Unike)


a. Konservatif
Kurikulum mempunyai peran konservatif, yakni kurikulum berperan sebagai
salah satu instrumen untuk mengkonservasikan kebudayaan suatu bangsa.
Tanpa kurikulum yang baik, kebudayaan suatu bangsa bisa sirna dalam sekejap
karena tidak ada institusi yang melestarikannya. Dengan mencantumkannya
dalam kurikulum, kebudayaan suatu bangsa diharapkan dapat diwariskan
kepada generasi berikutnya sehingga anak cucu bangsa tersebut minimal
mengetahui adanya kebudayaan nenek moyangnya.

b. Kritis & Evaluatif


Kurikulum juga memiliki peran kritis dan evaluatif. Maksudnya, kurikulum
dapat dengan kritis menilai dan mengevaluasi keberadaan kebudayaan nenek
moyangnya untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan
tersebut. Apabila dipandang ada unsur-unsur kebudayaan yang kurang baik,
misalnya, maka generasi berikutnya dapat memilah-milah mana unsur
kebudayaan yang dapat diterapkan dan dilestarikan, dan mana unsur
kebudayaan yang dapat diabaikan karena kurang sesuai dengan perkembangan
jaman.
c. Kreatif
Kurikulum juga mengemban peran kreatif. Maksudnya, kurikulum harus
mampu menciptakan kreasi-kreasi baru dalam kaitannya, misalnya, dengan
kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat sehingga kebudayaan tersebut
lebih sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutan masyarakatnya.

6. Tingkat pengembangan kurikulum (bagian Unike)


a. Substitusi
Berupa penggantian suatu buku pelajaran dengan buku pelajaran yang dinilai
lebih baik.

b. Alterasi
Bentuk perubahan kurikulum dengan, misalnya, menambah atau mengurangi
jam pelajaran untuk bidang studi tertentu, yang dapat mempengaruhi jam
pelajaran bidang studi lain.

c. Variasi
Dimaksudkan untuk menerima dan menerapkan suatu metode yang berhasil di
sekolah lain untuk dijalankan di sekolah sendiri, dengan meniadakan metode
yang lama.

d. Restrukturisasi
Bentuk perubahan kurikulum melalui pemberian peran baru kepada guru dengan
dukungan tenaga dan fasilitas baru, seperti pengembangan team teaching.

e. Orientasi baru
Yaitu perubahan yang berkaitan dengan penerapan nilai-nilai baru, Misalnya,
peralihan kurikulum yang berpusat pada pengetahuan akademis (subject-
centered) menjadi unit approach, kurikulum yang berpusat pada anak, atau
macam-macam pendekatan lain dalam kurikulum.

7. Proses (tahapan) pengembangan kurikulum (bagian Dwi)


Sebelum melakukan pengembangan kurikulum, hal yang perlu diketahui untuk
menjadi pedoman dalam melakukan pengembangan antara lain,
a. Mengetahui tujuan perbaikan
b. Mengenal keadaan sekolah
c. Mempelajari kebutuhan murid dan guru
d. Mengenal masalah yang dihadapi sekolah
e. Mengenal kompetensi guru
f. Mengenal gejala sosial
g. Mengetahui aliran-aliran dalam pengembangan kurikulum

Setelah mengetahui dan memahami hal-hal tersebut, maka proses pengembangan


kurikulum dapat dilakukan melalui hal-hal berikut ini :
a. Perumusan tujuan
Tujuan di rumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai kebutuhan, tuntutan
dan harapan. Oleh karena itu tujuan di rumuskan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri serta ilmu pengetahuan.

b. Menentukan isi
Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang di rencanakan akan di
peroleh siswa selama mengikuti pendidikan. Pengalaman belajar ini dapat
berupa mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran, atau jenis-jenis pengalaman
belajar lain sesuai dengan bentuk kurikulum itu sendiri.

c. Memilih kegiatan
Organisasi dapat di rumuskan sesuai dengan tujuan dan pengalaman-
pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, dengan mempertimbangkan
bentuk kurikulum yang digunakan.

d. Merumuskan evaluasi
Evaluasi kurikulum mengacu pada tujuan kurikulum, sebagai di jelaskan di
muka. Evaluasi perlu di lakukan untuk memperoleh balikan sebagai dasar dalam
melakukan perbaikan, oleh karena itu evaluasi dapat di lakukan secara terus
menerus.

8. Faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum (bagian Dwi)


a. Perguruan tinggi
Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum
sekolah, yaitu :
1. Dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan di perguruan tinggi umum.
2. Dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan
guru-guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

b. Masyarakat
Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat pengunanya serta
upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.

c. Sistem nilai
Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam
pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat.
Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan
dalam kurikulum.
C. TIM PENGEMBANGAN KURIKULUM (bagian Ardhy)
1. Landasan pembentukan tim pengembangan kurikulum
a. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan;
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Wewenang antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota;
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pembiayaan Pendidikan;
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi;
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetisi Lulusan;
g. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006;
h. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006;
i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah;
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;
k. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan;
l. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian;
m. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
Standar Proses;
n. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang
Kualifikasi dan Kompetensi Konselor;
o. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Pembinaan Kesiswaan;
p. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar
Biaya;
q. Panduan Penyusunan KTSP yang dikembangkan oleh BSNP Tahun 2006.

2. Struktur tim pengembangan kurikulum


a. Administrator
Pihak pengambil keputusan/ pejabat pendidikan yang terdiri dari menteri,
direktorat jendral, kanwil.
b. Tim pengarah
Anggota tim pengarah adalah pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang
studi, serta dari dunia kerja.

c. Kelompok kerja
Tim atau kelompok kerja (worker committee), para ahli kurikulum, para ahli
disiplin ilmu dari perguruan tinggi, guru senior.

3. Peran tim pengembangan kurikulum


a. Administrator
1. Peran administrator tingkat pusat dalam pengembangan kurikulum.
Peran administrator pusat dalam pengembangan kurikulum adalah dalam
penyusunan kerangka kurikulum, dasar hukum, dan program inti kurikulum.
Administrator tingkat pusat bekerjasama dengan pakar kurikulum dan
bidang ilmu dari perguruan tinggi untuk menetapkan rumusan isi dan materi
kurikulum. Kurikulum yang berlaku saat ini, administrasi pusat menyiapkan
standar-standar yang harus digunakan sebagai patokan dalam membuat
kurikulum tingkat satuan pendidikan. Standar yang berhubungan langsung
dengan kurikulum antara lain standar isi, standar pengelolaan, standar
proses, dan standar penilaian. Kurikulum tingkat pusat disajikan sampai
dengan kompetensi dasar, sedangkan penjabaran kompetensi dasar menjadi
indikator merupakan tugas pengembang kurikulum tingkat satuan
pendidikan.

2. Peran administrator daerah dalam pengembangan kurikulum.


Administrator tingkat daerah (kota atau kabupaten) berperan dalam
menjabarkan kurikulum tingkat pusat yang berupa kerangka dasar dan
program inti menjadi kurikulum yang sesuai dengan daerah masing-masing.
Daerah dapat menerbitkan kebijakan tingkat daerah sebagai arahan sekolah
dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Selain
mengeluarkan kebijakan daerah, administrator tingkat daerah juga berperan
sebagai pengarah dan pembina dalam pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan. Peran ini bisa dilakukan dengan cara sosialisasi
kurikulum dan implementasinya, dan juga bisa mendampingi dalam
pembuatan KTSP, serta pengawasan. Tugas ini biasanya diwakilkan pada
pengawas atas nama dinas pendidikan daerah untuk memberi bimbingan
profesional kepada sekolah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Kepala sekolah juga merupakan komponen administrator daerah
pada level yang paling bawah. Merekalah yang secara langsung akan
menangani pengembangan KTSP. Untuk itu peran kepala sekolah dalam
pengembangan kurikulum akan dibicarakan tersendiri.
b. Tim pengarah
Sebagai tenaga ahli atau konsultan kurikulum., dibutuhkan pada pengembangan
kurikulum tingkat pusat ataupun daerah dan sekolah. Pada tingkat pusat
berperan dalam membantu administrator tingkat pusat untuk merumuskan isi
dan materi kurikulum, yaitu :
1. Mengajukan gagasan dan berbagai masukan yang diperlukan oleh
pengembang kurikulum.
2. Menyampaikan hasil penelitiannya yang berkaitan dengan pengembangan
kurikulum.
3. Menyusun buku sumber yang dapat digunakan sebagai referensi dalam
pengembangan kurikulum.

Tiga hal yang dapat dilakukan tim pengarah dalam mengembangkan kurikulum
tingkat pusat ini, juga dapat digunakan oleh pengembang kurikulum tingkat
satuan pendidikan. Secara rinci pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan membutuhkan tim pengarah adalah hal sebagai berikut,
1. Meminta masukan dari pakar tentang pengembangan kurikulum yang
dibutuhkan sesuai kondisi sekolah, baik berupa gagasan atau hasil
penelitian.
2. Memberi latihan dan penataran bagi para pengembang kurikulum tingkat
satuan pendidikan berkenaan dengan pengembangan kurikulum.
3. Sebagai konsultan dalam rangka mendapatkan kurikulum yang baik.

c. Kelompok kerja
1. Sebagai pemberi pertimbangan.
Keputusan-keputusan mengenai kurikulum sekolah secara institusional ada
di tangan kepala sekolah. Dalam konteks inilah kelompok kerja menjadi
pihak yang memberikan pertimbangan-pertimbangan atas usaha
pengembangan kurikulum sekolah. Sebagai pihak yang profesional,
kelompok kerja memiliki keahlian di bidangnya, termasuk urusan kurikulum
atau secara lebih luas mengenai pendidikan. Oleh karenanya, dalam rangka
pengembangan kurikulum, kelompok kerja memiliki gagasan/ide mengenai
kenyataan dan harapan-harapan sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan.

2. Sebagai pelaksana pengembangan kurikulum sekolah.


Sebagai pelaksana proses pengembangan, kelompok kerja dapat terlibat
sebagai tim yang ditunjuk untuk “membuat” pengembangan kurikulum
sekolah. Di sini, kelompok kerja harus mampu berpikir luas dan
komprehensif, bahkan menjangkau masuk ke ruang masa depan (futuristik).
Bersama tim sekolah, kelompok kerja berpikir secara keseluruhan mengenai
kurikulum dan segenap potensi sekolah. Pada sisi lain, kelompok kerja
sebagai pelaksana kurikulum hasil pengembangan lebih terkonsentrasi pada
tugas pokoknya sebagai pengampu proses pembelajaran mata pelajaran
tertentu. Di sini, kelompok kerja menjabarkan kurikulum sekolah menjadi
bentuk-bentuk program yang lebih detil/rinci (silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran) sampai dengan pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai