Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

PANDANGAN NEGATIF MASYARAKAT TERHADAP


CHILDFREE DI KOTA KEDIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Lomba Karya Tulis Ilmiah Dibidang Ilmu
Keagamaan Islam

Disusun oleh :
1. Dzannur Muhammad
2. M. Ammar Huwadi Baihaqi

MA TSUROYYA
PLOSO – MOJO – KEDIRI
TAHUN 2023 – 2024
DAFTAR ISI

Judul
Daftar Isi .......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 3
E. Kajian Teori............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 6
A. Penelitian Terdahulu ............................................................... 6
BAB III METODE PENELITIAN .................................................. 9
A. Metode Penelitian / Jenis Penelitian ...................................... 9
B. Subjek Penelitian ................................................................... 9
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ....................................... 9
D. Rencana Analisis Data ............................................................ 10
BAB IV JADWAL PENELITIAN ................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 12

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan sebuah komitmen besar untuk membentuk keluarga
yang sakinah, mawaddah wa Rahmah. Dalam komponen keluarga pada umumnya
minimal terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Masyarakat Indonesia meyakini bahwa
kehadiran anak dalam pernikahan adalah sebuah keharusan, akan tetapi pada bulan
Agustus – September 2021, muncul sebuah pandangan yang menghebohkan, yaitu
sebuah keinginan tidak memiliki anak (Childfree) yang diutarakan melalui media
sosial. Keinginan tersebut disampaikan oleh beberapa publik figur dan menyebabkan
kontroversi yang berkepanjangan sampai muncul kelompok yang pro dan kontra
terkait isu tersebut. Kemudian melihat kondisi di Kota kediri, kondisi pernikahan
tanpa kehadiran anak menyebabkan terjadinya perceraian, baik itu karena memang
belum bisa memiliki atau karena salah satu dari pasangan belum menginginkan
adanya anak. Sehingga dalam penelitian ini memiliki fokus penelitian Bagaimana
Dampak Fenomena Childfree terhadap Perspektif Masyarakat Kota Kediri untuk
memiliki Anak.
Dalam mengkaji permasalahan ini peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif. Di mana peneliti mencari data di lapangan dengan indikator narasumber
adalah pasangan yang menikah pada tahun 2020-2021 yang belum dikaruniai anak,
untuk mengetahui dampak dari fenomena Childfree terhadap perspektif masyarakat
Kota Kediri untuk memiliki anak dengan pendekatan fenomenologi. Data yang
didapatkan berupa data primer, yaitu hasi wawancara dan observasi, kemudian data
sekunder berupa dokumen pendukung yang diperoleh dari beberapa referensi dan
studi dokumen untuk mengetahui perspektif masyarakat Kota Kediri tentang
keinginan untuk memiliki anak.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Kediri
memiliki kecenderungan untuk memiliki anak, dan 4 dari 5 pasangan sedang
mengupayakan untuk memilikinya dalam rentang waktu 1- 2 tahun pernikahan ini,
dan satu diantaranya berkeinginan untuk menunda memiliki anak karena belum ada
kesiapan psikologi dan finansial. Konstruksi sosial masyarakat Kota Kediri
menggambarkan bahwa telah terjadi proses eksternalisasi, objektivikasi, dan

1
internalisasi. Pemaknaan tujuan pernikahan yang sakral karena sebagai perwujudan
penghambaan melalui ibadah pernikahan yang panjang, tertanam sebagai bentuk dari
eksternalisasi nilai religiusitas masyarakat Kota Kediri yang berpegangan pada syariat
Islam dengan prinsip egaliter yang diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. Dalam
proses objektivasi, kehadiran anak dalam rumah tangga telah menjadi kenyataan yang
diterima begitu saja oleh masyarakat sebagai faktisitas yang memaksa, sehingga
dengan kondisi tidak adanya anak dalam pernikahan menjadikan masyarakat sering
kali melakukan validasi dengan pertanyaan “kapan mau punya baby” atau “kok belum
dikasih momongan” yang membuat pasangan tanpa anak menjadi tertekan. Apalagi
dengan adanya isu Childfree yang hadir sebagai guncangan atau shock dalam
masyarakat, sehingga muncul pendapat yang setuju, tidak setuju dan netral. Dalam hal
ini teori konstruksi sosial dapat menjawab bahwa isu Childfree tidak mempengaruhi
perspektif masyarakat Kota Kediri. Salah satu alasannya adalah tingginya tingkat
kepercayaan masyarakat Kota Kediri pada anjuran agama untuk memiliki anak dalam
pernikahan.
“Childfree adalah pemahaman seseorang yang menganggap pernikahan tidak
selalu harus punya anak. Namun memilih bebas dari anak,” terang Psikolog Klinis
Tatik Imadatus Sa’adati. Ima menjelaskan penyebab seseorang memilih Childfree.
Salah satunya dari segi kesehatan reproduksi, baik perempuan maupun laki-laki.
Dengan kondisi tersebut, pasangan ini memilih Childfree. Karena bagi pasangan
tertentu tidak mudah mengakui tidak bisa punya anak atau mandul.“Jadi mereka
membungkus kelemahannya agar tetap diterima di masyarakat, salah satunya dengan
menyebut Childfree,” ujarnya. Bagi yang hanya mengetahui dari luar, mereka
menganggap pasangan tersebut tidak ingin memiliki anak. Tanpa mengetahui apa
yang terjadi hingga dalam. Selain untuk menutupi kelemahan, juga pilihan atau visi
dan misi pernikahan sejak awal yang tidak ingin memiliki anak. Padahal reproduksi
sehat. Tetapi memilih tidak hadirkan anak. Keinginan tidak adanya kehadiran anak ini
bisa karena faktor ekonomi, hingga waktu yang berkurang. Ketiga adalah Childfree
karena gaya hidup. Namun lifestyle ini tidak selalu buruk. “Saya pernah mendengar
seorang artis ini memilih melakukan Childfree karena ia berpikir masih banyak anak-
anak di Indonesia yang membutuhkan bantuan pendidikan,” kata dosen psikologi
perempuan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri ini.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Childfree menurut pandangan masyarakat di kota Kediri?
2. Bagaimana Childfree menurut pandangan tokoh masyarakat di kota Kediri?

C. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan bagaimana Childfree menurut pandangan masyarakat di kota Kediri
2. Menjelaskan bagaimana Childfree menurut pandangan tokoh masyarakat di kota
Kediri

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teori maupun praktek.
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini penulis harapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan wawasan mengenai Childfree menurut masyarakat kota Kediri.
2. Manfaat praktek
a. Bagi masyarakat untuk memperkaya pengetahuan dan informasi mengenai
pandangan para tokoh masyarakat Kediri terhadap fenomena Childfree
b. Bagi penuliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
evaluasi serta contoh untuk penelitian sejenis dan menjadi penelitian yang
lebih menarik .

E. Kajian Teori
Pengertian Childfree
1. Childfree merupakan keputusan pasangan suami istri yang telah menikah untuk
tidak mempunyai anak. Ketika maraknya Childfree pola angka kelahiran di
Indonesia terus mengalami penurunan, bahkan pada 2019 angka kelahiran kasar
per 1000 penduduk di Indonesia berada pada angka 17,75.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dan dampak
kehidupan rumah tangga yang memutuskan untuk tidak memiliki anak dan
mengetahui bagaimana pandangan Al Quran dalam surah Ar Rum ayat 21 tentang
Childfree menurut perspektif Quraish Shihab. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan tafsir Maudu’i.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini secara keseluruhan merujuk pada
sumber kepustakaan yang terdiri dari kitab – kitab fiqih, tafsir, buku/jurnal hukum
3
yang terkait dapat memberikan keterangan langsung maupun tidak langsung
terkait objek dna fokus masalah yang akan dikaji.
Hasil penelitian ini antara lain adalah
1) Penaruh Childfree sebagian menilai ketidakhadiran anak membuat
pernikahannya menjadi tidak bahagia, namun sebagian lain justru menganggap
tanpa kehadiran anak juga memberikan keuntungan bagi pernikahan.
2) Quran surah Ar Rum ayat 21 tentang Childfree pendapat M. Quraish Shihab
mengatakan bahwa tidak ada larangan bag seseorang untuk berpendapat
ataupun mengemukakan keinginannya, selama hal tersebut tidak
berseberangan dengan nilai – nilai moral dan agama.

2. Childfree merupakan sikap untuk tidak memiliki anak, sehinga dianggap


bertentangan dengan anjuran agama yang paling utama dalam pernikahan yaitu
memiliki keturunan.
Tujuan pernikahan menurut Imam Al Ghazali diantaranya yaiu mendapatkan
dan melangsungkan keturunan, memenuhi hajat manusia menyalurkan
syahwatnya dan menampakkan kasih sayangnya, memenuhi panggilan agama,
memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan, juga bersungguh – sungguh untuk
memperoleh harta kekayaan yang kekal, serta membangun rumah tangga untuk
membentuk masyarakat yang tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang.
Akan tetapi, Childfree tidak sepenuhnya salah. Jika ada beberapa alasan yang
dianggap madhorot untuk kedua pasangan maupun anak yang akan dilahirkan.
Sikap Childfree ini diqiyaskan dengan ‘Azl yaitu menumpahkan sperma suami di
luar rahim istri dan menurut Imam Ghazali hukum ‘Azl adalah mubah karena
hanya sebatas takkul afdhal atau meninggalkan keutamaan. Sikap Childfree
diperbolehkan jika merusak yang dimasukkan oleh pasangan suami istri lebih
besar dibanding dengan kebaikannya dan kepeutusan Childfree harus
berlandaskan pemikiran yang matang bukan hanya sekadar mengikuti tren.

3. Childfree dapat diartikan sebagai sebuah pandangan suami istri yang memutuskan
untuk tidak mempunyai anak. Childfree bukanlah istilah baru. Banyak pasangan
suami istri di negara – negara besar yang memiliki keputusan tersebut. Keputusan
dalam memilih Childfree dalam kehidupan rumah tangga tidak lepas dari peran

4
suami istri. Hal ini karena menyangkut hak – hak reproduksi mereka. Hak
reproduksi antara suami istri ini telah dibahas dalam Islam.
Dengan teknik pemngumpulan data dengan dokumentasi serta dilakukan analisa
dengan cara deskriptif dan isi memutuskan untuk Childfree haruslah dibarengi
dengan pemikiran yang matang dan penuh kesadaran. Keputusan memilih Childfree
merupakan salah satu hak menolak kehamilan. Untuk mewujudkan hak tersebut,
cara kerjasama antara suami istri haruslah diterapkan dalam sebuah rumah tangga.
Keputusan dalam memilih untuk Childfree harus dibarengi dengan diskusi
antara suami istri. Dalam diskusi tersebut kedua belah pihak harus terbuka terutama
pihak perempuan tentang alasan keputusan Childfree itu dilakukan. Dalam
memberikan alasan tersebut juga harus disertai alasan dasar yang kuat sehingga
tidak merugikan kedua pihak.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Childfree menjadi tren yang sedang meningkat di Eropa hingga menyebar ke
Indonesia. Istilah childfree mulai tren di awal tahun 2020 setelah beberapa publik
figur memutuskan untuk tidak memiliki anak (childfree). Walaupun istilah ini baru
populer, namun telah dipraktikkan jauh sebelum memasuki abad ke-20. Pengertian
childfree sebagaimana disebutkan dalam Oxford Dictionary ialah suatu istilah yang
digunakan untuk menekankan kondisi tidak memiliki anak karena pilihan. Sementara
Cambridge Dictionary juga mendefenisikan hal yang sama.11 Apabila dilihat
menggunakan kerangka feminist, maka childfree merupakan otoritas perempuan
untuk mengendalikan tubuhnya sendiri dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Dari
beberapa penelitian, di antaranya Joanne Doyle, Jenna Healey, dan Leslie Ashburn
Nardo, menyebutkan bahwa perempuan tanpa anak secara sukarela mayoritas
berpendidikan baik, dengan sedikit waktu luang dan memiliki prioritas lain, seperti
hubungan dan karir.12 Selain childfree, terdapat pula istiah childless yang maknanya
hampir sama dengan childfree. Childless ialah kondisi perempuan yang tidak
memiliki anak disebabkan infertilitas (kemandulan). Kajian mengenai childless tidak
menimbulkan banyak kontroversi dikalangan ilmuan akademik dan agamis karena
kondisi tersebut tidak dapat dihindari atau bersifat permanen (biologis), dalam artian
bukan sebuah pilihan, sehingga menjadi suatu kekecualian. Berbeda dengan childfree,
pertimbangan untuk tidak memiliki anak bukan disebabkan faktor biologis
(infertilitas). Perempuan yang memilih childfree bisa muncul dengan berbagai
pertimbangan karena alasan finansial atau ekonomi, sosial, psikologi dan lain-lain.
Susan R. Hoffman13, mengatakan dalam tulisannya bahwa tidak memiliki anak
secara sukarela menjadi gaya hidup alternatif yang semakin lazim di masyarkat
Amerika kontemporer. Tingkat tidak memiliki anak menurun dari perang dunia II
hingga pertengahan 1960-an, tetapi setelah itu meningkat drastis. Berdasarkan data
biro sensus Amerika Serikat, di antara wanita yang kawin berusia 20-24 tahun, tingkat
tidak memiliki anak meningkat dari 25% tahun 1960 menjadi 44,7% tahun 1975,
sementara wanita yang berusia 25-29 tahun meningkat dari 12,3% 1960 menjadi
21,6% di tahun 1975.

6
Studi yang dilakukan di Australia juga menunujukkan sebuah survei terhadap
7448 wanita Australia berusia 22 hingga 27 tahun mengungkapkan bahwa 9,1%
keinginan untuk childfree. Wanita yang memilih untuk childfree adalah kelompok
yang relatif baru dan berkembang di negara-negara industri karena munculnya
kontrasepsi, peningkatan partisipasi tenaga kerja dan pengurangan perbedaan
kekuatan peluang pekerjaan berdasarkan jenis kelamin.
Sebuah studi di Italia menunjukkan peningkatan prevalensi tidak memiliki
anak secara permanen, dimulai dengan wanita yang lahir pada 1950-an. Childfree
lebih umum di lingkungan perkotaan, tetapi perilaku ini dapat menyebar dalam waktu
dekat. Banyak penelitian yang juga mengkaji perubahan pola dalam perilaku
perkawinan di beberapa negara salah satunya Amerika serikat. Dalam tulisan Marsha
D. Somers, menyebutkan memilih gaya hidup tanpa anak mewakili perubahan lain
dalam dalam komposisi keluarga dan menjadi tren baru. Dari data sensus
menunjukkan persentase pasangan tanpa anak telah meningkat dua kali lipat sejak
1990, sementara tingkat infertilitas telah jatuh. Beberapa memperkirakan jumlah
pasangan yang memilih tidak memiliki anak akan terus meningkat.
Berbeda dengan negara-negara lain, Jepang mengalami penurunan angka
kelahiran sejak pertengahan 1970-an dan pada tahun 1990-an dikaitkan dengan
peningkatan angka lajang pada usia 20 – 30 tahun. Pernikahan dan melahirkan anak
masih sangat terkait erat di negara ini. Wacana yang gigih dan meresap dari pejabat,
media, dan elit intelektual Jepang berusaha membujuk laki-laki dan perempuan yang
lajang untuk mengikuti peran gender tradisional. Pemerintah Jepang khawatir akan
masa depan negaranya bila angka pernikahan dan kelahiran terus menurun. Situasi ini
menyiratkan kuatnya tantangan bagi pasangan yang sekiranya memilih untuk
childfree. Mereka akan diklaim tidak bertanggung jawab oleh negara.
Meskipun mayoritas wanita di Eropa dan Amerika Serikat terus menjadi
“Ibu”, dengan pencerahan pemahaman mengenai pilihan reproduksi dan otonomi
yang lebih besar telah memberikan kemungkinan bagi wanita untuk memilih atau
mempertahankan anak. Studi lain telah menyoroti perubahan sosial, kemakmuran,
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan dukungan dari pasangan sebagai faktor
kunci yang memungkinkan wanita memilih childfree. Penjelasan peningkatan
childfree dipengaruhi oleh kekuatan sosial-makro, yakni peningkatan partsipasi
angkatan kerja perempuan dan perubahan sosial seperti gerakan feminist 1970-an.

7
Pada tahun 1972, dua orang aktivis Ellen Peck dan Shirley Radl mendirikan
Organiasasi Nasional yang tidak mengakomodir orang tua atau National Organization
for Non-Parents (NON) sebagai organisasi yang didedikasikan untuk membela hak-
hak tanpa anak karena pilihan. Organisasi ini mempromosikan kehidupan bebas
anak sebagai pilihan reproduksi yang juga terhormat secara sosial.
Di tingkat mikro, yakni otonomi dan kebebasan. Alasan yang paling sering
dikutip untuk tidak memiliki anak ialah kebebasan dari tanggung jawab pengasuhan
anak. Proses tingkat makro dan mikro telah dieksplorasi sebagai penjelasan potensial
mengenai bagaimana dan mengapa orang dewasa memilih childfree. Di lain sisi juga
terdapat dorongan modernitas yang membantu memunculkan beberapa kemungkinan
bagi wanita untuk mewujudkan identitas sebagai pasangan yang ideal tanpa
mengemban identitas sebagai ibu sekaligus.
Dari penelusuran penelitian tentang fenomena childfree, alasan memutuskan
tidak memiliki anak atau karena pilihan atau childfree umumnya sebagai berikut:
1) Alasan finansial dan kesiapan mental
2) Keinginan untuk menikah karena ingin hidup bersamapasangan bukan karena ingin
mempunyai anak
3) Pasangan yang telah menikah dan memiliki anak merupakan wujud habitualisasi
(pembiasaan) yang tumbuh di masyarakat, namun pasangan di negara berkembang
yang memilih childfree mewakili pola pikir yang berkembang seiring kemajuan
zaman

8
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah dengan mencari data – data dari
media sosial , berita – berita di televisi, serta menggunakan metode bertanya ke tokoh
– tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar.

B. Subjek Penelitian (Populasi dan Sampel)


Untuk subjek penelitian populasi kami melihat, dan mencari data melalui
media sosial dan berita serta jurnal – jurnal mengenai childfree di kota Kediri.
Sedangkan untuk sampel, kami melakukan wawancara kepada tokoh masyarakat dan
masyarakat di kota Kediri.

C. Teknik dan Alat Pengumpul Data


Dalam melakukan penelitian masalah childfree ini kami menggunakan beberapa
metode untuk pengumpulan data antara lain :
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara penliti dan narasumber.
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan lewat pengamatan
langsung.
3. Angket (kuesioner)
Metode pengumpulan data dengan angket atau kuesioner adalah teknik yang
menggunakan daftar pertanyaan untuk dijawab oleh sejumlah orang yang
sekiranya paham dengan permasalahan.
4. Studi pustaka dan dokumen
Studi pustaka dilakukan dengan meghimpun data – data seperti dari buku, berita,
artikel ilmiah, medsos, dll.
Sementara untuk alat pengumpul data, kami menggunakan alat – alat seperti
handphone, komputer, media elektronik seperti televisi dengan mencatat &
berita/informasi yang ada di televisi.

9
D. Rencana Analisis Data
Pada penelitian ini, rencana analisis data yang kami lakukan dengan langkah –
langkah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data – data yang dibutuhkan
b. Seleksi dan editing
Dengan cara mengambil data – data yang sekira tepat dan pas serta tidak memakai
dara yang tidak diperlukan.
c. Pengkodean
Cara ini kami lakukan dengan cara menandai bagian – bagian data yang sudah
kami dapatkan dan kami kerjakan.
d. Memasukkan data – data
Bagian inikami memasukkan data – data dengan proses pengetikan dikomputer
serta melakukan penjilidan.

10
BAB IV
JADWAL PENELITIAN

Bulan / Tahun 2023


No. Kegiatan
April Mei

1. Tahap persiapan penelitian

a. Penyusunan dari pengajuan judul

b. Pengajuan proposal

c. Perizinan proposal

2. Tahap pelaksanaan

a. Pengumpulan data

b. Analisis data

3. Tahap penyusunan laporan penelitian

11
DAFTAR PUSTAKA
18 Hukum dan Studi Hukum (Ilmu Hukum) – 1801
Hukum dan Hukum Islam – 180119 Hukum
Dan Masyarakat (Hukum dan Masyarakat
29 November 2022
Fadhilah, Ikhdatul (2022) Perspektif Bebas Anak Masyarakat Kota Kediri. Tesis
Magister (S2) IAIN Kota Kediri.
Muhammad Abduh dan Tutik Hamdah, “Tujuan Maslaha Imam Al-Ghozali Terhadap
Ta’liq Talak dalam Hukum Positif Indonesia” Jurnal Diktum, Vol. 19. No. 2 (Desember 2021)
: 141
Asriaty, “Penerapan Maslahah Mursalah dalam isu’isu kontemporer” Jurnal Madania,
Vol. 19 No. 1 (Juni, 2015). 9
Maria Letizia Tanturri dan Letizia mencari ini, (Childless or Childfree ? paths to
voluntary childlessness initialy Population and Development Review), Vol 34, No. 1 (March
2008), 71
Susan R. Hoffman and Ronald F. Levant, “A Comparism of Childfree and Child
anticipated married couples. Family Relation, Vol. 34 No. 2 (April 1985), 197.
Joanne Doyle, Julie Aan Pooly and Lauren. “A Phenomenological exploration of
childfree choice in asample Australian Women”. Journal of Health Poucholove. Vol. 19 No. 3
(March 2013) 397-407

12

Anda mungkin juga menyukai