Abstract: The emergence of the childfree phenomenon in Indonesia raises a new view
of family stigma that is different from usual. This research will explore the
understanding of phenomenon from the point of view of college students as potential
subject or exempt from childfree. The aim of study is to find out their views on the
definition of childfree and how to respond the idealism of family that will be
constructed in the future. The methodology used is through a qualitative descriptive
approach. The results of the study indicate that there is a similar understanding of all
college students who become respondents to define the notion of childfree. However,
there are differences in responding to the existence of child-free phenomenon that is
currently happening. Some of them argue that the existence of childfree is a positive
thing as a form of implementation the relative presence of children and choices.
Meanwhile, other respondents considered the childfree phenomenon as a form of
negative thoughts because they were considered to have tried to reject children's
"luck" which could actually be pursued.
Keywords: Childfree, Family, College Student
17
PENDAHULUAN 2021). Selain itu keluarga dan
Dalam realita sosial, keluarga masyarakat mempunyai
disebut sebagai pusat tumbuhnya kecenderungan menganggap
generasi penerus bangsa yang pernikahan yang tidak sempurna
berkarakter (Athiyah Warada, ditimbulkan dari suami istri yang tidak
Mardiana, 2021). Hal ini diikuti mempunyai anak. Namun, tidak semua
dengan kenyataan bahwa setiap dua kondisi dapat disamaratakan. Terdapat
insan yang menikah akan dihadapkan banyak pemakluman mengapa
fase baru dimana sebagian besar pasangan tidak memiliki keturunan
mereka kelak melahirkan anak untuk karena alasan tertentu. Diantaranya
mempertahankan garis keturunannya. akan dapat dipahami jika pasangan ini
Menikah dan memiliki anak menjadi memiliki kondisi yang secara alamiah
salah satu hal penting dalam kehidupan tidak dapat menghasilkan keturunan.
sosial dan budaya masyarakat. Kemudian penerimaan bisa jadi
Pernikahan merupakan suatu siklus berbanding terbalik menjadi anggapan
hubungan permanen antara laki-laki negatif jika yang diterima tidak
dan perempuan yang legal secara demikian (Iskandar et al., 2019).
agama dan hukum serta terikat dengan Secara general, pasangan yang
peraturan tertentu (Struktur et al., tidak memiliki anak dikategorikan
2022). menjadi 2 bagian: Pertama, keadaan
Titik kepuasan yang dicapai dimana pasangan tidak memiliki anak
dalam pernikahan merupakan salah karena suatu sebab yang mendesak,
satu faktor penting yang menjadi seperti: mandul, HIV, atau masalah
bagian dari visi bagaimana sebuah kesehatan lainnya. Sedangkan mereka
keluarga akan dibentuk. Menurut sebenarnya memiliki keinginan untuk
Nagaraja (Sudarto, 2014) kepuasan hal itu. (Patnani et al., 2021). Kedua,
merupakan suatu kondisi dimana pasangan yang secara suka rela
individu mampu mencapai tujuan yang memutuskan untuk tidak memiliki
diinginkan. Sedangkan pada realitanya, anak meskipun sebenarnya mereka
kepuasan dalam pernikahan sangat mampu dan berpotensi untuk
merupakan suatu kesan subjektif yang memperoleh keturunan. (Neal & Neal,
bisa saja berbeda-beda standarnya pada 2021)
tiap orang. Menurut (Haganta et al., 2022)
Dari perspektif sosial dan Hingga saat ini, keputusan memilih
ekonomi, kehadiran anak dapat dan menjadikan childfree sebagai
meningkatkan ekonomi keluarga sebuah prinsip bagi pasangan resmi di
karena anak dinilai membawa rezeki Indonesia memang masih menuai pro
dan mendapat pengakuan positif secara dan kontra dalam berbagai macam
sosial dari masyarakat (Patnani et al., perspektif. Banyak yang beranggapan
bahwa baik pendukung maupun
18
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya
Vol 11, No 1, Juni 2022, E-ISSN: 2684-8171, P-ISSN: 1829-9245
19
Menurut hasil penelitian secara positif dan negatif (Mubarak, J.
(Ulfah & Mulyana, 2014) childfree S., dkk, 2022).
pada wanita involuntary childless Selanjutnya, penelitian ini
justru mengalami kepuasan hidup akan difokuskan pada fenomena yang
seperti adanya pengalaman kedua dimana pasangan bebas anak
menyenangkan, jarang merasakan karena pilihan, bukan karena sesuatu
afeksi positif dan sering merasakan yang membuat mereka terpaksa untuk
afeksi negatif. Selain itu, dibahas pula tidak mendapatkannya. Dalam
pada (Neal & Neal, 2021) bahwa masyarakat modern istilah ini dikenal
ditemukan peningkatan jumlah orang dengan sebutan childfree. Secara lebih
yang berpandangan positif tentang lanjut peneliti ingin mengkaji lebih
childfree, serta ditemukan stigma yang dalam tentang bagaimana fenomena ini
tumbuh akibat dari maraknya bisa mengubah atau tetap
fenomena tersebut. Sedangkan dari mempertahankan cara pandang dan
sisi islam fenomena ini juga cukup prinsip kawula muda untuk
sering dibahas salah satunya dalam mengkonstruksi idealisme keluarga
penelitian (Djati & Series, 2022), mereka di masa mendatang. Pada
bahwa sikap childfree merupakan konteks tersebut, peneliti memandang
pilihan yang belum relevan di bahwa mahasiswa dapat menjadi
Indonesia. Kecuali jika memang subjek yang berperan sangat krusial
sikapnya sengaja dikampanyekan untuk terlibat atau menolak fenomena
kepada khalayak, bukan hanya pada yang ada karena pada fase itu
ranah pribadinya saja. Penelitian ini merupakan usia rata-rata seseorang
juga menganggap bahwa orang yang telah dapat dikatakan dewasa secara
menganut childfree tetap perlu fisik maupun mental. Sehingga mereka
mendapat pendampingan secara bisa menanggapi hal-hal yang prinsipal
psikologis dan spiritual. dan membuat keputusan secara lebih
Penelitian yang sebelumnya sadar.
membantu dalam menyiapkan
kerangka berpikir penelitian ini.
Terdapat istilah childless yang mana METODE PENELITIAN
ada pasangan yang memilih tidak Metode penelitian yang
punya anak karena kondisi kesehatan digunakan merupakan metode
tertentu, meskipun mereka memiliki kualitatif dengan pendekatan
kemampuan finansial dan juga deskriptif. Peneliti lebih menekankan
emosional (Ulfah & Mulyana, 2014). kepada setiap pendapat dari
Namun, untuk orang-orang yang tidak narasumber guna menemukan,
memiliki anak meskipun mampu memahami, menjelaskan dan
disebut sebagai childfree yang memproleh gambaran tentang
seringkali menimbulkan dampak bagaimana childfree dan idealisme
20
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya
Vol 11, No 1, Juni 2022, E-ISSN: 2684-8171, P-ISSN: 1829-9245
29