CHINS
TE MP LAT E
PERNIKAHAN
Pengertian, Hukum, Syarat dan Rukun Pernikahan
Dalam Perspektif Empat Madzhab serta Hikmah Pernikahan
Madzhab Syafi’i
Pernikahan secara bahasa: berarti menghimpun dan mengumpulkan.
Pengertian Terjadinya perkawinan antara pohon dengan pohon itu saling condong dan
bercampur satu sama lainnya. Sedangkan menurut syara’ pernikahan adalah
akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan biologis
pernikahan
dengan lafads nikah atau tazwij atau yang semakna dengan keduanya”
Madzhab Maliki
Pernikahan adalah sebuah akad yang dapat mengubah hubungan seorang
perempuan yang bukan mahram, budak, dan majusi menjadi hubungan
yang halal dengan shighat.
Madzhab Hanafi Madzhab Syafi’i Madzhab Hanbali Madzhab Maliki
1. Wajib
Hukum Pernikahan Hukum menikah menjadi wajib apabila:
• Ada biaya (mahar da nafkah)
• Hawatir berbuat zina bila tidak menikah.
2. Haram
Hukum menikah menjadi haram apabila memiliki keyakinan bahwa dirinya tidak bisa
untuk menjalankan kewajiban-kewajiban yang ada di dalam pernikahan.
3. Sunnah
Hukumnya menikah menjadi sunnah apabila ada keinginan menikah dan ada biaya
(mahar dan nafkah) dan mampu untuk melaksanakan hal-hal yang ada di dalam
pernikahan.
4. Makruh
Hukum menikah menjadi makruh apabila tidak ada keinginan untuk menikah, tidak ada
biaya dan ia hawatir tidak bisa melaksanakan hal-hal yang ada dalam pernikahan.
5. Mubah
Hukum menikah menjadi mubah apabila ia menikah hanya semata-mata menuruti
keinginan syahwatnya saja.
Madzhab Hanafi Madzhab Syafi’i Madzhab Hanbali Madzhab Maliki
1. Wajib
Hukum Pernikahan Hukum menikah menjadi wajib apabila memenuhi tiga syarat, yaitu:
• Khawatir melakukan zina
• Tidak mampu berpuasa atau mampu tapi puasanya tidak bisa mencegah terjadinya
zina.
• Tidak mampu memiliki budak perempuan (amal) sebagai pengganti isteri dalam
istimta’.
2. Haram
Hukum menikah menjadi haram apabila tidak khawatir zina dan tidak mampu memberi
nafkah dari harta yang halal atau atau tidak mampu jima’, sementara isterinya tidak ridho.
3. Sunnah
Hukum menikah menjadi sunnah apabila tidak ingin untuk menikah dan ada
kekhawatiran tidak mampu melaksanakan hal-hal yang wajib baginya.
4. Mubah
Hukum menikah menjadi mubah apabila tidak ingin menikah dan tidak mengharap
keturunan, sedangkan ia mampu menikah dan tetap bisa melakukan hal-hal sunnah.
Rukun Syarat Hikmah
1. Madzhab Syafi’I, terdapat 5 rukun yaitu : shighat(ijab qobul), wali , calon mempelai pria, calon mempelai
Wanita, dan dua saksi. Menurut ulama syafi’iyyah yang dimaksud dengan perkawinan disini adalah keseluruhan
yang secara langsung berkaitan dengan perkawinan dan segala unsurnya, bukan hanya akad nikah itu saja.
Dengan begitu rukun perkawinan itu adalah segala hal yang harus terwujud dalam suatu perkawinan.
2. Madzhab Hanafi, , terdapat 5 rukun yaitu : shighat(ijab qobul), wali , calon mempelai pria, calon mempelai
Wanita, dan dua saksi Ulama hanafiyyah dalam melihat perkawinan itu dari segi ikatan yang berlaku antara
pihak pihak yang melangsungkan perkawinan itu. Oleh karena itu yang menjadi rukun perkawinan oleh
golongan ini hanyalah akad nikah yang dilakukan oleh dua pihak yang kelompokkan kepada syarat perkawinan.
Syarat tersebut diantaranya ialah:
Rukun Pernikahan a. syuruth al-in’iqad,
b. syuruth al-shihhah.
c. Syuruth al-nufuz.
d. Syuruth al-nuzum.
3. Madzhab maliki, menurut imam maliki rukun dalam pernikahan sebagai berikut : shighat(ijab dan qobul),
calon mempelai pria, calon mempelai Wanita, mahar dan dua saksi
4. Madzhab Hambali, menurut pendapat imam Hambali rukun pernikahan adalah Shighat(ijab dan qobul),
calon mempelai pria dan calon mempelai Wanita, perempuan dan laki-laki saling ridho, dan dua saksi
Rukun Syarat Hikmah
Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang melangsungkan perkawinan dalam
bentuk ijab dan qobul. Ulama sepakat ijab dan qobul itu sebagai rukun perkawinan. untuk sahnya suatu
akad perkawinan mempunyai syarat-syarat tersendiri. Syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Akad harus dimulai dengan ijab dan dilanjutkan dengan qobul.
2. Materi dari ijab dan qobul tidak boleh berbeda seperti nama si perempuan secara lengkap dan bentuk
1. Akad 3.
mahar yang disebutkan.
Ijab dan qobul harus diucapkan secara bersambungan.
Nikah 4. Ijab dan Qobul tidak boleh dengan menggunakan ungkapan yang bersifat membatasi masa
berlangsungnya perkawinan.
5. Ijab dan qobul mesti menggunakan lafadz yang jelas dan terus terang.
Dalam pandangan ulama hanafiyah yang menganggap akad nikah itu sama dengan akad perkawinan yang tidak memerlukan
wali selama yang bertindak telah dewasa dan memenuhi syarat.
Rukun Syarat Hikmah
Islam hanya mengakui perkawinan antara laki-laki dan perempuan dan tidak boleh lain dari itu seperti sesama laki-laki atau
sesama perempuan karena ini yang tersebut dalam Alquran Q.S al-a'raf ayat 80-84. Adapun syarat-syarat yang mesti
dipenuhi untuk laki-laki dan perempuan yang akan kawin ini adalah sebagai berikut:
2. Laki-laki 1.
2.
Keduanya jelas identitasnya dan dapat dibedakan dengan yang lainnya.
Keduanya sama-sama beragama Islam.
Perempuan
4. Kedua belah pihak telah setuju untuk kawin dan setuju pula dengan pihak yang akan mengawininya. Namun hadis nabi
banyak berbicara berkenaan dengan izin dan persetujuan tersebut diantaranya: Hadis nabi dari abu Hurairah yang
diriwayatkan muttafaq alaih yang artinya "Perempuan yang sudah janda tidak boleh dikawinkan kecuali setelah ia
yang kawin minta dikawinkan dan perempuan yang masih perawan tidak boleh dikawinkan kecuali setelah ia dimintai izin. mereka
berkata ya Rasulullah Allah bagaimana bentuk isinya nabi berkata isinya adalah diam".
5. Keduanya telah mencapai usia yang layak untuk melangsungkan pernikahan.
Rukun Syarat Hikmah
a. Saudara laki-laki kandung. 1. Telah dewasa dan berakal sehat dalam arti anak kecil atau orang gila tidak berhak menjadi wali.
c. Anak saudara laki-laki kandung. 3. Seorang muslim, tidak sah orang yang tidak beragama Islam menjadi wali untuk Muslim
g. Anak paman kandung. 7. Adil dalam arti tidak pernah terlibat dengan dosa besar dan tidak sering terlibat dengan dosa kecil
serta tetap memelihara muru'ah atau sopan santun.
h. Anak Paman seayah.
8. Tidak sedang melakukan ihram untuk haji ataupun umroh
i. Ahli waris kerabat lainnya kalau ada.
Rukun Syarat Hikmah
Dalam menetapkan kedudukan saksi dalam perkawinan, ulama jumhur yang terdiri dari ulama Syafi'iyah hanabilah
menempatkannya sebagai rukun dalam perkawinan sedangkan ulama hanafiyah dan zhahiriyyah menetapkannya sebagai
syarat. ( Ibnu Al Humam: 250; Ibnu hazmin: 465) demikian pula keadaannya bagi ulama malikiyah. (Ibnu Rusyd:10)
Syarat-syarat saksi diantaranya :
a. Saksi itu berjumlah paling kurang 2 orang
5. Saksi b. Kedua saksi itu adalah beragama Islam
c. Kedua saksi itu adalah orang yang merdeka.
d. Kedua saksi itu adalah laki-laki.
f. Kedua saksi itu bersifat adil dalam arti tidak pernah melakukan dosa besar dan tidak selalu melakukan dosa kecil dan
tetap menjaga muru'ah
BO
CHINS
TE MP LAT E
Menyambung Keturunan
Hikmah menikah adalah melahirkan anak-anak yang shalih, beriman dan bertakwa. Anak
yang cerdas secara emosional dan intelektual juga dibutuhkan untuk melanjutkan syiar agama
yang dibawa orangtuanya.
Sumber Referensi
Mu'ad, A. Ulum, M. Saputro, E. Ma'arif, A. S. (2016). Fiqh Munakahat.-Basri, R. (2019). Fiqh
Munakahat 4 madzhab dan Kebijakan Pemerintah. Pare pare. Kaafah learning center.
http://repository.iainpare.ac.id/2777/1/Fiqh%20Munakahat1.pdf
-https://www.academia.edu/40361114/Nikah_menurut_4_mazhab
BO
CHINS
TE MP LAT E
Thank You
S e e Yo u o n N e x t P r e s e n t a t i o n