Anda di halaman 1dari 4

HUKUM DAN RUKUN PERNIKAHAN DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :

FAUZIAH AINUN JARIYAH

IRSAN

NABILAH LUTHFIYYAH

MUH. AKBAR

MARTINIHANI

WAHYUDDIN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


TAHUN 2022

PENGERTIAN

Secara etimologi (bahasa), nikah berasal dari bahasa Arab al-dhammu yang berarti “berkumpul.”
Sedangkan menurut terminologi fikih (istilah syariat), akad yang menyimpan makna diperbolehkannya
hubungan intim (antara suami-istri) dengan menggunakan lafaz nikah atau sejenisnya. Dengan kata lain,
pernikahan adalah dasar hukum yang melegalkan hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan
(Fathul Wahab, 2: 54).

RUKUN PERNIKAHAN

Berikut merupakan rukun sah nikah dalam Islam:

1. Mampelai pria dan wanita sama-sama beragama Islam

2. Mempelai laki-laki tidak termasuk mahram bagi calon istri

3. Wali akad nikah dari perempuan bersedia menjadi wali

4. Kedua mempelai tidak dalam kondisi sedang ihram.

5. Pernikahan berlangsung tanpa paksaan.

Adapun Beberapa Syarat dalam pernikahan yakni:

1. Ada Calon Mempelai Pria dan Wanita

Sudah jelas, syarat sah nikah dalam Islam yang pertama adalah ada calon
mempelai laki-laki dan perempuan. Proses akad tidak bisa diwakilkan. Perlu
diperhatikan juga bahwa para mempelai tidak boleh menikahi orang yang haram untuk
dinikahi seperti memiliki pertalian darah, memiliki hubungan persusuan, dan memiliki
hubungan kemertuaan.

2. Ada Wali Untuk Mempelai Wanita


Wali nikah  pihak perempuan antara lain ayah, kakek, dan saudara dari garis
keturunan ayah. Orang-orang yang berhak jadi wali di antaranya ayah, kakek dari
pihak ayah, saudara laki-laki kandung, saudara laki-laki seayah, saudara kandung
ayah, dan anak laki-laki dari saudara kandung ayah.

3. Ada Saksi Dari Kedua Bela Pihak


Pernikahan yang sah diperlukan saksi dari kedua belah pihak. Persyaratan
saksi antara lain orang tersebut beragama Islam, baligh, berakal, merdeka, lelaki, dan
adil. Saksi bisa berasal dari pihak keluarga, tetangga, dan orang yang dipercaya
seperti sahabat sebagai saksi.

4. Ada Mahar

Mahar atau maskawin sangat penting keberadaannya di altar pernikahan dan menjadi
syarat nikah dalam Islam. Mahar adalah sejumlah harta yang diberikan oleh pihak
laki-laki kepada pihak perempuan.

Mahar dalam agama Islam menggunakan nilai uang sebagai acuan. Mempelai
perempuan bisa meminta harta seperti uang tunai, emas, tanah, rumah, kendaraan, dan
benda berharga lainnya.

5. Ijab dan Qabul


Ijab dan qabul dimaknai sebagai janji suci kepada Allah SWT di hadapan penghulu,
wali dan saksi. Pelaksanaan Ijab dan qabul merupakan syarat sah agar pasangan
menikah sah sebagai sepasang suami istri Di samping itu, sebelum memenuhi syarat
menikah yang sah, perlu diketahui juga rukun sah nikah dalam agama islam.

HUKUM PERNIKAHAN DALAM ISLAM


1. Wajib
Hukum nikah yang pertama adalah wajib. Kewajiban nikah diperuntukkan bagi
orang yang memiliki kemampuan untuk menikah dan punya keinginan kuat untuk
menyalurkan gairah seksualnya (tidak bisa ditahan-tahan lagi) sehingga dikhawatirkan
akan terjerumus ke dalam kemaksiatan. Kemampuan menikah maksudnya mampu untuk
memberikan nafkah, yang terdiri dari mahar, sandang, pangan dan papan. Jika seseorang
berada pada posisi ini, maka ia wajib menikah untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan.
2. Sunah menikah
Hukum nikah yang kedua adalah sunah. Kesunahan nikah diperuntukkan bagi
orang yang memiliki kemampuan untuk menikah, mau, dan punya keinginan untuk
menyalurkan gairah seksualitas, namun tidak sampai pada taraf dikhawatirkan akan
terjatuh ke dalam kemaksiatan. Jika seseorang berada pada posisi ini, maka ia disunahkan
untuk segera menikah.

3. Lebih baik ditinggalkan


Hukum nikah yang ketiga adalah lebih baik ditinggalkan. Hukum ini berlaku bagi
orang yang berkeinginan untuk menyalurkan gairah seksualitas namun tidak memiliki
kemampuan untuk menafkahi. Orang yang berada pada posisi ini sebaiknya menunda
keinginan menikah hingga ia mampu. Adapun gairah seksualitasnya bisa dikurangi
dengan berpuasa atau berolahraga dengan rutin.

4. Makruh
Hukum menikah yang keempat adalah makruh. Hukum ini berlaku bagi seseorang
yang memang tidak menginginkan nikah, entah karena perwatakannya demikian, ataupun
karena suatu penyakit. Pada saat yang sama, ia juga tidak memiliki kemampuan untuk
menafkahi istri dan keluarganya. Jika dipaksakan menikah, dikhawatirkan ia tidak dapat
menunaikan hak dan kewajibannya dalam pernikahan atau bahkan malah dapat
merugikan pasangannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Haram menikah
Hukum menikah yang kelima adalah haram. Keharaman nikah berlaku bagi orang
yang menikah dengan tujuan menyakiti atau tujuan-tujuan lain yang melanggar ketentuan
agama. Misalnya, jika ada orang yang berkeinginan kuat (berniat) untuk menyakiti dan
menyiksa pasangan dalam pernikahan, maka ia diharamkan untuk menikah.

Anda mungkin juga menyukai