DISUSUN OLEH :
IRSAN
NABILAH LUTHFIYYAH
MUH. AKBAR
MARTINIHANI
WAHYUDDIN
PENGERTIAN
Secara etimologi (bahasa), nikah berasal dari bahasa Arab al-dhammu yang berarti “berkumpul.”
Sedangkan menurut terminologi fikih (istilah syariat), akad yang menyimpan makna diperbolehkannya
hubungan intim (antara suami-istri) dengan menggunakan lafaz nikah atau sejenisnya. Dengan kata lain,
pernikahan adalah dasar hukum yang melegalkan hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan
(Fathul Wahab, 2: 54).
RUKUN PERNIKAHAN
Sudah jelas, syarat sah nikah dalam Islam yang pertama adalah ada calon
mempelai laki-laki dan perempuan. Proses akad tidak bisa diwakilkan. Perlu
diperhatikan juga bahwa para mempelai tidak boleh menikahi orang yang haram untuk
dinikahi seperti memiliki pertalian darah, memiliki hubungan persusuan, dan memiliki
hubungan kemertuaan.
4. Ada Mahar
Mahar atau maskawin sangat penting keberadaannya di altar pernikahan dan menjadi
syarat nikah dalam Islam. Mahar adalah sejumlah harta yang diberikan oleh pihak
laki-laki kepada pihak perempuan.
Mahar dalam agama Islam menggunakan nilai uang sebagai acuan. Mempelai
perempuan bisa meminta harta seperti uang tunai, emas, tanah, rumah, kendaraan, dan
benda berharga lainnya.
4. Makruh
Hukum menikah yang keempat adalah makruh. Hukum ini berlaku bagi seseorang
yang memang tidak menginginkan nikah, entah karena perwatakannya demikian, ataupun
karena suatu penyakit. Pada saat yang sama, ia juga tidak memiliki kemampuan untuk
menafkahi istri dan keluarganya. Jika dipaksakan menikah, dikhawatirkan ia tidak dapat
menunaikan hak dan kewajibannya dalam pernikahan atau bahkan malah dapat
merugikan pasangannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
5. Haram menikah
Hukum menikah yang kelima adalah haram. Keharaman nikah berlaku bagi orang
yang menikah dengan tujuan menyakiti atau tujuan-tujuan lain yang melanggar ketentuan
agama. Misalnya, jika ada orang yang berkeinginan kuat (berniat) untuk menyakiti dan
menyiksa pasangan dalam pernikahan, maka ia diharamkan untuk menikah.