Leni Febriani
Parwandi
Perintah kepada manusia untuk melaksanakan perkawinan dalam al-Quran terdapat pada surat al-nisa (2) ayat 3 : maka kawinilah perempuan-perempuan yang kamu senangi .
Pada salah satu hadits Muhammad SAW berkata : aku sembahyang, tidur, puasa, berbuka dan kawin, barang siapa yang tidak menyukai sunnahku maka ia bukan umatku (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Al-Quran menyebutkan bahwa pernikahan atau perkawinan adalah mitsaqan Ghalizhan yang berarti perjanjian yang teguh. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang teguh. (al-nisa, 4:21)
Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela (almaarij, 70 : 29-30).
memperoleh keturunan untuk menjaga eksistensi manusia atau melestarikan spesies manusia dimuka bumi Hei sekalian manusia, bertawwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah meperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak (al-Nisa, 4:1).
untuk menjaga kesucian, kemurnian, dan menjauhkan dari perbuatan dosa/zina atau cara yang diridhai Allah untuk menyalurkan nafsu syahwat. Hai golongan pemuda! Jika diantara kamu ada yang mampu kawin hendaklah ia kawin, karena nanti matanya akan lebih terjaga, dan kemaluannya akan lebih terpelihara. Dan bilamana ia belum mampu kawin, hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu dapat melemahkna nafsu syahwat (HR. Jamaah). Untuk memperoleh ketentraman jiwa
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantara kamu rasa kasih dan sayang (al-Rum, 30:21).
Nabi muhammad SAW bersabda; perbuatan halal yang sangat dibenci oleh allah adalah thalak (diriwayatkan oleh abu dawud dan hakim).
Mahar Calon pengantin laki-laki dan perempuan Wali pengantin perempuan Dua orang saksi
Hukum Perkawinan
Hukum perkawinan sangat bergantung pada pelaku yang melaksankan perkawinan tersebut.
Menurut Yunahar Ilyas (MTPPI PP Muhammadiyah, 2005:95) variasi hukum perkawinan ditentukan oleh : Keinginan untuk menikah Kemampuan untuk memberi nafkah
Jika ke 5 hal tersebut ada pada seseorang, maka ia wajib menikah. Jika semuanya ada kecuali nomor 4, maka hukumnya mustahab atau sunah. Jika nomor 4 dan 5 tidak ada, maka hukumnya haram. Jika nomor 2 tidak ada, maka hukumnya makruh.
Perkawinan mutah, yaitu perkawinan sementara atau kawin kontrak. Perkawinan syighar, yaitu perkawinan pertukaran atau silang tanpa membayar mahar. Mengawini orang musyrik
Konsekuensi Perkawinan
Terciptanya lembaga keluarga atau organisasi masyarakat terkecil.
Terciptanya lembaga pendidikan paling awal dan paling dasar bagi manusia.
Pelaksanaan Perkawinan
Pelaksanaan Perkawinan merupakan pelaksanaan ijab-kabul (akad) antara wali nikah pengantin perempuan dengan pengantin laki-laki.
Disunatkan khutbah
Ijab-kabul
Disunatkan berdoa
Walimatul ursy
Berdasarkan istilah Pengertian Walimatulursy Bedasarkan bahasa dalam fikih sunnah walimah adalah kenduri atau pesta yang dikaitkan dengan telah terjadinya peristiwa akad nikah. walimah berarti berkumpul.
Hukum melaksanakan Walimatul Ursy adalah sunnah muakkadah, asal tidak ada kemungkaran dan sesuai dengan kesanggupan. Rasullullah SAW bersabda kepada Abdurrahman bin Auf: Adakanlah walimah sekalipun dengan seekor kambing (Jumhur). Hukum menghadiri walimah jika diundang adalah wajib.
3.
Hak Suami
1. 2. Suami sebagai kepala keluarga berhak untuk dipatuhi oleh istri dan anakanaknya sebagai anggota keluarga. Mendapatkan perlakuan yang baik dari istrinya.
Kewajiban Istri
1. 2. 3. Patuh dan taat kepada Allah, Menjaga atau memelihara diri, Tidak curang, tidak berkhianat, memelihara dan rahasia dan harta suaminya.
Hak Istri
1. 2. 3. 4. Memperoleh mahar, nafkah, dan perlakuan yang baik dari suaminya. Memiliki harta pribadi secara permanen yang ia peroleh sebelum atau sesudah nikah. Dibebaskan dari tugas mencari nafkah. Jika ia dimadu, maka ia berhak mendapat perlakuan yang adil.
Hubungan suami istri adalah sama-sama bertanggung jawab untuk kelangsungan dan keharmonisan rumah tangga; menjaga, memelihara, dan mendidik anak-anak mereka. Allah berfirman mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka (Al-baqarah, 2:187)
Hubungan suami dan istri merupakan hubungan timbal balik, karena hak suami adalah kewajiban istri dan hak istri adalah kewajiban suami.