Anda di halaman 1dari 20

PGSD 6-J

Leni Febriani

Parwandi

Rosie Sutria Widiana


FKIP Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Perkawinan Menurut Islam


Menurut Kamus Istilah Fiqih nikah adalah akad yang menghalalkan pergaulan seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan muhrim.

Perintah kepada manusia untuk melaksanakan perkawinan dalam al-Quran terdapat pada surat al-nisa (2) ayat 3 : maka kawinilah perempuan-perempuan yang kamu senangi .

Pada salah satu hadits Muhammad SAW berkata : aku sembahyang, tidur, puasa, berbuka dan kawin, barang siapa yang tidak menyukai sunnahku maka ia bukan umatku (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Al-Quran menyebutkan bahwa pernikahan atau perkawinan adalah mitsaqan Ghalizhan yang berarti perjanjian yang teguh. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang teguh. (al-nisa, 4:21)

Tujuan Perkawinan dalam Islam


untuk menyalurkan atau memenuhi kebutuhan seksual (biologis) manusia.

Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela (almaarij, 70 : 29-30).
memperoleh keturunan untuk menjaga eksistensi manusia atau melestarikan spesies manusia dimuka bumi Hei sekalian manusia, bertawwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah meperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak (al-Nisa, 4:1).

untuk menjaga kesucian, kemurnian, dan menjauhkan dari perbuatan dosa/zina atau cara yang diridhai Allah untuk menyalurkan nafsu syahwat. Hai golongan pemuda! Jika diantara kamu ada yang mampu kawin hendaklah ia kawin, karena nanti matanya akan lebih terjaga, dan kemaluannya akan lebih terpelihara. Dan bilamana ia belum mampu kawin, hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu dapat melemahkna nafsu syahwat (HR. Jamaah). Untuk memperoleh ketentraman jiwa

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantara kamu rasa kasih dan sayang (al-Rum, 30:21).

Prinsip Perkawinan dalam Islam


Ciri-ciri perkawinan dalam islam pada dasarnya adalah monogami, yakni satu suami memiliki satu istri, atau sebaliknya. Monogami adalah bentuk perkawinan yang paling umum, alami, dan manusiawi. Akan tetapi, dalam keadaan amat istimewa laki-laki muslim diperbolehkan mengawini atau memiliki istri paling banyak 4 orang dalam waktu yang bersamaan dengan persyaratan yang cukup berat, yakni berlaku adil kepada semua istri. Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Jika kamu takut tidak akan dapat adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak_budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya (al-nisa, 4:3).

Sifat Perkawinan dalam Islam


Sifat perkawinan dalam islam pada dasarnya adalah abadi atau lestari sampai akhir hayat, artinya tak terceraikan. Akan tetapi, dalam keadaan yang sangat mendesak dan tidak ada jalan lain serta dengan alasan yang tepat perceraian diperbolehkan.

Nabi muhammad SAW bersabda; perbuatan halal yang sangat dibenci oleh allah adalah thalak (diriwayatkan oleh abu dawud dan hakim).

Rukun dan Syarat Perkawinan


Rukun dan syarat perkawinan merupakan sesuatu yang wajib dipenuhi agar perkawinan tersebut sah.

Mahar Calon pengantin laki-laki dan perempuan Wali pengantin perempuan Dua orang saksi

Hukum Perkawinan
Hukum perkawinan sangat bergantung pada pelaku yang melaksankan perkawinan tersebut.
Menurut Yunahar Ilyas (MTPPI PP Muhammadiyah, 2005:95) variasi hukum perkawinan ditentukan oleh : Keinginan untuk menikah Kemampuan untuk memberi nafkah

Kemampuan melakukan hubungan seksual


Kekhawatiran terjatuh dalam perzinahan Tidak menimbulkan kemudaratan

Jika ke 5 hal tersebut ada pada seseorang, maka ia wajib menikah. Jika semuanya ada kecuali nomor 4, maka hukumnya mustahab atau sunah. Jika nomor 4 dan 5 tidak ada, maka hukumnya haram. Jika nomor 2 tidak ada, maka hukumnya makruh.

Perkawinan yang Haram dalam Islam


Perkawinan yang haram dalam Islam adalah perkawinan yang tidak sah, dilarang, dan dianggap tidak ada, serta tidak cukup rukun dan syarat perkawinan. Al-Quran menegaskan ada Hubungan darah 3 jenis perempuan yag Hubungan sepersusuan haram dikawini, yaitu Hubungan perkawinan karena :

Perkawinan lain yang dilarang :

Perkawinan mutah, yaitu perkawinan sementara atau kawin kontrak. Perkawinan syighar, yaitu perkawinan pertukaran atau silang tanpa membayar mahar. Mengawini orang musyrik

Konsekuensi Perkawinan
Terciptanya lembaga keluarga atau organisasi masyarakat terkecil.
Terciptanya lembaga pendidikan paling awal dan paling dasar bagi manusia.

Terciptanya hubungan silahturahmi yang bertambah luas dan kekerabatan.

Terciptanya lembaga ekonomi terkecil.

Terciptanya lembaga waris.

Terciptanya lembaga perwalian.

Masalah-masalah sebelum Perkawinan


Sebelum melaksanakan perkawinan ada beberapa hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh kedua calon mempelai dan kedua orang tua atau wali mereka. Pemilihan jodoh Saling mengenal Meminang Sekufu Sukarela Mahar Usia Kesehatan Istikharah

Pelaksanaan Perkawinan
Pelaksanaan Perkawinan merupakan pelaksanaan ijab-kabul (akad) antara wali nikah pengantin perempuan dengan pengantin laki-laki.

Disunatkan khutbah

Ijab-kabul

Disunatkan berdoa

Walimatul ursy
Berdasarkan istilah Pengertian Walimatulursy Bedasarkan bahasa dalam fikih sunnah walimah adalah kenduri atau pesta yang dikaitkan dengan telah terjadinya peristiwa akad nikah. walimah berarti berkumpul.

Hukum melaksanakan Walimatul Ursy adalah sunnah muakkadah, asal tidak ada kemungkaran dan sesuai dengan kesanggupan. Rasullullah SAW bersabda kepada Abdurrahman bin Auf: Adakanlah walimah sekalipun dengan seekor kambing (Jumhur). Hukum menghadiri walimah jika diundang adalah wajib.

Hak, Kewajiban dan Hubungan Suami- Istri


Kewajiban Suami
1. 2. Memberikan mahar kepada istrinya. Suami sebagai kepala keluarga atau pemimpin yang mempunyai kewajiban menanggung dan mencukupi nafkah istri dan seluruh keluarganya. Memberikan perlindungan kepada istri dan anak-anaknya.

3.

Hak Suami
1. 2. Suami sebagai kepala keluarga berhak untuk dipatuhi oleh istri dan anakanaknya sebagai anggota keluarga. Mendapatkan perlakuan yang baik dari istrinya.

Kewajiban Istri
1. 2. 3. Patuh dan taat kepada Allah, Menjaga atau memelihara diri, Tidak curang, tidak berkhianat, memelihara dan rahasia dan harta suaminya.

Hak Istri
1. 2. 3. 4. Memperoleh mahar, nafkah, dan perlakuan yang baik dari suaminya. Memiliki harta pribadi secara permanen yang ia peroleh sebelum atau sesudah nikah. Dibebaskan dari tugas mencari nafkah. Jika ia dimadu, maka ia berhak mendapat perlakuan yang adil.

Hubungan suami istri adalah sama-sama bertanggung jawab untuk kelangsungan dan keharmonisan rumah tangga; menjaga, memelihara, dan mendidik anak-anak mereka. Allah berfirman mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka (Al-baqarah, 2:187)

Hubungan suami dan istri merupakan hubungan timbal balik, karena hak suami adalah kewajiban istri dan hak istri adalah kewajiban suami.

Konflik Suami Istri dan Cara Mengatasinya


Islam memberikan cara atau tuntunan kepada suami- istri yang terlibat konflik untuk mengatasinya sebagai berikut.
Pertama, apabila munculnya konflik murni disebabkan sepenuhnya oleh istri, maka suami perlu mengambil tindakan terhadap istrinya itu sesuai dengan tahapannya. Kedua, jika konflik terjadi karena tingkah laku negatif, maka istri berkewajiban mengambil inisiatif untuk menyadarkan suaminya itu dengan baik dan bijaksana agar kembali ke jalan yang diridhai Allah dan keduanya berdamai serta hidup rukun kembali. Ketiga, apabila konflik itu tidak bisa diatasi oleh kedua suami- istri tersebut atau malahan semakin parah, maka keluarga atau famili dari kedua belah pihak harus ikut berinisiatif mendamaikan keduanya.

Anda mungkin juga menyukai