Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG SEKS BEBAS PADA


REMAJA DIKOTA KENDARI TAHUN 2021.

OLEH

KELOMPOK 2

ARYANTI ARIF J1A119013

NUR FAISAH J1A119166

SITTI FADILA J1A119309

WIDIARNI J1A119209

GRYSH CLAUDIA J1A119255

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal ini tepat pada
waktunya. Proposal penelitian ini membahas Gambaran Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Dan Peran
Orang Tua Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja Di Kota Kendari.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan proposal ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan proposal selanjutnya.

Akhir kata semoga proposal ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian

Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 3

A. Tinjauan Tentang Remaja .................................................................................................... 4

B. Tinjauan Tentang Seks Bebas .............................................................................................. 8

C. Tinjauan Tentang Pengetahuan dan Sikap ......................................................................... 11

BAB III......................................................................................................................................... 12

KERANGKA KONSEP.............................................................................................................. 12

A. Kerangka Teori .................................................................................................................. 12

B. Kerangka konsep ................................................................................................................ 13

C. Variabel penelitian ............................................................................................................. 13

D. Definisi oprasional ............................................................................................................. 14

BAB IV ......................................................................................................................................... 16

METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................................ 16

A. Jenis Penelitian................................................................................................................... 16

B. Tempat dan waktu Penelitian ............................................................................................. 16

C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................................................... 16

D. Data dan Sumber Data ....................................................................................................... 17

E. Instrumen Penelitian .......................................................................................................... 18

F. Metode Pengumpulan Data ................................................................................................ 18

iii
G. Teknik Analisis Data.......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja (Adolescence) merupakan proses tumbuh ke arah kematangan fisik, tetapi
juga kematangan sosial dan psikologis (Hurlock,1994). Remaja adalah suatu fase tumbuh
kembang yang dinamis dalam kehidupan, merupakan periode transisi dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa yang ditandai percepatan perkembangan fisik, mental, emosional
dan sosial (Budie,2009). Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa remaja
adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis, Remaja
yaitu suatu tumbuh kembang yang mempunyai periode dari masa anak-anak ke masa
dewasa(Lestari, 2017).
Menurut Depkes Rl , masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang
berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda.
Masa Remaja dibedakan dalam : Masa Remaja Awal (10-13 tahun), Masa Remaja
Tengah (14-16 tahun), Masa Remaja Akhir (17-19 tahun) . Masa remaja yakni antara usia
10-19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering
disebut masa pubertas (Lestari, 2017).
WHO mendefinisikan perilaku normal sebagai keadaan sejahtera fisik, mental, dan
sosial secara penuh. Sedangkan, Penelitian Widiawati, dkk menyatakan bahwa orang
yang sehat mental/normal adalah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, mampu
menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang
lain, dan sikap hidup yang bahagia (Lestari, 2017).
Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja tidak mengetahui dampak dari
perbuatan seksual yang mereka lakukan akan menimbulkan dampak seperti, hamil diluar
nikah, aborsi, penyakit kelamin dan lain lain. kurangnya pengetahuan remaja tentang
seksualitas menyebabkan terjadinya kenyataan-kenyataan pahit atau dengan kata lain,
dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagian akibat
pemahaman yang keliru mengenai seksualitas (Lestari, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian di dunia mengeluarkan persentase yang sangat tinggi
tentang banyaknya remaja yang mengakses pornografi, diantaranya yaitu 87% di USA,

1
84% Australia, 98% Swedia, 99% Italia. Menurut hasil data penelitian di Indonesia KPAI
pada tahun 2008 di 33 provinsi terdapat 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton
film porno dan berdasarkan hasil monitoring dan pengaduan bidang ABH KPAI (anak
berhubungan dengan hukum komisi perlindungan anak Indonesia) tahun 2013 didapatkan
persentase 90% anak pelaku kekerasan seksual didahului karena mengakses situs
pornografi.Berdasarkan penelitian yang telah 2009dilakukan di empar kota (Jakarta,
Medan, Bandung dan Surabaya) sebanyak 35,9% remaja melakukan seks pranikah.
Tahun 2010 meningkat menjadi 56,9% remaja melakukan hubungan seks pranikah
dengan sampel 3.006 responden usia dari 17 sampai 24 tahun sebanyak 20,9% remaja
hamildan melahirkan sebelum menikah (Purnama, 2020).
Berdasarkan data indonesia Dari 634 responden remaja di Bandar Lampung,
sebanyak 13,1% pernah melakukan petting, 6,5% pernah berhubungan seks melalui oral,
4,6% pernah melakukan seks via vaginal, 3,5% pernah masturbasi bersama, dan 1,1%
pernah berhubungan seks via anal. Informasi tentang kebudayaan hubungan seksual telah
mempengaruhi kaum remaja Indonesia, sehingga telah terjadi suatu revolusi yang
menjurus makin bebasnya hubungan seksual pranikah(Lestari, 2017)
Kementrian Kesehatan pernah merilis perilaku seks bebas remaja dari penelitian di
empat kota yakni Jakarta Pusat, Medan, Bandung Dan Surabaya hasil yang didapat
sebanyak 35,9% remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual
sebelum menikah. Bahkan, 6,9 % responden telah melakukan hubungan seksual pranikah.
Dilihat dari segi penduduk 20% penduduk di dunia adalah remaja. Indonesia menempati
urutan nomor lima di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagian dari
penduduk yang ada. Sekitar satu juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%)
secara terbuka menyatakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual
(Kemenkes, 2017).
Berdasarkan data dari BKKBN Sultra 2017 ,remaja di Kota Kendari baik pria
maupun wanita, masing-masing 71% dan 70% mengaku pernah mempunyai pacar. Umur
pertama kali mulai pacaran rata-rata di usia15 tahun. Dari remaja yang pernah
mempunyai pacar, 74% pria dan 75% wanita saat ini mengaku masih punya pacar.
Perilaku yang sering dilakukan remaja dalam pacaran adalah pegangan tangan (88%),
cium bibir (32%) dan meraba/merangsang (11%). Perilaku tersebut merupakan faktor

2
pendorong untuk terjadinya seks bebas pada remaja. Ditinjau dari pengalaman seksual
remaja di Kota Kendari, ada 2% wanita dan 5% pria mengaku pernah melakukan
hubungan seksual. Secara keseluruhan dari 14.681 remaja pria dan wanita yang pernah
punya pacar, sebanyak 4% telah melakukan hubungan seksual (Sari, 2017).
Berdasarkan masalah diatas kami tertarik melakukan penelitian terkait Gambaran
Pengetahuan dan sikap tentang seks bebas pada remaja dikota kendari tahun 2021.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Gambaran Pengetahuan dan sikap tentang seks bebas pada remaja dikota
kendari tahun 2021.

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan dan sikap tentang seks bebas pada remaja
dikota kendari tahun 2021.
D. Manfaat Penelitian
Agar mahasiswa/pembaca dapat mengetahui GambaranPengetahuan dan sikap
tentang seks bebas pada remaja dikota kendari tahun 2021.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Remaja


1. Remaja
Remaja atau adolescene adalah yang berarti tumbuh ke arah kematangan.
Kematangan yang dimaksud disini adalah kematangan secara fisik, sosial dan
psikologis. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis (Yarza, 2019).
Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik itu fisik
maupun mental. Sehingga dapat dikelompokkan remaja terbagi dalam tahapan berikut
ini:
1) Pra remaja (11 atau 12-13atau 14 tahun)
Pra remaja ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang lebih hanya satu
tahun; untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun - 13 atau 14 tahun. Dikatakan juga
fase ini adalah fase negatif, karena terlihat tingkah laku yang cenderung negatif.
Fase yang sukar untuk hubungan komunikasi antara anak dengan orang tua.
Perkembangan fungsi-fungsi tubuh juga terganggu karena mengalami perubahan-
perubahan termasuk perubahan hormonal yang dapat menyebabkan perubahan
suasana hati yang tak terduga. Remaja menunjukkan peningkatan reflektivenes
tentang diri mereka yang berubah dan meningkat berkenaan dengan apa yang
orang pikirkan tentang mereka.
2) Remaja awal (13 atau 14 tahun – 17 tahun)
Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan mencapai puncaknya.
Ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat
pada usia ini. Ia mencari identitas diri karena masa ini, statusnya tidak jelas. Pola-
pola hubungan sosial mulai berubah. Menyerupai orang dewasa muda, remaja
sering merasa berhak untuk membuat keputusan sendiri. Pada masa
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol,
pemikiran semakin logis, abstrak dan idealistis dan semakin banyak waktu
diluangkan diluar keluarga.

4
3) Remaja lanjut (17-20 atau 21 tahun)
Dirinya ingin menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjolkan dirinya; caranya lain
dengan remaja awal. Ia idealis, mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan
mempunyai energi yang besar. Ia berusaha memantapkan identitas diri, dan ingin
mencapai ketidaktergantungan emosional.

2. Perubahan fisik pada masa remaja


Ada perubahan fisik yang terjadi pada fase remaja yang begitu cepat, misalnya
perubahan pada karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan
pinggang untuk anak perempuan sedangkan anak laki-laki tumbuhnya kumis, jenggot
serta perubahan suara yang semakin dalam. Perubahan mentalpun mengalami
perkembangan. Pada fase ini pencapaian identitas diri sangat menonjol, pemikiran
semakin logis, abstrak, dan idealistis, dan semakin banyak waktu diluangkan di luar
keluarga. Selanjutnya, perkembangan tersebut diatas disebut fase pubertas (puberty)
yaitu suatu periode dimana kematangan kerangka atau fisik tubuh seperti proporsi
tubuh, berat dan tinggi badan mengalami perubahan serta kematanagan fungsi seksual
yang terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas
bukanlah peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu
proses yang terjadi berangsur-angsur (gradual). Pada fase ini kita banyak melihat
fenomena remaja yang duduk-duduk berjam-jam didepan kaca untuk penampilan
yang sempurna untuk meyakinkan bahwa dirinya menarik. Terkadang juga remaja
berpenampilan yang aneh-aneh supaya mendapat perhatian dan diakui
keberadaannya. Misalnya, tentang model rambut, model baju, model assesoris yang
selalu mengikuti perkembangan jaman dan tingkah laku lain yang kadang kita anggap
tidak sewajarnya dan lain sebagainya (Diananda, 2018).
Karena hormon-hormon sexnya sudah bekerja dan berfungsi, maka remaja sudah
mempunyai rasa ketertarikan dengan lawan jenis sehingga remaja begitu sangat
cemas dan tertekan apabila ada yang kurang pada penampilan dirinya. Mereka
berusaha untuk menutupi kekurangananya dengan berbagai cara. Dalam masa
pubertas ini remaja berusaha tampil secara meyakinkan dan tanpa rasa minder ketika
mereka bergaul dengan teman-teman sebayanya. Preokupasi (perhatian) terhadap

5
citra tubuh itu cukup kuat di masa remaja, secara khusus kecenderungan ini menjadi
akut di masa pubertas. Sekalipun demikian, mimik keraguan masih seringkali terlihat
pada raut mukanya, terutama ketika berbicara dengan orang-orang dewasa (Diananda,
2018).
3. Ciri-ciri remaja
Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan masa
remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode
sebelumnya dan sesudahnya. Masa remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit bagi
remaja maupun orang tuanya (Putro, 2017). Ciri-ciri tersebut adalah:
1) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan
hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja.
Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa
remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa-masa yang
sebelumnya. Pada fase ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan kepada
remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah laku seperti
anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab. Kemandirian
dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan
tampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah di
Perguruan Tinggi.
2) Perubahan yang cepat secara fisik juga disertai dengan kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi
tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3) Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungannya dengan
orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya
dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan
lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih
besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan

6
ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi
dalam hubungannya dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya
dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis,
dan dengan orang dewasa.
4) Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-
kanak menjadi kurang penting, karena telah mendekati dewasa.
5) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang
terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka
takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan itu, serta meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab itu.

4. Tugas-tugas perkembangan masa remaja


Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja. Masa ini
merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu,
dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa
dewasa yang sehat. Untuk dapat melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus
menjalankan tugas-tugas perkembangan pada usinya dengan baik (Putro, 2017).
Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan baik, remaja
tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan membawa
kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan untuk fase-fase
berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja gagal menjalankan tugas-tugas
perkembangannya akan membawa akibat negatif dalam kehidupan sosial fase-fase
berikutnya, menyebabkan ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan,
menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan
tugas-tugas perkembangan berikutnya (Putro, 2017).
William Kay, sebagaimana dikutip Yudrik Jahja mengemukakan tugas-tugas
perkembangan masa remaja sebagai berikut:
1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.

7
3) Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan
teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok.
4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.
5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya
sendiri.
6) Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala
nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung).
7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-
kanakan.

B. Tinjauan Tentang Seks Bebas


1. Definisi Seks bebas
Perilaku seksual pranikah adalah kegiatan seksual yang melibatkan dua orang
yang saling menyukai atau saling mencintai, yang dilakukan sebelum perkawinan.
Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-martial intercourse atau
kinky-seks merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar (Rahadi,
2017).
Bentuk-bentuk perilaku seksual yang biasa dilakukan adalah (1) kissing atau
perilaku berciuman, mulai dari ciuman ringan sampai deep kissing, (2) necking atau
perilaku mencium daerah sekitar leher pasangan, (3) petting atau segala bentuk
kontak fisik seksual berat tapi tidak termasuk intercourse, baik itu light petting
(meraba payudara dan alat kelamin pasangan) atau hard petting (menggosokkan alat
kelamin sendiri ke alat kelamin pasangan, baik dengan berbusana atau tanpa busana),
dan (4) intercourse atau penetrasi alat kelamin pria ke alat kelamin wanita (Rahadi,
2017).
Perilaku tersebut memiliki banyak dampak negative diantaranya kehamilan tidak
diinginkan (KTD), aborsi, risiko terkena infeksi menular seksual (IMS) seperti ulkus
mole, klamidia, trikonomiasis, skabies, sifilis, kutil kelamin (kondiloma akunimala),
herpes genital, gonorhoeae, dan risiko tertular HIV/AIDS (Rahadi, 2017).
Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum
menikah cendrung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa
yang menunjukan usia remaja ketika pertama kali mengadakan hubungan seksual

8
aktif bervariasi antara usia 14 – 23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17 – 18
tahun (Wati, 2017).
Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-
macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi,
berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada dibalik baju, memegang alat
kelamin diatas baju, dan melakukan senggamma (Wati, 2017).

2. Penyebab perilaku seks bebas


Remaja mendefinisikan pacaran sebagai hubungan romantic antara dua orang
dan dipertimbangankan sebagai suatu langkah untuk menemukan seseorang yang
khusus untuk persahabatan serta berbagai pengalaman (Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia/SKRRI Tahun 2007). Kinsey dalam Widarti (2008), menyatakan
bahwa kategorisasi atau tingkatan perilaku seksual dibagi menjadi dua yaitu seksual
perilaku ringan dan perilaku seksual berat. Perilaku seksual ringan seksual ringan jika
seseorang pernah melakukan berpegangan tangan, berpelukan sampai berciuman
bibir. Perilaku seksual berat jika seseorang pernah melakukan perilaku seksual
meraba dada atau alat kelamin pasangan, saling menggesekan alat kelamin, dengan
pasangan oral seks dan melakukan hubungan seksual (intercourse). Banyak kalangan
menilai, gaya pacaran remaja zaman sekarang tidak sehat sebab mereka tidak lagi
mengindahkan nilai-nilai moral dan pertimbangan logika. Saat ini terjadi fenomena
global life style sehingga berperilaku sangat bebas. Jenis makanan dan minuman yang
dikomsumsi serta tayangan impor (pornografi) dari berbagai negara ditiru oleh
mereka, bahkan tindakan seks pranikah juga dilakukan oleh remaja kita (Wati, 2017).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas pada remaja


Seksualitas juga berkembang dari anak – anak, remaja, dan dewasa. Seksualitas
dalam bentuk perilaku seksual. Dorongan seksual dapat dipengaruhi dengan
menggunakan NAPZA, berkhayal tentang seksual, menonton film porno, melihat
gambar porno, mendengar cerita porno, berduaan di tempat sepi (DP2KBP3A, 2017).
Kematangan fungsi seksual dapat menimbulkan dorongan dan keinginan untuk
pemuasan seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan

9
(Hurlock, 2008). Dengan adanya kesempatan melakukan sentuhan fisik, bertemu
untuk bercumbu kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan
hubungan seksual (Alfiyah, 2018).
Faktor – faktor yang mempengaruhi seks pada remaja antara lain : pertama, faktor
perkembangan yang berasal dari keluarga dimana anak mulai tumbuh dan
berkembang. Kedua, faktor luar mencakup sekolah yang berperan dalam mencapai
kedewasaannya. Ketiga, masyarakat yang meliputi adat kebiasaan, pergaulan
perkembangan. Faktor – faktor lainnya berupa dorongan seksual, keadaan kesehatan
tubuh, psikis, pengalaman seksual, dan pengetahuan seksual. Faktor – faktor lain
yang mempengaruhi remaja dalam berperilaku seksual adalah perubahan hormonal,
penyebaran informasi melalui media masa penundaan usia perkawinan, tabu dan
larangan dalam pembahasan perilaku seksual, norma – norma di masyarakat, dan
pergaulan bebas remaja laki-laki dan perempuan (Alfiyah, 2018).

4. Dampak dari perilaku seks di usia remaja


Dampak negatif dari perilaku seksual pranikah remaja seperti: kehilangan
keperawanan dan keperjakaan, tertular dan menularkan penyakit menular seksual,
kawin paksa atau pernikahan usia dini, kehamilan yang tidak diinginkan
(DP2KBP3A, 2017).
Dampak yang terjadi akibat melakukan perilaku seksual beresiko pada remaja
diantaranya adalah menurunnya semangat belajar remaja, diejek temantemannya,
hamil, putus sekolah, membuat malu diri sendiri juga orang tua, rasa bersalah, marah,
depresi, menikah muda, dan diusia muda harus membiayai anak serta istri, dan juga
mengalami penyakit kelamin menular. Sangsi moral dan sosial dari masyarakat juga
menjadi beban yang tidak mudah (Kustanti, 2013). Dampak tersebut tentu saja dapat
dialami oleh tujuh puluh empat orang responden remaja dalam penelitian ini yang
berperilaku seksual beresiko (Nadirahilah, 2020).

10
C. Tinjauan Tentang Pengetahuan dan Sikap
1. Defenisi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo S , pengetahuan adalah hasil tahu kepada suatu obyek
yang diperoleh melalui penginderaan. Dengan sebuah pengetahuan memungkinkan
seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Muhdar, 2018).
2. Definisi sikap
Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-
psikologis, karena merupakan kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Sikap
merupakan kesiapan tatanan saraf (neural setting) sebelum memberikan respons
konkret. Beberapa karekateristik sikap menurut (Notoatmodjo, 2020).
1) Sikap merupakan kecenderungan berpikir, berpersepsi, dan bertindak.
2) Sikap mempunyai daya pendorong (motivasi).
3) Sikap relative lebih menetap, disbanding emosi dan pikiran.
4) Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluatif terhadap objek, dan
mempunyai 3 komponen, yakni:
• Komponen kognitif
• Komponen afektif
• Komponen konatif

11
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Seks Bebas

Remaja

• Definisi Remaja • Definisi seks bebas


• Perubahan fisik pada • Penyebab Seks Bebas
remaja • Faktor-faktor yang
• Ciri – ciri remaja mempengaruhi
perilaku seks bebas
• Tugas-tugas
pada remaja
perkembangan masa
remaja • Dampak dari perilaku
seks di usia remaja

• Defenisi pengetahuan
• Definisi sikap

12
B. Kerangka konsep

Pengetahuan seks bebas

Sikap Perilaku Seks Bebas Pada


Remaja

Tindakan

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

C. Variabel penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas biasa juga disebut variabel yang mempengaruhi atau variabel
independent. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah pengetahuan
tentang perilaku seks bebas (meliputi pengertian, cara pencegahan dan dampak) serta
sikap tentang perilaku seks bebas.
2. Variabel terikat
Variabel terikat biasa juga disebut variabel dependent. Dalam penelitian ini, yang
menjadi variabel terikat adalah perilaku seks bebas pada remaja.

13
D. Definisi oprasional
1. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu siswa siswi SMA kota Kendari
yang berusia 15 sampai 18 tahun
2. Perilaku tentang seks bebas adalah aktivitas seseorang tentang seks bebas . Kriteria
objektif
a. Baik: jika responden mampu menjawab pernyataan pada kuesioner dengan
benar sebesar ≥ 55 % dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.
b. Tidak baik : jika responden mampu menjawab pernyataan pada kuesioner
dengan benar sebesar < 55% dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.
3. Pengetahuan tentang pengertian seks bebas pada remaja yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pengertian seks
bebas, yang dinyatakan dengan kriteria objektif menggunakan pendekatan skala
Gutman dengan batas nilai minimal (0) bila menjawab benar pada pernyataan negatif
dan salah pada pernyataan positif, serta batas nilai maksimal (1) bila menjawab salah
pada pernyataan negatif dan benar pada pernyataan positif.

a. Baik : jika responden mampu menjawab pernyataan pada kuesioner dengan


benar sebesar ≥ 75 % dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

b. Cukup : jika responden mampu menjawab pernyataan pada kuesioner dengan


benar sebesar 56 – 74 % dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

c. Kurang : jika responden mampu menjawab pernyataan pada kuesioner dengan


benar sebesar ≤ 55 % dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

4. Pengetahuan tentang dampak seks bebas pada remaja yang dimaksud dalam penelitan
ini adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang dampak perilaku seks
bebas yang dinyatakan dengan kriteria objektif menggunakan pendekatan skala
Gutman dengan batas nilai minimal (0) bila menjawab benar pada pernyataan negatif
dan salah pada pernyataan positif, serta batas nilai maksimal (1) bila menjawab salah
pada pernyataan negatif dan benar pada pernyataan positif.

a. Baik : jika responden mampu menjawab pernyataan pada kuesioner dengan


benar sebesar ≥ 75 % dari seluruh pernyataan dalam kuesioner

14
b. Cukup : jika responden mampu menjawab pernyataan pada kuesioner dengan
benar sebesar 56 – 74 % dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

c. Kurang : jika responden mampu menjawab pernyataan pada kuesioner dengan


benar sebesar ≤ 55 % dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

5. Pengetahuan tentang cara mencegah seks bebas pada remaja yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang cara
pencegahan seks bebas, yang dinyatakan dengan kriteria objektif menggunakan
pendekatan skala Gutman dengan batas nilai minimal (0) bila menjawab benar pada
pernyataan negatif dan salah pada pernyataan positif, serta batas nilai maksimal (1)
bila menjawab salah pada pernyataan negatif dan benar pada pernyataan positif.

a. Baik : jika responden mampu menjawab pernyataan pada kuesioner dengan


benar sebesar ≥ 75 % dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

b. Cukup : jika responden mampu menjawab pernyataan pada kuesioner dengan


benar sebesar 56 – 74 % dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

c. Kurang : jika responden mampu menjawab pernyataan pada kuesioner dengan


benar sebesar ≤ 55 % dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

6. Sikap tentang perilaku seks bebas adalah sudut pandang, respond dan keyakinan
remaja terhadap perilaku seks bebas, yang dinyatakan dengan kriteria objektif
menggunakan pendekatan skala Gutman dengan batas nilai minimal (0) bila
menjawab setuju pada pernyataan negatif dan tidak setuju pada pernyataan positif,
serta batas nilai maksimal (1) bila menjawab tidak setuju pada pernyataan negatif dan
setuju pada pernyataan positif.

a. baik: jika responden mampu menjawab pernyataan pada kuesioner dengan


benar sebesar ≥ 55 % dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

b. Kurang baik : jika responden mampu menjawab pernyataan pada kuesioner


dengan benar sebesar < 55% dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

15
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Dewi,
2020). Walaupun di dalam kuesioner terdapat pertanyaan terbuka yang perlu diisi secara
tertulis oleh responden, tetapi data yang dihasilkan dari butir kuesioner tersebut
merupakan data nominal, yang selanjutnya data ini akan dilihat frekuensinya (Christianto,
2020). Peneltian merupakan penelitian deskriptif karena data yang diperoleh dari suatu
identifikasi pengetahuan dan perilakutentang seks bebas remaja di kota Kendari.

B. Tempat dan waktu Penelitian


1. Tempat penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan bertempat diKota Kendari, Sulawesi Tenggara


2. Waktu penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 15 Desember – 25 Desember 2021

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia 15-19 tahun yang
berada atau bertempat tinggal diKota Kendari.
2. Sampel
Pengambilan sampel penelitian diambil dengan menggunakan purposive sampling
atau pengambilan sampel dengan menentukan sampel atau informan berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu serta dalam mencari sampel digunakan perhitungan rumus
Slovin dengan populasi lebih dari 10.000.Cara menghitungnya adalah :

16
d = Z x [√ (p x q) /n ] x [√ (N-n) / (N-1)]

Keterangan:
d = derajat ketepatan yang diinginkan (tingkat kesalahan), biasanya 0, 05 atau 0, 01.
Z = standar deviasi normal, biasanya 1, 96 pada derajat kemaknaan (Confidence
Level) = 95%.
p = proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi. Apabila tidak
diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut, maka p = 0, 05.
q = (1 – p)
N = besarnya populasi
n = besarnya sampel

d= Z x [√ (p x q) /n ] x [√ (N-n) / (N-1)]
0,001= 1,96 x [√ (0,05x(1-0,05)] x [√ (29.392-n) / (29.392-1)
0,001/1,96 = 3,94 x 0,25 / n x 29.392-n / 29.391
0,0001 x n 29.391 = 3,84 x 0,25 x ( 29.392 – n )
2,939 n = 0,96 ( 29,392 – n )
2,939n =28,1656 – 0,96 n
2,939+ 0,96n = 28,1656
n = 28,1656 / 3,8991
n = 223
Sehubungan dengan keterbatasan waktu, sehingga tidak mungkin mengambil sampel
dari semua populasi yang ada. Maka dari itu peneliti mengambil sampel yang
dianggap representative. Sehingga besar sampel yang diambil dalam penelitian ini
adalah sebanyak 223 orang dari 29.392 remaja dengan usia rentang 15-19 tahun yang
berada di kota Kendari.

D. Data dan Sumber Data


Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang berkaitan
dengan tujuan penelitian. Dengan demikian, tidak segala informasi atau keterangan
merupakan data. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

17
1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung pada subjek sebagai sumber
informasi yang ingin dicapai. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer
adalahremaja usia rentan 15-19 tahun yang berada atau bertempat tinggal di Kota
Kendari.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lainyakni tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya, atau data sekunder adalah jenis data
yang diperoleh melalui hasil pengelolaan pihak kedua dari hasil penelitian. Sumber
data sekundernya adalah dokumen terkait, dan bahan-bahan pustaka yang relevan
dengan masalah penelitian. Peneliti mengambil data Sekunder Berdasarkan Hasil
Perapihan Umur dari Data Administratif dan SP2020 (September)/The Result of
Smoothing Single Year of Age from Administrative Data and the 2020 Population
Census (September)menunjukkan bahwa jumlah remaja laki-laki rentang usia 15-19
tahun sebanyak 15.095 jiwa dan perempuan berjumlah 14.297 Jiwa, sehingga
total keseluruhan remaja yang rentang usia 15-19 tahun adalah 29.392 Jiwa.

E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei dilakukan secara daring berupa
pembagian kuesioner online menggunakan Google Form, dengan cara mengisi jawaban
pertanyaan yang sudah disediakan. Dengan tahapanan mengirimkan sebuah link atau
tautan melalui aplikasi Whatsapp Group, dimana tautan tersebut akan terarah menuju
Google Form sebagai aplikasi untuk pengisian kuesionernya. melalui instrumen yang
dibagikan secara online kepada setiap responden. Secara umum instrumen penelitian
pertanyaan terbuka tentang Pengetahuan dan sikap tentang seks bebas pada remaja
dikota kendari tahun 2021.

F. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa pambagian
kuesioner online yang dikembangkan dengan menggunakan formulir google. Hal ini

18
dilakukan untuk mematuhi protokol kesehatan pada masa pandemi Covid-19 agar
menghindari penularan dan penyebaran penyakit.
Pada kuesioner terdapat bagian persetujuan, sehingga hanya responden yang
menyetujui informed consent yang mengisi kuesioner. tautan kuesioner dikirimkan
melalui media sosial seperti WhatsApp. Responden juga didorong untuk membagikan
tautan ke orang lain sebanyak mungkin, dengan demikian, tautan disebarkan ke orang
lain dengan ketentuan yang diberikan penelitian secara meluas.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah sebuah data
menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk dipahami
dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan, yang terutama adalah
masalah yang tentang sebuah penelitian atau analisis data juga bisa diartikan sebagai
kegiatan yang dilakukan untuk merubah data hasil dari sebuah penelitian menjadi
informasiyang nantinya bisa dipergunakan untuk mengambil sebuah kesimpulan. Teknik
analisis yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif, yaitu dengan cara
menghimpun data-data faktual dan mendiskripsikan. Data berasal dari seluruh informasi
yang diperoleh dari hasil pembagian kuesioner online menggunakan Google Form.
Setelah pengumpulan data, pencatatan data, peneliti melakukan analisis interaksi yang
terdiri dari reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Analisis dari penelitian ini
berlangsung bersama dengan proses pengumpulan data, maupun dilakukan setelah data-
data terkumpul (Rukajat, 2018).
Data yang telah terkumpulmelalui Google Form, akan menggambarkan terkait
gambaran masalah yang di bahas di penelitian ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alfiyah, N., Dkk. 2018. Gambaran Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
Pranikah Pada Remaja Di SMPN 1 Solokanjeruk Kabupaten Bandung. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia. 4 (2), 131-139.

Christianto, L. P. (2020). Kecemasan Mahasiswa Dimasa Pandemi Covid-19. Jurnal Biomedik,


13(1), 49–57.
Diananda, A. 2018. Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. Istighna. 1 (1), 116-133.

Dewi, W. A. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran Daring Di


Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 55–61.
Kemenkes. (2017). Perilaku Seks Bebas Remaja Di Empat Kota Yakni Jakarta Pusat, Medan,
Bandung Dan Surabaya.
Lestari, M. D. (2017). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Tentang Seks Bebas Pada Remaja Di
Sek0lah Menegah Atas (SMAS) Satria Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2017. Karya
Tulis Ilmiah.
Muhdar, A.S.A., Dkk. 2018. Efektifitas Pemberian E-Booklet Tentang Permasalahan Menyusui
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dokter Umum Di Puskesmas Kota Malang. Jurnal
Kesehatan Islam.7 (1), 1-10.
Notoatmodjo, S. 2020. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nadirahilah & Deden, N. 2019. Gambaran Perilaku Seksual Beresiko Pada Remaja Awal Di
Kelurahan Pulau Harapan Kepulauan Seribu. Jurnal Human Care. 4 (1), 42-47.
Putro, K.Z. 2017. Memahami Ciri Dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. Aplikasia: Jurnal
Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama. 17 (1), 25-32.

Purnama, L. C. (2020). Gambaran Perilaku Seksual Pada Remaja. Holistik Jurnal Kesehatan,
Vol. 14 No. 2.
Rahadi, D.S., Dan Sofwan, I. 2017. Perilaku Seks Bebas Pada Anggota Club Motor X Kota
Semarang Tahun 2017. Journal Of Health. 2 (2), 115-121.

Rukajat, A. (2018). PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF (QUALITATIVE RESEARCH

20
APPROACH) (1st Ed.). Deepublish.
Sari, I. R. (2017). Gamabaran Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Kerawatan Jurusan
Kesehatan Politeknik Negri Nusa Utara. Journal Ilmiah Sesebanua, Vol. 1 No. 2.
Tazeh, & Arikunto, A. (2019). Metode Penelitian. 22–34.
Wati, Y.S. 2017. Faktor Perilaku Seks Bebas Pada Remaja. Jurmal Photon. 8 (1), 79-90.
Yarza, H.N., Dan Eka. K. 2019. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Dalam Mencegah
Penyimpangan Seksual. Sarwahita: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 16 (1), 75-79.

KUISIONER PENELITIAN

21
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA
DI KOTA KENDARI TAHUN 2021

Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Tingkat pendidikan saat ini :
Alamat :

A. Pengetahuan Tentang Pengertian Perilaku Seks Bebas


Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah

1 Perilaku seks bebas merupakan perlaku yang


didorong oleh hasrat seksual, dimana
kebutuhan tersebut bertentangan dengan
sistem norma yang berlaku dalam
masyarakat
2 Perilaku seks bebas adalah segala cara
mengekspresikan dan melepaskan dorongan
seksual yang berasal dari kematangan organ
seksual, perilaku ini tidak sesuai dengan
normadi masyarakat
3 Perilaku seks juga diartikan sebagai
hubungan seksual tanpa ikatan pada yang
menyebabkan berganti-ganti pasangan
4 Seks bebas adalah prilaku yang dianggap
tidakwajar oleh masyarakat
5 Perilaku seks bebas dapat berupa sentuhan,
berciuman (kissing), memegang payudara
yang dilakukan diluar hubungan pernikahan

22
B. Pengetahuan Tentang Dampak Perilaku Seks Bebas
Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah

6 Kehamilan diluar nikah merupakan salah


satu dampak dari perilaku seks bebas
7 Aborsi atau upaya menggugurkan kandungan
merupakan salah satu dampak dari perilaku
seksbebas
8 Salah satu akibat yang ditimbulkan dari seks
bebas adalah munculnya penyakit menular
seksual oleh karena seringnya melakukan
hubungan seksual dengan berganti ganti
pasangan
9 Penyakit AIDS yaitu suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus HIV yang
menyebabkan menurunnya sistem kekebalan
tubuh dan dapat menyebabkan kematian
merupakan salah satu dampak akiat perilaku
seks bebas
10 Perilaku seks bebas di usia remaja dapat
meningkatkan rasa percaya diri remaja dan
menghilangkan kejenuhan dalam belajar.

C. Pengetahuan tentang cara pencegahan perilaku seks bebas


Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah

11 Hubungan yang dekat dengan orang tua


dapat menjadi tempat untuk bertukar fikiran
12 Agama merupakan benteng utama dan
pembentuk karakter seseorang. Dengan
mendekatkan diri kepada tuhan akan
terhindar dari tindakan tersebut
13 Sekolah dan guru berperan penting dalam
pencegahan seks bebas, maka dari itu perlu
diadakan seminar tentang perilaku seks
bebas yg di ikuti siswa

23
14 Teman sebaya adalah segalanya untuk
remaja sehingga tidak boleh menolak bila
mereka mengajaknya
15 Internet adalah media informasi yang paling
banyak oleh masyarakat pada saat ini. Salah
satunya mengandung pornografi.

D. Sikap remaja tentang perilaku seks bebas


No Pertanyaan Setuju Tidak setuju

16 Saya takut dianggap kurang pergaulan bila


tidak melakukan hubungan seks sebelum
menikah
17 Cinta yang tulus dan mendalam kepada
pacar tidak perlu dimanifestasikan dengan
seks bebas
18 Seks bebas dapat dilakukan oleh sepasang
remaja yang saling mencintai dalam ikatan
pacaran
19 Saya sangat menghormati norma-norma
masyarakat, sehingga Saya tidak akan
melakukan hubungan seks tanpa menikah
20 Dorongan seks yang muncul sebaiknya
dimanifestasikan dengan perilaku yang
tidak menjurus pada perilaku seks bebas,
meskipun itu dengan pacarnya sendiri
Saya merasa senang apabila bisa menjaga
21 kepercayaan orang tua dan masyarakat
dengan tidak melakukan perbuatan tidak
bermoral, seperti berpacaran dengan
melakukan seks bebas
22 Seks bebas dapat mengurangi kejenuhan
dalam belajar
23 Saya tidak bersedia melakukan hubungan
seks dengan lawan jenis sekalipun dia orang

24
yang sangat saya cintai
24 Remaja yang melakukan seks bebas berarti
merusak masa depannya sendiri
25 Menjaga keperjakaan/keperawanan sampai
saatnya menikah merupakan hal penting
bagi saya

25

Anda mungkin juga menyukai