Anda di halaman 1dari 18

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
FOKSJA (FORUM EDUKASI SEKSUAL REMAJA) : RUANG
PERTEMUAN ONLINE SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PELECEHAN
SEKSUAL PADA REMAJA

BIDANG KEGIATAN :
PKM GAGASAN FUTURISTIK TERTULIS (PKM-GFT)

Diusulkan oleh :
Aisyah Salsabila Binawan 224101054 2022
Matswa Finnury Jannata 224101131 2022
Tya Raudotul Jannah 224101121 2022

UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2022
PENGESAHAN
Mengesahkan Program Kreativitas Mahasiswa dengan Judul

“FOKSJA (FORUM EDUKASI SEKSUAL REMAJA) : RUANG


PERTEMUAN ONLINE SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PELECEHAN
SEKSUAL PADA REMAJA ”
Telah dipersiapkan dan disusun oleh:

AISYAH SALSABILA BINAWAN 224101054


MATSWA FINNURY JANNATA 224101131
TYA RAUDOTUL JANNAH 224101121

Telah dipertahankan di depan Panitia Pelaksana Pemusatan Pendidikan


Kemahasiswaan (P2K) dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk
mengikuti sidang pada hari Minggu, 30 Oktober 2022.
PANITIA PELAKSANA
PEMUSATAN PENDIDIKAN KEMAHASISWAAN
Ketua Pelaksana, Kakak Pembimbing,

(Useu Nifiyanti) (Putri Maulidiani Ardaya)


NPM. 202101136 NPM. 204101096
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Ilmu Kesehatan,

(Yericho Mashel Octovian)


NPM. 194101079

ii
PENGESAHAN

Mengesahkan Program Kreativitas Mahasiswa dengan Judul

“FOKSJA (FORUM EDUKASI SEKSUAL REMAJA) : RUANG


PERTEMUAN ONLINE SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PELECEHAN
SEKSUAL PADA REMAJA”

Telah dipersiapkan dan disusun oleh:

AISYAH SALSABILA BINAWAN 224101054


MATSWA FINNURY JANNATA 224101131
TYA RAUDOTUL JANNAH 224101121

Telah dipertahankan di depan Penguji pada hari Minggu, 30 Oktober 2022.


Dan dinyatakan telah mengikuti sidang dengan baik.

SUSUNAN TIM PENGUJI


PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PEMUSATAN PENDIDIKAN KEMAHASISWAAN

Penguji I, Penguji II,

………………………… …………………………

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


BAB I .......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................1
1.3 Tujuan ......................................................................................................2
1.4 Manfaat ....................................................................................................2
BAB II .....................................................................................................................3
2.1 Kondisi Terkini Pencetus Gagasan ........................................................3
2.2 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencegah Terjadinya Pelecehan
Seksual ................................................................................................................ 5
2.3 Pihak-Pihak Yang Dipertimbangkan Dapat Membantu
Mengimplementasikan Gagasan Dan Uraian Peran Atau Kontribusinya
Masing-Masing .................................................................................................. 5
2.4 Langkah-Langkah Strategi Yang Harus Dilakukan Untuk
Mengimplementasikan Gagasan Sehingga Tujuan Atau Perbaikan Yang
Diharapkan Tercapai ........................................................................................ 6
BAB III ....................................................................................................................7
3.1 Inti Gagasan .............................................................................................7
3.2 Cara Merealisasikan Gagasan dan Waktu yang Diperlukan .............7
3.3 Prediksi Dampak Gagasan bagi Masyarakat dan Bangsa ..................7
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................8
Lampiran ................................................................................................................9
Lampiran 1 Ketua, Anggota, dan Pembimbing ..................................................9
Lampiran 2. Kontribusi Ketua, Anggota ...........................................................13
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana………………………….....14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa perkembangan manusia. Masa ini
merupakan perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan sosial. Di
sebagian besar masyarakat dan budaya, pubertas umumnya dimulai antara
usia 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun.
Pelecehan seksual merupakan tindakan seksual yang dilakukan
melalui kontak fisik ataupun non fisik yang menyasar bagian tubuh seksual
atau seksualitas seseorang sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman,
merendahkan kehormatan seseorang, dan menyebabkan masalah kesehatan
yang dapat mengancam keselamatan jiwanya. Sepanjang tahun 2021, terjadi
peningkatan pelecehan dan kekerasan seksual. Sebanyak 207 anak menjadi
korban pelecehan dan kekerasan seksual, yang luasnya terjadi di bidang
pendidikan (Redaksi Banten, 2021). Korban pelecehan seksual beragam
usia mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa.
Edukasi seks di Indonesia masih kurang optimal dan beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa pengetahuan remaja tentang seksualitas
masih rendah. Milenial, terutama generasi pasca 2000, sudah terpapar
internet sejak kecil. Dunia internet dengan segala pesonanya dan situs-situs
porno yang mudah diakses dapat memberikan dampak negatif bagi kaum
milenial sebagai generasi penerus bangsa 27,6% anak muda di Indonesia,
sekitar 64 juta di Indonesia. Remaja merupakan generasi penerus bangsa,
sehingga jumlah tersebut perlu mendapat perhatian untuk mempersiapkan
manusia agar sehat fisik, mental, mental dan emosionalnya (BKKBN, 2012).
Masalah kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu faktor
penghambat peningkatan kualitas remaja. Berbagai laporan menunjukkan
bahwa banyak remaja yang terjerumus dalam perilaku seksual pranikah
dan perilaku reproduksi yang tidak sehat. Pendidikan seks adalah solusi
dari permasalahan kaum milenial. Forum pendidikan seks yang benar dan
tepat menjadi payung maraknya seks bebas dan seks pranikah yang
mengancam masa depan remaja. Pendidikan seks harus dimulai sejak usia
dini. Karena pendidikan seks adalah upaya masyarakat, tidak cukup bagi
orang tua dan petugas kesehatan, semua orang perlu terlibat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah penting forum edukasi seksual untuk mengantisipasi pelecehan
seksual pada remaja usia 12-18 tahun?

1
2. Bagaimana manfaat forum edukasi seksual remaja usia 13-18 tahun?
3. Bagaimana solusi untuk pencegahan pelecehan seksual pada remaja usia
12-18 tahun?

1.3 Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari FOKSJA diantaranya :
1. Menciptakan forum edukasi yang sesuai dan dibutuhkan bagi remaja
usia 12-18 tahun.
2. Memberikan pemahaman mengenai pencegahan pelecehan seksual yang
seru dan menyenangkan.
3. Sinergitas untuk mewujudkan remaja yang paham akan edukasi seksual.

1.4 Manfaat
FOKSJA diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya generasi
milenial dikalangan remaja, diantaranya:
1. Semakin terbentuknya rasa ingin melindungi diri dari hal-hal negatif
terutama pelecehan seksual.
2. Menjalin persaudaraan dan kebersamaan antar remaja dari ruang
pertemuan.
3. Meningkatkan nilai guna teknologi untuk membuat ruang pertemuan
online bagi remaja.

2
BAB II
GAGASAN

2.1 Kondisi Terkini Pencetus Gagasan


Berbicara mengenai pendidikan seks, tentu terdapat beberapa istilah
yang dapat kita pahami seperti seks, seksualitas, kesehatan seksual ataupun
pendidikan seks. Bagi masyarakat yang masih awam, istilah-istilah tersebut
memiliki makna yang sama padahal sejatinya istilah-istilah tersebut
memiliki perbedaan.
Seks sendiri memiliki arti sebagai suatu ciri biologis yang umumnya
ada pada diri seseorang baik laki-laki ataupun perempuan. Akan tetapi
dalam segi bahasa, seks kerap kali diartikan sebagai sebuah kegiatan
seksual. Ada pula istilah seksualitas yaitu bagian dari sebuah konsep yang
umumnya mengacu pada seksualitas seseorang dan menjadi bentuk
perkembangan diri dalam tahap kehidupan yang terdiri dari aspek fisik,
psikologi ataupun sosial. Sedangkan kesehatan seksual adalah bentuk
integrasi antara emosional, intelektual dan sosial dari seksualitas seseorang
yang berpengaruh terhadap perilaku, sikap dan karakter seseorang. Adapun
pendidikan seks merupakan salah satu kajian pendidikan kehidupan
berkeluarga yang harus dikembangkan di lingkungan masyarakat.
pendidikan seks menjadi tanggung jawab semua pihak baik keluarga,
instansi pendidikan maupun pemerintah. Pendidikan seks dan segala aspek
yang meliputinya tentu menjadi hal yang penting dan perlu diedukasikan
kepada masyarakat agar setiap orang dapat memahami aspek penting dari
seks, bagaimana cara mengontrol dan mengendalikannya agar dapat
berpengaruh positif bagi emosional, fisik, dan perkembangan sosial
seseorang serta dapat mengetahui dampak buruk dari pelecehan seksual.
Kasus pelecehan seksual terjadi pada perempuan tidak hanya di
Indonesia saja, tetapi di berbagai belahan dunia masih banyak sekali kasus
pelecehan seksual yang dilakukan oleh pelaku yang memiliki kesempatan
untuk melakukan tindakan pelecehan tersebut. Adapun yang menjadi
korbannya adalah perempuan dengan latar belakang yang beragam, baik
dari usia, pendidikan, tingkat sosial ekonomi, agama dan suku bangsa yang
menandakan bahwa pelecehan seksual tidak mengenal status sosial
seseorang. Siapapun dapat menjadi korban pelecehan jika tidak
mengantisipasi diri dan melindungi diri. Kejahatan pelecehan seksual pun
terus mengintai tanpa melihat tempat dan waktu. Bahkan di tempat umum
sekalipun, kejahatan pelecehan seksual bisa saja terjadi. Hal ini menjadi
kondisi yang sangat mengerikan di mana perempuan seolah tidak memiliki
tempat yang aman dan nyaman untuk bisa melakukan aktivitasnya.
Adapun beberapa hal yang termasuk dalam tindakan pelecehan
seksual di antaranya adalah sebagai berikut:

3
a. Memperlihatkan suatu hal yang cenderung bersifat pornografi terhadap
orang lain baik bentuk situs, gambar, film maupun tulisan.
b. Memperlihatkan kegiatan yang bersifat seksual pada orang lain seperti
aktivitas pergaulan seksual.
c. Memperlihatkan alat vital pada orang lain.
d. Menyetubuhi orang lain secara paksa.
e. Memegang atau memainkan alat vital orang lain.
f. Mengintip seseorang saat mandi.
g. Memaksa orang lain menyentuh alat vital pelaku.
h. Menyebarkan gambar atau video seseorang yang sedang telanjang

Belakangan ini banyak sekali fenomena kekerasan seksual yang kita


jumpai di lingkungan masyarakat, mirisnya kasus pelecehan seksual tidak
hanya terjadi di tempat-tempat umum yang minim perlindungan diri tetapi
juga telah merambah di lembaga pendidikan sebagaimana kasus pelecehan
seksual yang terjadi di pesantren daerah Jombang Jawa Timur beberapa
bulan yang lalu. Suatu hal yang mengenaskan, bagaimana tidak? Pesantren
yang harusnya menjadi tempat kegiatan belajar justru menjadi tempat yang
tidak aman bagi kaum perempuan.
Menurut Forum Pengadu dan Layanan sebagai salah satu mitra
Komnas Perempuan mengatakan, bahwa kasus yang khususnya kekerasan
seksual pada perempuan tercatat sebanyak 1.290 kasus diantara terjadi di
ranah keluarag atau rumah tangga sebaanyak 548 kasus, sedangkan kasus
yang lainnya terjadi di ruang public (tempat umum). Selain itu, terjadi 195
kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang-orang terdekat.
Sedangkan kasus kekerasan seksual dalam hubungan sedarah yaitu yang
dilakukan oleh ayah kanudng, kakak kandung, dan paman kandung tercatat
sebanyak 168 kasus. Dalam kasus yang sama terjadi kekerasan seksual oleh
orang yang dikenali korban sebanyak 408 kasus, dan kekerasan seksual oleh
orang yang tidak dikenali korban sebanyak 36 kasus. Selain itu, terdapat 480
kasus yang terklasifikasi ke dalam sembilan kategori kekerasan pada
perempuan, dan yang terbanyak yaitu pelecehan seksual terdapat 329 kasus.
Sedangkan yang lainnya termasuk kasus eksploitasi seksual, pemaksaan
pemakaian kontrasepsi atau kondom, pemakasaaan praktek aborsi,
perbudakan seks, dan prostitusi. Perlu adanya upaya dan tidakan tegas untuk
memutus persoalan pelecehan seksual ini agar tidak semakin merebak di
kalangan masyarakat. Salah satu cara untuk menanggulangi persoalan
tersebut yaitu dengan memberikan edukasi seksual.
Namun, pembahasan mengenai seksualitas masih dianggap tabu
oleh mayoritas masyarakat di Indonesia. Masyarakat beranggapan
pembahasan seksualitas tidak layak dibicarakan secara terbuka. Khususnya
para orang tua menganggap topik mengenai seksualitas kelak akan dipahami
anaknya ketika akan menikah tanpa harus diberikan edukasi sejak dini.

4
Padahal, edukasi seksualitas adalah suatu hal yang penting diberikan kepada
anak, agar bisa menyadari jika ada perilaku menyimpang yang orang lain
lakukan pada dirinya maupun perilaku di lingkungannya yang termasuk
pelecehan seksual.

2.2 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencegah Terjadinya Pelecehan


Seksual
Memberikan edukasi tentang seksual tentu menjadi sangat penting
sekali diberikan pada anak-anak terutama para remaja. Pendidikan atau
edukasi seksual dapat diberikan dalam bentuk forum edukasi yang berfungsi
menambah pengetahuan, harga diri, membentuk self-efficacy,
mengimplementasikan dan memperkuat gender serta norma sosial yang
baik guna mencegah tindakan pelecehan seksual. Inilah bentuk upaya yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual. Upaya ini
ditujukan untuk anak-anak, remaja orang tua dan seluruh lapisan
masyarakat untuk berkontribusi membangun kerjasama guna bersama-sama
melindungi diri, keluarga dan lingkungan sekitar dari ancaman pelaku
pelecehan seksual.

Pencegahan
Pelecehan
Seksual

Forum Edukasi
Seksual

Terbentuk Sikap
Perlindungan Diri

2.3 Pihak-Pihak Yang Dipertimbangkan Dapat Membantu


Mengimplementasikan Gagasan Dan Uraian Peran Atau
Kontribusinya Masing-Masing

Adapun pihak-pihak yang terlibat dan turut serta membantu proses


pelaksanaan forum edukasi diantaranya, yaitu:
1. KPAI dan Komnas PA sebagai pengawas dan pembina terhadap
pelaksanaan dan perencanaan.
2. Remaja sebagai pemeran utama dalam gagasan yang diusulkan.

5
2.4 Langkah-Langkah Strategi Yang Harus Dilakukan Untuk
Mengimplementasikan Gagasan Sehingga Tujuan Atau Perbaikan
Yang Diharapkan Tercapai
Adapun langkah-langkah proses pelaksanaan forum edukasi ini
adalah sebagai berikut:
1. Menghubungi pihak terkait untuk permohonan keikutsertaan dan
kerjasama dalam mendukung merealisasikan gagasan ini.
2. Membentuk tim atau struktur kepengurusan dalam mendukung
pelaksanaan gagasan.
3. Membentuk forum edukasi melalui google meet untuk menjaring dan
mengajak orang lain terutama remaja untuk ikut aktif dalam
pencegahan tindak pelecehan seksual.
4. Mengedukasi anggota forum tentang pentingnya perlindungan diri dan
bahaya dari pelecehan seksual.
5. Hasil akhir forum adalah membentuk relawan yang akan berpartisipasi
aktif dalam kegiatan penyuluhan ataupun dalam upaya pencegahan
tindak pelecehan seksual.

6
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Inti Gagasan


Program Forum Edukasi Seksual Remaja (FOKSJA) merupakan
gagasan dari penulis sebagai upaya pencegahan pelecehan seksual. Forum
ini dibentuk dengan perencanaan kegiatan berupa komunikasi, informasi,
dan edukasi kepada remaja usia 12-18 tahun.
Dalam program FOKSJA ini penulis bekerja sama dengan KPAI,
Komnas PA, Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di kota Tasikmalaya.
Bentuk kerjasama ini berupa pengawasan, pembinaan, pengarahan dalam
forum edukasi yang akan dilakukan. Forum edukasi ini akan diberikan
kepada remaja pada usia 12-18 tahun. Program ini akan dilakukan dalam
waktu tiga bulan dan diadakan setiap dua minggu sekali melalui media
online. Pada kegiatan forum diskusi tersebut penulis mengajak para remaja
untuk mengetahui pentingnya pendidikan seks untuk kita sebagai kaum
muda terlebih bagi kalangan perempuan yang rentan mengalami pelecehan
seksual. Forum edukasi ini membuat kita lebih melindungi dan peduli
terhadap keamanan diri kita serta menjalin ruang diskusi dan kebersamaan
antar remaja tentang kepedulian kita terhadap antisipasi terjadinya
pelecehan seksual pada kalangan remaja.

3.2 Cara Merealisasikan Gagasan dan Waktu yang Diperlukan


Langkah awal dalam merealisasikan gagasan ini adalah dengan
membentuk forum edukasi dalam media online dalam bentuk google meet
yang linknya telah disebar di berbagai media sosial untuk mengajak para
remaja turut berkontribusi aktif dalam forum edukasi yang berbentuk
diskusi ringan. Forum ini akan rutin dilaksanakan dalam waktu 2 minggu
sekali. Diharapkan kegiatan ini efektif mengedukasi para remaja untuk lebih
menjaga diri dan menghindari segala bentuk pelecehan seksual.

3.3 Prediksi Dampak Gagasan bagi Masyarakat dan Bangsa


Dengan direalisasikannya kegiatan ini akan membantu pemerintah
mengurangi kasus pelecehan seksual yang terjadi pada remaja, memberi
wawasan pada remaja tentang hal apa saja yang termasuk pelecehan seksual
dan lebih memahami bagian dari tubuhnya yang tidak boleh disentuh orang
lain sehingga bisa menjaga diri dari tindak pelecehan seksual, serta
meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya pemberian pendidikan
seks sejak dini untuk lebih menyadari kondisi di lingkungannya yang
termasuk dalam pelecehan seksual.

7
DAFTAR PUSTAKA

N Jamal, N., Zulaeha, E., & Supriyatin, T. (2019). Edukasi Seksual Orang Tua
terhadap Anak dan Remaja. Fakultas Ushuluddin UIN SGD
Bandung, 1(1).
Sugijokanto, S. (2014). Cegah kekerasan pada anak. Elex Media Komputindo.
Tarwoto, dkk., (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta:
Salemba Medika,
Ulfaningrum, H., Fitryasari, R., & Mar’ah, E. M. (2021). Studi Literatur
Determinan Perilaku Pencegahan Pelecehan Seksual Pada
Remaja. Jurnal Health Sains Vol, 2(2).
Mayasari, E. D. (2018). Penyuluhan Pendidikan Seks Kepada Siswa-Siswi Sd
Kanisius Sengkan Yogyakarta. Abdimas Altruis: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 1(2), 97-102.
Dewi, M. K., Karim, A. S., dkk. (2021). Edukasi Bahaya Seks Bebas pada
Remaja. Jurnal Pengabdian Bidan Nasuha, 2(1), 17-23.
Ardianti, I. (2020). Hubungan Seks Edukasi Dengan Perilaku Seksual Pada
Remaja. Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, 10(1), 10-17.
Maulida, D., & Safrida, S. (2020). Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam
Pencegahan Seks Pranikah. Jurnal Komunikasi Global, 9(1), 97-114.
Fitria, E., Amalia, U., Handayani, I., & Murtiningsih, M. (2022, September).
Perancangan Kegiatan Partisipasi Masyarakat di SLB Bakti Siwi dalam
Upaya Pencegahan Perilaku Pelecehan Seksual. In Prosiding Seminar
Nasional Pengabdian Masyarakat Universitas Ma Chung (Vol. 2, pp.
69-79).
Herawati, A., & Oktavianoor, H. (2021). Pemberian Edukasi Seksual Dan Pubertas
Pada Remaja Literature Review. DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL
KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN, 12(1), 119-128.
Mainake, Y. 2021. Darurat Kekerasan Seksual di Indonesia. Jakarta : Isu Sepekan.
(5 Desember 2021) hal 1

8
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Pembimbing

9
10
11
12
Lampiran 2. Kontribusi ketua, Anggota,
No Nama/NIM Posisi Penulis Bidang Kontribusi
Ilmu
1 Aisyah Salsabila Penulis Pertama Kesehatan Melakukan
Binawan/ pengumpulan data
224101054 pustaka dan
menyiapkan draft
manuskrip
2 Matswa Finnury Penulis Kedua Kesehatan Melakukan
Jannata/224101131 pengumpulan data
pustaka dan
menyiapkan draft
manuskrip

3 Tya Raudotul Penulis Ketiga Kesehatan Melakukan


Jannah/224101121 pengumpulan data
pustaka dan
menyiapkan draft
manuskrip

4 Putri Maulidiani Penulis Terakhir Kesehatan Pengarah dan desain


Ardaya/204101096 kegiatan serta
penyelaras akhir
manuskrip

13
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana

14

Anda mungkin juga menyukai