i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “ Praktik
Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja Dengan Flour Albous di Puskesmas
Gayungan Surabaya”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
menyelesaikan tugas blok 1 (Remaja) pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Evi Pratami, SST, M.Keb, Selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya yang telah memberi arahan, masukan dan
bimbingan dalam Menyusun laporan ini
2. drg. Harijanti Judaningsih selaku Kepala Puskesmas Gayungan Surabaya
3. Uripah,. SST selaku Bidan Koordinator dan pembimbing lahan Puskesmas
Gayungan Surabaya
4. Ani Media Harumi, SST, M.Keb selaku pembimbing pendidikan 1 yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
5. Yuni Ginarsih, SST., M.Keb selaku pembimbing pendidikan 2 yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
6. Wulan Ranggraeni Hapsari yang bersedia menjadi klien/ responden
7. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan
laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Surabaya, 22 September 2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman :
Lembar Pengesahan ............................................................................................... ii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktik .................................................................................................. 2
1.3 Lama Praktik .................................................................................................... 3
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan setiap kehidupan
manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa
kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab (
Desta, 2019) Berbagai macam perubahan mulai dari aspek biologis, kognitif,
sosial, hingga emosional terjadi di masa remaja. Seringkali remaja juga
diartikan sebagai masa pencarian jati diri. Menurut WHO remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, sedangkan menurut peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 remaja adalah penduduk yang
berusia 10-18 tahun.
Berdasarkan sensus penduduk, jumlah remaja usia 10 sampai 19 tahun di
Indonesia sekitar 20% (mencapai lebih dari 45 juta jiwa) dari jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2019 dan setengahnya adalah remaja putri (Bappenas,
2019). Prevalensi remaja putri berusia 10-19 tahun di dunia sekitar 18% yaitu dari
jumlah 1,2 miliar penduduk (Menurut WHO 2017). Data Badan Pusat Statistik
2018 melaporkan jumlah remaja usia 15-19 tahun di indonesia sekitar 41 juta
jumlah penduduk Masalah organ reproduksi pada remaja ini sering muncul di
negara - negara berkembang seperti Indonesia (Pradnyandari 2019).
Pada masa remaja ini juga terjadi banyak perubahan salah satunya pada
fisiknya, dimana perubahan fisik antara laki-laki dan perempuan berbeda.
Perubahan fisik laki-laki antara lain berfungsinya kelenjar kelamin, kulit menjadi
kasar, tumbuh rambut di bagian tertentu, tumbuh jakun, dll. Sedangkan perubahan
fisik perempuan antara lain postur tubuh berubah, pinggul melebar, kulit menjadi
halus menstruasi dan lain-lain. Dimana dalam perubahan ini tidak jarang ditemui
masalah-masalah lain yang menyertainya seperti halnya dismenorea pada remaja
putri.
1
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan akses dan pelayanan kesehatan pada
remaja.
1.2.2 tujuan Khusus
1. Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
2. Meningkatkan pendidikan ketrampilan hidup sehat.
3. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan remaja kesehatan
reproduksibagi remaja tentang kesehatan.
4. Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan
penyalahgunaan NAPZA.
5. Meningkatkan upaya perbaikan gizi remaja.
6. Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik.
7. Melakukan deteksi dini pencegahan penyakit menular.
3
4
5
atau citra diri, yaitu gambaran dari hal-hal seperti siapa diri saya
(extant self) dan saya ingin jadi apa (desired self).
Zat gizi mineral diantaranya yaitu kalsium, zat besi dan zink. Akselerasi
muskular, skeletal atau kerangka, dan perkembangan endokrin yang
lebih besar pada masa remaja menyebabkan kebutuhan kalsium relatif
tinggi. Angka Kecukupan Gizi kalsium pada remaja dan dewasa muda
untuk perempuan adalah 600-700 mg/hari sedangkan pada remaja dan
dewasa muda untuk laki-laki adalah 500- 700 mg/hari. Susu dan hasil
olahanya merupakan sumber kalsium 10 yang paling baik. Kalsium juga
dapat diperoleh dari ikan, kacangkacangan, dan sayuran hijau.
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadi
pertumbuhan yang cepat. Kurangnya konsumsi zat besi atau
kehilangan zat besi yang meningkat pada perempuan akan
menyebabkan anemia gizi besi atau rawan mengalami anemia gizi besi
dibandingkan dengan laki-laki.
Efisiensi penyerapan zat besi dipengaruhi oleh status zat besi yang
terdapat didalam tubuh. Penyerapan zat besi akan lebih efisien pada
12
2. Kesehatan Reproduksi
Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-
perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan
juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita
mereka. Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang
kehidupan.
Perkembangan dalam kehidupan manusia melalui aspek-aspek yang
berbeda. Ada tiga aspek perkembangan manusia yaitu perkembangan fisik,
perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian dan sosial
(Santrok, 2012). Perkembangan fisik, yang dimaksud berupa perubahan
pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Sedangkan
perkembangan kognitif adalah perubahan mental seperti belajar, memori,
menalar, berpikir, dan bahasa (Marmi, 2013). Kesehatan reproduksi
setidaknya mencakup tiga hal penting yaitu:
1) Sehat Secara fisik Sehat secara fisik dapat dijabarkan menjadi
beberapa hal antara lain :
Pada usia remaja ini, anak sudah memasuki masa remaja. Olahraga juga
membentuk otot dan meningkatkan kekuatan otot dan tulang serta
mengurangi lemak tubuh sehingga menjaga kesehatan fisik. Selain itu,
olahraga dapat mengurangi depresi, cemas, dan meningkatkan percaya
diri dan keahlian. Remaja memiliki banyak pilihan dan waktu yang
lebih panjang dalam berolahraga. Olahraga yang bersifat kompetitif
merupakan tantangan tersendiri bagi remaja.
1. Anemia
b. Dysmenorrhea
Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri. Sifat dan
tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari ringan hingga yang berat.
Kondisi tersebut dinamakan dysmenorrhea, yaitu keadaan nyeri
yang hebat dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dysmenorrhea merupakan suatu fenomena simptomatik meliputi
nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung. Gejala gastrointestinal
seperti mual dan diare dapat terjadi sebagai gejala menstruasi
(Kusmiran, 2016).
Adapun tanda dan gejala dismenore yaitu menurut (Prawihardjo,
pada bagian bawah perut seperti kram atau mules. Rasa nyeri
disertai sakit kepala, mual dan muntah, susah buang air besar,
(Purwanti, 2014)
1. Menarche
2. Lama menstruasi
3. Riwayat keluarga
4. Kegemukan
2. 2 Keputihan
fluor albus / Keputihan adalah secret putih dan kental yang keluar dari
vagina dan rongga uterus (Dorland 2012). Keputihan adalah keluarnya
cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau
ataupun tidak disertai rasa gatal setempat, dapat terjadi secara normal
(fisiologis) maupun abnormal (patologis) (Kusmiran 2016).
Fluor albus adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan
darahˡ. Fluor albus dapat merupakan suatu keadaan yang normal
(fisiologis) atau sebagai tanda dari adanya suatu penyakit (patologis)
(Merita, 2016).
Keputihan ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau, dan tidak
menyebabkan rasa gatal.
2. Flour albus patologis
2) Bakteri
Keputihan dapat disebabkan oleh beberapa bakteri, seperti:
a) Gonokokus
Penyakit ini sering disebut dengan Gonorrhoe dan
penyebab penyakit ini adalah Neisseria Gonnorhea atau
gonnokokus.Penyakiit ini sering terjadi akibat hubungan
seksual (PMS).Kuman ini berbentuk seperti ginjal yang
berpasangan atau disebut juga diplokokus dalam
sitoplasma sel. Gonnokokus yang purulen mempunyai silia
yang dapat menempel pada sel epitel uretra dan mukosa
vagina. Pada hari ketiga, akteri tersebut akan mencapai
jaringan ikat dibawah epitel dan menimbulkan reaksi
radang. Gejala yang ditimbulkan adalah keputihan yang
berwarna kekuningan atau nanah, rasa akit pada saat
berkemih maupun senggama.
b) Klamidia Trakomatis
bawah.
d) Treponema Pallidum
4) Virus
2. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai tiga komponen pokok, yaitu kepercayaan (keyakinan), ide
dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi
suatu objek kecenderungan untuk bertindak. Sikap tentang vulva
hygiene merupakan suatu kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dalam menjaga kebersihan alat kelamin perempuan untuk menjaga
kesehatan alat kelamin itu sendiri dari keputihan.
6. Gangguan Stress
Stress adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap
32
saja air yang berasaldari keran yang mengalir, hal ini akan lebih aman.
Karena menurut penelitian air yang tergenang di toilet umum
mengandung 70% jamur candida albicans penyebab keputihan.
Sedangkan air yang mengalir di dalam keran mengandung kurang lebih
hanya 10- 20% (Abrori, Hernawan, and Ermulyadi 2017).
Apabila terpaksa menggunakan kloset umum dikeramaian misalnya
mall atau bandara, jika tersedia kloset jongkok. Namun karena sekarang
ini sebagian besar menggunakan kloset duduk dengan air dan
pembersih yang ada di situ, kemudian keringkan dengan tissue toilet.
Setelah itu barulah menggunakan kloset tersebut. Sebisa mungkin
gunakan tissue pribadi untuk mengeringkan vagina.
10. Memakai Celana Terlalu Ketat
Penggunaan celana jeans terlalu ketat dan dalam waktu yang lama
pada remaja putri menjadi risiko terjadinya keputihan. Hal ini
disebabkan tubuh bagian sensitif tidak mendapatkan udara
(sirculation) masuk akibat bahan jeans memiliki pori-pori sangat rapat,
kemudian meningkatkan kelembapan daerah sekitar genetalia lama
kelamaan akan menimbulkan jamur candidiasis dan menyebabkan
daerah kewanitaan akan berbau dan terjadilah Fluor Albus (Claurentica
2018).
2.2.6 Pencegahan flour albous
Menurut Rifqiyah (2015) Pencegahan flour albus dapat dilakukan dengan
upaya pencegahan dini dengan cara :
a. Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin.
Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat
sembunyi kuman. Jadi, jangan lupa menggunting atau
membersihkannya agar pemberian obat keputihan berupa salep lebih
mudah menyerap.
buang air dan mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga vagina dalam
keadaan kering
1. Biodata
A. Data Subjektif
a. Nama : untuk membedakan pasien satu dengan yang lain
b. Umur : untuk memastikan usia dan sebagai identitas
c. Suku/bangsa : untuk mengetahui adat istiadat sehingga
36
terjadinya keputihan.
B. Data objektif
a. Keadaan umum : Bertujuan untuk menilai kesadaran pada remaja.
b. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah, tekanan
darah normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan
diastolik antara 70sampai 90 mmHg.
b) Nadi : untuk mengetahui nadi, nadi normal berkisar antara 60-
80x/menit.
c) Respirasi : untuk mengetahui pernafasan dalam 1 menit,
pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu
sekitar 20-30x/menit.
d) Suhu : untuk mengetahui suhu tubuh, dalam keadaan normal
suhubadan berkisar 36,5 – 37,5°C.
c. Pemeriksaan fisik
a) Kepala : untuk mengetahui kebersihan rambut, warna rambut,
mudah rontok atau tidak.
b) Muka : untuk mengetahui wajah simetris/tidak, tampak pucat/
tidak.
c) Mata : untuk mengetahui apakah conjungtiva merah muda,
sklera putih,adakah kelainan atau tidak.
d) Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran sekret dan
ada/tidaknya kelainan pada hidung seperti polip,dll.
e) Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen dan
kebersihan telinga, apakah ada gangguan pendengaran atau
tidak.
f) Mulut : untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau tidak,
lidah bersih atau tidak, gigi karies atau tidak.
g) Leher : untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar
limfe kelenjar tiroid, dan bendungan vena jugularis.
h) Payudara : untuk mengetahui bentuk, ukuran, adakah
38
nyeri/tidak
i) Genetalia : untuk mengetahui kebersihan vagina, adakah tanda-
tandainfeksi vagina.
j) Anus : untuk mengetahui kebersihan anus, ada hemoroid atau
tidak.
k) Ekstremitas : untuk mengetahui bentuk,ada gangguan/kelainan
atau tidak, oedema atau tidak, varices atau tidak
d. Pemeriksaan antopometri
a) BB : untuk mengetahui berat klien. Apakah termasuk
normal,gemuk,obesitas,atau kurang dari normal.
b) TB : untuk mengetahui tinggi badan klien. Apakah termasuk
normal, atau kurang dari normal
c) LILA : untuk mengetahui lingkar lengan klien. Apakah
termasuk normal, atau kurang dari normal.
d) Lingkar pinggang : Untuk mengukur lingkar pinggang. Lingkar
pinggang yang berlebihan adalah faktor risiko penyakit
kardiovaskuler dan bermanifestasi sebagai metabolisme lipid
abnormal dan menyebabkan kadar trigliserida tinggi Kriteria
lingkar pinggang mengikuti batasan yang telah ditetapkan
WHO dan International Diabetes Federation (IDF) khusus
untuk orang Asia adalah pria <90 cm dan untuk wanita <80cm
(WHO, 2011 dalam Kristianto, 2018)
e) IMT : Indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI)
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status
gizi, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan (Dep-kes, 2011). menurut Kemenkes RI (2019), batas
ambang IMT untuk Indonesia yaitu:
Kurus (Underweight) : ≤ 18,4
Normal : 18,5 – 25,0
Gemuk (Overweight) : ≥ 25,1
C. Pemeriksaan penunjang
a. HB : Untuk mengetahi kadar Hb tubuh seseorang, apabila kurang
39
2.3.6 Pelaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011:6). Bidan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan
2.3.5 Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan
segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil
evaluasi segera dicatat.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 19 September 2022
43
44
Pola istirahat : tidur malam kurang lebih 6 jam sehari (tidur malam jam
10 atau jam 11 malam hingga jam 5 pagi, dan tidak pernah tidur siang
B. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Nadi : 80 x/ menit
Respiratori : 20x/ menit
Tekanan darah : 100/80 mmhg
b. Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak terdapat benjolan.
Wajah : tidak pucat.
Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran limfe, tidak ditemukan bendungan vena jugularis.
Dada : tampak pembesaran payudara, tidak ada benjolan/massa
pada payudara.
Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan
Genetalia : tidak dilakukan
Ekstremitas
Atas : Tidak odema, tidak ada kelainan.
Bawah : Tidak odema, tidak ada kelainan
BB : 56 Kg
TB : 158 Cm
Lingkar panggul : 85 cm
Lingkar Pinggul : 103 cm
Lila : 30 cm
IMT : 22,,5
c. Program Terapi : Tidak ada
d. Data Penunjang :
Goldar : A+
HGB : 11,9 g/dL
C. Analisa
Nn.w usia 18 tahun dengan flour albous fisiologis
46
D. Penatalaksanaan
a. Pertemuan 1 (selasa , 19 September 2022. Pukul 09.00 WIB)
1) Menjalin komunikasi interpersonal dengan klien serta menjelaskan
tujuan dari pengkajian yang dilakukan
e/ Klien kooperatif dan mengetahui maksud serta tujuan
dilakukannya pengkajian serta bersedia untuk dilakukan
pemeriksaan.
melitus
e/ Klien memahami macam-macam penyakit tidak menular yang
biasa saja terjadi
f. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya pada hari senin, 26
september 2022 pukul 17.00 WIB di video call whatsapp
BAB 4
PEMBAHASAN
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
2. Hsil pemeriksaan TTV dan fisik dalam batas normal, tidak ditemukan
adanya masalah atau kelainan
2. Bagi penulis
Desta Ayu Cahya Rosyida. 2019. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja
dan Wanita. Yogyakarta: PT Pustaka Baru
Kristianto, dkk. 2018. Profil Massa Lemak dan Lingkar Pinggang Dewasa
Obes dan Nonobes di Cirebon. Global Medical and Health
Communication.
Putri, Fitriana U., Suci Musvita A., 2018. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi
Remaja. Universitas Ahmad Dahlan
Putri, Fitriana U., Suci Musvita A., 2018. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi
Remaja. Universitas Ahmad Dahlan
Rima Wirenviona, A.A. Isri Dalem Chintya Riris. 2020. Edukasi Kesehatan
Repdouksi Remaja. Surabaya: Airlangga University Press
Susanti, A. V., & Sunarto, S. (2012). Faktor Risiko Kejadian Menarche Dini
pada Remaja di SMP N 30 Semarang. Journal of Nutrition
College, 1(1), 125-126.
Pertemuan 1
pertemuan 2
Pertemuan 3
Pertemuan 4