Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA


DENGAN FLOUR ALBOUS FISIOLOGIS
DI WILAYAH PUSKESMAS GAYUNGAN SURABAYA

DEA ROSALIA PUTRI


P27824622018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “ Praktik
Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja Dengan Flour Albous di Puskesmas
Gayungan Surabaya”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
menyelesaikan tugas blok 1 (Remaja) pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Evi Pratami, SST, M.Keb, Selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya yang telah memberi arahan, masukan dan
bimbingan dalam Menyusun laporan ini
2. drg. Harijanti Judaningsih selaku Kepala Puskesmas Gayungan Surabaya
3. Uripah,. SST selaku Bidan Koordinator dan pembimbing lahan Puskesmas
Gayungan Surabaya
4. Ani Media Harumi, SST, M.Keb selaku pembimbing pendidikan 1 yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
5. Yuni Ginarsih, SST., M.Keb selaku pembimbing pendidikan 2 yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
6. Wulan Ranggraeni Hapsari yang bersedia menjadi klien/ responden
7. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan
laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Surabaya, 22 September 2022
Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman :
Lembar Pengesahan ............................................................................................... ii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktik .................................................................................................. 2
1.3 Lama Praktik .................................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4


2.1 Konsep Dasar Remaja ...................................................................................... 4
2.2 keputihan ....................................................................................................... 24
2.3 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Remaja ................................................... 35
BAB 3 TINJAUAN KASUS.............................................................................. 43
3.1 Data Subyektif............................................................................................... 43
3.2 Data Obyektif ................................................................................................ 45
3.3 Analisa .......................................................................................................... 45
3.4 Penatalaksanaan ............................................................................................ 46
BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................... 50
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 52
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 53
5.2 Saran.............................................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan setiap kehidupan
manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa
kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab (
Desta, 2019) Berbagai macam perubahan mulai dari aspek biologis, kognitif,
sosial, hingga emosional terjadi di masa remaja. Seringkali remaja juga
diartikan sebagai masa pencarian jati diri. Menurut WHO remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, sedangkan menurut peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 remaja adalah penduduk yang
berusia 10-18 tahun.
Berdasarkan sensus penduduk, jumlah remaja usia 10 sampai 19 tahun di
Indonesia sekitar 20% (mencapai lebih dari 45 juta jiwa) dari jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2019 dan setengahnya adalah remaja putri (Bappenas,
2019). Prevalensi remaja putri berusia 10-19 tahun di dunia sekitar 18% yaitu dari
jumlah 1,2 miliar penduduk (Menurut WHO 2017). Data Badan Pusat Statistik
2018 melaporkan jumlah remaja usia 15-19 tahun di indonesia sekitar 41 juta
jumlah penduduk Masalah organ reproduksi pada remaja ini sering muncul di
negara - negara berkembang seperti Indonesia (Pradnyandari 2019).

Pada masa remaja ini juga terjadi banyak perubahan salah satunya pada
fisiknya, dimana perubahan fisik antara laki-laki dan perempuan berbeda.
Perubahan fisik laki-laki antara lain berfungsinya kelenjar kelamin, kulit menjadi
kasar, tumbuh rambut di bagian tertentu, tumbuh jakun, dll. Sedangkan perubahan
fisik perempuan antara lain postur tubuh berubah, pinggul melebar, kulit menjadi
halus menstruasi dan lain-lain. Dimana dalam perubahan ini tidak jarang ditemui
masalah-masalah lain yang menyertainya seperti halnya dismenorea pada remaja
putri.

1
2

Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu


kali dalam hidupnya dan 45% di antaranya mengalami keputihan dua kali atau
lebih. Perawatan genetalia eksterna yang kurang tepat dapat menjadi pemicu
terjadinya keputihan terutama keputihan yang bersifat patologis. Remaja termasuk
kelompok yang rentang terhadap masalah fluor albus, hal ini dikarenakan pada
fase ini remaja mengalami peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
sehingga pengetahuannya sangat terbatas mengenai fluor albus (Kania, 2017).

Sehingga dalam tahap perkembangannya remaja dihadapkan dengan banyaknya


hal-hal baru yang nyaris membuat mereka terkejut karena perubahan dalam
dirinya baik dari sisi fisik maupun psikis. Untuk itu penting adanya peran orang
tua atau orang dewasa disekitarnya sehingga dapat menjadi teman berbagi, yang
juga dapat memberi masukan dan juga arahan dalam menghadapi masa pubertas
guna membentuk remaja menjadi penerus generasi bangsa yang berkualitas.
Berdasarkan uraian diatas dan penemuan masalah di lapangan, penulis
berkenan melakukan pengkajian terhadap kasus Flour Albus pada remaja.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan akses dan pelayanan kesehatan pada
remaja.
1.2.2 tujuan Khusus
1. Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
2. Meningkatkan pendidikan ketrampilan hidup sehat.
3. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan remaja kesehatan
reproduksibagi remaja tentang kesehatan.
4. Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan
penyalahgunaan NAPZA.
5. Meningkatkan upaya perbaikan gizi remaja.
6. Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik.
7. Melakukan deteksi dini pencegahan penyakit menular.
3

8. Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan.


1.3 Waktu dan Tempat Praktik

Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Gayungan Surabaya,


pada tanggal 19 September 2022 sampai dengan 02 Oktober 2022
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep Dasar Remaja


2.1.1 Definisi Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju kemasa dewasa.
Seorang Remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun
belum cukup matang untuk dikatakan dewasa (Sebayang, dkk., 2018). Remaja
atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh
kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan
fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Soetjiningsih dalam Putri
dan Suci, 2018).
Octavia (2020) memaparkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan,
ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi dewasa dimana hal tersebut
menunjukkan masa dai awal pubertas sampai tercapainya kematangan yang
biasanya dimulai dari usia 14 tahun pada pria dan 12 tahun pada wanita. Pada
masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian
diri. Dua hal tersebut adalah, pertama hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya
perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu
karakteristik di dalam diri remaja yang membuat remaja relatif lebih bergejolak
dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress periode).

2.1.2 Tahapan pada remaja

Tahapam tumbuh kembang remaja terdiri dari beberapa tahap dengan


karakteristik yang khasi di masing-masing tahapannya (Smetana, 2011)
yang dikutip oleh Rima Wirenviona (2020), membagi tumbuh kembang
remaja menjadi tiga tahapan berikut :
1. Remaja awal (11-13 tahun/ early adolescence)
Remaja merasa lebih dekat dengan teman seabaya dan bersifat

4
5

egosentris serta ingin bebas. Remaja yang egosentris akan kesulitan


untuk melihat sesuatu hal dari perspektif atau sudut pandang orang lain
sehingga sering kali tidak menyadari apa yang orang lain pikirkan,
rasakan dan lihat. Remaja egosentris lebih sulit untuk menyesuaikan
diri, bahkan mengoreksi pandangannya jika dirasa pandangannya
tersebut tidak sesuai dengan kondisi/lingkungan sekitar. Oleh karena
itu, remaja mencari teman sebaya yang sejenis untuk mengatasi
ketidakstabilan pada dirinya.
2. Remaja pertengahan (14-17 tahun/middle adolescence)
Bentuk fisik semakin sempurna pada masa remaja tengah. Hal-hal yang
terjadi, yaitu mencari identitas diri,timbul keinginan untuk berkencan
dengan lawan jenis, dan berkhayal tentang aktivitas seks.
Perkembangan intelektual semakin baik dengan mengetahui dan
mengeksplor kemampuan diri. Selain itu, remaja akan merasaan jiwa
sosial yang mulai tinggi, seperti keinginan untuk menolong orang lain
dan belajar tanggung jawab.
3. Remaja akhir (18-21 tahun/late adolescence)
Remaja akhir disebut dewasa muda karena mulai meninggalkan dunia
kanak-kanak. (Kumalasari,2013 dalam Kutipan Rima Wirenviona ,
2020) menjelaskan bahwa transisi dalam nilai-nila moral pada remaja
dimulai dengan meningalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju
nilai-nilai yag dianut oleh orang dewasa. Remaja lebih selektif dalam
mencari teman sebaya, mempunyai citra tubuh (body image) terhadap
dirinya sendiri, dapat mewujudkan rasa cinta, dan belajar menyesuaikan
diri dengan norma-norma yang berlaku remaja akan mlai merasakan
beban atau tanggung jawab dalam mencari pendidikan yang baik atau
pekerjaan yang lebih mapan

2.1.3 Perkembangan Remaja

Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu nature dan nurture.


Konsep nature mengungkapkan bahwa remaja adalah masa badai dan
6

tekanan. Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan


tekanan karena perubahan yang terjadi dari dalam dirinya. Konsep nurture
menyatakan tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan tersebut.
Hal tersebut tergantung pada pola asuh dan lingkungan dimana remaja itu
tinggal (Kusmiran, 2016).
Adapun aspek perkembangan remaja menurut Kusmiran (2016) antara
lain:

1. Perkembangan Sosial. Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku


anak dan pola perilaku dewasa merupakan kondisi tersulit yang
dihadapi remaja. Remaja diharuskan menyesuaikan diri dengan peran
orang dewasa dan melepaskan diri dari peran anak-anak. Remaja
dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang dewasa diluar
lingkungan keluarga dan sekolah.

2. Perkembangan Emosi. Ciri-ciri perkembangan emosis pada tahap ini


antara lain sebagai berikut: emosi lebih mudah bergejolak dan
biasanya diekspresikan secara meledak-ledak, kondisi emosional
biasanya berlangsung cukup lama sampai pda akhirnya ke keadaan
semula, yaitu keadaan sebelum munculnya suatu keadaan emosi,
jenis-jenis emosi sudah lebih bervariasi (perbedaan antara emosi satu
dengan lainnya makin tipis) bahkan ada saatnya emosi bercampur
baur sehingga sulit dikenali oleh dirinya sendiri. Remaja juga sering
bingung dengan emosinya sendiri karena mucul emosi-emosi yang
bertentangan dalam suatu waktu, misalnya benci dan saying, mulai
munculnya ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi,
remaja umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang
mereka. Akibatnya remaja menjadi lebih mudah tersinggung dan
merasa malu. Hal ini akan terkait dengan perkembangan konsep
dirinya.

3. Perkembangan Kognitif. Berdasarkan teori perkembangan kognitif


Piaget,kemampuan kognitif remaja berada pada tahap formal
7

operational. Remaja harus mampu mempertimbangkan semua


kemungkinan untuk menyelesaikan masalah dan mempertanggung
jawabkannya,Berkaitan dengan kognitif,umumnya remaja
menampilkan tingkah laku seperti krisis, rasa ingin tahu yang kuat,
jalan pikiran egosentris, imagery audience, dan personal fables.

4. Perkembangan Moral. Perubahan mendasar dalam moralitas remaja


meliputi pada masa remaja, mereka memulai memberontak dari
nilainilai orangtua dan orang ewasa lainnya serta mulai menentukan
nilai-nilainya sendiri, pandangan moral remaja semakin lama semakin
menjadi lebih abstrak dan kurang nyata, keyakinan moral lebih
berpusat pada apa yang benar bukan pada apa yang salah, penilaian
moral menjadi semakin kritis sehingga remaja lebih berani
menganaliis norma social dan norma pribadi, serta berani mengambil
keputusan berbagai masalah moral yang dihadapinya, penilaian moral
menjadi kurang egosentris, tetapi lebih mengembangkan norma
berdasarkan nilai-nilai kelompok sosialnya, penilaian moral
cenderung melibatkan emosi dan menimbulkan keterganggu
psikologis.

5. Perkembangan Konsep Diri. Konsep diri merupakan semua perasaan


dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Gambaran pribadi
remaja terhadap dirinya sendiri. Gambaran pribadi remaja terhadap
dirinya sendiri meliputi penilaian diri dan penilaian social. Penilaian
diri berisi pandangan dirinya terhadap hal-hal seperti pengendalian
keinginan dan dorongan- dorongan dari dalam dirinya, Susana hati
yang sedang dihayati remaja, bayangan subjektif terhadap kondisi
tubuhnya, merasa orang lain selalu mengamati atau memperhatikan
dirinya (berkaitan dengan perkembangan kognitif). Sedangkan
penilaian social berisi evaluasi terhdapa bagaimanan remaja
menerima penilaian lingkungan social pada dirinya. Selain itu, konsep
lain yang terdapat dalam pengertian konsep diri ini adalah self image
8

atau citra diri, yaitu gambaran dari hal-hal seperti siapa diri saya
(extant self) dan saya ingin jadi apa (desired self).

6. Pekembangan heteroeksual Dalam perkembangan heteroseksual ini,


remaja memerankan peran jenis kelamin yang diakui oleh
lingkungannya. Remaja perempuan menemukan double standar,
dimana remaja laki-laki boleh melakukan hal yang bagi remaja
perempuan sering sekali disalahkan. Kondisi pandangan budaya
tertentu mengenai peran jenis kelamin remaja mengakibatkan
munculnya efek penggolongan dalam masyarakat. Beberapa ciri
penting perkembangan heteroseksual remaja secara umum antara lain
remaja mempelajari perilaku orang dewasa sesuai dengan jenis
kelaminnya untuk menarik perhatian lawan jenisnya, minat terhadap
lawan jenis makin kuat disertai keinginan kuat untuk memperoleh
dukungan dari lawan jenis, minat terhadap kehiduan social, remaja
mulai mencari informasi kehidupan seksual orang dewasa, bahkan
juga muncul rasa ingin tahu dan keinginan bereksplorasi untuk
melakukannya, minat dalam keintiman secara fisik. Dengan adanya
dorongan seksual dan ketertarikan terhadap lawan jenis, perilaku
remaja mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis

2.1.4 Aspek pertumbuhan


Fungsi fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi. Faktor
lingkungan dapat member pengaruh yang kuat untuk lebih mempercepat
perubahan. Perubahan dipengaruhi oleh dua organ penting yaitu:
hipotalamus dan hipofisis. Ketika kedua organ ini bekerja, ada tiga
kelenjar yang dirangsang, yaitu; kelenjar gondok, kelenar anak ginjal,
dan kelenjar organ reproduksi. Ketiga kelenjar tersebut akan saling
bekerja sama dan berinteraksi dengan faktor genetik maupun lingkungan.
( Rosyida, 2019)
Pada perempuan hormon yang mempengaruhi adalah estrogen dan
progesteron ditandai dengan mengalami menstruasi. Perubahan fisik
9

yang dialami yaitu pertambahan tinggi badan, tumbuh rambut disekitar


alat kelamin dan ketiak, kulit menjadi lebih halus, suara menjadi lebih
halus dan tinggi, payudara dan pinggul mulai membesar, paha membulat,
dan mengalami menstruasi (Rosyida, 2019)
2.1.5 Kebutuhan dasar remaja

1. Gizi Seimbang Remaja

Remaja usia 10-19 tahun, merupakan kelompok usia peralihan dari


anak-anak menjadi remaja muda sampai dewasa. Kondisi penting yang
berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi kelompok ini adalah
pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan, menstruasi
dan perhatian terhadap penampilan fisik citra tubuh (body image) pada
remaja puteri. Dengan demikian perhitungan terhadap kebutuhan zat
gizi pada kelompok ini harus memperhatikan kondisi-kondisi tersebut.
Khusus pada remaja puteri, perhatian harus lebih ditekankan terhadap
persiapan mereka sebelum menikah.

Gizi seimbang adalah susunan hidangan makanan sehari yang


terdiri dari berbagai ragam bahan makanan yang berkualitas dalam
jumlah dan 11 porsi yang sesuai, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel tubuh dan proses
kehidupan serta pertumbuhan danperkembangan secara optimal

Gizi seimbang pada masa remaja sangat menentukan kematangan


mereka di masa depan. Pada remaja perempuan asupan makanan harus
diperhatikan karena untuk mempersiapkan diri menjadi calon ibu yang
akan melahirkan generasi penerus yang lebih baik (Susilowati, 2016).
Pesan gizi seimbang untuk remaja (PUGS, 2014).
a. Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) bersama
keluarga
b. Biasakan mengkonsumsi ikan dan sumber protein lainya
c. Perbanyak mengkonsumsi sayuran dan cukup buah-buahan
10

d. Biasakan membawa bekal makanan dan air putih dari rumah


e. Batasi mengkonsumsi makanan cepat saji, jajanan dan makanan
selingan yang manis, asin dan berlemak
f. Biasakan menyikat gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari setelah
mekan pagi dan sebelum tidur
g. Hindari merokok Jumlah makanan yang dikonsumsi remaja harus
sesuai dengan anjuran dan kebutuhan gizi remaja.

Berikut anjuran porsi makan remaja dan kebutuhan gizi remaja.

Tabel 2.3. Anjuran Porsi Makan Remaja Kelompok Usia


16-18 Tahun
Sumber: Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), 2014
Keterangan:

a. Nasi 1 porsi = 100 gram


b. Sayuran 1 porsi = 100 gram
c. Buah 1 porsi = 100 gram
d. Tempe 1 porsi = 50 gram
e. Daging 1 porsi = 50 gram
11

Gambar 2.3 IMT


Sumber : http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/obesitas/tabel-batas-ambang-indeks-massa-tubuh-
imt

Zat gizi mineral diantaranya yaitu kalsium, zat besi dan zink. Akselerasi
muskular, skeletal atau kerangka, dan perkembangan endokrin yang
lebih besar pada masa remaja menyebabkan kebutuhan kalsium relatif
tinggi. Angka Kecukupan Gizi kalsium pada remaja dan dewasa muda
untuk perempuan adalah 600-700 mg/hari sedangkan pada remaja dan
dewasa muda untuk laki-laki adalah 500- 700 mg/hari. Susu dan hasil
olahanya merupakan sumber kalsium 10 yang paling baik. Kalsium juga
dapat diperoleh dari ikan, kacangkacangan, dan sayuran hijau.
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadi
pertumbuhan yang cepat. Kurangnya konsumsi zat besi atau
kehilangan zat besi yang meningkat pada perempuan akan
menyebabkan anemia gizi besi atau rawan mengalami anemia gizi besi
dibandingkan dengan laki-laki.

Efisiensi penyerapan zat besi dipengaruhi oleh status zat besi yang
terdapat didalam tubuh. Penyerapan zat besi akan lebih efisien pada
12

remaja dengan defisiensi zat besi dibandingkan dengan remaja yang


tidak defisiensi zat besi. Peningkatan penyerapan zat besi dapat
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya dari bahanmakanan sumber
nabati yang mengandung vitamin C serta sumber protein seperti daging
dan ikan. Terhambatnya penyerapan zat besi disebabkan oleh kafein,
tanin, fitat, serta zinc. Angka Kecukupan Gizi besi untuk remaja dan
dewasa muda perempuan sebesar 19-26 mg/hari, sedangkan untuk laki-
laki sebesar 13-23 mg/hari. Bahan makanan yang banyak mengandung
zat besi dan dianjurkan dikonsumsi untuk menghindari terjadinya
anemia gizi besi yaitu hati, daging merah, daging putih, kacang-
kacangan dan sayuran hijau.

Masa remaja merupakan masa perubahan dramatis dalam diri seseorang.


Salah satu perubahan yang terjadi adalah perubahan komposisi tubuh,
terutama akumulasi lemak tubuh pada remaja puteri. Dengan adanya
akumulasi lemak tubuh tersebut, ada anggapan bahwa mereka tidak
memiliki tubuh semenarik yang diinginkan. Hal ini akan mendorong
remaja puteri mencari jalan keluar agar memiliki tampilan fisik yang
ideal, salah satunya adalah dengan melakukan perubahan kebiasaan
makan yang umumnya menyimpang. Kebiasaan makan yang tidak benar
itu dapat mengakibatkan terjadinya gangguan makan atau Eating
Disorder (ED) yang dapat berdampak buruk bagi remaja. Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Edition (DSM-IV)
mengklasifikasikan ada tiga jenis gangguan makan yaitu Anorexia
Nervosa (AN), Bulimia Nervosa (BN), dan Binge-Eating Disorder
(BED). AN ditandai dengan keengganan untuk menetapkan berat badan
normal, penyimpangan pandangan terhadap tubuh, ketakutan ekstrim
menjadi gemuk, dan perilaku makan yang sangat terganggu. BN
ditandai dengan perilaku makan dalam jumlah yang besar yang sering
dan berulang-ulang, kemudian cuba memuntahkan kembali, penggunaan
obat pencahar, berpuasa atau berolahraga secara berlebihan (National
Institute of Mental Health (NIMH), 2007 dalam Krisnani, dkk., 2017).
13

2. Kesehatan Reproduksi
Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-
perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan
juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita
mereka. Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang
kehidupan.
Perkembangan dalam kehidupan manusia melalui aspek-aspek yang
berbeda. Ada tiga aspek perkembangan manusia yaitu perkembangan fisik,
perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian dan sosial
(Santrok, 2012). Perkembangan fisik, yang dimaksud berupa perubahan
pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Sedangkan
perkembangan kognitif adalah perubahan mental seperti belajar, memori,
menalar, berpikir, dan bahasa (Marmi, 2013). Kesehatan reproduksi
setidaknya mencakup tiga hal penting yaitu:
1) Sehat Secara fisik Sehat secara fisik dapat dijabarkan menjadi
beberapa hal antara lain :

a. Tidak tertular penyakit


b. Tidak mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
c. Tidak menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan
d. Tidak menyakiti pasangan
e. Tidak merusak kesehatan orang lain
2) Sehat Secara Psikis

a. Tidak ada gangguan psikis berupa kecemasan yang berhubungan


dengan organ seksual dan fungsi reproduksi
b. Mempunyai nilai-nilai yang kuat dan tidak mudah terjebak dalam
godaan
c. Menguasai informasi tentang seksualitas
d. Percaya diri dan memiliki komitmen untuk hidup lebih baik
e. Mampu berkomunikasi dengan siapapun
14

f. Mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab


g. Tidak di bawah tekanan dan kendali orang lain
3) Sehat Secara Sosial
Mampu mempertimbangkan dan menyesuaikan nilai yang ada
disekitarnya, berupa ajaran agama, budaya dan sosial dalam membina
relasi yang setara dan harmonis. Tidak melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan norma-norma hukum. Selanjutnya, reproduksi
remaja mencakup hal-hal berikut:
a. Pendidikan seksual yang komperhensip
b. Akses informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi
c. Sosialisasi hak-hak seksual remaja
d. Bahaya pornografi dan tayangan bersifat horror dan mistik
e. Risiko perilaku seksual bebas pra nikah
f. Kehamilan yang tidak diinginkan
g. Bahaya aborsi remaja
h. Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS
i. Perlindungan remaja dari kekerasan dan semua bentuk diskriminasi
j. Stigma terhadap kelompok marginal
k. Masalah drugs atau narkoba dan minuman keras
Penjelasan tentang hak dan kesehatan reproduksi hendaknya
diberikan sejak dini, yakni masa pra remaja agar ketika anak-anak
masuk usia remaja yang penuh dengan cobaan, mereka tidak panik
karena telah dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang hak dan
kesehatan reproduksi sesuai dengan kapasitas dan tingkat usia mereka.
Tugas pokok dan paling utama orang tua harus mengasuh, mendidik,
dan membimbing anak-anaknya agar menjadi manusia terpelajar dan
berhak mulia. Orang tua tidak hanya berkewajiban memenuhi
kebutuhan jasmani saja. Perhatian, kasih sayang dan komunikasi yang
baik sangatlah menunjang perkembangan jiwa anak.
15

Mulya, M. (2015), menerangkan bahwa Remaja merupakan kelompok


masyarakat yang rentan terhadap berbagai masalah kesehatan
disebabkan karena :
a. Usia yang muda, namun organ-organ seksual sudah siap
bereproduksi
b. Munculnya dorongan dan rangsangan seksual, terutama akibat
buruk media masa. Seperti terlihat pornografi di Internet dan media
lain.
c. Belum banyak pengalaman, khususnya dalam relasi seksual
d. Sifat ingin tahu dan ingin coba-coba sangat tinggi
e. Belum banyak mengerti tentang anatomi tubuh dan fungsi organ-
organ seksual
f. Ketidaktahuan mengenai hak dan kesehatan reproduksi
g. Kurangnya pengetahuan mengenai alat-alat kontrasepsi
h. Menghadapi banyak godaan terkit HIV/AIDS, minuman keras,
narkoba dan obat-obat terlarang
i. Ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk menggunakan alat
kontasepsi
j. Ketiadaan akses pada pelayanan kesehatan reproduksi
3. Aktifitas Fisik dan Olahraga

Aktivitas fisik atau olahraga tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan


fisik anak dan remaja seperti meningkatkan lean body mass, kekuatan
otot dan tulang, meningkatkan kesehatan jantung, peredaran darah, dan
mengontrol berat badan. Lebih jauh, olah raga memiliki manfaat
nonfisik, antara lain meningkatkan kepercayaan diri, kemampuan belajar
dan berlatih, meningkatkan kesehatan mental psikologis, dan membantu
mengurangi stres.

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), seorang anak


membutuhkan sekitar 60 menit berolahraga fisik setiap harinya. Total 60
menit ini tidak harus didapatkan dalam satu waktu yang sama, tetapi
16

dapat dijumlahkan dalam sehari menjadi 60 menit.

Bentuk olahraga yang dianjurkan antara lain jogging, olahraga aerobik,


berlari, naik sepeda cepat, berjalan menanjak, dan bela diri. Olahraga
jenis ini termasuk dalam vigorous-intensity activity, yang
menggunakan energy lebih dari 7 kcal per menit dan memiliki manfaat
lebih baik dibandingkan dengan moderate-intensity yang menggunakan
energi sekitar 3,5-7 kcal per menit. Contoh dari olahraga
moderate-intensity antara lain berjalan hingga berjalan cepat, senam, dan
naik sepeda santai.

Pada usia remaja ini, anak sudah memasuki masa remaja. Olahraga juga
membentuk otot dan meningkatkan kekuatan otot dan tulang serta
mengurangi lemak tubuh sehingga menjaga kesehatan fisik. Selain itu,
olahraga dapat mengurangi depresi, cemas, dan meningkatkan percaya
diri dan keahlian. Remaja memiliki banyak pilihan dan waktu yang
lebih panjang dalam berolahraga. Olahraga yang bersifat kompetitif
merupakan tantangan tersendiri bagi remaja.

Aktivitas fisik juga dapat mengurangi nyeri melalui mekanisme


vasodilatasi pembuluh darah di organ reproduksi sehingga tidak
terjadinya iskemia dan mencegah terjadinya dismenore (Siswantoyo &
Aman, 2016). Berolahraga dan banyak bergerak akan memperlancar
aliran darah dan tubuh akan terangsang untuk memproduksi endorphin
(Sumaryoto & Nopembri, 2017).
4. Kebutuhan Istirahat dan Tidur Pada Masa Remaja

Pola tidur setiap manusia pada umumnya mengikuti ritme sirkadian,


yang merupakan bioritme atau siklus jam biologis setiap 24 jam yang
diatur oleh tubuh dalam proses fisiologisnya.
17

Gambar 2.4 Kebutuhan Tidur sesuai usia


Sumber : http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/obesitas/page/18/kebutuhan-tidur-sesuai-usia

2.1.6 Masalah Kesehatan yang sering muncul pada masa remaja

1. Anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb) dalam


darah kurang dari 12 g/dL untuk anak usia sekolah dan wanita dewasa.
Anemia di masyarakat juga dikenal sebagai kurang darah. Pengertian
Anemia Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh
kekurangan sel darah merah yang sehatatau ketika sel darah merah tidak
berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup
oksigen, sehingga membuat penderita anemia pucat dan mudahlelah.
Penyebab anemia adalah ketidak seimbangan antara konsumsi bahan
makanan sumber zat besi yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan
tubuh akan zat besi. Selain konsumsi zat besi yang kurang dari
kebutuhan, anemia juga dapat disebabkan oleh karena meningkatnya
kebutuhan tubuh akan zat besi misalnya masa menstruasi, masa tumbuh
kembang remaja, ibu hami, akibat penyakit kronis seperti TBC, Infeksi
18

dan lain lain.


Penyebab Anemia pada Remaja adalah ketidak seimbangan antara
konsumsi bahan makanan sumber zat besi yang masuk ke dalam tubuh
dengan kebutuhan tubuh akan zat besi. Selain konsumsi zat besi yang
kurang dari kebutuhan, anemia juga dapat disebabkan oleh karena
meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi misalnya masa menstruasi,
masa tumbuh kembang remaja, ibu hami, akibat penyakit kronis seperti
TBC, Infeksi dan lain lain.
Tanda dan Gejala Anemia Gejala anemia secara umum menurut
University of North Calorina (2002) dalam Briawan (2014) adalah cepat
lelah, pucat (kuku, bibir, gusi, mata, kulit kuku, dan telapak tangan),
jantung berdenyut kencang saat melakukan aktivitas ringan, napas
tersenggal atau pendek saat melakukan aktivitas ringan, nyeri dada,
pusing, mata berkunang, cepat marah(mudah rewel pada anak), dan
tangan serta kaki dingin atau mati rasa. Tanda-tanda fisik yang mudah
dikenali pada remaja yang menderita anemia gizi besi dikenal dengan 5
L yaitu: Letih, Lemah, Lesu, Lelah, Lunglai. Selain itu sering disertai
dengan keluhan pusing dan mata berkunangkunang.
Anemia mengakibatkan menurunnya kemampuan tubuh, menurunnya
konsentrasi belajar, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya daya
tahan tubuh terhadap penyakit, menghambat tumbuh kembang. Pada
remaja putri akan menjadi calon ibu dengan keadaan berisiko tinggi.
Gambar 2.5 klasifikasi anemia
19

2. KEK (Kekurangan Energi Kronik)

Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan salah satu keadaan


malnutrisi, dimana terjadi kekurangan asupan makanan dalam waktu
yang cukup lama, hitungan tahun yang mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan. Apabila ukuran lingkar lengan atas (LiLA) kurang
dari 23,5 cm artinya wanita tersebut beresiko KEK, dan diperkirakan
akan melahirkan bayi berat lahir rendah (Supariasa, 2016).

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana ibu menderita


kejadian kekurangan kalori dan protein (malnutrisi) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada wanita usia subur (WUS) dan pada
ibu hamil (bumil). Di Indonesia batas LILA dengan risiko KEK adalah
23,5 cm hal ini berarti remaja dengan risiko KEK berpotensi akan
memiliki resiko kesehatan gizi kedepannya. Kurang

energi kronik terjadi akibat kekurangan asupan zat-zat gizi sehingga


simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpan zat gizi akan habis
dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. (Azizah & Adriani, 2018).

Penyebab Kekurangan Energi Kronis (Remaja yang kurus) bisa


disebabkan karena kurang asupan zat gizi, baik karena alasan ekonomi
maupun alasan psikososial seperti misalnya ingin penampilan langsing
seperti selebriti idola atau takut gemuk dan tidak percaya diri.

Dampak Kekurangan Energi Kronis pada Remaja Jika dibiarkan tanpa


penanganan, anemia pada remaja dapat mengakibatkan sejumlah
masalah, seperti: Menurunnya kemampuan tubuh. Menurunnya
konsentrasi belajar. Menurunnya kebugaran tubuh.

3. Kelainan siklus menstruasi


a. Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi. Kategori amenorrhea
primer jika wanita di usia 16 tahun belum mengalami menstruasi,
sedangkan amenorrhea sekunder adalah yang terjadi setelah
20

menstruasi. Secara klinis, kriteria amenorrhea adalah tidak adanya


menstruasi selama enam bulan atau selama tiga kali tidak menstruasi
sepanjang siklus menstruasi sebelumnya. Berdasarkan penelitian,
amenorrhea adalah apabila tidak ada menstruasi dalam rentang 90
hari. Amenorrhea sering terjadi pada wanita yang sedang menyusui,
tergantung frekuensi menyusui dan status mutrisi dari wanita
tersebut (Kusmiran, 2016).
b. Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak
interval yang pendek atau tidak normalnya jarak waktu menstruasi
yaitu jarak siklus menstruasi 35-90 hari
c. Polymenorrhea adalah sering menstruasi yaitu jarak siklus
menstruasi yang pendek kurang dari 21- hari.
Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada
menstruasi
Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga, yaitu perdarahan yang
berlebihan/banyak, perdarahan yang panjang, dan perdarahan yang
sering. Terminologi mengenai jumlah perdarahan meliputi: pola
aktual perdarahan, fungsi ovarium, dan kondisi patologis. Abnormal
Uterin Bleeding (AUB) adalah keadaan yang menyebabkan
gangguan perdarahan menstruasi (Kusmiran, 2016). Secara umum
terdiri dari:
a. Menorrahgia, yaitu kondisi perdarahan yang terjadi reguler
dalam interval yang normal, durasi dan aliran darah lebih
banyak.
b. Metrorraghia, yaitu kondisi perdarahan dalam interval irreguler,
durasi dan aliran darah berlebihan/banyak.
c. Polymenorrhea, yaitu kondisi perdarahan dalam interval kurang
dari 21 hari.
Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi
a. Premenstruasi Syndrome (PMS)
Premenstruasi Syndrome (PMS) atau gejala premenstruasi, dapat
21

menyertai sebelum dan saat menstruasi, seperti perasaan malas


bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah lelah. Nafsu makani
meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam. Emosi
menjadi labil. Biasanya wanita mudah marah, sensitif, dan
perasaan negatif lainnya. Saat PMS, gejala yang sering timbul
adalah mengalami kram perut, nyeri kepala, pingsan, berat badan
bertambah karena yubuh menyimpan air dalam jumlah yang
banyak serta pinggang terasa pegal (Kusmiran, 2016).

b. Dysmenorrhea
Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri. Sifat dan
tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari ringan hingga yang berat.
Kondisi tersebut dinamakan dysmenorrhea, yaitu keadaan nyeri
yang hebat dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dysmenorrhea merupakan suatu fenomena simptomatik meliputi
nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung. Gejala gastrointestinal
seperti mual dan diare dapat terjadi sebagai gejala menstruasi
(Kusmiran, 2016).
Adapun tanda dan gejala dismenore yaitu menurut (Prawihardjo,

2011 dalam Purwanti, 2014) yaitu :

1. Tanda dan gejala dismenore primer

Dismenore primer sering terjadi pada usia muda atau remaja

dengan keluhan seperti kram dan lokasinya ditengah bawah

perut. Dismenore primer sering diikuti dengan keluhan

mual/muntah, diare dan nyeri kepala. Biasanya nyeri muncul

sebelum keluarnya haid dan meningkat pada hari pertama dan

kedua (Prawihardjo, 2017)

Menurut Purwanti (2014) dismenore primer terjadi rasa nyeri


22

pada bagian bawah perut seperti kram atau mules. Rasa nyeri

ini menyebar ke daerah punggung atau pangkal kaki dan nyeri

ini berlangsung sebelum menstruasi dan 24 jam selama mulai

menstruasi. Nyeri berkurang atau mulai hilang setelah 2 hari

menstruasi. Selain nyeri pada perut bagian bawah, nyeri ini

disertai sakit kepala, mual dan muntah, susah buang air besar,

diare dan sering buang air kecil.

2. Tanda dan gejala dismenore sekunder

Dismenore sekunder terjadi bila ada keluhan yang menetap

seperti infeksi nyeri haid yang terasa sebelum haid disebabkan

oleh myoma submukosa, polyp corpus uteri nyeri yang

bersifat kolik, dan pada endometriosis nyeri disebabkan oleh

tumor. Nyeri ini masih terasa atau terjadi setelah haid

(Purwanti, 2014)

Faktor- factor yang mempengaruhi dismenore

1. Menarche

Menarche merupakan perdarahan pertama kali dari uterus


yang terjadi pada wanita di masa pubertas sekitar usia 10-16
tahun. Usia menarche bervariasi pada setiap individu dan juga
wilayah tempat tinggal (Susanti, 2012).

2. Lama menstruasi

Siklus haid yang normal adalah jika seorang wanita


memiliki jarak haid yang setiap bulannya relative tetap yaitu
selama 28 hari. Jika meleset pun, perbedaan waktunya juga
tidak terlalu jauh berbeda, tetapi pada kisaran 21 hingga 35
23

hari, dihitung dari pertamahaid sampai bulan berikutnya. Lama


haid dilihat dari darah keluar sampai bersih, antara 2-10 hari.
Darah yang keluar dalam waktu sehari belum dapat dikatakan
sebagai haid. Namun, bila telah lebih dari 10 hari, dapat
dikategorikan sebagai gangguan ( Mohamad, 2012).

3. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga dan genetik berkaitan dengan terjadinya


dismenore primer yang berat. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita memiliki risiko lebih
besar terkena penyakit endometriosis. Hal ini disebabkan
adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita.
Gangguan menstruasi seperti hipermenore dan menorargia
dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh, tubuh akan
memberikan respon berupa gangguan sekresi esterogen dan
progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel
endometrium. Kadar dari hormon esterogen dan progesteron
ini meningkat ketika sel-sel dri endometriosis juga mengalami
peningkatan atau tumbuh. ( Primardika, 2019)

4. Kegemukan

Perempuan dengan obesitas biasanya mengalami anovulatory


chronic atau haid tidak teratur secara kronis. Hal ini
mempengaruhi kesuburan, disamping juga faktor hormonal
yang ikut berpengaruh. Perubahan hormonal atau perubahan
pada sistem reproduksi bisa terjadi akibat timbunan lemak
pada perempuan obestitas. Timbunan lemak memicu
pembuatan hormon terutama esterogen

2. 2 Keputihan

2.2.1 Definisi Keputihan


24

fluor albus / Keputihan adalah secret putih dan kental yang keluar dari
vagina dan rongga uterus (Dorland 2012). Keputihan adalah keluarnya
cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau
ataupun tidak disertai rasa gatal setempat, dapat terjadi secara normal
(fisiologis) maupun abnormal (patologis) (Kusmiran 2016).

Fluor albus adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan
darahˡ. Fluor albus dapat merupakan suatu keadaan yang normal
(fisiologis) atau sebagai tanda dari adanya suatu penyakit (patologis)
(Merita, 2016).

2.2.2 Gejala Flour albus


Flour Albus (Keputihan) menjadi salah satu tanda atau gejala adanya
kelainan pada organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa
infeksi, polip leher rahim, keganasan (tumor dan kanker) serta adanya
benda asing. Namun, tidak semua infeksi pada saluran reproduksi
wanitamemberikan gejala keputihan. Keputihan dapat juga disebabkan
oleh jamur Candida albicans. Gejalanya adalah keputihan berwarna
putih semu, bergumpal seperti susu basi, disertai rasa gatal dan
kemerahan pada kelamin dan area sekitarnya.
Tanda dan gejala leukorea atau yang biasa disebut dengan keputihan
menurut Regilta (2021) adalah sebagai berikut :
1. Gejala pada keputihan fisiologis
a. Tidak berbau kuat, amis, anyir atau busuk.
b. Berwarna bening atau putih telur mentah.
c. Bertekstur lengket dan licin, bisa kental atau encer.
d. Muncul cukup banyak dengan tekstur licin dan basah.
e. Keluar setiap bulan biasanya sebelum dan sesudah menstruasi, di
hari – hari siklus haid, selama ovulasi.
f. Tidak menimbulkan rasa gatal atau nyeri pada vagina.
g. Biasanya akan berubah warna dari bening ke putih pekat atau
sedikit kecoklatan. Keputihan seperti ini biasanya menandakan
25

bahwa tubuh wanita sudah mendekati waktu menstruasi.

2. Gejala pada keputihan patologis


a. Cairan keputihan berbau tidak sedap, anyir, amis, busuk yang
cukup menyengat.
b. Warnanya bervariasi mulai dari putih, kekuningan, kehijauan, abu
– abu, hingga kemerahan karena bercampur darah.
c. Teksturnya biasanya menggumpal.
d. Biasanya sekali keluar jumlahnya lebih banyak dari keputihan pada
biasanya.
e. Vagina terasa gatal dan seperti terbakar.
f. Terasa nyeri pada panggul dan sakit saat buang air kecil.
g. Vulva atau vagina berwarna kemerahan karena terjadi iritasi.
h. Terjadinya pendarahan yang muncul di luar menstruasi secara tiba
– tiba atau saat setiapberhubungan seks.

2.2.3 Klasifikasi Keputihan

Menurut Sibagariang (2016), flour albus dibagi dalam dua macam,


yaitu flour albus fisiologis (normal), dan flour albus patologis
(abnormal).
1. Flour albus fisiologis
Flour albus fisiologis terdiri atas cairan yang terkadang berupa
muskus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang
jarang, sedangkan flour albus patologis banyak mengandung
leukosit. Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai hormon
yang dihasilkan berbagai organ, yaitu hipotalamus, hipofisis,
ovarium, dan adrenal. Estrogen dapat mengakibatkan mal
nutrisi epitel vagina, serviks, proliferasi stroma dan kelenjar.
Sedangkan, progesterone akan mengakibatkan fungsi sekresi.
Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan
sesudah menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stress,
dan sedang mengkonsumsi obat- obat hormonal, seperti pil KB.
26

Keputihan ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau, dan tidak
menyebabkan rasa gatal.
2. Flour albus patologis

Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak


leukosit. Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas
(luka). Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme, benda
asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker, dan neoplasma ganas. Kuman
penyakit yang menginfeksi vagina seperti jamur Candida Albican,
parasit Tricomonas, E.Coli, Staphylococcus, Treponema Pallidum,
Kondiloma Aquiminata dan Herpes serta luka di daerah vagina, benda
asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan
seviks. Akibatnya, timbul gejala- gejala yang sangat mengganggu,
seperti berubahnya cairan yang berwarna jernih menjadi kekuningan
sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau,tak sedap,
terasa gatal atau panas dan meninggalkan luka di daerah mulut vagina.
2.2.4 Etiologi
1. Keputihan fisiologis
Menurut (Kusmiran 2016), keputihan fisiologis disebabkan oleh :
a. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin sehingga bayi baru lahir sampai berumur 10 hari
mengeluarkan keputihan.
b. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
c. Rangsangan saat koitus.
d. Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim
saat masa ovulasi.
e. Mukus servik yang padat pada masa kehamilan, fungsinya untuk
mencegah kuman masuk ke rongga uterus.
2. Keputihan patologis
Keputihan patologis menurut Sibagariang (2016), terjadi karena
disebabkan oleh :
a. Infeksi
27

Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang


masuk ini dengan serangkaian reaksi radang. Penyebab infeksi,
yaitu:
1) Jamur
Jamur yang sering menyebabkan keputihan ini adalah Kandida
Albikan. Penyakit ini sering disebut juga Kandidas
genetalia.Jamur ini merupakan saprofit yang pada keadaan
biasa tidak menimbulkan keluhan gejala, tetapi pada keadaan
tertentu menyebabkan gejala infeksi mulai dari yang ringan
hingga berat.Peyakit ini tidak selalu akibat dari PMS dan dapat
timbul pada wanita yang belum menikah. Ada beberapa faktor
perdiposisi untuk timbulnya kandidas genetalia, antara lain:
a) Pemakaian obat antibiotika dan kortikosteroid yang lama.
b) Kehamilan.
c) Kontrasepsi hormonal.
d) Kelainan endokrin seperti diabetes mellitus.
e) Menurunnya kekebalan tubuh seperti menderita penyakit
kronis.

Selalu memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat


dari bahan yang tidak menyerap keringat. Keluhan dari
penyakit ini adalah rasa gatal atau panas pada alat
kelamin, keluarnya lender yang kental, putih, dan
bergumpal, seperti butiran tepung.Keluarnya cairan
terutama pada saat sebelum menstruasi dan kadang-
kadang disertai rasa nyeri pada waktu
senggama.Pemeriksaan klinis terlihat vulva berwarna
merah (eritem) dan sembab, kadang-kadang terdapat erosi
akibat dari garukan.Terlihat keputihan yang berwarna
putih, kental, bergumpal seperti butiran tepung melengket
di dinding vagina.
28

2) Bakteri
Keputihan dapat disebabkan oleh beberapa bakteri, seperti:
a) Gonokokus
Penyakit ini sering disebut dengan Gonorrhoe dan
penyebab penyakit ini adalah Neisseria Gonnorhea atau
gonnokokus.Penyakiit ini sering terjadi akibat hubungan
seksual (PMS).Kuman ini berbentuk seperti ginjal yang
berpasangan atau disebut juga diplokokus dalam
sitoplasma sel. Gonnokokus yang purulen mempunyai silia
yang dapat menempel pada sel epitel uretra dan mukosa
vagina. Pada hari ketiga, akteri tersebut akan mencapai
jaringan ikat dibawah epitel dan menimbulkan reaksi
radang. Gejala yang ditimbulkan adalah keputihan yang
berwarna kekuningan atau nanah, rasa akit pada saat
berkemih maupun senggama.
b) Klamidia Trakomatis

Bakteri ini sering menjadi penyebab penyakit mata


trakornea dan menjadi penyakit menular seksual.Klamidia
adalah organism intraselular obligat, pada manusia bakteri
ini umumnya berkoloni secara lokal di permukaan mukosa,
termasuk mukosa serviks.Klamidia sering menjadi faktor
etiologi pada penyakit radang pelvis, kehamilan diluar
kandungan dan infertilitas.Gejala utama yang ditemukan
adalah servisitis pada wanita dan uteritis pada pria.
c) Grandnerella
Menyebabkan peradangan vagina tak spesifik, biasanya
mengisi penuh sel-sel epitel vagina membentuk khas clue
cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi
senyawa amin, berbau amis, berwarna keabu-abuan. Gejala
klinis yang ditimbulkan adalah flour albus yang berlebihan
dan berbau disertai rasa tidak nyaman diperut bagian
29

bawah.
d) Treponema Pallidum

Merupakan penyebab dari penyakit Sifilis, ditandai


dengan kondilomalata pada vagina dan vulva. Kuman ini
berbentuk spiral dan aktif.
3) Parasit

Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah trikomonas


vaginalis, berbentuk lonjong, bersilia, dapat bergerak berputar-
putar dengan cepat. Walaupun infeksi ini dapat terjadi dengan
berbagai cara, penularan dengan jalan coitus adalah cara yang
paling sering terjadi. Gejala yang ditimbulkan adalah flour
albus yang encer hingga kental, berwarna kekuningan dan agak
bau serta terasa gatal dan panas.

4) Virus

Sering disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) dan


Herpes simplex. HPV sering ditandai dengan kondiloma
akuminata, cairan berbau, tanpa rasa gatal

2.2.5 Faktor penyebab lain terjadinya keputihan

Faktor penyebab lain yang juga mempengaruhi kejadian keputihan pada


remaja antara lain :
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Oriza and
Yulianty 2018). Semakin tinggi pendidikan seseorang, ia akan
memiliki pemahaman yang lebih sehingga akan berpengaruh
terhadap perilaku.
30

Pengetahuan tentang vulva hygiene merupakan suatu hal yang


diketahui tentang cara atau tindakan membersihkan daerah genetalia
bagian luar sehingga terhindar dari gangguan alat reproduksi dan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta meningkatkan
derajat kesehatan (Oriza and Yulianty 2018).

Remaja yang kurang pengetahuan dan informasi tentang kesehatan


reproduksi terutama keputihan akan berdampak pada perilaku remaja
dalam menjaga kebersihan alat genetalianya (Oriza and Yulianty
2018).

2. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai tiga komponen pokok, yaitu kepercayaan (keyakinan), ide
dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi
suatu objek kecenderungan untuk bertindak. Sikap tentang vulva
hygiene merupakan suatu kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dalam menjaga kebersihan alat kelamin perempuan untuk menjaga
kesehatan alat kelamin itu sendiri dari keputihan.

Adapun cara vulva hygiene dengan baik adalah membersihkan vagina


secara hati-hati dan perlahan, cara membasuh vagina yang benar dari
arah depan ke belakang, hindari penggunaan pengharum dan sabun
antiseptik secara terus menerus, karena dapat merusak keseimbangan
flora normal dalam vagina, gantilah celana dalam 2 sampai 3 kali sehari
dan menggunakan celana dalam yang bersih serta terbuat dari bahan
katun, mencuci tangan sebelum menyentuh vagina, dan jangan
menggunakan handuk milik orang lain untuk membersihkan vagina
(Ilmiawati and Kuntoro 2016).
3. Pemakaian Pantyliner
Pemakaian pantyliner merupakan salah satu faktor predisposisi
timbulnya keputihan. Dimana pada pemakainya akan meningkatkan
suhu 1,5ºC, peningkatan kelembapan, dan peningkatan pH sebesar
31

0,6 di area vulva dan perineum. Keadaan ini akan meningkatkan


kemungkinan terjadinya pertumbuhan kuman dan jamur patogen
penyebab keputihan. Umumnya wanita menggunakannya ketika
mengalami keputihan atau kelebihan cairan lendir dari vagina.
Namun banyak wanita salah dalam penggunaan pantyliner yang
seharusnya digunakan dalam waktu singkat (Oriza and Yulianty
2018).

Sehingga semakin sering remaja putri menggunakan pantyliner


maka dapat dipastikan bahwa remaja tersebut akan mengalami
keputihan. Walaupun pada umumnya penggunaan rutin pada
pantyliner dapat menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab,
dimana kita ketahui bahwa bakteri akan lebih cepat berkembang
ditempat yang lembab (Oriza and Yulianty 2018).
4. Frekuensi Penggantian Pantyliner
Frekuensi mengganti pantyliner secara teratur dapat mencegah bakteri
patogen yang memicu timbulnya penyakit. Menurut pendapat ahli
bahwa frekuensi penggantian pantyliner yang dianjurkan adalah 4 – 5
kali sehari atau setelah buang air kecil atau mandi untuk menghindari
tumbuhnya jamur atau bakteri (Oriza and Yulianty 2018).
5. Pemakaian Cairan Pembersih
Cairan pembersih vagina pada umumnya mengandung banyak senyawa
kimia seperti kandungan petroleum, syntetic cheminal, dan
petrochemil yang dapat merusak kulit dan lingkungan. Penggunaan
antiseptik yang banyak dijual dipasaran justru akan mengganggu
ekosistem di dalam vagina, terutama pH dan kehidupan bakteri baik.
Jika pH terganggu maka bakteri jahat akan mudah berkembang lebih
banyak dan vagina akan mudah terkena penyakit yang salah satunya
ditandai dengan keputihan (Oriza and Yulianty 2018).

6. Gangguan Stress
Stress adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap
32

kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang


terjadi dalam kehidupan sehari- hari dan tidak dapat dihindari, setiap
orang mengalaminya. Semua organ tubuh kinerjanya dipengaruhi dan
dikontrol oleh otak, maka ketika reseptor otak mengalami kondisistress
hal ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan
hormon dalam tubuh, dan dapat menimbulkan terjadinya keputihan
yang berdampak terhadap perubahan fungsi fisiologis sistem tubuh
(Regia, 2016).

Kondisi tubuh yang kelelahan dan stress baik fisik maupun


psikologi (seperti tuntutan akademisi yang dinilai terlau berat, hasil
ujian yang buruk dan tugas yang menumpuk) dapat mempengaruhi
kerja hormon-hormon yang ada dalam tubuh remaja perempuan
termasuk hormon- hormon reproduksi salah satunya adalah memicu
peningkatan hormon esterogen. Hormon estrogen yang meningkat
menyebabkan terjadinya keputihan (Darma 2017) .
7. Pola Makan
Mengkonsumsi makanan dengan jumlah gula yang berlebihan dapat
menimbulkan efek negatif pada bakteri yang bermanfaat yang tinggal
di vagina. Selaput lendir dinding vagina mengeluarkan glikogen, suatu
senyawa gula. Bakteri yang hidup di vagina disebut lactobacillus
(bakteri baik) yang mampu meragikan gula menjadi asam laktat.Proses
ini menghambat pertumbuhan jamur dan menahan perkembangan
infeksi vagina. Fluor albus tetap terkendali bila makanan yang
dikonsumsi adalah karbohidrat dengan kadar gula yang rendah seperti
kol, wortel, kangkung, bayam, kacang panjang, tomat dan seledri.
Makanan ini rendah dalam kalori dan banyak mengandung vitamin dan
mineral (Darma 2017).
Salah satu yang mempengaruhi timbulnya penyakit fluor albus yaitu
mengkonsusmsi jenis buah tertentu yang mengandung fruktosa yang
merupakan makanan bagi bakteri candida sehingga dengan
mengkonsumsi jenis buah ini dapat memudahkan pertumbuhan bakteri
33

didaerah vagina. Jenis buah tersebut yaitu ketimun, bengkong, pisang,


nanas, anggur, dan jagung manis. Demikian pula dengan minuman
yang mengandung soda. Salah satu kandungan minuman bersoda
adalah kadar gula yang tinggi. Fruktosa dalam soft drink merupakan
gula sintetik yang di ekstrak secara kimiawi dari jagung dan berkalori
sangat tinggi, sehingga meningkatkan kadar gula darah dengan cepat
(Darma 2017).
Sehingga kurangnya menjaga pola makan seperti seringnya
mengkonsumsi makanan dan minuman mengandung gula yang tinggi
dapat mengakibatkn bakteri lactobacillus di vagina tidak dapat
meragikan semua gula kedalam asam laktat dan tidak dapat menahan
pertumbuhan penyakit, maka jumlah gula menjadi meningkat dan
jamur atau bakteri perusak akan bertambah banyak, seingga dapat
memungkinkan terjadinya infeksi fluor albus (Darma 2017).
8. Vulva Hygiene
Vulva hygiene adalah tindakan untuk memelihara kebersihan organ
kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan
kesehatan dan mencegah infeksi seperti tindakan membasuh kemaluan
dari arah uretra ke arah anus menggunakan air yang bersih, tanpa
memakai antiseptic, mengeringkannya dengan handuk kering dan
bersih atau tissue, mencuci tangan sebelum membersihkan daerah
kewanitaan (Darma 2017).
Faktor pemungkin (enabling factor) yang terwujud dalam ketersediaan
sarana dan prasarana atau terkait kesehatan bagi masyarakat,
merupakan salah satu faktor yang membentuk perilaku vulva hygiene,
seperti ketersediaan tisu basah, handuk yang lembut, pakaian dalam
yang bersih dan nyaman, pembalut wanita, antiseptic untuk
membersihkan vagina dan lain sebagainya.
9. Penggunaan Toilet umum
Ketika berada di toilet umum, sebaiknya jangan menggunakan air di
ember atau penampungan untuk membersihkan. Sebaiknya gunakan
34

saja air yang berasaldari keran yang mengalir, hal ini akan lebih aman.
Karena menurut penelitian air yang tergenang di toilet umum
mengandung 70% jamur candida albicans penyebab keputihan.
Sedangkan air yang mengalir di dalam keran mengandung kurang lebih
hanya 10- 20% (Abrori, Hernawan, and Ermulyadi 2017).
Apabila terpaksa menggunakan kloset umum dikeramaian misalnya
mall atau bandara, jika tersedia kloset jongkok. Namun karena sekarang
ini sebagian besar menggunakan kloset duduk dengan air dan
pembersih yang ada di situ, kemudian keringkan dengan tissue toilet.
Setelah itu barulah menggunakan kloset tersebut. Sebisa mungkin
gunakan tissue pribadi untuk mengeringkan vagina.
10. Memakai Celana Terlalu Ketat
Penggunaan celana jeans terlalu ketat dan dalam waktu yang lama
pada remaja putri menjadi risiko terjadinya keputihan. Hal ini
disebabkan tubuh bagian sensitif tidak mendapatkan udara
(sirculation) masuk akibat bahan jeans memiliki pori-pori sangat rapat,
kemudian meningkatkan kelembapan daerah sekitar genetalia lama
kelamaan akan menimbulkan jamur candidiasis dan menyebabkan
daerah kewanitaan akan berbau dan terjadilah Fluor Albus (Claurentica
2018).
2.2.6 Pencegahan flour albous
Menurut Rifqiyah (2015) Pencegahan flour albus dapat dilakukan dengan
upaya pencegahan dini dengan cara :
a. Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin.
Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat
sembunyi kuman. Jadi, jangan lupa menggunting atau
membersihkannya agar pemberian obat keputihan berupa salep lebih
mudah menyerap.

b. Biasakan untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu


dengan gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap
35

buang air dan mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga vagina dalam
keadaan kering

c. Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena


pemakaian celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak
menyerap keringat. Usahakan menggunakan celana dalam yang terbuat
dari bahan katun yang menyerap keringat. Pemakaian celana jeans
terlalu ketat juga meningkatkan kelembaban daerah vagina. Ganti
tampon atau panty liner pada waktunya

d. Pemakaian celana dalam jeans terlalu ketat juga meningkatkan


kelembaban daerah vagina. Ganti tampon atau panty liner pada
waktunya.

e. Hindari terlalu sering memakai bedak talk di sekitar vagina,


harum,atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.

f. Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan juga bisa muncul lewat


air yang tidak bersih. Jadi, bersihkan bak mandi, ember, ciduk, water,
torn, dan bibir kloset dengan antiseptic untuk menghindari
menjamurnya kuman.

g. Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari


keputihan yang disebabkan oleh infeksi yang menular melalui
hubungan seks.

h. Menghindari berhubungan seks pra nikah.


2. 3 Tinjauan Ashan Kebidanan Pada Remaja
2.3.1 Pengkajian

1. Biodata
A. Data Subjektif
a. Nama : untuk membedakan pasien satu dengan yang lain
b. Umur : untuk memastikan usia dan sebagai identitas
c. Suku/bangsa : untuk mengetahui adat istiadat sehingga
36

mempermudahdalam melaksanakan tindakan kebidanan


d. Agama : untuk memperoleh informasi tentang agama yang dianut
sehingga mempermudah kita untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
e. Pendidikan : untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan
atau dalam memberikan informasi mengenai suatu hal dengan
menggunakancara yang sesuai dengan pendidikan klien
f. Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan
2. Keluhan Utama : Keluhan ditanyakan untuk mengetahui masalah yang sedang
terjadi remaja saat ini. Keluhan atau masalah kesehatan yang sering muncul
pada masa remaja yaitu Anemia, KEK Dismenore, keputihan. Masalah
kesehatan umum yang ditemukan pada remaja Indonesia.adalah anemia dan
kebugaran (physical fitness) yang rendah
3. Status dalam keluarga : untuk mengkaji status remaja dalam keluarga
(anak kandung, tiri atau angkat).
4. Jumlah Saudara dalam Keluarga : untuk mengkaji remaja , jumlah saudara
yang dimiliki remaja dalam keluarga.
5. Riwayat pernikahan orang tua: untuk melihat riwayat pernikahan orang tua
kawin, cerai hidup atau cerai mati.
6. Menarche : untuk mengetahui usia awal anak mendapatkan haid pertama kalinya,
pada remaja rata-rata mengalami menarche diusia11-14 tahun
7. Menggambarkan pola aktivitas sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh
aktivitas terhadap kesehatannya.
a. Pola aktifitas yang kurang beraktivitas seperti olahraga memicu untuk
membuat hidup tidak sehat karena kurangnya gerak. Adanya fluor albus
membuat klien kurangnyaman dalam melaksanakan aktivitasnya.
b. Mengkaji nutrisi yang dikonsumsi dalam sehari. Pemenuhan nutrisi yang
berhubungan dengan kejadian fluor albus. Mengkonsumsi makanan dengan
jumlah gula yang berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada bakteri
yang bermanfaat yang tinggal di vagina (Darma, 2017).
c. Personal Hygiene : vulva hygiene yang buruk dapat meningkatkan resiko
37

terjadinya keputihan.
B. Data objektif
a. Keadaan umum : Bertujuan untuk menilai kesadaran pada remaja.
b. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah, tekanan
darah normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan
diastolik antara 70sampai 90 mmHg.
b) Nadi : untuk mengetahui nadi, nadi normal berkisar antara 60-
80x/menit.
c) Respirasi : untuk mengetahui pernafasan dalam 1 menit,
pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu
sekitar 20-30x/menit.
d) Suhu : untuk mengetahui suhu tubuh, dalam keadaan normal
suhubadan berkisar 36,5 – 37,5°C.
c. Pemeriksaan fisik
a) Kepala : untuk mengetahui kebersihan rambut, warna rambut,
mudah rontok atau tidak.
b) Muka : untuk mengetahui wajah simetris/tidak, tampak pucat/
tidak.
c) Mata : untuk mengetahui apakah conjungtiva merah muda,
sklera putih,adakah kelainan atau tidak.
d) Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran sekret dan
ada/tidaknya kelainan pada hidung seperti polip,dll.
e) Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen dan
kebersihan telinga, apakah ada gangguan pendengaran atau
tidak.
f) Mulut : untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau tidak,
lidah bersih atau tidak, gigi karies atau tidak.
g) Leher : untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar
limfe kelenjar tiroid, dan bendungan vena jugularis.
h) Payudara : untuk mengetahui bentuk, ukuran, adakah
38

nyeri/tidak
i) Genetalia : untuk mengetahui kebersihan vagina, adakah tanda-
tandainfeksi vagina.
j) Anus : untuk mengetahui kebersihan anus, ada hemoroid atau
tidak.
k) Ekstremitas : untuk mengetahui bentuk,ada gangguan/kelainan
atau tidak, oedema atau tidak, varices atau tidak
d. Pemeriksaan antopometri
a) BB : untuk mengetahui berat klien. Apakah termasuk
normal,gemuk,obesitas,atau kurang dari normal.
b) TB : untuk mengetahui tinggi badan klien. Apakah termasuk
normal, atau kurang dari normal
c) LILA : untuk mengetahui lingkar lengan klien. Apakah
termasuk normal, atau kurang dari normal.
d) Lingkar pinggang : Untuk mengukur lingkar pinggang. Lingkar
pinggang yang berlebihan adalah faktor risiko penyakit
kardiovaskuler dan bermanifestasi sebagai metabolisme lipid
abnormal dan menyebabkan kadar trigliserida tinggi Kriteria
lingkar pinggang mengikuti batasan yang telah ditetapkan
WHO dan International Diabetes Federation (IDF) khusus
untuk orang Asia adalah pria <90 cm dan untuk wanita <80cm
(WHO, 2011 dalam Kristianto, 2018)
e) IMT : Indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI)
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status
gizi, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan (Dep-kes, 2011). menurut Kemenkes RI (2019), batas
ambang IMT untuk Indonesia yaitu:
Kurus (Underweight) : ≤ 18,4
Normal : 18,5 – 25,0
Gemuk (Overweight) : ≥ 25,1
C. Pemeriksaan penunjang
a. HB : Untuk mengetahi kadar Hb tubuh seseorang, apabila kurang
39

dari rentang normal dapat dicurigai menderita anemia. remaja


dikatakan anemia jika kadar Hb < 12 g/dL dan dikatakan tidak
anemia atau normal jika kadar Hb ≥ 12 g/dL (Sholicha &
Muniroh, 2019)
b. Golongan darah : Untuk mengethaui golongan darah pasien
c. Kecerdasan majemuk : Untuk mengetahui arah atau potensial dari
kecerdasan klien yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam
metode pemberian asuhan
d. Pediatric symptom ceklist (PSC) : Untuk mendeteksi adanya
masalah psikososial pada remaja anak usia 4-18 tahun,
dimanadikatakan normal bila nilai dari jawaban < 28
2.3.2 Interprestasi Dasar
a. Diagnosa : Nn … Remaja Usia .... Tahun Dengan flour albous
b. Masalah : Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman
klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang ditemukan dari
hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. Masalah dapat muncul
tapi dapat pula tidak. Hal ini muncul berdasarkan sudut pandang klien
dengan keadaan yang dialami apakah menimbulkan masalah terhadap
klien atau tidak. Masalah pada kasus Flour Albus fisiologis yaitu
keluarnya cairan dari vagina Tidak berbau kuat, amis, anyir atau
busuk, Berwarna bening atau putih telur mentah, Bertekstur lengket
dan licin, bisa kental atau encer dan Keluar setiap bulan biasanya
sebelum dan sesudah menstruasi, di hari – hari siklus haid, selama
ovulasi. Tidak menimbulkan rasa gatal atau nyeri pada vagina
c. Kebutuhan : Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan
belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisis data. Kebutuhan yang muncul setelah
dilakukan pengkajian. Ditemukan hal- hal yang membutuhkan asuhan,
dalam hal ini klien tidak menyadari. Kebutuhan klien dengan flour
albus fisiologis yaitu informasi etiologi dan patofisiologi terjadinya
keputihan, klasifikasi keputihan serta langkah pencegahan dan
40

pemberian terapi untuk pengurangan flour albus bila diperlukan.

2.3.3 Diagnosa potensial


Diagnosa potensial pada kasus flour albus, apabila flour albus tidak
ditangani dengan baik yaitu, dapat terjadi perlengketan pada rahim,
saluran telur atau tuba falopii sampai pembusukan indung telur oleh
infeksi yang berat bisa terjadi tuba-ovariumabses atau kantung
nanahyang menekan saluran telur dan indung telur, apabila kedua sisi
kanan dan kiri dari tuba ovarium yang tertekan abses maka dapat
dikatakan bahwa wanita tidak akan bisa mendapatkan keturunan atau
mandul.
2.3.4 Kebutuhan Tindakan segera
Dalam kasus Flour Albus, biasanya tidak ada tindakan khusus yang perlu
segera dilakukan bidan, kecuali untuk mengatasi Flour Albus yang tidak
dapat dikendalikan dapat berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk
pemberian. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan
yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari
golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan
metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit
2.3.5 Rencana tindakan
1. Pertemuan 1
a. Jalin komunikasi secara interpersonal
Rasional :Menjalin komunikasi yang efektif sesuai dengan hasil
kecerdasan majemuk sehingga mempermudah dalam menggali
informasi dan data dari klien remaja.

b. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien


Rasional: klien mengetahui hasil pemeriksaan dan mengerti dengan
keadaanya saat ini

c. Berikan HE mengenai kasus atau permasalahan yang ditemui


meliputi pengertian Flour Albus Fisiologis, patofisiologi, faktor
41

penyebab serta penangannya sesuai dengan Evidence Based.


Rasional : dengan diberikan informasi mengenai masalahnya,
remaja dapat lebih tenang dan dapat menerapkan tatalaksana kasus
sesuai Evidence Based.
d. Berikan edukasi kesehatan mengenai keterampilan hidup sehat
(PKHS)
Rasional : pengetahuan dan pendidikan PKHS pada remaja
bertambah,mampu menerapkannya pada dirinya.
e. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya
Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.
2. Pertemuan ke 2
a. Berikan edukasi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi remaja
antara lain masa pubertas, tanda-tanda primer dan sekunder
pubertas pada perempuan beserta fungsinya, cara merawat
kesehatan organ reproduksi, penyakit menular seksual, proses
kehamilan, menstruasi serta pendewasaan kehamilan.
Rasional : pentingnya pendidikan kespro untuk remaja, supaya siap
menghadapi perubahan-perubahan yang dialami nya dalam masa
pubertas ini, dan mengetahui cara mengatasinya, jikakemudian hari
ditemukan masalah.
b. Berikan edukasi kesehatan tentang Gizi pada pada remaja
Rasional : pengetahuan dan pendidikan kesehatan mengenai gizi
dan pola hidup sehat pada remaja bertambah, serta mampu
menerapkan pada dirinya sehingga kesehatan semakin baik.

c. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya


Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.
2. Pertemuan 3
a. Berikan pelayanan terkait kesehatan jiwa (menggunakan pediatric
symtom checklist)
Rasional : untuk mengetahui apakah ada gangguan psikososial
pada remaja.
42

b. Berikan pelayanan tentang penyakit tidak menular (Diabetes


Mellitus dan Hipertensi) dan pencegahan kekerasan pada remaja.
Rasional : untuk memaparkan kepada remaja mengenai penyakit
tidak menular yang sedang marak terjadi, dan mencegah terjadinya
kekerasan pada remaja
4. Pertemuan ke 4

a. Berikan HE mengenai kesehatan terkait fakta dan mitos/isu


kesehatan wanita saat ini.
Rasional : pentingnya pendidikan kespro untuk remaja, supaya siap
menghadapi perubahan-perubahan yang dialami nya dalam masa
pubertas ini, dan mengetahui cara mengatasinya, jika kemudian
b. Lakukan evaluasi terkait pelayanan yang telah didapatkan.
Rasional : untuk menetahui apakah asuhan yang kita berikan sudah
efektif dan efisien atau belum

2.3.6 Pelaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011:6). Bidan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan

2.3.5 Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan
segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil
evaluasi segera dicatat.
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 19 September 2022

Pukul : 09.00 WIB

Oleh : Dea Rosalia Putri


A. Data Subyektif
a. Biodata
Nama : Nn. W
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : Sma
Alamat : Royal Ketintang regency J12
Nomor telepon : 087762200XXX
Nama orangtua : Tn. D / Ny.S
Usia : 54 thn / 45 thnn
Pendidikan : S2/ SMA
Pekerjaan : Swasta/ IRT
Alamat : Royal ketintang regency J12
b. Keluhan : keluar cairan berwarna bening, elastis, tidak berbau
dan tidak gatal, frekuensi sedikit dan tidak mengganggu aktifitas
selama -/+ 2 hari
Tambahan : mengeluh pusing dan penglihatan berkunang-
kunang saat berpindah posisi tidur ke duduk, dari duduk ke
berdiri

43
44

c. Status dalam keluarga : Anak kandung


d. jumlah saudara dalam keluarga : Anak ke 3 dari 4 saudara
e. Riwayat Pernikahan orang tua: Anak Ke 3 dari pernikahan ke 1
lama menikah 30 Tahun
f. Riwayat Menstruasi :
HPHT : 12-September-2022
Menarche : 12 tahun
Lama : 5-6 hari
Siklus : 28 hari teratur
Ganti Pembalut : 3-4 kali/hari
Flour Albus : Ya, ketika mendekati haid dan setelah haid

warna putih bening tidak gatal dan tidak berbau


g. Aktifitas sehari-hari :
Kegiatan sehari-hari : Belajar, les gap year, dan membantu pekerjaan
rumah
Apakah merokok : Tidak
Aktifatas Olahraga : sering, seminggu 4x
Seksual : Tidak pernah berhubungan seksual
Obat-obatan terlarang : Tidak pernah
Pola makan : 2x/hari menu nasi dan lauk pauk, buah jarang makan
sayur karena tidak seberapa suka dan, minum air putih kurang lebih 2
lt/hari dan tidak pernah sarapan pagi

Pola eliminasi : BAB lancar 1x sehari, tekstur lembek, BAK 7-8x


sehari, berwarna kuning jernih.

Pola istirahat : tidur malam kurang lebih 6 jam sehari (tidur malam jam
10 atau jam 11 malam hingga jam 5 pagi, dan tidak pernah tidur siang

Personal hygiene : mandi 2x sehari, ganti celana dalam dan pakaian


2x sehari.
45

B. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Nadi : 80 x/ menit
Respiratori : 20x/ menit
Tekanan darah : 100/80 mmhg
b. Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak terdapat benjolan.
Wajah : tidak pucat.
Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran limfe, tidak ditemukan bendungan vena jugularis.
Dada : tampak pembesaran payudara, tidak ada benjolan/massa
pada payudara.
Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan
Genetalia : tidak dilakukan
Ekstremitas
Atas : Tidak odema, tidak ada kelainan.
Bawah : Tidak odema, tidak ada kelainan
BB : 56 Kg
TB : 158 Cm
Lingkar panggul : 85 cm
Lingkar Pinggul : 103 cm
Lila : 30 cm
IMT : 22,,5
c. Program Terapi : Tidak ada
d. Data Penunjang :
Goldar : A+
HGB : 11,9 g/dL
C. Analisa
Nn.w usia 18 tahun dengan flour albous fisiologis
46

D. Penatalaksanaan
a. Pertemuan 1 (selasa , 19 September 2022. Pukul 09.00 WIB)
1) Menjalin komunikasi interpersonal dengan klien serta menjelaskan
tujuan dari pengkajian yang dilakukan
e/ Klien kooperatif dan mengetahui maksud serta tujuan
dilakukannya pengkajian serta bersedia untuk dilakukan
pemeriksaan.

2) Mengukur kecerdasan majemuk dengan memberikan kuesioer kartu


kecerdasan majemuk yang tersedia dan menjelaskan hasilnya
e/ Klien dapat mengisi kartu kecerdasan majemuk dengan baik,
hasil penilaian klien memiliki skor yaitu Kecerdasan Interpersonal
dengan jumlah skor 31, Kecerdasan Logika matematika dengan
jumlah 31, kecerdasan Kinestik dengan jumlah 23
3) Memberikan sosialiasi Pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS)
dan 10 kompetensi
e/ Klien mengerti dan tertarik dengan PKHS dan bersedia belajar
menerapkannya
4) Memberikan KIE kepada klien tentang vulva hygine dengan air
mengalir dari arah depan kebelakang dan dikeringkan tissue,
memakai celana dalam yang berbahan dasar katun, ganti celana
dalam setiap kali merasa lembab
e/ Klien dapat memberikan umpan balik yang baik, dan bersedia
akan mencoba menerapkan tatalaksana yang dianjurkan
5) Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya pada hari kamis, 22
september 2022 melalui video call whatsapp
e/ klien mengerti dan akan bersedia mengikuti kesepakatan
kunjungan selanjutnya. Kunjungan selanjutnya akan dilaksanakan
pada hari kamis, 22 September 2022, pukul 10.00 WIB Melalui
video call whatsapp

b. Pertemuan Ke 2 ( Kamis, 22 September 2022, pukul 10.00 WIB


47

melalui video calll)


1. Data Subjektif
Tidak ada keluhan
2. Data Objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital : Tidak dilakukan
3. Analisa
Nn. W usia 18 tahun dengan keadaan baik
4. Penatalaksanaan
a. memberikan edukasi kesehatan mengenai kesehatan
reproduksi remaja
e/: Klien dapat memahami apa yang disampaikan oleh bidan
b. Memberikan KIE kepada klien mengenai gizi seimbang
e/ Klien dapat memahami penjelasan yang diberikan dan
menerapkan kehidupan sehari-hari
c. Memberikan KIE mengenai mobilisasi yang benar seperti
bangun tidur jangan langsung berdiri tetapi duduk terlebih
dahulu
e/ klien dapat memahami penjelasan yang diberikan dan
menerapkan apa yang diberikan oleh bidan
d. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya hari sabtu tanggal
24 september 2022 pukul 09.00 WIB di puskesmas gayungan

e/ klien mengerti dan akan bersedia mengikuti kesepakatan


kunjungan selanjutnya. Kunjungan selanjutnya akan
dilaksanakan pada hari sabtu, 24 September 2022, pukul
09.00 WIB di puskesmas gayungan

c. Pertemuan ke 3 (Sabtu, 24 september 2022 Pukul 09.00 WIB di


puskesmas gayungan)
1. Data Subjektif
48

Tidak ada keluhan


2. Data Objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital : TD: 100/70 mmHg,
N: 81x/menit
RR: 20x/menit,
S: 36,50C.
3. Analisa
Nn. W usia 18 tahun dengan keadaan baik
4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa pasien dalam keadaan baik,


tanda-tanda vital normal

e/ pasien mengerti kondisinya

b. Memberikan edukasi Kesehatan reproduksi remaja dengan


menggunakan lembar balik

e/ pasien antusias dan senang serta memahami apayang dijelaskan


oleh bidan

c. Memberikan pelayanan terkait Kesehatan jiwa dan NAPZA, dan


pencegahan kekerasan dengan menggunakan lembar balik

e/ pasien mengerti dan meningkatan kewaspadaannya

d. Menjelaskan cara pengisian form PSC

e/ Klien dapat mengisi kuesioner dengan baik, hasil penilaian klien


memiliki skor 22 yaitu (< 28) sehingga dapat disimpulkan bahwa
klien tidak terdapat masalah psikososial pada klien. Hasil Kuesioer
Terlampir

e. Memberikan konseling berkaitan dengan penyakit tidak menular,


diantaranya yaitu Hipertensi, jantung coroner, stroke, diabetes
49

melitus
e/ Klien memahami macam-macam penyakit tidak menular yang
biasa saja terjadi
f. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya pada hari senin, 26
september 2022 pukul 17.00 WIB di video call whatsapp

e/ klien mengerti dan akan bersedia mengikuti kesepakatan


kunjungan selanjutnya. Kunjungan selanjutnya akan dilaksanakan
pada hari Senin, 26 September 2022, pukul 17.00 WIB melalui
video call whatsapp
d. Pertemuan Ke 4 ( Senin, 26 September 2022, Pukul 17.00
WIB melalui video call whatsapp)
1. Data Subjektif
Tidak ada keluhan
2. Data Objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital : Tidak dilakukan
3. Analisa
Nn. W usia 18 tahun dengan keadaan baik
4. Penatalaksanaan
a. Memberikan pelayanan lain terkait isu kesehatan lain seperti
bullying / body shaming
e/ Klien dapat memberikan umpan balik yang baik dan dapat
mengulangi pertanyaan yang diberikan
b. Melakukuan evaluasi terkait pelayanan yang telah didapatkan.
e / klien mengerti dan mampu menjelaskan apa yang telah
didapatkan.
c. Menganjurkan klien untuk mengikuti posyandu remaja di
wilayah gayungan
e / klien mengerti dan bersedia mengikuti posyandu remaja
50

BAB 4

PEMBAHASAN

padaDari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pada asuhan kebidanan


remaja yang telah dilakukan kepada Nn. ”W” dengan Keputihan fisiologis
dapat diambil beberapa pembahasan sebagai berikut:
Menurut Puji (2017), Kesehatan reproduksi merupakan suatu hal yang
penting bagi remaja putri. Dimana sistem reproduksi pada remaja putri sangat
rentan terhadap gangguan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan pada
organ reproduksi. Manuaba (2009), menjelaskan Salah satu keluhan klinis dari
infeksi atau keadaan abnormal alat kelamin adalah keputihan (flour albus).
Saat ini keluhan yang dialami oleh Nn.W yaitu keputihan fisiologis dimana
tanda gejala yang disebutkan sesuai dengan teori Regilta (2021) yaitu
beberapa gejalanya meliputi Tidak berbau kuat, amis, anyir atau busuk,
Berwarna bening atau putih telur mentah, Keluar setiap bulan biasanya
sebelum dan sesudah menstruasi, selama ovulasi, Tidak menimbulkan rasa
gatal atau nyeri pada vagina.
Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa Nn.W memiliki kebiasaan
menggunakan celana jeans yang ketat, dimana hal ini merupakan salah satu
faktor yang menjadi faktor resiko / dapat memperburuk kondisi Flour Albus
Fisiologis menjadi Flour Albus Patologis. Hal ini sesuai dengan teori dari
Claurentica (2018), bahwa Penggunaan celana jeans terlalu ketat dan dalam
waktu yang lama pada remaja putri menjadi risiko terjadinya keputihan. Hal
ini disebabkan tubuh bagian sensitif tidak mendapatkan udara (sirculation)
masuk akibat bahan jeans memiliki pori-pori sangat rapat, kemudian
meningkatkan kelembapan daerah sekitar genetalia lama kelamaan akan
menimbulkan jamur candidiasis dan menyebabkan daerah kewanitaan akan
berbau dan terjadilah Fluor Albus
Selain pemeriksaan fisik, dalam hal ini juga dilakukan pemeriksaan
kecerdasan majemuk serta pemeriksaan masalah psikososial pada Nn.W
Pemeriksaan kecerdasan majemuk dilakukan menggunakan kartu kecerdasan
51

majemuk dimana hasil pemeriksaan menunjukkan potensi utama kecerdasan


yang dimiliki Nn.W yaitu kecerdasan Interpersonal dengan jumlah skor yaitu
31.
Setelah diberikan konseling dan anjuran mengenai cara menjaga
kebersihan organ reproduksi saat haid atau keputihan seperti sering mengganti
celana dalam ketika lembab dan meggunakan celana dalam yang berbahan
dasar katun atau yag mudah menyerap keringat sehingga meningkatkan
kenyamanan dan mencegah terjadinya keputihan yang Patologis atau
abnormal. Nn.W melaksanakan anjuran yang telah diberikan dan pada
pertemuan ke-2 Nn.W mengatakan bahwa sudah tidak keputihan lagi dan
sekarang merasa lebih nyaman dengan demikian masalah ketidaknyaman
yang timbul akibat Flour Albus Fisiologis pada Nn.W teratasi.
52

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

1. Hasil pemeriksaan Antropometri menunjukkan Nn. W memiliki IMT


normal

2. Hsil pemeriksaan TTV dan fisik dalam batas normal, tidak ditemukan
adanya masalah atau kelainan

3. Hasil anamnesa didapatkan bahwa Nn. W mengalami Flour albous


fisiologis sehingga Adapun Analisa yang ditegakkan yaitu Nn.W umur 18
tahun dengan flour albous fisiologis

4. Hasil pemeriksaan kecerdasan majemuk menunjukkan bahwa potensi


keverdasan utama yamg dimilik oleh Nn.W yaitu kecerdasaan
interpersonal dengan skor 31

5. Hasil pemeriksaan masalah psikososial menunjukkan bahwa Nn. W tidak


mengalami masalah psikososial dengan skor 22 atau <28
B. Saran

1. Bagi lahan praktik

Agar lebih meningkatkan professional kerja dan mutu pelayanan dalam


memberikan pelayanan kepada pasien keputihan

2. Bagi penulis

Diharapkan penulis dapat selalu mengupdate dan menambah wawasan


mengenai asuhan kebidanan pada remaja serta dapat menerapkannya
dalam dunia kerja.
3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah sumber pustaka


mengenai asuhan kebidanan serta dapat memfasilitatori kegiatan
mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan pada remaja sehingga
53

dapat menciptakan lulusan yang berkompeten dan dapat meningkatkan


pelayanan kesehatan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Abrori, Abrori, Andri Dwi Hernawan, and Ermulyadi Ermulyadi. 2017.


“Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keputihan Patologis
Siswi Sman 1 Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara.” Unnes Journal
of Public Health 6 (1): 24–34.
https://doi.org/10.15294/UJPH.V6I1.14107.

Briawan D. 2014. Anemia Masalah Gizi pada Remaja. Jakarta: EGC.

Claurentica. 2018. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang


Pemakaian Celana Jeans Ketat Dengan Kejadian Keputihan Fluor Albus
Di SMA Pembangunan Bukittinggi Tahun 2017.” Jurnal Kesehatan
Prima Nusantara Bukittinggi 9 (1): 61–66.

Darma. 2017. “Hubungan Pengetahuan, Vulva Hygiene, Stres, Dan Pola


Makan Dengan Kejadian Infeksi Flour Albus (Keputihan) Pada Remaja
Siswi Sma Negeri 6 Kendari 2017.” JIMKESMAS 2 (6).

Desta Ayu Cahya Rosyida. 2019. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja
dan Wanita. Yogyakarta: PT Pustaka Baru

Dorland. 2012. Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 28. Jakarta: EGC.

Ilmiawati, Helmy, and Kuntoro Kuntoro. 2016. “Pengetahuan Personal


Hygiene Remaja Putri Pada Kasus Keputihan.” Jurnal Biometrika Dan
Kependudukan 5 (1): 43–51.
https://doi.org/10.20473/JBK.V5I1.2016.43-51

Izah, Nikmatul Rifqiyah Nilatul. "GAMBARAN TINGKAT


PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS
FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2
ADIWERNA KABUPATEN TEGAL." Siklus: Journal Research
Midwifery Politeknik Tegal 4.1 (2015).
Judha, Muhammad. 2012. Teori Pengukuran Dan Nyeri
Persalinan.Yogyakarta: Nuha Medika

Kania, I. (2017). KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI


MTS AL–JIHADIYAH SUKATANI BEKASI TAHUN 2016. Jurnal
Ilmiah Kebidanan, 11(1).

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes


RI;2015.

Kemkes. Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tentang Puskesmas. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.

Krisnani, dkk., 2017. Gangguan Makan Anorexia Nervosa Dan Bulimia


Nervosa Pada Remaja. e ISSN : 2581-1126 p ISSN : 2442-448X
Vol. 4 No: 3

Kristianto, dkk. 2018. Profil Massa Lemak dan Lingkar Pinggang Dewasa
Obes dan Nonobes di Cirebon. Global Medical and Health
Communication.

Kusmiran, E. 2016. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:


SalembaMedika.

Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Pt


Rineka Cipta.

Octavia, S. A. 2020. Motivasi Belajar dalam Perkembangan Remaja.


Yogyakarta: Deepublish.

Oriza, Novalita, and Roslina Yulianty. 2018. “Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Di SMA Darussalam
Medan.” Jurnal Bidan Komunitas 1 (3): 142–51.
PUGS. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi, Departemen
Kesehatan RI. 2014. Jakarta

Putri, Fitriana U., Suci Musvita A., 2018. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi
Remaja. Universitas Ahmad Dahlan

Octavia, S. A. 2020. Motivasi Belajar dalam Perkembangan Remaja.


Yogyakarta: Deepublish.

Putri, Fitriana U., Suci Musvita A., 2018. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi
Remaja. Universitas Ahmad Dahlan

PUGS. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi, Departemen


Kesehatan RI. 2014. Jakarta

Purwanti. 2014. Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan Dismenore Primer


di STIKES ‘Aisiyah Yogyakarta

Pradnyandari. 2019. “No TitleGambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku


Tentang Vaginal Hygiene Terhadap Kejadian Keputihan Patologis Pada
Siswi Kelas 1 Di SMA Negeri 1 Denpasar Periode Juli 2018.” Intisamuri
Sains Medis 10 (1): 88–94

Rima Wirenviona, A.A. Isri Dalem Chintya Riris. 2020. Edukasi Kesehatan
Repdouksi Remaja. Surabaya: Airlangga University Press

Regilta. 2021. “TINGKAT KESADARAN PARA MAHASISWI REMAJA


DARI BERBAGAI PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA
TERHADAP GEJALA KEPUTIHAN NORMAL DAN ABNORMAL.”
Jurnal Medika Hutama 02 (02): 686–97.

Santrock, J.W. (2012). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga

Sarwono Prawihardjo. 2017. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga.


Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Sebayang, Wellina., Destyana Y.G., Eva R.S., 2018. Prilaku Seksual
Remaja.Deepublish : Yogyakarta

Susanti, A. V., & Sunarto, S. (2012). Faktor Risiko Kejadian Menarche Dini
pada Remaja di SMP N 30 Semarang. Journal of Nutrition
College, 1(1), 125-126.

Supariasa. 2016. Pemantauan Status Gizi. Buku Kedokteran, Jakarta.

Susilowati, Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung :


Refika Aditama.

Sumaryoto, & Nopembri, S.2017. Pendidikan Jasmani Olah Raga dan


Kesehatan. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemdikbud

Sholicha, C. A., & Muniroh, L. 2019. Hubungan Asupasdsadsadan Zat Besi ,


Protein , Vitamin C Dan Pola Menstruasi Dengan Kadar Hemoglobin
Pada Remaja Putri di SMAN 1 Manyar Gresik. Media Gizi Indonesia,
14(2), 147–153
LAMPIRAN

Pertemuan 1

pertemuan 2
Pertemuan 3

Pertemuan 4

Anda mungkin juga menyukai