Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MENGURANGI PENGGUNAAN GADGET PADA ANAK

DENGAN PENGALIHAN YANG TEPAT OLEH ORANG TUA

Di susunn oleh :

Riski Lutfi Handa Riska (221E10065)

Nadya Eka Yanti (221E10310)

Tushalifah (221E10063)

Iradatul Hasanah (221E10064)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI ARGOPURO JEMBER

2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya. Sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Perkembangan Bahasa AUD dengan judul “Menugurangi Penggunaan
Gadget pada Anak Dengan Pengalihan yang Tepat oleh Orang Tua”.

Kami mempelajari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepunuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu,kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dan pendidikan.

Jember, 10 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..............................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................

A. Latal Belakang ...............................................................................................


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................

A. Anak dan Teknologi .......................................................................................


B. Orang Tua dalam Keluarga ............................................................................
C. Pengalihan yang Tepat ...................................................................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................................

A. Kesimpulan ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era yang modern penggunaan gadget sudah menjadi hal yang biasa
ditambah lagi dengan adanya pandemi Covid-19 yang menjadikan kehidupan
manusia lebih terikat lagi dengan gadget. Kegiatan berbelanja sampai dengan
belajar dilakukan secara daring dari rumah melalui gadget. Sebelum adanya
Covid-19 saja jumlah pengguna gadget di Indonesia sudah cukup tinggi , hal ini
terlihat dari data statistik telekomunikasi Indonesia persentase pengguna internet
usia 5 tahun ke atas mengalami peningkatan dari sekitar 25,84% menjadi 50,92%
pada tahun 2018, sedangkan di daerah pedesaan pada tahun 2014 sekitar 8,37%
meningkat menjadi 25,56% pada tahun 2018 (Sub Direktorat Komunikasi dan
Teknologi Informasi, 2018).

Kecanduan gadget tidak hanya dialami oleh orang dewasa tetapi banyak juga
dari kalangann anak-anak yang mengalami kecanduan gadget selaras dengan
pernayataan dari Ketua Lembaga Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa sejak
2013 lembaganya menangani 17 kasus anak yang kecanduan gadget. Begitu juga
Komisi Nasional Perlindungan Anak yang sejak 2016 sudah menangani 42 kasus
anak yang mengalami kecanduan gadget. Sumber dari Kominfo, 2018). Gadget
menjadi hal yang menarik bagi anak-anak karena gadget menyediakan
dimensi-dimensi gerak, warna, suara dan lagu sekaligus dalam perangkat untuk
berbagai tujuan seperti bermain game, menonton video, mendengarkan music,
mengobrol dan menjelajahi situs web, Munir dalam (Zaini & Soenarto, 2019).

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara pengaruh penggunaan gadget dengan keterlambatan


berbicara (speech delay) pada anak berdasarkan Literature Review?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan gadget dengan keterlambatan berbicara


(speech delay) pada anak dan cara pengalihanya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anak dan Teknologi

1. Perkembangan Anak
Anak merupakan aset berharga suatu bangsa, karena anak adalah generasi
penerus sehingga didapatkan anak yang berkualitas untuk mencapai masa
depan yang baik. Masa lima tahun pertama kehidupan adalah suatu masa yang
sangat peka terhadap lingkungan. Masa ini berlangsung sangat pendek dan
tidak dapat diulang lagi, masa balita disebut sebagai “masa keemasan” atau
(golden period), “jendela kesempatan” atau (window of opportunity), dan
“masa kritis” atau (critical period) (Kadi, Garna, dan Fadlyana, 2018).

Masa pertumbuhan dan perkembangan adalah masa yang menentukan anak


sejak lahir sampai dengan usia 8 tahun, karena pada masa ini terjadi
perkembangan penting seperti pertumbuhan fisik, intelektual, emosional,
bahasa dan perkembangan sosial harus dimulai stimulasinya di rumah, tempat
pengasuhan anak, pelayanan pendidikan lainnya (Suryana, (2016). Periode ini
merupakan periode kondusif dalam menumbuh kembangkan berbagai macam
kemampuan, kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa,
sosio-emosional dan spiritual. Rentang usia dini juga sangat menentukan
dalam pembentukan karakter yaitu sikap, perilaku, dan kepribadian seorang
anak di masa depan (Dorlina, 2011) disitasi Wulandari, Ichsan dan Romadhon,
2016).

Secara umum perkembangan memiliki beberapa prinsip dalam prosesnya


yang dapat menentukan ciri dan pola dari perkembangan (Aziz, 2011).
Prinsip-persip tersebut antara lain:

1) Proses perkembangan sangat bergantung pada aspek kematangan


susunan saraf manusia, yaitu semakin sempurna atau kompleks kematangan
suatu saraf maka semakin sempurna proses perkembangan yang dimulai dari
konsepsi sampai dewasa.

2) Proses perkembangan setiap individu sama, yaitu mencapai proses


kematangan, meskipun dalam proses percapaian tersebut tidak memiliki
kecepatan yang sama antara individu lainnya.

3) Proses perkembangan melalui pola khas yang terjadi mulai dari kepala
hingga seluruh bagian tubuh atau mulai dari kemampuan sederhana hingga
memcapai kemampuan yang kompleks sampai mencapai kesempurnaan dari
tahapan perkembangan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Menurut Dian Adriana (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi adalah


sebagai berikut:

1) Faktor Internal

a) Ras, Etnis atau Bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktor


herediter ras/bangsa Indonesia. Demikian juga sebaliknya.

b) Keluarga

Kecenderungan postur tubuh seorang anak tinggi, pendek, gemuk atau kurus
sesuai dengan kondisi orang tua atau keluarganya.

c) Umur

Pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja anak
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.

d) Jenis Kelamin

Pada umumnya, fungsi reproduksi wanita berkembang lebih cepat daripada


laki-laki. Akan tetapi setelah mengalami pubertas pertumbuhan anak laki-laki
akan lebih cepat daripada pertumbuhan wanita.

e) Genetik (Heredokonstitusional)

Faktor genetik merupakan faktor bawaan pada anak yaitu potensi yang
menjadi ciri khasnya.
f) Kelainan Kromosom

Kelainan kromosom biasanya disertai dengan kegagalan pertumbuhan.


Contohnya: syndrome down dan syndrome turner.

2) Faktor Eksternal

Faktor luar terdiri dari dua bagian, yaitu:

a) Faktor Pranatal

Faktor prenatal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan


anak baru lahir terdiri atas beberapa hal berikut:

1) Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama trimester akhir kehamilan sangat mempengaruhi


pertumbuhan dan perkembangan pada janin.

2) Mekanis

Posisi fetus abnormal bisa menyebabkan kongenital, seperti club foot.

3) Toksin atau Zat Kimia

Beberapa obat-obatan bisa menyebabkan kelainan konginetal seperti


palatoskisis. Contohnya aminopterin atau thalidomide.

4) Endokrin

Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali dan


hyperplasia adrenal.

5) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,


Rubella, Citomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, reterdasi mental, dan kelainan
jantung konginetal.

6) Kelainan Imunologi

Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin
dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk ke peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolysis yang selanjutnya bias mengakibatkan
hyperbilirubinemia dan kernicterus yang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan otak.

7) Anoksia Embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta bias


menyebabkan pertumbuhan terganggu.

8) Psikologi Ibu

Kehamilan tidak diinginkan, perlakuan salah atau kekerasan mental pada ibu
hamil dapat mempengaruhi psikologi ibu.

b) Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan


kerusakan jaringan otak pada bayi.

c) Faktor Pasca persalinan

1) Gizi

Tumbuh dan kembang bayi diperlukan zat makanan yang adekuat.

2) Penyakit Kronis atau Kelainan

Konginetal Tuberculosis, anemia dan kelainan jantung bawaan dapat


mengakibatkan reterdasi pertumbuhan jasmani.

3) Lingkungan Fisik dan Kimia


Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak hidup dan berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang
kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif dan zat kimia
tertentu (Pb, Merkuri, rokok, dll). Mempunyai dampak negatif terhadap
pertumbuhan anak.

4) Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak


dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan
mengalami hambatan di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.

5) Endokrin

Gangguan hormon misalnya pada penyakit hipotiroid bias menyebabkan


anak mengalami hambatan pertumbuhan.

6) Sosio Ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan serta kesehatan


lingkungan yang jelek dan kurangnya pengetahuan, hal tersebut menghambat
pertumbuhan anak.

7) Lingkungan Pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan interaksi antara ibu dan anak dapat


mempengaruhi tumbuh kembang anak.

8) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan dan stimulasi khusunya dalam


keluarga, misalnya penyediaan mainan, sosialisasi kepada anak, serta
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap aktivitas dan kegiatan
anak.

9) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroit dalam jangka panjang akan menghambat


pertumbuhan demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap
susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon
pertumbuhan.

d) Gangguan Perkembangan Anak

Masalah yang sering timbul dalam perkembangan anak meliputi sebagai


berikut :

1) Gangguan Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik yang lambat disebabkan oleh beberapa hal yaitu


kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskuler. Anak dengan serebral palsi
dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat
spastisitas, atheotosis, ataksia, atau hipotonia.
Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi
keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai
kesempatan belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker
dapat mengalami keterlambatan pada perkembangan motorik.

2) Gangguan Perkembangan Mental

Terdapat bermacam-macam gangguan perkembangan mental antara lain


seperti reterdasi mental, autis, hiperaktivitas, disleksia (kesulitan membaca
dan menulis) dan lain-lain.

3) Gangguan Perkembangan Bahasa dan Bicara

Kemampuan Bahasa merupakan kombinasi dari seluruh sistem


perkembangan anak. Kemampuan bahasa melibatkan kemampuan motorik,
psikologis, emosional dan perilaku.
Gangguan perkembangan bahasa pada anak diakibatkatkan oleh berbagai
faktor , yaitu faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegansi rendah,
kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat dan
faktor keluarga.
Gangguan bicara dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti
bibir sumbing dan serebral palsi. Gangguan ini termasuk dalam salah satu
gangguan perkembangan bahasa yang disebabkan karna adanya tekanan dari
orang tua agar anak bicara dengan jelas.
4) Gangguan Emosi dan Perilaku

Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada anak dan
memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruhi interaksi sosial
dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dialami anak yaitu fobia
sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan mengalami trauma.
Gangguan perkembangan prevasif pada anak meliputi, autisme serta gangguan
perilaku dan interaksi sosial.
Autisme adalah kelainan neorobiologis yang menunjukkan gangguan
komunikasi, interaksi dan perilaku. Autisme ditandai dengan terhambatnya
perkembangan bahasa dan bicara, muncul gerakan aneh seperti berputar-putar,
melompat-lompat atau mengamuk tanpa sebab.

5) Gangguan Interaksi Sosial

Beragam tanda dan gejala terkait gangguan dalam interaksi sosial, yaitu anak
menolak atau mengindar bertatap muka dengan orang lain, tidak menoleh
ketika dipanggil sehingga sering diduga tuli, merasa tidak senang atau
menolak ketika dipeluk, jika menginginkan sesuatu anak hanya menarik
tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu
untuknya tanpa mengeluarkan kata- kata, lebih asyik dengan dirinya sendiri
(Fida dan Maya, 2012).

2. Teknologi

Perkembangan bahasa merupakan aspek yang paling penting pada anak usia dini.
Bahasa adalah suatu ungkapan pikiran seseorang untuk berkomunikasi dengan orang
lain, dengan bahasa anak akan lebih mudah untuk berkomunikasi dengan orang lain
melalui lisan, isyarat, maupun tulisan. Perkembangan teknologi yang semakin canggih,
media komunikasi pun semakin beragam, salah satunya yaitu dengan penggunaan
gadget (Anggun Pranessia, Anggrasari, Rasi Bahagia, 2020).

Perkembangan teknologi sekarang sudah semakin maju terutama dalam


penggunaan gadget (Rika Widya, 2020). Seiring perkembangan zaman aktivitas
bermain anak-anak bersama gadget menjadi sulit untuk dipisahkan. Saat ini setiap
orang bisa melakukan kontak sosial ataupun komunikasi melalui gadget seperti
komputer, laptop, tab dan smartphone (Novitasari, W & Khotimah, 2016). Gadget
adalah seperangkat elektroktronik yang mempunyai berbagai macam fungsi
(Novitasari dan Khatimah, 2016). Menurut Setianingsih, (2018), gadget merupakan
perangkat elektronik kecil yang mempunyai tujuan dan fungsi tertentu, yang dapat
mengunduh informasi terbaru, sehingga dapat menjadikan kehidupan manusia lebih
prakti.

Menurut Sujianti (2018) pada anak yang bermain gadget mereka lebih memilih
bermain pada gadget yang disukainya. Hasil data di dunia sejak tahun 2013, sebanyak
72 persen anak usia di bawah 8 tahun sudah mulai menggunakan perangkat mobile
seperti smartphone, tablet dan ipod dengan mayoritas anak usia 2 tahun lebih suka
menggunakan tablet dan smartphone setiap harinya. Angka tersebut meningkat 2 kali
lipat dibandingkan tahun 2011 dengan angka 38 persen (Fajriana, 2015). Penelitian
oleh Zubaidah (2017) juga mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara yang
aktif menggunakan sosial media dengan 79,7% pengguna aktif. Anak banyak
menggunakan gadget sebagai sarana bermain 23%, sedangkan dari 82% orang tua
menyatakan bahwa mereka online setidaknya sehari dalam seminggu. Data tersebut
menunjukkan bahwa memang benar penggunaan gadget sangatlah digemari dari anak-
anak, orang dewasa hingga lansia. Teknologi sudah menguasai lapisan masyarakat
mulai dari anak usia dini, usia remaja hingga usia dewasa pun telah mengenal
kecanggihan teknologi, misalnya smartphone serta sosial media. Tetapi apabila dilihat
dan diteliti lebih dalam, teknologi memiliki dampak baik positif maupun negatif.
Dampak positifnya teknologi membantu dalam berbagai kehidupan manusia,
misalnya dalam berkirim pesan atau menelpon serta mencari sumber pelajaran semua
bisa digunakan hanya melalui teknologi. Untuk dampak negatifnya anak kecil pun
sudah bermain sosial media seperti youtube walaupun usianya belum cukup dan harus
dalam pengawasan orangtua (Suhono S, & Utama, F, 2017).

Menurut Suryawan (2012) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pada anak


yang terlalu fokus menggunakan gadget akan cenderung kurang berinteraksi, jarang
bermain bersama dengan temannya dan kurang berkomunikasi sehingga dapat
menyebabkan anak mengalami keterlambatan dalam aspek bicara dan bahasa
(Anggun P, Sanggrasari dan Rasi P, 2020). Bahasa menjadi hal penting dan sangat
berperan dalam kehidupan manusia dikarena bahasa mampu menjadi alat yang dapat
mengutarakan pikiran, perasaan dan ekspresi seorang untuk berinteraksi di dalam
lingkungannya (Sari, dkk, 2019). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
keterlambatan bicara dan bahasa pada anak yaitu, perkembangan otak dan kecerdasan,
jenis kelamin, kondisi fisik, lingkungan keluarga, kondisi ekonomi, setting
sosial/lingkungan budaya, dua bahasa dan gadget (Hildayani dan Bhennita S, 2019).

Menurut data dari World Health Organization Keterlambatan bicara dan bahasa di
Indonesia tahun 2014 cukup tinggi, sebesar 9,54% dari seluruh populasi (Kemenkes,
2015). Data penelitian di Amerika Serikat melaporkan bahwa jumlah keterlambatan
bicara dan bahasa anak umur 4,5 tahun antara 5-8%. Keterlambatan bicara dan bahasa
pada anak prasekolah 5-10%. Jumlah total balita di Indonesia adalah 24.006, sekitar
68% mengalami keterlambatan dalam bicara dan bahasa (Kemenkes, 2015).
Penelitian yang dilakukan Mardiana (2016) menunjukkan bahwa sebesar 8,2% anak
usia toddler megalami suspect pada perkembangan bicara dan bahasa. Masalah
keterlambatan bicara dan bahasa pada anak adalah masalah perkembangan yang
paling banyak ditemui pada saat sekarang ini.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Prasetya, (2017) pengguna gadget dengan
kemampuan bicara anak. Hasil penelitan tersebut menunjukkan ketika bermain gadget
selama 30 menit bisa meningkatkan keterlambatan berbicara dan bahasa pada anak.
Penggunaan gadget yang baik dengan kategori rendah yaitu dengan durasi
penggunaan <30 menit per hari dengan intensitas penggunaan maksimal 2 kali
pemakaian (Sari dan Mitsalia, 2016). Anak usia dini yang menggunakan gadget
minimal 2 jam setiap harinya menjadi kecanduan dan bisa mempengaruhi psikologi
mereka (Ferliana, 2016). Selain itu menurut Bhennita S, (2019) mengungkapkan
bahwa anak dengan kecanduan gadget sibuk dengan dunianya sendiri atau terlalu
fokus terhadap gadget bahkan bisa menyebabkan gangguan bicara bahasa dan
perilaku.

Beberapa hal dapat yang mempengaruhi anak menggunakan gadget adalah pola
asuh orang tua kepada anaknya mendasari penggunaan gadget pada anak usia dini.
Pengasuhan orang tua terhadap anak pada saat mengaplikasikan gadget sangatlah
perlu pendampingan sehingga orang tua bisa memilih fitur apa saja yang bisa
digunakan (Suryameng, 2019). Tipe pola asuh sangatlah mempengaruhi karakteristik
dan perkembangan anak terhadap penggunaan suatu media elektronik. Disamping itu
harapan orang tua memberikan gadget pada anak yaitu untuk membuat anak
termotivasi meningkatkan minat belajar karena pada saat anak memiliki minat dan
motivasi tinggi materi pelajaran akan lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti.
Pola asuh yang salah atau tidak tepat saat memberikan anak gadget dikhawatirkan
dapat mengganggu perkembangan bicara dan bahasa (speech delay) pada anak
(Aulina, 2018). Maka penting orang tua untuk melakukan pembatasan penggunaan
gadget dan pemeriksaan untuk mendeteksi keterlambatan berbicara.

Tekonologi yang semakin berkembang memberikan banyak kemudahan pada manusia


untuk melakukan banyak hal. Salah satu hasil dari adanya kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi ialah gadget. Menurut Manumpi dalam (Anggraeni, 2019)
menyatakan bahwa gadget merupakan suatu istilah yang digunakan dalam menyebut
beberapa macam jenis alat teknologi yang sifatnya semakin berkembang pesat dan
memiliki fungsi khusus, contohnya smartphone, iphone, computer dan tab.
Smartphone menjadi salah satu jenis gadget yang banyak digunakan oleh orang-
orang, hampir setiap rumah memiliki smartphone. Gadget menjadi sesuatu yang
sangat disukai oleh banyak orang baik orang dewasa atau anak-anak karena
kecanggihannya.

Anak-anak dikenalkan oleh orang tuanya pada gadget bahkan banyak yang sebelum
anak mampu untuk berbicara dan membaca. Banyak dari kalangan orang tua yang
memberikan tontonan yang menarik bagi anak-anak karena merasa konten itu cocok
untuk anak atau ketika anak menangis, orang tua mendiamkannya dengan cara
memberikan gadget pada anak sehingga karena keseringan, makin lama anak menjadi
ketagihan untuk melihatnya lagi. Kebanyakan orang tua juga memberikan gadget
pada anaknya agar anak tidak mengganggu aktivitas yang sedang dilakukan oleh
orang tua atau tidak bermain ke luar rumah. Penggunaan gadget pada anak- anak ada
batasannya agar tidak terjadi hal negatif yang dapat mengganggu perkembangan dan
pertumbuhan anak-anak seperti yang dijelaskan oleh WHO bahwa ada batasann
screen time atau durasi untuk melihat layar digital (gadget, televise, dan lain
sebagainya) untuk anak dibawah 5 tahun. (Lanca & Saw, 2020) menyatakan bahwa
anak usia 1-4 tahun tidak boleh lebih dari satu jam. (Anil & Shaik, 2019) juga
mengungkapkan bahwa efek penggunaan layar pada seseorang tergantung kepada
beberapa faktor dan faktor yang paling penting ialah berapa lama durasi yang
digunakan untuk melihat layar, penggunaan dalam waktu yang lama dapat
berpengaruh terhadap otak korteks frontal dan memiliki efek yang hampir sama
dengan kokain.

 Dampak Gadget

1. Dampak Positive

Menurut (Sundus, 2017) penggunaan gadget pada anak-anak memberikan


dampak positif terhadap motorik dan kognitif anak selain itu juga bisa digunakan
sebagai sarana hiburan dan melatih jiwa kompetisi pada anak- anak. Manfaat atau
dampak positif dari gadget dapat dirasakan jika penggunaannya dilakukan dengan
disertai kontrol, tidak berlebihan, pemilihan konten yang ditonton merupakan konten
yang bersifat postif seperti berisikan informasi-informasi yang dapat memberikan
pengetahuan baru, untuk anak-anak konten yang di lihatnya bisa berupa pembelajaran
menarik mengeai cara berhitung membaca atau berisikan cerita dan lainya.

a) Dampak positif terhadap motorik anak Keterampilan motorik yang


melibatkan otot-otot kecil seperti gerakan bibir, jari, pergelangan tangan. Jari-jari
anak menjadi terlatih ketika mereka bermain gadget.

b) Mengasah kemampuan kognitif anak Keterampilan kogntitif yaitu berkaitan


dengan kemampuan untuk berfikir atau memproses informasi, penalaran,
mengingat, yang melibatkan syaraf otak (Mardalena dkk., 2020). Banyaknya
aplikasi atau video yang dapat memberikan edukasi dan tantangan bagi
anak dapat membantu anak untuk melatih kemampuan kognitif anak, gadget lebih
menarik bagi anak sehingga untuk melatih kemampuan koginitif anak melalui gadget
lebih membangkitkan semangat anak.

c) Sebagai sarana hiburan bagi anak-anak Gadget memiliki banyak fitur


menarik, dengan adanya beragam warna, efek suara, gambar yang menarik yang
sangat disukai anak dalam sebuah aplikasi permainan atau video youtube.
Aplikasi permainan dapat dengan mudah diunduh melalui aplikasi store seperti
permainan puzzle, balapan atau permainan yang bersifat petualangan.

d) Melatih kemampuan berkompetisi anak Kemampuan berkompetisi anak


terlatih melalui permainan-permainan di dalam gadget . ketika mereka bermain game
yang sifatnya kompetisi dan melibatkan lebih dari satu orang maka dia akan
merasakan seperti apa itu kompetisi dan membuatnya terbiasa dengan lingkungan
kompetisi.

2. Dampak Negative

Gadget memeiliki banyak sekali manfaat bagi manusia seperti untuk hiburan,
menambah pengetahuan, akan tetapi, gadget juga memiliki dampak negatif bagi
penggunanya terutama bagi anak usia dini yang masih dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan, gadget bisa memberikan efek negatif terhadap motoric, kognitif,
sosial emosional anak. . Warisya dalam (Syifa dkk., 2019) mengungkapkan bahwa
gadget memiliki hal negative seperti maraknya penipuan di media massa kemudian
banyaknya anak yang mengakami kecanduan dan bahaya dari radiasi yang dapat
menyebkan ganguan pada penglihatan. (Sundus, 2017) juga mengungkapkan bahwa
gadget dapat berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak, karakter, kualitas
belajar anak, gangguan pemusatan, bahkan dapat menyebabkan depresi.

a) Terhambatnya perkembangan bicara dan bahasa anak.

Kemampuan bicara berkaitan dengan kemampuan verbal untuk berkomunikasi


dengan manusia sedangkan bahasa berkaitan dengan seluruh sistem komunikasi yang
diucapkan secara verbal atau tulisan. Anak yang mengalami gangguan keterlambatan
berbahasa mungkin hanya akan mampu menyambungkan satu dua kata saja, anak
dengan keterlambatan bicara dapat menggunakan kata-kata atau frasa tetapi sulit
untuk dimengerti, anak akan belajar berbicara dan berbahasa ketika berinteraksi
dengan oranglain akan tetapi karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu di
depan layar gadget mereka menjadi jarang berinterkasi dengan oranglain berakibat
pada kurangnya kemampuan bicara dan bahasa anak.

b) Masalah belajar anak

Anak usia dini lebih cepat dalam menerima dan menyerap hal-hal baru. Jika mereka
terlalu lama menghabiskan waktu dengan gadget, waktu untuk berinteraksi dan
belajar dengan orang tuanya terbatasi padahal mereka butuh untuk berinteraksi
dengan orang tua agar dapat mengetahui banyak kalimat baru dan belajar banyak hal
dari lingkungannya. Gadget juga bisa membuat anak menjadi malas untuk belajar.

c) Gangguan pemusatan atau yang lebih dikenal dengan ADHD ( attension


Deficit/Hyperactivity Disorder). Penggunaan gadget tanpa adanya kontrol dari orang
tua dengan penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada anak
seperti sulit untuk fokus, gangguan perilaku, mudah gelisah dan perubahan perilaku
ini menyebabkan anak sulit untuk belajar (Setianingsih dkk., 2018). Anak-anak yang
telah ketagihan untuk bermain gadget kita dapat lihat bahwa mereka menjadi mudah
gelisah, mudah marah apalagi saat merasa terganggu saat bermain gadget atau tidak
diijinkan untuk menggunakan gadget.

d) Dampak negatif terhadap karakter Penggunaan gadget yang berbelebihan dapat


memberikan dampak negatif terhadap anak seperti kurangnya sopan santun terhadap
orang tu,sering berkata kasar, dampak negatif terhdap karakter anak bisa juga terjadi
karena anak melihat konten-konten yang kurang baik seperti anak yang menonton
video youtube orang-orang yang menggunakan bahasa yang agak kasar, mengunakan
bahasa yang kurang baik dan kotor yang kemudian ditiru anak, maka kita dapat
melihat bahwa orang tua tidak bisa membiarkan anak dengan bebasnya menggunakan
gadget karena dikhawatirkan melihat konten-konten yang yang dapat merusak
karakter anak dan dapat terbawa dikehidupan nyata sampai anak dewasa nanti.

e) Depresi

Dampak negatif yang paling menakutkan dari penggunaan gadget ilah terhadap
mental dan psikologis anak, yang bisa menyebakan depresi. Penggunaan gadget yang
sering berlebihan atau sudah kecanduan dapat mengakibatkan penggunannya sering
merasa cemas apabila tidak ada gadget dan mengakibatkan depresi pada
penggunanya.

B. Orang Tua dalam Keluarga

Orang tua merupakan orang dewasa yang paling dekat anak, yang akan menjadi
tempat utama anak untuk belajar banyak hal, sikap dan perilaku orang tua akan dilihat
dan ditiru anak, orang tua juga yang harus memastikan bahwa anak-anaknya dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik, mencegah agar tidak adanya hal yang dapat
menyebabkan gangguan terhadap tumbuh kembang anak, memastikan kebutuhan
mereka dapat terpenuhi dengan baik. Setiap orang tua memiliki cara yang berbeda
dalam mengasuh dan dan mendidik anak-anaknya perbedaan cara asuh ini dinamakan
pola asuh. Menurut KBBI sendiri pola asuh terdiri dari kata pola yang berarti gambar,
corak, model, sistem; cara kerja, bentuk (struktur), sedangkan asuh berarti menjaga
(merawat dan mendidik), membimbing (membantu, melatih), memimpin (mengepalai,
menyelenggarakan). Ada tiga jenis pola menurut Hurlock juga Hardy dan Heyes.

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua menurut (Sibawaih
& Rahayu, 2017).

1) Budaya orang tua mempertahankan konsep tradisional mengenai


bagimana peran orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik.

2) Pendidikan orang tua, orang tua yang memiliki lebih banyak pengetahuan
dalam mengasuh anak maka akan lebih mengerti tentang kebutuhan anak.

3) Status sosial ekonomi orang tua dari kelas menengah rendah cenderung lebih
keras dalam mengasuh anak (Hurlock, 2002).

Dalam sebuah keluarga orang tua memiliki banyak peran yang penting, sesuai
dengan apa yang tertera dalam undang-undang nomer 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas undang-undang nomer 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
bahwa orang tua memiliki kewajiban untuk mengasuh, memelihara, mendidik dan
melindungi anak.

1) Orang tua sebagai teladan bagi anak

Guru merupakan figur yang menjadi teladan bagi anak maka jika dirumah orang
tualah yang menjadi sosok yang dicontoh anak. Seorang anak lebih banyak
menghabiskan banyak waktunya dirumah dibandingkan dengan guru maka orang
tualah yang paling banyak memiliki pengaruh terhadap karakter dan pribadi yang
terbentuk pada anak, baik buruknya sesuatu hal yang dilakukan orang tua dihadapan
anaknya dalam sehari-hari akan dilihat dan dicontoh anaknya dari mulai bagun tidur
sampai dengan tidur lagi. Hal ini juga ditegaskan oleh (Kurniati dkk., 2021) bahwa
anak akan meniru bagaimana kebiasan orang tua, pergaulan, perilaku dan sikap orang
tua ataupun aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan orang tua di rumah. Tidak
peduli apakah yang dilakukan orang tua merupakan perilaku dan sikap yang tidak
baik atau baik tetap akan dilihat anak dan di contoh anak. orang harus lebih menjaga
sikap dan perilakunya ketika di depan anak agar kelak tidak adanya kebiasan yang
kurang baik yang di tiru anak.

2) Orang tua memiliki kewajiban untuk memfasilitasi kebutuhan anak

Agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan
harapan, maka orang tua memiliki kewajiban untuk memfasilitasi kebutuhan anak
yang dapat membantu anak untuk belajar seperti permainan-permainan atau buku
yang sesuai dengan usia dan aspek yang ingin dikembangkan. Fasilitas yang diberikan
orang tua ini diharapakn dapat membantu merangsang tumbuh kembangnya.

3) Orang tua memiliki peran untuk mengawasi dan


mendampingi anak Menurut Pratiwi dkk dalam (Kurniati dkk., 2021) peran
pengawasan orang tua berarti bahwa dalam sebuah keluarga mereka merupakan
subsitem terkait dengan interaksi orang tua dengan anak yang didalamnya
berperan untuk melindungi, membesarkan dan mendisiplinkan anak. Sedangkan
orang tua mendampingi anak agar anak merasa akan adanya seseorang yang
senantiasa melindungi, menjaga, memperhatikan dan memberikan kasih sayang pada
mereka.

C. Pengalihan yang Tepat

1. Perbanyak aktivitas bermain secara langsung

Catherine Steiner Adair, seorang peneliti di Harvard Medical School sekaligus


penulis buku The Big Disconnect: Protecting Childhood and Family Relationship in
The Digital Age, menjelaskan tips mengasuh anak di era digital. Ia berkata bahwa
untuk mengatasi anak yang kecanduan gadget, pastikan mereka menghabiskan lebih
banyak waktu untuk bermain dan belajar secara langsung bukan dari layar. Selain
mencegah dari ketergantungan pada ponsel, bermain di luar rumah bermanfaat untuk
mendukung kesehatan tubuh anak.

2. Jadilah contoh yang baik

Anak belajar dari lingkungan sekitarnya bahkan anak meniru kebiasaan orangtuanya.
Jika Anda terlihat sering bermain gadget, anak pasti akan mengikuti kebiasaan
tersebut. Mengutip situs Common Sense Media, salah satu cara mengatasi anak dari
kecanduan HP yang paling efektif adalah dengan memberikan contoh yang baik.

3. Terapkan gaya pengasuhan jaman dulu

Tidak dipungkiri, gadget seringkali menjadi “asisten” dalam mengasuh anak,


terutama bila sedang sibuk dengan urusan pekerjaan atau rumah tangga. Padahal,
kalau dipikir-pikir, orangtua di masa lalu tetap bisa melaksanakan semua pekerjaan
dengan baik di saat belum ada penemuan teknologi tersebut sama sekali. Hal itu bisa
jadi karena mereka pandai mengatur waktu dengan baik antara mengasuh anak
sekaligus mengurus rumah tangga. Anak-anak di masa lalu juga sudah banyak
membantu pekerjaan orangtuanya sejak usia dini. Selain meringankan pekerjaan, hal
itu juga dapat melatih kemandirian anak.

4. Dampingi anak saat belajar online

Menggunakan gadget sebenarnya tidak selalu berarti negatif. Seiring


perkembangan dunia teknologi, beberapa sekolah bahkan menerapkan penggunaan
perangkat tersebut untuk membantu anak belajar. Apalagi sejak masa pandemi
Coronavirus, anak usia sekolah menjadi lebih banyak belajar dari rumah dan
menggunakan internet untuk berinteraksi dengan guru dan teman-temannya. Namun,
sebaiknya tidak lengah. Untuk mencegah dan mengatasi anak dari kecanduan gadget,
pastikan selalu mendampinginya saat belajar secara online.

5. Hindari meletakkan gadget sembarangan

Anak menjadi mengenal gadget dan terikat dengannya bila ia dapat mengakses
alat tersebut dengan mudah. Oleh sebab itu, untuk mengatasi anak kecanduan gadget,
hindarilah meletakkannya sembarangan. Pastikan pula area kamar tidur anak bebas
dari alat tersebut.

6. Perbanyak aktivitas di luar atau di dalam rumah

Meningkatkan aktivitas anak di dalam rumah atau di luar rumah bisa menyita
perhatian anak dan lupa dengan ponsel pintarnya. Hal ini bisa menjadi salah satu cara
jitu untuk mengatasi anak yang sedang kecanduan HP. Cobalah mengajak anak untuk
lari pagi atau bersepeda di hari libur, memasak bersama, atau berkunjung ke rumah
saudara. Intinya, kegiatan apapun yang membuat anak kembali aktif. Catat daftar
kegiatan yang memungkinkan untuk dilakukan dan buatlah jadwalnya sehari-hari.

7. Bersikap tegas dan konsisten

Melepaskan anak dari gadget kesayangannya dapat membuatnya tantrum.


Kondisi ini memang sulit dihadapi. Akan tetapi ingat, Anda harus tetap tegas untuk
menerapkan aturan yang sudah dibuat. Jangan sampai Anda iba dengan rengekan si
kecil. Ingat selalu tujuan Anda yaitu mengatasi anak dari kecanduan gadget yang
dapat menimbulkan berbagai efek negatif bagi masa depannya.

8. Minta bantuan tenaga profesional

Jika langkah-langkah di atas tidak memberikan efek yang maksimal. Atau


mungkin anak malah menjadi stres, cemas, atau bahkan depresi. Bila hal itu terjadi,
cobalah berkonsultasi pada orang yang profesional seperti dokter atau psikolog anak.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kecanduan gadget tidak hanya dialami oleh orang dewasa tetapi banyak juga dari
kalangann anak-anak yang mengalami kecanduan gadget selaras dengan pernayataan
dari Ketua Lembaga Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa sejak 2013
lembaganya menangani 17 kasus anak yang kecanduan gadget.
DAFTAR PUSTAKA

Febria, Cindry. “PENGARUH PENGGUNAAN GADGET DENGAN


KETERLAMBATAN BERBICARA (SPEECH DELAY) PADA ANAK”.
Banjarmasin, 2021

https://hellosehat.com/parenting/anak-6-sampai-9-tahun/perkembangan-anak/mengata
si-anak-kecanduan-gadget/

Rahayu, Nur Sri. Elan. Mulyadi, Sima. “ANALISIS PENGGUNAAN GADGET PADA
ANAK USIA DINI”. Tasikmalaya, 2021

Anda mungkin juga menyukai