Di susunn oleh :
Tushalifah (221E10063)
2023
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya. Sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Perkembangan Bahasa AUD dengan judul “Menugurangi Penggunaan
Gadget pada Anak Dengan Pengalihan yang Tepat oleh Orang Tua”.
Kami mempelajari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepunuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu,kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dan pendidikan.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ....................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era yang modern penggunaan gadget sudah menjadi hal yang biasa
ditambah lagi dengan adanya pandemi Covid-19 yang menjadikan kehidupan
manusia lebih terikat lagi dengan gadget. Kegiatan berbelanja sampai dengan
belajar dilakukan secara daring dari rumah melalui gadget. Sebelum adanya
Covid-19 saja jumlah pengguna gadget di Indonesia sudah cukup tinggi , hal ini
terlihat dari data statistik telekomunikasi Indonesia persentase pengguna internet
usia 5 tahun ke atas mengalami peningkatan dari sekitar 25,84% menjadi 50,92%
pada tahun 2018, sedangkan di daerah pedesaan pada tahun 2014 sekitar 8,37%
meningkat menjadi 25,56% pada tahun 2018 (Sub Direktorat Komunikasi dan
Teknologi Informasi, 2018).
Kecanduan gadget tidak hanya dialami oleh orang dewasa tetapi banyak juga
dari kalangann anak-anak yang mengalami kecanduan gadget selaras dengan
pernayataan dari Ketua Lembaga Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa sejak
2013 lembaganya menangani 17 kasus anak yang kecanduan gadget. Begitu juga
Komisi Nasional Perlindungan Anak yang sejak 2016 sudah menangani 42 kasus
anak yang mengalami kecanduan gadget. Sumber dari Kominfo, 2018). Gadget
menjadi hal yang menarik bagi anak-anak karena gadget menyediakan
dimensi-dimensi gerak, warna, suara dan lagu sekaligus dalam perangkat untuk
berbagai tujuan seperti bermain game, menonton video, mendengarkan music,
mengobrol dan menjelajahi situs web, Munir dalam (Zaini & Soenarto, 2019).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
PEMBAHASAN
1. Perkembangan Anak
Anak merupakan aset berharga suatu bangsa, karena anak adalah generasi
penerus sehingga didapatkan anak yang berkualitas untuk mencapai masa
depan yang baik. Masa lima tahun pertama kehidupan adalah suatu masa yang
sangat peka terhadap lingkungan. Masa ini berlangsung sangat pendek dan
tidak dapat diulang lagi, masa balita disebut sebagai “masa keemasan” atau
(golden period), “jendela kesempatan” atau (window of opportunity), dan
“masa kritis” atau (critical period) (Kadi, Garna, dan Fadlyana, 2018).
3) Proses perkembangan melalui pola khas yang terjadi mulai dari kepala
hingga seluruh bagian tubuh atau mulai dari kemampuan sederhana hingga
memcapai kemampuan yang kompleks sampai mencapai kesempurnaan dari
tahapan perkembangan.
1) Faktor Internal
b) Keluarga
Kecenderungan postur tubuh seorang anak tinggi, pendek, gemuk atau kurus
sesuai dengan kondisi orang tua atau keluarganya.
c) Umur
Pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja anak
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.
d) Jenis Kelamin
e) Genetik (Heredokonstitusional)
Faktor genetik merupakan faktor bawaan pada anak yaitu potensi yang
menjadi ciri khasnya.
f) Kelainan Kromosom
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Pranatal
1) Gizi
2) Mekanis
4) Endokrin
5) Infeksi
6) Kelainan Imunologi
Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin
dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk ke peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolysis yang selanjutnya bias mengakibatkan
hyperbilirubinemia dan kernicterus yang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan otak.
7) Anoksia Embrio
8) Psikologi Ibu
Kehamilan tidak diinginkan, perlakuan salah atau kekerasan mental pada ibu
hamil dapat mempengaruhi psikologi ibu.
b) Faktor Persalinan
1) Gizi
4) Psikologis
5) Endokrin
6) Sosio Ekonomi
7) Lingkungan Pengasuhan
8) Stimulasi
9) Obat-obatan
Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada anak dan
memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruhi interaksi sosial
dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dialami anak yaitu fobia
sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan mengalami trauma.
Gangguan perkembangan prevasif pada anak meliputi, autisme serta gangguan
perilaku dan interaksi sosial.
Autisme adalah kelainan neorobiologis yang menunjukkan gangguan
komunikasi, interaksi dan perilaku. Autisme ditandai dengan terhambatnya
perkembangan bahasa dan bicara, muncul gerakan aneh seperti berputar-putar,
melompat-lompat atau mengamuk tanpa sebab.
Beragam tanda dan gejala terkait gangguan dalam interaksi sosial, yaitu anak
menolak atau mengindar bertatap muka dengan orang lain, tidak menoleh
ketika dipanggil sehingga sering diduga tuli, merasa tidak senang atau
menolak ketika dipeluk, jika menginginkan sesuatu anak hanya menarik
tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu
untuknya tanpa mengeluarkan kata- kata, lebih asyik dengan dirinya sendiri
(Fida dan Maya, 2012).
2. Teknologi
Perkembangan bahasa merupakan aspek yang paling penting pada anak usia dini.
Bahasa adalah suatu ungkapan pikiran seseorang untuk berkomunikasi dengan orang
lain, dengan bahasa anak akan lebih mudah untuk berkomunikasi dengan orang lain
melalui lisan, isyarat, maupun tulisan. Perkembangan teknologi yang semakin canggih,
media komunikasi pun semakin beragam, salah satunya yaitu dengan penggunaan
gadget (Anggun Pranessia, Anggrasari, Rasi Bahagia, 2020).
Menurut Sujianti (2018) pada anak yang bermain gadget mereka lebih memilih
bermain pada gadget yang disukainya. Hasil data di dunia sejak tahun 2013, sebanyak
72 persen anak usia di bawah 8 tahun sudah mulai menggunakan perangkat mobile
seperti smartphone, tablet dan ipod dengan mayoritas anak usia 2 tahun lebih suka
menggunakan tablet dan smartphone setiap harinya. Angka tersebut meningkat 2 kali
lipat dibandingkan tahun 2011 dengan angka 38 persen (Fajriana, 2015). Penelitian
oleh Zubaidah (2017) juga mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara yang
aktif menggunakan sosial media dengan 79,7% pengguna aktif. Anak banyak
menggunakan gadget sebagai sarana bermain 23%, sedangkan dari 82% orang tua
menyatakan bahwa mereka online setidaknya sehari dalam seminggu. Data tersebut
menunjukkan bahwa memang benar penggunaan gadget sangatlah digemari dari anak-
anak, orang dewasa hingga lansia. Teknologi sudah menguasai lapisan masyarakat
mulai dari anak usia dini, usia remaja hingga usia dewasa pun telah mengenal
kecanggihan teknologi, misalnya smartphone serta sosial media. Tetapi apabila dilihat
dan diteliti lebih dalam, teknologi memiliki dampak baik positif maupun negatif.
Dampak positifnya teknologi membantu dalam berbagai kehidupan manusia,
misalnya dalam berkirim pesan atau menelpon serta mencari sumber pelajaran semua
bisa digunakan hanya melalui teknologi. Untuk dampak negatifnya anak kecil pun
sudah bermain sosial media seperti youtube walaupun usianya belum cukup dan harus
dalam pengawasan orangtua (Suhono S, & Utama, F, 2017).
Menurut data dari World Health Organization Keterlambatan bicara dan bahasa di
Indonesia tahun 2014 cukup tinggi, sebesar 9,54% dari seluruh populasi (Kemenkes,
2015). Data penelitian di Amerika Serikat melaporkan bahwa jumlah keterlambatan
bicara dan bahasa anak umur 4,5 tahun antara 5-8%. Keterlambatan bicara dan bahasa
pada anak prasekolah 5-10%. Jumlah total balita di Indonesia adalah 24.006, sekitar
68% mengalami keterlambatan dalam bicara dan bahasa (Kemenkes, 2015).
Penelitian yang dilakukan Mardiana (2016) menunjukkan bahwa sebesar 8,2% anak
usia toddler megalami suspect pada perkembangan bicara dan bahasa. Masalah
keterlambatan bicara dan bahasa pada anak adalah masalah perkembangan yang
paling banyak ditemui pada saat sekarang ini.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Prasetya, (2017) pengguna gadget dengan
kemampuan bicara anak. Hasil penelitan tersebut menunjukkan ketika bermain gadget
selama 30 menit bisa meningkatkan keterlambatan berbicara dan bahasa pada anak.
Penggunaan gadget yang baik dengan kategori rendah yaitu dengan durasi
penggunaan <30 menit per hari dengan intensitas penggunaan maksimal 2 kali
pemakaian (Sari dan Mitsalia, 2016). Anak usia dini yang menggunakan gadget
minimal 2 jam setiap harinya menjadi kecanduan dan bisa mempengaruhi psikologi
mereka (Ferliana, 2016). Selain itu menurut Bhennita S, (2019) mengungkapkan
bahwa anak dengan kecanduan gadget sibuk dengan dunianya sendiri atau terlalu
fokus terhadap gadget bahkan bisa menyebabkan gangguan bicara bahasa dan
perilaku.
Beberapa hal dapat yang mempengaruhi anak menggunakan gadget adalah pola
asuh orang tua kepada anaknya mendasari penggunaan gadget pada anak usia dini.
Pengasuhan orang tua terhadap anak pada saat mengaplikasikan gadget sangatlah
perlu pendampingan sehingga orang tua bisa memilih fitur apa saja yang bisa
digunakan (Suryameng, 2019). Tipe pola asuh sangatlah mempengaruhi karakteristik
dan perkembangan anak terhadap penggunaan suatu media elektronik. Disamping itu
harapan orang tua memberikan gadget pada anak yaitu untuk membuat anak
termotivasi meningkatkan minat belajar karena pada saat anak memiliki minat dan
motivasi tinggi materi pelajaran akan lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti.
Pola asuh yang salah atau tidak tepat saat memberikan anak gadget dikhawatirkan
dapat mengganggu perkembangan bicara dan bahasa (speech delay) pada anak
(Aulina, 2018). Maka penting orang tua untuk melakukan pembatasan penggunaan
gadget dan pemeriksaan untuk mendeteksi keterlambatan berbicara.
Anak-anak dikenalkan oleh orang tuanya pada gadget bahkan banyak yang sebelum
anak mampu untuk berbicara dan membaca. Banyak dari kalangan orang tua yang
memberikan tontonan yang menarik bagi anak-anak karena merasa konten itu cocok
untuk anak atau ketika anak menangis, orang tua mendiamkannya dengan cara
memberikan gadget pada anak sehingga karena keseringan, makin lama anak menjadi
ketagihan untuk melihatnya lagi. Kebanyakan orang tua juga memberikan gadget
pada anaknya agar anak tidak mengganggu aktivitas yang sedang dilakukan oleh
orang tua atau tidak bermain ke luar rumah. Penggunaan gadget pada anak- anak ada
batasannya agar tidak terjadi hal negatif yang dapat mengganggu perkembangan dan
pertumbuhan anak-anak seperti yang dijelaskan oleh WHO bahwa ada batasann
screen time atau durasi untuk melihat layar digital (gadget, televise, dan lain
sebagainya) untuk anak dibawah 5 tahun. (Lanca & Saw, 2020) menyatakan bahwa
anak usia 1-4 tahun tidak boleh lebih dari satu jam. (Anil & Shaik, 2019) juga
mengungkapkan bahwa efek penggunaan layar pada seseorang tergantung kepada
beberapa faktor dan faktor yang paling penting ialah berapa lama durasi yang
digunakan untuk melihat layar, penggunaan dalam waktu yang lama dapat
berpengaruh terhadap otak korteks frontal dan memiliki efek yang hampir sama
dengan kokain.
Dampak Gadget
1. Dampak Positive
2. Dampak Negative
Gadget memeiliki banyak sekali manfaat bagi manusia seperti untuk hiburan,
menambah pengetahuan, akan tetapi, gadget juga memiliki dampak negatif bagi
penggunanya terutama bagi anak usia dini yang masih dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan, gadget bisa memberikan efek negatif terhadap motoric, kognitif,
sosial emosional anak. . Warisya dalam (Syifa dkk., 2019) mengungkapkan bahwa
gadget memiliki hal negative seperti maraknya penipuan di media massa kemudian
banyaknya anak yang mengakami kecanduan dan bahaya dari radiasi yang dapat
menyebkan ganguan pada penglihatan. (Sundus, 2017) juga mengungkapkan bahwa
gadget dapat berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak, karakter, kualitas
belajar anak, gangguan pemusatan, bahkan dapat menyebabkan depresi.
Anak usia dini lebih cepat dalam menerima dan menyerap hal-hal baru. Jika mereka
terlalu lama menghabiskan waktu dengan gadget, waktu untuk berinteraksi dan
belajar dengan orang tuanya terbatasi padahal mereka butuh untuk berinteraksi
dengan orang tua agar dapat mengetahui banyak kalimat baru dan belajar banyak hal
dari lingkungannya. Gadget juga bisa membuat anak menjadi malas untuk belajar.
e) Depresi
Dampak negatif yang paling menakutkan dari penggunaan gadget ilah terhadap
mental dan psikologis anak, yang bisa menyebakan depresi. Penggunaan gadget yang
sering berlebihan atau sudah kecanduan dapat mengakibatkan penggunannya sering
merasa cemas apabila tidak ada gadget dan mengakibatkan depresi pada
penggunanya.
Orang tua merupakan orang dewasa yang paling dekat anak, yang akan menjadi
tempat utama anak untuk belajar banyak hal, sikap dan perilaku orang tua akan dilihat
dan ditiru anak, orang tua juga yang harus memastikan bahwa anak-anaknya dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik, mencegah agar tidak adanya hal yang dapat
menyebabkan gangguan terhadap tumbuh kembang anak, memastikan kebutuhan
mereka dapat terpenuhi dengan baik. Setiap orang tua memiliki cara yang berbeda
dalam mengasuh dan dan mendidik anak-anaknya perbedaan cara asuh ini dinamakan
pola asuh. Menurut KBBI sendiri pola asuh terdiri dari kata pola yang berarti gambar,
corak, model, sistem; cara kerja, bentuk (struktur), sedangkan asuh berarti menjaga
(merawat dan mendidik), membimbing (membantu, melatih), memimpin (mengepalai,
menyelenggarakan). Ada tiga jenis pola menurut Hurlock juga Hardy dan Heyes.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua menurut (Sibawaih
& Rahayu, 2017).
2) Pendidikan orang tua, orang tua yang memiliki lebih banyak pengetahuan
dalam mengasuh anak maka akan lebih mengerti tentang kebutuhan anak.
3) Status sosial ekonomi orang tua dari kelas menengah rendah cenderung lebih
keras dalam mengasuh anak (Hurlock, 2002).
Dalam sebuah keluarga orang tua memiliki banyak peran yang penting, sesuai
dengan apa yang tertera dalam undang-undang nomer 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas undang-undang nomer 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
bahwa orang tua memiliki kewajiban untuk mengasuh, memelihara, mendidik dan
melindungi anak.
Guru merupakan figur yang menjadi teladan bagi anak maka jika dirumah orang
tualah yang menjadi sosok yang dicontoh anak. Seorang anak lebih banyak
menghabiskan banyak waktunya dirumah dibandingkan dengan guru maka orang
tualah yang paling banyak memiliki pengaruh terhadap karakter dan pribadi yang
terbentuk pada anak, baik buruknya sesuatu hal yang dilakukan orang tua dihadapan
anaknya dalam sehari-hari akan dilihat dan dicontoh anaknya dari mulai bagun tidur
sampai dengan tidur lagi. Hal ini juga ditegaskan oleh (Kurniati dkk., 2021) bahwa
anak akan meniru bagaimana kebiasan orang tua, pergaulan, perilaku dan sikap orang
tua ataupun aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan orang tua di rumah. Tidak
peduli apakah yang dilakukan orang tua merupakan perilaku dan sikap yang tidak
baik atau baik tetap akan dilihat anak dan di contoh anak. orang harus lebih menjaga
sikap dan perilakunya ketika di depan anak agar kelak tidak adanya kebiasan yang
kurang baik yang di tiru anak.
Agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan
harapan, maka orang tua memiliki kewajiban untuk memfasilitasi kebutuhan anak
yang dapat membantu anak untuk belajar seperti permainan-permainan atau buku
yang sesuai dengan usia dan aspek yang ingin dikembangkan. Fasilitas yang diberikan
orang tua ini diharapakn dapat membantu merangsang tumbuh kembangnya.
Anak belajar dari lingkungan sekitarnya bahkan anak meniru kebiasaan orangtuanya.
Jika Anda terlihat sering bermain gadget, anak pasti akan mengikuti kebiasaan
tersebut. Mengutip situs Common Sense Media, salah satu cara mengatasi anak dari
kecanduan HP yang paling efektif adalah dengan memberikan contoh yang baik.
Anak menjadi mengenal gadget dan terikat dengannya bila ia dapat mengakses
alat tersebut dengan mudah. Oleh sebab itu, untuk mengatasi anak kecanduan gadget,
hindarilah meletakkannya sembarangan. Pastikan pula area kamar tidur anak bebas
dari alat tersebut.
Meningkatkan aktivitas anak di dalam rumah atau di luar rumah bisa menyita
perhatian anak dan lupa dengan ponsel pintarnya. Hal ini bisa menjadi salah satu cara
jitu untuk mengatasi anak yang sedang kecanduan HP. Cobalah mengajak anak untuk
lari pagi atau bersepeda di hari libur, memasak bersama, atau berkunjung ke rumah
saudara. Intinya, kegiatan apapun yang membuat anak kembali aktif. Catat daftar
kegiatan yang memungkinkan untuk dilakukan dan buatlah jadwalnya sehari-hari.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kecanduan gadget tidak hanya dialami oleh orang dewasa tetapi banyak juga dari
kalangann anak-anak yang mengalami kecanduan gadget selaras dengan pernayataan
dari Ketua Lembaga Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa sejak 2013
lembaganya menangani 17 kasus anak yang kecanduan gadget.
DAFTAR PUSTAKA
https://hellosehat.com/parenting/anak-6-sampai-9-tahun/perkembangan-anak/mengata
si-anak-kecanduan-gadget/
Rahayu, Nur Sri. Elan. Mulyadi, Sima. “ANALISIS PENGGUNAAN GADGET PADA
ANAK USIA DINI”. Tasikmalaya, 2021