Anda di halaman 1dari 26

Edukasi Sex Di Kalangan Remaja

Dosen Pembimbing :

Afif Fredi Kurniawan, S.T

Di Susun Oleh :

1. Eka Putri Mahardika ( 2006311614401014 )


2. Heda Amarah Putri ( 2006311614401018 )
3. Rinda Nur Pratiwi ( 2006311614401027 )
4. Rosita Putri Aprilia Sari ( 2006311614401028 )
5. Santika ( 2006311614401030 )

YAYASAN PENDIDIKAN TUJUH BELAS SURAKARTA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARANGANYAR

TAHUN 2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul memilah etika dan etiket dalam
profesi ini tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan maklaah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah keperawatan dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang etika dan etiket dalam profesi bagi para pembaca dan juga penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada bapak Afif Fredi Kurniawan, S.T selaku dosen
pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Karanganyar, 15 Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I...................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II.................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. Perilaku Seksual Remaja........................................................................................3

Perkembangan Seksual Pada Remaja..........................................................................4

Perkembangan Organ Seksual.....................................................................................5

Fase Perkembangan Perilaku Seksual Remaja............................................................5

Pola Perilaku Seksual Remaja.....................................................................................7

Mastrubasi....................................................................................................................7

Percumbuan seks oral dan seks anal............................................................................7

Hubungan Seksual.......................................................................................................8

B. Kehamilan Remaja.................................................................................................9

2) Kehamilan Tak Diharapkan Dan Akibatnya....................................................11

Keluarga Berencana Darurat......................................................................................13

C. Remaja Dan Infeksi Menular Seksual..................................................................14

ii
1) Epidemiologi dan Besarnya Permasalahan......................................................14

2) Faktor-faktor yang Berpengaruh Meningkatkan Risiko Penularan IMS pada


Remaja 15

b. Faktor Psikologis dan Perkembangan Kognitif...................................................16

c. Luar Sekolah.....................................................................................................18

d. Media Massa........................................................................................................18

e. Kesehatan Reproduksi......................................................................................19

BAB III..............................................................................................................................20

PENUTUP.........................................................................................................................20

A. Kesimpulan..........................................................................................................20

B. Saran.....................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah suatu tahap dengan perubahan yang cepat dan penuh tantangan yang
sulit. berbagai tantangan ini kadang-kadang sulit diatasi sebab secara fisik walaupun sudah
dewasa namun secara psikologis belum tentu. kejadian serupa tidak jarang terjadi di berbagai
negara termasuk di Indonesia. pemahaman yang benar tentang seksualitas manusia amat
diperlukan khususnya untuk para remaja demi perilaku seksualnya di masa dewasa sampai
mereka menikah dan memiliki anak. pada masa remaja baik laki-laki maupun perempuan
kadang-kadang pada waktu yang bersamaan mempunyai keinginan yang berbeda misalnya di
suatu saat mereka harus mengalami suatu perasaan seksualnya bercinta tetapi pada saat yang
bersamaan mereka harus mencegah jangan sampai melakukan hubungan seksual. perkembangan
seksual tersebut sesuai dengan beberapa fase mulai dari pra remaja remaja awal remaja
menengah sampai pada remaja akhir. aktivitas seksual yang sering dijumpai pada remaja yaitu
sentuhan seksual mengakibatkan gairah seksual seks oral seks anal masturbasi dan hubungan
heteroseksual.

Pada tahun 1997 angka kehamilan remaja di Amerika Serikat(AS) sebanyak 840.000 dan
79% adalah kehamilan yang tidak disengaja. sebesar 10% setiap tahunnya remaja usia 15-19
tahun menjadi hamil, 19% dari remaja pernah berhubungan menjadi hamil dan 13% dari seluruh
kelahiran di AS adalah kelahiran dari perempuan usia remaja, 31% di antaranya adalah kelahiran
tanpa perkawinan. faktor utama yang mempengaruhi remaja untuk melakukan senggama adalah
membaca buku porno dan menonton film biru (blue film) (54, 39% di Jakarta, 49,2% di
Yogyakarta). motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka (76% di Jakarta,
75,6% di Jogjakarta) kebutuhan biologik 14-18% dan merasa kurang taat pada nilai agama 20-
26%. penelitian sahabat remaja tentang perilaku seksual di 4 Kota menunjukkan 3,6% remaja di
kota Medan 8,5% remaja di kota Jogjakarta 3,4% remaja di kota Surabaya 3 1,1% remaja di kota
Kupang setelah terlibat hubungan seks secara aktif. ada 2 hal yang bisa dan biasa dilakukan
remaja jika mengalami KTD (kehamilan tak diharapkan) 1) mempertahankan kehamilan 2)
mengakhiri kehamilan atau aborsi.

1
Dari perilaku seksual remaja sehingga terjadi kehamilan pada remaja akhirnya sebagian
remaja mengalami infeksi menular seksual(IMS) yang diakibatkan oleh hubungan bebas yang
tidak sehat dan bergonta ganti pasangan di kalangan remaja. IMS adalah golongan penyakit yang
terbesar jumlahnya dorongan dan aktivitas seksual yang tinggi dikalangan mereka rupanya
menyebabkan seringnya mereka bertukar pasangan dengan akibat berisiko tertular IMS. IMS di
Indonesia cenderung dari kelompok umur lebih tua yaitu 20 sampai 24 tahun dibandingkan
beberapa negara maju yaitu antara 15 sampai 19 tahun yang terkena IMS, dampak yang timbul
akibat terkena IMS yaitu penyulit ataupun penjalaran penyakit pada organ tubuh lainnya seperti
terjadi pada penyakit gonore, info Patia venaria, ulkus Molle dan sifilia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perilaku seksual remaja masa kini ?


2. Apa penyebab kehamilan pada remaja ?
3. Apakah penyebab infeksi menular seksual pada remaja ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui perilaku seksual remaja masa kini


2. Unyuk mengetahui penyebab kehamilan pada remaja
3. Untuk mengetahui penyebab infeksi menular seksual pada remaja

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perilaku Seksual Remaja

Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini.
kurangnya pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang ada di
masyarakat tentang seksualitas seharusnya dipahaminya.sebagian dari masyarakat masih amat
mempercayai pada mitos-mitos seksual dan justru mitos-mitos inilah yang merupakan salah satu
pemahaman yang salah tentang seksual.pemahamam tentang perkembangan seksual termasuk
pemahaman tentang perilaku seksual remaja yaitu salah pemahaman yang penting diketahui
sebab masa remaja adalah masa peralihan dari perilaku seksual anak-anak menjadi perilaku
Seksual dewasa.

Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada remaja amat merugikan bagi
remaja sendiri termasuk keluarganya, sebab Pada masa ini remaja mengalami perkembangan
yang penting yaitu kognitif, emosiona, sosial, dan seksual. perkembangan ini akan berlangsung
mulai sekitar 12 tahun sampai 20 tahun. kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain: adat-istiadat budaya agama dan kurangnya informasi dari sumber yang benar
kurangnya pemahaman ini akan mengakibatkan berbagai dampak yang justru amat merugikan
kelompok remaja dan keluarganya dilaporkan bahwa 80% laki-laki dan 70% perempuan
melakukan hubungan seksual selama masa pubertas dan 20% dari mereka mempunyai 4 atau
lebih pasangan. Ada sekitar 53% perempuan berumur antara 15 -19 tahun melakukan hubungan
seksual pada masa remaja. Sedangkan jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual
sebanyak 2 kali lipat daripada perempuan.

Laporan ini disampaikan oleh national survei of family Growth Pada tahun 1988. Di
Amerika serikat setiap menit kelompok remaja melahirkan 1 bayi dan 50% mereka melahirkan

3
anaknya dan sisanya tidak melanjutkan kehamilannya. Kekerasan seksual yang dilakukan oleh
para remaja terhadap sesama atau terhadap anak-anak yang lebih kecil sekitar umur 3 sampai 11
tahun seringkali terjadi masa remaja adalah suatu tahap dengan perubahan yang cepat dan penuh
tantangan yang sulit berbagai tantangan ini kadang-kadang sulit diatasi sebab secara fisik
walaupun sudah dewasa namun secara psikologis belum tentu kejadian serupa tidak jarang
terjadi di berbagai negara termasuk di Indonesia.

Sebagian kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami tentang apa yang
boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan olehnya, antara lain boleh atau tidaknya
untuk melakukan pacaran, melakukan onani, nonton bersama atau ciuman. ada beberapa
kenyataan- kenyataan lain yang cukup membingungkan antara apa saja yang boleh dilakukan dan
apa yang tidak boleh dilakukan. kebingungan ini akan menimbulkan suatu perilaku seksual yang
kurang sehat di kalangan remaja. perasaan bersalah atau berdosa tidak jarang dialami oleh
kelompok remaja yang pernah melakukan onani dalam hidupnya hal ini diakibatkan adanya
pemahaman tentang ilmu pengetahuan dipertentangkan Dengan pemahaman agama yang
sebenarnya harus saling menyokong.

1) Perkembangan Seksual Pada Remaja

- Mereka ingin bersikap tidak tergantung pada orang tua


- Mereka ingin mengembangkan keterampilan secara interaktif dengan kelompoknya
- Mereka sudah mulai mempelajari prinsip-prinsip etika
- Mereka ingin menunjukkan kemampuan intelektualnya
- Mereka mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial

Pada masa remaja baik laki-laki maupun perempuan kadang-kadang pada waktu yang
bersamaan mempunyai keinginan yang berbeda misalnya di suatu saat mereka harus mengalami
suatu perasaan seksualnya, bercinta tetapi pada saat yang bersamaan mereka harus mencegah
jangan sampai melakukan hubungan seksual. Kelompok remaja lainnya mereka telah
mempunyai pemantauan intelektual dan emosional nya yang bersamaan dengan pematangan
fisiknya sehingga mereka dapat menciptakan suatu kebebasan dan rangsangan. Secara garis besar
seksualitas remaja merupakan suatu proses pematangan biologis saat pubertas dan pematangan
psikoseksual.

4
Pubertas adalah suatu periode perubahan dari tidak matang menjadi matang. Pada saat
pubertas terjadi perkembangan tanda-tanda seks sekunder. Salah satu tanda adanya pematangan
fisik ini ialah anak perempuan mulai haid dan anak laki-laki mulai mimpi malam atau ejakulasi
dan pada saat ini mereka telah mempunyai kemampuan fertilitas.

Perubahan kadar hormon reproduksi yang akan diikuti dengan perubahan perilaku
seksual akan nampak Pada masa ini. Masa ini terjadi perubahan FSH(follicle stimulating
hormon) Dan LH (lutejnizing hormon) Selama tidur dan merangsang produksi hormon
testosteron dan spermatozoa pada laki-laki, sedangkan pada anak perempuan hormon ini akan
merangsang pengeluaran estrogen dan pematangan sel telur selama pubertas produksi testosteron
mencapai 10 sampai 20 kali lipat pada anak laki-laki, sedangkan. Pada anak perempuan tidak
menunjukkan perubahan yang berarti. Tetapi estrogen pada anak perempuan meningkat menjadi
8 sampai 10 kali lipat. Pengeluaran hormon dari kelenjar adrenal akan menyebabkan
pertumbuhan rambut pubis dan aksila serta peningkatan kelenjar lemak pada kulit sehingga
seringkali menimbulkan jerawat.

Perkembangan Organ Seksual

Perkembangan organ seksual remaja terdiri dari lima fase baik laki-laki maupun pada
perempuan selama proses perkembangan tersebut, organ seksual mengalami perubahan ukuran,
dan kematangan fungsinya. Pada gambar berikut terlihat sampai dengan fase kelima. Perbedaan
tersebut mulai dari ukurannya makin membesar baik PNS maupun tes-tes dan skrotum.
Pertumbuhan rambut pubis juga amat jelas perbedaannya. Kembangan organ seksual pada
remaja laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada pertumbuhan somatik pada remaja.

2) Fase Perkembangan Perilaku Seksual Remaja

Perkembangan fisik termasuk organ seksual serta peningkatan kadar hormon reproduksi
contoh hormon seks baik pada laki-laki maupun anak-anak perempuan akan menyebabkan
perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan. Perkembangan seksual tersebut sesuai
dengan beberapa fase mulai dari peremajaan remaja awal remaja menengah sampai pada remaja
akhir.

 Pra remaja

5
Masa pra remaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja yang
sesungguhnya. Maka para remaja ada beberapa indikator yang telah dapat
ditentukan untuk menentukan identitas gender laki-laki atau perempuan. Beberapa
indikator tersebut ialah indikator biologis yang berdasarkan jenis kromosom
bentuk gonad dan kadar hormon. Perkembangan seksual pada masa ini antara lain
ialah perkembangan fisik yang masih tidak banyak beda dengan sebelumnya.
Pada masa pra remaja ini mereka sudah mulai senang mencari tahu informasi
tentang seks dan mitos seks baik dari teman sekolah keluarga atau dari sumber
lainnya. Penampilan fisik dan mental secara seksual tidak banyak memberikan
kesan yang berarti.
 Remaja awal
Tahap awal atau permulaan remaja sudah mulai tanpa ada perubahan fisik yaitu
fisik sudah mulai matang dan berkembang, Pada masa ini remaja sudah mulai
mencoba melakukan onani karena telah seringkali terangsang secara seksual
akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal
yaitu meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan estrogen pada remaja
perempuan. Sebagian dari mereka amat menikmati apa yang mereka rasakan
Tetapi apa sebagian dari mereka justru selama atau sesudah merasakan
kenikmatan tersebut kemudian merasakan kecewa dan merasa berdosa. Perasaan
berdosa ini diakibatkan pemahaman agama yang mereka pahami dari para tokoh
agama nya yaitu mereka akan berdosa bila melakukan onani. Hampir sebagian
besar dari laki-laki pada periode ini tidak menahan untuk tidak melakukan onani
sebab Pada masa ini mereka seringkali mengalami Fantasi, Selain itu tidak jarang
dari Mereka yang memilih untuk melakukan aktivitas non fisik untuk melakukan
instalasi atau menyalurkan perasaan cinta dengan teman lawan jenisnya yaitu
dengan bentuk hubungan telepon surat-menyurat atau mempergunakan sarana
komputer.

Remaja menengah pada masa remaja menengah para remaja sudah mengalami
pematangan fisik secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah
sedangkan anak perempuan sudah mengalami haid. Pada masa ini gairah seksual

6
remaja sudah mencapai puncak sehingga mereka mempunyai kecenderungan
mempergunakan kesempatan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik.
Namun demikian perilaku seksual mereka masih secara alamiah. Mereka tidak
jarang melakukan pertemuan untuk bercumbu Bahkan kadang-kadang mereka
mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual. Sebagian besar dari
mereka mempunyai sikap yang tidak mau bertanggung jawab terhadap perilaku
seksual yang mereka lakukan.
 Remaja akhir
Pada masa remaja akhir remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara
penuh sudah seperti orang dewasa mereka telah mempunyai perilaku seksual yang
sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran.

3) Pola Perilaku Seksual Remaja

Identitas diri dan perasaan ketidaktergantungan pada orang tua sudah mulai menonjol
pada remaja dan mereka lebih suka mengadakan pergaulan dengan kelompok sebagian dan
ikatan didalam kelompok sebaya amat kuat.

Aspek sosial pada remaja mempunyai kekhususan antara lain pengalaman berfantasi dan
mimpi basah remaja laki-laki sekitar 93% dan 89% remaja perempuan melakukan fantasi pada
saat masturbasi. Fantasi ini tidak hanya dialami oleh para remaja tetapi ternyata masih sering
dialami sampai pada saat dewasa. Remaja menginginkan kebebasan yang lebih banyak dan
kadang-kadang ingin lebih leluasa melakukan aktivitas seksual walaupun tidak jarang
menimbulkan konflik dalam dirinya sehingga sebagian perasaan berdosa dan cemas.

Mastrubasi

Masturbasi merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh para remaja dari
laporan penelitian Yang dilaporkan oleh SIECUS (sex information and education council of the
united states) menunjukkan bahwa remaja laki-laki pada umur 16 tahun yang melakukan
masturbasi ada 88% dan remaja perempuan 62%. frekuensinya makin meningkat sampai pada
masa sesudah pubertas. Mereka mempunyai daya tarik seksual terhadap lawan jenis yang sebaya
masturbasi ini dilakukan sendiri sendiri dan juga dilakukan secara mutual dengan teman sebaya

7
sejenis kelamin, tetapi sebagian dari mereka juga melakukan masturbasi secara manual dengan
pacarnya

4) Percumbuan seks oral dan seks anal

Pola perilaku seksual ini tidak saja dilakukan oleh pasangan suami-istri tetapi juga telah
dilakukan oleh sebagian dari remaja. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1995 terhadap remaja
yang berumur antara 15 - 19 tahun di Amerika Serikat menunjukkan hasil sebagai berikut:

 55% remaja telah melakukan hubungan seksual


 53% remaja telah mengalami masturbasi yang dilakukan oleh perempuan baik
remaja maupun perempuan dewasa
 49% remaja mengalami seks oral
 39% remaja melakukan seks oral
 11% sering mengalami seks anal

Hubungan seksual di kalangan remaja makin lama makin meningkat sesuai dengan
peningkatan umur yaitu 16% pada berumur antara 7 tahun sampai 8 tahun dan 60% pada umur
11 tahun sampai 12 tahun.

Hubungan Seksual

Bungan Seksi yang pertama dialami oleh remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor
yaitu:

 waktu atau saat mengalami pubertas saat itu mereka tidak pernah memahami
tentang apa yang akan dialaminya.
 kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar.
 frekuensi pertemuan dengan pacarnya mereka mempunyai kesempatan untuk
melakukan pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga
hubungan akan makin mendalam.
 kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk
memasuki masa remaja dengan baik.
 kurangnya kontrol dari orang tua orang tua terlalu sibuk sehingga perhatian
terhadap anak kurang baik.

8
 status ekonomi mereka yang hidup dengan fasilitas berkecukupan akan mudah
melakukan pesiar ke tempat-tempat rawan yang memungkinkan adanya
kesempatan melakukan hubungan seksual sebaliknya kelompok yang ekonomi
lemah tetapi banyak kebutuhan tuntutan mereka mencari kesempatan untuk
memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu.
 Korban pelecehan seksual yang berhubungan dengan fasilitas antara lain sering
mempergunakan kesempatan yang rawan misalnya pergi ke tempat-tempat sepi.
 Tekanan dari teman sebaya, kelompok sebaya kadang-kadang saling ingin
menunjukkan penampilan diri yang salah satu untuk menunjukkan kematangan
nya misal Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka sudah mampu membujuk
seorang perempuan untuk melayani kepuasan seksualnya.
 Penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol peningkatan penggunaan obat
terlarang dan alkohol makin lama makin meningkat.
 Mereka kehilangan kontrol sebab tidak tahu akan batasan-batasannya mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh.

B. Kehamilan Remaja

Pada tahun 1997 angka kehamilan remaja di Amerika Serikat (AS) sebanyak 840.000 dan
79 % adalah kehamilan yang tidak disengaja. Sebesar 10% setiap tahunnya remaja usia 15-19
tahun menjadi hamil, 19% dari remaja yang pernah berhubungan menjadi hamil dan 13 % dari
seluruh kelahiran di AS adalah kelahiran dari perempuan usia remaja, 31% diantaranya adalah
kelahiran tanpa perkawinan.

Penelitian Puslit Ekologi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Depkes R.I tahun 1990
terhadap siswa-siswa di Jakarta dan Yogyakarta menyebutkan bahwa faktor utama yang
mempengaruhi remaja untuk melakukan senggama adalah : membaca buku porno dan menonton
film biru /blue film (54,39% di Jakarta, 49,2 % di Yogyakarta ). Motivasi utama melakukan
senggama adalah suka sama suka ( 76% di Jakarta ; 75,6 % di Yogyakarta ), kebutuhan biologik
14-18% dan merasa kurang taat pada nilai agama 20-26%. Pusat studi kriminologi Universitas
Islam Indonesia di Yogyakarta menemukan 26,35% dari 846 peristiwa pernikahan telah
melakukan hubungan seksual sebelum menikah dimana 50% diantaranya menyebabkan
kehamilan. Dari berbagai penelitian menunjukkan perilaku seksual pada remaja ini mempunyai

9
korelasi dengan sikap remaja terhadap seksualitas. Penelitian Sahabat Remaja tentang perilaku
seksual di empat kota menunjukkan :3,6% remaja di kota Medan: 8,5° remaja di kota
Yogyakarta: 3,4% remaja di kota Surabaya: serta 31.1 % remaja di kota Kupang telah terlibat
hubungan seks secara aktif.

1) Faktor-faktor yang diduga menjadi sebab terjadinya masalah remaja adalah:


- Adanya perubahan-perubahan biologok dan psikologik yang akan memberikan dorongan-
dorongan tertentu, yang sering kali tidak diketahui.
- Institusi pendidik langsung, yaitu orang tua dan guru sekolah kurang siap untuk
memberikan informasi yang benar dan tepat waktu. Berbagai kendala diantaranya adalah
ketidaktahuan dan anggapan di sebagian besar masyarakat bahwa pendidikan seks adalah
tabu.
- Perbaikan gizi yang menyebabkan umur haid pertama menjadi lebih dini. Di daerah
pedesaan yang masih berpola tradisional kejadian kawin muda masih banyak. Sebaliknya
di daerah kota dimana kesempatan bersekolah dan bekerja menjadi semakin terbuka bagi
perempuan, maka usia kawin cenderung bertambah. Kesenjangan antara umur haid
pertama dan umur perkawinan dalam suasana pergaulan yang lebih bebas seringkali
menimbulkan ekses-ekses dalam masalah seksual.
- Semakin majunya teknologi dan membaiknya sarana komunikasi mengakibatkan
membanjimya arus informasi dari luar yang sulit sekali diseleksi.
- Kemajuan pembangunan, pertumbuhan penduduk dan transisi kearah industrialisasi
memberi dampak pada meningkatnya urbanisasi. berkurangnya sumber daya alam dan
perubahan tata nilai. Ketimpangan sosial dan induvidualisme seringkali memicu
timbulnya konflik perorangan ataupun kelompok.
- Depresi dan frustasi akibat menyempitnya lapangan kerja menyebabkan remaja
mengambil jalan pintas, terjerumus dalam kenakalan, tindak kriminil, narkotik dan
penggunaan obat/bahan berbahaya.
- Salah satu peluang yang dapat berfungsi substitusi untuk menyalurkan gejolak remaja
belum sepenuhnya dimanfaatkan, yaitu upaya yang terarah untuk meningkatkan
kebugaran jasmani.

Gejala yang sering kita lihat dan kemudian menimbulkan masalah adalah:

10
- Hubungan seks pranilah
- Ketidak siapan remaja mengatasi kehamilan yang diakibatkannya, telah memicu masalah
yang luas: tindakan aborsi, tindakan kekejaman dalam perawatan anak. Dampak sosial
lain terhadap bayi yang baru dilahirkan atau masalah adalah adopsi oleh orang tua remaja
dengan konsekuensi sosial dan tambahan beban ekonomis.
- Ketakutan yang tidak wajar.
- Misalnya gadis remaja yang ketakutan selaput daranya robek akibat olahraga, remaja pria
yang merasa berdosa dan depresif karena melakukan masturbasi/onani
- Gangguan kesehatan akibat ketidaktahuan, disertai kurangnya pengendalian diri dan

kurangnya bimbingan.

Tingkat kebugaran yang rendah. Lambatnya perkembangan prestasi olahraga merupakan


salah satu indikasi dari derajat kesegaran jasmani kelompok remaja

Dari gejala yang tampak, masalah remaja dapat dikelompokkan dalam tiga kategori:

1. Masalah reproduksi dan penyakit yang berkaitan dengan reproduksi


2. Masalah psikososial
3. Masalah kebugaran

Kurangnya pengetahuan seks dan kehidupan rumah tangga serta adanya istiadat yang
merasa malu kawin tua (perawan tua) menyebabkan meningkatnya perkawinan dan kehamilan
usia remaja

2) Kehamilan Tak Diharapkan Dan Akibatnya

Salah satu risiko dari seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi kehamilan yang tidak
diharapkan (KTD. Ada dua hal yang bisa dan biasa dilakukan remaja jika mengalami KTD :
1) Mempertahankan Kehamilan atau
2) Mengakhiri kehamilan (aborsi)
a. Bila kehamilan dipertahankan
 Risiko fisik. Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan
seperti perdarahan, bahkan bisa sampai pada kematian.

11
 Risiko psikis atau psikologis. Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu
tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mereka menikah, hal ini juga bisa
mengakibatkan perkawinan bermasalah dan penuh konflik karena sama-sama belum
dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu, pasangan
muda terutama pihak perempuan, akan dibebani oleh berbagai perasaan yang tidak
nyaman seperti dihantui rasa malu yang terus menerus, rendah diri, bersalah atau
berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain. Bila tidak ditangani dengan
baik, maka perasaan-perasaan tersebut bisa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih
parah.
 Risiko sosial. Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah atas kemauan
sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain dikeluarkan
dari sekolah. Hingga saat ini masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yang
hamil. Risiko sosial lain: menjadi obyek pembicaraan, kehilangan masa remaja yang
seharusnya dinikmati, dan terkena cap buruk karena melahirkan anak di luar
kenyataannya di Indonesia, kelahiran anak di luar nikah masih asing menjadi beban
foramustunmaupun anak yan lahir
 Risiko ekonomi. Merawat Kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak
membutuhkan biasa besar.
b. Bila kehamilan diakhiri (aborsi)
 Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi) bila hamil. Aborsi
bisa dilakukan secara aman, bila dilakukan oleh dokter ataupun bidan
berpengalaman. Sebaliknya, aborsi tidak aman bila dilakukan oleh dukun ataupun
cara-cara yang tidak benar/tidak lazim. Aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif
secara fisik, psikis dan sosial terutama bila dilakukan secara tidak aman.
 Risiko fisik. Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi.
Aborsi yang berulang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa
menyebabkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa
berakibat fatal yaitu kematian.
 Risiko psikis. Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut, panik
tertekan atau stres, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan

12
karena rasa bersalah, atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu
pelaku aborsi juga sering kehilangan kepercayaan diri.
 Risiko sosial. Ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar
karena perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami KTD dan
aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih sukar menolak ajakan seksual
pasangannya. Risiko lain adalah pendidikan terputus atau masa depan terganggu.
 Risiko ekonomi. Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya
semakin tinggi.

Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta per tahun, sekitar 750.000
diantaranya dilakukan oleh remaja. Program kesehatan reproduksi yang dikembangkan
pemerintah hanya untuk mereka yang sudah menikah dan tidak merujuk pada kebutuhan yang
terkait dengan informasi seksualitas, edukasi dan penyediaan pelayanan. Diperlukan peraturan
yang lebih fleksibel agar pemerintah, memberikan keleluasaan pada lembaga-lembaga Swadaya
masyarakat untuk menggarap bidang "abu-abu. misalnya aborsi aman dan penyediaan
kontrasepsi bagi remaja dan dewasa muda yang belum menikah.

Batasan pelayanan aborsi yang aman yang diperjuangkan oleh Forum kesehatan
Perempuan dan dilaksanakan dalam penelitian berkelanjutan tersebut adalah:

- Dilakukan di fasilitas kesehatan yang ditunjuk


- Dilakukan oleh dokter ahli kebidanan dan kandungan atau dokter umum yang disertifikasi
- Usia kehamilan dibawah 12 minggu
- Konseling sebelum dan setelah tindakan pada klien
- Standar biaya yang mudah dijangkau oleh masyarakat segala tingkatan.

3) Keluarga Berencana Darurat

Keluarga berencana (KB) darurat adalah kontrasepsi yang dapat diberikan pada hubungan
seks yang tidak terlindungi dalam waktu 72 jam sampai 7 hari pasca senggama sehingga
dapat menghindarkan dari kehamilan.
- Metode hormonal
- Pemberian estrogen dan derivatnya
- Pemberian anti progestin mefipreston

13
- Metode Yuzpe, dengan pil kombinasi estrogen dan progesterone
- Metode Postinor, dengan pemberian levonorgestrel 0,75 mg
- Pemberian danazol, antiestrogen
- Insersi AKDR
- Metode Yuzpe : Dengan Mikroginon 30 segera diberikan 4 tablet kemudian 4 tablet
berikutnya setelah 12 jam pemberian pertama. Dengan Eugynon 50 atau ovral segera
diberikan 2 tablet dan 2 tablet berikutnya setelah 12 jam.

C. Remaja Dan Infeksi Menular Seksual

Secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan yang sehat adalah bilamana anak
tumbuh menjadi seorang remaja yang sehat fisik maupun psikologis serta terhindar dari cacat
sosial seperti kecanduan narkoba tindakan kriminal dan lain-lainnya secara seksual
perkembangan yang dianggap berhasil meliputi Membangun hubungan antara mereka yang
akrab dan Kasih tanpa sampai terjadi kehamilan secara seksual perkembangan yang dianggap
berhasil meliputi Membangun hubungan antar mereka yang akrab dan Kasih tanpa sampai
terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki atau terjadi penyakit menular seksual kenyataan
menunjukkan bahwa di seluruh dunia remaja merupakan kelompok umur yang jumlahnya
terbanyak menderita IMS dibandingkan kelompok umur lain tingginya angka mengidap IMS
ini pada remaja dan generasi muda sungguh memerlukan perhatian kita semua karena bahaya
dan dampaknya luas dalam tulisan ini akan dibahas beberapa hal antara lain mengenai
epidemologi dan besarnya permasalahan yang ada faktor-faktor yang mempengaruhi
meningkatnya risiko remaja tertular IMS upaya-upaya pencegahan dan pengetahuan praktis
tentang beberapa jenis CMS yang sering dijumpai dalam bentuk lampiran.

1) Epidemiologi dan Besarnya Permasalahan

Tidak dipungkiri lagi bahwa IMS merupakan penyakit anak muda karena remaja
atau anak muda adalah kelompok terbanyak yang menderita IMS dibandingkan
kelompok umur yang lain. Disamping itu data menunjukkan bahwa dari semua
penyakit infeksi yang dijumpai pada kelompok umur muda IMS adalah golongan
penyakit yang terbesar jumlahnya dorongan dan aktivitas seksual yang tinggi
dikalangan mereka rupanya menyebabkan sering mereka bertukar pasangan dengan

14
akibat beresiko tertular IMS di Indonesia dilihat dari berbagai laporan menunjukkan
bahwa kelompok umur yang paling banyak menderita IMS adalah kelompok umur
muda di Medan selama 2 tahun untuk penyakit Kondiloma akuminata tercatat 35,4%
adalah penderita kelompok umur 20 sampai 24 tahun 33,3% dari kelompok umur 25
sampai 29 tahun di Semarang selama 4 tahun tercatat 3803 kasus IMS padaku
dibandingkan beberapa negara maju yaitu antara 15 sampai 19 tahun perbedaan ini
belum ada penjelasan yang pasti tetapi kami menduga bahwa terdapat kebebasan seks
besar di sana serta usia Mandiri dan matang secara seksual terjadi pada usia lebih
mudah.
Dampak yang timbul akibat IMS ini khususnya pada remaja tidaklah dapat
diabaikan begitu saja akibat-akibat yang sering terjadi adalah penyulit ataupun
penjalaran penyakit pada organ tubuh lainnya seperti terjadi pada gonore, limfopatia
venaria, ulkus Mole dan Sifilis. Dewasa ini dampak luas yang menyita perhatian kita
adalah akibat infeksi IMS terutama gonore dan infeksi klamidia pada alat-alat
reproduksi perempuan yang berakibat kemandulan penyakit radang panggul dan
kehamilan diluar kandungan masalah-masalah yang terakhir ini merupakan masalah
besar yang memerlukan penanganan khusus dengan biaya mahal dan hasil yang tidak
begitu memuaskan perlu juga dicatat bahwa penyakit gonore dan infeksi klamidia pada
seorang ibu hamil dapat mengakibatkan infeksi pada mata bayi dan dapat menyebabkan
kebutaan.
Herpes genitalis yang terutama disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 2 kini
menyebar secara tidak terkendali karena penyakitnya sering bersifat asimtomatik
sehingga menular secara diam-diam juga merupakan masalah dunia vhs-2 ini dapat
menyebabkan gangguan pada kehamilan dan janin infeksi gardnerella vaginals
trichomonas vaginalis dan beberapa jenis infeksi yang lain pada ibu dan menyebabkan
gangguan pada janin
Satu hal yang cukup menyulitkan ialah bahwa IMS dapat menjadi kofaktor atau
mempermudah penularan HIV atau AIDS dari seseorang ke orang lain. Demikian
dengan demikian infeksi HIV atau AIDS yang mematikan itu mengancam banyak
orang yang mempunyai resiko tinggi terhadap PMS. korelasi ini menjadi upaya

15
penanggulangan IMS sangat penting karena penanggulangan yang berhasil secara
bersamaan dapat menekan penyebaran infeksi HIV atau AIDS

2) Faktor-faktor yang Berpengaruh Meningkatkan Risiko Penularan IMS pada Remaja

Masa remaja merupakan periode waktu yang sangat unik dimana faktor faktor
sosiologis biologis dan psikologis secara bersama-sama meningkatkan risiko penularan
IMS S faktor-faktor yang berpengaruh dapat disebutkan sebagai berikut
a. Faktor biologi
Pertumbuhan dari anak-anak menjadi remaja dan dewasa, membawa
perubahan yang sangat dramatis terhadap histologi serviks dan vagina. bayi baru
lahir, karena pengaruh hormon dari ibu, vaginanya mempunyai lapisan epitel
berlapis pipih seperti pada dewasa. segera setelah bayi lahir lapisan epitel ini
menjadi epitel berlapis silinder titik pada masa remaja oleh pengaruh hormon
estrogen lapisan epitel vagina menjadi berlapis pipih
Perubahan epitel seperti ini penting artinya bagi serviks, karena epitel berlapis
silinder sangat rentan terhadap IMS.walaupun akhirnya lapisan silindris pada
serviks ini akan digantikan seluruhnya, namun pergantian ini berlangsung pelan
sampai menjelang umur dewasa. ada beberapa hal yang sangat khas yaitu
sebagian epitel serviks pada remaja secara histologis masih menunjukkan bentuk
sebagai epitel silindris daerah ini disebut ectopy yang diketahui sangat rentan
terhadap kuman klamidia trachomatis dan neisseria gonorrhoeae. Daerah ectopy
yang kaya pembuluh darah diperkirakan juga akan lebih mudah terinfeksi virus
HIV dan memudahkan penyebarannya penyebarannya flora vagina juga
mengalami perubahan adanya bakteri lactobacillus SP menyebabkan menurunnya
pH yang tinggi pada anak-anak menjadi lebih rendah pada dewasa pH yang
masih harga tinggi pada masa remaja menyebabkan kurangnya kuman penghasil
hidrogen peroksida namun masih belum jelashubungan antara anatomi atau
fisiologi ini dikaitkan dengan mudahnya karena infeksi IMS pada remaja
Produksi mukus atau lendir juga berbeda dari waktu ke waktu titik pada bayi
produksi mukus sangat sedikit lalu bertambah banyak pada remaja dan dewasa.

16
mukus pada remaja lebih encer dibandingkan pada dewasa yang menyebabkan
lebih mudah ditembus kuman dan melekat pada dinding sel.
pada remaja pria pengetahuan tentang perubahan-perubahan ini belum
diketahui dengan jelas.

b. Faktor Psikologis dan Perkembangan Kognitif

Berbagai perkembangan terjadi dari waktu baru meningkat remaja 11 -15 tahun
sampai remaja mendekati dewasa, termasuk perkembangan psikologis dan kognitif.
Pada intinya ialah pada golongan umur yang lebih muda mempunyai kemampuan
berfikir yang lebih sederhana Cenderung lebih konkrit, lebih perhatian pada hal-hal
yang terjadi di sekitarnya dan pada saat sekarang dan tidak mampu berpikir konseptual
misalnya tentang apa yang akan terjadi pada masa mendatang akibat perbuatan hari ini.
Oleh karena untuk beberapa jenis IMS. misalnya HIV, infeksi klamidia mempunyai
dampak dalam waktu lama sesudah infeksi satu dekade atau lebih titik dapat dimaklumi
orang yang lebih muda tidak berpikir melakukan pencegahan atau berhati-hati untuk
menghindari akibat tersebut.
Di lain pihak para orangtua, pendidik, petugas kesehatan pada umumnya tidak
memberikan pendidikan tentang cara menghindari IMS, para anak muda ini umumnya
tidak mempunyai pengetahuan dasar untuk melakukan pilihan-pilihan terbaik mereka.
Perilaku seksual dewasa ini telah terjadi perubahan perubahan sejumlah nilai dari
tradisional bernilai yang oleh sebagian masyarakat disebut modern hubungan antar
bangsa yang menjadi lebih mudah menyebabkan terbawanya budaya dan kebiasaan-
kebiasaan mereka ke dalam masyarakat kita . demikian juga pengaruh dari komunikasi
informasi yang begitu cepat dan tanpa hambatan mempercepat perubahan ini titik
memang tidak semua pengaruh itu membawa akibat buruk atau tidak semua keburukan.
Secara biologis rata-rata waktu menstruasi pertama cenderung terjadi pada usia
lebih mudah titik orang awam menyebut anak-anak menjadi lebih cepat menjadi
matang, kecenderungan lain ialah usia melakukan pernikahan menjadi lebih lambat
atau menikah pada usia lebih tua hal ini menjadi baik pada pria maupun mendapat
ampuan dari orang tua kalau seorang remaja IMS Maka timbul remaja terkadang kita
jumpa bahwa para remaja merasa malu kalau berobat IMS di tempat pengobatan

17
bercampur dengan orang dewasa rasa malu dan enggan ini menyebabkan mereka
mangkir dan tidak memberi set memeriksakan dirinya ke tempat yang seharusnya tidak
jarang mereka lalu berobat ke dukun perawat atau bahkan mereka memilih untuk
melakukan pengobatan diri sendiri yang mungkin menyebabkan penyakitnya tidak
sembuh komplikasi penyakitnya keracunan obat atau menambah resistensi obat obatan
keadaan seperti ini tidak menguntungkan bila kita sadari bahwa
Pencegahan IMS pada remaja meskipun remaja merupakan sasaran primer dalam
program penanggulangan IMS atau AIDS tidaklah ada perbedaan yang prinsipil
pencegahan IMS pada remaja dan pencegahan IMS pada umumnya kegiatan pokok
seperti komunikasi informasi dan edukasi tidak akan tindakan pencegahan pada
kelompok resiko tinggi penemuan kasus secara Dini penatalaksanaan yang tepat uji
saring dan pelacakan kontak dan konseling harus dilaksanakan juga pada remaja
berbagai institusi formal maupun informal yang sering melakukan pertemuan atau
terkait dengan para remaja dapat ikut melaksanakan upaya penanggulangan IMS ini
Program sekolah di sekolah tempat belajar sebagian terbesar Maja merupakan
tempat yang cukup ideal untuk memberikan pendidikan kesehatan khususnya
Kesehatan Reproduksi Remaja Termasuk di dalam materi pelajaran misalnya tentang
iklim secara garis besar pergaulan antar remaja dan perilaku seksual yang sehat umur
yang dianggap cukup untuk hubungan seks kehamilan yang tidak dikehendaki bahaya-
bahaya pengguguran kandungan kita juga dapat memberi penekanan pada adat dan
budaya ketimuran tentang seksualitas ini menyangkut norma perkawinan dan norma
agama.

c. Luar Sekolah

KIE juga sangat mungkin diberikan di luar sekolah pada organisasi luar sekolah
seperti himpunan muda-mudi di Bali ada himpunan seperti itu disebut sekeha Teruna
teruni (STT) organisasi Pramuka yang sudah dikenal sebagai organisasi pembinaan
mental yang sangat baik merupakan arena juga untuk menitipkan pesan-pesan
mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas yang sehat.
Lembaga swadaya masyarakat LSM banyak juga yang dalam programnya
menyentuh kepentingan remaja melalui lsm-lsm ini program pencegahan IMS pada

18
remaja sangat mungkin dapat dilaksanakan. pembinaan luar sekolah yang amat penting
pula ialah di depan keluarga keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat tetapi
paling penting perannya dalam menumbuhkan anak menjadi remaja yang sehat secara
biologis psikologis dan sosial termasuk seksualitas yang tinggi

d. Media Massa

Pada era komunikasi informasi ini media massa tidak dapat ditinggalkan untuk
ikut serta dalam menyampaikan informasi penting kepada masyarakat umumnya dan
remaja khususnya media massa sangat efektif untuk menyampaikan informasi terutama
juga untuk mempromosikan hal-hal yang bersifat spesifik seperti manfaat pemakaian
kondom Bagaimana mestinya pada remaja perilaku seksual yang sehat usia menikah
yang dianggap cukup dan lain sebagainya.

e. Kesehatan Reproduksi

Remaja Departemen Kesehatan Republik Indonesia bersama lembaga swasta


tahun 1996 telah merumuskan tentang empat komponen pelayanan reproduksi esensial
yaitu kesehatan ibu dan anak Keluarga Berencana pencegahan dan pemberantasan IMS
HIV Aids dan Kesehatan Reproduksi Remaja pelayanan yang bersifat khusus ini
dengan sendirinya harus ditangani secara khusus yang juga yaitu dengan peralatan yang
cukup dan tenaga yang Terlatih Untuk masalah masalah tersebut
Tujuan kesehatan reproduksi Reproduksi Remaja antara lain :
 menurunkan resiko kehamilan dan pengukuran yang tidak dikehendaki
 menurunnya penularan PMS atau HIV AIDS 3 memberikan informasi
kontrasepsi untuk pasca keguguran
 konseling untuk mengambil keputusan sendiri tentang kesehatan reproduksi

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada masa remaja ini secara umum dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang dimiliki
remaja adalah sebagai berikut: terjadi pematangan fisik biologis, meningkatnya empati
sesamanya, meningkatnya keinginan untuk bebas dari ketergantungan, suka mengganggu
sesamanya, meningkatnya hubungan dengan teman sebayanya, meningkatnya orientasi
seksual, memasuki masa menahan nafsu birahi, masa mencoba-coba aktivitas seksual,
mempunyai inisiatif untuk melakukan hubungan seksual yang pertama atau Menunda untuk
melakukan hubungan seksual.
Perkembangan dan perjalanan yang sehat menuju usia remaja merupakan salah satu
tantangan cukup sulit yang harus dilalui oleh seorang anak dalam pertumbuhannya untuk
mengetahui bagaimana perjalanan yang telah dilalui seorang anak tidaklah mudah dari sudut
pandang klinis dan kesehatan masyarakat infeksi menular seksual atau IMS merupakan salah
satu cicak yang bisa ditelusuri serta dapat menggambarkan corak perjalanan seksualitas
seorang anak menuju usia remaja mungkin dapat dikatakan bahwa seorang yang dalam
perjalanan menuju remaja pernah menderita IMS mempunyai perilaku seksual dan dan
lingkungan pergaulan yang berbeda dari remaja yang lainnya
IMS pada remaja merupakan masalah Global di Indonesia meskipun kita menghadapi
berbagai masalah yang bersifat multikompleks Masalah ini tidak dapat kita biarkan dan harus
mulai kita tangani sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang ada dampak yang
sangatlah luas di samping akibat langsung dari penyakitnya maka akibat dari penyulit nya

20
akan menyebabkan kesengsaraan yang berat dan lama terutama pada perempuan anak-anak
yang tidak berdosa dan janin yang dikandung para ibu remaja akan ikut menanggung
penderitaan bukan kematian HIV AIDS sangat potensial menyebar di kalangan remaja
mengancam hidup mereka.
Penanggulangan masalah ini memerlukan kerjasama yang baik di antara berbagai institusi
seperti sekolah lembaga-lembaga swadaya masyarakat media massa dengan arahan dan
koordinasi dari pemerintah demikian pula peran keluarga dalam membina anak-anak mereka
sangat besar artinya ide pemerintah untuk melaksanakan pelayanan reproduksi esensial patut
didukung oleh semua pihak sebab dengan pelayanan seperti itu remaja juga akan
memperoleh tempat khusus yang nyaman untuk memeriksakan diri dan berkonsultasi.

B. Saran

Pendidikan seks secara holistik dan terpadu perlu diberikan kepada anak sedini mungkin
dan juga kepada orangtua dan konselor. Perlu adanya perubahan pemahaman masyarakat
terhadap seksualitas yaitu dari pemahaman yang kaku menjadi fleksibel
kepedulian masyarakat terhadap seks yang aman

21
DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai