Anda di halaman 1dari 180

1 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan taufiq, maunah, dan inayah Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang
benar yakni Agama Islam.
Dalam penyusunan buku yang berjudul “Inovasi Metode
Pembelajaran Bahasa Arab TPR (Total Physical Response) Untuk Non
Native Speaker: (Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy)”,
penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada: Bapak Dosen Pengampu Dr. H. Slamet Daroini, M.A,
kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah
yang lebih baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari buku ini bebas dari


kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.

Malang, 22 Juni 2021


2 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Daftar Isi

1. Muqaddimah ................................................................................... 4
2. Kalam .............................................................................................. 16
3. I’rob ................................................................................................. 41
4. Alamat I’rob ................................................................................... 53
5. Alamat Nasb .................................................................................. 55
6. Alamat Khafad .............................................................................. 57
7. Alamat Jazm .................................................................................. 60
8. Isim-isim yang dibaca Rafa’ ........................................................ 62
.9 Naibul Fa’il .................................................................................... 68
10. Mubtada’ dan Khabar............................................................... 74
11. Kana dan Saudaranya............................................................... 79
12. Inna dan Saudaranya ................................................................ 83
13. Dzanna dan Saudaranya .......................................................... 89
14. Na’at ............................................................................................ 92
15. Athaf.......................................................................................... 101
16. Taukid ....................................................................................... 111
17. Badal.......................................................................................... 116
18. Isim-isim Yang Dibaca Nashab & Isim Maf’ul Bihi .......... 121
19. Mashdar .................................................................................... 126
20. Bab Dzorof................................................................................ 129
21. Bab Hal ..................................................................................... 140
3 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

22. Bab Tamyiz ............................................................................... 145


23. Mustatsna ................................................................................. 150
24. Laa Yang Beramal Seperti Amal Inna .................................. 160
25. Nida ........................................................................................... 167
26. Maf’ul Liajlihi .......................................................................... 173
27. Maf’uul Ma’ah ......................................................................... 174
28. Isim Yang Dibaca Jar............................................................... 175
29. Idlafah ....................................................................................... 176
4 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

1. Muqaddimah

َ َْ َ ْ ْ َ‫ْ َْ ُ ه ه َ ه‬
‫َلل َعل َم خ ْي َر خل َق َه َوَل ُّلتقى‬ ‫ّلِل ال َذي ق ْد َوفقا‬
َ َ ‫الحمد‬


َ َ َْ َ ُُ َ
‫ف َم ْن َع َظ َيم شأ َن َه ل ْم ت ْح َو َه‬ ‫َح هتى ن َح ْت قل ُوب ُه ْم َل َن ْح َو َه‬


َْ ْ ْ ََ ‫ه‬ َ ‫َف ُأ ْشرَب ْت َم ْع َنى‬
‫فأ ْع َرَب ْت َفي ال َح َان َباْلل َحا َن‬ ‫ض َم َير الش َان‬ َ
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan
taufiq pada (Nabi Muhammad) makhluk
terbaiknya untuk menghasilkan ilmu syariat dan
melakukan taqwa.
Dengan lantaran taufiq Allah sehingga hati
makhluq pilihan tersebut terpusatkan untuk
menuju kehadiratnya, akan tetapi tidak bisa
menjangkau (untuk ma’rifat kepadanya) karena
derajatnya yang maha agung.
Dengan lantaran taufiq Allah pula), maka hati
mereka tercampur dengan makna dlomir Sya’an
(kalimah ‫( )ال إله هللا‬dan karena cintanya pada Allah,
mereka menjadi tenggelam dalam lautan cinta,
lupa segala sesuatu yang selain Allah) bagaikan
seorang pecandu minuman yang sedang Asyik
meminumnya dengan diiringi irama lagu-lagu.
5 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy


ََ ْ َ ْ َ ‫ََ ه‬ َ َ ُ َ‫ُ ه ه‬
‫ص َح الخَل َئ َق‬ ‫على الن َب َي أف‬ ‫الصَلة َم ْع َسَل ٍم ال َئ َق‬ ‫ثم‬
َ ‫َم ْن َأ ْت َق ُنوا ْال ُق ْر َآن ب ْاْل ْع‬ ✽ َ‫ص‬ َْ َ ْ َ ‫ُ َ ه‬
ْ ‫اْل‬
‫اب‬ ‫ر‬
َ َ َ ‫اب‬َ ‫ح‬ ‫محم ٍد واْل َل و‬

Kemudian sholawat serta salam sejalitera


terlimpalikan pada nabi Muhamad yang
merupakan paling fasilnya Makhluq.
Dan juga terlimpalikan pada para keluarga dan
salabatnya, yaitu orang orang yang mantap dan
kokoh Al-Qur'annya sebab mengerti tentang I'rob
/ Nahwu.

KETERANGAN
Rasulullah adalah satu-satunya makhluk yang
paling fasih, seperti sabda Rosululloh :
‫أنا أفصح من نطق بالضاد‬
“Saya adalah orang yang paling fasih dalam
mengucapkan huruf Dhod”

Devinisi ‫اْلل‬:
َ
‫هم مؤمنو بنى هاشم وبنى املطلب‬
“yaitu orang-orang yang beriman dari keturunan
bani hasyim dan bani Mutholib”. Devinisi ini
6 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

adalah mengikuti qoul Ashoh, sedang mengikuti


qoul muqobilul Ashoh, adalah setiap orang
mukmin.

Devinisi sahabat:
‫من اجتمع بالنبي مؤمنا في حيا ته ولو ساعة واحدة‬
"yaitu orang beriman yang pernah berkumpul
dengan nabi pada masa hidupnya, walau hanya
sesaat".
Definisi diatas mencakup setiap orang meskipun
ia sama sekali tidak meriwayatkan satu hadits pun
dan orang yang buta, seperti sahabat ibnu Ummi
Maktum, dan anak kecil yang pernah dicetak oleh
Rosul, atau kepalanya pernah diusap oleh Rosul.

✽ َ ‫اع َل ْم َأ هن ُه َملها ْاق َت‬


ُ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُّ ُ
َ ‫اْل ْخ َت‬ ْ ‫َو َب ْع ُد َف‬
‫ص ْر‬ ‫جل الورى على الكَل َم‬ ‫ص ْر‬


ْ ُ ْ ََْ َ َ‫ه‬ َ َ ُْ َ َ َ
‫الل َس َان ال َع َرَبي‬
َ ‫َمن الورى َحفظ‬ ‫ان َمطل ًوبا أش هد الطل َب‬ ‫وك‬


َْ ْ َ
‫الد َق َيق َة امل َعا َني‬
‫الس هنة ه‬
َ ُّ ‫و‬
َ ‫ك ْي َي ْف َه ُموا َم َعا َن َي ال ُق ْر َآن‬

Setelah membaca Basmalal, Hamdalah, Sholawat


dan salam, ketahuilah: bahwa kebanyakan
manusia itu menyukai menganggap cukup
7 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

kalimah yang muhtashor (sedikit lafadznya


namun kandungan maknanya luas).
(Sedangkan mereka juga sangat dituntut dan
diperintahkan oleh agama untuk menjaga dan
mempelajari bahasa arab.
Agar mereka bisa memahani makna kandungan
al-Qur'an dan hadist Rosul yang sulit maknanya.


َ َ ََْ َ َ ً َ َ َ ‫َ ه‬
‫َإ َذ الكَل ُم ُدون ُه ل ْن ُي ْف َه َما‬ ‫الن ْح ُو أ ْولى أ هوال أ ْن ُي ْعل َما‬‫و‬

Ilmu nahwu itu lebih herhak pertama kali untuk


dipelajari, karena kalam arab , tanpa Nahwu maka
takkan bisa difahami.
Pengertian Ilmu Nahwu
Nahwu adalah ilmu yang membahas pokok-
pokok (isim, fi’il, huruf, macam-macam i’rob,
awamil, tawabi’ dll.) yang dengan ilmu tersebut
dapat diketahui keadaan-keadaan akhir kalimah
baik secara i’rob maupun mabni. (al-Kawakib ad-
Durriyah). Sebagai gambaran bisa kita lihat pada
contoh di bawah ini:
8 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

‫جاء زيد‬

Zaid telah datang

ً ‫ضربت‬
‫زيدا‬

Aku telah memukul Zaid

‫بزيد‬
ٍ ‫مررت‬
Aku telah melewati Zaid

Kata “zaid” diatas dibaca berbeda-beda di setiap


kalimat, yang pertama zaidun, kedua zaidan, dan
terakhir zaidin. Perbedaan akhir kalimah tersebut
terjadi karena perbedaan posisi kata tersebut.
Inilah yang menjadi salah satu fokus pembahasan
ilmu nahwu.
Urgensi, Tujuan dan Faidah Belajar Ilmu Nahwu
Urgensi, tujuan dan faidah belajar ilmu nahwu
adalah untuk membantu dalam memahami
9 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

makna-makna kalamullah (al-Qur’an) dan


RosulNya (al-Hadits). Imamuna asy-Syafi’i
berkata:
‫من تبحر في علم النحو اهتدى إلى جميع العلوم‬

Artinya: “Barangsiapa yang mendalami ilmu


nahwu maka akan mendapat hidayah kepada
seluruh ilmu.”

Hukum Mempelajari Ilmu Nahwu


Hukum mempelajari ilmu nahwu adalah fardlu
kifayah karena mempelajari ilmu nahwu menjadi
perantara dalam memahami al-Qur’an dan al-
Hadits. Atau bisa dikatakan akan sulit bila
memahami al-Qur’an dan al-Hadits (yang
notabene keduanya berbahasa arab) tanpa
mengetahui ilmu nahwu. Namun bukan hanya
nahwu saja ilmu yang dapat mengantarkan kita
untuk memahami al-Qur’an dan al-Hadits, namun
juga diperlukan ilmu-ilmu lain seperti shorf,
ma’ani, bayan, dan lughoh (bahasa).
10 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy


َ ً َ َ ً َ ‫ُه‬ َ ‫َو َك‬
‫ان َخ ْي ُر ُك ْتب َه ه‬
‫اسة ل َطيفة ش َه َير ْه‬ ‫كر‬ ‫الص َغ َير ْه‬ َ
‫آج ُّر َوم‬ُ ‫َأ هل َف َها ْال َح ْب ُر ْاب ُن‬ ✽ ُّ ‫َفي ُع ْ َرب َها َو ُع ْج َم َها َو‬
‫الر َوم‬

Adapun kitab nahwu kecil yang paling baik,


adalah kitab "matan jurumiyahı" yang hanya satu
kuras ( beberapa lembar kertas saja). Kitab
tersebut sangat popular.
(Populer ) di tanah Arab dan selain Arab termasuk
ketanah Romawi yang dikarang oleh orang yang
sangat pandai yaitu As-Syaikh Slonjadi bin Aj
jurumi.


َ ْ ُ َ َ َْ ْ ‫َ ه‬
‫يف َح ْج َم َها‬ َ ‫مع ما ت َراه َمن ل َط‬ ‫َو ْان َت َف َع ْت أ َجلة َب َعل َم َها‬


ْ َ َْ ً ‫َن َظ ْم ُت َها َن ْظ ًما َب َد‬
‫ص َل َفي ت ْق َر َيب َه َلل ُم ْب َت َدي‬
ْ ‫اْل‬‫َب‬ ‫يعا ُم ْق َت َدي‬

Sekalipun kitab "Matan jurumiyah" itu kecil


bentuknya, tetapi kandungan ilmunya telah
diambil manfaat oleh para Ulama dan dan orang-
orang agung lainnya.
Agar lebih mudah difahami dan dihafalkan, bagi
para mubtadi' (pelajar pemula dalam ilmu
nahwu), maka kitab "matan Jurumiyah" tersebut
11 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

saya susun dalam bentuk nadzom yang sangat


indah dengan pembahasan yang sesuai dengan
urutan yang ada dalam kitab asal.
Menuntut ilmu (tholabul 'ilmi) wajib hukumnya
bagi setiap muslim dan muslimah sejak dari
ayunan hingga liang lahat. Dalam Kitab 'Bidayatul
Hidayah' karya Imam Al-Ghazali dijelaskan ada 3
tipe penuntut ilmu.
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
(SAW) bersabda: "Di malam Aku melakukan Isra',
aku melewati sekelompok kaum yang bibir
mereka digunting dengan gunting api neraka.
Lalu Aku bertanya, 'Siapa kalian?' Mereka
menjawab, 'Kami adalah orang-orang yang
memerintahkan kebaikan tapi tidak
melakukannya, dan mencegah keburukan tapi
kami sendiri mengerjakannya."
Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali mengatakan,
celakalah orang bodoh karena ia tidak belajar.
Tapi celaka seribu kali bagi orang 'alim yang tak
mengamalkan ilmunya.

TINGKATAN THOLIBUL ILMI


12 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

1. Seseorang yang menuntut ilmu untuk dijadikan


bekal akhirat dimana ia hanya ingin mengharap
ridha Allah dan negeri akhirat. Ini termasuk
kelompok yang beruntung.
2. Seseorang yang menuntut ilmu untuk
dimanfaatkan dalam kehidupannya di dunia
sehingga ia bisa memperoleh kemuliaan,
kedudukan, dan harta. Ia tahu dan sadar bahwa
keadaannya lemah dan niatnya hina. Orang ini
termasuk ke dalam kelompok berisiko. Jika
ajalnya tiba sebelum sempat bertobat, yang
dikhawatirkan adalah penghabisan yang buruk
(su'ul-khatimah) dan keadaannya menjadi
berbahaya. Tapi jika ia sempat bertobat sebelum
ajal tiba, lalu berilmu dan beramal serta menutupi
kekurangan yang ada, maka ia termasuk orang
yang beruntung.
3. Seseorang yang menuntut ilmu sebagai sarana
untuk memperbanyak harta, serta untuk
berbangga dengan kedudukannya dan
menyombongkan diri dengan besarnya jumlah
pengikutnya. Ilmunya menjadi tumpuan untuk
meraih sasaran duniawi. Ia terperdaya oleh setan.
Ia mengira bahwa dirinya mempunyai posisi
13 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

khusus di sisi Allah karena ciri-ciri, pakaian, dan


kepandaian berbicaranya layaknya ulama,
padahal ia begitu tamak kepada dunia.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa tipe ketiga
ini termasuk golongan yang binasa, dungu, dan
tertipu. Ia tak bisa diharapkan bertobat karena ia
tetap beranggapan dirinya termasuk orang baik.
Ia lalai dari firman Allah Ta'ala yang artinya,
"Wahai orang-orang yang beriman, mengapa
kalian mengatakan apa-apa yang tak kalian
lakukan?" (QS Ash-Shaff: 2).
Karena itu, jadilah golongan yang pertama.
Waspadalah agar tidak menjadi golongan kedua
karena betapa banyak orang yang menunda-
nunda, ternyata ajalnya tiba sebelum bertaubat.
Apabila ada yang bertanya, 'Apa permulaan dari
hidayah tersebut sehingga aku bisa menguji diriku
dengannya?" Maka ketahuilah bahwa hidayah
bermula dari ketakwaan lahiriah dan berakhir
dengan ketakwaan batiniah. Tak ada balasan
kecuali dengan takwa dan tak ada hidayah kecuali
bagi orang-orang bertakwa. Takwa adalah
ungkapan yang mengandung makna
14 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

melaksanakan perintah Allah dan menjauhi


larangan-larangan-Nya.

Doa Agar Ilmu Bermanfaat:


Rasulullah SAW mengajarkan satu doa untuk
berlindung dari ilmu yang tak bermanfaat. Berikut
doanya:
Allahumma innii a'udzubika min 'ilmi laa yanfa'u
wa qalbin laa yakhsya' wa 'amalin laa yurfa'u wa
du'ain laa yusma'u.
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang
tidak khusyuk, dari amal yang tak diterima, dan
dari doa yang tak didengar”.


ْ َ ُ ْ َ َ
‫َو َز ْدت ُه ف َوا َئ ًدا َب َها ال َغ َنى‬ ‫َوق ْد َحذف ُت َم ْن ُه َما َع ْن ُه َغ َنى‬


َ ْ ْ ‫َ َ َ ْ َ ه‬ َْ َ
‫اب‬
َ ‫فجاء َمثل الشر َح َلل َكت‬ ‫اب‬َ
َ ‫اْل ْب‬
‫و‬ ‫ُم َت َم ًما َلغ َال َب‬

✽ ‫ص َاد َق‬ َ ‫ُسئ ْل ُت فيه م ْن‬


َ َ
‫َي ْف َه ُم ق ْو َلي َال ْع َتق ٍاد َوا َث َق‬ َ ‫صديق‬
ٍ َ َ َ َ َ
Dan dalam nadcom ini, saya terkadang
membuang sebagaian masalah yang ada dalam
kitab Jurumiyah yang sekiranya tidak perlu untuk
15 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

disebutkan, dan saya tambahkan beberapa faidah


yang belum disebutkan dalam kitab jurumiyah.
Sebagai pelengkap dan penyempurna bab, maka
dengan demikian nadzom ini seperti Syarah
(komentar) bagi kitab jurumiyyah tersebut.
Sahabat karib saya, yang memahami ucapan saya,
karena memiliki keyakinan yang kuat (bahwa
saya mampu dalam hal ini).

✽ ‫اع َت َق َاد َه ُر َف ْع‬


ْ َ َ ُ ْ ‫إذ ْال َف َتى َح ْس َب‬
‫َوك ُّل َم ْن ل ْم َي ْع َت َق ْد ل ْم َين َت َف ْع‬ ََ


ََ ُ ُ ً َ ُ َ َ َ َ َ ‫َ َ ْ َ ُ َْه‬
‫ورنا‬ ‫اعفا أج‬ َ ‫الريا مض‬ َ ‫َمن‬ ‫ان أ ْن ُي َج َيرنا‬ ‫فنسأل املن‬


َ ْ َ َ ُ َ
‫اع َت َنى َب َح ْف َظ َه َوف ْه َم َه‬ْ ‫َمن‬
َ ‫َوأ ْن َيكون نا َف ًعا َب َعل َم َه‬

Karena seorang pemuda tergantung pada


komitmenya yang yang tinggi dan barang siapa
yang tidak memiliki komitmen kuat maka ia tidak
akan bisa mengambil manfaat dan tidak diangkat
derajatnya oleh alloh).
Maka aku memohon kepada Alloh yang banyak
memberi anugerah agar menjaga dan
menyelamatkanku dari riya' (beramal bukan
16 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

karena Alloh) serta melipat gandakan pahala


padaku (didalam mengarang nadhom ini).
Dan semoga Alloh berkenan memberi manfaat
pada ilmu yang ada dalam nadcom ini pada orang
yang bersungguh-sungguh dalam menghafal dan
memahami nadzom ini).

2. Kalam

ُْ ُ ُْ ُ ْ ‫َ ْ ْ َ ُ ه‬ َ ََ
‫يد امل ْف َر ُد‬‫وال َكلمة اللفظ امل َف‬ ‫كَل ُم ُه ْم ل ْفظ ُم َفيد ُم ْس َن ُد‬

Kalam menurut ahli nahwu dengan


memandang susunannya adalah sebuah lafadz
yang berfaidah dan tersusun (dari musnad/
sebuah hukum yang disandarkan pada lafadz,
musnad ilaih / lafadz yang disandari oleh sebuah
hukum). Sedangkan Kalimah yaitu lafads yang
berfaidah (mempuyai arti) dan tidak tersusun.


َْ ََ َ ُ
‫َو َه َذ َه ثَل ُث َها َه َي الك َل ْم‬ ‫َال ْس ٍم َو َف ْع ٍل ث هم َح ْر ٍف ت ْن َق َس ْم‬

Kalimah dibagi tiga, yaitu (1) kalimah isim,


(2) kalimah fi’il, (3) kalimah huruf. Adapun kalim
17 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

adalah susunan yang terdiri dari tiga buah


kalimat.

PENGERTIAN KALAM
Secara bahasa (etimologi) kalam berarti
ucapan/perkataan walaupun tidak memberikan
faedah kepada pendengarnya, kumpulan dari
lafadz-lafadz yang diucapkan oleh manusia.
Pengertian kalam secara istilah (terminologi)
cukup banyak yang dikemukakan oleh para
ulama'. Dari banyaknya definisi tersebut di sini
penulis hanya memaparkan dua pandangan, yaitu
menurut ulama ahli fikih dan ulama ahli nahwu.
Para ulama ahli fikih mendefinisikan kalam
sebagai sesuatu yang dapat membatalkan sholat.
Seperti yang telah banyak kita temui di dalam
kitab-kitab fikih, di antara perkara yang dapat
membatalkan sholat yaitu mengucapkan dua
huruf berturut-turut meskipun tidak
ْ ُ
memahamkan, Contohnya seperti lafadz ‫ َمن‬،‫ق ْم‬.
Sedangkan pengertian kalam menurut para ulama
ahli nahwu adalah lafadz yang tersusun, yang bisa
memberikan kepahaman bagi yang
mendengarkan, dan dengan bahasa Arab.
18 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

‫الكَلم هو اللفظ املركب املفيد بالوضع‬

"Kalam (dalam ilmu nahwu) adalah lafadz yang


tersusun, dapat memberikan kepadaham, dan
dilafadzkan dengan bahasa Arab".

SYARAT KALAM DALAM ILMU NAHWU


Adapun syarat kalam dalam ilmu nahwu ada 4
macam, yaitu : Berupa lafadz, Murakkab
(tersusun), Mufid (memahamkan), Berbahasa
Arab.

1. Lafadz (‫)اللفظ‬
Kalam haruslah berupa lafadz. Dan yang
dimaksud lafadz dalam ilmu nahwu adalah suara
yang mengandung sebagian huruf hijaiyah.

‫اللفظ هو الصوت املشتمل على بعض الحروف الحجائية‬

"Lafadz adalah suara yang mengandung atas


sebagian huruf hijaiyah". Contoh lafadz seperti
halnya ucapan ‫ َزْيد‬yang mengandung sebagian
19 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

huruf hijaiyah berupa ‫د‬،‫ي‬،‫ز‬. Apabila tidak


mengandung sebagian huruf hijaiyah maka tidak
bisa disebut sebagai lafadz, jika tidak berupa
lafadz maka tidak termasuk kalam dalam ilmu
nahwu. Contohnya adalah isyarat kedipan mata,
meskipun itu memahamkan.

2. Tersusun (‫)املركب‬
Sesuatu bisa dikatakan sebagai kalam apabila ia
tersusun. Artinya, terdiri dari dua kata atau lebih
sehingga menjadi susunan yang saling bersandar
dan memberikan faedah.
َ
Contohnya adalah susunan ‫( ق َام َزْيد‬Zaid berdiri),
yang terdiri dari susunan fi'il dan fa'il dhohir
(tampak). ‫ص ْر‬ ُ ‫( ُأ ْن‬menolonglah), dalam ilmu nahwu
ucapan ‫ص ْر‬ ُ ‫ ُأ ْن‬dikatakan sebagai Kalam karena
sudah tersusun dari dua kata namun taqdir
(tersirat). Karena dibalik perkataan ‫ص ْر‬ ُ ‫ ُأ ْن‬terdapat
dhomir yang tersembunyi. Apabila ditaqdirkan
َْ
berupa ‫( أن َت‬kamu).

3. Berfaedah/Memahamkan (‫)املفيد‬
20 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Kalam haruslah memiliki unsur al-mufid, artinya


dapat memberikan faedah kepada yang
mendengarkan sehingga diam (tidak bertanya lagi
dengan apa yang ia katakan karena sudah paham).
َ
Contohnya seperti ungkapan ‫( َزْيد قا َئم‬Zaid orang
yang berdiri).
Berbeda lagi dengan ucapan yang tersusun tetapi
َ
tidak memberikan faedah. Seperti ucapan ‫َإ ْن ق َام َزْيد‬
(jika Zaid berdiri...). Ungkapan tersebut belum
bisa disebut sebagai kalam dalam ilmu nahwu,
walaupun telah tersusun (‫ )املركب‬atas susunan fi'il
َ
dan fa'il. Karena ucapan ‫ َإ ْن ق َام َزْيد‬adalah kalimat
syarat yang diawali huruf syarat ‫( إن‬jika) dan tidak
mengandung jawab, membuat orang yang
mendengar akan bertanya lagi.

4. Bahasa Arab (‫)بالوضع‬


Kalam dalam ilmu nahwu haruslah diucapkan
dengan bahasa Arab, maka perkataan yang tidak
menggunakan bahasa Arab menurut ulama ahli
nahwu tidak bisa dikatakan sebagai Kalam.
Menurut sebagian pendapat, kata ‫ بالوضع‬ditafsirkan
21 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

dengan "sadar". Artinya, pembicara (‫ )متكلم‬harus


sengaja dan sadar dalam perkataannya dengan
maksud yang jelas. Maka dari itu, perkataan orang
yang mabuk, orang gila, orang tidur tidak masuk
dalam kategori kalam.
Berangkat dari penjelasan di atas, bisa kita
simpulkan bahwa sesuatu bisa dikategorikan
sebagai kalam dalam ilmu nahwu haruslah
memenuhi 4 syarat, yaitu lafadz (‫)اللفظ‬, tersusun
(‫)املركب‬, memberikan faedah (‫)املفيد‬, dan diucapkan
dengan sadar/bahasa Arab (‫)الوضع‬. Jika tidak
memenuhi empat syarat kalam tersebut atau
kurang salah satunya saja, maka tidak bisa disebut
sebagai kalam.
Selain itu, dalam ilmu nahwu juga ada istilah
kalim, dan kalimah. Antara kalam, kalim, dan
kalimah mempunyai pengertian tersendiri, ketiga
istilah tersebut tidaklah sama.
22 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

PEMBAGIAN LAFADZ
Secara umum, lafaz terbagi dua: ada mufrad
(tunggal), ada murakkab (tersusun). Penting
diketahui sejak awal bahwa pemaknaan dua jenis
lafaz tersebut dalam ilmu mantik, berbeda
pengertiannya dengan yang diperkenalkan dalam
ilmu gramatika bahasa Arab (nahwu).
Sebagai contoh, misalnya, lafaz al-Muslimun
(orang-orang Muslim). Kata tersebut, dalam ilmu
nahwu, disebut sebagai jama’ mudzakkar salim.
Tapi, dalam ilmu mantik, ia disebut mufrad.
Contoh lain, kata Abdullah. Dalam ilmu nahwu
dia bisa disebut sebagai kalimat yang murakkab,
karena ia terangkai dari dua kata, yaitu kata
abdun, dan kata Allah. Tapi, dalam ilmu mantik,
lafaz tersebut termasuk mufrad.

MUFRAD DAN MACAM-MACAMNYA


Definisinya: ma la yadullu juzuhu ‘ala juz’i
ma’nahu dalalah maqshudah (lafaz yang
bagiannya tidak menunjukan sebagian makna dan
petunjuk yang dimaksudnya).
23 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Lebih jelasnya, lafaz mufrad ialah lafaz yang


bagian-bagian pembentuknya—baik itu huruf
maupun kata—tidak menunjukan sebagian
makna dan petunjuk yang dimaksudnya.
Sekarang kita ambil contoh yang sederhana. Kata
qalam (pulpen). Kata tersebut terangkai dari huruf
qaf, lam dan mim. Ketika disebut kata qalam, apa
makna yang dimaksud dari kata tersebut?
Jawabannya jelas bahwa yang dimaksud dengan
kata qalam itu ialah alat tulis yang biasa kita pakai.
Tapi, apakah bagian-bagian yang merangkai kata
qalam, yakni huruf qaf, lam dan mim itu
menunjukan sebagian makna yang kita maksud
dari kata tersebut? Tentu saja tidak. Masing-
masing dari huruf tersebut bahkan tidak memiliki
makna apa-apa.
Sampai di sini, baik ilmu nahwu maupun ilmu
mantik pasti akan mengatakan bahwa lafaz qalam
tersebut termasuk lafaz mufrad. Tapi kita akan
lihat contoh lain yang dalam ilmu nahwu disebut
murakkab, tapi dalam ilmu mantik disebut
mufrad.
Lafaz Abdul Majid. Ia terangkai dari dua kata,
yaitu Abdun dan Majid. Abdun artinya hamba,
24 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

majid artinya MahaMulia. Karena itu, dalam ilmu


nahwu dia disebut murakkab.
Tapi dalam ilmu mantik dia disebut mufrad.
Mengapa? Karena sebagian kata yang merangkai
lafaz tersebut tidak menunjukan sebagian makna
dan petunjuk yang dimaksud. Yang dimaksud
oleh lafaz tersebut adalah orang yang bernama
Abdul Majid, bukan hamba Tuhan yang Mulia,
seperti yang ditunjukan oleh masing-masing kata
pembentuknya.
Begitu juga kata al-Muslimun. Dalam ilmu nahwu
kata tersebut berbentuk jama’ (plural). Tapi,
dalam ilmu mantik dia disebut mufrad. Mengapa?
Perhatikan definisi di atas. Suatu lafaz dikatakan
mufrad ketika bagian-bagian yang merangkai
lafaz tersebut tidak menunjukan sebagai makna
dan petunjuk yang dimaksudnya.
Apakah masing-masing huruf dari kata al-
Muslimun itu menjelaskan sebagian makna yang
dimaksud dari kata tersebut? Tentu saja tidak.
Karena itu, dia disebut mufrad, sekalipun dalam
ilmu nahwu disebut jama'. Pertanyaannya:
Mengapa kedua ilmu tersebut bisa memiliki
pemaknaan istilah yang berbeda? Jawabannya:
25 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Karena ilmu gramatika memiliki fokus perhatian


yang berbeda dengan ilmu logika. Yang satu
membahas tentang struktur lafaz, yang satu lagi
fokus perhatiannya tertuju pada makna yang
dikandung oleh lafaz.
Ilmu mantik tidak berurusan dengan yang
namanya marfu, manshub, majrur dan istilah-
istilah sejenisnya. Selama makna yang diperoleh
adalah makna tunggal, sekalipun lafaznya
berbentu jamak secara gramatikal, maka ia tetap
mufrad.
Selanjutnya, lafaz mufrad ini mencakup empat
macam:

[1]: Lafaz mufrad yang tidak punya bagian:


Contoh: huruf-huruf. Alif, ba, ta, tsa, dll.
[2]: Lafaz mufrad yang memiliki bagian, tapi
bagian tersebut tidak menunjukan makna.
Contoh: Kata Zaid, Alya, Rani, Umar dll.
[3]: Lafaz mufrad yang memiliki bagian, dan
bagian tersebut menunjukan makna, tapi makna
yang ditunjuk bukan sebagian makna yang
dimaksud dari lafaz tersebut. Contoh. Abdullah
(nama orang). Atau Abdul Majid, seperti yang
26 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

penulis contohkan di atas. Lafaz tersebut


terangkai dari kata abdun, yang berarti hamba,
dan Allah, yang berarti Tuhan. Abdullah berarti
hamba Tuhan. Masing-masing memiliki makna.
Tapi, yang kita maksud dari kata Abdullah bukan
hamba Tuhan, melainkan nama orang.
[4]: Lafaz mufrad yang memiliki bagian, dan
bagian tersebut menunjukan sebagian dari makna
yang dimaksud, tapi dalalah atau petunjuknya
bukan petunjuk yang dimaksud. Contoh: ada
orang namanya hayawan nathiq. Nama tersebut
terangkai dari kata hayawan, dan nathiq.

Dua-duanya menunjukan sebagian makna yang


dimaksud, yakni seorang manusia bernama
hayawan nathiq. Tapi, sekalipun makna tersebut
menunjukan sebagian makna yang dimaksud,
dalalah-nya bukan dalalah yang kita maksud.
Karena yang kita maksud bukan “hewan
berpikir”, tapi nama orang yang “kebetulan”
bernama Hayawan Nathiq.

PEMBAGIAN LAFAZ MUFRAD


27 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Berdasarkan apa yang ditunjuknya, lafaz mufrad


dibagi kedalam tiga macam: Satu, kalimat. Dua,
ism. Tiga, adat. Apa yang membedakan antara
ketiganya? Penjelasannya sebagai berikut:

[1]: Kalimat
Definisinya: “al-Lafzhu al-Ladzi yadullu bi
maddatihi ‘ala ma’na, wa yadullu bihaiatihi ‘ala
zaman.” (lafaz yang dengan bagian
pembentuknya menunjukan suatu makna, dan
dengan bentuknya menunjukan keterangan
waktu).
Kalimat dalam ilmu mantik ialah padanan fi’il
(kata kerja) dalam ilmu nahwu. Contoh: Kataba
(menulis). Dengan huruf kaf, ta, dan ba, kata
tersebut menunjukan suatu makna, yakni menulis,
dan dengan bentuknya (shighah) ia menunjukan
keterangan waktu, yakni masa lampau.

[2]: Ism
Definisinya: “ma yadullu bimaddatihi ‘ala ma’na,
wa laisat lahu haiatun tadullu ‘ala zaman.” (lafaz
yang dengan bagian pembentuknya menunjukan
28 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

suatu makna, tapi dia tidak menunjukan


keterangan waktu.”
Contohnya seperti ism dalam ilmu nahwu: Zaid,
Ali, Udin, Vero, Nurma, pohon, jalan, buku dan
lain-lain.

[3]: Adat
Definisinya: “al-Lafzhu al-Ladzi la yadullu ‘ala
ma’na mustaqillin binafsihi” (lafaz yang tidak
menunjukan makna dengan dirinya sendiri).
Adat dalam ilmu mantik ialah padanan huruf
dalam ilmu nahwu. Contohnya seperti huruf alif,
ba, ta, dan huruf-huruf lainnya. Huruf-huruf
tersebut tidak akan menunjukan makna kecuali
jika dirangkaikan dengan kalimat lain.
Ketika ada orang yang melafalkan huruf ba, kita
tidak bisa menangkap makna apa-apa. Tapi ketika
huruf tersebut dirangkaikan dengan kata al-Hubb
(cinta), misalnya, sehingga menjadi bilhubb
(dengan cinta), tentu kita akan menangkap sebuah
makna.

PEMBAGIAN LAFAZ MURAKKAB


29 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Lafaz murakkab dibagi dua: Ada murakkab tam


(kalimat tersusun yang menunjukan makna
sempurna, ada murakkab naqish (kalimat
tersusun yang menunjukan makna kurang
sempurna).

[1] Murakkab Tam


Definisinya: “al-Lafzhu al-Ladzi yufidu al-Sami
jumlatan mufidatan yahsunu al-Sukut ‘alaiha”
(lafaz yang bisa memberikan makna yang jelas
dan sempurna kepada pendengar sehingga ia
tidak perlu lagi bertanya).
Contoh: Sabar itu indah. Hujan mengalir deras.
Ditikung itu pahit. Cinta itu buta. Dan lain-lain.
Dalam ilmu nahwu biasanya disebut dengan
jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah.

[2] Murakkab Naqish


Definisinya: “al-Lafzhu al-Ladzi la yufidu al-Sami’
jumlatan mufidatan tammatan yahsunu al-Sukut
alaiha” (lafaz yang tidak memberikan makna yang
jelas bagi pendengar sehingga ia masih perlu
bertanya)
30 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Contoh: Mahasiswa yang rajin itu. Barang yang


murah itu. Kalau aku mencintaimu. Apabila kamu
datang. Dan contoh-contohnya sejenisnya.
Ketika Anda mendengar kalimat-kalimat di atas,
pasti Anda belum menangkap makna yang jelas,
sekalipun ia tersusun. Karena ia belum jelas, maka
ia dinamai naqish (kurang).
Masing-masing dari murakkab tam dan naqish ini
dibagi lagi menjadi dua. Pembagiannya sebagai
berikut:

PEMBAGIAN MURAKKAB TAM

[1] Murakkab Tam Khabariy


Definisnya: “ma yahtamil al-Shidq wa al-Kadzib”
(suatu lafaz yang membuka kemungkinan jujur
dan bohong)
Contoh: Laptop ini murah. Baju ini Mahal. Jokowi
itu ganteng. Awkarin itu salehah. Dan lain-lain.

[2]: Murakkab Tam Insyai


Definisinya: “ma la yahtamil al-Shidq wa al-
Kadzib” (suatu lafaz yang tak membuka
kemungkinan jujur dan bohong)
31 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Contoh: Andaikan aku menjadi kekasihmu. Aku


tidak bisa hidup tanpamu. Jangan lakukan itu.
Cintailah aku dengan setulus hatimu. Dan contoh-
contoh lainnya.

PEMBAGIAN MURAKKAB NAQISH

[1] Taqyidiy
Definisnya: “ma kanat al-Kalimat al-Tsaniyah fihi
qaidan li al-Kalimat al-Ula” (suatu rangkaian
kalimat yang kata keduanya mengikat kata yang
pertama)
Contoh: Pilot Pesawat. Rumah Hantu. Tumbuhan
yang hijau itu. Cowok ganteng itu. Dan lain-lain.

[2] Ghair Taqyidi


Definisinya: “ma taallafa min ism wa adat”
(kalimat yang terangkai dari ism dan huruf)”.
Contoh: Keluar dari. Masuk ke. Pergi menuju.
Datang dari. Dan lain-lain. Mengapa semua ini
dikatakan naqish? Karena rangkaian kalimat
tersebut tidak memberikan makna yang jelas dan
sempurna. Beda halnya dengan murakkab tam
yang bisa memberikan kejelasan makna.
32 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Selain pembagian di atas, ada juga pembagian lain


dari lafaz mufrad yang ditilik berdasarkan
mafhumnya, atau hubungannya dengan lafaz
mufrad yang lain. Uraian mengenai hal tersebut
Insya Allah akan diulas pada tulisan mendatang.

PENGERTIAN KALIM
Kalim juga sama dengan kalam Perbedaannya
adalah Kalam harus berfaidah sedangkan Kalim
tidak. perhaikan definisi dibawah ini:
‫ سواء أفاد أو لم يفد‬،‫ما تركب من ثَلث كلمات فأكثر‬
"Kalim adalah kumpulan tiga kata atau lebih, baik
berfaidah atau tidak'' contoh berfaidah:
- ‫( جاء اْلستاذ‬Ustadz sudah datang)
- ‫( كتب أحمد الرسالة‬Ahmad menulis surat)

contoh yang tidak berfaedah:


- ‫( َإ ْن جاء اْلستاذ‬jika ustadz datang)
- ‫( كتب أحمد‬Ahmad Menulis)

PENGERTIAN KALIMAH
33 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Kalimah dalam bahasa indonesia disebut kata


(seperti kata kerja, kata benda, kata sifat dll),
sedangkan menurut istilah nahwu adalah:
‫هي اللفظ املوضوع ملعنى مفرد‬
"lafadz yang mempunyai satu makna tunggal".
Jadi Kalimah adalah bentuk mufrad dari kalim,
baik itu isim, fi’il, maupun huruf. (definisinya
akan dibahas pada bab pembagian kalam)
34 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy


َ َ َ َْ ََ َ َ ْ
‫ك ُق ْم َوق ْد َو َإ هن َزْي ًدا ْارت َقى‬ ‫َوال َق ْو ُل ل ْفظ ق ْد أف َاد ُمطل َقا‬

Qoul yaitu lafadz yang berfaidah


(mengandung makna) secara mutlaq (baik
tersusun maupun tidak, memberikan pengertian
dengan sempurna atau belum).


ْ َ َ ْ ‫َو َح ْرف َخ‬ ْ ْ
ْ ‫وال َخ‬ ‫َفاال ْس ُم ب ه‬
ْ ‫الت‬
‫ض َو َبَل ٍم َوأ َلف‬
ٍ ‫ف‬ َ ‫ض ُع َرف‬
َ ‫ف‬ ‫ين‬ ‫و‬ ‫ن‬
َ َ َ َ
Kalimah isim ditandai (salah satu dari empat
perkara) yaitu Tanwin, I’rob Jar, masuknya huruf
jar, masuknya ‫أل‬.

✽ ‫الس َين‬
‫ه‬ َْ َ َ ‫َو ْالف ْع ُل َم ْع ُروف ب َق ْد‬
‫يث َم َع الت ْس َك َين‬ ٍ ‫َوت َاء تأ َن‬ َ ‫و‬ َ َ


ْ َ ْ ْ َ َْ ْ َ َ
ُّ ‫َو‬
‫النو َن َوال َيا َفي اف َعل هن َواف َع َلي‬ ‫َوتا ف َعل َت ُمطل ًقا ك َج ْئ َت َلي‬

Kalimah fiil itu memiliki enam tanda, yaitu


bisa kemasukan huruf ‫قد‬, bisa kemasukan huruf
sin, bisa kemasukan ta' ta'nist as- sakinah (ta' mati
yang menunjukkan muannastnya fail).
35 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Bisa kemasukan ta' fail secara mutlaq, bisa


kemasukan nun taukid (khofifah/tsaqilah), bisa
kemasukan ya' muannasah mukhotobah.
36 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Adapun tanda-tanda dari kalimat fi’il sebagai


berikut ini:

1. Ta’ Fa’il
Kalimat fi’il bisa ditandai dengan masuknya ta’
fa’il secara mutlak. Jika di baca dlomah
menunjukan arti mutakalim (orang pertama).
ْ َ
Seperti: ‫( ف َعل ُت‬saya telah bekerja)
Jika di baca fathah menunjukan arti mukhottob
ْ َ
(orang kedua laki-laki). Seperti: ‫( ف َعل َت‬kamu telah
bekerja)
Jika di baca kasroh menunjukan arti mukhotobah
(orang kedua perempuan).
ْ َ
Seperti: ‫ ف َعل َت‬kamu (perempuan) telah bekerja.

2. Ta’ Ta’nits Sakinah


Kalimat fi’il bisa kemasukan ta’ ta’nits yang mati
َ َٔ
(as-sakinah). Contoh: ‫ ات ْت‬،‫ َن ْع َم ْت‬،‫ْٔبى َس ْت‬
Sedang ta’ ta’nits yang berharokat bukan
termasuk tanda kalimat fiil, karena bisa masuk
pada kalimat isim dan huruf Contoh yang isim:
َ ُ
‫ ُم ْس َل َمة‬dan yang huruf: ‫ ال َت‬،‫ ُرهب َت‬،‫ث هم َت‬
37 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Membaca sukun pada ta’ ta’nits yang ada lafadz ‫ُر هب‬
ُ
diucapkan ‫ ث هم ْت‬،‫ُرهب ْت‬
“Penyukunan yang ada pada ta’ ta’nits bersifat
asal, dengan tujuan untuk menyeimbangkan
ringannya sukun dengan beratnya kalimat fi’il,
karena kalimat fi’il menunjukkan dua makna,
yaitu hadast/pekerjaaan dan zaman. Ta’ ta’nits
terkadang diharokati dikarenakan ada alasan
yang bersifat baru (tidak asal).” Contoh:

(a) Dikasroh
َٔ ُ َ ْ َٔ َ َ
‫اب ا َم هنا‬ ‫قال َت االعر‬
(Diharokati kasroh untuk menolak bertemunya
dua huruf mati).

(b) Difathah
َ ََْ ََ َ
‫اع َى ْي َن‬
َ ‫قالتا اتينا ط‬
(Diharokati fathah untuk munasabah dengan alif
tatsniyah).

(c) Didhommah
38 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

ْ َ َ
‫قال ُت اخ ُر ْج‬
(Diharokaati dhommah karena mengikuti Qiro’ah
yang dibaca dhommah.

3. Ya’ Fail
Bisa kemasukan ya’ fail termasuk tanda kalimat
fi’il, ya’ fail ini bisa bertemu fi’il amar dan fi’il
mudhori’, Contoh:
ْ
(a) Fi’il amar : ‫ اف َع َلي‬bekerjalah kamu (seorang
perempuan)!!
(b) Fi’il mudhori’ : ‫ض َرَب ْي َن‬ْ ‫ َت‬kamu (seorang
perempuan) sedang bekerja.

4. Nun taukid
Bisa kemasukan nun taukid, baik tasqilah atau
khofifah. Termasuk tanda kalimat fi’il. Contoh:
َ ْ َٔ
‫اق َبل هن‬
• Nun taukid tsaqilah (sungguh) menghadaplah.
َ ْ َٔ
Contoh: ‫اق َبل ْن‬
• Nun taukid khofifah (sungguh) menghadaplah.
39 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

TANDA KHUSUS FII’IL MUDHORI’


Di awal telah disebutkan tanda-tanda kalimah fiil
secara global; kemudian Nadzim
memperincinya, bahwa tanda fiil mudhori’ yang
khusus (sehingga berbeda dari fiil madli dan
َ
amar) yaitu bisa kemasukan huruf ‫ل ْم‬

Contoh:
َ َ
‫( ل ْم َيشم‬Dia tidak membau (mencium).
‫ضر ْب‬ َ َْ
َ ‫( لم ي‬Dia tidak memukul).

TANDA KHUSUS FI’IL MADLI


Yaitu bisa kemasukan ta’ secara mutlaq, baik ta’
fiil atau ta’ ta’nis as-sakinah

Contoh:
ْ َ
‫( ت َب َارك َت‬Semoga kamu bertambah kebaikan).
َ َ
‫( ف َعل ْت‬Kamu (perempuan) telah bekerja)

TANDA KHUSUS FI’IL AMAR


Yaitu bisa kemasukan nun taukid beserta
menunjukan arti perintah dengan shigotnya
“tidak melalui lam amar” amar bush shigot.
40 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Contoh :
ْ ‫( ِٕا‬sungguh) memukullah.
‫ض َرَب هن‬
ْ ُ
‫( اخ ُر َج هن‬sungguh) keluarlah

Lafadz yang menunjukan arti perintah, tetapi


dengan perantaraan lam amar, menurut istilah
Nahwu tidak dinamakan fiil amar, tetapi tetap
dinamakan fill mudhori’, walaupun menurut
istilah shorof dinamakan amar ghoib. Seperti:
‫ض َر ْب‬ ْ ‫( ل َي‬Hendaknya dia memukul).
َ
Kalimah yang tidak menunjukan arti perintah,
tetapi bisa kemasukan nun taukid , maka ada
kalanya fiil mudhori atau fiil taajjub. Contoh:
‫ض َرَب هن‬ ْ ‫( َي‬sungguh) Dia sedang memukul
َٔ
‫( ا ْح َس ْن َب َزْي ٍد‬sungguh) mengagumkan kebaikan Zaid.
41 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy


َ ْ َ ‫ه‬ َ َ ُْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ
‫َإال ْان َت َفا ق ُب َول َه ال َعَل َم ْه‬ ‫صل ْح ل ُه َعَل َم ْه‬‫والحرف لم ي‬

Kalimah huruf itu tidak memiliki tanda,


kecuali tidak bisa menerima tandanya kalimah
isim dan fi’il itulah sebagai tandanya.

3. I’rob

ً َ َ َْ َْ
‫ت ْق َد ًيرا ْاو ل ْفظا َل َع َام ٍل ُع َل ْم‬ ‫َإ ْع َر ُاب ُه ْم تغ َي ُير َآخ َر الك َل ْم‬

Devinisi I'rob menurut ulama nahwu adalah


berubahnya keadaan akhir kalimah karena
berbeda-bedanya amil yang masuk, baik
perubahan tersebut dalam lafadznya (ucapan)
atau taqdir (perkiraannya).
I'rob adalah perubahan keadaan akhir kalimah
disesuaikan dengan fungsi amil yang
memasukinya, baik perubahan itu tampak jelas
didalam lafadznya atau diperkirakan saja. Contoh:
lafadz ‫زْيد‬.َ Sebelum kemasukan amil lafadznya
dibaca mauquf (tidak di I'robi juga tidak
42 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

dimabnikan, tidak dibaca rofa' juga tidak selain


rofa') dan ketika kemasukan amil berupa lafadz ‫َج َاء‬
yang menuntut lafadz ‫ َزْيد‬di baca rofa', maka
diucapkan ‫ج َاء َزْيد‬,
َ hal inilah yang dinamakan l'rob.


َ َ ْ ََ َْ َْ َ َْ
‫صب َوكذا َج ْزم َو َج ْر‬‫رفع ون‬ ‫أق َس ُام ُه أ ْرَب َعة فل ُت ْع َت َب ْر‬

I’rob itu dibagi menjadi empat, yaitu rofa’, nashob,


jazm, dan jar.

✽ ‫َوالك ُّل غ ْي َر ال َج ْز َم َفي اْل ْس َما َي َق ْع‬


ُ ‫َو ُك ُّل َها في ْال َف ْعل َو ْال َخ ْف‬ َْ ْ َ ُْ
‫ض ْام َت َن ْع‬ َ َ
Semua I’rob selain jazm itu bisa masuk pada
kalimah isim, dan semua I’rob (selain khofadz) itu
bisa masuk pada fi’il.

✽ ‫َو َسا َئ ُر اْل ْس َم َاء َح ْيث ال ش َب ْه‬


ْ َ َ َ ُ َْ
‫ق هرَب َها َم َن ال ُح ُر ْو َف ُم ْع َرَب ْه‬

Semua kalimah isim, sekira tidak ada


keserupaan yang mendekatkan pada kalimah
huruf itu hukumnya mu’rob.


ََ َ ُ ُ ََ َْ َ
‫ض َار ٍع َم ْن ك َل نو ٍن ق ْد خَل‬
َ ‫ُم‬ ‫َوغ ْي ُر َذي اْل ْس َم َاء َم ْب َن ٌّي خَل‬
43 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Selainnya kalimah isim yang tidak ada


keserupaan dengan huruf (isim yang ada
keserupaan dengan kalimah huruf, kalimah fil) itu
hukumnya mabni, kecuali fiil mudhori' yang tidak
bertemu dengan nun (nun jamak inast dan nun
taukid).

PEMBAGIAN I’ROB
Dari pengertian i’rob di atas, kita bisa membagi
i’rob menjadi dua macam yaitu: I’rob lafdzi dan
i’rob taqdiri

I’RAB LAFDZI
I’rab lafdzi adalah perubahan akhir kata yang
terlihat dengan jelas di lafadznya secara dhahir
(kasat mata). Contohnya, silakan lihat perubahan
harakat akhir dari kata muhammad berikut ini:
َ
‫( ق َام ُم َح همد‬Muhammad telah berdiri).
َ ‫( َن‬aku telah menolong Muhammad).
‫ص ْر ُت ُم َح هم ًدا‬
44 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

‫( َم َر ْر ُت َب ُم َح هم ٍد‬saya berjalan bersama Muhammad).

Secara dzahir, kita bisa melihat perubahan harakat


akhir katanya, dan ini disebut dengan i’rob lafdzi.
Secara lafadz memang kasat mata terlihat
perubahannya.

I’RAB TAQDIRI
Jenis i’rab yang kedua yaitu taqdiri atau dikira-
kirakan. I’rob yang dikira-kirakan disebut i’rob
taqdiri. I’rob ini biasanya masuk pada Isim
Maqshur dan Isim Manqush, yaitu yang diakhir
dengan alif atau ya lazimah.

Contohnya:
َ ‫ج َاء ْال‬,
‫فتى‬ َ ‫ َج َاء ْال‬lalu harakat
َ aslinya adalah ‫فت ُي‬
dhommahnya tidak dinampakkan, tapi hanya
dikira-kirakan, makanya disebut taqdiri.
َ ‫ص ْر ُت ْال‬
‫فتى‬ َ ‫ص ْر ُت ْال‬
َ ‫ َن‬aslinya ‫فت َى‬ َ ‫ َن‬tapi harakat fathahnya
tidak dinampakkan, hanya dikira-kirakan.
45 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ ‫ َم َر ْر ُت ب ْال‬aslinya ‫فتى‬
‫فتى‬ َ ْ ُ َْ َ
َ َ ‫ مررت َبال‬tapi harakat kasrahnya
tidak dinampakkan.
I’RAB MAHALLI
I’rab mahalli adalah i’rab yang tidak memiliki
tanda-tanda baik lafdzi maupun taqdiri, tapi
secara hakikat, dia memiliki kedudukan i’rab.
َ ‫( َن‬aku telah menolong mereka).
Contohnya: ‫ص ْ ُرت ُه ْم‬

Dhamir hum di sini tidak memiliki tanda i’rab


karena ia termasuk dalam isim mabni. Namun,
secara hukum, posisi dhamir hum adalah dalam
i’rab nashab karena menjadi maf’ul bih.
Tanda i’rabnya tidak ada, karena i’robnya bersifat
mahalli.

MACAM-MACAM I’ROB
I’rab Diklasifikasikan Menjadi 4, dan ke-empat
Jenis I’rab Tersebut adalah: I’rab rofa’, I’rab
nashob, I’rab Jer (Khofdh), I’rab Jazm.
46 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

i’rob yang bisa masuk pada kalimat isim: rofa’,


nashob, jer. i’rob yang khusus masuk pada kalimat
isim adalah: jar (khofadh).
i’rob yang tidak bisa masuk kepada isim adalah:
jazm. I’rob yang bisa masuk pada kalimat fi’il:
rofa’, nashob, jazem. I’rob jazm khusus masuk ke
kalimat fiil. i’rob yang tidak bisa masuk kepada
fi’il adalah: jar.

I’RAB ROFA’
Tanda asli dari i’rab rofa’ adalah dhommah. 3
tanda lainnya adalah: wawu, alif, dan nun.
Contohnya sebagai berikut:

Dhommah, ada pada:


ُ َ َ َ َ َ َ
َ ‫ جاء ف‬،‫قام ُمح همد‬.
1. Isim mufrod, contohnya: ‫اط َمة‬
Lihat harakat akhirnya berupa dhommah
(warna merah).
47 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ
2. Jamak taksir, contohnya: ‫( جا َء ُر ُسل‬para
utusan telah datang). Rusulu adalah jamak
taksir dari ‫ر ُس ْول‬.َ
َ
3. Jamak muannats salim, contohnya: ‫ق َام‬
‫م ْس َل َمات‬.ُ
4. Fiil mudhori’ yang akhirnya tidak bertemu
sesuatu (‫)الفعل املضارع الذي لم يتصل بآخره ش يء‬,
ُ َ
contoh: ‫يضرب زيد‬ (i’rab lafdzi)‫ يخش ى عمرو‬،
(taqdiri)‫ ْير َمي بكر‬، (taqdiri).

Wawu, Ada Pada:


َ
1. Jamak Mudzakkar Salim, contohnya: ‫جا َء‬
ْ
‫املُ ْس َل ُم ْو َن‬.
ْ َ َ
2. Asmaul Khomsah, contohnya: ‫َج َاء أ ُب ْو َك وأخ ْو َك‬
ُ ُ
‫و َح ُم ْو َك َوف ْو َك َوذ ْو َم ٍال‬.َ

Alif, Ada Pada:


48 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
ُْ
1. Isim tatsniyah, contohnya: ‫ َج َاء‬،‫َج َاء امل ْس َل َم َان‬
ُْ
‫امل ْس َل َم َت َان‬.

Nun, Ada Pada:


1. Fiil mudhore yang kemasukan wawu
jamak, ya muannas, alif tatsniah (af’alul
khomsah).
َ ُ َ َ ْ
2. wawu jamak, contohnya: ‫ ت ْف َعل ْون‬، ‫ي ْف َعل ْون‬.َ
َ
3. ya muannats, contohnya: ‫ت ْف َع َل ْي َن‬.
َ َ َ
4. alif tatsniyah, contohnya: ‫ ت ْف َعَل َن‬،‫ي ْف َعَل َن‬.َ
Fiil yang mengikuti kaidah di atas dibaca rofa
dengan tanda berupa nun.

I’rab Nashob
Tanda asli dari i’rab nashob adalah fathah. Alamat
lainnya: alif, kasroh, ya, dan hadzfu nun
(membuang nun).

Fathah, ada pada:


49 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
ُْ َ
1. isim mufrod, contohnya: ‫رأ ْي ُت امل ْس َل َم‬.َ
َ ‫رأ ْي ُت الر َج‬. ََ
2. jamak taksir, contohnya: ‫ال‬ َ
3. fiil mudhori mansub yang kemasukan
‘amil nawashib dan akhirnya tidak
َ َ َ
bertemu sesuatu, contohnya: ‫ل ْن َي ْست ْن َكف‬.

Alif, ada pada:


َ ‫ َ َأ ْي ُت َا َب‬dan 4
1. Asmaul khomsah seperti ‫اك‬ ‫ر‬
isim yang lainnya.
2. yang paling sering kita dengar misalkan,
aba bakrin, aba hurairata, dll.

Kasroh, ada pada:


َ
1. Jamak muannats salim, contohnya: ‫َرأ ْي ُت‬
ُْ
َ ‫امل ْس َل َم‬.
‫ات‬

Ya’, ada pada:


ُْ َ
1. Isim tatsniyah, contohnya: ‫رأ ْي ُت امل ْس َل َم ْي َن‬.َ
50 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ
2. Jamak mudzakkar salim, contohnya: ‫َرأ ْي ُت‬
ُْ
‫امل ْس َل َم ْي َن‬.

Membuang Nun
َ
Pada af’alul khomsah, contohnya di al Quran: ‫ا ْن‬
َ
‫ي ْؤ َم ُن ْوا‬.ُ Dalam bentuk rofa’ ‫ي ْؤ َم ُن ْون‬,ُ lalu kemasukan
‘amil nawashib yaitu an sehingga dibuang nunnya
menjadi ‫ي ْؤ َم ُن ْوا‬.ُ

I’RAB JER
Tanda asli i’rab jer adalah kasrah, sedangkan yang
lainnya adalah ya’ dan fathah. Perlu ditegaskan
lagi, i’rab jer ini khusus hanya untuk kalimat isim,
tidak untuk kalimat fiil.

Kasroh, ada pada:


1. Isim mufrod munshorif (menerima
ْ
tanwin), contohnya: ‫ َم َر ْر ُت بال َف َتى‬،‫َم َر ْر ُت َب ُم َح هم ٍد‬
51 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

2. Jamak taksir, contohnya: ‫الر َج َال‬ ُ َْ َ


َ ‫ مررت َب‬.
3. Jamak muannats salim, contohnya: ‫َم َر ْر ُت‬
ُْ
َ ‫بامل ْس َل َم‬.َ
‫ات‬
Ya’, ada pada:
ْ َ
1. Asmaul khomsah: ‫م َر ْر ُت َبأخ ْي َك‬.َ
ُْ
2. Jsim tatsniyah: ‫م َر ْر ُت َبامل ْس َل َم َت ْي َن‬.َ
ُْ
3. Jamak mudzakkar salim: ‫م َر ْر ُت َبامل ْس َل َم ْي َن‬.َ

Fathah, ada pada:


1. Isim ghairu munsharif (tidak menerima
tanwin), contohnya: ‫اهيم‬ َ
َ ‫بأحمد وإبر‬ ‫مررت‬.
2. Kecuali jika isim ghairu munsharif ini
dikasih al di depannya atau menjadi
mudhaf, maka tanda i’rab jernya berupa
kasroh, bukan fathah, contohnya kata
َ ‫َو ْي ُت‬
َ ‫ص ْو َم َر َم‬
Romadhon di niat puasa: َ ‫ض َان ٰه َذ َه‬
‫الس َن َة‬.
‫ه‬
I’RAB JAZM
52 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

I’rab jazem memiliki dua tanda yaitu sukun dan


hadzfu nun.
Sukun adalah tanda asli dari i’rab jazm. berlaku
ُ َ
pada fiil mudhari’ shahih akhir. contohnya: ‫ل ْم َيك ْن‬.
Sedangkan hadzfu (Membuang) berlaku pada fiil
َ ‫ل ْم‬.َ dengan
mudhari mu’tal akhir, contohnya: ‫يخش زيد‬
َ
membuang ya (asalnya: ‫) يخش ى‬.

berlaku pada fiil mudhari yang saat rofa’ dengan


ْ ‫ل ْم َي‬.َ
tetapnya nun, contoh: ‫ض َرَبا‬

Kesimpulan
Pengertian i’rob adalah perubahan harokat akhir
kata. I’rab dibagi menjadi 4: rofa’, nashob, jer dan
jazm. I’rab juga dibedakan menjadi: lafdzi,
taqdiri, dan mahalli. Masing-masing i’rab
memiliki tanda.
53 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

4. Alamat I’rob

ْ َ َ َ ‫َك َذ‬ ْ َ َ ‫ل هلر ْفع م ْن َها‬
‫اك ُن ْون ث َابت ال ُم ْن َح َذف‬ ‫ض همة َواو أ َلف‬ َ َ َ


َْ َ َْ ََ ‫َف ه‬
‫َو َج ْم َع تك َس ٍير ك َج َاء اْل ْع ُب ُد‬ ‫اس ٍم ُم ْف َر ٍد كأ ْح َم ُد‬ْ ‫الض ُّم في‬
َ

َ ُ َ َْ
‫َوك َل َف ْع ٍل ُم ْع َر ٍب ك َيا َتي‬ َ ‫يث ك ُم ْس َل َم‬
‫ات‬ ٍ ‫َو َج ْم َع تأ َن‬
Tanda-tanda I’rob rofa’ ada empat tanda,
yaitu: dhommah, wawu, alif, serta nun yang
tetapkan.
Dhommah menjadi tanda I’rob rofa’ bertempat
pada isim yang mufrod, dan jama’ taksir seperti
yang dimurod.
ُ
Dan jamak muannast salim, contoh :‫ مسلمات‬Serta
fi’il mudhore’ contoh : ‫َي ْسكت‬
ُ ُ

✽ ‫الس َال َم‬


ََْ ُ ُ َ ‫َك ه‬ ‫الذ ُكور ه‬ ُّ ْ َ ُ َ ْ َ
‫الص َال ُحون ُه ْم أولو املك َار َم‬ َ ‫والواو َفي جم َع‬

✽ ‫ك َما أت ْت َفي الخ ْم َس َة اْل ْس َم َاء‬


َ ْ َ َْ ‫ه‬ َْ َ ْ ََ َ
‫َو ْه َي ال َتي تأ َتي َعلى ال َوال َء‬


َ ً َ ُ ٌّ ُ َ َ
‫ضافا ُم ْف َر ًدا ُمك هب َرا‬ ‫كل م‬ ‫أب أخ َحم َو ُفو َو ُذو َج َرى‬

Jama’ mudzakar salim, Wawu rofa’nya


َ
seperti ‫الص َال ُح ْون‬
‫جاء ه‬
َ contohnya juga bertempat pada
54 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Asma’ul khomsah ‫ اب‬, ‫ اخ‬, ‫ حم‬, ‫ فو‬, ‫ ذو‬Jangan salah


Semua berlaku hanya dengan dasar Syarat;
mudhof, mufrod dan juga mukabbar

ْ ‫َ ُّ ُ ْ ُ َ ه‬ ْ َْ َ َُْ
‫ض َار َع ال َذي ُع َرف‬‫والنون َفي امل‬ ‫َو َفي املث هنى ن ْح ُو َزْي َد َان اْل َلف‬


َ ُ َ َ ُ َ َ َ َ
‫َو َي ْف َعلون ت ْف َعلون َم ْع ُه َما‬ ‫َب َي ْف َعَل َن ت ْف َعَل َن أ ْن ُت َما‬


َْْ َ ْ ْ َ َ
‫َواش َت َه َر ْت َبالخ ْم َس َة اْلف َع َال‬ ‫َوت ْف َع َل َين ت ْر َح َم َين َح َالي‬

Alif sebagai tanda l'rab rofa' berada pada satu


tempat, yaitu : pada musanna (isim tasniyah),
sedang nun sebagi tanda l'rab rofa' bertempat
pada fiil mudhori' yang telah diketahui mengikuti
lima wazan.
Yakni lafadz ‫ تفعلون‬،‫ يفعلون‬،‫ تفعَلن‬،‫ يفعَلن‬dan lafadz
َ
‫ ت ْف َع َل ْي َن‬yang sangat mudah, terkenal dengan nama
Af’alul khomsah.
55 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

5. Alamat Nasb

ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ ‫ه‬
‫ك ْسر َو َياء ث هم ُنون ت ْن َح َذف‬ ‫ص َب خ ْمس َو ْه َي ف ْت َحة أ َلف‬‫َللن‬


ََ َْ َ ‫ه‬ َ َ َ َْ ْ ْ َ
‫ات فف ْت ُح ُه ُم َن ْع‬
ٍ ‫َإال ك َهند‬ ‫ض ٍم ق ْد ُر َف ْع‬‫فان َصب َبفت ٍح ما َب‬

Tanda I’rob nashob lima tanpa kurang,


Fathah, alif, kasroh, ya’, nun yang terbuang. Yang
rofa’nya dhommah, nashob dengan fathah kecuali
‫ هندات‬maka membaca fathah hukumnya tercegah.


َْ َ ْ ْ َ َْ َ ْ ْ َ ْ َ ْ َ
ٍ ‫َوان َص ْب َبك ْس ٍر َج ْم َع تأ َن‬
‫يث‬ ‫ص َب الخ ْم َس َة اْل ْس َما أ َلف‬‫واجعل َلن‬
ْ
‫ُع َرف‬

Asma’ul khomsah dengan Alif nashobnya,


dan jama’ muannas salim, kasroh nashobnya.


َ ‫َو َج ْمع َت ْذكير ُم‬ ُ َ ‫ه‬
‫ص هح ٍح َب َيا‬ ٍ َ َ ‫ص ُب َفي َاال ْس َم ال َذي ق ْد ث َن َيا‬ ‫َو ه‬
ْ ‫الن‬

Nashob didalam isim tasniyah dan jamak


mudzakkar salim itu ditandai dengan ya’
56 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy


َْ ْ‫َ َ ْ ُ ُ ن ه‬ َْ ُ ْ ْ ُ َ ْ
‫الرف َع ُمطل ًقا‬ َ ‫فحذف نو‬ ‫َوالخ ْم َسة اْلف َع َال َح ْيث تن َت َص ْب‬
‫َي َج ْب‬

Af’alul khomsah, Nashobnya ditandai


dengan membuang nun rofa’ yang terjadi.
57 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

6. Alamat Khafad
✽ ْ َ ْ ُ َ ََ
ْ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ‫ه‬
‫ك ْسر َو َياء ث هم ف ْت َحة ف َقط‬ ‫ض َبط‬ ‫ض ال َتي َبها ان‬َ ‫عَلمة الخف‬

ُ ‫في َر ْفعه ب ه‬ ْ َْ َ ْ ْ َ
‫الض َم َح ْيث‬ َ ََ َ ‫ض َبك ْس ٍر َما َم َن اْل ْس َما ُع َرف‬ ‫فاخ َف‬
ْ َ َْ
‫ص َرف‬ ‫ين‬

Tanda I’rob jer (tiga) yang diterangkan, yaitu


kasroh, ya, fathah. Jarkanlah dengan tanda kasroh
pada isim yang rofa’nya ditandai dhommah
bilamana munsorif (menerima tanwin).

✽ ‫ض َب َي ٍاء ك هل َما َب َها ُن َص ْب‬


ُ َ َْ َ َ ْ ُ ْ َ
‫َوالخ ْم َسة اْل ْس َما َبش ْر َط َها ت َص ْب‬ ْ ‫اخ َف‬‫و‬

Jarkanlah dengan tanda ya’ pada setiap


lafadz yang nashobnya ditandai ya’ (isim tasniyah
dan jama’ mudzakkar salim) dan asmaul khomsah
beserta syarat-syaratnya.

✽‫ص َرف‬
ْ َ ‫صف ْالف ْعل‬ ْ َ َْ ْ َ َ ‫َ ْ ْ َْ ُ ه‬
‫ص َار َي هت َصف‬ ْ َ ‫ه‬
َ َ َ ‫َمما َبو‬ ‫واخ َفض َبفت ٍح كل ما لم ين‬


َْ ُْ ً‫َ ه‬ ‫ه‬ َ َ
‫أ ْو َعلة تغ َني َع َن اثن َت ْي َن‬ ‫َبأ ْن َي ُحوز َاال ْس ُم َعل َت ْي َن‬
58 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Jarkanlah dengan ditandai fathah pada isim


ghoIru munshorif (isim yang tidak menerima
tanwin) yaitu isim yang ada keserupaan dengan
Fiil.
Dengan gambaran isim tersebut memiliki dua ilat
(dua sebab keserupaan dengan fiil, yang satu
kembali pada lafadz dan sebab yang lainnya
kembali pada makna) atau memiliki satu ilat tapi
mencukupi dari dua ilat


َ ‫ه‬ ْ َُ ْ َ ْ‫ََ ُ ه‬
‫َو َصيغة ال َج ْم َع ال َذي ق َد ْان َت َهى‬ ‫يث أغ َن ْت َو ْح َد َها‬
َ ‫فأ َلف التأ َن‬
Alif ta'nist (mamdudah atau maqshuroh) dan
sighot muntahal jumu' itu masing -masing bisa
mencegah kemunshorifan isim dengan sendirinya
tanpa harus bersamaan ilat yang lain (keduanya
ini yang dinamakan memiliki satu ilat yang
mencukupi dua ilat.

✽‫صف َم ْع َع ْد ٍل ُع َرف‬
ْ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َْ َ‫َ ْ ه‬
‫أ ْو َوز َن َف ْع ٍل أ ْو َب ُنو ٍن َوأ َلف‬ ‫وال َعلت َان الو‬


ْ َ َ َ ْ َ ُ َ‫ه‬
‫َو َز َاد ت ْر َك ًيبا َوأ ْس َم َاء ال َع َج ْم‬ ‫َو َه َذ َه الثَلث ت ْم َن ُع ال َعل ْم‬
59 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy


ْ ُ ْ َ َ ْ َ َْ َْ ْ َ ُ ْ َ ْ َْ َْ َ َ َ
‫ص َرف‬ ‫ف َإن يضف أو يأ َت بعد أل‬ ‫اك تأ َنيث َب َما َع َدا اْل َلف‬ ‫كذ‬

Dua ilat yang mencegah tanwinnya isim,


yaitu wasfiyah (bersamaan udul) wazan fiil
(bersamaan wasfiyalt) ziyadah alif nun
(bersamaan wasfiyah).
Ketiga ilat tersebut besamaan alam (dijadikan
nama), yaitu alamiyah bersama udul alamiyah
bersama wazan fiil alamiyah bersama ziyadah alif
nun ditambah tarkib mazji dan nama-nama ajam
(selain arab), yaitu alamiayh bersama tarkib mazji
alamiayh bersama ajamiyah.
Begitu pula muannast yang selain alif yaitu:
alamiyah dan muannast . isim ghoiru munshorif
apabila dimudhofkan atau kemasukan al maka
menjadi munshorif.
60 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

7. Alamat Jazm

َ ‫ه‬ َ ُ ُّ َْْ ْ
‫أ ْو َح ْذ َف َح ْر َف َعل ٍة أ ْو ُنو َن‬ ‫السكو َن‬ ‫َوال َج ْز ُم َفي اْلف َع َال َب‬

✽ ‫الرف َع قطعا َيل َز ُم‬


ُ ُ َْْ َ ْ ْ ً ْ َ ْ‫ه‬
‫ف َح ْذ ُف ُنو َن‬
َ
‫َفي الخ ْم َس َة اْلف َع َال َح ْيث ت ْج َز ُم‬

I'rob jazm yang tertentu masuk pada fiil itu


memiliki tiga tanda; yaitu sukun, membuang
huruf ilat dan membuang nun. Membuang nun
alamat rofa' itu diwajibkan sebagqi tanda jazm
pada af alul khomsah


ُ ‫ه‬ َ َ ‫اجز ْم ُم‬ْ ‫الس ُكون‬
‫َم ْن ك ْو َن َه َب َح ْر َف َعل ٍة خ َت ْم‬ ‫ض َار ًعا َس َل ْم‬ َ َ
ُّ ‫َوب‬
َ

ْ َ َ ْ َ َ َ
‫َو َج ْز ُم ُم ْع َت ٍل َب َها أ ْن ت ْن َح َذف‬ ‫َإ هما َب َو ٍاو أ ْو َب َي ٍاء أ ْو أ َلف‬

Sukun sebagai tanda I'rob jazm itu bertempat


pada fiil mudhori' yang shohil akhir akhirnya
tidak tedapat huruf ilat).
Membuang huruf ilat sebagi tanda jazm itu
bertempat pada fiil mudhori' yang mui'tal akhir
akhirnya berupa huruf ilat) adakalanya wawu, ya'
atau alif.
61 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy


َ ََ ْ ْ ‫َو َن‬
‫َو َما َس َو ُاه َفي الثّّال َث ق هد ُروا‬ ‫ص ُب َذي َو ٍاو َو َي ٍاء َيظ َه ُر‬

✽ ‫ف َن ْح ُو َيغ ُزو َي ْه َت َدي َيخش ى خ َت ْم‬


َ ‫ه‬ ُ َ ْ ْ َ
‫َب َعل ٍة وغ ْي ُر ُه َم ْن َها َس َل ْم‬

Nashobnya fi'il yang akhirnya berupa wawu dan


ya' itu (tanda fatlialınya tampak), sedang pada
selainnya nashob (rofa') di dalam fiil yang
akhirnya terdapat salah satu dari tiga huruf ilat
(wawu , alif, dan ya') itu tanda dhommalinya)
dikira-kirakan.
Sesamanya lafadz ‫ ټغزو‬، ‫ بهتدی‬، ‫ بخش ى‬adalah contoli fitil
yang mu'tal akhir (akhirnya berupa huruf ilat ),
sedang selainnya tiga lafadz tersebut adalah
sholih akhir (akhirnya selamat dari huruf ilat).


ْ ْ َ ُ ْ ََ ْ َ َْ ُ‫ه‬
‫اض َوال َف َتى َب َها ُع َرف‬
ٍ ‫فنحو‬
‫ق‬ ‫َو َعلة اْل ْس َم َاء َياء َوأ َلف‬


ْ َ ُ ْ َ ْ ََ َ َ ُ ُ َْ
‫اض َيظ َه ُر‬
ٍ ‫َفيها ول َكن نصب‬
‫ق‬ ‫اب ك ٍل َم ْن ُه َما ُمق هد ُر‬‫َإعر‬

Isim mu'tal itu ada dua macam, yaitu isim


mu'tal ya' (yang disebut isim manqush) seperti
lafadz, isim nu'tal alif (yang disebut maqshur)
seperti lafadz ‫الفتى‬
62 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Adapun tanda l'rob kedua isim tersebut itu dikira-


kirakan pada huruf ilat tersebut, kecuali tanda
naslobnya isim manqhus, maka tanda I'robnya
(fathah) ditampakkan.

َُ ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ ََ َ
‫َفي َامل َيم ق ْب َل ال َي َاء َم ْن غَل َمي‬ ‫َوق هد ُروا ثَلثة اْلق َس َام‬

Para ulama mentaqdirkan (mengkira-kirakan) tiga


tanda l'rob (rofa' nashob dan jar) pada huruf mim
yang terletak sebelum ya' mutakallim dari lafadz
‫غَلمي‬.

✽ ْ ‫َو ْال َو ُاو في َك ُم ْسلم هي ُأ‬


ُ ‫َ ُّ ُ َ َ ه‬
‫النون َفي ل ُت ْبل ُون ق َد َر ْت‬‫و‬ ‫ض َم َر ْت‬ ََ َ
Wawu (tanda rofa’) didalam lafadz ‫ مسلمي‬itu
disimpan, dan nun (tanda rofa’) didalam lafadz
‫ لتبلون‬itu dikira-kira.
8. Isim-isim yang َ dibaca Rafa’ ْ َ
َ ُ ُ َ ُ
‫َم ْعل ْو َمة اْل ْس َم َاء َم ْن ت ْب َو ْي َب َها‬ ‫َم ْرف ْو ُع اْل ْس َما َس ْب َعة نأ َتي َب َها‬
Isim-isim yang dibaca rafa’ itu jumlahnya ada
tujuh, yang nama-namanya akan diketahui dari
bab-babnya (fa’il, na-ibul fa’il, mubtada, khabar,
isim kana, khabar inna, dan isim yang ikut pada
63 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

isim-isim yang wajib dibaca rafa’, yaitu na’at,


athaf, taukid, dan badal).
َ َ َ ْ َ َ َ َْ ْ ‫َف ْال َفاع ُل‬
‫َب َف ْع َل َه َوال َف ْع َل ق ْبل ُه َوق ْع‬ ‫اسم ُمطل ًقا ق َد ا ْرتف ُع‬ َ
Fa’il adalah isim yang secara mutlak, baik sharih
atau ghairu sharih, harus dibaca rafa’ sebab fi’il
mabni ma’lum yang jatuh sebelumnya, seperti ‫ص َر‬ َ ‫َن‬

‫( َزيد ُم َح هم ًدا‬Zaid telah menolong Muhammad). Lafadz ‫َزيد‬


adalah fai’l yang dibaca rafa’ (tanda rafa’nya
menggunakan dhommah, sebab ia adalah isim
mufrod), yang jatuh setelah fi’il mabni ma’lum,
َ ‫ن‬.َ Dalam istilah lain disebutkan bahwa fa’il
yaitu ‫ص َر‬
adalah pelaku pekerjaan.
ُ َ َ ً َ ْ
‫َإذا َل َج ْم ٍع أ ْو ُمث ًّنى أ ْس َن َدا‬ ‫َو َو َاجب َفي ال َف ْع َل أ ْن ُي َج هر َدا‬
َ ُ َ َ
‫الزْي ُد ْو َن‬
‫الزْي َدان َو ه‬ ‫َف ُق ْل َأ َتى ه‬
‫ك َج َاء َزْيد َو َي َج ْي أخ ْونا‬ َ
Fi’il yang diisnadkan (disandarkan) kepada fa’il
tatsniyyah atau jama’ wajib disepikan dari tanda
tatsniyyah atau jama’, artinya fi’il tetap dalam
64 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

keadaan mufrad, seperti ketika fi’il diisnadkan


ََ
kepada fa’il yang mufrad. Maka ucapkanlah, ‫أتى‬
‫َأ َتى ه‬
‫( ه‬Dua Zaid itu telah datang) dan ‫الزْي ُد ْو َن‬
‫الزْي َد َان‬
(Beberapa Zaid telah datang) seperti kita telah
َ ُ َ
mengucapkan ‫( َج َاء َزْيد‬Zaid telag datang) dan ‫َي َج ْي ُء أخ ْونا‬
(Saudara kita sedang/akan datang).
ُ َ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫َ ه‬ ْ َ َ
‫فالظ َاه ُر الل ْف َظ ال َذي ق ْد ذ َك َرا‬ ‫َوق هس ُم ْو ُه ظ َاه ًرا َو ُمظ َم َرا‬
Para ulama’ telah membagi fa’il menjadi dua,
yaitu Fa’il Isim Dzahir (fa’il yang tampak) dan
Fa’il Isim Dlamir (fa’il yang tidak tampak), seperti
َ َ
‫( ق َام‬Dia laki-laki telah berdiri). Lafadz (‫)ق َام‬
merupakan fi’il madhi yang menyimpan dlomir ‫ُه َو‬
(Dia laki-laki). Dlomir ‫ ه َُو‬adalah fa’il yang
tersimpan/tidak tampak, sehingga ia dinamakan
fa’il isim dlomir. Adapun Fa’il Isim dzahir adalah
‫أ َتى ه‬.َ
seperti contoh di atas yaitu ‫الزْي َد َان‬
ُ ُ ُ ُ َ َ ْ ْ ْ ُْ َ
‫ك ُق ْم ُت ق ْم َنا ق ْم َت ق ْم َت ق ْم ُت َما‬ ‫ض َم ُر اث َنا َعش َر ن ْو ًعا َق ْس َما‬ ‫وامل‬
65 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
ُ ‫َق ُام ْوا َو ُق ْم َن َن ْح ُو‬
‫ص ْم ُت ْم َع َاما‬
َ َ َ ُ ُ ُ
‫ق ْمت هن ق ْم ُت ْم ق َام ق َام ْت ق َاما‬
َْ
........................................... ‫ض َما َئر ُم هت َصلة‬ َ ‫َو َهذه‬
ََ
Fa’il isim dlamir terbagi menjadi dua bagian, yaitu
1) fa’il isim dlamir muttashil, dan 2) fa’il isim
dlamir munfashil. Fa’il yang berupa isim dlamir
muttashil terdiri dari dua belas macam, yaitu
seperti contoh berikut:
ُ
َ Saya telah berdiri ‫ق ْم ُت‬
ُ
َ Kita telah berdiri ‫ق ْم َنا‬
ُ
Kamu laki-laki (satu) telah berdiri ‫ق ْم َت‬
ُ
Kamu perempuan (satu) telah berdiri ‫ق ْم َت‬
ُ
Kamu laki-laki / perempuan (dua) telah
‫ق ْم ُت َما‬
berdiri
ُ
Kamu laki-laki (banyak) telah berdiri ‫ق ْم ُت ْم‬
ُ ُ
Kamu perempuan (banyak) telah
‫ق ْمت هن‬
berdiri
َ
Dia laki-laki (satu) telah berdiri ‫ق َام‬
66 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ
Dia perempuan (satu) telah berdiri ‫ق َام ْت‬
َ
Dia laki-laki (dua) telah berdiri ‫ق َاما‬
َ
Dia laki-laki (banyak) telah berdiri ‫ق ُام ْوا‬
ُ
Dia perempuan (banyak) telah berdiri ‫ق ْم َن‬

ْ َ َ ُْ ‫َوم ْث ُل َها ه‬
‫الض َما َئ ُر امل ْنف َصلة‬ َ .........................................
َ َ ‫َو َغ ْي ُر َذ ْين ب ْالق‬ َْ ََ ‫ه‬ ََ
‫اس ُي ْعل ُم‬ ‫ي‬
َ َ َ َ ‫كل ْم َي ُق ْم َإال أنا َوأن ُت ُم‬
Fa’il isim dlamir munfashil juga sama seperti fa’il
isim dlamir muttashil, jumlahnya ada 12 dengan
perincian yang sama. Fa’il isim dlamir muttashil,
ََ ‫ه‬ َ
seperti lafadz ‫( ل ْم َي ُق ْم َإال أنا‬Tidak ada yang berdiri kecuali
َْ ‫ه‬ َ
saya) ‫( ل ْم َي ُق ْم َإال أن ُت ْم‬Tidak ada yang berdiri kecuali kalian).
Selain dua dlamir tersebut dapat diketahui
dengan cara qiyas (disamakan) seperti berikut ini:

ََ ‫ه‬ َ
Tidak ada yang berdiri
‫ل ْم َي ُق ْم َإال أنا‬ ‫متكلم وحدة‬
kecuali saya
67 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

َ ‫ه‬ َ
Tidak ada yang berdiri
‫ل ْم َي ُق ْم َإال ن ْح ُن‬ ‫متكلم مع الغير‬
kecuali kita
َْ ‫ه‬ َ
Tidak ada yang berdiri
‫ل ْم َي ُق ْم َإال أن َت‬ ‫مفرد مخاطب‬
kecuali kamu laki-laki (satu)
Tidak ada yang berdiri
َْ ‫ه‬ َ
kecuali kamu perempuan ‫ل ْم َي ُق ْم َإال أن َت‬ ‫مفردة مخاطبة‬
(satu)
Tidak ada yang berdiri
َْ ‫ه‬ َ
kecuali kamu laki-laki / ‫ل ْم َي ُق ْم َإال أن ُت َما‬ ‫تثنية مخاطب‬
perempuan (dua)
Tidak ada yang berdiri
َْ ‫ه‬ َ
kecuali kamu laki-laki ‫جمع مذكر مخاطب ل ْم َي ُق ْم َإال أن ُت ْم‬
(banyak)
Tidak ada yang berdiri
َُْ ‫ه‬ َ
kecuali kamu perempuan ‫جمع مؤنث مخاطبة ل ْم َي ُق ْم َإال أنت هن‬
(banyak)
‫ه‬ َ
Tidak ada yang berdiri
‫ل ْم َي ُق ْم َإال ُه َو‬ ‫مفرد غائب‬
kecuali dia laki-laki (satu)
Tidak ada yang berdiri
‫ه‬ َ
kecuali dia perempuan ‫ل ْم َي ُق ْم َإال َه َي‬ ‫مفردة غائبة‬
(satu)
Tidak ada yang berdiri
‫ه‬ َ
kecuali dia laki- ‫ل ْم َي ُق ْم َإال ُه َما‬ ‫تثنية غائب‬
laki/perempuan (dua)
68 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Tidak ada yang berdiri


‫ه‬ َ
kecuali dia laki-laki ‫ل ْم َي ُق ْم َإال ُه ْم‬ ‫غائب جمع مذكر‬
(banyak)
Tidak ada yang berdiri
‫ه‬ َ
kecuali dia perempuan ‫ل ْم َي ُق ْم َإال ُه هن‬ ‫جمع مؤنث غائبة‬
(banyak)

9. Naibul Fa’il
ْ َ ُ َ ْ ‫ه‬ َ َ َُ َ
‫َم ْف ُع ْول ُه َف ْي ك َل َما ل ُه ُع َرف‬ ‫اع َل ال َذ ْي ُح َذف‬ َ ‫أ َق ْم مقام الف‬
ُْ َ َ َ َ ً َ َ ْ َ َْ
‫َإ ْن ل ْم ت َج ْد َم ْف ُع ْول ُه َمذك ْو َرا‬ ‫ص َد ًرا أ ْوظ ْرفا أ ْو َم ْج ُر ْو َرا‬ ‫أوم‬
Tempatkanlah maf’ul bih pada tempatnya fa’il
yang dibuang, dan berilah semua hukum yang
dimiliki fa’il kepadanya (1. Dibaca rafa’, 2. Wajib
diakhirkan dari amil yang merofa’kan, 3. Tidak
boleh dibuang, 4. Wajib memuannatskan amil jika
na’ibul Fa’ilnya muannats, 5. Menjadikan na’ibul
fa’il seperti juz dari fi’il.), kemudian namakanlah
ُ ‫( ُسر َق َم‬Harta Zaid
dengan Na’ibul Fa’il, seperti ‫ال َزْي ٍد‬ َ
telah dicuri).
69 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Atau tempatkanlah masdar, dzaraf atau jer-


majrur, pada tempatnya fa’il yang dibuang, bila
tidak ditemukan maf’ul bihnya. Contoh na’ibul
َ َ ‫ضر َب‬
ُ
fa’il yang berupa masdar seperti ‫ض ْرب ش َد ْيد‬ َ (Telah
dipukulkan pukulan yang keras), yang berupa dzaraf
seperti ‫الج ُم َع َة‬ُ ‫( س ْي َر َي ْو ُم‬Perjalanan hari Jumat telah
َ
ditempuh) dan yang berupa jer-majrur, seperti ‫َس ْي َر‬
‫( َب َزْي ٍد‬Perjalanan ditempuh dengan bertemu Zaid).
َْ َ َْ َ ُ ْ َ َ ْ َ ُ َ ُ ْ ‫ََه ُ ْ ْ ه‬
ْ‫اْلخ ْير ُم ْل َت َزم‬
َ َ ‫وأول ال َفع َل ال َذي هنا يضم وكسر ما قبل‬
َ َ
‫ُم ْن َف َتح ك ُي هد َعى َوك ُّاد َع ْي‬ َ ُ‫ف ْي ُكل َماض َو ُه َو في ْامل‬
‫ض َار َع‬ َ ٍ َ َ
Fi’il yang disandarkan kepada na’ibul fa’il (fi’il
mabni majhul), jika berupa fiil madli, maka huruf
pertamanya dibaca dlammah dan huruf sebelum
َ ‫( َن‬Muhammad
akhir dibaca kasrah, seperti ‫ص َر ُم َح همد ُع َم َر‬
ُ
telah menolong Umar) menjadi ‫( ن َص َر ُع َم ُر‬Umar telah
ditolong).
70 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Sedangkan jika berupa fiil mudlari’, maka huruf


pertamanya dibaca dlammah, dan huruf sebelum
akhir dibaca fathah, seperti ( ‫َّعى‬ ِ
َ ‫ ) يُد‬dan (‫)اُُّدع َي‬.
َ ‫ُم ْن َكسر َو ُه َو هالذ ْي َق ْد َش‬
‫اعا‬ َ ‫َو َأ هو ُل ْالف ْعل هالذ ْي َك َب‬
‫اعا‬
َ َ َ َ َ
َ ‫) َب‬, ketika
Fi’il yang mu’tal ‘ain (seperti lafadz ‫اع‬
ingin dirubah menjadi mabni majhul, maka huruf
pertamanya dibaca kasrah dan huruf alif diganti
dengan ya’. Dan ini merupakan lughat yang
masyhur (sebab masih ada lughat yang lain).
Catatan
Fiil madli yang mu’tal ‘ain, atau biasa disebut
dengan bina’ ajwaf baik ajwaf waw atau ajwaf ya’,
maka ia mempunyai tiga wajah ketika akan
dimabni majhukan, yaitu:
1. Murni dibaca kasrah huruf pertamanya.
Ini merupakan lughat/bahasa yang paling
masyhur dan fasih, sebab tidak berat sama
sekali ketika diucapkan, seperti:
71 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
72 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Na’ibul fa’il terbagi menjadi dua macam, yaitu 1)


Na’ibul fa’il isim dlamir, dan 2) Na’ibul fa’il isim
ُ ْ
dzahir, seperti lafadz ‫( ُيك َر ُم امل َب َش ُر‬Nabi pembawa kabar
gembira itu dimuliakan).
Na’ibul fa’il isim dlamir terbagi menjadi dua
bagian, yaitu 1) Na’ibul fa’il dlamir muttashil,
seperti :

َ Saya telah dipanggil ‫ُد َع ْي ُت‬


َ Kita telah dipanggil ‫ُد َع ْي َنا‬
Kamu laki-laki (satu) telah dipanggil ‫ُد َع ْي َت‬
Kamu perempuan (satu) telah dipanggil ‫ُد َع ْي َت‬
Kamu laki-laki / perempuan (dua) telah
‫ُد َع ْي ُت َما‬
dipanggil
Kamu laki-laki (banyak) telah dipanggil ‫ُد َع ْي ُت ْم‬
ُ
Kamu perempuan (banyak) telah dipanggil ‫ُد َع ْيت هن‬
Dia laki-laki (satu) telah dipanggil ‫ُد َع َي‬
Dia perempuan (satu) telah dipanggil ‫ُد َع َي ْت‬
73 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Dia laki-laki (dua) telah dipanggil ‫ُد َع َيا‬


Dia laki-laki (banyak) telah dipanggil ‫ُد َع ُي ْوا‬
Dia perempuan (banyak) telah dipanggil ‫ُد َع ْي َن‬
2) Na’ibul fa’il dlamir munfashil, seperti:
ََ ‫ه‬
Tidak ada yang diundang kecuali saya ‫َما ُد َع َي َإال أنا‬
َ ‫ه‬
Tidak ada yang diundang kecuali kita ‫َما ُد َع َي َإال ن ْح ُن‬
َ ‫ه‬
Tidak ada yang diundang kecuali kamu
‫َما ُد َع َي َإال أ ْن َت‬
laki-laki (satu)
َ ‫ه‬
Tidak ada yang diundang kecuali kamu
‫َما ُد َع َي َإال أ ْن َت‬
perempuan (satu)
َ ‫ه‬
Tidak ada yang diundang kecuali kamu
‫َما ُد َع َي َإال أ ْن ُت َما‬
laki-laki / perempuan (dua)
‫ه‬
Tidak ada yang diundang kecuali kamu ‫َما ُد َع َي َإال‬
َ
laki-laki (banyak) ‫أ ْن ُت ْم‬
‫ه‬
Tidak ada yang diundang kecuali kamu ‫َما ُد َع َي َإال‬
ُ َ
perempuan (banyak) ‫أ ْنت هن‬
‫ه‬
Tidak ada yang diundang kecuali dia
‫َما ُد َع َي َإال ُه َو‬
laki-laki (satu)
74 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
‫ه‬
Tidak ada yang diundang kecuali dia
‫َما ُد َع َي َإال َه َي‬
perempuan (satu)
‫ه‬
Tidak ada yang diundang kecuali dia
‫َما ُد َع َي َإال ُه َما‬
laki-laki/perempuan (dua)
‫ه‬
Tidak ada yang diundang kecuali dia
‫َما ُد َع َي َإال ُه ْم‬
laki-laki (banyak)
‫ه‬
Tidak ada yang diundang kecuali dia
‫َما ُد َع َي َإال ُه هن‬
perempuan (banyak)
10. Mubtada’ dan Khabar
َ ُ َ ْ ْ َ َ ُْْ
‫َع ْن ك َل ل ْف ٍظ َع َام ٍل ُم َج هر ُد‬ ‫اسم َرف ُع ُه ُمؤ هبد‬ ‫املبتدا‬
Mubtada’ adalah isim yang dibaca rafa’, yang
disepikan dari ‘amil lafdzi asli (bukan zaidah),
َ َ
seperti ‫الع َامل ْي َن‬ ُ َ
َ َ ‫( الح ْمد‬Segala puji bagi Allah Tuhan
‫ّلِل َر َب‬
semesta alam).
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kalimah dapat dikatakan mubtada’ jika ia:

1. Berupa kalimah isim


Kalimah isim mencakup dua macam, 1) Kalimah
َ
isim sharih, seperti lafadz ‫( َزْيد قا َئم‬Zaid adalah
orang yang berdiri), 2) Kalimah isim yang
75 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َُ َ
mu’awwal, seperti ‫ص ْو ُم ْوا خ ْير لك ْم‬ ُ ‫ َو َأ ْن َت‬dita’wili
َُ َ ُ َ
dengan ‫ص ْو ُمك ْم خ ْير لك ْم‬ (Puasa lebih baik bagi kalian).
2. Dibaca rafa’
Menurut pendapat shahih, mubtada’ dirofa’kan
oleh amil yang sebangsa makna, atau biasa
disebut dengan amil maknawi ibtida’.
3. Disepikan dari amil-amil lafdziyah (asli)
Amil lafdziyah zaidah masih bisa masuk pada
mubtada’, ‫ َب َح ْس َب َك َد ْر َهم‬seperti (Kecukupanmu adalah
satu dirham).
ْ َ َ ُ ُ ْ ََُ ْ َ
‫ُمط َاب ًقا َف ْي ل ْف َظ َه َلل ُم ْب َت َدا‬ ‫اسم ذو ا ْرَت َف ٍاع أ ْس َن َدا‬ ‫والخبر‬
َ ‫َو َق ْول َنا ه‬ ‫ه‬ ََ
‫الزْي َد َان قا َئ َم َان‬ َ ‫كق ْوَل َنا َزْيد َع َظ ْي ُم الش َان‬
َ ُ َ َ ً َْ ُ ْ َ َ ‫َوم ْث ُل ُه ه‬
‫الزْي ُد ْو َن قا َئ ُم ْو َن‬
‫ضا قا َئم أخ ْونا‬ ‫و َمنه أي‬ َ
Khabar adalah isim yang dibaca rafa’ yang
disandarkan kepada mubtada’ )sebagai
penyempurna mubtada’) yang Lafadz dari khabar
itu harus sesuai dengan mubtada’, yaitu dari segi
mufrad, tatsniyyah, jama’, mudzakar dan
76 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

mu’annatsnya, seperti Lafadz ‫الش َان‬ ‫( َ ْيد َعظ ْي ُم ه‬Zaid


َ ‫ز‬
َ
orang yang bagus kebiasaannya), ‫الزْي َد َان قا َئ َم َان‬
‫( ه‬Dua Zaid
َ َ َ ‫ه‬
itu adalah orang yang berdiri), ‫الزْي ُد ْون قا َئ ُم ْون‬ (Zaid-Zaid
َ َ ُ َ
itu adalah orang yang berdiri) dan ‫( اخ ْونا قا َئ ُم‬Saudara
kita adalah orang yang berdiri).
َ‫ض َمر َك َأ ْن َت َأ ْهل ل ْل َقضا‬
ْ ‫َأ ْو ُم‬ َ َ ْ َ َ ُْْ َ
‫اسم ظ َاهر ك َما َم َض ى‬ ‫واملبتدا‬
َ
Mubtada’ terdiri dari dua macam, yaitu mubtada’
isim dzahir (seperti contoh yang telah lewat) dan
َ ‫( َأ ْن َت َأ ْهل ل ْل َق‬Kamu ahli
mubtada’ isim dlamir, seperti ‫ضا‬ َ
menghukumi).

‫ص ْل‬َ ‫الضم ْير َب ْل ب ُكل َما ْان َف‬ ‫ص ْل م َن ه‬ َ ‫َوَال َي ُج ْو ُز ْاْل ْبت َدا ب َما هات‬
َ َ َ َ َ َ َ َ
َ‫َأ ْن ُت هن َأ ْن ُت ْم َو ُه َو َوه َي ُه ْم ُهما‬ َ‫َأ َنا َو َن ْح ُن َأ ْن َت َأ ْن َت َأ ْن ُتما‬
َ
َ َ َ ْ ْ َ ً َْ ‫َ ُ ه‬
‫َوق ْد َم َض ى َم ْن َها َمثال ُم ْع َت َب ْر‬ ‫ضا فال َج َم ْي َع اث َنا َعش ْر‬ ‫وهن أي‬
Tidak diperbolehkan membuat mubtada’ berupa
dlamir muttashil (karena dhamir muttasil hanya
bisa berada di tengah, sedang mubtada’ harus di
77 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

awal kalimah), tetapi harus menggunakan dlamir


ََ
munfashil yang jumlahnya ada dua belas, yaitu (‫انا‬
َ َْ َْ َْ َُْ َْ
), ( ‫) ن ْح ُن‬, ( ‫) ان َت‬, ( ‫) ان َت‬, (‫)أن ُت َما‬, (‫)أنت هن‬, (‫) ان ُت ْم‬, ( ‫) ُه َو‬, ( ‫) َه َي‬, ( ‫) ُه َما‬, (‫ ُ)ه ْم‬dan
ُ Adapun untuk contohnya telah disebutkan di
(‫)ه هن‬.
atas (yaitu dalam babnya dlamir).
Mubtada’ yang berasal dari dlamir munfashil
terdiri dari 2 untuk mutakallim, 5 untuk
mukhotob, dan 5 untuk ghaib, seperti :

Saya (laki-laki/ perempuan) َ َ ْ ُ ََ


‫ مجت َهدة‬/‫أنا ُم ْج َت َهد‬ ‫متكلم وحدة‬
adalah orang yang rajin
َ
Kita (laki-laki/ perempuan) ‫ن ْح ُن‬
adalah orang yang rajin َ ‫ُ ْ َ ُ ْ َن‬ ‫متكلم مع الغير‬
‫دات‬/ ‫مجت َهدو‬
َْ
Kamu laki-laki (satu) adalah
‫أن َت ُم ْج َت َهد‬ ‫مفرد مخاطب‬
orang yang rajin
َْ
Kamu perempuan (satu)
‫أن َت ُم ْج َت َه َدة‬ ‫مفردة مخاطبة‬
adalah orang yang rajin
Kamu laki-laki/ perempuan
َْ
(dua) adalah orang yang ‫أن ُت َما ُم ْج َت َه َد َان‬ ‫ة‬/‫تثنية مخاطب‬
rajin
‫‪78 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy‬‬
‫َ‬
‫)‪Kamu laki-laki (banyak‬‬ ‫جمع مذكر مخاطب أ ْن ُت ْم ُم ْج َت َه ُد ْو َن‬
‫‪adalah orang yang rajin‬‬
‫َُْ‬
‫)‪Kamu perempuan (banyak‬‬
‫جمع مؤنث مخاطبة أنت هن ُم ْج َت َه َدات‬
‫‪adalah orang yang rajin‬‬
‫‪Dia laki-laki (satu) adalah‬‬
‫ُه َو ُم ْج َت َهد‬ ‫مفرد غائب‬
‫‪orang yang rajin‬‬
‫‪Dia perempuan (satu) adalah‬‬
‫َه َي ُم ْج َت َه َدة‬ ‫مفردة غائبة‬
‫‪orang yang rajin‬‬
‫‪Dia laki-laki/perempuan‬‬ ‫ُه َما ُم ْج َت َه َد َان‪/‬‬
‫‪(dua) adalah orang yang‬‬ ‫َ‬ ‫تثنية غائب‪/‬ة‬
‫ُم ْج َت َه َدت َان‬
‫‪rajin‬‬
‫‪Mereka laki-laki adalah‬‬ ‫ُه ْم ُم ْج َت َه ُد ْو َن‬ ‫غائب جمع مذكر‬
‫‪orang yang rajin‬‬
‫‪Mereka perempuan adalah‬‬
‫ُه هن ُم ْج َت َه َدات‬ ‫جمع مؤنث غائبة‬
‫‪orang yang rajin‬‬

‫ه ْ‬ ‫ه‬ ‫َ َْ ه‬ ‫َ ْ ْ َ‬
‫النظ َم َمر‬ ‫فاْل هو ُل الل ْف َظ ال َذ ْي َفي‬ ‫َو ُم ْف َر ًدا َوغ ْي ُر ُه َيأ َتي الخ َب ْر‬
‫ه ُ َْ‬
‫الغ ْي ُر َو َه َي الظ ْرف اْل ْج ُر ْو ُر‬
‫َ َ‬
‫ص ْو ُر‬‫َو َغ ْي ُر ُه ف ْي َأ ْرَبع َم ْح ُ‬
‫َ َ‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ُْ‬ ‫َو َفاعل َم ْع ف ْعله هالذ ْي َ‬
‫َوامل ْب َت َدا َم ْع َمال ُه َم َن الخ َب ْر‬ ‫ص َد ْر‬ ‫َ ََ َ‬ ‫َ‬
‫َ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ََ‬
‫َو ْاب َن ْي ق َرا َوذا أ ُب ْو ُه ق َار ْي‬ ‫كأ ْن َت َع ْن َد ْي َوال َف َتى َب َد َار ْي‬
79 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Khabar terdiri dari dua macam, yaitu 1) Khabar


Mufrad dan 2) Khabar Ghairu Mufrad. Adapun
khabar yang pertama (khabar mufrad), maka
sebagaimana contoh yang telah lewat, yaitu
‫ه‬
Lafadz ‫الش َان‬ ‫( َزْيد َع َظ ْي ُم‬Zaid orang yang bagus
kebiasaannya).
Adapun khabar ghairu mufrad, terbagi menjadi
empat macam, yaitu 1) Khabar yang berupa
َْ
dzaraf, seperti ‫( أن َت َع ْن َدي‬Engkau berada di sisiku) 2)
ْ
Khabar berupa jer majrur, seperti ‫( ال َف َتى َب َد َاري‬Pemuda
itu berada di rumahku) 3) Khabar berupa jumlah
fi’liyyah, seperti ‫آن‬ ُ ‫( إ ْبن ْي َق َ َرأ‬Anakku membaca Al-
َ ‫الق ْر‬
َ َ
qur’an) dan 4) Khabar berupa jumlah ismiyyah,
َ َ َ
seperti, ‫( ذا أ ُب ْو ُه ق َارئ‬Orang ini ayahnya adalah seorang
pembaca).
11. Kana dan Saudaranya
َ ‫ب َها ْانص َب ْن َك َك‬
َ ‫ان َزْيد َذا َب‬
‫ص ْر‬
َ ْ ْ ‫ان ْاملُ ْب َت َدا‬
‫اس ًما َوالخ َب ْر‬ َ ‫إ ْ َف ْع ب َك‬
َ َ َ ‫َر‬
80 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ ‫ َ)ك‬yang kemudian
Rafa’kanlah mubtada’ dengan (‫ان‬
menjadi isimnya dan mnashabkanlah khabar yang
َ ‫َك‬
َ ‫ان َزْيد َذا َب‬
kemudian menjadi khabarnya, seperti ‫ص ٍر‬
(Zaid adalah orang yang memiliki penglihatan).
َ‫ص َار َل ْيسا‬َ ‫ص َب َح‬ ْ ‫َو َه َك َذا َأ‬ َ ْ َ َ َ ‫َ َ َ َ ْ َ َه‬
‫كذاك أضحى ظل بات أمس ى‬
َ َ َ َ ‫َفت َئ َو ْان َف هك َو َز‬
‫أ ْرَب ُع َها َم ْن َب ْع َد ن ْف ٍي ت هت َض ْح‬ ‫ال َم ْع َب َر ْح‬ َ
ْ ْ َ ُ َُْ ْ ‫َ َ َ َ َ ََْ َ هْ هْ َ َ ه‬
‫ص َد َرهية‬ ‫كذاك دام بعد ما الظر َفية و َهي ال َتي تكون م‬
Lafadz yang menyamai ‫ان‬ َ ‫ َك‬dalam pengamalannya
َ َ َ َ َْ َ َْ َ َ َ َ َْ َ َ ‫َ َ َ َ ْ َ ه‬
ْ ‫ا‬,َ ‫ظ هل‬,
adalah ‫ض َحى‬ ‫بات‬, ‫امس‬, ‫اصبح‬, ‫صار‬, ‫ليس‬, ‫ف َتئ‬, ‫ان فك‬, ‫زال‬, ‫ب َرح‬
َ َ ْ َ َ َ َ
empat lafadz ini (‫ف َت َئ‬, ‫ان ف هك‬, ‫زال‬, ‫ )ب َرح‬disyaratkan terletak
setelah nafi, adapun ‫ َد َام‬harus didahului ‫َما‬
masdariyah dzarfiyah. berikut contoh ‫ان‬ َ ‫ َك‬dan

saudara-saudaranya :
‫معنى‬
‫‪81 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy‬‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫‪Zaid duduk (pada waktu‬‬ ‫ظ هل ‪ -‬ظ هل َزْيد َج َال ًسا‬ ‫َزْيد َج َالس‬
‫)‪siang‬‬
‫َ‬ ‫َب َ‬
‫ات ‪َ -‬ب َ‬ ‫َ‬
‫‪Zaid tidur (pada waktu‬‬ ‫ات َزْيد نا َئ ًما‬ ‫َزْيد نا َئم‬
‫)‪malam‬‬
‫َ ً‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫‪Zaid membaca (pada waktu‬‬ ‫ا ْم َس ى ‪ -‬ا ْم َس ى َزْيد ق َارئا‬ ‫َزْيد ق َارئ‬
‫)‪sore‬‬
‫َ‬ ‫ص َب َح ‪َ -‬ا ْ‬ ‫ُم َطالع َا ْ‬
‫‪Zaid muthola’ah pelajaran‬‬ ‫ص َب َح َزْيد ُمط َال ًعا‬ ‫َ‬ ‫َزْيد‬
‫)‪(pada waktu pagi‬‬
‫َل ُد ُر ْو َس َه‬ ‫َل ُد ُر ْو َس َه‬
‫ً‬
‫‪Zaid menjadi orang yang‬‬ ‫ص َار َزْيد َع َاملا‬
‫ص َار ‪َ -‬‬ ‫َ‬ ‫َزْيد َع َالم‬
‫‪alim‬‬
‫‪Zaid bukanlah orang yang‬‬
‫َ‬
‫س َزْيد كا َت ًبا‬ ‫َل ْي َ‬
‫س ‪َ -‬ل ْي َ‬ ‫َ‬
‫َزْيد كا َتب‬
‫‪menulis‬‬
‫َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫‪Khalid selalu kuat‬‬ ‫َما ف َت َئ ‪َ -‬ما ف َت َئ خ َالد ق َو ًّيا‬ ‫َخ َالد ق َو ٌّي‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫‪Khalid selalu sujud‬‬ ‫َما ان َف هك ‪َ -‬ما ان َف هك خ َالد َس َاج ًدا‬ ‫خ َالد َس َاجد‬
‫َ ً‬ ‫َ َ َ َ َ َ َ‬ ‫َخالد َ‬
‫‪Khalid selalu tertawa‬‬ ‫ض َاحكا‬ ‫ال خ َالد‬ ‫ض َاحك ما زال ‪ -‬ما ز‬ ‫َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫‪Pekerja selalu duduk‬‬ ‫اع ًدا‬ ‫َ َ َ َ َ َ َ‬
‫اعد ما ب َرح ‪ -‬ما ب َرح الع َام ُل ق َ‬ ‫الع َام ُل ق َ‬
‫َ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫‪Zaid selalu meragukanmu‬‬ ‫َزْيد ُمت َر َدد َإل ْي َك َما َد َام ‪َ -‬ما َد َام َزْيد ُمت َر َد ًدا َإل ْي َك‬
82 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

mudhori’, isim fa’il, isim maf’ul, dan fiil amar) itu


bisa beramal seperti fiil madhinya. Contoh fiil
ً َ ْ ُ
amar ‫ص َادقا‬ ‫( كن‬Jadilah kamu orang seorang sahabat).
َُ َ
Contoh fiil nahi ‫( التك ْن ُم َجا َف ًيا‬Janganlah jadi orang yang
َ ُ ْ
keras hatinya). Contoh masdar, isim Fa’il ‫انظ ْر َلك ْو َن ْي‬
‫ص َب ًحا ُم َوا َف َيا‬
ْ ‫( ُم‬Lihatlah padaku yang selalu menepati janji).

Catatan
َ ‫ َك‬dan saudara-saudaranya terdiri dari dua
Isim ‫ان‬
macam :
83 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
ُ
Kita laki-laki/perempuan adalah orang yang ‫ك هنا‬
bepergian َ
ٍ ‫م َسا َف َر‬/ُ ‫ُم َسا َف َرْين‬
‫ات‬
ُ
Kamu laki-laki (satu) adalah orang yang ‫ك ْن َت ُم َسا َف ًرا‬
bepergian
ً ُ
Kamu perempuan (satu) adalah orang yang ‫ك ْن َت ُم َسا َف َرة‬
bepergian
ُ
Kamu laki-laki (dua) adalah orang yang ‫ك ْن ُت َما ُم َسا َف َرْي َن‬
bepergian
ُ
Kamu laki-laki (banyak) adalah orang yang ‫ك ْن ُت ْم ُم َسا َف َرْي َن‬
bepergian
‫ُ ُْ ه‬
Kamu perempuan (banyak) adalah orang ‫ات‬ ٍ ‫كنتن ُم َسا َف َر‬
yang bepergian
Dia laki-laki (satu) adalah orang yang َ ‫َك‬
‫ان ُم َسا َف ًرا‬
bepergian
ً َ َ
Dia perempuan (satu) adalah orang yang ‫كان ْت ُم َسا َف َرة‬
bepergian
َ َ
Dia laki-laki (dua) adalah orang yang ‫كانا ُم َسا َف َرْي َن‬
bepergian
ُ َ
Dia laki-laki (banyak) adalah orang yang ‫كان ْوا ُم َسا َف َرْي َن‬
bepergian
ُ
Dia perempuan (banyak) adalah orang yang ‫ات‬ٍ ‫ك هن ُم َسا َف َر‬
bepergian

12. Inna dan Saudaranya


َ َ ُ َ َ َ
‫ت ْرف ُع ُه ك َإ هن َزْي ًدا ذ ْو نظ ْر‬
َ ْ ْ ‫َت ْنص ُب إ هن ْاملُ ْب َت َدا‬
‫اس ًما َوالخ َب ْر‬ َ َ
84 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ
‫َو َمث ُل َإ هن أ هن ل ْي َت َفي ال َع َم ْل َو َهكذا ك َإ هن ل َك هن ل َعل‬
Lafadz ‫ َإ هن‬beramal menashabkan mubtada’ yang
kemudian menjadi isimnya dan merafa’kan
khabar yang kemudian menjadi khabarnya,
َ َ ُ
seperti ‫( َإ هن َزْي ًدا ذو نظ ْر‬Sesungguhnya Zaid orang yang
memiliki pandangan luas).
Lafadz-lafadz yang memiliki amal seperti ‫َإ هن‬
َ َ َ ََ َ
adalah ،‫ أ هن‬،‫ ل ْي َت‬،‫ل َك هن‬،‫ كأ هن‬،‫ ل َع هل‬.
‫َو َل ْي َت م ْن َأ ْل َفاظ َم ْن َت َمنىه‬ ‫َو َأ هك ُدوا ْاملَ ْع َنى بإ هن َأناه‬
َ ََ
ْ ‫اس َت ْع َم ُل ْوا َلك هن في‬
ْ ‫است‬ ُْ ْ ‫ََ ه‬
‫اك‬
َ َ ‫ر‬َ ‫د‬ َ َ
ْ ‫َو‬ ‫كأ هن َللتش َب ْي َه َفي اْل َح َاك ْي‬

‫ص ْل‬ َ ‫َك َق ْوله ْم َل َع هل َم ْح ُب ْوب ْي َو‬ َ ُّ َ َ


‫َو َلت َر ٍج َوت َوق ٍع ل َعل‬
َ ََ
Taukidilah suatu makna dengan menggunakan ‫َإ هن‬
َ َ
dan ‫أ هن‬, sedangkan lafadz ‫ ل ْي َت‬mempunyai makna
ََ
tamanni (andaikata), ‫ كأ هن‬bermakna tasybih
َ
(seperti), ‫ ل َك هن‬bermakna istidrok (akan tetapi), ‫ل َّ َع هل‬
85 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

bermakna tarajji (semoga) dan tawaqqu’


(seandainya).
Keterangan
‫ َإ هن‬dan saudara-saudaranya termasuk amil yang
merusak jumlah ismiyah (mubtada’ dan khobar).
‫َإ هن‬ dan saudara-saudaranya mempunyai
pengamalan menashobkan mubtada’ yang
menjadi isimnya dan merofa’kan khobar. ‫ َإ هن‬dan
saudara-saudaranya mempunyai faedah yang
berbeda-beda, di antaranya :
86 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Lafadz ‫ َإ هن‬tidak disyaratkan adanya amil yang


َ
mendahului, sedangkan ‫ أ هن‬harus didahului
amil sebelumnya.
87 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
88 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Catatan
Isim ‫ َإ هن‬dan saudara-saudaranya terdiri dari dua
macam :
1. Isim dzahir, seperti :
Sesungguhnya murid itu adalah َ ْ ِ
‫التل َم ْيذ ُم ْج َت َهد‬
َ ‫إ َّن‬
orang yang rajin
Telah sampai padaku bahwa
َ َ
sesungguhnya Muhammad adalah ‫َبل َغ َن ْي َبأ هن ُم َح هم ًدا َر ُسول‬
utusan
Semoga pelajar itu adalah orang َ َ َ ‫ه‬ َ
‫ل َع هل الط َال َبة ن َش ْيطة‬
yang rajin
2. Isim dhamir
Sesungguhnya saya (laki-laki/perempuan) ‫ ُم ْؤ َم َنة‬/‫َإ هن َن ْي ُم ْؤ َمن‬
adalah orang yang percaya
Sesungguhnya kita laki-laki/perempuan ‫َإ هن َنا‬
َ
adalah orang yang percaya
‫م ْؤ َم َنات‬/ُ ‫ُم ْؤ َم ُن ْون‬
Sesungguhnya kamu laki-laki (satu) ‫َإ هن َك ُم ْؤ َمن‬
adalah orang yang percaya
Sesungguhnya kamu perempuan (satu)
‫َإ هن َك ُم ْؤ َم َنة‬
adalah orang yang percaya
ُ
Sesungguhnya kamu laki-laki (dua)
‫َإ هنك َما ُم ْؤ َم َن َان‬
adalah orang yang percaya
89 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

ُ
Sesungguhnya kamu laki-laki (banyak) ‫َإ هنك ْم ُم ْؤ َم ُن ْو َن‬
adalah orang yang percaya
ُ
Sesungguhnya kamu perempuan
‫َإ هنك هن ُم ْؤ َم َنات‬
(banyak) adalah orang yang percaya
Sesungguhnya dia laki-laki (satu) adalah
‫َإ هن ُه ُم ْؤ َمن‬
orang yang percaya
Sesungguhnya dia perempuan (satu)
‫َإ هن َها ُم ْؤ َم َنة‬
adalah orang yang percaya
Sesungguhnya dia laki-laki (dua) adalah
‫َإ هن ُه َما ُم ْؤ َم َن َان‬
orang yang percaya
Sesungguhnya dia laki-laki (banyak) ‫َإ هن ُه ْم ُم ْؤ َم ُن ْو َن‬
adalah orang yang percaya
Sesungguhnya dia perempuan (banyak)
‫َإ هن ُه هن ُم ْؤ َم َنات‬
adalah orang yang percaya

13. Dzanna
َ dan Saudaranya
َ ْ َ ُ َ ْ ُْ َ ْ
‫َوك هل َف ْع ٍل َب ْع َد َها َعلى اْلث ْر‬ ‫َان َص ْب َبظ هن امل ْب َت َدا َم َع الخ َب ْر‬
ُ‫َ َأ ْي ُت ُه َو َج ْد ُت ُه َعل ْم ُته‬ ْ َ
‫ك َخل ُت ُه َح َس ْب ُت ُه َز َع ْم ُت ُه‬
َ ‫ر‬
َ َْ ْ َ ُ ُْ َ ْ
‫ص هرف ُت ُه فل ُي ْعل َما‬ ‫َم ْن َه َذ َه‬ ‫َج َعل ُت ُه هاتخذت ُه َوك َل َما‬

‫ان َم ْس َج َدا‬ َ ‫اج َع ْل َل َنا َه َذا ْاملَ َك‬


ْ ‫َك َق ْوله ْم َظ َن ْن ُت َزْي ًدا ُم ْنج َدا َو‬
َ ََ
90 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Nashabkanlah mubtada’ dan khabar (yang


kemudian keduanya menjadi dua maf’ulnya)
َ َ ْ
dengan ( ‫ ) ظ هن‬dan sesamanya, yaitu ‫َخل ُت ُه َح َس ْب ُت ُه َز َع ْم ُت ُه َرأ ْي ُت ُه‬
ُْ َ ْ ُ
‫ َو َج ْدت ُه َع َل ْم ُت ُه َج َعل ُت ُه هاتخذت ُه‬dan setiap lafadz yang ditashrif
ْ َ
dari lafadz tersebut , seperti yang fi’il madhi ‫ظ َنن ُت‬
‫( َزْي ًدا ُم ْن َج َدا‬Saya menyangka Zaid selamat dati
martabatnya), fi’il amar ‫ان َم ْس َج ًدا‬ َ ‫اج َع ْل َل َنا َه َذا ْاملَ َك‬ْ

(Jadikanlah tempat ini masjid)


Keterangan
َ
‫ ظ هن‬dan sesamanya termasuk amil nawasikh (amil
yang merusak) jumlah ismiyah (mubtada’ dan
َ
khobar). ‫ظ هن‬ mempunyai pengamalan
menashobkan mubtada’ dan khobar yang akan
َ َ
menjadi dua maf’ulnya ‫ظ هن‬. Adapun saudara ‫ ظ هن‬ada
ُْ َ ْ ُ َ ْ
8 yaitu ‫ َخل ُت ُه َح َس ْب ُت ُه َز َع ْم ُت ُه َرأ ْي ُت ُه َو َج ْدت ُه َع َل ْم ُت ُه َج َعل ُت ُه هاتخذت ُه‬. Lafadz
َ
yang ditashrif dari ‫ ظ هن‬dan saudaranya juga
beramal menashobkan mubtada’ dan khobar.
91 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ
‫ ظ هن‬dan sesamanya memiliki makna sebagai
berikut :
92 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Saya menyangka Zaid orang yang ‫ص َد ْي ًقا‬


َ ‫َحس ْب ُت َزْي ًدا‬
َ
jujur
ً ْ
Saya menyangka Amr berdiri ‫َخل ُت َع ْم ًرا قا َئ ًما‬
ً َ
Kamu menyangka bahwa aku orang ‫َز َع ْم َت َن ْي ش ْيخا‬
tua
Saya menyangka Zaid orang yang َ ‫َا َت َخ ْذ ُت َزْي ًدا‬
‫ص َد ْي ًقا‬
jujur
93 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

yang mengandung dlamir yang kembali kepada


man’utnya (atau yang dinamakan dengan Na’at
ُ ‫الكرْي ُم َا ُب‬
Sababi), seperti ‫وه‬
َ ُ ُ‫َ َ ه‬
َ ‫ ( جاء الرجل‬Telah datang seorang
laki-laki yang mulia ayahnya).
Keterangan
Na’at yaitu isim yang mengikuti (tabi’) pada
man’ut dalam yang berupa lafadz musytaq
(tercetak dari lafadz lain) atau di ta’wili dengan
lafadz yang musytaq dan tidak menyamai lafadz
َ ُ َ َ
matbu’. Contoh ‫رجل ك َرْيم‬ ‫( جاء‬Telah datang lelaki yang
mulia).
Lafadz na’at ada dua, yaitu :
1. Musytaq (‫)وهو ما دل على حدث وصاحبه وتضمن معنى فعل وحروفه‬
Yaitu lafadz yang menunjukkan arti pekerjaan dan
orang yang melakukan, serta mengandung makna
fiil dan huruf-hurufnya.
Lafadz-lafadz musytaq yang bisa menjadi na’at
yaitu:
a. Isim Fa’il
94 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

ِ ‫( هذّاَ ر ُجلٌَ ض‬Ini laki-laki yang


Contoh: ٌَ‫ارب‬
memukul)

b. Amtsilati mubalaghah
َ ‫( ََ َهذا َر ُجل‬Ini laki-laki yang banyak
Contoh: ‫ض هراب‬
memukul)
c. Isim maf’ul
ْ ‫( َ َهذا َر ُجل َم‬Ini hamba yang dipukul)
Contoh :َ‫ض ُر ْوب‬
d.Isim sifat musyabbihah
َ ‫( َ َرأ ْي ُت َر ُج ًَل َح َس َن‬Saya melihat laki-laki
Contoh :َ‫الو ْج َه‬
yang tampan wajahnya)
e. Isim tafdhil
َ َ
Contoh :َ َ‫( َم َر ْر ُت َب َر ُج ٍل ا ْعل َم َم ْن َك‬Saya lewat dan
bertemu laki-laki yang lebih pandai darimu)
2. Muawwal bil musytaq
Yaitu lafadz jamid yang memberi faidah pada
makna lafadz musytaq, serta mengandung
makna fiil tetapi tidak memuat huru-hurufnya.
Lafadz jamid muawwal yang bisa dijadikan
na’at meliputi :
95 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

a. Isim isyaroh
Disyaratkan tidak menunjukkan dhorof
makan, yaitu َ‫ ث هم‬dan ‫ُه َنا‬
َ
Contoh :ََ‫ َم َر ْر ُت َب َر ُج ٍل َهذا‬dita’wil dengan ‫َم َر ْر ُت َب َزْي ٍد‬
‫اض ٍر‬ َ
َ ‫ح‬
(Saya lewat bertemu Zaid yang ini)
b. Isim mausul
Disyaratkan maknanya sudah diketahui. Hal
َ
ini mengecualikan lafadz ‫ أ ٌّي‬،‫ َما‬،‫َم ْن‬
َ ‫ه‬ ُ َ
Contoh : ‫ َم َر ْر ُت َ َب َزْي ٍد ال َذ ْي ق َام‬dita’wil dengan ‫َامل ْعل ْو َم‬
‫َم َر ْر ُت َب َزْي ٍد َق َي ُام ُه‬
(Saya lewat bertemu Zaid yang berdiri)
ُ
c. Lafadzَ‫ ذ ْو‬yang bermaknaَ‫صا َحب‬ َ

Contoh :‫ َم َر ْر ُت َب َر ُج ٍل َذ ْي َم ٍال‬dita’wil dengan ‫َم َر ْر ُت َب َر ُج ٍل‬


‫اح َب َم ٍال‬ َ
َ ‫ص‬
(Saya lewat bertemu laki-laki yang memiliki
harta)
d.Asma’un nasab (nama-nama yang
dinisbatkan)
96 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ
Contoh : ‫ َم َر ْر ُت َب َر ُج ٍل َد ْمش َق ٍي‬dita’wil dengan ‫َ ََ َم َر ْر ُت‬
َ ْ
َ‫َب َر ُج ٍل َمن ُس ْو ٍب َال ْي َها‬
(Saya lewat bertemu orang laki-laki yang berasal
dari Damaskus)
e. Masdar
Disyaratkan berupa masdar fiil tsulatsi dan
bukan masdar mim, serta harus dibentuk
lafadz mufrod mudzakkar.
Contoh :
‫( َ َج َاء َر ُجل َع ْدل‬Telah datang seorang laki-laki yang
adil)
َ
‫( َج َاء َر ُجَل َن َع ْدل‬Telah datang dua laki-laki yang adil)
‫( َج َاء َر َجال َع ْدل‬Telah datang laki-laki banyak yang
adil)
َ َ
‫( َجائ ْت َا ْم َرأة َع ْدل‬Telah datang wanita yang adil)

Tujuan membuat na’at


1. Taudlih
97 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Yaitu menjelaskan pada man’ut untuk


menghindari keserupaan. Hal ini jika
man’utnya berupa isim ma’rifat.
َ ‫َج َاء َزْيد‬
Contoh : َ‫الع َال ُم‬
Ketika diucapkan ‫(َ َ َج َاء َزْيد‬Zaid telah datang),
sementara di tempat tersebut ada dua Zaid, yang
satu alim dan lainnya jahil, maka ketika diucapkan
َ ‫ج َاء َزْيد‬,
‫الع َال ُم‬ َ keserupaan diantara keduanya hilang.

2. Tahsis
Yaitu meminimalkan isytirok, hal ini jika
man’utnya berupa isim nakiroh.
َ ُ َ
َ ‫ج َاء َرجل ش‬
Contoh : ‫اعر‬
Ketika diucapkanَ‫( َ َج َاء َر ُجل‬seorang laki-laki telah
datang), maka terjadi ihtimal, apakah laki-laki
tersebut penyair, petani, pedagang, atau yang
َ ُ َ
َ ‫ج َاء َرجل ش‬, maka hal itu
lain. Ketika diucapkan ‫اعر‬
menjadi hilang dan tertentu pada penyair.
(namun masih isytirak pada semua penyair).
َ ْ ُ َْ ْ ََ
‫فأ هو ُل ال َق ْس َم ْي َن َم ْن ُه ات َب َع َم ْن ُع ْوت ُه َم ْن َعش َر ٍة َْل ْرَب َع‬
98 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

‫اب‬ ‫ص‬َ ‫ف ْي َواح ٍد م ْن َأ ْو ُجه ْاْل ْع َراب م ْن َر ْفع َأ ْو َخ ْفض َأو ْانت‬
َ َ َ ٍ ٍ َ َ َ َ َ َ َ
‫الت ْن َك ْي َر‬
ُ ْ ْ ‫ُّ َ ه‬
‫ف َو ه‬ َ ْ ْ‫َ َ َ ْ ْ َ ه‬
‫الضد والتع َري‬ َ ‫كذا َمن ا َْلف َر َاد والتذ َكي َر و‬
َ ْ ُ َُ ْ َ َ َ ْ َ َ
‫اض ُل َو َج َاء َم ْع ُه َن ْس َوة َح َو َام ُل‬
َ ‫كقوَلنا جاء الغَلم ال‬
‫ف‬
Pembagian na’at yang petama, yaitu na’at hakiki,
itu harus mengikuti man’utnya pada empat
perkara dari sepuluh perkara, yaitu:
1. Mengikuti salah satu dari wajah i’rabnya
man’ut (rafa’, nashab atau jer),
2. Mengikuti man’utnya dalam mufrad,
tatsniyyah, jama’,
3. Mengikuti man’utnya dalam mudzakar atau
mu’annats,
4. Mengikuti man’utnya dalam nakirah dan
ma’rifatnya.
Contoh :
a. ‫اض ُل‬ َ ُ َُ َ َ
َ ‫( جاء الغَلم الف‬Telah datang pembantu yang
utama)
99 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ
b. ‫( َجائ ْت َن ْس َوة َح َو َام ُل‬Telah datang wanita-wanita yang
hamil).
َ ‫( َج َاء َزْيد‬Telah datang Zaid yang berakal)
c. ‫العا َق ُل‬
َ ‫( َ َرأ ْي ُت َزْي ًدا‬Saya melihat Zaid yang berakal)
d. ‫العا َق َل‬
َ ‫( َم َر ْر ُت ب َزْي ٍد‬saya lewat bertemu Zaid yang
e. ‫العا َق َل‬ َ
berakal)
َ َ
f. ‫العا َقَل َن‬ ‫الزْي َد َان‬
‫( َج َاء ه‬Telah datang dua Zaid yang

berakal)
َ َ
g. ‫العا َقل ْي َن‬ ‫( َ َرأ ْي ُت ه‬Saya melihat dua Zaid yang
‫الزْي َد ْي َن‬
berakal)
َ َْ َْ ْ َ
‫َو َإ ْن َج َرى امل ْن ُع ْو َت غ ْي َر ُم ْف َر َد‬ ‫َوثا َن َي ال َق ْس َم ْي َن َم ْن ُه أف َر َد‬
ُ ْ َْ ْ ُ َ ْ ‫هْ ْ َ ه‬ ْ ْ َ
‫ُمط َاب ًقا َملظ َه َر املذك ْو َر‬ ‫التذ َك ْي َر‬ ‫اج َعل ُه َفي التأ َني َث و‬ ‫و‬
ْ َ َ َ ُ َ
‫ُم ْنط َلق َز ْو َج ُاه َما ال َع ْب َد َان‬ ‫َمثال ُه ق ْد َج َاء ُح هرت َان‬
َ ُْ َْ َُ ََ ُْ
‫َز ْو َج ُت ُه َع ْن َد ْي َن َها اْل ْح َت َاج ل ْه‬ ‫َو َمثل ُه أتى غَلم َسا َئلة‬
Bagian kedua, yaitu na’at sababi, maka bentuklah
mufrad, meskipun man’utnya berupa tatsniyyah
atau jama’.
100 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Sedangkan untuk mudzakar dan mu’annatsnya,


diikutkan kepada isim dzahir yang dirafa’kan
َ َ
yang terletak setelahnya, seperti ‫َج َاء ُح هرت َان ُم ْنط َلق َز ْو َج ُاه َما‬
(Dua perempuan merdeka yang suaminya sedang
bepergian telah datang).

Keterangan
Na’at sababi yaitu na’at yang merofa’kan isim
dhohir. Na’at sababi mengikuti man’utnya pada
dua dari lima perkara, yaitu:
1. Dalam segi i’robnya (Rafa’, nashab, jer)
2. Dalam nakiroh atau makrifatnya
Sedangkan untuk mudzakkar dan muannasnya
tidak memandang pada man’utnya, tetapi melihat
isim dzahir yang dirafa’kannya. Contoh :
101 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
102 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ َ
‫( َزْيد َو َع ْمرو‬Telah datang Zaid dan Amr) ‫ق َام َزْيد َوق َع َد َخ َالد‬
(Zaid telah berdiri dan Khalid telah duduk)
Keterangan
Athaf dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Athaf bayan
Yaitu lafadz yang mengikuti (tabi’) pada
matbu’nya (di dalam i’rob) yang menyerupai
pada sifat/naat di dalam menjelaskan
matbu’nya jika berupa isim ma’rifat, dan
mentahsis pada matbu’nya jika berupa isim
nakiroh.
‫ص َو ُع َم ُر‬ ْ َ ْ ُ َ ‫َأ ْق َس َم ب‬
Contoh : ٍ ‫اهلل أبو خف‬
َ َ
(Bersumpah dengan lafadz billah, Abu
khofs, yaitu Umar)
َ ‫م ْن َم ٍاء‬
‫ص َد ْي ٍد‬ َ
(Dari air yaitu nanah)
Dinamakan athaf bayan yang artinya
menjelaskan, dikarenakan mengulangi lafadz
yang pertama (ma’thuf alaih) dengan lafadz
103 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

yang sama di dalam maknanya (murodif) untuk


menambah kejelasan.
2. Athaf nasaq
Yaitu yang mengikuti (tabi’) pada matbu’nya,
yang di antara lafadz dan matbu’nya terdapat
salah satu dari huruf-huruf athaf.
Athaf (bayan/nasaq) harus mengikuti i’rob
lafadz yang di athafi (ma’thuf alaih).
Contoh :
َ
a. Mengikuti dalam rofa ‫ق َام َزْيد َو َع ْمرو‬
َ
b. Mengikuti dalam nashob ‫َرأ ْي ُت َزْي ًدا َو َع ْم ًرا‬
c. Mengikuti dlam jar ‫َم َر ْر ُت َب َزْي ٍد َو َع ْم ٍر‬
َ َ
d. Mengikuti dalam jazm ‫َزْيد ل ْم َي ُق ْم َول ْم َي ْق ُع ْد‬
َ َ ُ َ َ َْ ْ
‫َح هتى َو َب ْل َوال َول َك ْن َإ هما‬ ‫َبال َو َاو َوالفا أ ْو َو أ ْم َوث هم‬
ْ َْ َ ً ْ َ َ ً َْ ْ َ ْ َ ‫َ َ َ َْ َ ه‬
‫اللقا َواملط َع َم‬ َ َ‫ب‬ ‫ا‬
‫ر‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫ا‬‫د‬ ‫ي‬
‫ز‬ ‫م‬ َ َ ‫كجاء زيد ثم عمرو أ‬
‫ر‬ ‫ك‬
ُ‫ض ُر ْوا َح هتى َي ُف ْو ُت َأ ْو َي ُز ْو ُل ْاملُ ْن َكر‬ ُ ‫َوف َئة َل ْم َي ْأ ُك ُل ْوا َأ ْو َي ْح‬
َ
َ َ َ ُ
Huruf ‘athaf ada sepuluh, yaitu (‫) َواو‬, (‫) فاء‬, ( ‫) ا ْو‬, ( ‫) ا ْم‬, ( ‫ث هم‬
َ َ َ
), ( ‫) َح هتى‬, ( ‫) َب ْل‬, ( ‫) ال‬, ( ‫ ) ل َك ْن‬dan ( ‫) َإ هما‬, seperti ‫َج َاء َزْيد ث هم َع ْمرو‬
104 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ َ َ ً َْ ْ َ
(Telah datang Zaid kemudian Amr), ‫اللقا‬ َ ‫أك َر َم زيدا وع ْم ًرا َب‬
ْ َْ
‫( َواملط َع َم‬Muliakanlah Zaid dan Amr dengan
menyuguhkan makanan).
Huruf athaf yang ada sepuluh di atas, mempunyai
makna yang berbeda-beda, di antaranya :
1. Wawu
Memiliki faidah mutlaqul jam’i yaitu mutlaq
berkumpulnya ma’thuf dan ma’thuf alaih tanpa
berfaidah tartib, ta’qib dan ma’iyyah.
a. Mengathafkan perkara yang akhir (dalam
terjadinya) pada perkara yang dahulu.
ُ َ َ ََ
Contoh :‫َولق ْد أ ْر َسل َنا ن ْو ًحا َو ْإب َر َاه ْي َم‬
(Sungguh Aku telah mengutus Nuh dan Ibrahim)
b. Mengathafkan perkara dahulu (dalam
terjadinya) pada perkara yang akhir
(setelahnya).
َ ‫َ ه‬ َ َ ََ
Contoh :‫َ َولق ْد أ ْو َح ْي َنا َإل ْي َك َو َإلى ال َذ ْي َن َم ْن ق ْب َل َك‬
(Dan sesungguhnya telah kami wahyukan
padamu Muhammad dan rasul-rasul sebelumnya)
105 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

c. Mengathafkan perkara yang bersamaan.


Contoh:‫الس َف ْي َن َة‬
‫اب ه‬ ْ ‫َ َو َأ ْن َج ْي َن ُاه َو َأ‬
َ ‫ص َح‬

(Maka telah ku selamatkan Nuh dan orang yang


naik perahu)
2. Fa’
Memiliki faidah tartib dan ta’qib yaitu
kumpulnya ma’thuf dan ma’thuf alaih dalam
hukumnya secara tertib dan ta’qib (tanpa ada
waktu yang memisah menurut ‘urf).
َ
Contoh:‫َ َج َاء َزْيد ف َع ْمرو‬
(Telah datang Zaid kemudian Amr)
3. Tsumma
Memiliki arti tartib dan tarokhi (antara ma’thuf
dan ma’thuf alaih ada pemisah jarak waktu).
ُ
Contoh :‫َج َاء َزْيد ث هم َع ْمرو‬
(Telah datang Zaid kemudian Amr)
4. Am
Am dibagi menjadi dua, yaitu
a. Am muttasilah, yaitu Am yang didahului
oleh hamzah istifham atau hamzah taswiyah
106 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

(hamzah yang masuk pada jumlah yang bisa


ditempati masdar).
َ َ
Contoh:‫َأ َزْيد َع ْن َد َك أ ْم َع ْمرو‬
(Adakah Zaid di sisimu atau Umar?)
b. Am munfasilah, yaitu Am yang tidak
didahului hamzah istifham atau taswiyah.
Am ini memiliki arti idrob.
ُ ‫الظ ُل َم‬
ُّ َ َ
ُّ ‫ات َو‬
Contoh :‫الن ْو ُر‬ ‫ أ ْم َه ْل ت ْس َت َوى‬maknanya ‫ب َّ ْل ُه ْم‬
َ
‫ت ْس َت َوى‬
(Bahkan tidak sama antara kegelapan dan cahaya)
5. Imma
Memiliki beberapa arti, yaitu :
a. Tahyir (memilih di antara muta’athifin)
Yaitu apabila terletak setelah kalam tholab.
ْ ُ َ
Contoh :‫ت َز هو ْج َإ هما َه ْن ًدا َو َإ هما أخ َت َها‬
(Nikahkanlah, adakalanya dengan Hindun,
adakalanya dengan saudaranya)
b. Taqsim (membagi)
Yaitu apabila terletak setelah kalam khabar.
ُ َ
Contoh :‫َالك َل َمة َإ هما َإ ْسم َو َإ هما َف ْعل َو َإ هما َح ْرف‬
107 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

(Kalimah adakalanya isim, fiilm dan huruf)


c. Syak (ragu-ragu)
Contoh:‫َ َج َاء َإ هما َزْيد َو َإ هما َع ْمرو‬
(Telah datang, adakalanya Zaid, adakalanya Amr)
d. Ibham
Yaitu membuat samar pada mukhatab.
Contoh:‫َ َج َاء َإ هما َزْيد َو َإ هما َع ْمرو‬
Hal ini jika mutakallimnya sudah tahu orang
yang datang.
e. Ibahah
َ ‫َ ه‬
Contoh:‫َت َعلم َإ هما َف ْق ًها َو َإ هما ن ْح ًوا‬
(belajarlah adakalanya ilmu fiqih dan adakalanya
nahwu)
6. Bal
Memiliki makna idrob yaitu menolak kesalahan
dalam hukum. Idrob ada dua, yaitu :
a. Idrob ibthali, yaitu menghilangkan hukum
lafadz sebelumnya bal, sehingga seperti
lafadz yang tidak terucapkan dan tidak diberi
hukum, serta menjadikan hukum pada lafadz
108 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

setelahnya. Makna ini terjadi di dalam kalam


khobar dan Amr.
Contoh: ‫َج َاء َزْيد َب ْل ُع َم ُر‬
(Telah datang Zaid, bahkan Umar)
b. Idrob intiqali, yaitu menetapkan hukum
lafadz sebelumnya bal, dan menjadikan
kebalikan hukum lafadz setelahnya.
َ َ َ ُْ ْ ُ ْ َ ‫َ ْ َ َْ َ َ ْ َ َه َ َ َ َ ْ َ َ َ َه‬
Contoh : ‫الح َياة‬ ‫ََقد أفلح من تزكى وذكر اسم رَب َه فصلى بل تؤ َثرون‬
ْ ُّ
‫الدن َيا‬
(Sungguh beruntung orang yang membersihkan
dirinya dan menyebut asma tuhannya, kemudian
melakukan sholat, bahkan (tapi) kamu semua
memilih kehidupan dunia).
7. Laa
Memiliki faidah menghindarkan sami’ dari
kesalaha di dalam hukum pada yang benar.
Maknanya adalah menafikan (meniadakan)
hukum dari lafadz setelahnya, dan hanya
memberikan hukum pada lafadz sebelumnya)
َ
Contoh :‫َ َج َاء َزْيد ال َع ْمرو‬
109 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

(Telah datang Zaid, bukan Amr)


8. Lakin
Memiliki makna dan faidah seperti bal yang
jatuh setelah nafi atau nahi.
َ ُ َ
Contoh : ‫ل ْم َيك ْن َزْيد ل َك ْن َع ْمرو‬
(Zaid tidak sedang berdiri, tetapi Amr)

9. Hatta
Memiliki dua makna, yaitu:
a. Ghoyah (batas akhir)
Yaitu apabila lafadz setelahnya merupakan
batas akhir dari lafadz sebelumnya, di dalam
kelebihan dan kekurangan.
َْ َ ‫َ َم‬
Contoh :‫اس َح هتى اْلن َب َي ُاء‬ ‫ات ه‬
ُ ‫الن‬

(Manusia telah mati, sehingga para nabi)


b. Tadrij (bertahap)
Yaitu apabila lafadz sebelumnya, habis
sedikit demi sedikit sampai pada puncaknya.
Oleh karena itu disyaratkan ma’thufnya
sebagian dari lafadz sebelumnya.
110 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

10. Aw
Memiliki beberapa makna, yaitu :
a. Tahyir (memilih)
ْ ُ َ َ َ
Contoh :‫ت َز هو ْج َزْين َب أ ْو أخ َت َها‬
(Nikahilah Zainab atau saudaranya)
b. Ibahah, yaitu diperbolehkan memilih di
antara muta’athifin atau mengumpulkan
keduanya.
ُّ ‫الع َل َم َاء َأو‬
Contoh :‫الز َه َاد‬ ُ ‫س‬ ُ ‫َ َج َال‬
َ
(Duduklah bersama ulama’ atau ahli zuhud)
c. Syak (ragu-ragu)
Makna ini terjadi setelah kalam khabar
َ ‫َلب ْث َنا َي ْو َما َأ ْو َب ْع‬
Contoh :َ‫ض َي َو ٍم‬ َ
(Kita tinggal selama satu hari, atau setengah
hari)
d. Ibham (menyamarkan)
Yaitu membuat suatu hukum menjadi samar
terhadap sami’, dan disyaratkan mutakallim
sudah mengetahui hukum.
ََ ْ َ ً ُ ََ َ ْ ُ ‫َ ه َْ ه‬
Contoh :‫ضَل ٍل ُم َب ْي ٍن‬ ‫و َإنا أو َإياكم لعلى هدى أو َفي‬
111 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

(Sesungguhnya aku atau kamu semua (orang


kafir), yang mendapat petunjuk/kesetatan yang
jelas).
e. Taqsim (membagi)
َ َ ُ َ
Contoh :‫َالك َل َمة َإ ْسم ا ْو َف ْعل ا ْو َح ْرف‬
(Kalimah terbagi menjadi isim atau fiil atau
huruf).
16. Taukid
‫َ ْ َُْ َُْ ه‬
‫ف َيت َب ُع املؤ َك ُد املؤك َدا‬ َ‫َو َجائز َفي ْاْل ْسم َأ ْن ُي َؤ هكدا‬
َ َ َ
ََ ‫َه‬ َ َ ْ ْ ‫ْ َْ ُ ْ َْ َ ه‬
‫ُم َن َكر ف َع ْن ُمؤك ٍد خَل‬ ‫ف ال‬
َ ‫اب والتع َري‬ َ ‫َفي أوج َه ا َْلعر‬
Kalimah isim itu bisa ditaukidi, maka mu’akkid
(Lafadz yang mentaukidi) harus mengikuti
mu’akkadnya (Lafadz yang ditaukidi) dalam
wajah i’rab (rafa’, nashab dan jer) dan ma’rifatnya,
karena mu’akkid dan mu’akkad harus berupa isim
ma’rifat, tidak boleh dari isim nakirah.
Taukid dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Taukid Lafdzi
112 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Yaitu mengulangi lafadz dengan lafadznya


sendiri, atau dengan lafadz lainyang memiliki
arti sama (muradif), dengan tujuan untuk
menghindari lupanya sami’ atau untuk
menetapkannya dalam hati.
Taukid lafdzi dapat berada pada kalimah isim,
fiil, dan huruf.
Contoh :
a. Dalam kalimah isim
َ َ َ ‫اك إ هن َم ْن َال َأ ًخا َل ُه َك َساع إ َلى‬
‫اله ْي َجا َبغ ْي َر َسَل ٍح‬ َ ‫اك َأ َخ‬
َ ‫َأ َخ‬
َ ٍ َ
(Ingatlah saudaramu, saudaramu, karena
sesungguhnya orang yang tidak punya saudara,
seperti orang yang perang tanpa membawa
senjata)
َ َ
‫( َج َاء ل ْيث أ َسد‬Di sini telah datang harimau,
harimau)
b. Dalam kalimah fiil
َ َ
َ‫(َق َام ق َام َزْيد‬Telah berdiri, telah berdiri Zaid)
َ َ ََ
‫س ق َع َد ُع َم ُر‬ ‫( جل‬Telah duduk, duduk Umar)
c. Dalam kalimah huruf
113 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َْ َ َ
‫ ال أف َع ُل‬،‫(َال‬Tidak, tidak saya bekerja)
َ
‫(َن َع ْم َج ْير‬Ya, ya)
2. Taukid Maknawi
Yaitu lafadz yang tabi’ (mengikuti pada
matbu’nya) yang menghilangkan berbagai
kemungkinan).
َ
Contoh :‫َج َاء َزْيد ن ْف ُس ُه‬
(Telah datang Zaid, yaitu dirinya)
Ketika diucapkan ‫ َج َاء َزْيد‬maka kalam ini ada
kemungkinan mengira-ngirakan mudhof,
bahwa yang datang itu suratnya Zaid atau
َ
utusannya, dan ketika diucapkanََ‫ََ َج َاء َزْيد ن ْف ُس ُه‬,
maka kemungkinan itu menjadi hilang.
َ ُ َ َ َ ْ َْ ُ َ
‫َول ْفظ ُه املش ُه ْو ُر َف ْي َه أ ْرَب َع ن ْفس َو َع ْين ث هم ك ٌّل أ ْج َم ُع‬

‫ص َعا‬َ ‫َو َغ ْي ُر َها َت َوابع َْل ْج َم َعا م ْن َأ ْك َتع َو َأ ْب َتع َو َأ ْب‬


ٍ ٍ َ َ َ
ُ ‫َك َج َاء َزْيد َن ْف ُس ُه َو ُق ْل َأ َرى َج ْي‬
َ‫ش ْا َْل َم ْير ُك ُّل ُه َت َأ هخرا‬
َ
َْ ً َ َْ ُ
‫َوط ْف ُت َح ْو َل الق ْو َم أ ْج َم َع ْي َنا َم ْت ُب ْو َعة َب َن ْح َو أك َت َع ْي َنا‬
114 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Lafadz taukid ma’nawi yang sudah masyhur ada


َ ُ َ
empat, yaitu ‫ ا ْج َم ُع‬،‫ ك ٌّل‬،‫ َع ْين‬،‫ن ْفس‬. Adapun selain empat
َ ْ َ َ َْ
Lafadz itu, yaitu ،‫ ا ْب َت ُع‬،‫ اك َت ُع‬،‫ص ُع‬ ‫ اب‬itu mengikuti pada
َ َ
lafadz ‫ا ْج َم ُع‬. Seperti ‫( َج َاء َزْيد ن ْف ُس ُه‬Telah datang Zaid,
‫ََ َ ْ َ َ ُه‬
dirinya), ‫ش اْل َم ْي َر كل ُه‬ ‫( أرى جي‬Saya melihat pasukan raja,
َْ َ َ ُ
semuanya), ‫( ط ْف ُت َح ْو َل الق ْو َم أ ْج َم َع ْي َن أك َت َع ْي َن‬Saya berkeliling di
sekitar kaum, semuanya)
Lafadz-lafadz taukid
َ
1. ‫ ن ْفس‬bermakna dzat
2. ‫ َع ْين‬bermakna dzat
Dua lafadz tersebut disyaratkan harus
diidhofahkan pada isim dlomir yang sesuai
dengan muakkadnya.
Contoh :
َ
‫َج َاء َزْيد ن ْف ُس ُه َع ْي ُن ُه‬
َ َ َ
‫َجائ ْت َزْين ُب ن ْف ُس َها َع ْي ُن َها‬
Jika muakkadnya tasniyah, maka yang baik
lafadznya dibentuk jama’, hal itu
dikarenakan kumpulnya dlomir tasniyah
115 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ َْ
dan alif dalam lafadz ‫ ن ْف َس ُاه َما‬،‫ أن ُف َس ُاه َما‬dianggap
َْ
berat. Contoh :‫الزْي َد َان أن ُف ُس ُه َما‬ ‫ َج َاء ه‬Dan jika

muakkadnya jama’ maka wajib di jamakkan


َ َْ َ ‫َ َ ه‬
contoh: ‫الزْي ُدون أن ُف ُس ُهم أ ْع ُي ُن ُه ْم‬ ‫جاء‬
ُ
3. ‫ك ٌّل‬
َ
4. ‫أ ْج َم ُع‬
Kedua lafadz ini digunakan untuk
mentaukidi dengan tujuan menghendaki
makna syumul atau ihathoh (meliputi dan
mencakup) pada seluruh juz-juznya
muakkad. Oleh karena ini hanya digunakan
mentaukidi muakkad yang memiliki juz-juz
yang diperbolehkan menempatkan sebagian
juz pada tempat yang lain, bisa juga
memisahkan sebagian juz dari yang lain.
ُّ ُ َ َ َ
Contoh :‫ َج َاء الق ْو ُم كل ُه‬،‫َج َاء الق ْو ُم أ ْج َم ُع‬
َ ُ َْ َ َ
Dikarenakan bisa diucapkan ‫ض الق ْو ُم‬ ‫جاء بع‬
ُّ ُ
Tidak boleh kita ucapkan ‫َج َاء َزْيد كل ُه‬
116 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ
5. Lafadz – lafadz yang mengikuti lafadz ‫أ ْج َم ُع‬
َ َ َْ ُ َ ْ َ
)‫ أ ْب َت ُع‬،‫ص ُع‬ ‫ أب‬،‫(أكتع‬hanya digunakan mentaukidi
َ
setalah lafadz ‫أ ْج َم ُع‬
َ َ َ َ ‫َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ َن َ ْ َ ُ ْ َن َ ْ َ ُ ْ َن‬
Contoh :‫ص ُع ْون‬ ‫جاء القوم أجمعو اكتعو أبتعو أب‬
َ َ ًَ ْ َُ
‫َبل ْف َظ َها ك َق ْوَل َك ْان َت َهى ْان َت َهى‬ ‫َو َإ ْن تؤ َك ْد َكل َمة أ َع ْد َت َها‬
Taukid lafdzi adalah taukid dengan cara
mengulang Lafadznya, seperti (Selesai, selesai)
17. Badal
ََ ْ َ ْ َ َ ْ ‫َ ْ ُ ْ ُ ه‬ ََ ْ ْ ْ َ ْ َ
‫ف خَل‬ٍ ‫والحكم َللثا َني وعن عط‬ ‫َإذا اسم أو َفعل َ َملث َل َه تَل‬
ْ َ َ َ َْ َ ْ ْ َ
‫ُمل هق ًبا ل ُه َبل ْف َظ ال َب َد َل‬ ‫اج َعل ُه َف ْي َإ ْع َر َاب َه كاْل هو َل‬ ‫ف‬
Apabila ada kalimah isim atau kalimah fi’il
mendampingi pada sesamanya dan hukumnya
diberikan kepada Lafadz yang kedua serta
dikosongkan dari huruf ‘athaf, maka jadikanlah
i’rabnya Lafadz yang kedua seperti Lafadz yang
pertama, dan Lafadz yang kedua itu dinamakan
badal.
117 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Keterangan
Badal adalah lafadz yang mengikuti (tabi’), yang
dimaksud dengan hukum, tanpa perantara huruf
athaf di antara tabi’ dan matbu’nya.
ُ َ
Contoh :‫َج َاء َزْيد أخ ْو َك‬

(Telah datang Zaid, saudaramu)


Badal harus mengikuti dalam seluruh i’robnya
mubdal minhu (lafadz yang diganti).
ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ٌّ ُ
‫ض َبط‬ ‫س ان‬ َ ‫كل وبعض واش َتمال وغلط كذاك َإضراب ف َبالخم‬
‫ص ْل‬َ ‫ص َف ُه َو َق ْد َو‬ْ ‫َك َج َاءن ْي َزْيد َأ ُخ ْو َك َو َأ َك ْل ع ْند ْي َرغ ْي ًفا ن‬
َ َ َ َ َ
‫س‬ ْ ‫إ َل هي َزْيد َع ْل ُم ُه هال َذ ْي َد َر‬
ْ ‫س َو َق ْد َر َك ْب ُت ْال َي ْو َم َب ْك َران ْال َف َر‬
َ َ
ْ َ َ َ ْ َ ً ْ َ ُ َُْ َْ ْ ََ َ ْ َ َ ْ ُ ً ْ َ َ ُْ ْ
‫َإن قلت بكرا دون قص ٍد فغلط أو قلته قصدا ف َإضراب فقط‬

Badal terbagi menjadi lima, yaitu 1). Badal kull


min kull, 2). Ba’dh min kull, 3). Badal isytimal, 4).
Badal ghalad, 5). Badal idlrob.
118 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Untuk contohnya sebagai berikut badal kull min


ُ َ ْ ‫َأ َك َل َزْيد َرغ ْي ًفا ن‬
kull, ‫ َج َاء َن ْي َزْيد أخ ْو َك‬badal ba’dh min kull, ‫ص َف ُه‬ َ َ
badal isytimal, ‫س‬ َ ‫ص َل إ َل هي َزْيد َع ْل ُم ُه هال َذ ْي َد َر‬
َ َ
َ ‫و‬badal ghalad,
badal idlrob ‫س‬ َ ‫َ َق ْد َر َك ْب ُت ْال َي ْو َم َب ْك ًرا ْال َف َر‬
ْ
Apabila mengucapkan lafadz ‫ َبك ًرا‬tanpa ada
kesengajaan (karena terpelesetnya lisan), maka
termasuk gholad, sedang apabila mengucapkan
ْ
‫ َبك ًرا‬itu disengaja, lalu karena ada kesalahan dalam
hati, kemudian diganti dengan lafadz lain, yaitu
َ ‫ ْال َف َر‬maka termasuk badal idlrob. Berikut akan
‫س‬
kami jelaskan lebih lanjut.

Pembagian badal
1. Badal kull min kull
Yaitu apabila lafadz yang kedua (badal)
menyamai pada mubdal minhu di dalam
maknanya.
ُ َ
Contoh ‫َج َاء َزْيد أخ ْو َك‬
119 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

(Telah datang Zaid, saudaramu)


Yang dimaksud lafadz yang menjadi badal,
sama dengan lafadz Zaid yang menjadi mubdal
minhu.
2. Badal ba’dh min kull
Yaitu apabila badal merupakan bagian (juz)
dari mubdal minhu.
َُُ َ ‫َ َْ ُ ه‬
Contoh ‫الر َغ ْيف ثلث ُه‬ ‫أكلت‬
(saya makan roti, sepertiganya)
‫ّلِل َي ْر َح ُم َك‬ َ ُ ْ َ َ ُ َْ
َ َ ‫أن تص هل تسجد‬
(apabila kamu sholat, sujud pada Allah, maka Allah
akan mengasihimu)
3. Badal Isytimal
Yaitu apabila antara badal dan mubdal minhu
ada keterkaitan yang bersifat selain kulli dan
juz.
ْ َ
Contoh : ‫ن َف َع َن ْي َزْيد َعل ُم ُه‬
(Ilmunya Zaid, bermanfaat padaku)
4. Badal Gholad
120 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Yaitu badal yang disebutkan untuk


menghilangkan kesalahan lisan ketika
menyebutkan mubdal minhu.
َ ‫َ َأ ْي ُت َ ْي ًدا‬
َ ‫الف َر‬
Contoh : ‫س‬ ‫ر ز‬
(Saya melihat Zaid, bahkan kuda)
Pada awalnya mutakallim mengucapkan
َ ‫( َ َأ ْي ُت‬saya melihat kuda). Namun lisan
َ ‫الف َر‬
lafadz ‫س‬ ‫ر‬
َ
salah mengucapkan menjadi ‫( َرأ ْي ُت َزْي ًدا‬saya melihat
Zaid), kemudian mutakallim membuat badal
َ untuk mengganti lafadz zaid.
َ ‫الف َر‬
lafadz ‫س‬
5. Badal Idlrob
Yaitu apabila mutakallim pada awalnya ingin
mengabarkan sesuatu (misalnya Zaid),
kemudian ia menggantinya dengan yang lain
(misalnya faras), dengan tanpa membatalkan
yang awal.
Contoh : ‫س‬ َ ‫َ َأ ْي ُت َ ْي ًدا‬
َ ‫الف َر‬ ‫ر ز‬
َ َ َ َ ْ َ ْ
‫َوال َف ْع ُل َم ْن َف ْع ٍل ك َم ْن ُيؤ َم ْن ُيث ْب ُي ْدخ ْل َج َن ًانا ل ْم َي َن ْل َف ْي َها ت َع ْب‬
121 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Fi’il bisa menjadi badal dari mubdal minhu yang


َ َ َ
berupa fi’il juga, seperti ( ‫َم ْن ُي ْؤ َم ْن ُيث ْب ُي ْدخ ْل َج َن ًانا ل ْم َي َن ْل َف ْي َها‬
َ
‫)ت َع ْب‬.

18. Isim-isim Yang Dibaca Nashab & Isim


Maf’ul Bihi
ْ ََ َ ٌ َ ََ
‫ﺛﻼﺛة ِم ْﻦ َﺳا ِﺋ ِﺮاﻻ ْﺳ َما خلﺖ‬
122 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Maf’ul Bihi adalah isim yang dibaca Nashab


dan yang dikenai pekerjaan atau menjadi obyek
‫ه‬ َ َ
seperti ‫( َا ْحذ ُر ْوا أ ْه َل الط َم َع‬Jauhililah golongan yang rakus)
َ َّ َّ َ َ َ ‫ﻀ َمﺮ َﻗﺪ ْاﻧ َﺤ‬
ْ ُ َ
‫َوﻗ ْﺪ َمﻀ ى اﻟﺘ ْم ِﺜ ْﻴ ُﻞ ِﻟل ِﺬﻯ ﻇ َﻬ ْﺮ‬ ‫ﺼ ْﺮ‬ ِ ٍ ‫اﻫ ٍﺮوم‬ ِ ‫ِﻓﻰ ﻇ‬
123 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

contoh ‫( َج َاء َن ْي‬telah datang seseorang kepadaku) dan


َ
‫( َج َاء نا‬telah datang seseorang kepada kita) dan 2)
Dlamir Munfashil (pisah dengan lafadz fi’ilnya)
seperti contoh ‫اي ُح َي ْي َت‬ َ ‫( َا هي‬kamu hormat padaku) ‫َا هي َانا ُحي ْي َت‬
َ
َ ‫ه‬ َْ
(kamu hormat pada kita) dan ‫أك َر ْم َبال َذ ْي َح هيانا‬
(Mulyakanlah orang yang menghormati kita).
Pada ketiga contoh kalimat diatas dapat
disimpulkan bahwasannya terdapat tiga contoh
yang menunjukkan bolehnya membuat Maf’ul bih
sebelum Fi’il dan membuat Maf’ul bih setelah fi’il.
Maf’ul bih yang terletak sebelum fi’il adalah ‫اي‬ َ ‫َا هي‬
َ
‫ ُح َي ْي َت‬dan ‫ا هيانا ُح َي ْي َت‬.َ Adapun Maf’ul bih yang terletak
َ ‫ه‬ َْ
setelah fi’ilnya adalah ‫أك َر ْم َبال َذ ْي َح هيانا‬.
َّ ُ َ َ َّ ُ ْ ُ َّ ُ ْ َ ْ َ
‫َو ِﺑاﻟﺬ ْﻳ ِﻦ ﻗ ْﺒ ـ َـﻞ ﻛ ـ ِـﻞ ُمﺘ ِﺼ ْﻞ‬ ‫ﻀ َم ٍﺮ ﻓ ِﺼ ْﻞ‬ ‫و ِﻗﺲ ِﺑﺬﻳ ِﻦ كﻞ م‬
124 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

samakanlah juga hukum isim dlamir Muttashil


dengan kedua contoh sebelumnya yakni ‫َج َاء َن ْي‬
َ
(telah datang seseorang kepadaku) dan ‫( َج َاءنا‬telah
datang seseorang kepada kita).
Maka setiap masing-masing pembagian
keduanya (isim dlamir Muttashil dan isim dlamir
Munfashil) itu dua belas contoh sebagaimana
yang terdapat pada amtsilatut tashrifiyyah.
Maf’ul Bih berupa isim dlamir Muttashil seperti
contoh berikut ini.
Dia memukul laki-laki (satu) ‫ض َرَب ُه‬َ
‫ض َرَب ُه َما‬ َ
Dia memukul laki-laki (dua)
‫ض َرَب ُه ْم‬ َ
Dia memukul laki-laki (banyak)

َ
‫ض َرَب َها‬
Dia memukul perempuan (satu)
‫ض َرَب ُه َما‬ َ
Dia memukul perempuan (dua)
‫ض َرَب ُه هن‬ َ
Dia memukul perempuan (banyak)

Dia memukul kamu laki-laki (satu) ‫ض َرَب َك‬


َ
125 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
ُ َ
Dia memukul kamu laki-laki (dua) ‫ض َرَبك َما‬
ُ َ
Dia memukul kamu laki-laki (banyak) ‫ض َرَبك ْم‬

َ
‫ض َرَب َك‬
Dia memukul kamu perempuan (satu)
ُ َ
Dia memukul kamu perempuan (dua) ‫ض َرَبك َما‬
ُ َ
Dia memukul kamu perempuan (banyak) ‫ض َرَبك هن‬

‫ض َرَب َن ْي‬ َ
Dia memukul Saya
Dia memukul Kita (kami) ‫ض َرَب َنا‬َ

Pada makna kalimat yang bergaris miring di


kolom kedua menunjukkan bahwasannya itulah
hakekat maf’ul bih dari isim dlamir muttashil
(bersambung dengan lafadz fi’ilnya).
Maf’ul Bih berupa isim dlamir Munfashil
seperti contoh berikut ini.
َ ‫َا هي‬ َ ‫ا هي‬ ‫َا هي َاها‬ ‫َا هي ُاه‬
‫اي‬ ‫اك‬َ ‫َا هي‬ ‫اك‬ َ
َ ُ ُ
‫َا هيانا‬ ‫َا هياك َما‬ ‫َا هياك َما‬ ‫َا هي ُاه َما‬ ‫َا هي ُاه َما‬
ُ ُ
‫َا هياك هن‬ ‫َا هياك ْم‬ ‫َا هي ُاه هن‬ ‫َا هي ُاه ْم‬
126 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

19. Mashdar
َ ‫ﻒ َﻧ ْﺤو َﻗ‬
‫اﻡ‬
َ ْ ْ َ ْ ُ ْ َ
‫و ِان ﺗ ـ ـ ِـﺮد ﺗﺼ ِـﺮﻳ‬
ِ
127 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

sesungguhnya memukul. Disebut dengan


َ (dengan
menguatkan amil karena lafadz ‫ض ْرًبا‬
sesungguhnya memukul) disini menguatkan
pada lafadz ‫ض َرْب ُت‬
َ (saya memukul)

b. Menjelaskan tentang macam-macamnya


‘amil.
Seperti: ‫ َس ْر ُت مط َس ْي َر َزْي ٍد‬saya berjalan seperti
berjalannya zaid.
Pada contoh diatas memberikan keterangan
bahwasannya keadaan orang yang berjalan
itu menyamai dengan jalannya zaid. Disebut
dengan istilah menjelaskan macam-macam
amil karena orang berjalan (‫س ْر ُت‬/’amil) َ itu
banyak macamnya, akan tetapi dalam
contoh ini orang yang berjalan (saya) itu
berjalan semacam berjalannya zaid.

c. Menjelaskan hitungannya ‘amil.


َ ‫ض َرْب ُت مط‬
Seperti contoh ‫ض ْرَب ْي َن‬ َ saya memukul
dengan dua kali.
128 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Pada contoh diatas memberikan keterangan


َ ‫مط‬
bahwasannya hadirnya mashdar ‫ض ْرَب ْي َن‬
menjelaskan tentang jumlah hitungan
berapa kali pukulan yang telah diberikan
oleh sebuah ‘amil ‫ض َرْب ُت‬.
َ
ََ َ ْ ‫ه‬ ‫َ ه‬ َ
‫َفى الل ْف َظ َوامل ْع َنى فل ْف َظ ًيا ُي َرى‬ ‫ف َا ْن ُي ـ َـوا َفـ ْـق َف ْعل ُه ال َذى َج َرى‬
Maka apabila terdapat persamaan antara
mashdar dan fi’ilnya mashdar dalam segi lafadz juga
makna maka sebutlah itu mashdar Lafdzy.
ً ُ َ
Seperti contoh : ‫( َوق ْف ُت ُوق ْوفا‬saya berhenti dengan
sebenarnya berhenti) pada contoh ini terdapat
persamaan suatu lafadz yakni sama-sama terdiri
dari huruf wawu, qaf dan fa’. Dan juga terdapat
persamaan makna, yakni sama-sama bermakna
berhenti atau berdiri.
َ ْ َ ََ ْ ََ َ ْ َ َ
‫َب َغ ْـي َر ل ْف َظ ا َلف ْع ـ َـل ف ُﻬ َو َم ْع َن َوى‬ ‫ا ْو َواف َق امل ْع َنى فقط فق ْد ُر َو ْى‬
Namun, apabila terdapat suatu persamaan
antara mashdar dengan fi’ilnya mashdar dari segi
maknanya saja tidak pada lafadznya, maka
sebutlah itu dengan mashdar ma’nawiy
ً ُ ُ
Seperti contoh: ‫( ق ْم ُت ُوق ْوفا‬saya berdiri dengan
sebenarnya berdiri) pada contoh ini terdapat
129 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

persamaan suatu maknanya saja bukan pada


lafadznya, karena dari segi lafadz keduanya
ُ
tersusun dari huruf yang berbeda yaitu pada ‫ق ْم ُت‬
terdiri dari huruf qaf, alif dan mim dan pada lafadz
ً ُ
‫ َوق ْوفا‬terdiri dari huruf dasar wawu, qaf dan fa’.
Namun, meski berbeda dalam bangunan
kalimatnya keduanya sama dalam hal makna
yakni sama-sama mempunyai makna berdiri atau
berhenti, maka dengan demikian seperti contoh
diatas disebut dengan mashdar maknawi.
َ ً ُ ُ َْ ُ َ
‫َوﻗ ْﻢ ُوﻗ ْوﻓا ِم ْﻦ ﻗ ِﺑ ْﻴ ِﻞ َما َﻳـلِـ ْي‬ ‫ﻓ ـ ُـﻘ ْﻢ ِﻗ ـ َـﻴ ًاما ِم ْﻦ ﻗ َﺒ ْﻴ ِـﻞ اﻻ َّو ِل‬
Pada nadzam ini memberikan contoh atas
kedua macam Mashdar yakni mashdar lafdzi dan
mashdar maknawi.
َ
Contoh mashdar lafdzy termaktub pada bait ‫ف ُق ْم‬
‫ َق َي ًاما‬dan mashdar maknawi termaktub pada bait
ً ُ ُ
‫ُوق ْوفا‬ ‫وق ْم‬.َ Adapun untuk keterangannya
sebagaimana sama dengan pengertian pada kedua
nadzam sebelumnya.
20. Bab Dzorof
َ ‫ﺼ ْﺐ ُك ٌّﻞ َﻋ َﻠﻰ َﺗ ْﻘﺪ ْﻳﺮﻓﻰ ﻋ ْﻨ َﺪ ْا‬
‫ﻟع َﺮ ْﺏ‬ َ ‫اﺳ ُﻢ َو ْﻗﺖ َا ْو َم َﻜان ن ْاﻧ َﺘ‬
ْ ‫ُه َو‬
ِ ِِ ِ ِ ِ ٍ
130 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Dzorof adalah isim yang menunjukkan makna


waktu atau tempat, orang Arab mendefinisikan
lafadz-lafadz dzorof itu semuanya mengirakan
makna ‫ف ْي‬.َ
Pada nadzam diatas memberikan suatu
pengertian bahwasannya dzaraf adalah:
a. Isim yang mempunyai dilalah waktu atau
tempat
:‫س‬ ْ َ ْ َ َْ ً َ ُ ُْ
Contoh waktu َ ‫ زرت خ َالدا يوم الخ َمي‬Aku
berkunjung kerumah Khalid hari kamis.
َْ َ ْ َ
Contoh tempat : ‫ َرأ ْي ُت َبك ًرا أ َم َام امل ْس َج َد‬aku
melihat bakar di depan masjid.
b. Menyimpan maknanya lafadz ‫ في‬bukan
lafadznya.
Maka dengan definisi ini mengecualikan
pada lafadz yang menggunakan lafadz ‫في‬
َ َ
seperti contoh : ‫ َجل ْس ُت َف ْي َمكا َن َك‬aku duduk di
tempatmu.
131 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Kedua contoh dia tas tidak bisa disebut


dengan dzaraf meski mempunyai makna ‫في‬
karena pada kedua contoh tersebut lafadz ‫في‬
tertulis bukan disimpan.
Termasuk pengecualian dari definisi yang
kedua ini adalah ketika lafadz dzaraf tidak
mengandung makna ‫ َف ْي‬seperti pada contoh :
َ ُ َ
‫َيخاف ْون مف َي ْو ًما‬
Mereka takut Hari Kiamat
Pada contoh diatas meskipun menggunakan
lafadz dzaraf (‫ )يوما‬akan tetapi lafadz tersebut tidak
menyimpan makna ‫ في‬karena pada lafadz tersebut
menjadi maf’ul bihi bukan maf’ul fihi atau dzaraf.
َ َْ َ ً َْ
‫َو ُمﻄـلـﻘا ِﻓﻰ ﻏ ْﻴ ِﺮ ِﻩ ﻓا ُﻟﻴ ْعـل َما‬ ً‫إ َﺫا َأ َﺗﻰ َﻇ ْﺮ ُﻑ ْاﻤﻟَ َﻜان ُم ْﺒ َﻬما‬
ِ ِ
Isim makan (isim yang menunjukkan makna
tempat) bisa dijadikan tarkib dzaraf / maf’ul fihi
dengan syarat maknanya mubham (samar, tidak
terbatas dan tidak tertentu). Sedangkan isim
zaman itu secara mutlak bisa di tarkib dzaraf (baik
132 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

yang mubham atau umum ataupun yang mukhtash


atau khusus).
ْ َ َ ْ َ ًْ ُ ْ َ ‫ه‬ ْ ْ ‫َ ه‬
‫اع َتك ْف ُت اش ُﻬ ًرا‬‫ك َسرت َميَل و‬ ‫ص ُب َبا َلف ْعـ َـل ال َذى َب َه َج َرى‬ ‫والن‬
Adapun yang menashabkan lafadz-lafadz
dzaraf atau maf’ul fihi adalah fi’il yang makananya
ً
berlaku seperti pada contoh ‫( َس ْر ُت ظ َم ْيَل‬saya berjalan
ْ َ َ
sejauh satu mil) dan ‫( َا ْع َتك ْف ُت ظأش ُه ًرا‬saya beri’tikaf selama
satu bulan).
ً
Pada contoh yang pertama yakni ‫ َس ْر ُت ظ َم ْيَل‬lafadz
ً
‫ َم ْيَل‬dinashabkan oleh lafadz fi’ilnya yakni ‫ َس ْر ُت‬dan
ْ َ َ
pada contoh yang kedua yakni ‫ َا ْع َتك ْف ُت ظأش ُه ًرا‬lafadz
ْ َ َ
‫ أش ُه ًرا‬dinashabkan oleh lafadz fi’ilnya yakni ‫ا ْع َتك ْف ُت‬.َ
ًَ ًَ َ َ ًََ َ َ
‫ا ْو ُم هدة ا ْو ُج ْـم َع ــة ا ْو َح ْيـ ًـنا‬ ‫ا ْو ل ْيلة ا ْو َي ـ ْـو ًما ا ْو َسـ ـ َن ْي َن‬
Lafadz-lafadz dzaraf zaman diantaranya:
ًَ َ
a. ‫ل ْيلة‬
Maknanya adalah mulai terbenamnya
matahari sampai terbitnya fajar shadiq,
ْ ْ َ َ ْ َ‫ْ ُ ظ‬
seperti contoh: ‫اْلث َن ْي َن‬
َ ‫( َجئت ليلة‬saya telah datang
di malam hari kamis).
133 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

b. ‫َي ْو ًما‬
Maknanya adalah mulai terbitnya fajar
sampai terbenamnya matahari (siang hari),
َْ ْ ‫( َذ َه ْب ُت إ َلى ْ َامل‬saya
seperti contoh: ‫ص َر ظ َي ْو َم اْل َح َد‬ َ
berangkat ke Mesir Hari Minggu).
c. ‫َس َن ْين‬
Maknanya adalah beberapa tahun. Seperti
ْ ْ ْ ُ ََْ
contoh: ‫اْلن ُد ْو َن ْي َس َيا ظ َس ْن ْي َن َلل َع َم َل َف ْي َم َال ْي َزَيا‬
َ ‫( تركت‬aku
tinggalkan Indonesia beberapa tahun untuk
bekerja di Malaysia).
ً
d. ‫ُم هدة‬
Maknanya adalah semasa. Seperti contoh:
‫ان َأ َساس هيات ا ْع َداد ْاملَ َواد َالد َراس ي ظ ُم هد َة ه‬
‫الت ْع َل ْي َم َف ْي‬
ُْ ْ َ ‫َه‬
َ ‫اْل ْس َت ُاذ ُم َه ْي َب‬ ‫علم َني‬
َ َ َ َ َ َ َ َ
ْ
‫( ال َج َام َع َة‬Prof. Muhaiban mengajarkanku Mata
Kuliah Pengembangan Bahan Ajar semasa belajar
di Kampus).
ً
e. ‫ُج ْم َعة‬
Maknanya adalah sejum’at. Seperti contoh
ً َ
‫( َا ْع َتك ْف ُت ظ ُج ْم َعة‬saya beri’tikaf di Hari Jum’at).
134 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

f. ‫َح ْي ًنا‬
Maknanya adalah masa yang tidak tertentu.
َ
Contoh ‫( َا ْع َتك ْف ُت ظ َح ْي ًنا‬saya beri’tikaf di suatu
masa).
َ ‫َْ ُ ْ ًَ َْ ُ ْ ًَ َ ه‬ َ َ َ َْ ً ََ ْ ُ َْ
‫السف ْر‬ ‫او غدوة او بكرة َالى‬ ‫مساء ًا ْو َﺳ َح ْر‬‫او قم صباحا او‬
ً ‫ص َب‬
g. ‫احا‬ َ

Maknanya adalah waktu pada permulaan


hari setelah terbitnya fajar sampai
ُ
tergelincirnya matahari. Seperti contoh: ‫ق ْم‬
ً ‫ص َب‬
‫احا‬ َ ‫( ظ‬berdirilah di waktu pagi).

h. ‫َم َس ًاء‬
Maknanya adalah waktu mulai dzuhur
ُ
sampai akhir hari (sore). Seperti contoh: ‫ق ْم‬
‫( ظ َم َس ًاء‬berdirilah di sore hari).
i. ‫َﺳ َح ًرا‬
Maknanya adalah waktu di akhir malam
sebelum mendekati fajar (waktu sahur).
َ َ ‫ََْ ُ َ ه‬
Seperti contoh: ‫لس َمكة ظ َﺳ َح ًرا‬ ‫( أكلت ا‬saya memakan
ikan di waktu sahur).
135 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

ً ُ
j. ‫غ ْد َوة‬
Maknanya adalah waktu sholat sampai
terbitnya matahari (pagi senja). Seperti
ً ُ ْ ‫َا َلى ْال َب‬
contoh: ‫ص َر َة ظغ ْد َوة‬
َ
‫( ذ َه ْب ُت‬saya pergi ke Kota
Bashrah di pagi hari).
ً ْ
k. ‫ُبك َرة‬
Maknanya menurut ahli fiqh adalah waktu
terbitnya fajar dan menurut ahli lughah
(bahasa) adalah waktu pagi hari. Seperti
ً ْ ُ َْ ْ َ
‫ظ م َن ه‬
contoh: ‫الن ْو َم ظ ُبك َرة‬ َ ‫( أستي َق‬saya akan bangun dari
tidur di pagi-pagi benar)
َْ َ َ َ ُ َْ َْ َ ْ ََْ َ َ
‫ص ْم غ ًدا ا ْو َس ْر َم ًدا ا َو اال َب ْد‬ ‫او‬ ‫ا ْو ل ْيلة ا َالث َن ْي َن ا ْو َي ْو َم اال َح ـ ْـد‬
l. ‫َس ْر َم ًدا‬
Maknanya adalah zaman yang akan datang,
yang tidak ada batasnya (selamanya). Seperti
ُ
contoh: ‫( ق ْم ظ َس ْر َم َدا‬berdirilah selamanya)
َ
m. ‫أ َب ًدا‬
136 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Maknanya adalah sama dengan ‫ َس ْر َم ًدا‬yakni


zaman yang akan datang, yang tidak ada
َ ُ
batasnya (selamanya). Seperti contoh: ‫ق ْم ظأ َب ًدا‬
(berdirilah selamanya)
ُ َ َْ َ َ َ ََ ْ ْ َ
‫ا ْو خل ــف ُه َو َرا َء ُه ق ـ ـ هـد َام ْه‬ ‫اس ُم املك َان ن ْح ُو َس ْر ا َم َام ْه‬ ‫و‬
ْ َ َ َ َ َ َْ َ
‫ا ْو ف ـ ـ ْـوق ُه ا ْو تح ـ َت ُه َا َز َاء ُه‬ ‫َي َم ْي َن ـ ـ ـ ُـه َش َم ــال ُه َتــلــق َاء ُه‬
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
‫ا ْو ُد ْون ُه ا ْو ق ْب ــل ُه ا ْو َب ْع َـد ُه‬ ‫ا ْو َم ـ ْـع ُه ا ْو َحذ َاء ُه ا ْو َع ْن َد ُه‬
ْ ً َ َ
‫َو َه ُاه َنا َقف َم ْو َق ًفا َسـ َع ْي ًدا‬ ‫ُه َنا َك ث هم ف ْـر َﺳخا َب َرْي ًدا‬
Adapun lafadz-lafadz dzaraf makan (tempat)
seperti di bawah ini:
َ َ
a. ‫أ َما َم‬
Maknanya adalah di depan. Seperti contoh
َ
‫( َس ْر ظأ َم َام ُه‬berjalanlah di depannya).
َ َْ
b. ‫خلف‬
َ
Maknanya adalah lawan kata dari ‫ أ َم َام‬yakni
َْ
di belakang. Seperti contoh ‫َس ْر ظخل َف ُه‬
(berjalanlah di belakangnya).
c. ‫َو َر َاء‬
137 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Maknanya adalah persamaan kata dengan


َ َْ
‫( خلف‬di belakang). Seperti contoh ‫َس ْر ظ َو َر َاء ُه‬
(berjalanlah di belakangnya).
ُ
d. ‫ق هد َام‬
َ
Kata ini muradif atau persamaan dari ‫( أ َم َام‬di
ُ
depan). Seperti contoh: ‫( َس ْر ظق هد َام َزْي ٍد‬berjalanlah di
depan Zaid).
e. ‫َي َم ْي َن‬
Maknanya adalah di sisi kanan. Seperti
contoh: ‫( َس ْر ظ َي َم ْي َن َزْي ٍد‬berjalanlah di sisi kanan
Zaid).
َ ‫َش َم‬
f. ‫ال‬
Maknanya adalah di sisi kiri. Seperti contoh:
‫ال َزْي ٍد‬
َ ‫( َس ْر ظ َش َم‬berjalanlah di sisi kiri Zaid).
َْ
g. ‫َتلق َاء‬
Maknanya adalah di hadapan. Seperti contoh
َْ
‫( َس ْر ظ َتلق َاء َزْي ٍد‬berjalanlah di hadapan Zaid)
َ َ
h. ‫ف ْوق‬
138 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Maknanya adalah tempat yang tinggi (di


ْ َ َ ْ ْ َ َ
atas). Seperti contoh: ‫س ظ ف ْوق ال ُع ُن َق‬‫( ال تج َل‬jangan
duduk di atas pundak).
َ
i. ‫ت ْح َت‬
َ
Maknanya adalah di bawah. Seperti contoh ‫ال‬
ُْْ ‫( َي ُب ْو َل هن َأ َح ُد ُك ْم ظ َت ْح َت ه‬jangalah kencing salah
‫الش َج َر َة املث َم َر َة‬
satu dari kalian di bawah pohon yang berbuah).
j. ‫َا َز َاء‬
َْ
Lafadz ini muradif (persamaan kata) dari ‫َتلق َاء‬
ْ ‫َال َت ْج َل‬
(di hadapan). Seperti contoh ‫س ظ َا َز َاء َزْي ٍد‬
(jangan duduk di hadapan Zaid).
k. ‫َم َع‬
Maknanya adalah bersama. Seperti contoh:
‫( َس ْر ظ َم َع َزْي ٍد‬berjalanlah bersama Zaid).
َ
l. ‫َحذ َاء‬
Makanya adalah dekat (di sisi). Seperti
َ
contoh: ‫( َس ْر ظ َحذ َاء َزْي ٍد‬berjalanlah di sisi Zaid).
m. ‫ُد ْو َن‬
139 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Maknanya adalah nama tempat yang rendah


(di bawah).
َ
n. ‫ق ْب َل‬
Maknanya adalah nama tempat terdahulu
َ
(sebelum). Seperti contoh: ‫( َس ْر ظق ْب َل َزْي ٍد‬berjalanlah
sebelum Zaid)
o. ‫َب ْع َد‬
Maknanya adalah nama tempat setelahnya
(setelahnya). Seperti contoh: ‫َس ْر ظ َب ْع َد َزْي ٍد‬
(berjalanlah pada tempat setelah Zaid).
َ ‫ُه َن‬
p. ‫اك‬
Lafadz ini adalah isim isyarah (kata tunjuk).
َ ‫ض َرْب ُت َ ْي ًدا ظ ُه َن‬
Seperti contoh: ‫اك‬ َ (saya memukul
‫ز‬
Zaid di sana).
َ
q. ‫ث هم‬
Lafadz ini mumpunyai makna yang sama
َ ‫ه َن‬.ُ
(muradif) dengan ‫اك‬
َ
r. ‫ف ْر َﺳخا‬
140 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Maknanya adalah 12.000 langkah (khatwah)


ً َ َ
atau satu pos. Seperti contoh: ‫َرأ ْي ُت َزْي ًدا ط َال ًعا َج َبَل‬
َ
‫( ظف ْر َﺳخا‬saya melihat Zaid sedang mendaki
gunung satu pos).
s. ‫َب ْرْي ًدا‬
Maknanya adalah empat pos (12 mil).
21. Bab Hal
َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ُ َ َْ
َ ‫ُمف َس ًرا َل ُـم ْبــﻬ َم الـﻬ ْيــئ‬
‫ات‬ ‫اب ا َتى‬
ٍ ‫الحال وصف ذو ان َتص‬
Hal adalah isim sifat yang di baca nashab yang
menjelaskan keadaan orang yang dijelaskan
keadaannya (shahibul hal) yang belum jelas.
Seperti contoh: ‫س‬ َ ‫( َج َاء َزْيد حا َر َاك ًبا َا ْل َف َر‬Zaid datang

dengan keadaan menunggangi kuda)


Pada contoh diatas dapat dirinci sebagai
berikut: 1) ‫ َزْيد‬tarkibnya menjadi shahibul hal atau
orang yang dijelaskan keadaannya, 2) ‫َر َاك ًبا‬
tarkibnya menjadi hal atau yang menjelaskan
keadaan/tingkah datangnya seorang Zaid.
141 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ َ َ ‫ه‬ َ
‫َوغ َالـ ًـبا ُي ـ ْـؤتى َب َه ُمـؤ هخ ًـرا‬ ‫َوَا هن َما ُي ْؤتى َب ـ ـ ـ َـه ُم َنك ـ ـ ـ ًـرا‬
Hal didatangkan dalam bentuk nakirah dan
juga biasanya jatuh di akhir (jatuh setelah shahibul
hal)
Dengan ta’rif hal harus dalam bentuk isim
nakirah, maka mengecualikan hal dalam bentuk
makrifat dan jika ditemukan hal dalam bentuk
makrifat maka wajib untuk menta’wil dalam
kenakirahannya.
Pada umumnya hal jatuh pada setelah tamamul
kalam (sempurnanya kalam) yang dimaksud
adalah jatuh pada akhir kalam.
Contoh hal yang sesuai dengan nadzam di atas
(berbentuk nakirah dan setelah sempurnanya
kalam):
َ ‫َج َاء َزْيد حا َر َاك ًبا َا ْل َف َر‬
‫س‬

a) Berbentuk Nakirah, karena pada lafadz ‫َر َاك ًبا‬


ini tidak ada tanda makrifat dan bermakna
umum.
142 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

b) Jatuh setelah sempurnanya kalam, karena


lafadz ‫ َر َاك ًبا‬terletak pada kalam yang mufid
(berfaedah) yakni jatuh setelah susunan
fi’il dan fa’il (‫)ج َاء َزْيد‬
َ yang mana keduanya

adalah disebut dengan ‘umdah (rukun


kalimat) sehingga keduanya tidak boleh
dilepaskan karena jika salah satu diantara
keduanya tidak ada maka akan
menjadikan ketidak semupurnaan pada
suatu kalam atau tidak mufid (berfaedah) ,
sedangkan lafadz ‫ َر َاك ًبا‬adalah disebut
dengan fudlah (penyempurna) dan lafadz
ini jatuh setelah sempurnanya kalam.
ً ْ َ ‫َو َق ْد‬ ً ْ َ
‫ض َرْب ُت َع ْب َد ُه َمك ُـت ْوفا‬ ‫كـ ـ َـج َاء َزْيد َر َاكـ ًـبا َمل ـ ُـف ـ ْـوفا‬
ً ْ
Contoh hal seperti ‫( َج َاء َزْيد َر َاكـ ًـبا َمل ـ ُـف ـ ْـوفا‬Zaid datang
dalam keadaan menunggang kuda juga dalam keadaan
ً ْ َ ‫( َو َق ْد‬Saya benar-
matanya ditutup). dan ‫ض َرْب ُت َع ْب َد ُه َمك ُـت ْوفا‬
benar telah memukul budaknya Zaid yang dalam
keadaan dibelenggu).
143 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
ً َ َ ً َ َ َ ْ َ
‫َوق ْـد َي َج ْﻴ ُئ َج َام ًدا ُمؤ هوال‬ ‫َوق ْد َي َج ْﻴ ُئ َفى الك ـ ــَل َم ا هوال‬
Terkadang hal datang di permulaan kalam
(mendahului shahibul hal atau orang yang
dijelaskan keadaannya).
Dan terkadang pula hal berupa isim jamid (isim
yang ghairu mutasharrif atau tidak dapat di tashrif)
yang ditakwil dengan isim musytaq atau dapat di
tashrif).
Contoh hal yang jatuh di awal kalam dari
nadzam ini sebagai berikut:
a) ‫( حا َر َاك ًبا َج َاء َزْيد‬dengan menunggungi kuda
Zaid telah datang)
ً ‫( حا ُم ْخ َل‬dengan
b) ‫صا َزْيد َد َعا‬ ikhlas Zaid
memanjatkan doa)
َ
c) ‫( حا ُم ْس َر ًعا ذا َر َاحل‬dengan cepat orang ini berjalan)
Contoh hal yang yang berupa isim jamid dari
nadzam ini tertera pada nadzam Alfiyyah ibn
ََ َ َ ً َ َ َ َ
Malik ‫ك َب ْع ُه ُم ًّدا َبكذا حا َي ًدا َب َي ٍد * َوك هر َزْي ْدا حاأ َس ًدا أ ْي كأ َس ٍد‬.
144 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Artinya adalah: 1) juallah barang itu setiap


mudnya dengan keadaan saling menerima, 2) Zaid
menyamar seperti tingkahnya Harimau. Pada lafadz
yang berkotak tersebut yakni ‫ يدا بيد‬dan ‫ أسدا‬adalah
menetapi susunan hal namun kedua lafadz
tersebut tidak dapat di tashrif (jamid), sehingga
keduanya mampu menjadi hal karena di takwil
atau dikira-kirakan sebagai isim musytaq atau
dapat ditashrif.
Adapun takwilan atau perkiraan dari contoh
َ ‫( ُم َت َقاب‬saling menerima,
yang pertama ‫ َي ًدا َب َي ٍد‬adalah ‫ض ْي َن‬ َ
maksudnya penjual menerima uang sedangkan pembeli
menerima barang). Sehingga dengan menggunakan
َ ‫ ُم َت َقاب‬maka menjadi mutasharrif
takwilan lafadz ‫ض ْي َن‬ َ
َ ً ُ ََ ُ َ َََ َ َ ََ
atau dapat ditashrif, yakni dari ‫ضا ف ُه َو‬ ‫تقابض يتقابض تقاب‬
ٌ ‫م َﺘ َﻘاﺑ‬.ُ
‫ض‬ ِ
Adapun takwilan atau perkiraan dari contoh
َ ْ
yang kedua ‫ أ َس ًدا‬adalah ‫( ُمش َب ًها‬menyerupai). Sehingga
ْ
dengan menggunakan takwilan lafadz ‫ ُمش َب ًها‬maka
145 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

menjadi mutasharrif atau dapat ditashrif, yakni dari


ْ َ ْ ْ ْ َ
‫أش َب َه ُيش َب ُه َاش َبا ًها ف ُه َو ُمﺸ ِﺒ ٌﻪ‬
‫ه‬ َ ََ ‫َ َ ُ ْ َ ه‬
‫ُم َعـ هـرف َوق ْد َي َجى ُم َنكـ ًـرا‬ ‫لح َال ال َذى تك هر ًرا‬‫احب ا‬
َ ‫وص‬
Shahibul hal atau orang/sesuatu yang dijelaskan
keadaannya sesuai hukum yang asal harus terdiri
dari isim makrifat, namun terkadang juga datang
dalam bentuk isim nakirah.

22. Bab Tamyiz


ُ ْ َ َْ َ ْ َ َ ْ ُْ ْ ُ ُْ َْ
‫س ق َد ًرا‬
َ ‫ـن‬ ‫ـ‬ ‫ج‬
َ ‫ات‬
َ ‫ذ‬ ‫َل َنسب ٍة او‬ ‫اب ف هس َر‬
ٍ ‫تع َريفه اسم ذو ان َتص‬
Tamyiz adalah isim yang dibaca nashab yang
menjelaskan suatu nisbah atau dzat yang masih
samar.
ً َ َ َْ
Seperti contoh ‫( َاشت َرْي ُت أ ْرَب َع ْي َن تمن ْع َجة‬aku telah membeli
َ ْ َ َ
40 unta), ‫( ت َف هقأ َبكر تمش ْح ًما‬Bakar bercucuran keringatnya).
Alhasil dari kedua contoh tersebut pada lafadz
yang di dalam kotak statusnya menjadi tamyiz,
yang mana keduanya menjelaskan tentang kalimat
yang masih samar yang ‫ أربعين‬dan ‫بكر‬.
Kedua lafadz ini masih dikatakan samar karena
membutuhkan penjelas. Ketika seseorang berkata
146 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

“aku telah membeli empat puluh” dan “Bakar


bercucuran”, maka kedua kalimat tersebut akan
memunculkan pertanyaan baru bagi mukhattab
atau orang yang diajak berbicara “empat puluh apa
yang telah engkau beli ?” dan “apanya yang
bercucuran dari bakar ?”. Sehingga dengan
datangnya tamyiz, susunan kalimat akan menjadi
lebih sempurna.
ً ْ َ َ َْ َ َ َ َ ً َ ‫َكا ْن‬
‫ق ْد ًرا َول َكـ ْـن ان َت ا ْعلى َمﻨ َزال‬ ‫ص هب َزْيد َع َرقا َوق ْد َعَل‬
ً ‫ف ر ْطل َس‬
‫اجا‬
َ َْ ُ َْ َ ْ َ ً ‫اش َت َرْي ُت َا ْرَب ًعا ن َع‬ ْ ََ
ٍ َ ‫ا َو اشتريت ال‬ ‫ـاجا‬ َ ‫وك‬
ُ َ َ َ َ َ ً َ َ
‫ا ْو ق ـ ْـد ُربـ ــا ٍع ا ْو َذ َر ٍاع خ ًّـزا‬ ‫ا ْو َب ْع ـ ُـت ـ ُـه َم َكـ ـ ْـيلـة ا ُر ًّزا‬
Nadzam di atas menjelaskan tentang contoh-
contoh dari tamyiz:
ً َ ‫( َا ْن‬Zaid bercucuran keringatnya)
َ ‫ص ه‬
a. ‫ب زْيد تم َع َرقا‬
Pada lafadz ‫( عرقا‬keringatnya) tarkibnya
menjadi tamyiz atau yang menjelaskan
tentang samarnya (belum jelas) suatu kalimat
َ ‫ َا ْن‬.
fi’il ‫ص هب‬

َ َ َ
b. ‫( َوق ْد َعَل تمق ْد ًرا‬dia benar-benar telah luhur
derajatnya)
147 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ
Pada lafadz ‫( ق ْد ًرا‬derajatnya) tarkibnya
menjadi tamyiz atau yang menjelaskan
tentang samarnya (belum jelas) fi’il atau kata
kerja.
ًْ َ َ َْ َ
c. ‫( َول َكـ ْـن ان َت ا ْعلى تم َمﻨ َزال‬tetapi kamu lebih tinggi
derajatnya)
ًْ
Pada lafadz ‫( َمﻨ َزال‬derajatnya) tarkibnya
menjadi tamyiz atau yang menjelaskan
tentang samarnya (belum jelas) isim tafdlil
(kata yang mempunyai makna lebih unggul)
ً ‫( َا ْش َت َرْي ُت َا ْرَب ًعا ن َع‬saya membeli empat ekor kambing)
d. ‫ـاجا‬ َ
Pada lafadz ‫اجا‬ ً ‫( ن َع‬kambing) tarkibnya menjadi
َ
tamyiz atau yang menjelaskan tentang
samarnya (belum jelas) ‘adad (hitungan)
empat yang telah dibeli oleh seseorang.
ً ‫ف ر ْطل َس‬
e. ‫اجا‬
َ َْ ُ َْ َ ْ
ٍ َ ‫( اشتريت ال‬saya membeli seribu kati kayu
jati)
Pada lafadz ‫اجا‬ ً ‫( َس‬kayu jati) tarkibnya menjadi
tamyiz atau yang menjelaskan tentang
samarnya (belum jelas) ‘adad (hitungan)
seribu kati yang telah dibeli oleh seseorang.
148 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ ًَ
f. ‫( َب ْع ـ ُـت ـ ُـه َم َكـ ـ ْـيلـة تما ُر ًّزا‬saya telah menjual padanya setakar
beras)
َ
Pada lafadz ‫( أ ُر ًّزا‬beras) tarkibnya menjadi
tamyiz atau yang menjelaskan tentang
samarnya (belum jelas) wazn (timbangan)
setakar yang telah dijual oleh seseorang.
َ َ َ
g. ‫( َب ْع ُت ُه ق ْد َر َب ٍاع أ ْو َذ َر ٍاع تمخ ًّزا‬saya telah menjual padanya
sekadar satu depa atau sehasta kain sutera)
َ
Pada lafadz ‫( خ ًّزا‬kain sutera) tarkibnya menjadi
tamyiz atau yang menjelaskan tentang
samarnya (belum jelas) wazn (timbangan)
sekadap satu depa dan sehasta yang telah
dijual oleh seseorang.
َ َْ َ ُ َ ‫َ ه‬
‫َوا ْن َيكـ ـ ْـون ُمط ــل ًقا ُمؤ هخ ًـرا‬ ‫الت ْم َي ْي َز ا ْن ُي َنك ًرا‬
‫َو َواج ُب ه‬
َ
Tamyiz wajib berupa isim nakirah dan harus
berada di setelah sempurnanya kalam (jatuh di
akhir kalam atau setelah ‘amil).
Dengan ta’rif tamyiz harus berupa isim nakirah
maka dalam hal ini mengecualikan isim makrifat.
Kalaupun ditemukan tamyiz yang terbentuk dari
isim makrifat maka hakekatnya itu makrifat dalam
lafadznya saja seperti contoh pada nadzam
149 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
‫س ه‬
Alfiyyah ibn Malik ‫الس َري‬ ُ ‫س َيا َق ْي‬
َ ‫الن ْف‬
‫ ط ْب َت تم ه‬pada contoh
َ
ini tamyiz terbentuk dari isim makrifat dengan
tanda makrifat “al”, maka hakekat “al” tersebut
adalah ziyadah atau tambahan.
Tamyiz secara mutlak tidak boleh berada di
awal kalam atau mendahului ‘amil, maka tidak
َ ‫تم َن ْف ًسا َط‬.
boleh mengucapkan ‫اب َزْيد‬
150 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

23. Mustatsna
Mustatsna adalah lafadz yang dikecualikan
setelah dimasuki adat istitsna’.
Seperti contoh:
‫َ َْ ه‬
‫َرأ ْي ُت الق ْو َم َاال َزْي ًدا‬

‫مﺴتﺜنى‬ ‫أداة اﻻﺳﺘثﻨاﺀ‬ ‫مﺴتﺜنى مﻨﻪ‬

Artinya: saya melihat suatu kaum kecuali Zaid.


Tarkib istitsna’ sendiri terbagi menjadi dua
bagian:
1. Istitsna’ Muttashil,
Yaitu apabila ditemukan Mustatsna minhu
(lafadz yang terkena pengecualian) dan
mustatsna (lafadz yang dikecualikan) sejenis.
‫َ َ َْ ه‬
Seperti contoh: ‫ام الق ْو ُم َاال َزْي ًدا‬ ‫( ق‬semua kaum berdiri
kecuali zaid).
Pada contoh tersebut terdapat kesejenisan
antara mustatsna ‫ زيدا‬dengan ‫القوم‬, yang mana
151 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

keduanya secara ‘urfunnas adalah sama-sama


manusia.
2. Istitsna’ Munqati’
Yaitu apabila ditemukan Mustatsna minhu
(lafadz yang terkena pengecualian) dan
mustatsna (lafadz yang dikecualikan) tidak
‫ه‬ َْ َ
sejenis. Seperti contoh ‫( ق َام الق ْو ُم َاال َح َم ًارا‬semua
kaum telah berdiri kecuali keledai).
Pada contoh di atas tampak suatu perbedaan
jenis antara mustatsna dan mustatsna minhu,
karena mustatsna (yang dikecualikan) berupa
hewan sedangkan mustatsna minhu (yang
terkena pengecualian) secara ‘urfinnas adalah
manusia.
َ ‫ه‬ َ ‫َ ُ ْ ْ ه‬
‫َاال َوغـ ْـي ُر َو َس ـ ًـوى ُس ًوى َس ًوا‬ ‫َول ْفظ ا َال ْس َتث َنا ال َذى ل ُه َح َوى‬
Lafadz-lafadz atau ‘adat istitsna’ adalah:
‫ه‬
1. ‫( َاال‬kecuali)
‫َ َ َْ ه‬
Seperti contoh: ‫ام الق ْو ُم َاال َزْي ًدا‬ ‫( ق‬semua kaum telah
berdiri kecuali Zaid).
َ
2. ‫( غ ْي ُر‬selain)
152 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ َْ َ َ
Seperti contoh: ‫ام الق ْو ُم غ ْي ُر َزْي ٍد‬ ‫( ق‬semua kaum telah
berdiri selainnya Zaid).
3. ‫( َس ًوى‬selain) lafadz ini berharakat seperti ‫ضا‬ ً ‫ر‬
َ
ْ
َ َ َ
Seperti contoh: ‫ام الق ْو ُم َس َوى َزْي ٍد‬‫( ق‬semua kaum telah
berdiri selainnya Zaid).
4. ‫( ُس ًوى‬selain) lafadz ini berharakat seperti ‫ُه ًدى‬
َْ َ َ
Seperti contoh: ‫ام الق ْو ُم ُس َوى َزْي ٍد‬‫( ق‬semua kaum telah
berdiri selainnya Zaid).
5. ‫( َس َواء‬selain) lafadz ini berharakat seperti ‫َس َماء‬
َْ َ َ
Seperti contoh: ‫ام الق ْو ُم َس َو ُاء َزْي ٍد‬ ‫( ق‬semua kaum telah
berdiri selainnya Zaid).
َ ْ َ ْ ‫َ َ ه‬ ََ
‫َما اخ َر َج ْت َم ْن َذى ت َم َام ُم ْو َج ٍب‬ ‫خَل َع َدا َحاشا ف َم ْـع َاال ان َص َـب‬
ََ
6. ‫( خَل‬kecuali)
ََ َْ َ َ
Seperti contoh: ‫ام الق ْو ُم خَل َزْي ٍد‬ ‫( ق‬semua kaum telah
berdiri kecuali Zaid).
7. ‫( َع َدا‬kecuali)
َْ َ َ
Seperti contoh: ‫ام الق ْو ُم َع َدا َزْي ٍد‬‫( ق‬semua kaum telah
berdiri kecuali Zaid).
153 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ
8. ‫( َحاشا‬kecuali)
َ َْ َ َ
Seperti contoh: ‫ام الق ْو ُم َحاشا َزْي ٍد‬‫( ق‬semua kaum telah
berdiri kecuali Zaid).
‫ه‬
Mustatsna bi illa (‫ َ)اال‬yang terletak pada kalam
tam mujab wajib untuk dibaca nashab.
Kalam tam adalah susunan kalam yang
menyebutkan mustatsna minhu (yang terkena
‫ه‬ َْ َ
pengecualian). Seperti contoh: ‫ق َام الق ْو ُم َاال َزْي ًدا‬.
Kebalikan dari kalam tam adalah kalam naqish, yaitu
kalam yang tidak menyebutkan mustatsna minhu,
hanya menyebutkan mustatsnanya saja.
Kalam mujab adalah susunan kalam yang tidak
dimasuki oleh nafi. Di dalam ilmu bahasa
Indonesia kalam mujab disebut dengan kalimat
positif dan kalam manfi disebut dengan kalimat
negatif.

َ ‫ه‬ ْ َ َ ‫ه‬ ْ ُ َ َ َ
‫َوقـ ْـد َرا ْي ُت ال َـق ْـو َم َاال خ َال ًدا‬ ‫ـام كـ ُّـل ا َلق ْو َم َاال َو َاح ًدا‬ ‫ك ــق‬
154 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Contoh mustatsna bi illa (wajib dibaca nashab)


ketika berada di kalam tam mujab (menyebutkan
mustatsna minhu dan tidak ada nafi).
‫ه‬ َ ْ ُ َ
1. ‫( ق َام كـ ُّـل الق ْو َم َاال َو َاح ًدا‬seluruh kaum telah berdiri
kecuali satu orang)
Pada lafadz ‫ َو َاح ًدا‬wajib dibaca nashab karena
‫ه‬
menjadi mustatsna dengan ‘adat istitsna ‫ َاال‬dan
jatuh pada kalam tam mujab (menyebutkan
mustatsna minhu dan tidak ada nafi).
َ ‫َ َ ْ َ ه‬
2. ‫( َوقـ ْـد َرا ْي ُت الـق ْـو َم َاال خ َال ًدا‬saya benar-benar telah melihat
semua kaum kecuali Khalid)
َ
Pada lafadz ‫ خ َال ًدا‬wajib dibaca nashab karena
‫ه‬
menjadi mustatsna dengan ‘adat istitsna ‫ َاال‬dan
jatuh pada kalam tam mujab (menyebutkan
mustatsna minhu dan tidak ada nafi).
‫ض َع ًفا‬
ُ ‫ص ُب ف ْيه‬ ‫َف َا ْبد َل ْن َو ه‬
ْ ‫الن‬ َ ْ َ ُ
‫َوَا ْن َيك ْن َم ْن َذى ت َم َام َن ان َتفى‬
َ َ َ
Dan apabila mustatsna bi illa jatuh pada kalam
tam manfi (kalam yang menyebutkan mustastna
minhu akan tetapi bersama dengan nafi) maka
155 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

diperbolehkan dua tingkah. Yang pertama


mustatsna menjadi tarkib dan i’rab sebagai badal
yang mubdal minhu nya adalah mustatsna minhu),
pendapat ini lebih diunggulkan menurut Ulama’
Nahwu. Yang kedua mustatsna dibaca nashab atas
dasar ististna’, akan tetapi hal ini menurut Ulama’
Nahwu dianggap lemah.
Seperti contoh:
‫ه‬ ‫َ َْ ه‬
‫ َاال َزْي ًدا‬/ ‫َما ق َام الق ْو ُم َاال َزْيد‬

‫منصوب على‬ ‫مرفوع على‬ ‫أداة االستثناء‬ ‫مبدل منه‬ ‫نفي‬


‫اْلستثناء‬ ‫البدلية‬
‫مستثنى منه‬
‫قول ضعيف‬ ‫قول راجح‬

‫االستثناء املتصل‬
Artinya: suatu kaum tidak ada yang berdiri kecuali
Zaid.
ْ ْ ْ ْ ْ َ َ َ
‫َو َما َس َو ُاه ُحك ُم ُه َب َعك َس َه‬ ‫اس َتث َن ْي َت ُه َم ْن َجن َس َه‬ ‫هذا َاذا‬
156 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Adapun hal ini (mengunggulkan mustatsna


menjadi tarkib dan i’rab sebagai badal dan
melemahkan mustatsna dibaca nashab atas dasar
ististna’) di dalam kalam tam manfi itu terjadi
apabila mustatsna dan mustatsna minhu sejenis
(Istitsna’ Muttashil). Namun, apabila mustatsna
dan mustatsna minhu tidak sejenis (Istitsna’
Munqati’) maka hukum mustatsna lebih unggul
dibaca nashab karena menjadi istitsna’ daripada
menjadi tarkib dan i’rab sebagai badal.
Seperti contoh:
‫ه‬ ‫َ َْ ه‬
‫ َاال َب َع ْير‬/ ‫َما ق َام الق ْو ُم َاال َب َع ْي ًرا‬

‫مرفوع على‬ ‫منصوب على‬ ‫أداة االستثناء‬ ‫مستثنى منه‬ ‫نفي‬


‫البدلية‬ ‫االستثناء‬
‫مبدل منه‬
‫قول ضعيف‬ ‫قول راجح‬

‫االستثناء املنقطع‬
157 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Artinya: suatu kaum tidak ada yang berdiri kecuali


seekor unta.
ََْ ‫ه‬ َ ‫ْ َ ه‬ ََ
‫ص ُب َفى َاال َب َع ْي ًرا اكث ُر‬ ‫َو ه‬
ْ ‫الن‬ ‫كل ْن َي ُق ْو َم الق ْو ُم َاال َج ـ ْـعــف ُـر‬
Pada nadzam ini menjelaskan kembali tentang
kedua contoh tentang istitsna’ muttashil dan
istitsna’ munqati’ pada kalam tam manfi
Contoh istitsna muttashil pada kalam tam manfi
‫ه‬ َْ َ
adalah ‫( ل ْن َي ُق ْو َم الق ْو ُم َاال َج ْع َف ُر‬suatu kaum tidak berdiri
kecuali Jakfar) yang mana mustatsna dalam hal ini
lebih unggul sebagai badal yang mana mengikuti
َ َْ
mubdal minhu ‫الق ْو ُم‬.
Contoh istitsna’ munqati’ pada kalam tam manfi
‫ه‬ َْ َ
adalah ‫( ل ْن َي ُق ْو َم الق ْو ُم َاال َب ْع ْي ًرا‬suatu kaum tidak berdiri
kecuali unta) yang mana mustatsna dalam hal ini
lebih unggul dibaca nashab karena menjadi istitsna’
َ َْ
yang mana mengikuti mubdal minhu ‫الق ْو ُم‬.
‫َ ْ ُْ َ ْ َْ َ ُ ْ َه‬ ‫َ ه‬ َ ْ ْ َُ ْ َ
‫اس َتقَل‬ ‫قد ال َغيــت والع َامل‬ ‫ـص ف َاال‬ٍ ُ ‫وَان يكـ ــن َمن‬
‫ـ‬ ‫ق‬
َ ‫ا‬ ‫ن‬
ً َ ‫َوَال َا َرى ا هال َا َخـ ـ‬
‫ـاك ُم ـ ْـق َبَل‬
ً َ َ َ ‫َ َْ َُ ْ ه‬
‫ـوك ا هوال‬ ‫كـ ــلم يـقم َاال اب ـ ـ‬
َ
158 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Dan apabila mustatsna illa jatuh pada kalam


naqish (suatu kalam istitsna’ yang tidak
menyebutkan mustatsna minhu nya) maka dengan
ini akan mengakibatkan dua hal: 1) Illa tidak
beramal, 2) mustatsna menyesuaikan dengan
kebutuhan ‘amil yang berada didepannya dan
dalam hal ini mustatsna menjadi ma’mul.
Seperti contoh:
َ ‫ه‬ َ
a. ‫( ل ْم َي ُق ْم َاال أ ُب ْو َك‬tidak ada yang berdiri kecuali
Ayahmu)
Pada contoh ini lafadz ‫ اال أبوك‬tarkibnya
menjadi fa’il karena menyesuaikan dengan
َ
kebutuhan ‘amilnya yakni lafadz ‫ل ْم َي ُق ْم‬
‫ه‬
sehingga ‫ َاال‬dalam hal ini tidak beramal sama
sekali karena tidak memberikan suatu
dampak dalam segi perubahan i’rab, dan
َ
lafadz ‫ أ ُب ْو َك‬dibaca rafa’ dengan tanda wawu
karena ásmaul khamsah.
َ ‫( َال َأ َرى ا هال َأ َخ‬aku tidak melihat kecuali saudaramu)
b. ‫اك‬ َ
159 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ ‫ ا هال َأ َخ‬tarkibnya
Pada contoh ini lafadz ‫اك‬ َ
menjadi maf’ul bihi karena menyesuaikan
َ َ
dengan kebutuhan ‘amilnya yakni lafadz ‫ال أ َرى‬
‫ه‬
(fi’il dan fa’il) sehingga ‫ َاال‬dalam hal ini tidak
beramal sama sekali karena tidak
memberikan suatu dampak dalam segi
َ ‫ َأ َخ‬dibaca
perubahan i’rab, dan lafadz ‫اك‬
nashab dengan tanda alif karena ásmaul
khamsah.
ْ ُ َْ ْ َ ْ َ ُ ْ َ َ
‫َي ُج ْوز َب ْع َد َس ْب َع َة ا َلب َو َاﻗى‬ ‫ض ُم ْستث ًنى َعلى ا َالطَل َق‬ ‫وخف‬
َ ََ َ َ َ
‫َب َما خَل َو َما َع َدا َو َما َحاشا‬ ً ‫ص ُب ا ْي‬
‫ضا َجا َئز َمل ْن َيشا‬ ‫َو ه‬
ْ ‫الن‬
Dan mustatsna yang menggunakan tujuh ‘adat
ististna’ yang tersisa yakni ( ،‫ عدا‬،‫ خَل‬،‫ َسواء‬،‫ ُسوى‬،‫ َسوى‬،‫غير‬
‫)حاشا‬secara mutlak dibaca jar atau khafad.
Namun khusus mustatsna ‫ حاشا‬،‫ عدا‬،‫ خَل‬apabila
didahului oleh ‫ َما‬mashdariyyah, maka mustatsna
boleh untuk dibaca nashab.
Adapun contoh mustatsna yang menggunakan
tujuh ádat istitsna’ diatas telah termaktub pada
160 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

keterangan sebelumnya. Contoh mustatsna ‫خَل عدا‬


‫حاشا‬yang didahului oleh ‫ ما‬mashdariyyah sebagai
berikut ini:
ََ َْ َ
a. ‫( ق َام الق ْو ُم َما خَل َزْي ًدا‬semua kaum berdiri kecuali
Zaid)
َْ َ
b. ‫( ق َام الق ْو ُم َما َع َدا َزْي ًدا‬semua kaum berdiri kecuali
Zaid)
َ َْ َ
c. ‫( ق َام الق ْو ُم َما َحاشا َزْي ًدا‬semua kaum berdiri kecuali
Zaid)
24. Laa Yang Beramal Seperti Amal Inna
َ ‫َف ْانص ْب ب َﻬا ُم َن هك ًرا ب َﻬا هات‬
‫ص ْل‬ َ ‫َو ُح ْك ُم َال َك ُح ْكم َا هن فى ْا‬
‫لع َم ْل‬
َ َ َ َ َ
161 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ
dibaca nashab seperti contoh: ‫اض ٍر ُمك َاف ْي‬ َ َ َُ َ
َ ‫( ال غَلم ح‬tidak
ada lelaki yang hadir itu sederajat).
Syarat-syarat la allati linafyil jinsi beramal
seperti inna wa akhwátuhá adalah sebagai berikut:
1. Huruf ‫ ال‬bermakna nafi (tidak ada)
2. Yang dinafikan adalah berupa isim jenis
3. Nafinya tertentu untuk jenis
4. Huruf ‫ ال‬tidak kemasukan huruf jar
5. Isimnya berupa isim nakirah
6. Isimnya bertemu langsung dengan ‫ال‬
7. Apabila syarat-syarat di atas terpenuhi,
maka ‫ ال‬boleh beramal seperti ‫إن وأخواتها‬
(menashabkan isim dan merafa’kan khabar).
ََْ َ َْ َ َ َ َ ََ َ َ
‫اك َفى اال ْع َم َال ا ْو الـغ ْي َت َﻬا‬‫كذ‬ ‫ل َكـ ْـن َاذا تك هر َر ْت ا ْج َر ْي َتـ َـﻬا‬
Namun apabila datangnya ‫ ال‬diulang-ulang
maka diperbolehkan atasnya dua tingkah: 1)
Mengamalkan ‫( ال‬menashabkan isim dan merafa’kan
khabar), dan 2) Menggugurkan ‫( ال‬dalam hal ini ‫ال‬
tidak memberikan dampak kepada kalimat
162 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

setelahnya. Artinya kalimat setelahnya menetapi


tarkib asal yakni mubtada’ dan khabar)
Contoh ‫ ال‬yang diulang-ulang beserta hukum ‫ال‬
tetap beramal (menashabkan isim dan merafa’kan
khabar):
َ َ َ َ
a. ‫ال ُغَل َم َر ُج ٍل َوال َع ْب َد َا ْم َرأ ٍة خ َح َاض َر ٍان‬
Pada contoh di atas tampak huruf ‫ ال‬diulang
sebanyak dua kali. Dengan adanya ‫ ال‬yang
diulang tersebut maka memberikan dampak
perubahan i’rab, karena kalimat ‫ غَلم‬dan ‫عبد‬
sebelum kemasukan ‫ ال‬tarkibnya adalah
menjadi mubtada’ sehingga harus dibaca
rafa’. Namun, setelah kemasukan ‫ ال‬kedua
kalimat tersebut dibaca nashab karena
menjadi isim la allati linafyil jinsi dengan
menggunakan tanda nashab berupa fathah
karena isim mufrad. Dan kalimat ‫ حاضران‬yang
semula menjadi khabar mubtada’ dari ‫ غَلم‬dan
‫عبد‬. Namun, setelah kemasukan ‫ ال‬berubah
163 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

lafadz ‫ حاضران‬menjadi khabarnya la allati


linafyil jinsi.
b. ‫اض َر َان‬ َ ُ َ َ ُ ََ َ ُ ْ ً َ َ
َ ‫ال ق َارئا الق ْرآن وال مع َلمه خح‬
Pada contoh di atas tampak huruf ‫ ال‬diulang
sebanyak dua kali. Dengan adanya ‫ ال‬yang
diulang tersebut maka memberikan dampak
ً َ
perubahan i’rab, karena kalimat ‫ ق َارئا‬dan ‫ُم َع َل َم‬
sebelum kemasukan ‫ ال‬tarkibnya adalah
menjadi mubtada’ sehingga harus dibaca rafa’.
Namun, setelah kemasukan ‫ ال‬kedua kalimat
tersebut dibaca nashab karena menjadi isim la
allati linafyil jinsi dengan menggunakan tanda
nashab berupa fathah karena isim mufrad.
Dan kalimat ‫ حاضران‬yang semula menjadi
ً َ
khabar mubtada’ dari ‫ ق َارئا‬dan ‫م َع َل َم‬.ُ Namun,
setelah kemasukan ‫ ال‬berubah lafadz ‫حاضران‬
menjadi khabarnya la allati linafyil jinsi.
164 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
ْ َ ْ ْ ْ َْ َْ َ
‫ُم ـ َـر َكـ ًـبا ا ْو َرف ـ َـع ُه ُم َنـ ـ هـو ًنا‬ ‫اس َم َﻬا ا َلز َم ا َلب َنا‬ ‫و َعند َافر َاد‬
َ َ ً َ َ َ ً ‫َا ْي‬ َ ْ َ َ َ َ ََ
‫ضا َوَا ْن ت ْرف ْع اخا الت ْن َص َبا‬ ‫كَل اخ َوال اب فان َص ـ ْب ا َبا‬
Apabila isim ‫ ال‬yang diulang-ulang datang
dalam keadaan mufrad (yang dimaksudkan adalah
bukan mufrad dengan bandingan tatsniyah atau
jamak. Namun, mufrad yang dimaksudkan disini
adalah kalimatnya tunggal tidak mudlaf atau syibh
mudlaf), maka wajib untuk: 1) dimabnikan sesuai
i’rab nashabnya seperti tarkibnya lafadz ‫خمسة عشر‬
َ َ َ َ
seperti contoh: ‫ ال أ َخ َوال أ َب‬, atau 2) dibaca rafa’ dengan
َ َ َ َ
tanwin, seperti contoh: ‫ال أخ َوال أب‬,
Atau 3) memabnikan isim ‫ ال‬yang pertama
beserta menashabkan isim ‫ ال‬yang kedua, seperti
َ َ َ َ ً َ
contoh; ‫ال أ َخ َوال أ ًبا‬. Dan jika lafadz ‫ اخا‬dibaca rafa’,
َ
maka lafadz ‫ أ ًبا‬tidak boleh dibaca nashab.
َ َْ َ ْ ْ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ْ‫َ َْ ُ َه‬
‫فا ْرف ْع َون َون َوالت َز ْم تك ـ َـر َار ال‬ ‫اس َم َﻬا ا ْو ف َصَل‬ ‫وحيث عرفت‬
َ َ َ َ َ َ ‫َك َـَل َعل ٌّى‬
‫َوال لـ َـنـا َع ْبد َوال َمــا ُي هدخ ْر‬ ‫اضر َوال ُع َم ْر‬
َ ‫ح‬ َ
165 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Dan apabila isim ‫ ال‬datang dalam bentuk


makrifat atau isimnya (nakirah) terpisah dengan ‫ال‬
(tidak mubasyarah atau tidak bertemu langsung
dengan ‫ ال‬akan tetapi terpisah dengan kalimat
lain), maka isim ‫ ال‬wajib dibaca rafa’ karena
menjadi mubtada’ dan wajib mentanwin huruf
akhirnya, juga wajib untuk mengulang-ulang ‫ال‬.
Seperti contoh;
َ َ َ
a. ‫اضر َوال م ُع َم ُر‬ َ
َ ‫ال م ع َل ٌّي خح‬ (Ali tidak hadir, begitu
juga Umar)
Pada contoh tersebut memberikan suatu
contoh ketika ‫ ال‬bertemu dengan isimnya
yang berbentuk makrifat bukan nakirah dan
tampak dua ‫ ال‬yang memasuki susunan
mubtada’ khabar yang semestinya ‫ال‬
memberikan dampak perubahan susunan
kalimat dan i’rab, namun oleh karena isim
yang berada setelahnya tidak berbentuk
nakirah sebagaimana yang telah disyaratkan
166 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

pada keterangan sebelumnya bahwa isim ‫ال‬


harus berbentuk nakirah, maka lafadz yang
berada setelah ‫ ال‬tetap menjadi susunan
mubtada’ khabar dan wajib untuk ditanwin,
juga wajib untuk mengulang ‫ال‬.
Lafadz ‫ حاضران‬di sini tarkibnya adalah menjadi
khabar dari kedua mubtada’ ‫ علي‬dan ‫عمر‬,
meskipun seakan-akan pada lafadz ‫ عمر‬tidak
mempunyai khabar hakekatnya adalah
khabarnya itu adalah ‫حاضران‬, jadi apabila
khabarnya ditampakkan maka taqdirannya
َ َُ َ
adalah ‫اضر‬ َ ‫ال عم ُر ح‬,
َ َ َ َ
b. ‫ال خل َنا َع ْبد َوال َما ُي هدخ ُر‬ (kita tidak mempunyai
budak dan kita tidak mempunyai sesuatu yang
disimpan)
Pada contoh di atas memberikan suatu
contoh ketika ‫ ال‬tidak bertemu secara
langsung dengan isimnya yang berbentuk
nakirah, akan tetapi ‫ ال‬terpisah oleh khabar
167 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

muqaddam (‫ )لنا‬maka konsekuensinya lafadz


‫ عبد‬harus dibaca rafa’ beserat ditanwin dan ‫ال‬
diulang-ulang.
25. Nida
َ ْ َ ‫َُْ َ َُه‬ َ ُ َ
‫ص ًدا ُيؤ ْم‬ ‫ومفـ ــرد منك ــر ق‬ ‫خ ْمس ت َن َادى َو ْه َي ُم ْف َرد َعل ْم‬
َ ‫اف َو هالذى‬ُ َ ُ ْ َ َ ‫ه‬
‫ض َﻬ ُاه‬ َ ‫كذا املض‬ ‫َو ُم ْف ـ ـ ـ َرد ُم َن ـ ـكر َس َو ُاه‬
Munada’ (panggilan) itu terbagi menjadi lima
bagian;
a. Munada Mufrad ‘Alam (panggilan untuk
Nama orang yang satu kalimat)
b. Munada Mufrad Nakirah Maqsudah (panggilan
untuk sebutan nama umum yang satu kata
dan ada yang dituju)
c. Munada Mufrad Nakirah Ghairu Maqshudah
(panggilan untuk sebutan nama umum yang
satu kalimat dan tidak ada yang dituju)
d. Munada Mudlaf (panggilan untuk sebutan
nama orang yang bersandar pada kata
berikutnya)
168 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

e. Munada Syibhul Mudlaf (panggilan untuk


sebutan nama orang yang bersandar pada
kata berikutnya)
َ ُ ْ ‫َ ه‬ َ ْ َ َْ َ
‫َعلى ال َذى َفى َرف َع ك ٍل ق ْد ُع َل ْم‬ ‫ف ــاال هوال َن َف ْي َﻬ َما ا َلب َنا ل ـ َـز ْم‬
ْ َ ََ ‫َو ه‬ َْ ْ َ َْ َ
‫ص ُب َفى ثَلث َة ا َلب َو َاﻗى‬
ْ ‫الن‬ ‫َم ْن غ ْي َر تنـ َو ْي ٍن َعلى ا َالط ــَل َق‬
Kedua munada yang pertama yakni munada
mufrad ‘alam dan munada mufrad nakirah maqshudah
itu harus di mabnikan rafa’ tanpa harus ditanwin
secara mutlak. Dan ketiga munada yang tersisa
yakni munada mufrad nakirah ghairu maqshudah,
munada mudlaf dan munada syibh mudlaf itu dibaca
nashab.
َ ْ ً َ َ َُ َ
‫َيا غا َفَل َع ْن َذك َر َرَب َه ا َف ْق‬ ‫ك َيا َع َل ُّي َيا غ ــَل ُم َبـى ْانط َل ْق‬
ْ ُ ْ ْ َ َ ‫ه‬ َ ْ ْ َ َ َ
‫َويـا ل ـطَـ ْي ًفا َبال َع َب َاد الطف َب َنا‬ ‫اشــف ا َلبل َوى َو َيا ا ْﻫ َل الث َنا‬ َ ‫يا ك‬
Contoh dari masing-masing lima munada
berikut ini;
a. ‫َيا َع َل ُّي‬ (wahai Ali)
Contoh ini adalah untuk munada mufrad
‘alam. Disebut dengan istilah tersebut karena
contoh di atas ‘adat nida ‫ َيا‬masuk pada isim
169 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

‘alam (nama) yakni ‫ زيد‬dan kata tersebut


mufrad (yang dimaksud di sini adalah
kalimatnya berbentuk tunggal tanpa
bersandar pada kalimat lain).
َ ْ َُ
b. ‫َيا غَل ُم َب ْي َانط َل ْق‬ (wahai budak yang bersamaku,
berangkatlah !)
Contoh ini adalah untuk munada nakirah
maqshudah. Disebut dengan istilah tersebut
karena ádat nida ‫ يا‬memasuki isim nakirah
yang ditakhsis dengan lafadz ‫بي‬, sehingga
meskipun nakirah atau umum akan tetapi
tetap ada orang dimaksudkan atau dituju.
Tujuan dari takhsis (mengkhusukan) adalah
menghilangkan hukum keumumannya.
Sehingga, sangat jelas berbeda antara orang
mengucapkan “wahai budak !” dengan
“wahai budak yang bersamaku”. Pada
contoh yang pertama menggambarkan jika
budak yang dimaksud adalah seluruh budak
yang ada pada saat itu, namun pada contoh
170 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

yang kedua budak yang dimaksud adalah


hanya budak yang bersama dengan
mutakallim (orang yang berkata).
َ ْ ً َ
c. ‫َيا غا َفَل َع ْن َذك َر َرَب َه أ َف ْق‬ (wahai orang yang lupa
atas mengingat tuhannya, ingatlah !)
Contoh ini adalah munada nakirah ghairu
maqshudah. Disebut dengn istilah tersebut
karena ‘adat nida ‫ يا‬masuk pada isim nakirah
yang mana kenakirahannya sangat umum
sekali dan tidak ada takhsis (pengkhususan),
sehingga hal ini menjadikan munada (orang
yang dipanggil) yang dimaksudkan oleh
mutakallim (orang yang berkata) adalah siapa
saja yang berada di sekitar mutakallim.
Seperti pada contoh diatas “wahai orang
yang lupa atas mengingat Tuhannya”,
munada yang dimaksudkan adalah siapa saja
yang bersama mutakallim dan yang merasa
dirinya lupa atas Tuhannya. Sehingga, hal
inilah yang dimaksud dengan munada nakirah
ghairu maqshudah.
171 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
ْ ْ َ َ َ
d. ‫اشف ال َبل َوى‬
َ ‫يا ك‬ (wahai Dzat yang
menghilangkan musibah)
Contoh ini adalah untuk munada mudlaf
(munada yang terdiri dari mudlaf dan mudlaf
ilaihi). Disebut dengan istilah tersebut karena
‘adat nida’ ‫ يا‬masuk pada isim tidak terdiri
satu kalimat saja (mufrad) akan tetapi terdiri
dari dua kalimat atau lebih. Karena pada
contoh tersebut ‘adat nida’ masuk pada
susunan idlafah yang terdiri dari mudlaf dan
mudlaf ilaihi. Adapun pada contoh diatas
yang menjadi mudlaf adalah ‫ كاشف‬dan yang
menjadi mudlaf ilaihi adalah ‫البلوى‬.
‫ه‬ َ
e. ‫َيا أ ْه َل الث َنا‬ (wahai ahli pemuji)
Contoh ini adalah untuk munada mudlaf
(munada yang terdiri dari mudlaf dan mudlaf
ilaihi). Disebut dengan istilah tersebut karena
‘adat nida’ ‫ يا‬masuk pada isim tidak terdiri
satu kalimat saja (mufrad) akan tetapi terdiri
dari dua kalimat atau lebih. Karena pada
172 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

contoh tersebut ‘adat nida’ masuk pada


susunan idlafah yang terdiri dari mudlaf dan
mudlaf ilaihi. Adapun pada contoh diatas
yang menjadi mudlaf adalah ‫ أهل‬dan yang
menjadi mudlaf ilaihi adalah ‫الثنا‬.
ْ ُ ُْ ْ َ
f. ‫َيا ل َط ْي ًفا َبال َع َب َاد الطف َب َنا‬ (wahai Dzat yang Maha
mengasihi beberapa hamba, kasihanilah kami !)
Contoh ini adalah munada syibh mudlaf
(serupa dengan mudlaf). Disebut serupa
dengan mudlaf karena susunan kalimatnya
berhubungan dengan kalimat setelahnya
karena sebagai penyempurna maknanya
atau juga bisa dikatakan lafadz yang pertama
dan bertemu langsung dengan ‘adat nida’
disebut dengan ‘amil dan lafadz setelahnya
َ
disebut dengan ma’mul. Pada contoh ‫َيا ل َط ْي ًفا‬
lafadz yang bertemu langsung dengan ‘adat
َ
nida’ yakni ‫( ل َط ْي ًفا‬wahai Dzat yang Maha
mengasihi) disebut dengan ‘amil yang mana
makna kalimat tersebut tidak akan menjadi
173 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

sempurna apabila tidak ditambahkan


ْ
dengan kalimat setelahnya yakni ‫َبال َع َب َاد‬
(beberapa hamba) yang mana lafadz ini
menjadi ma’mul. Sehingga dengan adanya
kedua kalimat ini tadi menjadikan makna
menjadi sempurna yakni “wahai Dzat yang
mengasihi beberapa hamba”. Inilah
sebabnya disebut dengan munada syibh
mudlaf.
26. Maf’ul Liajlihi
َ َ َ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ َ ْ ْ َ َْ
‫َل َعل َة ا َلف ْع َل ال َذى ق ـ ْـد كــانا‬ ‫ص َد َر ان َص ْب َا ْن ا َتى َب َي ًانا‬ ‫وامل‬
Nashabkanlah mashdar yang datang untuk
menjelaskan tentang sebab adanya suatu
pekerjaan. Inilah definisi dari ma’ul li ajlihi.
ََ َْ ْ َُ ْ ُ َ
‫اعـ َـل ْه‬
َ ‫َفي َمــا له َمن وق َت َه وف‬ ‫َوش ْرط ُه َات َح ـ ُـاد ُه َم ْع َع َام َـل ْه‬
Syarat maf’ul li ajlihi adalah adanya suatu
persamaan antara mashdar dan ‘amilnya di dalam
waktunya dan fa’ilnya (pelaku).
َ ْ َ َ َ
‫َواق ـ َـص ْد َع َل ًّيا َا ْب َتغـ َـاء َب ـ َـر َه‬ ‫كـ ـ ُـق ْم َل َزْي ـ َـد َن َاتقـ َـاء ش َر َه‬
174 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Seperti contoh;
َ َ ُ
a. ‫( ق ْم َل َزْي ٍد ع َا َتق َاء ش َر َه‬berdirilah pada Zaid karena
menajaga keburukannya)
َ َ
Pada contoh ini lafadz ‫ َا َتق َاء ش َر َه‬ini menjadi
maf’ul li ajlihi, karena lafadz tersebut
menjelaskan alasan tentang berdirinya
seseorang kepada Zaid.
َ ْ
b. ‫( َواق َص ْد َع َل ًّيا ع َا ْب َتغ َاء َب َر َه‬menujulah kepada Ali karena
mencari kebaikannnya)
Pada contoh ini lafadz ‫ ابتغاء بره‬ini menjadi
maf’ul li ajlihi, karena lafadz tersebut
menjelaskan alasan tentang berangkatnya
seseorang kepada Ali.
27. Maf’uul Ma’ah
َ ‫َم ْن َك‬
‫ان َم ْع ُه َف ْع ُل َغ ْي َر َه َج َرى‬
َ ْ ‫َت ْعرْي ُف ُه‬
‫اسم َب ْع َد َو ٍاو ف هس َرا‬ َ
Pengertian maf’ul ma’ah adalah isim yang jatuh
setelah wawu maiyyah yang menjelaskan orang
atau sesuatu yang mana pekerjaannya orang itu
dilakukan secara bersamaan dengan orang atau
sesuatu tersebut.
175 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
َ ْ َ ْ ْ ‫اصطَـ َح ْب َا ْوش ْبه ف ْعل َك‬
‫اس َت َوى املـا َوالخ َس ْب‬ ْ ‫َف ْانص ْب ُه ب ْالف ْعل هالذى به‬
ٍ َ َ َ ََ َ َ َ َ َ
Maka nashabkanlah maf’ul ma’ah tadi dengan
fi’il yang menyertainya atau nashabkanlah dengan
َ َ ْ َْ
serupa fi’il. Seperti contoh; ‫( َا ْس َت َوى امل ُاء َوالخش َب‬air itu
naik bersamaan dengan kayu).
ْ َْ َ َ َْ َ ُ ْ ََْ َ
‫َو َن ْح ُو َس ْر ُت َواال َم ْي َر َلل ُق َـرى‬ ‫لع ْسك َرا‬‫وكاال َمي ــر ق َادم وا‬
َ ْ َ َ َْ
Seperti contoh ‫( اْل َم ْي ُر ق َادم َوال َع ْسك َر‬Raja itu datang
ْ َْ
bersamaan tentaranya) dan ‫( َس ْر ُت َواْل َم ْي َر َلل ُق َرى‬saya berjalan
bersamaan tentara ke desa-desa).
28. Isim Yang Dibaca Jar
ُ َ ُ َْ ُ ْ َ ْ َ
ُ ‫اف َو ْا َال ْت َب‬ ُ ‫ض َـﻬا َث ََل َثة َانْـ َـو‬
ُ ‫َخ ــاف‬
‫اع‬ ‫الـحـرف واملض‬ ‫اع‬ َ
Amil yang menkhafadkan isim itu ada tiga
macam; 1) Huruf-huruf jar, 2) Mudlaf dan 3) Tabi’
lil matbu’ (na’at, athaf, taukid dan badal).
َ َ َ َ َ ُ ُ ْ ‫َه‬
‫َباء َوكاف َفى َوالم َع ْن َعلى‬ ‫لح ُر ْوف َه ُه َنا ف َم ْن َالى‬‫اما ا‬
ْ ُ ْ ُ ْ ْ َ ْ َ َ ‫َك َذ‬
‫ُمذ ُم ْنذ ُر هب َو ُاو ُر هب امل ْن َح َذف‬ ‫لح َلف‬ ‫اك َواو َبا َوتاء َفى ا‬
Adapun huruf-huruf jar adalah min, ila, ba’, kaf,
fi, lam, ‘an, ‘ala, huruf qasam (wawu, ba’ dan ta’),
mudz, mundzu, rubba, wawu rubba
176 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy
ْ ْ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ
‫َو َج ْئـ ـ ُـت َلل َم ْح ُب ْو َب َباش َتـ َـي َاق‬ ‫ص َر َالى ال َع َر َاق‬ ‫ك َسرت َمن َم‬
Seperti contoh;
ْ َ ْ ْ ُ ْ
a. ‫ص َر َالى ال َع َر َاق‬ ‫( َسرت َمن َم‬saya berjalan dari Mesir ke
Iraq)
ْ ْ
b. ‫( َج ْئ ُت َلل َم ْح ُب ْو َب َباش َت َي ٍاق‬saya darang kepada kekasih
dengan rasa rindu)
29. Idlafah ََ ُ َ ُُ َ َ ُ َ َ ‫ه‬ َ َ ُ ْ َ
‫ا ْونـ ْـونـ ُـه كــأ ْهلك ْم ا ْهل ْونا‬ ‫الت ْن َو ْينا‬ ‫اف ا ْس َق َط‬
َ ‫َمن الـمـض‬
Bagian dari mudlaf adalah membuang tanwin
atau nun yang berstatus pengganti dari tanwin,
ُُ َ
seperti ‫( أ ْهلك ْم‬keluargamu) yang mana asal
َُ َ
kalimatnya adalah ‫أ ْهل لك ْم‬, pada contoh tersebut
membuang tanwin yang berada pada akhir lafadz
َ
‫ا ْهل‬.
َ ُ َ ُ َ ََ ََ َ ‫ه‬ ْ ْ ْ َ
‫كقا َت ــَل غ ـ ــَل َم َزْي ٍد ق َتَل‬ ‫ـض َب َه ا َال ْس َم ال َذى ل ُه تَل‬ ‫واخ َفـ‬
Dan wajib dibaca jar isim (mudlaf ilaihi) yang
َُ َ َ
jatuh setelah mudlaf, seperti ‫( قا َتَل غَلم َزْي ٍد‬dua
pembunuh budaknya Zaid).
َُ َ ‫َ ْ ه‬ َ َ َ َ َ
‫ا ْو َم ْن ك َـمك َر الـ ْـي َل ا ْو غَل َم‬ ‫َو ُه َو َع ـ ــلى ت ْق َد ْي َر َفى ا ْوال َم‬
177 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

‫اب َس ٍاج‬ َ ‫َا ْو َث ْوب ُخز َا ْو َك‬


‫ب‬
َ َ َ
‫ا ْو َع ْبـ ـ ـ َد َزْي ٍد ا ْو َانا ُز َج ٍاج‬
َ ٍ َ
Tarkib idlafy selalu menyimpan makna salah
satu dari fi (di dalam), lam (untuk/milik atau
‫ْ ه‬
karena) dan min (dari) seperti contoh; ‫( َمك َر الل ْي َل‬tipu
daya di waktu malam) contoh tarkib idlafy ini
menyimpan makna dari fi (di dalam).
Contoh ‫( َع ْب َد َزْي ٍد‬budak milik Zaid) menyimpan
َ
makna lam (milik). ‫( َان ُاء ُز َج ٍاج‬tempat dari kaca)
ُ َ
menyimpan makna min (dari). ‫( ث ْو َب خ ٍز‬baju dari
sutera) menyimpan makna min (dari). ‫اب َس ٍاج‬ َ
َ ‫( ب‬kayu
dari jati) menyimpan makna min (dari).
‫َم ْب ُس ْو َط ًة فى ْا َال ْرَبع ه‬
‫الت َو َاب َع‬ ‫ض ْت َا ْح َك ُام ُكل ه‬
‫الت َاب َع‬ َ ‫َو َق ْد َم‬
َ َ َ
Dan hukum tabi’ lil matbu’ telah lalu
disampaikan pada bab empat tabi’ lil matbu’.
َ ََ ْ َ ‫ُ ْ َ ه‬ ‫َ َ ْ ُ ْ َ ه‬
‫الرش َاد َوا ُلﻬ َدى فﻨ ْرت َف ْع‬ ‫س بل‬ ‫ف َيا َالـ ـ َـهى الطــف َب َنا ف َنت َب ْع‬
Wahai Tuhanku! Curahkanlah kasih sayangmu
sehingga kami dapat mengikuti seluruh jalan-
jalan kebenaran dan petunjukmu, sehingga kami
mendapatkan derajat yang tinggi di sisiMu.
178 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

‫الس َن ْين‬ َ ْ َ ْ ََْ ‫الس ْب َع ْي َنا‬


‫َوفى ُج َم َادى َس َادس ه‬
َ ‫بعد ان َتـ ــهى َتس ٍع َمن‬ َ َ
Pada bulan ke enam Jumadits Tsani tahun 970 H.
َ َ َ َْ ُْ ْ َ ْ ْ َ َ َ
‫ف كا َف ًيا َم ْن ا ْحك َم ْه‬
ٍ ‫َفى رب َع ال‬ ‫ق ْد ت هم نـظ ُم َه َذ َه ال ُـمق َد َمة‬
Nadzam muqaddimah ini telah selesai disusun
dalam jumlah seperempat dari seribu (250) sekira
cukup untuk mempelajari hukum-hukum dasar
dalam ilmu Nahwu.
‫الت ْقص ْير َو ه‬ َ ‫ذى ْا‬ ْ ‫ه‬ َ ْ ْ َ
‫الت ْف َرْي َط‬ َ َ
‫لع ْجز و ه‬
َ َ َ ‫نظ ُم الف َق ْي َر الش َر َف ال َع ْم َرْي َطى‬
Disusun oleh al-Faqir al-Imam Syarifuddin al-
Imrithy, hamba Allah SWT yang lemah dan
ceroboh dalam bertugas.
ْ ْ ْ َ ْ ْ َ ََ ُ ‫َو ْال َـحـ ْـم‬
‫ض َل َوا َالن َـع َام‬ ‫على ج َزي َل الف‬ ‫هلل َم َـدى ال هـد َو َام‬ َ ‫د‬
َ ْ ََ ْ ُ ْ ‫ََ ه‬ ‫ه‬ َ َ ‫َو َا ْف‬
‫صطفى الك َرْي َم‬ ‫على الن َب َي امل‬ ‫الص ــَل َة َوالت ْس َل ْي َم‬ ‫ض ُل ه‬
َ ْ ْ ْ َ ُّ ْ َ َْ َ ‫ُم َـح ـ هـم ٍد َو‬
‫التقى َوال َعـلـ َـم َوالكـ َـم َال‬ ‫أه َل‬ ‫ص ْح ـ َـب َه َواال َل‬
Segala puji bagi Allah SWT selama-lamanya
karunia dan pemberian yang telah
dianugerahkan.
179 | Minhatur Radli ala Tarjamati Nadzm al-Imrithy

Semoga shalawat serta salam tetap kepada


Nabi Muhammad SAW yang terpilih dan yang
mulia.
Juga kepada sahabatnya, keluarganya yang
mereka adalah Ahli Taqwa, Ahli Ilmu dan yang
sempurna

Anda mungkin juga menyukai