Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SOSIOLINGUISTIK

“HUBUNGAN SOSIOLINGUISTIK DENGAN DISIPLIN ILMU LAIN”


Diajukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Sosiolinguistik

Dosen Pengampu :
Arief Fiddienika. S.S., M.A.
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Aris Munandar 1856042002
Hamdina Lestari 1856042027
Ikramiah 1856042020
Muh. Ilham 1856040008
Nurul Fajriani 1856042026
Tri Ayuni Affair Jumail 1856042028

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


JURUSAN BAHASA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan pada waktunya. Makalah ini ditulis demi untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sosiolinguistik dengan judul “Hubungan Sosiolinguistik dengan Disiplin Ilmu Lain” . Kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tentu tidak lepas dari kesalahankesalahan atau
kekeliruan. Maka dari itu, kami mengharapkan masukan berupa saran ataupun kritik yang
membangun dari pembicara.
Dalam pembuatan makalah ini juga banyak kami terima motivasi dan bantuan dari
teman-teman sekalian. Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang ikut andil dan
memberi kontribusi dalam pembuatan makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir
kata, semoga makalah Sosiolinguistik ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Timika, 04 Mei 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosiolinguistik ,dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya,seperti ilmu ekonomi,
sosiologi , atau dengan linguistik sendiri,merupakan ilmu yang relatif baru. Namun
sosiolinguistik memiliki 3 batasan dalam pembahasanya, yakni : bahasa ,masyarakat dan
hubungan antara bahas dan masyarakat .

Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki manusia, tidak hanya
dapat dikaji secara internal tetapi juga secara eksternal. Artinya pengkajian bahasa tidak hanya
dapat dilakukan dengan menganalisis struktur fonologis, morfologis maupun sintaksisnya,
melainkan dapat pula dikaji dengan hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa yang
berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok
sosial kemasyarakatan.

Pengkajian secara eksternal inilah yang menghasilkan rumusan-rumusan yang berkaitan


dengan kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam segala kegiatan manusia di dalam
masyarakat. Pengkajian secara eksternal ini tidak hanya melibatkan teori dan prosedur linguistik
saja, tetapi juga melibatkan teori dan prosedur disiplin lain yang berkaitan dengan penggunaan
bahasa itu, sehingga wujudnya berupa ilmu antardisiplin yang namanya merupakan gabungan
dari disiplin ilmu-ilmu yang bergabung itu, umpamanya sosiolinguistik.

Sosiolinguistik merupakan gabungan antara disiplin sosiologi dan disiplin linguistik dengan
bahasa sebagai objek kajiannya.Namun satu hal yang harus digarisbawahi bahwasanya bahasa
sebagai objek kajian sosiolinguistik tidak dilihat maupun didekati sebagai bahasa, melainkan
dilihat dan didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia.
Persoalan kita sekarang adalah apakah sosiolinguistik itu sebenarnya; bagaimana hubungannya
dengan disiplin ilmu lain; dan apa kegunaan serta masalah-masalah sosiolinguistik. Atas dasar di
atas penyusun kemudian tertarik untuk membicarakan masalah seputar sosiolinguistik, kegunaan
dan ruang lingkup sosiolinguistik.

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang di atas, adapun rumusan yang menjadi masalah dalam penulisan
makalah ini yaitu:

1. Apakah sosiolinguistik itu?

2. Bagaimana hubungan sosiolinguistik dengan ilmu lain?


C. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan pengertian sosiolinguistik.

2. Menunjukkan hubungan sosiolinguistik dengan ilmu lain.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosiolinguistik

Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu
empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi sendiri dapat diartikan sebagai kajian
yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalammasyarakat, dan mengenai lembaga-
lembaga dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui
bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada. Sedangkan linguistik adalah bidang
ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya

Menurut Abdul Chaer, Sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa
dalam hubungan pemakaiannya dalam masyarakat. Didalam bukunya Abdul Chaer juga
menyatakan bahwa apa yang dibicarakan dalam sosiolinguistik ialah pemakai dan pemakaian
bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar dari adanya kontak dua
bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu.

Sosiolinguistik (selanjutnya disingkat SL) dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya ,seperti
ekonomi, sosiologi atau dengan linguistik sendiri ,merupakan ilmu relatif baru . Ditinjau dari
nama ,SL menyangkut sosiologi dan linguistik ,kerena itu SL mempunyai kaitan erat dengan
kedua kajian tersebut. Sosio adalah masyarakat,dan linguistik adalah kajian bahasa . Jadi SL
adalah kajian tentang bahasa yang dikaikan dengan kondisi masyarakat .

SL menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial perilaku bahasa ,
tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja ,melainkan juga sikap-sikap bahasa , perilaku
terhadap bahasa dan pemakai bahasa. Batasan semacam ini ingin menarik SL ke bidang
sosiologidaripada ke linguistik . Dalam kajian SL memang ada kemungkinan orang memulai
dari masalah kemasyarakatan kemudian mengaitkan dengan bahasa ,tetapi bisa pula berlaku
sebaliknya ,memulai dari bahasa kemudian mengaitkan dengan gejala-gejala kemasyarakatan.

B. Hubungan Sosiolinguistik dengan Ilmu lain

a. SL dengan Sosiologi

Sosiologi mempelajari antara lain struktur sosial , organisasi kemasyarakatan , hubungan antar
anggota masyarakat , tingkah laku masyarakat . Secara kongkret , sosiologi mempelajari
kelompok-kelompok dalam masyarakat , seperti keluarga ,clan(subsuku) , suku ,bangsa. Di
dalam masyarakat ada semacam lapisan , seperti lapisan penguasa dan lapisan rakyat jelata , atau
kasta-kasta yang berjenjang , juga dipelajari sosiologi.Tentu saja untuk mempelajari hal-hal
semacam itu kita harus mempunyai data yang memadai ,yang banyak melibatkan banyak orang
atau anggota masyarakat . Kita tidak dapat mengatakan susuan keluarga orang jawa adalah
begini atau begitu , jika kita hanya mendasarkan kepada satu keluarga jawa saja. Begitu pula,
kita tidak dapat mengidentifikasikan ciri-ciri pimpinan jawa jika tidak melibatkan sang
pemimpin dengan anggota yang dipimpin. Jadi , sosiologi paling tidak berhadapan dengan dua
individu dalam masyarakat . SL yang mempelajari bahasa dalam hubungan dengan masyarakat,
memiliki persamaan dengan sosiologi ,dalam arti SL memerlukan data atau subyek lebih dari
satu orang individu . Dalam kajian ,keduanya menggunakan metode kuantitatif . SL juga
menggunakan metode sampling (randon atau acak) , karena kadang-kadang tidak mungkin
seluruh anggota masyarakat dilibatkan atau dijadikan subjek atau informan. Dalam kaitan kedua
metode itu tidak mustahil SL juga menggunakan statistik, seperti halnya sosiologi. Dalam
mengumpulkan data, baik sosiologi maupun SL menggunakan metode wawancara
,rekaman,mengumpulkan dokumen dan sebagainya. Sedangkan dalam pengolahan data
menggunakan metode deskriptif. Namun kita lihat juga perbedaan antara kedua studi tersebut .
Sampai tahap tertentu sosiologi memang menyentuh bahasa, misalnya kalau dia berbicara
tentang hubungan antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota yang lain , atau
mengidentifikasikan ciri-ciri sebuah kelompok masyarakat yang merupakan suku atau bangsa.
Tetapi,tentu saja sosiologi tidak sampai berbicara tentang bahasa itu sampai pada hal yang
sekecil-kecilnya , misalnya tentang struktur kalimat. Sosiologi juga tidak akan berbicara tentang
ragam atau variasi bahasa yang dipakai oleh seorang pemimpin ,misalnya ketika dia berbicara
dengan istri dirumah , dengan tukang sapu di kantor , dengan anggota kelompoknya didalam
rapat. Sebaliknya, justru ragam bahasa itu yang menjadikan salah satu obyek SL. Jadi ,obyek
utama sosiologi bukan bahasa melainkan masyarakat dan dengan tujuan mendeskripsikan
masyarakat dan tingkah laku . Dan obyek utama SL adalah variasi bahasa bukan masyarakat.

b. SL dengan Linguistik Umum

Linguistik umum (General Linguistic) sering kali disebut Linguistik saja, mencakup fonologi ,
morfologi dan sintaksis. Linguistik disini hanya berbicara tentang struktur bahasa , mencakup
bidang struktur bunyi , struktur morfologi dan struktur kalimat, dan akhir ini juga struktur
wacana . Linguistik yang demikian itu menitikberatkan pembicaraan pada bunyi-bunyi bahasa
karena atas dasar anggapan ,bahasa itu berupa bunyi yang berstruktur dan bersistem. Semua
bahasa seperti itu meski tidak ada dua bahasa yang memiliki struktur yang persis sama. Jadi,
linguistik mempunyai pandangan monolitik terhadap bahasa .Artinya , bahasa dianggap sebagai
satu sistem yang tunggal, linguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem tertutup , suatu sistem
yang berdiri sendiri terlepas dari kaitanya dengan struktur masyarakat . Bahasa dianggap sebagai
sistem yang komponen-komponennya bersifat homogen. Dalam penelitian, seorang linguis
memakai satu atau dua orang subyek sebagai informan. Tutur informan itu kemudian di analisis
dan dari satu dua orang itu si linguis kemudian menyusun tata bahasa atau memberikan struktur
bahasa yang diteliti . Tentu saja infoman itu terpilih dari orang-orang yang bertutur dalam satu
ragam tertentu , yaitu ragam baku. Fokus pemerian linguistik itu struktur atau bunyi bahasa
sebagai sitem , wajar kalau data yang dipakai adalah data tutur verbal , dan satuan terbesar yang
digarap umumnya hanya pada tataran kalimat . Sebaliknya, seorang sosiolinguis yang fokusnya
fungsi bahasa , data yang dicari dan dianalisis adalah data verbal plus nonverbal. SL
memperhatikan fonologi , morfologi, dan sintaksis tetapi satuan terbesar yang menjadi obyeknya
adalah wacana , setidaknya sosiolinguis memulai dari wacana,baru turun ke tataran yang lebih
kecil. Karena masalah SL itu fungsi bahasa , pendekatanya tidak cukup eka/tunggal disiplin
(seperti linguistik) melainkan harus anekadisiplin (multidisipliner) , meliputi sosiologi,
antropologi , psikologi sosial. Uraian cukup lengkap tentang perbedaan SL dan linguistik dapat
dibaca .

c. SL dengan Dialektologi

Dialektologi adalah kajian tentang variasi bahasa. Dia mempelajari berbagai dialek dalam suatu
bahasa yang tersebar di berbagai wilayah . Tujuannya untuk mencari hubungan kekeluargaan di
antara dialek-dialek itu , juga menetukan sejarah perubahan bunyi atau bentuk kata , berikut
maknanya dari masa ke masa dan dari suatu tempat ke tempat lain . Titik berat kajian terletak
pada kata. Metode yang dipakai dialektologi adalah metode komparatif dan metode historis-
diakronis. Artinya , dia membanding-bandingkan dan di dalam membandingkan itu dialektologi
menunjukkan sejarah dari bentuk sebuah kata , karena itu dia menjangkau lebih dari satu masa
yaitu masa kini dan lampau. Disamping itu, jelas pula bagi penglihatan kita
dialektologi meneliti kata-kata pada dialek regional yaitu dialek yang didasarkan atas batas-
batas wilayah alam.

SL menggunakan juga metode komparatif,tetapi biasanya bukan historis diakronis.Yang


dibandingkan juga bukan hanya kata-kata.SL kadang-kadang meneliti persoalan seperti “kapan si
A menggunakan kata X ,dan kapan Z?” tetapi perbandingan itu masih dalam batas waktu
dimana si A itu hidup . Dengan kata lain SL menggunakan metode deskriptif-sinkronis, yaitu
melihat obyek sebagiamana adanya pada suatu saat tertentu . Kajian SL yang bersifat
kesejarahan tampak pada kajian tentang pergeseran atau kepunahan bahasa. Perbedaan lain yang
cukup mendasar adalah SL lebih banyak menitikberatkan kajiannya atas variasi bahasa bukan
atas dasar batas-batas regional atau batas-batas alam, melainkan pada batas-batas
kemasyarakatan seperti perbedaan usia, jenis kelamin, status sosial, lapisan sosial, dan
sebagainya. Tentu saja masih da kemungkinan,SL berhadapan dengan dialek regional.

d. SL dengan Retorika

Retorika dimaksudkan sebagai kajian tentang tutur terpilih (selected speech). Salah satu
cabangnya adalah kajian tentang gaya bahasa (style) . Seseorang yang akan bertutur mempunyai
kesempatan untuk menggunakan berbagai variasi,dan untuk itu bahasa menyediakan bahan-
bahannya. Seseorang yang menyuruh orang lain didepannya untuk pergi dapat menggunakan
berbagai cara atau ungkapan. Dia bisa menggunakan sebuah kata saja “pergi” dengan suara
keras. Bisa pula menggunakan kalimat perintah yang lebih halus “silahkan anda pergi” tetapi
bisa pula menggunakan kalimat tanya “Apa lagi yang anda tunggu disini?”. Untuk memilih
bentuk atau kalimat yang di ucapkan , dia bisa mempertimbangkan yang paling efektif untuk
situasi dan kondisi pada waktu itu . Bagaimana si penutur menggunakan suatu
bentuk ujaran,situasi dan kondisi yang mendukung pemilihan bentuk itu, dan kekuatan yang
terkandung dalam ucapan,sehingga orang yang disuruh pergi misalnya , betul-betul mau
pergi,merupakan persoalan retorika.

Retorika mempunyai kesejajaran dengan SL ,yaitu variasi bahasa sebagai obyek studi keduanya.
Tetapi tidak seperti retorika ,SL tidak hanya memperhatikan bentuk-bentuk bahasa yang terpilih
saja .SL mempelajari semua variasi yang ada ,kemudian dikaitkan dengan dasar atau faktor yang
memunculkan variasi itu.Retorika cenderung ke arah kajian tutur individu,seperti munculnya
kajian tentang “gaya bahasa” si A atau si B.Ini tentu tidak menjadi objek SL.

e. SL dengan Psikologi Sosial

Psikologi sosial merupakan paduan antara kajian sosiologi dengan psikologi, tetapi merupakan
bagian dari kajian psikologi. Psikologi mengurusi masalah proses mentalindividu, seperti
inteligensi, minat, sikap, kepribadian, dan semacamnya. Manakala masalah semacam itu
menyangkut sekelompok manusia ,analisisnya ditangani oleh psikologi sosial .Dan karena SL itu
berkaitan dengan bahasa masyarakat ,hubungan antara SL dengan psikologi sosial tentu ada.
Sosiologi dapat mendekati suatu masalah SL seperti pilihan bahasa (language choice) ,yaitu
bahasa atau ragam bahasa yang dipilih oleh seseorang penutur ketika ia melakukan interaksi
verbal dengan cara mengamati (mensurvei) terlebih dahulu sampel yang akan diteliti dalam
kaitanya dengan struktur sosial , dan melakukan analisis statistik terhadap hasil survei itu. Jika
kita memakai metode atau pendekatan psikologi sosial, perhatian kita lebih tertuju kepada proses
psikologis daripada kategori sosial yang luas . Kita bisa juga melakukan hal-hal sebagaimana
sosiologi , seperti melakukan survei , menentukan sampel , dan memakai analisis statistik tetapi
yang kita cari lebih mengarah kepada motivasi-motivasi individual daripada struktur social.
Dengan kata lain, psikologi sosial lebih berwawasan perorangan (personal oriented) daripada
berwawasan sosial (social oriented). Tentu saja “perorangan” itu masih dalam kaitan dengan
kedudukannya sebagai warga masyarakat . Pendekatan psikologi sosial ini bisa pula kita pakai
dalam menganalisis misalnya sikap bahasa (language attitude) yaitu sikap sekelompok
masyarakat terhadap sesuatu bahasa.

f. SL dengan Antropologi

Antropologi adalah kajia tentang masyarakat dari sudut kebudayaan dalam arti luas.
Kebudayaan dalam arti luas bisa mencakup hal-hal seperti kebiasaan , adat, hukum, nilai,
lembaga sosial, religi, teknologi, bahasa. Bagi antropologi , bahasa sering kali dianggap sebagai
ciri penting bagi jati diri (identitas) bagi sekelompok orang berdasarkan etnik. Masyarakat
Jakarta dapat dipilah-pilah berdasarkan etnik mereka, menjadi kelompok Cina, Arab,Batak,
Jawa, Sunda, Betawi dan sebagainya dan ciri atau jati diri tiap kelompok itu adalah bahasa.
Bagaimana seorang warga Jakarta berhubungan dengan warga lain , bahasa apa yang dipakai
merupakan kajian SL. Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data dapat berupa wawancara,
kuesioner, atau pengamatan. Salah satu teknik pengamatan yang banyak dipakai oleh SL adalah
apa yang disebut pengamatan berpartisipasi (participant observation) : peneliti melibatkan diri
dalam kehidupan masyarakat yang diteliti sambil mengamati apa yang sedang terjadi. Peneliti
memang dapat bertanya kepada informan seperti “Dalam hubungan dengan anggota suku lain,
Anda memakai bahasa apa?” , baik dengan wawancara ataupun kuesioner , tetapi yang lebih baik
dengan melibatkan diri ke dalam kehidupan orang itu dan mengamati apa yang benar-benar
terjadi jika ia berbicara dengan orang dari suku lain.

g. SL Makro dengan SL Mikro

Kedua istilah ini , mikro dan makro mengacu pada luas dan sempit cakupan . Jika SL
membicarakan masalah-masalah “besar dan luas” , ia masuk SL mkro, sebaliknya jika yang
dibicarakan adalah masalah-masalah “kecil dan sempit” ia masuk SL mikro . Sudah kita
ketahui berdasarkan sensur penduduk tahun 1980 , jumlah penduduk Indonesia 170 juta. Jumlah
itu dapat dipilah-pilah berdasarkan tempat tinggal, jenis kelamin, usia , pendidikan, pekerjaan,
mata pencaharian. Ini merupakan gejala sosial . Jika kemudian faktor sosial ini kita hubungkan
dengan bahasa, kita memasuki bidang SL. Kita bisa berbicara tentang jumlah pendukung atau
penutur bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan sebagainya. Dari dua kali sensus ,yang berjarak 10 tahun,
kita dapat bertanya tentang orang yang mampu berbahasa Indonesia , menurun atau bertambah,
tentang sejumlah orang yang dalam kehidupan sehari-hari dirumah beralih dari bahasa daerah ke
bahasa Indonesia . Kita juga bisa berbicara tentang perencanaan tau pembinaan bahasa. Semua
ini masuk cakupan SL makro.

Kalau kita berbicara tentang peristiwa tutur dalam sebuah pesta adat pada suku A,misalnya pesta
pinangan , kita bisa disebut sebagai objek SL mikro. Kita dapat teliti urutan peristiwa tutur itu,
siapa yang mulai membuka , siapa melanjutkan , bagaimana gilirannya, ragam bahasa apa yang
dipakai? Ada orang mengatakan , SL mikro itu menelaah tentang “siapa berbicara dalam
(ragam) bahasa apa , kepada siapa, tentang apa atau siapa, dalam situasi apa , dengan maksud
apa,dan sebagainya“ . SL mikro menurut Roger Bell (1976) lebih menekankan perhatian pada
interaksi bahasa antar penutur didalam suatu kelompok grup tutur (intragroup interection) ,
sedang SL makro menitikberatkan perhatian pada interaksi antar penutur dalam konteks antar
kelompok (intergroup interection). Analisis atau deskripsi SL mikro relatif lebih dekat dengan
arientasi linguistik , tetapi dengan cakupan tetap lebih luas dari analisis linguistik . Sebaliknya,
SL makro yang mempunyai objek dengan skala lebih luas dan lebih besar, memperhatikan
komunikasi antar kelompok dalam suatu masyarakat bahasa , bahkan sampai tingkatan bangsa
dalam sebuah negara : memperhatikan kontak bahasa antara kelompok mayoritas dengan
kelompok minoritas , pemertahanan bahasa minoritas , dan hal-hal lain yang menyangkut
kelompok penutur yang jumlahnya banyak. Pada umumnya dapat dikatakan , manakala suatu
pemecahan masalah kebahasaan itu orientasinya mendekati orientasi sosial , pendekatannya
cenderung ke LS makro, tetapi kalau ia mendekati orientasi linguistik , pendekatannya mendekati
SL mikro.
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan penulisan makalah, dapat disimpulkan tentang sosiolinguistik, sebagai berikut:

I. Menurut Abdul Chaer, Sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang mempelajari


bahasa dalam hubungan pemakaiannya dalam masyarakat. Di dalam bukunya Abdul
Chaer juga menyatakan bahwa apa yang dibicarakan dalam sosiolinguistik ialah pemakai
dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar
dari adanya kontak dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam
bahasa itu. Sosiolinguistik (selanjutnya disingkat SL) dibandingkan dengan ilmu-ilmu
sosial lainnya ,seperti ekonomi, sosiologi atau dengan linguistik sendiri ,merupakan ilmu
relatif baru . Ditinjau dari nama , SL menyangkut sosiologi dan linguistik , karena itu SL
mempunyai kaitan erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio adalah masyarakat dan
linguistik adalah kajian bahasa . Jadi, SL adalah kajian tentang bahasa yang dikaikan
dengan kondisi masyarakat .
II. Sosiolinguistik memiliki hubungan dengan beberapa disiplin ilmu lainnya yaitu:
✓ SL dengan Sosiologi
✓ SL dengan Linguistik Umum
✓ SL dengan Dialektologi
✓ SL dengan Retorika
✓ SL dengan Psikologi Sosial
✓ SL dengan Antropologi
✓ SL Makro dengan SL Mikro
III. Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis sangat banyak, dalam penggunaannya
sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa dalam
aspek atau segi sosial tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A. (1994). Lingustik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. (2010). Sosiolinguistik : Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumarsono. (2002). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai