Anda di halaman 1dari 13

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

BAHASA ARAB
Sihabuddin
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Arab
Institut Agama Islam Negeri Kediri
Email : ahmadsihab22@gmail.com
Abstract
Arabic is the finding of inscriptions about Baidah Arabic which is thought to have
lived in the first century. Arabic is a means of communication in the Arab peninsula
of Central Asia. Arabic is also the Al-Qur'an, which is kalam Allah and Hadith. There
are four skills in Arabic, namely special skills, speaking, reading and writing. Of the
four reading skills, it can be used as the main driving force in language, namely (Arabic)
Arabic is one of the languages belonging to the Semitic language family that lives in
the south, precisely in the territory of Iraq. Semitic languages as the main mother
tongue in Arabic form other languages such as Babylonian, Assiriyah, Hebrew,
Aramiya, Arabic and Ethopian. The development of Arabic includes the era after the
arrival of Islam, the era of the Bani Umayyah, the era of the Bani Abbasiah, the era
after the V H century and the development of Arabic in modern times.
Keywords : Arabic, the growth of Arabic, the development of the Arabic language
Abstrak
Bahasa Arab adalah temuan dari prasasti tentang Arab Baidah yang diperkirakan hidup
pada abad pertama sebelum masehi. Bahasa arab adalah suatu alat komunikasi yang
ada di jazirah arab Asia tengah. Bahasa Arab juga merupakan Al-Qur’an yakni kalam
allah dan Hadist. Kemahiran bahasa arab ada empat kemahiran yaitu kemahiran
istimewa, berbicara, membaca dan menulis. Dari keempat kemahiran membaca
tersebut dapat di jadikan sebagai pendorong utama dalam berbahasa yakni (bahasa
arab) Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang termasuk rumpun bahasa-bahasa
Semit yang berdiam di sebelah selatan, tepatnya di wilayah Irak. Bahasa Semit sebagai
bahasa induk utama dalam bahasa Arab membentuk bahasa-bahasa lain seperti
Babilonia, Assiriyah, Ibrani, Aramiyah, Arab dan Etopiah. Perkembangan bahasa Arab
meliputi zaman sesudah datangnya Islam, zaman Bani Umayyah, zaman Bani
Abbasiah, zaman sesudah abad V H dan perkembangan bahasa Arab di zaman
modern.
Kata kunci : bahasa arab, pertumbuhan bahasa arab, perkembangan bahasa arab

Pendahuluan
Bahasa arab merupakan salah satu bahasa asing yang sangat popular dan sering
sekali dipelajari oleh para pelajar, khususnya di Indonesia. Dalam perkembangan
pembelajaran bahasa arab di Indonesia seringkali guru atau siswa (sebagai komponen
utama dalam pembelajaran) mengalami berbagai kesulitan dan pembelajaran, baik
persoalan yang bersumber dari siswa maupun masalah-masalah yang dihadapi oleh
guru, sehingga dapat menghambat pada ketercapaian tujuan pembelajaran dengan baik.
Hal ini dapat dimaklumi, mengingat banyaknya perbedaan - perbedaan sistem antara
bahasa arab sebagai bahasa kedua yang dipelajari dan sistem bahasa Indonesia yang
sudah melekat erat pada diri siswa di Indonesia.
Bahasa adalah bunyi yang bersifat arbitrar, digunakan oleh manusia sebagai alat
komunikasi antar sesama dan memiliki makna. Bahasa merupakan hasil dari
pembiasaan (language is habit) tanpa pembiasaan tidak akan ada bahasa, bahasa
memiliki berbagai fungsi dan karakteristik, salah satunya adalah kreatif dan mengikuti
zaman dengan kata lain bahasa merupakan suatu yang dinamis.
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Intenasional yang digunakan oleh
ummat manusia untuk berkomunikasi antar satu sama lain, di dalam buku The arabic
language dinyatakan bahwa bahasa Arab telah digunakan oleh lebih dari 150 juta orang
sebagai bahasa ibu atau bahasa sehari-hari mereka, dan tidak ada bukti dokumentasi
yang menyatakan bahwa bahasa Arab adalah bahasa tertua apabila dibanding dengan
bahasa lainnya, namun juga tidak dapat dipastikan bahwa bahasa Arab jauh lebih muda
dibanding bahasa lainnya.1
Jabir Qumaihah dalam Muhbib Abdul Wahab2 menegaskan bahwa bahasa Arab
merupakan bahasa yang memperoleh garansi dan “proteksi ilahi” (al-himâyah al-ilâhiyah),
seiring digunakannya bahasa Arab sebagai wadah ekspresi al-Qur’an (wi’a’ al-Qur’an).
Bahasa Arab sebagai bahasa agama bagi umat Islam tidak terlepas dari sejarah besar
perkembangan peradaban Islam. Perkembangan dan kemajuan peradaban Islam sangat
dipengaruhi oleh bahasa Arab. Bahkan peradaban Barat mampu berkembang pesat
berkat ketertarikannya pada bahasa Arab. Pengaruhnya terhadap peradaban Arab dan
Eropa dapat dilihat dari syair-syair yang ditulis oleh orang Eropa. Menurut Abaniz,
penulis asal Spanyol, bahwa sesungguhnya sebelum orang Arab datang ke Andalusia
dan menyebarnya para pejuang dan pahlawan Muslim ke belahan Selatan, bangsa
Eropa tidak mengenal syair-syair tentang kepahlawanan dan tidak juga memperhatikan
etika, serta semangat perjuangan.3 Pengaruh bahasa Arab terhadap perkembangan
peradaban Islam tidak hanya pada bidang seni saja. Berbagai bidang dalam kehidupan
dipengaruhi peradaban Romawi, diantaranya musik dan syair.
Asal Mula Bahasa Arab
Salah satu kajian utama dalam bahasa Arab adalah kajian yang melatarbelakangi
munculnya bahasa tersebut. Dengan kajian ini, kita dapat melihat dari mana asal mula
bahasa tersebut. Kita perlu mengetahui sejarah perjalanannya menjadi satu bahasa yang
berdiri sendiri, bukan menjadi bahasa yang langsung terpisah dari bahasa lain. Namun,
mulai dari proses yang cukup panjang asal bahasa tersebut.
Bahasa arab merupakan rumpun bahasa Semit, yang mempunyai anggota
penutur terbanyak. Bangsa Semit berikut bahasanya dinisbahkan dari putra Nabi Nuh
yang bernama Sam ibn Nuh. Garis keturunan Sam inilah yang melahirkan berbagai
bangsa dan bahasa, di antaranya bangsa ‘Akkadiyyah, Kan‘an, Ethopiah, Arab dan

1 Hidayat, Musykilat Tadris Ta’lim Al-Arabiyyah Fi Indonesia Wa’Ilajiha, (Jakarta : Al Muwajjahah Fi


Ta’limi Al Arobiyyah, 1988), 57.
2 Muhbib Abdul Wahab, Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam, Jurnal

Arabiyat, 2014
3 Musthafa as-Siba’i, Min Rawa’i’ Hadharatina, (Beirut : Darul Irsyad), 42
sebagainya4 Namun, dari rumpun bahasa Semit, bahasa Arablah yang tetap ada bagi
umat manusia hingga saat ini. Inilah bahasa yang membawa pengaruh besar bagi
sejarah peradaban manusia, terutama saat memasuki abad VI masehi.
Menurut para ahli, bahwa bahasa-bahasa di dunia yang jumlahnya diperkirakan
hampir 3000 bahasa, paling baik dikelompokkan dengan teori yang berdasarkan
hubungan kekerabatan yaitu rumpun bahasa Indo-Eropa, Semit-Hemit dan Turania.5
Bahasa yang termasuk dalam rumpun bahasa Indo-Eropa diklasifikasikan
sebagai bahasa India, Iran, Yunani, Prancis, Spanyol, Portugis, Italia, Rumania, Inggris,
Belanda, Jerman, Denmark, Armanian, Albania dan lain-lain.
Bahasa-bahasa yang termasuk dalam rumpun bahasa Semit dan cabang bahasa
Hemit. Bahasa Semit dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bahasa Akkadiyah,
Babilonia, bahasa Kan’an dan Aramiah. Sedangkan bahasa Semit Selatan terdiri atas
bahasa (koptik dan Mesir Kuno), bahasa Barbar yang digunakan penduduk Asli Afrika
Utara, seperti AlJazair, Maroko, Tunisia, Sahara dan sekitarnya serta bahasa Kusyitik,
bahasa penduduk asli bagian timur Afrika yaitu bahasa Galla, Bedja, Dankali, Somalia,
Afar, Agaw, Sidama dan lain-lain.
Adapun rumpun bahasa Tarania meliputi kelompok –kelompok bahasa, yaitu
bahasa-bahasa Tunisia yang terdiri dari bahasa Turki, Mongolia dan Manmair, bahasa
Jepang, bahasa Cina, bahasa Korea, Kaukasia, bahasa Sudan, bahasa Melayu Polinesia
(termasuk bahasa Indonesia).6
Berbagai macam bahasa di atas sebenarnya berasal dari satu bahasa. Hal ini
menunjukkan bahwa bangsa yang mengucapkannya juga berasal memiliki satu silsilah.
Mereka hanya membentuk bangsa yang terpisah dari yang satu ke yang lain. Dengan
adanya perpisahan yang satu dengan yang lainnya, mengakibatkan terbentuknya bahasa
pergaulan tersendiri yang tidak sama persis dengan bahasa induknya. Akan tetapi itu,
membutuhkan proses yang panjang sekali.
Demikian pula, memisahkan bahasa Arab dari induknya menjadi bahasa yang
berdiri sendiri, membutuhkan proses yang panjang. Pertama, setelah salah satu
keturunan bangsa Semit yang menjelajahi wilayah jazirah, yang tujuannya yaitu
memperluas wilayah kekuasaanya dan membentuk kebudayaan lain yang suda ada
berada dengan bangsa pertama yang mana akhirnya tercipta alat komunikasi yang
tampak berbeda dengan bahasa aslinya. Sejarah pembentukan bahasa adalah proses
kata dan kalimat selama berabad-abad, di mana kata yang satu hilang dan diganti kata
yang baru, apakah kata itu serapan atau terbentuk dalam proses perbedaan dialek antara
kelompok etnis atau bangsa pengguna bahasa arab. Demikian pula, seterusnya hingga
terbentuklah bahasa arab seperti sekarang.
Perkembangan Bahasa Arab
Perkembangan bahasa Arab terdiri dari beberapa periode, antara lain :7

4 Chatibul Umam et.el. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama IAIN (Jakarta :
Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama RI, 1975), h. 47, lihat juga Bambang Yudi
Cahyono, Kristal-Kristal Ilmu Bahasa (Cet. I; Surabaya : Airlangga University Press, 1995), 379.
5 Mulyanto Sumardi et.el, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama Islam IAIN

(Jakarta : Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, Departemen Agama RI, 1975), 29.
6 Ibid, 30.
7 Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : Humaniora, 2009), cet. III., 15-44
1. Periode Jahiliyyah, munculnya standarisari nilai-nilai pembentukan
bahasa Arab fusha, dengan adanya beberapa kegiatan yang telah menjadi
tradisi masyarakat Makkah, berupa festival syair-syair Arab di pasar
Ukaz, Majanah, Dhu al-Majah, sehingga mendorong tersiar dan
meluasnya bahasa Arab, yang pada akhirnya kegiatan tersebut dapat
membentuk standarisasi bahasa Arab fusha dan kesusasteraannya.
2. Periode Permulaan Islam, turunnya Al-Qur’an dengan membawa
kosakata baru dengan jumlah luar biasa banyaknya menjadikan bahasa
Arab sebagai bahasa yang sempurma baik dalam kosakata, makna,
gramatikal dan ilmu lainnya. Hingga perluasan wilayah-wilayah
kekuasaan Islam sampai berdirinya Daulah Umayyah.
3. Periode Bani Umayyah, terjadinya percampuran orang-orang Arab
dengan penduduk asli akibat logis dari perluasan wilayah Islam. Adanya
upaya-upaya orang Arab untuk menyebarkan bahasa Arab ke wilayah
melalui ekspansi, melakukan Arabisasi dalam berbagai kehidupan,
sehingga penduduk asli mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa agama
dan pergaulan.
4. Periode Bani Abbasiyah, pemerintahan Abbasiyah berprinsip bahwa
kejayaan pemerintahannya sangat tergantung kepada kemajuan agama
Islam dan bahasa Arab, kemajuan agama Islam dipertahankan dengan
melakukan pembedahan Al-Qur’an terhadap cabang-cabang disiplin
ilmu pengetahuan baik ilmu agama ataupun ilmu pengetahuan lainnya.
Bahasa Arab Badui yang bersifat alamiah ini tetap dipertahankan dan
dipandang sebagai bahasa yang bermutu tinggi dan murni, yang harus
dikuasai oleh para keturunan Bani Abbas. Pada abad ke-4 H, bahasa
Arab fusha menjadi bahasa tulisan untuk keperluan administrasi,
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan bahas Arab mulai dipelajari melalui
buku-buku, sehingga bahasa fusha berkembang dan meluas.
5. Periode sesudah abad ke-5 H, bahasa Arab tidak lagi menjadi bahasa
politik dan adminisrasi pemerintahan, tetapi hanya menjadi bahasa
agama. Hal ini terjadi setelah dunia Arab terpecah dan diperintah oleh
penguasa politik non Arab (Bani Saljuk), yang mendeklarasikan bahasa
Persia sebagai bahasa resmi negara Islam dibagian timur, sementara
Turki Usmani (Khilafah Utsmani) yang menguasai dunia Arab yang
lainnya, malah mendeklarasikan bahwa bahasa Turki sebagai bahasa
administrasi pemerintahan. Sejak saat itu sampai abad ke7 H bahasa Arab
semakin terdesak.
Fase Pembinaan Bahasa Arab
Fase pembinaan bahasa Arab telah dimulai sejak perubahan Arab utara dan Arab
selatan. Orang-orang Arab utara mayoritas adalah orang-orang Nomad di Hijaz dan
Najed. Sedangkan orang-orang Arab selatan merupakan orang-orang perkotaan yang
bertempat tinggal di wilayah Hadramaut, Yaman dan di sepanjang pesisir. Bahasa yang
digunakan orang-orang Arab utara adalah bahasa Fusha, bahasa arab yang mana kita
kenal hingga saat ini. Sedangkan bahasa yang dipakai orang-orang Arab selatan ialah
bahasa Semit kuno.
Tidak diragukan lagi, pengetahuan Arab jahily dalam segi penulisan dan
pengucapan dalam peradaban Arab sebelah Utara dan Selatan. Pada waktu itu, terdapat
alat yang dapat mempermudah mereka untuk menjadikan sarana dan prasana sebagai
media pembelajaran bicara bahasa arab. Contohnya : tulang belulang, kayu, batu,
pelapah kurma dan lain-lain. Dari situlah, terbentuk awal fase pembinaan bahasa arab
dari segi penulisan dan pengucapan. Kegiatan pengucapan bahasa arab dalam
masyarakat yaitu bersumpah, perjanjian, dan lain-lain.
Terlihat adanya perbedaan dari para penulis bahwasannya tulisan Arab muncul
dari khot Musnadz Khumairi yang dikenal sebagai khot Selatan. Khot ini telah sampai ke
negeri Syam melalui jalur kafilah dagang yang berpindah-pindah dari Jazirah Arab
bagian Selatan dan Utara, lalu berpindah melalui jalur Hijaz menuju ke seluruh penjuru
jazirah Arab.
Perbedaan lainnya, tulisan Arab adalah kelanjutan perkembangan tulisan
nabtiyah (bahasa Ammiyah) yang diturunkan yang diturunkan secara turun temurun
dari tulisan Aramiyah yang berkembang dari tulisan Fitiniyyah.
Perbedaan tersebut tergantung pada pendapat didalam diskusi-diskusi dan
penyelidikan-penyelidikan kuno yang dibawa oleh sebagian masyarakat, yang
diciptakannya tulisan arab baik dalam tulisan, Imla’, penyambungan dan pemisahan
huruf.
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab Fushah yang mana peristiwa ini
paling penting di dalam tingkatan–tingkatan perkembangan bahasa Arab. Jadi, lahjah
yang berbeda-beda itu telah disatukan menjadi satu lahjah yaitu bahasa arab Fusha
dengan lahjah Quraisy serta disandarkan pada buku acuan yang memuat kata dan
ungkapan yaitu kamus, dan memberikan kosakata baru (Mufrodat Jadidah), dan juga
meningkatkan seni dan kaidah bahasa arab. Selain itu, dasar ilmu-ilmu bahasa Arab
seperti nahwu, shorof, aswati wifqu lugho, balaghoh, tentunya ilmu-ilmu ini dari syariat
islam. Pada saat ini, kebenaran bahasa Arab telah mencapai puncak kejayaan dan mulai
tersebar luas.
Penggunaan bahasa Arab masih digunakan oleh orang-orang A’jam sampai
pertengahan abad Awal Hijriyah. Dan penulisannya pun masih tanpa menggunakan
harakat. Namun, semenjak kedatangan dari orang-orang mesir kedalam Islam dan
orang-orang arab mulai tercampur dengan mereka, disitulah mulai terlihat kesalahan-
kesalahan dalam pengucapan dan ditakutkan nantinya kesalahan-kresalahn tersebut
masuk kedalam Al-Qur’an. Sejak saat itu, mulailah pembenaran-pembenaran atas
kesalahan-kesalahan tersebut dan muncullah seorang tokoh Abu Aswad Ad-Duwali
mulai dari memberi titik dan harokat kepada mushaf, dengan cara titik diatas huruf
fathah, titik dibawahnya menunjukkan kasroh, dan titik disamping kiri dhommah. Pada
abad ke 2 Hijriyah, Kholil bin Ahmad membuat dengan metode yang lain yaitu alif
diatas huruf fathah, ya’ dibawah huruf kasroh dan wawu diatas dhommah. Hal ini terus
berkembang sampai saat ini. Setelah itu, muncullah Nasr bin Asyim dan Yahya bin
ya’mur aldawani mulai menerapkan tata bahasa sebagaimana kita kenal pada saat ini.
Ad-Duwali mempelopori 3 pola pembentukan : isim (kata benda), fi’il (kata kerja)
dan perkembangan qawaid (tata bahasa Arab), dan terlihat adanya pengaruh logika
Yunani. Kepeloporan beliau diikuti oleh al-Khalil bin Ahmad, seorang ulama Basrah,
yang meninggal sekitar 786 M. Pada sosok al-Kholil inilah, orang pertama yang
menyusun kamus bahasa Arab yaitu kitab Al-Ayn, para penulis biografi menisbatkan
penemuan struktur dan aturan bahasa Arab, yang hingga kini masih berpengaruh.
Muridnya dari Persia, Imam Sibawaih (wafat kurang lebih 793) menyusun buku teks
sistematis pertama tentang tata bahasa Arab, yang dikenal dengan sebutan Al-Kitab
(buku), yang sejak saat itu telah menjadi landasan bagi kajian penting bahasa.
Di zaman Ababasiyyah pertama di masa kejayaan peradaban islam dibagian
Timur dunia islam di Maghrib dan Andalus. Lalu, di zaman ini juga dengan
menerjemahkan buku-buku bahasa asing khususnya dari Yunani dan Persia.
Para ulama’ memikulnya diatas bahu mereka untuk menerjemahkan buku-buku
bahasa asing ke dalam Bahasa Arab dengan tujuan agar bahasa Arab tetap terjaga dan
semakin populer hingga pada masa yang akan datang.
Pada masa perkembangannya mulailah penulisan pengajaran bahasa Arab dan
bahasa arab mulai memasuki tahapan-tahapan yang pengajarannya melalui kitab.
Disinilah, berdiri pondasi bangunan ilmu seperti nahwu, shorof, balaghoh dan lain-
lain.
Meskipun di dunia Islam pada Masa Abbasiyyah ke-2 terbagi menjadi beberapa
negara dan menjadikan bahasa lain sebagai bahasa Nasional seperti Persia dan Turki,
bahasa Arab tetap menjadi bahasa didalam ilmu-ilmu bahasa dan sastra.8
Karakteristik Bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki karakteristik yang khusus dan umum. Bahasa arab
mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya, sedangkan ciri
umum berarti adanya kesamaan nilai antara bahasa arab dengan bahasa lainnya.
Karakteristik umum bahasa arab antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bahasa arab memiliki ragam bahasa, yang meliputi :
a) Ragam sosial yang menunjukan stratifikasi sosial ekonomi penuturnya
b) Ragam geografis, ragam bahasa yang menunjukan letak geografis penutur
antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga melahirkan dialek yang
beragam
c) Ragam idiolek yaitu ragam bahasa yang menunjukan integritas kepribadian
setiap individu masyarakat.
2. Bahasa Arab dapat diekspresikan secara lisan atau pun tulisan.
3. Bahasa Arab memiliki sistem, aturan dan perangkat yang tertentu, yang antara
lain :
a. Sistemik, bahasa yang memiliki system standard yang terdiri dari sejumlah
sub-sub sistem (sub sistem tata bunyi, tata kata, kalimat, sintaks,
gramatikal, wacana dan sebagainya).
b. Sistematis, artinya bahasa Arab juga memiliki aturan-aturan khusus, dimana
masing-masing komponen sub sistem bahasa bekerja secara sinergis dan
sesuai dengan fungsinya
c. Komplit, maksudnya bahasa itu memiliki semua perangkat yang
dibutuhkan oleh masyarakat pemakai bahasa itu ketika digunakan untuk
sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi dan bersosialisasi antar
mereka.9
4. Bahasa Arab memiliki sifat yang arbitrer dan simbolis

8 Hussein Barburoh, Nasyaatul wa Tathowwaru Allughoti Al Arabiyyah (pdf), 2011,


(http://elibrary.mediu.edu.my/books/2014/MEDIU4307.pdf) di akses pada tanggal 7 Juli 2021
pukul 23:45.
9 Wati Susiawati, Kajian Bahasa Arab dari A Historis hingga Historis, ALFAZ : Jurnal Bahasa dan Sastra

Arab Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin, 7 (1), 2019.
5. Bahasa Arab berpotensi untuk berkembang, produktif dan kreatif.
Perkembangan bahasa selalu mengikuti perkembangan peradaban
manusia, sehingga kata dan istilah dalam bahasa baru digunakan untuk
memberikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
6. Bahasa Arab merupakan fenomena individu dan fenomena sosial.
Bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki karakteristik yang unik dan
berbeda dengan bahasa-bahasa lain di dunia. Karakteristik dan keunikan
bahasa Arab diantaranyanya adalah bahasa derivasi (ishtiqaq), kaya bunyi,
bahasa yang kaya bentuk (sighah), bahasa tashrif, i’rab, bahasa yang kaya
ungkapan, bermacam-macam teknik kalimat, bahasa yang kaya raya secara
sintaksis (nahwu) dan lain-lain.10
Adapun karakteristik khusus bahasa lainnya adalah sebagai berikut :11
1. Aspek Bunyi
Bahasa pada hakekatnya adanya bunyi, yaitu berupa gelombang udara yang
keluar dari paru-paru melalui pipa suara dan melintasi organ-organ speech
atau alat bunyi. Bahasa Arab, sebagai salah satu rumpun bahasa Semit,
memiliki ciri-ciri khusus dalam aspek bunyi yang tidak dimiliki bahasa lain.
Ciri-ciri khusus itu adalah :
a) Vokal panjang dianggap sebagai fonem )‫ ي‬،‫ و‬،‫(أ‬
b) Bunyi tenggorokan )‫ (أصوات الحلق‬yaitu ‫ ح‬dan ‫ع‬

c) Bunyi tebal )‫ (أصوات مطبقة‬yaitu ‫ ص‬،‫ ض‬،‫ ظ‬dan ‫ط‬


d) Tekanan bunyi dalam kata atau stress )‫(النبر‬
e) Bunyi bilabial dental )‫ (شفى أسناني‬yaitu ‫ف‬
2. Aspek Kosakata
Ciri khas yang kedua bahasa memiliki pola pembentukan kata yang sangat
fleksibel, baik melalui devirasi )‫ (تصريف اشتقاقي‬maupun dengan cara infleksi
)‫(تصريف إعرابي‬. Dengan melalui dua cara pembentukan kata ini, bahasa arab
menjadi sangat kaya sekali dengan kosakata. Misalnya dari akar kata ‫علم‬, bila
dikembangkan dengan cara ‫اشتقاقي‬, maka akan menjadi :

 ‫ َعلِم – يَ ْعلَم‬dan seterusnya )‫ = (تصريف اصطالحي‬10 kata


َ
ِ
 ‫ َعلم – ي َعلم‬dan seterusnya = 10 kata
َ
ِ
 ‫َعلَم – ي َعلم‬
َ ْ ‫ أ‬dan seterusnya = 10 kata

10 Ahmad Tu‘aimah, Rusydi, dan Manna’, Muhammad al-Sayyid, Tadris al-‘Arabiyyah fi Ta‘lim al-Ām
: Nazariyyat wa al-Tajarib, Kairo : Dar al-Fikr al-‘Arabi, 2000. Cet. ke-1, 36-37.
11 Moh. Matsna, Karakteristik dan Problematika Bahasa Arab, dalam Jurnal Arabia Vol. I Nomor

1/April-September 1998. (Depok : Prodi Arab Fakultas Sastra UI, 1998), 3-11.
 ‫ تَ َعل َم – يَتَ علم‬dan seterusnya = 10 kata
 ‫ تَ َعالَ َم – يَتَ َعالَم‬dan seterusnya = 10 kata
 ‫ اِ ْستَ ْعلَ َم – يَ ْستَ ْعلِم‬dan seterusnya = 10 kata
Dari masing-masing kata ini dapat lagi kembangkan dengan cara
‫ تصريف إعرابي‬sehingga akan lebih memperkaya bahasa arab. Dari kata ‫ علم‬saja
akan menjadi ratusan kata. Bahkan menurut suatu penelitian, unsur bunyi
yang ada pada suatu kata, meskipun urutan letaknya dalam kata tersebut
berbeda akan mengandung arti dasar yang sama.
3. Aspek Kalimat
a) I’rab
Bahasa arab adalah bahasa yang memiliki sistem i’rab terlengkap yang
tidak dimiliki bahasa lain. Contoh :
 ! ‫أحسن خالدا‬
َ ‫ ما‬artinya alangkah baiknya si Khalid
 ٍ ‫ ما أحسن‬artinya apa yang baik pada si Khalid ?
‫خالد ؟‬
 ‫أحسن خال ٌد ؟‬
َ ‫ ما‬artinya apa yang diperbuat baik oleh si Khalid ?
b) Jumlah Fi’liyah, Jumlah Ismiyyah dan shibhu al-jumlah
Komponen kalimat dalam bahasa apapun pada dasarnya sama, yaitu
subyek, predikat dan obyek. Namun, yang berbeda antara satu bahasa
dengan bahasa lainnya adalah struktur atau susunan )‫ (تركيب‬kalimat itu.
c) Mutabaqah (Kesesuaian)
Ciri yang sangat menonjol dalam susunan kalimat bahasa arab adalah
diharuskannya mutabaqah atau persesuaian antara beberapa bentuk
kalimat. Misalnya harus ada Muthabaqah antara mubtada’ dan khabar
dalam hal ‘adad (mufrad, mutsanna dan jama’) dan dalam jenis (mudzakkar
dan muannats), harus ada Muthabaqah antara maushuf dan shifat dalam
hal ‘adad, jenis, i’rab (rafa’, nashab, jar), dan nakirah serta ma’rifah-nya.
Begitu juga harus ada Muthabaqah antara hal dan shahib al-hal dalam ‘adad
dan jenisnya.
4. Aspek Huruf
Ciri yang nampak dominan pada huruf-huruf bahasa arab adalah :
1. Bahasa Arab memiliki ragam huruf dalam penempatan susunan kata,
yaitu ada huruf yang terpisah, ada bentuk huruf di awal kata, di tengah
dan di akhir kata.
2. Setiap satu huruf hanya melambangkan satu bunyi.
3. Cara penulisan berbeda dengan penulisan huruf Latin, yakni dari arah
kanan ke kiri.
Di samping itu, ada beberapa huruf yang tidak dibunyikan seperti pada
kata-kata : ‫أنا‬ – ‫ أولئك – الزكاة‬dan sebaliknya, ada beberapa bunyi yang tidak
dilambangkan dalam bentuk huruf seperti ‫هذا‬ – ‫ذلك‬.12
Dialek Bahasa Arab
A. Bahasa Arab Baidah
Bahasa Arab Baidah atau incrips adalah bahasa Arab prasasti, yang biasa
juga disebut dengan istilah Arabiyah al-Nuqusy, karena informasi tentang
bahasa ini hanya diperoleh melalui tulisan pada prasasti atau lempengan batu.
Bahasa Arab Baidah yang berdiam disebelah utara Hijaz atau negeri yang
berdekatan Aramiah, dialek bahasa yang dipergunakan dapat dibagi menjadi
tiga bagian yaitu :
a) Dialek Lihyaniyah
Dialek Lihyaniyah yang dinisbatkandari nama kabilah atau suku Lihyan
yang tinggal dibagian utara daerah Hijaz beberapa abad sebelum masehi.
Para ahli berbeda pendapat tentang asal mula suku itu dan tanggal prasasti-
prasastinya pun tidak diketahui secara pasti. Hanya diperkirakan prasasti
tertua setelah abad ke II atau satu sebelum masehi, dan yang termuda
sekitar abad ke VI masehi.
b) Lahjah Samudiyah
Lahjah Samudiyah yang disandarkan kepada suku Samad sebenarnya
yang dikisahkan di dalam al-Qur’an secara ringkas dalam perjanjian lama,
baik Yunani maupun Roma, dan mahsyur didalam sejarah jahiliyyah. Suku
ini diperkirakan mendiami wilayah antara Hijaz dan Nejed dekat
Damaskus. Prasasti dalam bahasa Samud kira-kira abad ke III dan empat
masehi.
c) Lahjah Safawiyah
Lahjah Safawiyah, prasastinya didapati di daerah Shafa’, walaupun ada
juga yang terdapat didaerah lain di Harah yang terletak antara bukit dan
gunung Daruz. Penulisannya diperkirakan antara abad ke III dan VI
masehi. Orientalis Jerman, Enno Litman memperlihatkan bahwa rumus
huruf-hurufnya mendekati huruf Samad, huruf-huruf tersebut kadang-
kadang dibaca dari kiri ke kanan atau sebaliknya13
Ketiga dialek di atas berbeda dengan bahas fushah, namun dekat
dengan bahasa bahasa Sam. Bahasa Arab Baidah juga ada kemiripan
dengan bahasa Aramiyah, semua yang masuk dalam kategori baidah ini
telah lenyap oleh dominasi Arab Baqiyah.
B. Bahasa Arab Baqiyah
Bahasa Arab Baqiyah adalah bahasa yang masih dipakai oleh bangsa Arab
dalam kesusasteraan, tulisan dan karangan. Bahasa ini tumbuh di negeri Hijaz
dan Nejed, kemudian tersebar keseluruhan daerah daerah yang pernah

12 Wati Susiawati, Kajian Bahasa Arab dari A Historis hingga Historis, ALFAZ : Jurnal Bahasa dan
Sastra Arab Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin, 7 (1), 2019
13 Ali Abd. Wahid Wafiy, Ilmu al-Lughah (Cet. V; Mishra : Lajnah al-Bayaan al-‘Arabiy, 1962), 96-

97.
memakai bahasa Semit dan Chamit, dari situlah timbul dialek-dialek yang
dipergunakan pada masa kini dinegeri-negeri Hijaz, Nejed, Yaman dan
daerah-daerah disekitarnya seperti Emirat Arab, Palestina, Yordania, Syiriah,
Libanon, Irak, Kuwaid, Mesir, Sudan, Libia, Al-Jazair, Maroko, dan Malta.14
Bahasa Arab yang dipergunakan oleh orang-orang Arab sekarang atau
yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadis Nabi mulanya hanya tumbuh dan
berkembang di wilayah Nejed dan Hijaz, namun selanjutnya menyebar ke
berbagai daerah, seperti yang telah disebutkan, itu karena adanya Islam yang
memberikan pengaruh yang sangat luas terutama setelah diadakan perluasan
wilayah kekuasaan. Bahasa Arab Baqiyah dipakai dalam pergaulan sehari-hari,
berdagang, bermasyarakat dan dalam pemerintahan. Bahasa Arab ini bisa
bertahan dan tidak lenyap seperti saudarasaudaranya-baca: yang serumpun-
adalah tidak lepas dari pengaruh dan peran Islam saat itu. Dimana ajaran
utama Islam, al-Qur’an menggunakan bahasa Arab Baqiyah. Dengan
sendirinya kaum muslimin waktu itu berusaha mengetahui bahasa Arab, bagi
yang bukan penutur bahasa Arab Baqiyah yang selanjutnya bahasa Arab
menjadi warna dalam pergaulan mereka sehari-hari. Sehingga bahasa-bahasa
sebelumnya yang juga diapakai tidak lagi dipergunakan, disamping faktor
agama juga faktor politik, otomatis bahasa lainnya akan mati dengan
sendirinya karena tidak ada lagi pemakainya. Dalam teori bahasa diakatakan
bahwa suatu bahasa bisa hidup jika dihidupkan oleh penuturnya dan
sebaliknya ia akan mati disaat ia ditinggalkan oleh penuturnya (tidak
dipergunakan lagi sebagai bahasa Komunikasi).15
Para pengguna bahasa Arab di seputar jazirah Arab mempunyai dialek
yang bermacam-macam diantaranya dialek Quraiys, Huzail, Saqil, hawasin,
Kinanah, Taman dan Yaman.16 Dialek-dialek ini terus dipergunakan hingga
datang Islam bahkan masing-masing suku menggunakan dialek mereka disaat
membaca al-Qur’an hingga akhirnya Khalifah Usman bin Affan menyatukan
bacaan umat dalam satu lahjah yakni lahjah Quraiys, penyatuan bacaan umat
pada waktu itu dengan lahjah Quraiys karena kota Makkah, dimana dialek
Quraiys yang dipakai mempunyai letak geografis yang cukup strategis
dibanding daerah lainnya, begitu juga Makkah menjadi kota religius dimana
Nabi Muhammad SAW. dilahirkan dan tempat untuk umat Islam
melaksanakan ibadah haji, dan tentu saja pertemuan antara dialek pun terjadi,
namun dialek (lahjah) Quraiys tetap jadi pedoman.
Al-Qur’an sebagai bahasa standar diterima dan dicintai oleh masyarakat
awam karena selain mempunyai makna yang dalam, juga susunannya sangat
indah dan bagus, hal ini menjadi aset terjalinnya antara bahasa Arab dengan
Islam yang selanjutnya dijadikan sebagai bahasa agama dan budaya Islam.17
Pada masa pemerintahan Umar (13-23H) daerah kekuasaan Islam semakin
meluas maka bercampurlah antara pendatang (orang Arab) dengan penduduk

14 Ibid, 103.
15 Mahmud Kamil al-Naqah, Ta’lim al-Lugah al’ Arabiyah li al-natioqin bi Lugat Ukhra Ushuluhu
Mudaakhiluhu, Turuqu Tadrisihi (Makkah al-Mukarramah : Jami’ah Umm al-Qura, 1985), 13.
16 Manna’ al-Qattan, Mabahis Fi ‘Ulum al-Qur’an (Cet. II ; t.tp, Masyurat al-Asr al-Hadis, t.th), 158.
17 Husni Mubarak, Asal Usul Bahasa Arab, Jurnal Iqra’ : Kajian Ilmu Pendidikan 5 (1), 2011.
asli, namun pendatang masih terisolir. Namun pengisolasian ini
menumbuhkan persatuan diantara sesama pendatang yang berkelanjutan
dengan persaingan dalam pergolakan ilmu bahasa, dan bahasa Arab sebagai
bahasa pemenang sudah barang tentu mempunyai kedudukan yang mulia dan
terhormat.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, pendatang mulai berasimilasi
dengan penduduk asli di seluruh lapisan masyarakat mulai dari pemerintahan
sampai kepada budak. Dengan hasil asimilasi ini menghasilkan bahasa baru
yang merupakan perpaduan dari bahasa Arab dengan bahasa setempat.
Walaupun bahasa baru ini muncul, namun bahasa Arab masih tetap dalam
kelas arsitokrat (kelas mewah).
Pada masa Umayyah ini, ketinggian martabat sosial seseorang ditentukan
oleh kemampuan mereka dalam penguasaan bahasa Arab, kesalahan kecil
dalam berbahasa dianggap sebagai kesalahan besar/fatal bagi orang-orang tua
mereka, maka wajar jika setiap orang menginginkan setiap putra-putrinya
menguasai bahasa Arab dengan mengirim belajar bahasa pada bangsa Badui.
Namun, pada masa pemerintahan bani Abbasiyah, para pembesar tidak
mengirim lagi putra-putri mereka untuk belajar lansung ke-orang-orang
Badui, tapi hanya belajar bahasa Arab di istana, karena sebuah pemikiran agar
anak-anak mereka bisa menikmati kemewahan kerajaan dan bisa berbahasa
Arab dengan baik dan benar.
Pada akhir pemerintahan Bani Umayyah, mereka melakukan pemurnian
bahasa Arab yang selanjutnya dilanjutkan pada masa Abbasiyah baik orang-
orang Arab maupun non Arab.
Rujukan utama bahasa Arab khusus gramatikalnya pada masa Abbasiyah
adalah orang-orang Badui, karena mereka memandang bahwa hanya orang
Badui lah yang memiliki keaslian bahasa itu.
Disisi lain, bahasa kelas menengah kebawah yang kita kenal sebagai bahasa
Ammiyah (yang merupakan percampuran antara bahasa Arab dengan bahasa
setempat) mulai tumbuh dan lansung membludak, dimana pada abad ke III
pengaruh Ammiyah sangat kuat, sampai ditemukan dalam tulisan-tulisan
ilmiyah banyak yang mempergunakan bukan bahasa Arab asli.
Pada abad ke IV hijriah, orang-orang tidak lagi belajar lansung kepada
orangorang Badui, tetapi hanya lewat karangan-karangan Badui yang sudah
banyak di pasaran buku-buku.18 Bahasa Arab –baca : fusha- di abad inimasih
menjadi bahasa administrasi, politik dan lain-lain, namun pada abad ke V,
bahasa Arab hanya sebagai bahasa agama saja. Dimana para karangan para
cendekia kadang menggunakan bahasa Persia.
Minat untuk mempelajari bahasa al-Qur’an ini terus terkikis hingga abad
ke VI. Kemerosotan ini bersamaan dengan munculnya kaum Saljuk dan
berhasilnya bangsa Mongolia menduduki negara-negara Islam. Dan salah satu
Negara yang tak sempat diduduki adalah Mesir, yang nantinya merupakan
tempat kebangkitan bahasa Arab di zaman baru.19

18 Mulyanto Sumardi et.el, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama Islam IAIN
(Jakarta : Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, Departemen Agama RI, 1975), 34-48
19 Husni Mubarak, Asal Usul Bahasa Arab, Jurnal Iqra’ : Kajian Ilmu Pendidikan 5 (1), 2011.
Sebagaimana kita maklumi, bahwa bahasa Arab Baqiyah adalah bahasa
yang digunakan dalam bahasa tulisan, dan bahasa sastra yang sampai kepada
kita melalui syair Jahiliyah, al-Qur’an dan al-Sunnah al-Nabawiyah, yang
selnjutnya disebut dengan bahasa Arab fushah. Bahasa fushah tersebut
bukanlah semata-mata hanya dialek Quraisy, tetapi merupakan perpaduan
dari berbagai dialek bahasa Arab.20
Dalam buku Fusul fi Fiqh al-Lughah, DR. Ramdan Tawwab menyebutkan
bahwa, nama dialek bahasa Arab sebanyak 19.21 Pada makalah ini tidak
menjelaskan satu persatu dialek tersebut, namun dapat disimpulkan bahwa
kabilah-kabilah Arab yang memiliki bahasa yang fasih ada tiga macam, yaitu
Tamim, Ta’i, dan Huzail. Mereka inilah yang terkenal kefasihannya dalam
berbahasa, dan bahasa mereka menjadi bahasa standar, yaitu bahasa yang
digunakan dalam berinteraksi sehari-hari, bahasa yang digunakan dalam
menulis syair, dan bahasa pengantar dalam interaksi perdagangan.22
Bahasa arab fushah terkadang juga dinisbahkan kepada dialek dominan
dari seluruh dialek yang ada, karena adanya empat faktor yaitu; ekonomi,
politik, sosial dan agama.23 Setelah bahasa Arab Fusha semakin menipis
peminatnya, maka muncullah bahasa Ammiyah sebagai penggantinya, namun
ini pun tak bisa bertahan dengan arus percampuran bangsa-bangsa asing yang
tidak disadari sedikit demi sedikit merasut ke dalam bahasa Ammiyah, dan
dipakai dalam masyarakat hingga kini.
Kesimpulan
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa Semit yang masih memelihara karakteristik
dan sifat-sifat bahasa induknya. Namun bukan berarti ia sama dengan bahasa asalnya
itu. Ia memi1iki beberapa sifat yang berbeda dengan bahasa Semit lainnya. Hal ini
disebabkan oleh bermacam-macamnya suku bangsa yang menggunakannya dan adanya
perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor ini mempengaruhi juga
bahasa Arab sehingga lahirlah beberapa dialek bahasa Arab.
Bahasa Arab dapat tumbuh berkembang dan berdiri sendiri, disebabkan karena
banyak faktor pendukungnya, diantaranya pergaulan dan percampur-bauran antara
bangsa-bangsa, juga didukung oleh berbagai unsur yang sangat potensial dalam
mengembangkan bahasa Arab.
Bahasa Arab memiliki karakteristik yang khusus dan umum. Bahasa arab
mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya, sedangkan ciri
umum berarti adanya kesamaan nilai antara bahasa arab dengan bahasa lainnya.

20 Dr. Muhammad Ahmad Abu al-Faraj, Muqaddimah Li Dirasah Fiqh al-Lughah (Beirut : Dar al-
Nahdah al-Arabiyah, t.th), 91.
21 DR. Ramadan Abdul Tawwab, Fusul fi Fiqh al-Lughah (Cet. II ; al-Qahirah : Maktabah al-Haniji,

1980), 120-152.
22 Shubhi Shalih, Dirasat fi Fiqhi al-Arabiyah (Cet. II ; Beirut : Mansyurat al-Maktabah al-Ahalliyah,

1962 M/1382 H), 58.


23 Ibid, 50-59
Daftar Pustaka
Abu al-Faraj, Muhammad Ahmad. t.th. Muqaddimah Li Dirasah Fiqh al-Lughah. Beirut :
Dar al-Nahdah al-Arabiyah.
Ahmad Tu‘aimah, Rusydi, dan Manna’, Muhammad al-Sayyid. 2000. Tadris al-
‘Arabiyyah fi Ta‘lim al-Ām : Nazariyyat wa al-Tajarib, Kairo : Dar al-Fikr al-‘Arabi.
Cet. ke-1.
Al-Naqah, Mahmud Kamil. 1985. Ta’lim al-Lugah al’ Arabiyah li al-natioqin bi Lugat Ukhra
Ushuluhu Mudaakhiluhu, Turuqu Tadrisihi. Makkah al-Mukarramah : Jami’ah Umm
al-Qura.
Al-Qattan, Manna’. t.th. Mabahis Fi ‘Ulum al-Qur’an. Cet. II ; t.tp, Masyurat al-Asr al-
Hadis.
As-Siba’i, Musthafa. Min Rawa’i’ Hadharatina. Beirut : Darul Irsyad.
Barburoh, Hussein. 2011. Nasyaatul wa Tathowwaru Allughoti Al Arabiyyah (pdf).
(http://elibrary.mediu.edu.my/books/2014/MEDIU4307.pdf) di akses pada
tanggal 7 Juli 2021 pukul 23:45.
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Cet. I ; Surabaya :
Airlangga University Press.
Hidayat. 1988. Musykilat Tadris Ta’lim Al-Arabiyyah Fi Indonesia Wa’Ilajiha. Jakarta : Al
Muwajjahah Fi Ta’limi Al Arobiyyah.
Izzan, Ahmad. 2009. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung : Humaniora. cet.
III.
Matsna, Moh. 1998.Karakteristik dan Problematika Bahasa Arab. dalam Jurnal Arabia Vol.
I Nomor 1/April-September 1998. Depok : Prodi Arab Fakultas Sastra UI.
Mubarak, Husni. 2011. Asal Usul Bahasa Arab, Jurnal Iqra’ : Kajian Ilmu Pendidikan 5
(1).
Shalih, Shubhi. 1962 M/1382 H. Dirasat fi Fiqhi al-Arabiyah. Cet. II ; Beirut : Mansyurat
al-Maktabah al-Ahalliyah.
Sumardi, Mulyanto et.el. 1975. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi
Agama Islam IAIN. Jakarta : Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama,
Departemen Agama RI.
Susiawati, Wati. 2019. Kajian Bahasa Arab dari A Historis hingga Historis, ALFAZ : Jurnal
Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Maulana
Hasanuddin, 7 (1).
Tawwab, Ramadan Abdul. 1980. Fusul fi Fiqh al-Lughah. Cet. II ; al-Qahirah : Maktabah
al-Haniji.
Umam, Chatibul et.el. 1975. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi
Agama IAIN. Jakarta : Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama RI.
Wahab, Muhbib Abdul. 2014. Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban
Islam, Jurnal Arabiyat.
Wahid Wafiy, Ali Abd. 1962. Ilmu al-Lughah. Cet. V ; Mishra : Lajnah al-Bayaan al-
‘Arabiy.

Anda mungkin juga menyukai