Anda di halaman 1dari 10

E-ISSN 2621-0703

P-ISSN 2528-6250 Jurnal Muara Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2020)

TINDAK TUTUR IMPERATIF GURU DALAM PROSES BELAJAR


MENGAJAR SMA/SMK KECAMATAN OEBOBO
KOTA KUPANG
Ahmad
Universitas Muhammadiyah Kupang
Email: ahmadckp08@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengkaji tindak tutur imperatif guru dalam proses belajar mengajar SMA
Muhammadiyah Kupang, SMA Negeri 5 Kupang, SMA Kristen Citra Bangsa, SMK Muhammadiyah
Kupang, dan SMK Negeri 1 Kupang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.. Data dalam
penelitian ini berupa tuturan yang menunjukkan bentuk dan makna tindak tutur imperatif. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan melalui teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan
teknik catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: ada empat bentuk tindak tutur imperatif guru
yaitu (1)Tindak tutur imperatif langsung literal, (2)Tindak tutur imperatif langsung tidak literal,
(3)Tindak tutur imperatif tidak langsung literal, (4)Tindak tutur imperatif tidak langsung tidak literal.
Sepuluh makna tindak tutur imperatif (1)Tindak tutur yang mengandung makna imperatif perintah,
(2)Tindak tutur yang mengandung makna imperatif suruhan, (3)Tindak tutur yang mengandung
makna imperatif permintaan. (4)Tindak tutur yang mengandung makna imperatif persilaan,
(5)Tindak tutur yang mengandung makna imperatif ajakan, (6)Tindak tutur yang mengandung
makna imperatif imbauan, (7)Tindak tutur yang mengandung makna imperatif larangan, (8)Tindak
tutur yang mengandung makna imperatif permohonan, (9)Tindak tutur yang mengandung makna
imperatif desakan, dan (10)Tindak tutur yang mengandung makna imperatif.

Kata kunci: Bentuk, Makna Tindak Tutur Imperatif

ABSTRACT
This research aims to examine the teacher's imperative speech acts in the teaching and learning
process of Muhammadiyah High School Kupang, State High School 5 Kupang, Citra Bangsa
Christian High School, Muhammadiyah Vocational School Kupang, and State Vocational School 1
Kupang. This type of research is descriptive qualitative. The data in this reserch are in the form of
speech that shows the form and meaning of imperative speech acts. Data collection techniques
are carried out through the technique of observed free conversation, recording techniques, and
note taking techniques. The results of the research show that: there are four forms of imperative
teacher speech acts, namely (1) direct literal imperative speech acts, (2) imperative speech acts
not literal, (3) indirect literal imperative speech acts, (4) indirect imperative speech acts not literal.
Ten meanings of imperative speech act (1) Speech acts that contain imperative meanings of
commands, (2) Speech actions that contain imperative orders of messengers, (3) Speech actions
that contain imperative demand. (4) Speech actions that contain imperative meaning of courtesy,
(5) Speech actions that contain imperative meaning of invitation, (6) Speech actions that contain
imperative meaning of appeal, (7) Speech actions that contain imperative prohibition, (8) Speech
actions that contain the imperative meaning of the request, (9) speech acts that contain the
imperative meaning of insistence, and (10) speech acts that contain the imperative meaning of
persuasion.

Keywords: Form and Meaning of Imperative Speech Acts

PENDAHULUAN langsung dan tindak tutur tindak langsung


Kalimat imperatif dapat dituturkan (Rahardi, 2008:8). Berdasarkan
secara langsung dengan menggunakan pengamatan sementara di dalam tuturan
kalimat bermodus imperatif dapat pula sehari-hari di kelas, ditemukan fenomena
dituturkan secara tidak langsung dengan bahwa semakin langsung maksud sebuah
menggunakan kalimat bermodus bukan tuturan akan semakin tidak santunlah
imperatif. Hal ini terkait dengan tindak tutur tuturan imperatif itu. Sebaliknya semakin

ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp 576
E-ISSN 2621-0703
P-ISSN 2528-6250 Jurnal Muara Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2020)

tidak langsung maksud sebuah tuturan (deklaratif), kalimat Tanya (interogatif) dan
akan semakin tinggilah peringkat kalimat perintah (imperatif). Secara
kesantunan kalimat imperatif itu. Tingkat konvensional kalimat berita (deklaratif)
kelangsungan tuturan itu dapat diukur digunakan untuk memberitahukan sesuatu
berdasarkan besar kecilnya jarak tempuh. (informasi); kalimat tanya untuk
Adapun yang dimaksud dengan jarak menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah
tempuh adalah jarak antara titik ilokusi menyatakan perintah, ajakan, permintaan
yang berada dalam benak penutur dengan atau permohonan. Apabila kalimat perintah
titik tujuan ilokusi yang terdapat dalam diri difungsikan secara konvensional untuk
mitra tutur. Semakin dekat jarak mengadakan sesuatu, kalimat tanya untuk
tempuhnya akan semakin langsunglah bertanya dan kalimat perintah untuk
tuturan itu, semakin jauh jarak tempuhnya menyuruh, mengajak memohon dan
akan semakin tidak langsunglah tuturan itu sebagainya, maka akan terbentuk tindak
(Rahardi, 2008:37). tutur langsung (direct speech).
Tindak tutur dalam istilah a. Tindak tutur langsung literal (direct
Indonesianya mengacu pada tindak ujar speech act), ialah tindak tutur yang
atau tindak bahasa. Perbedaan istilah ini diutarakan dengan modus tuturan dan
tidak terlepas dari suatu tindakan (act) makna yang sama dengan maksud
tertentu, sebagaimana yang diungkapkan pengutaranya. Maksud memerintah
Cummings (Muhammad Thamimi & Wiendi disampaikan dengan kalimat perintah,
Wiranty, 2019:256) mengatakan bahwa memberitakan dengan kalimat berita,
“Tindak tutur merupakan fenomena dan menanyakan sesuatu, dengan
pragmatik penyelidikan linguistik klinis kalimat tanya. Misalnya:
yang sangat (1) “Ambilkan buku itu!”
Keberlangsungannya ditentukan oleh (2) “Kusuma gadis yang cantik.”
kemampuan bahasa penutur dalam (3) “Berapa saudaramu, Mad?”
menghadapi situasi tertentu. Menurutnya, b. Tindak tutur tidak langsung literal
teori tindak tutur sebagai salah satu teori (indirect literal speech act) adalah
yang mencoba melihat hubungan antara tindak tutur yang diungkapkan dengan
aturan dengan tindakan yang dilakukan modus kalimat yang tidak sesuai
oleh penuturnya. Tuturan baru memiliki dengan maksud pengutarannya, tetapi
makna jika tuturan tersebut telah makna kata-kata yang menyusunnya
direalisasikan dalam bentuk aktivitas sesuai dengan apa yang dimaksudkan
komunikasi nyata. oleh penutur. Misalnya:
Berkaitan dengan hal tersebut, (4) “Lantainya kotor.”
Rahardi (2008:50) menguraikan pendapat Tuturan itu jika diucapkan seorang
Hymes bahwa ada delapan komponen ayah kepada anaknya bukan saja
yang berpengaruh terhadap pemilihan menginformasikan, tetapi sekaligus
kode dalam bertutur (components of menyuru untuk membersihkannya.
speech) yaitu (1) tempat dan suasana c. Tindak tutur langsung tidak literal
tutur, (2) peserta tutur, (3) tujuan tutur, (4) (direct non literal speech) adalah
pokok tuturan, (5) nada tutur, (6) sarana tindak tutur yang diungkapkan dengan
tutur, (7) norma tutur, dan (8) jenis tutur. modus kalimat yang sesuai dengan
Agar komponen ini mudah diingat. modus pengutaraannya, tetapi makna
Selanjutnya, Wijana (1996: 17) kata-kata yang menyusunya tidak
menjelaskan bahwa tindak tutur dapat memiliki makna yang sama dengan
dibedakan menjadi tindak tutur langsung maksud penuturnya. Contoh:
dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur (5) “Sepedamu bagus, kok.”
literal dan tindak tutur tidak literal. Berikut Penuturnya sebenarnya ingin
uraian jenis tindak tutur tersebut. Secara mengatakan bahwa sepeda lawan
formal berdasarkan modusnya, kalimat tutur jelek.
dibedakan menjadi kalimat berita

ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp 577
E-ISSN 2621-0703
P-ISSN 2528-6250 Jurnal Muara Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2020)

d. Tindak tutur tidak langsung tidak literal berbentuk kalimat imperatif, dan (2) bentuk
(indirect non literal speech act) adalah pragmatik imperatif. (Rahardi, 2008:87).
tindak tutur yang diutarakan dengan 1. Bentuk Struktural Imperatif Berbentuk
modus kalimat dan makna kalimat Kalimat Imperatif
yang tidak sesuai dengan maksud Bentuk struktural imperatif adalah
pengutaraannya. Misalnya, untuk realisasi maksud imperatif yang
menyuruh pembantu menyapu lantai dikaitkan dengan ciri formal atau ciri
yang kotor, seorang majikan dapat strukturalnya. Bentuk struktural imperatif
mengutarakan dengan tuturan berikut. dapat dilihat melalui susunan dan
(6) “Lantainya bersih sekali, Mbok.” bentuk tuturan itu sendiri yaitu melalui
kontruksi kalimat imperatif. Kalimat
Ujaran yang dituturkan, menurut perintah/imperatif merupakan kalimat
pakar pragmatik Rahardi (Rissari Yayuk, yang mengandung maksud memerintah
2018: 250) menyatakan bahwa modus atau meminta agar mitra tutur
kalimat dalam ujaran adalah rentetan kata melakukan sesuatu sebagaimana yang
yang disusun berdasarkan kaidah diinginkan penutur. Kalimat ini bertujuan
pembentukan tertentu. Berdasarkan nilai agar mitra tutur memberi tanggapan
komunikasinya, modus kalimat terdiri atas berupa tindakan atau perbuatan yang
(1) kalimat berita (deklaratif),(2) kalimat diminta. Kalimat imperatif juga dapat
perintah (imperatif), (3) kalimat tanya pula berupa suruhan yang kasar sampai
(interogatif),( 4) kalimat seruan dengan permohonan yang sangat halus.
(ekslamatif), dan (5) kalimat penegas Kalimat imperatif juga dapat pula berupa
(empatik) suruhan untuk melakukan sesuatu
Secara konvensional, kalimat berita sampai larangan untuk melakukan
digunakan untuk memberitakan sesuatu, sesuatu. Saputro, (2014:22)
kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, menambahkan ada empat
dan kalimat perintah untuk menyatakan prosedur/karakteristik untuk
perintah, ajakan, permintaan, dan menyatakan tuturan struktural imperatif,
permohonan. Jika ke tiga kalimat itu yaitu (1) menggunakan intonasi, (2)
difungsikan sesuai dengan fungsinya, menggunakan kata-kata perintah (ayo,
maka tindak tutur yang terbentuk adalah coba, silahkan), (3) menggunakan
tindak tutur langsung. Selain itu, untuk kalimat inversi (susunan balik pada kata
berbicara secara sopan, perintah dapat kerja), (4) dengan pelesapan subjek.
diutarakan dengan kalimat berita atau 2. Bentuk Pragmatik Imperatif
kalimat tanya. Bila hal itu terjadi, maka Berbeda dengan bentuk struktural
terbentuklah tindak tutur tidak langsung, imperatif, bentuk pragmatik imperatif
tuturan yang dituturkan secara tidak tidak selalu berupa kontruksi kalimat
langsung biasanya tidak dijawab secara imperatif. Dengan perkataan lain,
langsung, tetapi harus segera bentuk pragmatik imperatif dapat
dilaksanakan maksud yang terimplikasi di berupa tuturan dengan kontruksi
dalamnya. tuturan nonimperatif yang bermacam-
Seperti kita ketahui tuturan imperatif macam (bentuk kontruksi kalimat lain)
dalam bahasa Indonesia sudah banyak yang didalamnya terdapat makna
diperiksa para ahli tata bahasa. Namun, imperatif. Bentuk pragmatik imperatif
pemerian mereka masih relatif terbatas sendiri merupakan realisasi maksud
pada aspek struktural satuan lingual itu. imperatif yang dikaitkan dengan
Sehubungan dengan hal tersebut, berikut konteks situasi tuturan yang
ini akan diuraikan satuan lingual imperatif melatarbelakanginya. Makna pragmatik
bahasa indonesia menurut pandang imperatif tuturan yang demikian sangat
beberapa ahli. Berdasarkan bentuknya ditentukan oleh konteksnya. Rahardi
tuturan Imperatif terbagi menjadi dua (2008:74). tuturan imperatif pragmatik
bentuk, yaitu (1) bentuk struktural terdiri dari tiga bentuk kalimat yaitu (a)

ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp 578
E-ISSN 2621-0703
P-ISSN 2528-6250 Jurnal Muara Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2020)

kalimat pernyataan, (b) kalimat pelajaran bahasa Indonesia dan guru mata
pertanyaan, dan (c) kalimat harapan. pelajaran biologi.
Penelitian ini berusaha
mengungkap perihal tindak tutur 1. Bentuk-Bentuk Tindak Tutur
imperatif guru dalam proses belajar Imperatif.
mengajar di SMA Muhammadiyah a. Tindak tutur imperatif langsung literal.
Kupang, SMA Negeri 5 Kupang, SMA
Kristen Citra Bangsa Kupang, SMK “Ambilkan spidol warna biru di
Muhammadiyah Kupang, dan SMK kantor, Adlim!
Negeri 1 Kupang”. Tindak tutur
imperatif yang dipilih, ada 2 guru untuk Konteks tuturan:
diteliti yakni, (1) guru bahasa Indonesia Dituturkan guru kepada Adlim
sebagai guru contoh untuk tuturan (siswa) akan menulis dipapan tulis
bahasa yang baik dan benar, (2 guru menggunakan 2 warna spidol yang
Biologi sebagai guru yang sering berbeda. [Bio]. Tuturan tersebut dapat
melaksanakan praktik di kelas dan ditafsirkan sebagai tuturan imperatif,
laboratorium. Dengan pertimbangan yang menandakan tuturan tersebut
bahwa guru-guru dalam berkomunikasi tindak tutur imperatif langsung literal
dengan siswa sering kali menggunakan yaitu adanya kalimat ambilkan,
kalimat yang bermakna imperatif baik menandakan memerintah dengan
itu secara langsung maupun secara kalimat perintah. Jika dilihat dari skala
tidak langsung. kerugian dan keuntungan maka
tuturan dikatakan tidak santun karena
METODE mengakibatkan keuntungan bagi
Penelitian mengkaji bentuk dan penutur dan merugikan lawan tutur,
makna tindak tutur imperatif guru begitupun dilihat dari skala pilihan,
SMA/SMK kecamatan Oebobo, kota tuturan dikatakan tidak santun karena
Kupang. sumber data yakni, guru Bahasa lawan tutur tidak mempunyai pilihan
Indonesia, guru Biologi, di SMA/SMK. selain melakukan perintah penutur.
Metode dilakukan dengan teknik simak
bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik “Nah sekarang tolong buka
catat. Teknik analisis data dilakukan bukunya halaman 48, mengenai
dengan langkah-langkah sebagai berikut: “menulis surat resmi!”
1. mengidentifikasi data rekaman dan
catatan ke dalam bentuk tulisan. 2. Konteks tuturan:
mengklasifikasikan bentuk dan makna Dituturkan kepada siswa ketika
tindak tutur imperatif berdasarkan penanda akan memasuki kegiatan awal. Siswa
yang digunakan. 3. menganalisis data 4. tampak mebuka buku paket dan
data disajikan dalam bentuk deskripsi mencari halaman buku yang
kualitatif sebagaimana adanya. Huberman dimaksudkan guru. [BINDO] tuturan
(Lailatul Qomariyah, 2017:4) Rangkaian tersebut dapat diartikan sebagai
analisis data ini meliputi pengumpulan tuturan imperatif permintaan. Makna
data, reduksi data, penyajian data dan imperatif permintaan yang dimaksud
penarikan simpulan. adalah perintah guru bahasa
Indonesia kepada siswa untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN membuka buku paketnya halaman 48,
Sesuai dengan permasalahan yang saat awal memulai pelajaran. Jika
diajukan dalam penelitian, pada bagian ini dihubungkan dengan skala kerugian
disajikan hasil penelitian yang berkaitan dan keuntungan dalam bertutur dapat
dengan bentuk dan makan tindak tutur dikatakan bahwa tuturan
imperatif yang digunakan oleh guru mata menguntungkan mitra tutur, meskipun
tuturan tersebut termasuk perintah,

ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp 579
E-ISSN 2621-0703
P-ISSN 2528-6250 Jurnal Muara Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2020)

karena penutur tetap menggunakan melanggar aturan yang ada dalam


penanda kesantunan tolong. sekolah.

“Ambil buku paketmu, Wulan! “Aduh, nak bagusnya tulisanmu.


Tidak bisa saya baca.”
Konteks tuturan:
Dituturkan guru saat melihat Wulan Konteks tuturan:
(siswa) menarik-narik buku paket Tuturan ini dituturkan oleh guru
temannya. [BINDO] Dalam tuturan kepada siswa pada saat memeriksa
imperatif tersebut terkandung kalimat tugas siswa. Guru melihat tulisan salah
tanya, maksud tuturan guru agar seorang siswa tersebut terlalu kecil
memerintahkan Wulan menggunakan [BINDO]. Menandakan tindak tutur
buku paketnya sendiri, dan berhenti imperatif langsung tidak literal, yang
menarik buku paket temannya. Jika menggunakan kata-kata yang berbeda
dihubungkan dengan skala kerugian dengan makna yang dikandunganya.
dan keuntungan dalam bertutur dapat Konteks tuturan yang digunakan
dikatakan bahwa tuturan berbeda dengan makna tuturan yang
menguntungkan mitra tutur. diucapkan guru. Tuturan tersebut
dapat ditafsirkan sebagai bentuk
b. Tindak tutur imperatif langsung tidak imperatif yang mengandung maksud
literal. agar siswa yang dimaksud
memperbaiki tulisannya. Jika
“Waduh…bajumu kecil sekali nak. Biar diperhatikan dari skala kerugian dan
kelihatan cantik, masih mau dikecilkan keuntungan, penutur berada dalam
lagi sedikit.” posisi yang dirugikan dikatakan
demikian karena mitra tutur harus
Konteks tuturan: melaksanakan apa yang dinginkan
Dituturkan oleh seorang guru oleh penutur. Mitra tutur tidak
kepada siswa ketika melihat salah mempunyai pilihan selain melakukan
seorang siswa memakai baju yang apa yang diperintahkan oleh penutur.
sangat sempit dan sangat pendek c. Tindak tutur imperatif tidak langsung
[BIO].Tuturan tersebut dapat literal.
ditafsirkan sebagai tuturan imperatif
permintaan. Pada tuturan tersebut, “Wah...rambutmu sudah panjang
guru secara tidak langsung menegur lagi.
lawan tutur (siswa) agar tidak memakai
baju yang terlalu sempit dan pendek. Konteks tuturan:
Menandakan tindak tutur imperatif Dituturkan oleh guru kepada siswa
langsung tidak literal, yang ketika melihat rambut salah seorang
menggunakan kata-kata yang berbeda siswa sudah tidak sesuai dengan tata
dengan makna yang dikandunganya. tertib sekolah [BIO]. Menandakan
Konteks tuturan yang digunakan Tindak tutur imperatif tidak langsung
berbeda dengan makna tuturan yang literal, tuturan yang diungkapkan
diucapkan guru. Meskipun tuturan dengan bentuk kalimat yang tidak
tersebut dapat menyudutkan siswa sesuai dengan yang dimaksud
sebagai lawan tutur karena tidak dapat penutur. Tuturan tersebut tidak hanya
memberikan pilihan selain merupakan informasi tetapi terkandung
melaksanakan perintah yang maksud memerintah yang
diinginkan penutur. Namun, hal diungkapkan secara tidak langsung
tersebut tetap dianggap sebagai dengan kalimat berita. Makna kata-
bentuk imperatif yang bersifat kata yang menyusun tuturan sama
menasehati karena siswa tersebut dengan maksud yang dikandungnya.

ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp 580
E-ISSN 2621-0703
P-ISSN 2528-6250 Jurnal Muara Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2020)

Guru menggunakan tuturan tersebut Diukur dari skala pilihan, tuturan


secara tidak langsung memerintah dianggap santun karena siswa sebagai
siswa agar rambutnya di cukur sesuai lawan tutur mempuyai banyak pilihan
peraturan sekolah. Namun, guru tetap untuk melaksanakan perintah penutur
memperlihatkan sikap kesantunan atau tidak.
dengan menggunakan tuturan yang
bersifat tidak langsung. “Rusli, sekarang pelajaran fisika?”

“Apa kamu tahu sudah jam berapa Konteks tuturan:


sekarang?” Dituturkan oleh guru ketika
melihat salah seorang siswa (Rusli)
Konteks tuturan: mengerjakan soal-soal fisika,
Dituturkan oleh guru kepada siswa sementara pada saat itu, sedang
ketika pelajaran sudah berlangsung berlangsung pelajaran Bahasa
sementara salah seorang siswa baru Indonesia [BINDO]. Menandakan
dating [BINDO]. Menandakan Tindak tindak tutur imperatif tidak langsung
tutur imperatif tidak langsung literal, tidak literal, tuturan yang bentuk
tuturan yang diungkapkan dengan kalimat diucapkan guru dan makna
bentuk kalimat yang tidak sesuai kalimat yang tidak sesuai dengan
dengan apa yang dimaksud penutur, maksud yang hendak diutarakan. Jika
tuturan yang diucapkan guru dilihat dari skala ketidaklangsungan
memerintahkan siswa agar maka dapat dikatakan skala tidak
seharusnya tidak terlambat lagi dan langsung yang dianggap santun.
cepat datang sesuai dengan jadwal Tetapi bila dilihat dari skala pilihan,
yang telah ditentukan sekolah. Jika dapat dikatakan tidak santun, karena
dilihat wujud tuturan guru sebagai mitra tutur (siswa) tidak mempunyai
penutur tetap menghargai siswa banyak pilihan selain menuruti perintah
sebagai mitra tutur dengan penutur (guru).
menggunakan bentuk interogatif. 2. Makna Tindak Tutur Imperatif.
d. Tindak tutur imperatif tidak langsung a. Tuturan yang mengandung makna
tidak literal. imperatif perintah.

“Aduh nak, terlalu besar suaramu, Buka bukunya halaman 65!”


sampe temanmu tidak tau apa
yang kamu bilang.” Konteks tuturan:
Dituturkan guru ketika memasuki
Konteks tuturan: kegiatan awal pembelajaran, siswa
Tuturan ini muncul ketika salah tampak membuka buku dan
seorang siswa memberikan jawaban mencari halaman buku yang
dengan suara yang sangat kecil dimaksud guru [BIO]. Jenis tuturan
sehingga guru tidak mendengarnya tersebut merupakan tuturan
[BINDO] . Menandakan tindak tutur langsung.
imperatif tidak langsung tidak literal, Tuturan Langsung Memerintah
tuturan yang bentuk kalimat diucapkan masing-masing siswa membuka
guru dan makna kalimat yang tidak buku paket biologinya. Tuturan
sesuai dengan maksud yang hendak tersebut mengandung skala
diutarakan. Tuturan guru dengan nada ketidaklangsungan, maka akan
yang halus menyampaikan maksudnya menunjuk skala langsungnya sebuah
dengan konteks kalimat berita. Penutur tuturan guru yang dianggap tidak
(guru) secara tidak langsung santun, dan jika dilihat dari skala
memerintahkan kepada lawan tutur pilihan, dapat dikatakan tidak
(siswa) agar membesarkan suaranya. langsung, karena siswa sebagai

ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp 581
E-ISSN 2621-0703
P-ISSN 2528-6250 Jurnal Muara Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2020)

mitra tutur tidak dapat menentukan “Ah, kotor sekali kelas kalian”
banyak pilihan selain melaksanakan
perintah penutur. Konteks tuturan:
Dituturkan kepada siswa pada
“Simak baik-baik penjelasan pak guru saat guru akan mengajar namun
yah!” ditunda dulu sebelum siswa
mengadakan pembersihan [BINDO].
Konteks tutur: Tuturan tersebut dapat ditafsirkan
Dituturkan oleh guru sebelum sebagai sebuah tuturan yang tidak
memberikan penjelasan. Guru langsung kepada kawan tutur untuk
mengharapkan siswa memperhatikan menyampaikan keinginannya.
baik-baik penjelasan yang diberikan Tuturan di atas dapat ditafsirkan
[BINDO]. Tuturan tersebut sebagai perintah guru kepada siswa
merupakan tuturan imperatif untuk membersihkan ruangan
langsung yang bermakna perintah. kelasnya terlebih dahulu. Karena
Hal ini tampak dari struktur dan tuturan tersebut merupakan tuturan
makna yang membangun tuturan tidak langsung, oleh sebab itu dapat
tersebut. Jika ditinjau dari tingkat dikatakan bahwa tuturan itu memiliki
kelangsungan tuturan, tuturan tingkat kesantunan yang tinggi.
mengandung tingkat kelangsungan
yang tinggi sehingga dapat c. Tuturan yang mengandung makna
dikategorikan tuturan yang kurang imperatif permintaan.
santun. Selain itu dalam skala pilihan
tuturan dianggap tidak santun, dalam “Tolong hapus papan tulis Nak!”
tuturan tersebut lawan tutur berada
pada posisi yang dirugikan karena Konteks tuturan:
tidak memiliki banyak pilihan untuk Dituturkan guru kepada siswa
mengelak dari perintah penutur. ketika akan memulai pelajaran yang
b. Tuturan yang mengandung makna pada waktu itu papan tulis dalam
imperatif suruhan. keadaan kotor [BIO]. Tuturan di atas
merupakan bentuk imperatif
“Coba perhatikan dulu!” permintaan yang bersifat langsung
dari seorang guru kepada siswanya
Koneteks tuturan: agar menghapus papan tulis yang
Dituturkan oleh guru ketika mulai pada saat itu dalam keadaan kotor.
memberikan aprsepsi. Sebelum Jika ditinjau dari tingkat kesantunan
tuturan ini disampaikan guru, tuturan langsung, tuturan diatas di
perhatian siswa banyak yang belum kategorikan tingkat tuturan langsung
tertuju kepada materi. Suasana kelas yang tidak santun. Tetapi karena
masih dalam keadaan gaduh. tuturan yang disampaikan guru
[BINDO] Tuturan itu dapat ditafsirkan tersebut mengandung penanda
maknanya sebagai imperatif suruhan kesantunan tolong sehingga tuturan
yaitu suruhan seorang guru kepada di atas dapat dikatakan sebagai
siswa agar memperhatikan sebuah tuturan yang santun.
penjelasan guru. Jika ditinjau dari
kadar kelangsungan tuturan, kalimat “Saya minta kepada kalian,
yang disampaikan guru tersebut minggu ini jangan lagi ada yang
memiliki kadar kelangsungan yang alfa, yah!”
rendah sehingga tuturan di atas
dapat dikatakan sebagai sebuah Konteks tuturan:
tuturan yang santun. Tuturan ini dituturkan guru ketika
memberikan nasihat kepada siswa

ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp 582
E-ISSN 2621-0703
P-ISSN 2528-6250 Jurnal Muara Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2020)

pada awal pembelajaran. Tuturan penggunaan penanda kesantunan


tersebut dituturkan karena pada saat imperatif silakan yang ada dalam
itu guru melihat kehadiran siswa tuturan tersebut, tuturan di atas
dalam tatap muka di kelas agak menyatakan makna persilaan dari
berkurang [BIO]. Tuturan dengan guru kepada siswa untuk
penanda kesantunan minta termasuk menanyakan hal-hal yang
kategori tindak tutur permintaan. dianggapnya kurang jelas. Guru
Tuturan di atas merupakan bentuk menggunakan tuturan tidak langsung
imperatif permintaan yang bersifat untuk meminimalkan paksaan
langsung dari seorang guru kepada terhadap siswa, maka tuturan
siswanya agar memperhatikan tersebut dapat dikaegorikan santun.
kehadiran di sekolah karena waktu e. Tuturan yang mengandung makna
yang tersisa untuk mengadakan tatap imperatif ajakan.
muka di kelas sudah sangat kurang.
“Marilah kita memulai materi ini
d. Tuturan yang mengandung makna dengan memulai membaca Doa!
imperatif persilaan.
Konteks tuturan:
”Silakan dijelaskan apa tema dan Diucapkan guru yang sedang
latar novel Cinta untuk Divan!” memulai membuka pelajaran [BIO].
Tuturan imperatif pada data, ini
Konteks tuturan: terkandung maksud ajakan, terdapat
Dituturkan guru setelah penanda kesantunan mari kepada
memberikan penjelasan kepada siswa agar mengucapkan basmalah
siswa tentang tema dan latar dalam sebelum memulai pelajaran. Guru
sebuah novel [BINDO]. Tuturan (16) menggunakan strategi tidak langsung
di atas menyatakan makna persilaan untuk mengungkapkan maksud
dari guru kepada siswanya untuk imperatifnya sehingga bernilai
memberikan penjelasan tentang santun.
tema dan latar dalam novel Cinta f. Tuturan yang mengandung makna
untuk Divan. Jika diukur dari skala imperatif imbauan.
pilihan maka tuturan dapat dikatakan
santun karena siswa sebagai lawan “Dengarkanlah berita dari radio
tutur mempunyai pilihan untuk tidak atau tayangan TV, kemudian
melaksanakan perintah guru sebagai buatlah laporanya!”
penutur, karena guru tidak langsung
mengutarakan kepada siapa tuturan Konteks tuturan:
imperatif tersebut. Diberikan guru ketika memberikan
tugas rumah yaitu mendengarkan
“Kalau ada yang kurang jelas silakan berita. Sebelumnya, guru terlebih
ditanyakan, Ibu akan dengan senang dahulu membentuk kelompok.
hati menjelaskan kembali.” [BINDO]. Jika diukur dari skala
kerugian dan keuntungan tuturan
Konteks tuturan: tersebut dapat dikatakan santun,
Dituturkan guru ketika selesai karena siswa sebagai mitra tutur
menjelaskan pesan moral yang dapat menentukan pilihan apakah
terkandung dalam novel Cinta untuk akan mengikuti atau tidak perintah
Divan. Guru mempersilakan siswa guru sebagai penutur. Karena guru
menanyakan hal-hal yang tidak menunjuk langsung siswa untuk
dianggapnya kurang jelas [BINDO]. melaksanakan perintah yang
Tuturan di atas bermakna imperatif dituturkan.
persilaan. Hal ini tampak dari

ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp 583
E-ISSN 2621-0703
P-ISSN 2528-6250 Jurnal Muara Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2020)

g. Tuturan yang mengandung makna [BINDO]. Tuturan di atas bahwa


imperatif larangan dalam tindak tutur tersebut terdapat
penanda kesantunan. Penanda
“Bisakah kalian berhenti cerita dulu!” kesantunan yang dimaksud adalah
kata ayo. Tuturan ini merupakan
Konteks tuturan: imperatif desakan dari seorang guru
Dituturkan guru kepada siswa pada kepada siswa bernama Nursaida
saat proses belajar mengajar agar segera mengumpulkan
berlangsung. [BINDO]. Tuturan di pekerjaannya kepada gurunya. Hal
atas dapat ditafsirkan perintah guru ini memberikan kejelasan bahwa
sebagai penutur kepada siswa tuturan tersebut menyiratkan makna
sebagai mitra tutur untuk berhenti desakan.
cerita. Tetapi jika diukur dengan j. Tuturan yang mengandung makna
skala pilihan tuturan dapat dikatakan imperatif bujukan.
kurang santun karena siswa sebagai
lawan tutur tidak mempunyai banyak “Kalau kamu menuntut ilmu, besok
pilihan untuk memilih melaksanakan lusa pasti kamu bisa seperti orang
atau tidak perintah guru sebagai lain. Orang sukses”.
penutur.
h. Tuturan yang mengandung makna Konteks tuturan:
imperatif permohonan. Dituturkan oleh guru kepada siswa
setelah selesai menjelaskan materi
“Mohon perhatikan penjelasan Ibu!” pelajaran. [BINDO]. Tuturan di atas
merupakan bujukan seorang guru
Konteks tuturan: kepada siswanya untuk menuntut
Dituturkan guru ketika proses ilmu agar suatu saat bisa seperti
belajar mengajar sedang orang lain yang sukses. Jika dilihat
berlangsung pada saat itu guru dari skala pilihan yang menunjukkan
memberikan penjelasan tentang banyak atau sedikitnya pilihan, maka
materi yang dibawakan yang diselingi tuturan dikatakan santun, karena
dengan salinan teori. [BIO]. Pada siswa sebagai mitra tutur mempunyai
tuturan dapat ditafsirkan sebagai banyak pilihan apakah akan
sebuah tuturan langsung kepada melaksanakan atau tidak perintah
kawan tutur untuk menyampaikan guru sebagai penutur. Sama halnya
keinginanya. Penggunaan kata jika dilihat dari skala
kesantunan mohon dapat dikatakan ketidaklangsungan, tuturan yang
tuturan yang santun. Tetapi jika digunakan penutur tidak langsung
diukur dengan skala pilihan tuturan memerintahkan mitra tutur, maka
dapat dikatakan kurang santun dapat dikatakan tuturan yang santun.
karena siswa sebagai lawan tutur
tidak mempunyai banyak pilihan KESIMPULAN
untuk memilih melaksanakan atau 1. Bentuk Tindak Tutur Imperatif:
tidak perintah guru sebagai penutur. a. Tindak tutur imperatif langsung literal
i. Tuturan yang mengandung makna (direct speech act), Berdasarkan
imperatif desakan. temuan hasil penelitian, sebanyak 3
tuturan dalam proses belajar
“Ayo, kumpullah dulu. Nantilah kau mengajar.
bereskan buku-bukumu!” b. Tindak tutur imperatif langsung tidak
literal (direct nonliteral speech act).
Konteks tuturan: Berdasarkan temuan hasil penelitian,
Dituturkan oleh guru kepada siswa sebanyak 2 tuturan dalam proses
pada saat bel tanda pulang berbunyi. belajar mengajar.

ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp 584
E-ISSN 2621-0703
P-ISSN 2528-6250 Jurnal Muara Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2020)

c. Tindak tutur imperatif tidak langsung Tekniknya. Jakarta: PT. Raja


literal (indirect literal speech act). Grafindo Persada.
Berdasarkan temuan hasil penelitian,
sebanyak 2 tuturan dalam proses Muhammad Thamimi & Wiendi Wiranty.
belajar mengajar. 2019. Tindak tutur Imperatif Bahasa
d. Tindak tutur imperatif tidak langsung Melayu Dialek Selimbau Kabupaten
tidak literal (indirect non literal Kapuas Hulu (Kajian
speech act) . Berdasarkan temuan Pragmatik).Jurnal Pendidikan
hasil penelitian, sebanyak 2 tuturan Bahasa, Vol. 8, No. 1
dalam proses belajar mengajar. Rahardi, Kunjana. 2008. Pragmatik
Kesantunan Imperatif Bahasa
2. Makna tindak tutur imperatif Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Makna tindak tutur yang dimaksudkan
terdiri atas sepuluh makna, sepuluh makna Rissari Yayuk. 2018. Tindak Tutur pada
tersebut adalah: Teks “Indonesia raya” karya w.r.
a. Tindak tutur yang mengandung makna Supratman. Metalingua, Vol. 16 No.
imperatif perintah, 2.
b. tindak tutur yang mengandung makna
imperatif suruhan; Saputro, Yusuf. 2014. Bentuk-bentuk
c. tindak tutur yang mengandung makna Tuturan Imperatif dan Satuan Lingual
imperatif permintaan; Pembentuk Makna Imperatif dalam
d. tindak tutur yang mengandung makna Naskah Drama (Kajian Tuturan
imperatif persilaan; Imperatif). Skripsi. Tidak diterbitkan.
e. tindak tutur yang mengandung makna Yogyakarta. Universitas Gajah
imperatif ajakan; Madah.
f. tindak tutur yang mengandung makna
imperatif imbauan;
g. tindak tutur yang mengandung makna
imperatif larangan;
h. tindak tutur yang mengandung makna
imperatif permohonan;
i. tindak tutur yang mengandung makna
imperatif desakan; dan
j. tindak tutur yang mengandung makna
imperatif bujukan.

DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati. 2014. Kesantunan Imperatif
dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Kelas XI MAN 2 Model
Makassar. Tesis. Tidak diterbitkan.
Makassar: PPS UNM.
Lailatul Qomariyah. 2017. Tindak Tutur
direktif (ttd) Guru dalam
Pembelajaran Bahasa Arab. Journal
of Arabic Studies. Vol. 2 No. 1.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa:
Tahapan, Strategi, Metode, dan

ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp 585

Anda mungkin juga menyukai