Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TINDAK TUTUR BERDASARKAN DERAJAT KELANGSUNGAN DAN


KELAYAKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pragmatik

Dosen Pengampu : Jakiyudin, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok IV

Muhammad Syarif Rosyidin P 120206241

Tiara P 120206424

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

YASIKA MAJALENGKA

2022
KATA PENGANTAR

Tahun 1960 merupakan tahun dimana awal mula disiplin Ilmu Pragmatik ada. Kurang
lebih dua dekade, ilmu pragmatik memudahkan para ahli bahasa untuk mengetahui hakikat
komunikasi dan bahasa melalui pesan tersirat dari lawan tutur. Dasar mengenai ilmu
pragmatik di mulai dengan mengenali dan memahami apa itu hakikat pragmatik, situasi tutur,
deiksis, tindak tutur bertujuan pertuturan dan lain sebagainya. Pada makalah ini, penyusun
hendak membahas lebih dalam mengenai “Tindak Tutur Berdasarkan Derajat Kelangsungan
dan Kelayakan” yang di tujukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Pragmatik yang diampu oleh Dosen Bapak Jakiyudin, M.Pd.

Segenap Syukur kami haturkan pada Allah ta’ala karena atas karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa kami haturkan
rasa Terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Pragmatik bapak Jakiyudin, M.Pd.
karena atas bimbingannya kami telah mengetahui dan Insyaallah memahami dasar pragmatik
pada perkuliahan sebelumnya.

Penyusun mengaharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu dan
pengetahuan pembaca mengenai pragmatik terutama BAB tindak tutur. penyusun menyadari
akan kekurangan pada makalah ini karena keterbatasan wawasan, ilmu pengetahuan dan
pengalaman kami. Maka dari itu, kritik dan saran yang konstruktive diharapkan dari pembaca
untuk pembuatan makalah yang lebih baik lagi.

Majalengka, 16 Oktober 2022

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tindak Tutur Berdasarkan Derajat Kelangsungan 3

2.2 Tindak Tutur Berdasarkan Kelayakan 6

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan 7

3.2 Saran 7

DAFTAR PUSTAKA 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan satu wujud yang tidak bisa dipisahkan dari manusia. Dengan
adanya bahasa, manusia dapat berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya dengan baik.
Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan sebuah alat untuk berinteraksi. Apa jadinya
kehidupan manusia tanpa adanya sebuah bahasa ? mungkin saja tetap dapat berjalan dengan
semestinya menggunakan isyarat. hanya saja, tidak dapat saling mengerti dan memahami
lebih detail mengenai penjabaran isi pikiran dan tujuan lawan tutur yang lebih dalam.

Dalam ilmu linguistik menjadikan bahasa sebagai objek dari kajiannya yang
memandang bahwa bahasa bukan sesuatu yang lain melainkan bahasa dipandang sebagai
bahasa. Disamping itu, ilmu linguistik juga menelaah kajian di luar objek kebahasaan yang di
sebut dengan istilah makrolinguistik. Salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji diluar
konteks kebahasaan yaitu pragmatik.

Pada tahun 1960 adalah awal mula ilmu pragmatik ada. Ilmu pragmatik berbeda
dengan fonologi, morfologi, sintaksis. Mengapa demikian ? karena objek kebahasaan yang
berbeda. Jika semantik mempelajari struktur bahasa secara internal maka pragmatik
mempelajari bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di
dalam komunikasi.

Lebih sederhananya, ilmu pragmatik mengkaji bahasa secara eksternal. dengan ruang
lingkup mengenai dua hal yaitu :

1. Penutur, dan
2. tuturan.
Pada makalah ini, akan membahas mengenai jenis tindakan (pertuturan) yang dapat
diwujudkan oleh seorang penutur. Lalu, apa saja jenis tindakan (pertuturan) tersebut ?
menurut seorang ahli dalam bukunya yang berjudul Speech act mengemukakan bahwa
terdapat 3 jenis tindakan (pertuturan), yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak
perlokusi.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari paragraf terakhir dalam latar belakang permasalahan di atas dapat disimpulkan
rumusan masalah nya yaitu :

1) Apakah yang dimaksud dengan tindak tutur langsung berdasarkan derajat


kelangsungan ? bagaimana contohnya ?
2) Apakah yang dimaksud dengan tindak tutur langsung berdasarkan kelayakan ?
bagaimana contohnya ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Manfaat yang hendak dicapai oleh penyusun yaitu :

1) Mengetahui pengertian dan contoh dari tindak tutur langsung berdasarkan


kelangsungan dan kelayakan
2) Mampu memahami konsep tindak tutur berdasarkan derajat kelangsungan dan
kelayakan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tindak Tutur Berdasarkan Derajat Kelangsungan

Rahardi (2003:75) berpendapat bahwa tingkat kelangsungan sebuah tuturan dapat


pula diukur berdasarkan kejelasan pragmatiknya. Adapun kejelasan pragmatiknya adalah
kenyataan bahwa semakin tembus pandang maksud sebuah tuturan akan semakin langsunglah
maksud tuturan yang dimunculkan. Rahardi menegaskan kembali bahwa kelangsungan dan
tidak langsung sebuah tuturan tergantung kejelasan pragmatik, yaitu semakin tembus
pandang maksud, semakin langsunglah sifat tuturan tersebut. Sementara semakin tidak
tembus pandang maksud sebuah tuturan, semakin tidak langsunglah sifat tuturan tersebut.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang tindak tutur langsung dapat disimpulkan
bahwa tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang dalam pengungkapannya secara
langsung tanpa mengandung kata-kata tersirat seperti perumpamaan, peribahasa atau kata
yang mengandung kiasan dalam bertutur.

Contoh: Konteks: dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya pada saat selesai makan. Ibu :
“Nak, bawa piring-piringnya ke belakang!” Anak : “Iya, Bu.” Tuturan seorang ibu kepada
anaknya di atas, tergolong sebagai tindak tutur langsung karena dalam pengungkapannya
secara langsung tanpa mengandung makna-makna tersirat

Wijana (1996:4) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak
tutur langsung dan tindak tutur tindak langsung, tindak tutur literal (harfiah) dan tidak literal
(tidakharfiah).
Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita
(deklaratif), kalimat tanya (interrogative) dan kalimat perintah (imperative). Secara
konvensional kalimat berita (deklaratif) digunakan untuk memberitahukan sesuatu
(informasi); kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk
menyatakan perintah, ajakan, permintaaan atau permohonan. Apabila kalimat berita
difungsikan secara konvensional untuk mengadakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya
dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak memohon dan sebagainya, maka akan
terbentuk tindak tutur langsung (direct speech).

Contoh :

3
a. “Saya yang membawa kertas itu.”(Deklaratif/Berita)
b. ”Kemarin kamu pergi kemana ?”(Interogatif)
c. ”Jo, ambilkan buku itu!”(Imperatif)

Ketiga kalimat tersebut merupakan tindak tutur langsung berupa kalimat berita, tanya, dan
perintah.

Tindak tutur tak langsung (indirect speech act) ialah tindak tutur untuk memerintah
seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung.Tindakan ini dilakukan dengan
memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa
dirinya diperintah.
Contoh : Toni ingin menyuruh temanya menyalakan lampu untuk mengerjakan tugas karena
gelap. Toni menyuruh temanya menyalakan lampu dengan mengatakan ” Bos, gelap banget
sih. Kalau begini susah banget nulisnya.”

Kalimat tersebut selain untuk menyatakan keadaan saat itu, juga untuk memerintah temanya
menyalakan lampu ruangan tempat mereka mengerjakan tugas.
Tindak tutur literal (harfiah) dan tindak tutur tak literal (tidak harfiah)
Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan
makna kata-kata yang menyusunnya. Sedangkan tindak tutur tidak literal (nonliteral speech
act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan kata-
kata yang menyusunnya. Sebagai contoh dapat dilihat kalimat berikut.

1. Wajah gadis itu sangat cantik.


2.Suaramu bagus (tapi kamu tidak usah menyanyi)

Kalimat (1) jika diutarakan dengan maksud untuk memuji atau mengagumi kecantikan wanita
yang dibicarakan, maka kalimat itu merupakan tindak tutur literal, sedangkan kalimat (2)
penutur bermaksud mengatakan bahwa suara lawan tuturnya jelek, yaitu dengan mengatakan
“Tak usah menyanyi”. Tindak tutur pada kalimat (2) merupakan tindak tutur tak literal.

Apabila tindak tutur langsung dan tak langsung diinteraksikan dengan tindak tutur literal dan
tak literal, maka akan tercipta tindak tutur sebagai berikut :
Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act), ialah tindak tutur yang diutarakan

4
dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud
memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat berita, dan
menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. Misalnya :

a. Tuliskan berita itu!


b. Dian anak yang nakal.
c. Di mana kambingmu kamu jual din?

Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang
diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi
makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur.
Misalnya :
• “ Piringnya kotor semua ”. Kalimat itu jika diucapkan seorang ibu kepada anaknya bukan
saja menginformasikan, tetapi sekaligus menyuruh untuk mencucinya.

Tindak tutur langsung tidak literal (direct non literal speech) adalah tindak tutur yang
diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud dan tuturan, tetapi kata-kata
yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya.
Misalnya : “ Suaramu bagus, kok ”. Penuturnya sebenarnya ingin mengatakan bahwa suara
lawan tuturnya jelek.

Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect non literal speech act) adalah tindak tutur
yang diutarakan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang ingin
diutarakan.
Misalnya : Untuk meminta anaknya ganti baju setelah bermain dan bajunya kotor seorang ibu
mengutarakanya dengan ” Bersih benar bajumu, de.”

5
2.2 Tindak Tutur Berdasarkan Kelayakan

Kelayakan bahasa meliputi komunikatif, dialogis dan interaktif, lugas, keruntutan alur


pikir, koherensi, kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, Atas dasar
kelayakan pelakunya Fraser (1974) mengemukankan dua jenis tindak tutur yaitu vernakuler
dan seremonial.

1. Tindak tutur vernakuler yaitu tindak tutur yang dapat dilakukan oleh setiap anggota
masyarakat tutur. Verba meminta, mengucapkan terima kasih, memuji,menandai tindaktutur
vernakuler.
Contoh : “ Saya berharap, bapak bersedia hadir dalam acara tersebut.”
“ Terima kasih atas kesediaan bapak menghadiri acara pada malam hari ini”

2. Tindak tutur seremonial adalah tindak tutur yang dilakukan oleh orang yang berkelayakan
untuk hal yang dituturkanya. Tindak menikahkan orang, memutuskan perkara, membuka
sidang MPR/DPR, memulai acara ritual, adalah tindak tutur seremonial.
Contoh : “ Dengan telah berjalanya pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
selama 5 tahun, maka hari ini sidang istimewa MPR dinyatakan dibuka.”
Tindak tutur seremonial oleh Bach dan Harnish (1979) disebut tindak tutur conventional
(konvensional), yang merupakan lawan dari tindak tutur nonkonvensional.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa tindak tutur


berdasarkan derajat kelangsungan dan kelayakanya tindak tutur langsung adalah tindak tutur
yang dalam pengungkapannya secara langsung tanpa mengandung kata-kata tersirat seperti
perumpamaan, peribahasa atau kata yang mengandung kiasan dalam bertutur, sementara
tindak tutur berdasarkan derajat kelayakan yaitu tindak tutur dilihat dari pelaku atau penutur
dalam kegiatan tutur.

3.2 Saran

Penyusun menyadari akan kekurangan dari makalah ini, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang konstruktive agar pembuatan makalah
yang lebih baik lagi. Terima kasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

Rahardi, R. Kunjana. 2004. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma.
Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: Semarang Press. “http://google-tindak
tutur.html” . Diakses pada 16 Oktober 2022. Pukul 12.00 WIB
Saifudin, Akhmad. 2012. Teori Tindak Tutur Dalam Studi Linguistik Pragmatik. Semarang:
Universitas Dian Nuswantoro

Anda mungkin juga menyukai