Anda di halaman 1dari 11

TUGAS UAS

LINGUISTIK
UMUM
“ KAJIAN SOSIOLINGUISTIK - PRAKMATIK”

Dosen Pengampu :

1. Dr.Sumarti, M.Hum
2. Yinda Dwi Gustira,M.Pd
3. Yunita Fitri Yanti,M.Pd

Disusun Oleh :

Hendra Wahyudi (2113046087)

Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA


LAMPUNG JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN
SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “KAJIAN SOSIOLINGUISTIK
(PRAKMATIK)” dengan tepat waktu.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah Linguistik
Umum. Selain itu, Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca
terutama diri saya sendiri tentang kajian sosiolinguistik (PRAKMATIK).

Penulis menyadari ada kekurangan pada karya tulis ilmiah ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap semoga
karya ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan tentang "Kajian Sosiolinguistik
(PRAKMATIK)".

Terbanggi Besar, 16 Desember 2021

Hendra Wahyudi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………….........................................................……...................................
KATA PENGANTAR. ……………….........................................................…...........................
DAFTAR ISI……………………………….........................................................………...........

BAB I PENDAHULUAN………….......................................................………………............
1.1 Latar Belakang ………………......................................................…………………............
1.2 Rumusan Masalah…………...................................................…...........................................
1.3 Tujuan Penelitian………………………................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian…………….………………….................................................................
1.5 Metodologi.............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN………………………………....................................................….....
2.1 Tindak tutur lokusi,ilokusi,perlokusi …………....................................................………....
2.2 Fungsi Tindak tutur lokusi,ilokusi,perlokusi.....……………….............................................
2.3 Kesantunan berbahasa............................................................................................................

BAB III PENUTUP……………………....................................................…………………......


3.1 Kesimpulan……………………………………...................................................…………..
3.2 Saran……………………………………………………………..….....................................

DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………...................................................…....
BAB I
PENDAHULUAN

Pragmatik ialah ilmu bahasa yang mempelajari makna berdasarkan situasi dan tempat
tuturan dilakukan. Levinson (dalam Suwandi, 2008: 64) menyatakan pragmatik adalah kajian
tentang hubungan antara bahasa dan konteks yang ditatabahasakan atau yang dikodekan
dalam struktur bahasa. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. Deiksis
merupakan salah satu bagian dari cabang ilmu pragmatik yang berarti penunjukan atau hal
petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan. Penggunaan deiksis mengacu pada kalimat yang
terkait dengan konteks penutur yang membedakan secara mendasar antara ungkapan deiksis
dekat penutur dan jauh dari penutur. Cahyono (1995: 217) menyatakan deiksis ialah suatu
cara untuk mengacu hakikat tertentu dengan menggunakan bahasa yang hanya dapat
ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi situasi tutur.

Seorang penutur dalam berbicara dengan lawan tutur seringkali menggunakan kata-
kata yang menunjuk baik pada orang, waktu maupun tempat. Kata yang dimaksud adalah
deiksis. Sebuah kata dapat disebut sebagai deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau
berganti-ganti, tergantung pada situasi dan tempat dituturkannya kata itu. Kata di sini
memiliki kesamaan. fungsi yaitu sebagai penunjuk tempat, tetapi kata tersebut juga memiliki
maksud yang berbeda tergantung pada konteks penutur. Jadi untuk dapat mengetahui maskud
penggunaan deiksis diperlukan konteks penutur.

Deiksis sering ditemukan dalam wacana maupun ujaran, tetapi hal itu tidak membuat
pembaca mudah untuk memahaminya. Seringnya masyarakat menggunakan atau menemukan
deiksis pada wacana atau ujaran, belum tentu dapat mempermudah masyarakat untuk
memahami deiksis pada wacana. Menafsirkan deiksis harus dikaitkan dengan penafsiran
penutur dan pendengar dalam konteks yang sama. Penafsiran deiksis pada wacana diperlukan
pemahaman lebih karena konteks penutur tidak diketahui secara jelas. Berbeda dengan
deiksis dalam ujaran pada percakapan lisan mudah dipahami.
1.2Rumusan Masalah

Berdasarkanlatarbelakangyangada,dapatdiidentifikasimasalah,sepertiberikut:

1. Mengetahui tindak tutur lokusi,ilokusi,perlokusi?

2. Adanya Fungsi Tindak tutur lokusi,ilokusi,perlokusi dalam bahasa.

3. Bagai mananya Kesantunan berbahasafapat terlaksana.

1.3 Tujuan Penelitian

Makalah ini dibuat bertujuan untuk :

1. Memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah Linguistik Umum.

2. Mengkaji lebih dalam arti dari prakmatik.

3. Memahami lebih dalam kajian sosiolinguistik.

4. Membuktikan apa yang menjadi masalah pada penelitian ini.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Menambah wawasan tentang kajian sosiolinguistik (prakmatik).

2. Dapat mengetahui makna dari tutur lokusi,ilokusi,perlokusi

3. Dapat membedakan kata lokusi,ilokusi,perlokusi.

1.5 Metodologi
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yang menerapkan
metode analisis isi dengan cara menganalisis bahasa dari membaca teori dan memcari
beberapa materi di internet dan menggabungkannya menjadi rangkaian teori sehingga dapat
terbentuklah karya tulis prakmatik ini.
BAB II
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

2.1 Tindak tutur lokusi,ilokusi,perlokusi


Tindak Tutur Lokusi Tindak tutur lokusi adalah tindak mengucapkan sesuatu yang tidak
terkait dengan konteks. Jika melihat hasil penelitian dalam interaksi pembelajaran siswa kelas
VII di SMP 2 Jumapolo ditemukan adanya lokusi ditemukan adanya tindak tutur direktif,
asertif, dan imperatif.
Direktif (1) Siswa: “Baik bu, saya akan membacakan hasil diskusi dengan teman sebangku
saya”. Data tuturan (1) merupakan pernyataan penutur yakni siswa kelas VII A terhadap
lawan tutur, yakni Ibu guru Bahasa Indonesia bahwa ia akan membacakan hasil diskusi yang
telah ia 9 buat. Tuturan yang dituturkan oleh siswa di atas memiliki maksud untuk
memberikan sebuah informasi terhadap ibu guru. (2) Guru : “Standar kompetensinya
membaca”. Tuturan pada data (2) dimaksudkan penutur untuk menginformasikan terhadap
siswa kelas VII A, bahwa materi untuk hari ini sampai pada standar kompetensi membaca.
Tuturan yang disampaiakan guru memiliki maksud kepada siswa VII A untuk membuka buku
dan mempelajari standar kompetensi membaca

Asertif (4) Guru : “Sebelum kita masuk pada pembelajaran hari ini ada yang tidak masuk?”
Pada tuturan data (5) di atas menunjukkan lokusi bentuk tanya yang diungkapkan guru
kepada siwa kelas VII A. Tuturan data (5) dimaksudkan penutur untuk menanyakan terhadap
lawan tutur yakni seluruh siswa kelas VII A, yakni apakah ada siswa kelas VII A yang tidak
masuk hari ini.

Imperatif (6) Guru : “Ayo silakan Anindita yang akan maju ke depan untuk
mempresentasikan hasil diskusinya”. Siswa : “Iya bu”. Tuturan “Ayo silakan Anindita!” pada
data (10) tersebut, merupakan tuturan lokusi bentuk perintah persilahan. Penutur memerintah
mitra tutur yakni salah satu 10 siswa kelas VII B dengan nama Anindita untuk maju ke depan
kelas mempresentasikan hasil diskusinya.
A. Tindak Tutur Ilokus
Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang selain untuk menyatakan sesuatu juga
untuk melakukan sesuatu dan tindak tutur ilokusi sangat bergantung pada konteks
asertif, direktif, ekpresif, komisif dan deklaratif.
Asertif Siswa : “Sakit pak semuanya tapi Hanggoro gak ada keterangannya. Guru :
Kemudian siapa lagi?” Siswa : “Iyar” Guru : “Iyar sudah”. Tuturan merupakan tindak
tutur asertif mengatakan. Pada tuturan tersebut penutur (siswa) mengatakan bahwa
siswa yang tidak hadir keterangannya sakit semua kecuali Hanggoro tidak ada
keterangannya. Penutur mengekpresikan tindak tutur mengatakan dengan
menggunakan tuturan Sakit pak semuanya tapi Hanggoro gak ada keterangannya.
Direktif Siswa : “Bener gak pak coba baca nih pak periksa punya kelompok saya?”
Tuturan merupakan tuturan menyuruh. Pada tuturan tersebut penutur (siswa)
menyuruh kepada mitra tutur (guru) untuk memeriksa tugas kelompoknya yang telah
dikerjakannya. Siswa mengekpresikan tindak tutur menyuruh dengan tuturan coba
baca nih pak periksa punya kelompok saya
Ekpresif Siswa : “Bagus sekali ya tas baru kamu”. Tuturan (19) merupakan tuturan
memuji. Pada tuturan tersebut penutur memuji kepada mitra tutur karena tas barunya
bagus sekali. Penutur mengekpresikan tindak tutur memuji dengan tuturan Bagus
sekali ya tas baru kamu.
Komisif Tindak tutur ilokusi komisif adalah tindak tutur yang melibatkan pembicara
pada beberapa tindakan yang akan datang. Tuturan ilokusi komisif pada penelitian ini
dapat dilihat sebagai berikut. (21) Siswa : “Pak permisi mau izin keluar, bentar aja
kok pak”. Tuturan (21) merupakan tuturan berjanji. Pada tuturan tersebut penutur
(siswa) berjanji kepada mitra tutur 13 (guru) ingin meminta izin keluar kelas hanya
sebentar saja. Penutur mengekpresikan tindak tutur berjanji dengan kata bentar aja
kok pak.
Deklaratif Tindak tutur ilokusi deklaratif adalah tuturan bila performasinya berhasil
akan menyebabkan korespondensi yang baik antara proposisional dengan realitas.
(22) Guru : “Bagaimana kelompok yang lain sudah? (ingin mengganti materi yang
ditampilkan di LCD)”. Siswa : “Sudah pak” Siswa : “Jangan pak, tunggu bentar lagi”.
Tuturan (22) merupakan tuturan melarang. Pada tuturan tersebut penutur melarang
bahwa jangan diganti dulu materinya karena penutur belum selesai mencatatnya.
Penutur mengekpresikan tindak tutur melarang dengan kata jangan pak.
B. Tindak Tutur Perlokusi
Tindak tutur perlokusi adalah tuturan yang memiliki efek atau daya pengaruh yang
ditimbulkan dari tuturan penutur terhadap mitra tutur.
Bentuk Sindiran
Guru : “Anak-anak kok suaranya pada pelan”. Data tuturan dituturkan oleh guru
terhadap siswa kelas VII C ketika guru sedang menerangkan. Tuturan pada data
mengandung sebuah lokusi berupa informasi siswa lain . Ilokusi pada tuturan tersebut
berupa sindiran untuk segera diam dikarenakan situasi pada saat itu sedang gaduh.
Perlokusi dari siswa kelas VII C agar segera tenang dan tidak ribut.

2.2 Fungsi Tindak tutur lokusi,ilokusi,perlokusi

A. Melaporkan
Siswa : “Baik bu, saya akan membacakan hasil diskusi dengan teman sebangku
saya”. Tuturan (1) merupakan tuturan melaporkan. Pada tuturan tersebut penutur
mengekpresikan tindak tutur dengan melaporkan hasil diskusi dengan teman
sebangku.

B. Memberitahu
Guru : “Standar kompetensinya membaca”. Tuturan merupakan tuturan memberitahu.
Pada tuturan tersebut penutur (guru) mengekspresikan tindak tutur dengan
memberitahu murid-muridnya pada hari ini akan belajar standar kompetensi
membaca.

C. Menanyakan
Guru : “Sebelum kita masuk pada pembelajaran hari ini ada yang tidak masuk?”. 16
Tuturan merupakan tuturan menanyakan. Pada tuturan tersebut penutur (guru)
bertanya kepada murid-murid apakah ada yang tidak masuk hari ini.

D. Memerintah
Guru : “Ayo silakan Anindita yang akan maju ke depan untuk mempresentasikan hasil
diskusinya”. Siswa : “Iya bu”. Tuturan merupakan tuturan memerintah. Pada tuturan
tersebut penutur (guru) memerintah kepada murid-murid untuk maju ke depan
mempresentasikan hasil diskusinya.

2.3 Kesantunan berbahasa


Menurut Rahardi (2005: 35) penelitian kesantunan mengkaji penggunaan bahasa
(language use) dalam suatu masyarakat bahasa tertentu. Masyarakat tutur yang dimaksud
adalah masyarakat dengan aneka latar belakang situasi sosial dan budaya yang
mewadahinya. Adapun yang dikaji di dalam penelitian kesantunan adalah segi maksud
dan fungsi tuturan. Fraser (melalui Rahardi, 2005: 38-40) menyebutkan bahwa sedikitnya
terdapat empat pandangan yang dapat digunakan untuk mengkaji masalah kesantunan
dalam bertutur.
1) Pandangan kesantunan yang berkaitan dengan norma-norma sosial (the social-norm
view). Dalam pandangan ini, kesantunan dalam bertutur ditentukan berdasarkan norma-
norma sosial dan kultural yang ada dan berlaku di dalam masyarakat bahasa itu. Santun
dalam bertutur ini disejajarkan dengan etiket berbahasa (language etiquette).
2) Pandangan yang melihat kesantunan sebagai sebuah maksim percakapan
(conversational maxim) dan sebagai sebuah upaya penyelamatan muka (facesaving).
Pandangan kesantunan sebagai maksim percakapan menganggap prinsip kesantunan
(politeness principle) hanyalah sebagai pelengkap prinsip kerja sama (cooperative
principle).
3) Pandangan ini melihat kesantunan sebagai tindakan untuk memenuhi persyaratan
terpenuhinya sebuah kontrak percakapan (conversational contract). Jadi, bertindak santun
itu sejajar dengan bertutur yang penuh pertimbangan etiket berbahasa.
4) Pandangan kesantunan yang keempat berkaitan dengan penelitian sosiolinguistik.
Dalam pandangan ini, kesantunan dipandang sebagai sebuah indeks sosial (social
indexing).

Indeks sosial yang demikian terdapat dalam bentuk-bentuk referensi sosial (social
reference), honorific (honorific), dan gaya bicara (style of speaking) (Rahardi, 2005: 40).
Menurut Chaer (2010: 10) secara singkat dan umum ada tiga kaidah yang harus dipatuhi
agar tuturan kita terdengar santun oleh pendengar atau lawan tutur kita. Ketiga kaidah itu
adalah (1) formalitas (formality), (2) ketidaktegasan (hesistancy), dan (3) kesamaan atau
kesekawanan (equality or camaraderie). Jadi, menurut Chaer (2010: 11) dengan singkat
bisa dikatakan bahwa sebuah tuturan disebut santun kalau ia tidak terdengar memaksa
atau angkuh, tuturan itu memberi pilihan tindakan kepada lawan tutur, dan lawan tutur itu
menjadi senang.

Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi lewat tanda verbal


atau tatacara berbahasa. Ketika berkomunikasi, kita tunduk pada normanorma budaya,
tidak hanya sekedar menyampaikan ide yang kita pikirkan. Tatacara berbahasa harus
sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat tempat hidup dan
dipergunakannya suatu bahasa dalam berkomunikasi. Apabila tatacara berbahasa
seseorang tidak sesuai dengan norma-norma budaya, maka ia akan mendapatkan nilai
negatif, misalnya dituduh sebagai orang yang sombong, 12 angkuh, tak acuh, egois, tidak
beradat, bahkan tidak berbudaya.

Kesantunan berbahasa dapat dilakukan dengan cara pelaku tutur mematuhi prinsip sopan
santun berbahasa yang berlaku di masyarakat pemakai bahasa itu. Jadi, diharapkan pelaku
tutur dalam bertutur dengan mitra tuturnya untuk tidak mengabaikan prinsip sopan
santun. Hal ini untuk menjaga hubungan baik dengan mitra tuturnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan isi dan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu,
Pragmatik ialah ilmu bahasa yang mempelajari makna berdasarkan situasi dan tempat tuturan
dilakukan. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang selain untuk menyatakan sesuatu
juga untuk melakukan sesuatu dan tindak tutur ilokusi sangat bergantung pada konteks
asertif, direktif, ekpresif, komisif dan deklaratif.

3.2 Kritik dan Saran


Dalam pembuatan makalah dan penelitian tentang kajian sederhana Sosiolinguistik
(PRAKMATIK) saya merasa masih jauh dari kata sempurna, dan banyak kurangnya dalam
penulisan maupun metode yang saya gunakan. Untuk itu saya sangat membuka dan
menerima kritik dan saran dari dosen pengampu mata kuliah Linguistik Umum.

Daftar Pustaka

https://bdkjakarta.kemenag.go.id/
https://raharja.ac.id/2020/10/29/penelitian-kualitatif/
https://rositajn.blogspot.com/2017/04/contoh-tindak-tutur-lokusi-ilokusi.html
http://dematesniyadi.blogspot.com/2014/12/tindak-tutur-lokusi-ilokusi-dan.html

Anda mungkin juga menyukai