Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi anak bukan hanya tanggung jawab orang tua dan guru

saja, namun menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan

pemerintah, sebagaimana dikemukakan Dalam Undang-Undang negara Republik

Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:3)

dinyatakan bahwa :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan akhlak
pengendalian diri kepribadian kecerdasan mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan Negara”.

Pada hakekatnya keberhasilan siswa dalam belajar tidak hanya ditentukan

oleh guru dan kemampuan intelejensinya, tetapi keberhasilan itu merupakan

proses yang melibatkan berbagai faktor, salah satu dari beberapa faktor tersebut

adalah lingkungan pergaulan. Banyak kita jumpai anak-anak yang kemampuan

intelejensinya tinggi, namun mengalami kegagalan dalam belajarnya, karena

mereka berada dalam lingkungan pergaulan yang buruk, sebaliknya banyak pula

kita jumpai anak-anak yang kemampuan intelejensinya rendah namun berhasilan

dalam belajarnya, karena mereka berada dalam lingkungan pergaulan yang sangat

mendukung dan dapat membawa mereka ke arah kemauan dan semangat tinggi

dalam belajar.

1
2

Bergaul dengan orang lain, merupakan kebutuhan hidup setiap orang,

termasuk anak-anak yang normal dan merupakan kegiatan individu yang tidak

bisa diingkari. Dengan bergaul, anak bisa menemukan kebahagiaan, karena

merasa diperhitungkan keberadaannya. Kedudukan kawan dalam kehidupan

seorang anak, demikian pentingnya, kadangkala dapat memberikan ketenangan

dan kebahagiaan, tetapi tidak jarang pula bisa menjadi sumber penderitaan dan

malapetaka dalam kehidupannya.

Pengaruh lingkungan pergaulan bagi seorang anak, sangat besar sekali,

apabila anak berada dalam lingkungan pergaulan yang positif, maka kemungkinan

besar anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang berkepribadian positif,

pergaulan yang negatif, kemungkinan besar anak akan tumbuh menjadi seorang

yang berkepribadian negatif.

Seperti yang diungkapkan oleh Abu Ahmadi (2007:91) dalam bukunya,

bahwa “adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain itu

menyebabkan bahwa seorang anak menyadari akan dirinya bahwa ia berfungsi

sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial”.

Kesulitan-kesulitan yang mungkin akan dialami anak adalah kesulitan

untuk berkomunikasi atau menerima mata pelajaran yang sedang diberikan,

sehingga dengan kesulitan itu akan mempengaruhi pada tingkat prestasi anak,

maka latar belakang keluarga dalam berbahasa dapat juga dijadikan sebagai faktor

pendukung terhadap pemahaman berbahasa anak.

Maka dengan kenyataan ini bahwa seorang anak yang sudah terbiasa

dalam lingkungannya berbahasa Indonesia akan lebih mudah menyerap pelajaran,


3

termasuk di dalamnya pelajaran bahasa Indonesia yang harus dimengerti dan

dipahami.

Bertolak dari kenyataan yang ada bahwa lingkungan pergaulan sangat

mempengaruhi intelegensi anak, mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian

tentang pengaruh lingkungan pergaulan terhadap kemampuan berbahasa

Indonesia dalam proses pembelajaran siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu

Darrin Kendal Sumbertlaseh Dander Bojonegoro.

1.2 Alasan Pemilihan Judul

Beberapa alasan yang mendorong dipilihnya judul tersebut di atas, antara

lain :

1.2.1 Penulis ingin mengetahui apakah lingkungan pergaulan dimana siswa

tinggal berdampak pada kemampuan berbahasa Indonesia siswa pada

setiap pelajaran, terutama pelajaran bahasa Indonesia. Penulis ingin

mengetahui juga apakah lingkungannya baik/kondusif atau sebaliknya,

yang bisa mempengaruhi kemampuan seorang siswa dalam

berkomunikasi.

1.2.2 Semakin meningkatnya jumlah siswa-siswi yang terpengaruh dengan

lingkungan sekitarnya yang berakibat pada perubahan perilaku yang

membawa dampak negatif pada siswa yang secara tidak langsung juga

berakibat dalam kecakapan berkomunikasinya.

1.2.3 Sebagai calon pendidik yang nantinya akan terjun langsung ke kancah

pendidikan, penulis merasa bangga mengangkat tema yang berkaitan

dengan kehidupan sosial, apalagi yang menyangkut kehidupan sosial


4

siswa, yaitu lingkungan dimana siswa-siswa tinggal dan berinteraksi

dengan teman sebaya yang berbeda-beda baik secara fisik maupun secara

mental yang kemungkinan memiliki pengaruh yang signifikan bagi siswa

tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Berpijak pada masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah

sebagai berikut :

1.3.1 Bagaimana lingkungan pergaulan siswa kelas VII Madrasah

Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Sumbertlaseh Dander Bojonegoro ?

1.3.2 Bagaimana kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VII

Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Sumbertlaseh Dander

Bojonegoro ?

1.3.3 Adakah pengaruh yang signifikan antara lingkungan pergaulan

terhadap kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VII dalam proses

pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Sumbertlaseh

Dander Bojonegoro ?

1.4 Tujuan dan Signifikansi Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh suatu pengetahuan tentang :

1.4.1 Untuk mengetahui keadaan lingkungan pergaulan siswa kelas

VII di Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Sumbertlaseh Dander

Bojonegoro.
5

1.4.2 Untuk mengetahui kemampuan berbahasa Indonesia siswa

kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Sumbertlaseh

Dander Bojonegoro.

1.4.3 Untuk mengetahui pengaruh lingkungan pergaulan terhadap

kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VII dalam proses

pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Sumbertlaseh

Dander Bojonegoro.

Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi :

1.4.1 Signifikansi Ilmiah Akademik

Sebagai sumbangan pikiran tentang pelaksanaan dan pengaruh lingkungan

pergaulan dalam rangka mengatasi hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan

belajar siswa, hingga usaha untuk mencapai tujuan pendidikan dapat terlaksana

dengan sebaik-baiknya.

1.2.1 Signifikansi Sosial Praktis

Hasil dari pembahasan ini diharapkan menjadi tambahan pengetahuan dan

sekedar bahan untuk pertimbangan dalam rangka pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia dan sekaligus bahan

perpustakaan bagi yang berkecimpung dalam bidang pendidikan pada umumnya

dan khususnya pada bidang studi bahasa Indonesia.

1.5 Hipotesis Penelitian

Arikunto (2002:64) merinci asal kata hipotesis dari kata hypothesa yang

terdiri dua kata, yaitu “hypo” yang berarti di bawah, dan “thesa” yang berarti

kebenaran. Kata ini diserap dalam Bahasa Indonesia menjadi “hipotesa” hingga
6

akhirnya berkembang menjadi “kebenaran di bawah”. Hipotesis adalah

“komponen yang memiliki kekuatan dalam proses inkuiri”. (Zaenal Arifin,

2008:53) Berpijak pada pernyataan dasar yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat diangkat suatu kesimpulan sementara sebagai hipotesa yang akan dibuktikan

dalam penelitian, yaitu :

1.5.1 Ha. (Hipotesis alternatif)

Bahwa ada pengaruh lingkungan pergaulan yang signifikan terhadap

kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VII dalam proses pembelajaran di

Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Sumbertlaseh Dander Bojonegoro.

1.5.2 Ho. (Hipotesis nihil)

Bahwa tidak ada pengaruh lingkungan pergaulan yang signifikan terhadap

kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VII dalam proses pembelajaran di

Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Sumbertlaseh Dander Bojonegoro.

1.6 Ruang Lingkup Masalah

Supaya penjelasan dan ulasan yang akan penulis himpun sedemikian rupa

tidak menyimpang dari acuan rumusan masalah dan untuk mempersempit

pembahasannya, selain itu juga untuk mengefisiensikan waktu yang penulis

miliki. Maka dari itu, penelitian tersebut hanya akan meneliti lingkungan

pergaulan siswa kelas VII dan kemampuannya dalam berbahasa Indonesia dalam

proses pembelajarannya, berikut dengan pengaruh diantara keduanya.

1.7 Metode Pembahasan


7

Dalam pembahasan skripsi ini penulis akan menggunakan metode deduktif

dan metode induktif.

1.7.1 Metode deduktif, yaitu metode pembahasan yang berangkat

dari kaidah-kaidah yang bersifat umum untuk selanjutnya ditarik suatu

kesimpulan yang bersifat khusus, sebagaimana dinyatakan oleh Zaenal

Arifin (2008:14) bahwa metode deduktif adalah “cara berpikir untuk

mencari dan menguasai ilmu pengetahuan yang berawal dari alasan umum

menuju ke arah yang lebih spesifik”.

1.7.2 Metode induktif, yaitu metode pembahasan yang berangkat dari

masalah-masalah yang bersifat khusus kemudian ditarik suatu kesimpulan

yang bersifat umum. Dalam hal ini Zaenal Arifin (2008:14), menyatakan

bahwa berpikir secara induktif adalah “proses berpikir yang diawali dari

fakta-fakta pendukung yang spesifik, menuju pada hal yang bersifat lebih

umum untuk memperoleh kesimpulan”.

Dari kedua metode di atas, dipergunakan penulis di dalam membahas

penulisan skripsi ini. Metode pertama penulis pergunakan untuk membahas

pernyataan-pernyataan atau kaidah-kaidah yang bersifat umum baru kemudian

ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Demikian juga metode kedua

(induktif) untuk membahas keterangan-keterangan yang bersifat khusus atau

peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian ditarik suatu kesimpulan yang

bersifat umum

1.8 Definisi Operasional


8

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah berjudul “Pengaruh

Lingkungan Pergaulan Terhadap Kemampuan Berbahasa Indonesia Dalam Proses

Pembelajaran Siswa Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal

Sumbertlaseh Dander Bojonegoro.”

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kesalahan dalam penafsiran

untuk memahami pembahasan judul tersebut di atas, maka perlu adanya

penegasan istilah-istilah dalam judul. Adapun istilah-istilah yang dimaksud

adalah:

1.8.1 Lingkungan Pergaulan (variabel bebas)

1.8.1.1 Lingkungan

“Meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara

tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life

processes kita kecuali gen-gen bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai

menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen yang lain”. (Ngalim

Purwanto, 2010:28)

1.8.1.2 Pergaulan

“Perihal bergaul; kehidupan bermasyarakat”. (Pusat Bahasa Depdiknas,

2001:339)

Jadi, yang dimaksud dengan lingkungan pergaulan pada penelitian ini

adalah lingkungan yang meliputi kondisi-kondisi yang mempengaruhi tingkah

laku, perkembangan seseorang dalam bergaul dengan masyarakat sekitar di suatu

tempat.
9

1.8.2 Kemampuan Berbahasa Indonesia Dalam Pembelajaran

Siswa (variabel terikat)

1.8.2.1 Kemampuan

“Kesanggupan; kecakapan; kekuatan, kekayaan”. (Pusat Bahasa

Depdiknas, 2001:707)

1.8.2.2 Berbahasa Indonesia

“Menggunakan bahasa; sopan santun; tahu adat Indonesia”. (Pusat Bahasa

Depdiknas, 2001:90)

1.8.2.3 Proses Pembelajaran

“Serangkaian aktivitas yang disepakati dan dilakukan guru-murid untuk

mencapai tujuan pendidikan secara optimal”. (Pupuh Fathurrohman & Sobry

Sutikno, 2010:10)

1.8.2.4 Siswa

“Murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah); pelajar”.

(Pusat Bahasa Depdiknas, 2001:1077)

Jadi, yang dimaksud dengan kemampuan berbahasa Indonesia dalam

pembelajaran siswa pada penelitian ini adalah kecakapan siswa dalam

berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia secara santun dalam

kaitannya dengan aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh guru-murid.

Dari uraian judul yang telah disebutkan di atas baik dalam variabel bebas

(lingkungan pergaulan) maupun variabel terikat (kemampuan berbahasa Indonesia

dalam pembelajaran siswa), dapat ditegaskan bahwa situasi dan kondisi


10

lingkungan pergaulan merupakan salah satu dari beberapa faktor penunjang

keberhasilan siswa, dalam meraih prestasi, terutama dalam kecakapan siswa

berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lingkungan Pergaulan

2.1.1 Pengertian Lingkungan Pergaulan

Sebelum diuraikan pengertian lingkungan pergaulan terlebih dahulu, akan

penulis kemukakan pendapat ahli tentang lingkungan.

Menurut pendapat Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) yang dikutip

oleh Ngalim Purwanto (2010:28)dalam sebuah bukunya :

“lingkungan (environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam


dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan
bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to
provide environment) bagi gen yang lain”.
Dari pendapat yang telah penulis kemukakan di atas, bisa ditarik

kesimpulan bahwa pengertian lingkungan secara umum adalah segala sesuatu

yang ada di luar diri anak, baik yang berupa manusia maupun bentuk-bentuk lain

yang mempengaruhi perkembangannya.

Sedangkan pengertian pergaulan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2001:339) adalah “perihal bergaul; kehidupan bermasyarakat”.

Dari pendapat yang telah penulis kemukakan di atas, menurut penulis yang

dimaksud dengan lingkungan pergaulan adalah semua individu yang berada di

sekitar anak, baik orang-orang dewasa, maupun teman-teman sebaya, bahkan

mereka yang berusia di bawahnya, baik kerabat dekat maupun orang lain,

10
12

sehingga dari keakraban itu bisa menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan

anak.

2.1.2 Latar Belakang Lingkungan Pergaulan

Sebagaimana diketahui bahwa tiap-tiap keluarga mempunyai latar

belakang yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena sifat kedinamisan

manusia itu sendiri, yaitu sebagai makhluk individu dan sosial. Oleh karena itu

kondisi lingkungan pergaulan tentunya berbeda satu dengan yang lainnya.

Untuk mengetahui secara pasti apa yang menjadi faktor atau penyebab dari

berbagai latar belakang tersebut. Hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa faktor,

karena tanpa adanya melihat dari kesemuanya itu tentunya akan mengalami

kesulitan untuk mengungkap makhluk yang hidup dalam rumah tangga atau dalam

keluarga.

Jadi, jelaslah bahwa manusia itu dinamis, dengan melihat kenyataan yang

demikian itulah, maka pola interaksi yang terjadi akan menampakkan pola yang

progresif. Maksudnya adalah bahwa manusia itu pada dasarnya ingin maju dan

ingin memperluas hubungan dengan alam sekitar. Oleh karena itulah manusia

selalu menghormati norma sosial, meliputi kode etik sosial, kode moral, kode

agama, kode kehakiman dan kode lainnya.

Kode sosial timbul tanpa adanya paksaan, dan timbul karena kebersamaan

dalam masyarakat itu sendiri. Segala yang diterima dalam interaksi tersebut

kemudian dikembangkan untuk menjadi kebudayaan. demi memahami dan

menginterpretasikan pengalamannya dan lingkungan serta untuk mendorong dan


13

menjadi landasan bagi tingkah lakunya. Begitu kompleknya permasalahan dalam

masyarakat, yang menyangkut masalah-masalah.

Fenomena itu menunjukkan bahwa sebenarnya kehidupan manusia

memang penuh dengan dinamika, dan tentunya manusia dituntut untuk pandai-

pandai beradaptasi dalam masyarakat, yang tidak menyimpang dari tatanan sosial

kemasyarakatan dan tatanan agama. Masyarakat dan kebudayaan selalu tumbuh

dan berkembang terus-menerus. Jadi, ada perubahan-perubahan kearah kemajuan.

Jadi, ada gerak ada dinamika jadi perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu

kelompok pada hakekatnya menjadi dinamika kelompok.

Mengacu kepada permasalahan tersebut di atas, jelaslah bahwa hal itu

akan berpengaruh juga terhadap lingkungan pergaulan itu sendiri. Menurut Sartain

yang dikutip Ngalim Purwanto (2010:28) lingkungan pergaulan itu bisa dibagi

menjadi 2 (dua) faktor, yaitu :

1. Faktor internal

Yang dimaksud faktor internal adalah faktor yang menyangkut seluruh diri

pribadi, termasuk fisik atau mental atau psiko fisiknya yang ikut menentukan.

Jadi, faktor internal ini munculnya dari diri orang itu sendiri tanpa ada

pengaruh dari luar. Hal ini tergantung dari diri pribadi, bagaimana bisa

memanfaatkan situasi yang ada dengan sebaik-baiknya. Dimana kesempatan yang

dimilikinya bisa digunakan untuk menambah wawasan keilmuan dimana dan

kapan saja.

Dengan kata lain bahwa faktor internal ini bisa dikatakan kepribadian,

yaitu keadaan seseorang dimana aspek dalam dan aspek luarnya mencerminkan
14

sikap dan cara serta tingkah laku, seseorang sebagaimana yang dikatakan oleh

Sartain dalam kutipan Ngalim Purwanto (2010:154), bahwa :

“Kepribadian menunjukkan suatu organisasi/susunan daripada sifat-sifat


dan aspek-aspek tingkah laku lainnya yang saling berhubungan di dalam
suatu individu”.

Jadi, jelaslah bahwa semua itu muncul dari jiwanya tanpa ada pengaruh

yang mengharuskan dimunculkannya suatu tindakan. Dan faktor-faktor yang

muncul dari dalam diri orang itu bisa digolongkan menjadi beberapa bagian,

karena hal itu sama kompleknya dengan permasalahan pada jiwa manusia itu

sendiri.

Sebenarnya kepribadian manusia itu sendiri penuh dinamika dan

kepribadian itu merupakan “suatu kebulatan yang utuh”.10) Hal senada

dikemukakan oleh Sigmun Freud yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata

(2008:102) bahwa dinamika kepribadian manusia terdiri atas 3 (tiga) aspek : “1)

Das Es (the id), yaitu aspek biologis, 2) Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis,

dan 3) Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis”.

1. Das Es (aspek biologis)

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sigmun Freud (2008:102) bahwa

Das Es atau aspek biologis adalah “aspek yang orisinal”. Dari aspek inilah

kedua aspek yang lain diasalkan. Das Es berfungsi dengan berpegang kepada

prinsip “kenikmatan” (lustprinzip pleasure principle), yaitu mencari keenakan

dan menghindarkan diri dari ketidakenakan. Untuk menghilangkan

ketidakenakan itu, Das Es mempunyai dua macam cara, yaitu :


15

a. Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin,

berkedip, dan sebagainya.

b. Proses primer, seperti kalau orang lapar lalu membayangkan makanan

Akan tetapi jelas kiranya bahwa cara “ada” yang demikian itu tidak

mungkin dipertahankan; orang yang tidak lapar akan menjadi kenyang dengan

membayangkan makan. Karena itulah dengan sendirinya dibutuhkan adanya

aspek lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia objektif. Aspek ini

ialah Das Ich.

2. Das Ich (aspek psikologis)

Das Ich atau aspek psikologis dari kepribadian ini timbul dari

kebutuhan organisme untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara

realistis. Di dalam berfunsinya Das Ich itu berpegang kepada prinsip “realitas”

(realitatsprinzip reality principle). Tujuannya masih dalam garis kepentingan

organisme, yaitu mendapatkan keenakan dan menghindarkan diri dari

ketidakenakan, tetapi dalam bentuk dan cara yang sesuai dengan kondisi-

kondisi dunia riil, sesuai dengan kenyataan, baik itu kenyataan benda-benda,

maupun kenyataan nilai-nilai sosial.

3. Das Ueber Ich (aspek sosiologis)

Das Ueber Ich atau aspek sosiologis dari kepribadian ini merupakan

wakil nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan

orang tua kepada anak-anaknya, yang diajarkan (dimasukkan) dengan

berbagai perintah dan larangan. Das Ueber Ich lebih merupakan hal yang

“ideal” daripada hal yang “riil”, lebih merupakan kesempurnaan daripada


16

kesenangan. Karena itu Das Ueber Ich dapat pula dianggap sebagai aspek

moral daripada kepribadian. Fungsinya yang terutama ialah menentukan

apakah sesuatu susila atau tidak susila, pantas atau tidak pantas, benar atau

salah, dan dengan berpedoman ini pribadi dapat bertindak dalam cara yang

sesuai dengan moral masyarakat. Berfungsinya Das Ueber Ich itu dapat kita

lihat dalam hubungan dengan ketiga aspek daripada kepribadian itu, yaitu :

a. Merintangi impuls-impuls Das Es, terutama impuls-impuls seksual dan

agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat;

b. Mendorong Das Ich untuk lebih mengajar hal-hal yang moralistis daripada

yang realistis;

c. Mengajar kesempurnaan.

2. Faktor eksternal

Yang dimaksud dengan faktor eksternal, yaitu pengaruh yang datangnya

dari luar diri individu. Adapun faktor eksternal terdiri dari : “sosial secara

langsung dan tidak langsung”. (Ngalim Purwanto, 2010:29) Sebenarnya faktor

sosial itu datangnya dari manusia sendiri, namun sosial disini bukan dari individu

tetapi dari orang lain. Faktor sosial secara langsung seperti : “dalam pergaulan

sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman-teman kita, kawan

sekolah, sepekerjaan, dan sebagainya”. (Ngalim Purwanto, 2010:29)

Lingkungan pergaulan seseorang juga ikut dipengaruhi oleh faktor sosial

secara langsung. Suatu kenyataan bahwa lingkungan pergaulan itu sendiri akan

berpengaruh terhadap anggota keluarga atau kepada orang lain. Maka dari itu
17

perlu diciptakan suasana lingkungan yang baik, dengan kebaikan suasana keluarga

tersebut akan membuat ketenangan jiwa dan kebahagiaan.

Sedangkan faktor sosial tidak langsung berupa kebudayaan, dimana

sebenarnya kebudayaan itu bersumber dari manusia itu sendiri karena manusia

adalah makhluk yang berbudaya. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2010:29)

faktor tidak langsung terdiri dari : “radio dan televisi, dengan membaca buku-

buku, majalah-majalah, surat-surat kabar, dan sebagainya, dan dengan berbagai

cara yang lain.”

Dan jelas itu semua ada pengaruhnya terhadap kondisi manusia dalam

kehidupannya, demikian juga dengan kondisi lingkungan pergaulan. Mengapa

tidak, realita di masyarakat menunjukkan bahwa segala kemajuan yang pesat.

Terbukti dari desa sampai TV atau media elektronika dan media cetak. Ini sangat

besar pengaruhnya terhadap lingkungan pergaulan, faktor non sosial yang lain

adalah faktor lingkungan alami. Misalnya suhu udara yang cukup dan segar akan

berbeda hasilnya dengan belajar pada suhu yang panas dan pengap. Begitu pula

belajar di pagi hari akan berbeda hasilnya dengan belajar pada siang hari.

2.1.3 Faktor-faktor Pendukung Terciptanya

Lingkungan Pergaulan yang Baik

Untuk mendukung keberhasilan siswa, maka lingkungan pergaulan yang

baik sangat perlu diciptakan. Adapun faktor-faktor pendukung terciptanya

lingkungan pergaulan yang baik di antaranya adalah :

1. Kokohnya norma-norma dalam kehidupan keluarga.


18

Pendidikan dan pengajaran yang pertama kali dialami oleh setiap anak

manusia, sebenarnya adalah berfungsi untuk menegakkan nilai-nilai luhur, guna

melaksanakan tugas-tugas kehidupan dengan penuh ketaqwaan kepada Allah

SWT. Kedua orang tualah yang sangat berperan dan menanggung perasaan

bertanggung jawab yang lebih besar, bukan saja terhadap masyarakat, bangsa dan

negara, namun yang paling utama adalah kepada Allah SWT.

Salah satu diantara beberapa bekal yang dibutuhkan oleh seorang anak

dalam mengarungi kehidupan, agar selamat di dunia sampai di akhirat adalah

bekal akhlak yang baik, yang merupakan sarana untuk menjalin hubungan dengan

orang lain dalam suatu keluarga.

2. Kesungguhan para pendidik dalam pendidikan akhlak dan budi pekerti anak di

sekolah

Salah satu tujuan diselenggarakannya pendidikan dan pengajaran di

sekolah, diantaranya adalah untuk membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur

seperti telah tercantum Dalam Undang-Undang negara Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:3) dinyatakan bahwa :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan akhlak
pengendalian diri kepribadian kecerdasan mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan Negara”.

Budi pekerti luhur dan akhlak yang mulia harus dimiliki oleh para tenaga

pendidik, karena merekalah yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap

perkembangan pribadi anak setelah orang tua.


19

Guru dan semua tenaga kependidikan di sekolah, mempunyai kewajiban

dalam penanggulangan sikap dan perilaku menyimpang pada anak didik. Guru

harus benar-benar berusaha untuk membantu anak didik memperoleh akhlak dan

budi pekerti yang luhur, agar dapat tercipta lingkungan pergaulan sesuai dengan

yang diharapkan, yaitu lingkungan pergaulan yang baik di sekolah, bahkan

lingkungan pergaulan yang baik di masyarakat dimana anak didik tinggal.

3. Peran serta masyarakat dalam membina lingkungan sosial

yang sehat

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab moral terhadap

pembentukan akhlak dan budi pekerti anak, karena anak juga merupakan bagian

dari keluarga hidup di masyarakat. tanpa bekal akhlak yang baik dan budi pekerti

yang luhur, maka lingkungan pergaulan yang baik tidak akan tercipta di

masyarakat.

Masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali terhadap

perkembangan pribadi anak, terutama para pemimpin masyarakat dan tokoh-tokoh

masyarakat. bagi anak para pemimpin dan tokoh masyarakat diharapkan bisa

menjadi contoh dan teladan bagi mereka. Dengan demikian dipundak para

pemimpin dan tokoh masyarakatlah terpikul tanggung jawab membina lingkungan

sosial yang baik. Hal itu bukan berarti hanya para pemimpin dan tokoh

masyarakat saja yang mempunyai tanggung jawab terhadap baik buruknya akhlak

dan budi pekerti anak, tetapi semua anggota masyarakat juga harus ikut

bertanggung jawab membina, memperbaiki dan memerintahkan yang ma’ruf dan

melarang yang mungkar.


20

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa peran serta masyarakat, terutama

para pemimpin dan tokoh masyarakat sangat penting dalam membina dan

menciptakan lingkungan pergaulan yang baik.

2.2 Kemampuan Berbahasa Indonesia

2.2.1 Pengertian Kemampuan Berbahasa Indonesia

Pengertian kemampuan menurut istilah bahasa Indonesia “Kesanggupan;

kecakapan; kekuatan, kekayaan”. (Pusat Bahasa Depdiknas, 2001:707) Maka bila

dikaitkan dengan bahasa Indonesia dapat diartikan suatu kesanggupan yang

datang dari diri sendiri untuk mampu berbicara dalam berinteraksi dan

berkomunikasi dengan lingkungannya, karena pada dasarnya bila kita sedang

berbicara adalah menggunakan bahasa yaitu :

“Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri;
percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun”.
(Pusat Bahasa Depdiknas, 2001:88)
Dengan demikian bahwa dalam rangka untuk mengungkapkan suatu

perasaan atau pemikiran perlu dengan menggunakan sistem lambang bunyi dari

alat ucap yang dapat dimengerti dan dipahami oleh lawan bicara, sehingga

lambang bunyi itu mempunyai arti apa yang dimaksud oleh orang yang sedang

berbicara. Kemampuan dalam arti kesanggupan untuk berbahasa Indonesia sangat

luas cakupannya, yaitu :

1. Kemampuan/ketrampilan dasar berbahasa yang mencakup mendengarkan,

berbicara, membaca, menulis, dikembangkan dalam mata pelajaran bahasa

Indonesia.
21

2. Ketrampilan membuat, membaca dan menggunakan peta, membaca

iklan/brosur, menafsirkan peraturan, melaporkan dan seterusnya, merupakan

kemampuan/ketrampilan dasar yang perlu dikembangkan dalam mata

pelajaran IPS.

3. Ketrampilan mengamati, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis,

melakukan percobaan, menafsirkan, melaporkan dan seterusnya merupakan

kemampuan/ketrampilan dasar yang dikembangkan dalam bidang studi IPA.

4. Ketrampilan dasar berhitung (menjumlah, mengurang, mengali, membagi),

menunjukkan hal-hal yang perlu diketahui serta mencari pemecahan

merupakan beberapa kemampuan/ketrampilan dasar yang perlu dikembangkan

dalam mata pelajaran matematika.

Demikian pula dalam pelajaran bahasa Indonesia perlu dikembangkan

kemampuan/ketrampilan dasar untuk memahami kaidah-kaidahnya yang harus

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, karena kemampuan tidak cukup dengan

pengertian dan pemahaman secara kognitif saja melainkan juga harus

diaplikasikan dalam kesehariannya dalam masyarakat. Dari kutipan tersebut

dapatlah ditarik suatu kesimpulan terhadap pengertian kemampuan berbahasa

Indonesia, yaitu :

1. Kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan berusaha dengan diri sendiri dalam

berkomunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran dengan perkataan-

perkataan berbahasa Indonesia karena merupakan bahasa resmi negara dan

sebagai bahasa persatuan, berupa pesan-pesan, pertanyaan, jawaban, cerita dan


22

sebagainya baik melalui bahasa lisan maupun tulisan dari seorang kepada

orang lain, dari pembicara/penulis kepada pendengar/pembaca.

2. Kemampuan berbahasa Indonesia yaitu mencakup mendengarkan, berbicara,

menulis yang dapat dikembangkan pada setiap mata pelajaran, termasuk di

dalamnya pelajaran agama Islam.

3. Ketrampilan membuat, menggunakan peta, menafsirkan peraturan dengan

berbahasa Indonesia dapat dikembangkan pada mata pelajaran IPS atau mata

pelajaran lain.

4. Kemampuan/ketrampilan mengamati, mengajukan pertanyaan, menyusun

hipotesis, melakukan percobaan, menafsirkan dan melaporkan dapat

merupakan kemampuan dasar yang dikembangkan pada mata pelajaran IPA

atau mata pelajaran lain.

5. Kemampuan/ketrampilan berhitung baik menjumlah, mengurangi, mengalikan

atau membagi dan menunjukkan hal-hal yang perlu diketahui serta mencari

pemecahan dapat merupakan kemampuan dasar yang dikembangkan dalam

bidang studi matematika atau yang lain.

6. Kemampuan/ketrampilan, kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha

dengan diri sendiri maupun kolektif dalam artian berjamaah untuk

berkomunikasi dalam melahirkan perasaan, pikiran dengan perkataan yang

berbahasa Indonesia atau diselingi dengan bahasa asing (arab, dan lain-lain)

baik berkomunikasi secara vertikal maupun horizontal, berupa

doa/permohonan pada Allah SWT, diskusi dan sebagainya atau berupa pesan-

pesan pertanyaan, jawaban, cerita dan sebagainya secara lisan maupun tulisan
23

dapat merupakan kemampuan dan ketrampilan dasar yang dapat

dikembangkan pada mata pelajaran lainnya.

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Kemampuan Berbahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan hal yang mempunyai kedudukan penting

dalam proses kenegaraan, karena menyangkut tata kehidupan bernegara yang

mengharuskan untuk biasanya informasi-informasi yang diberikan dapat segera

diserap dan dimengerti oleh segala lapisan masyarakat sehingga pesan-pesan yang

ingin dicapai dapat segera memperoleh kesanggupan dari masyarakat secara

keseluruhan, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya sesuai yang

diinginkan oleh pemberi informasi atau pesan yang disampaikan.

Dengan demikian pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus

selalu ditingkatkan serta penggunaannya dengan baik dan benar sesuai dengan

kaidah yang telah ditetapkan. Kemudian kebanggaan dan rasa memiliki terhadap

bahasa Indonesia perlu semakin dimasyarakatkan, sehingga menjadi wahana

komunikasi yang efektif dalam sosial kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan dan

memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa menuju tatanan masyarakat yang

mampu mendukung pembangunan secara baik, disamping dalam rangka

memperkaya khasanah bahasa dan kesusastraan Indonesia, perlu dirangsang

penulisan karya ilmiah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan

benar.

Untuk itu fungsi bahasa Indonesia itu dapat kita lihat pada pendapat

berikut :
24

“bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra Indonesia dapat


dipakai. Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa Indonesia
dari segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang
penting dalam dunia internasional”. (Zaenal Arifin & Amran Tasai,
2009:15)

Dengan demikian secara psikomotorik dalam penggunaan bahasa juga

harus ditekankan sehingga siswa dapat menggunakan bahasa itu untuk

berkomunikasi secara baik dan benar bisa terwujud sesuai dengan kaidah tata

bahasa yang sudah baku. Maka gabungan antara pengetahuan dan ketrampilan

menggunakan bahasa itu bisa serasi dan pada tanpa adanya pengecualian antara

keduanya.

Demikian pula dalam bidang studi bahasa Indonesia dan mata pelajaran

lainnya sangat tergantung pada kecakapan dan pemahaman bahasa anak dalam

menyerap materi yang diberikan. Karena proses alih informasi yang diberikan

dengan memakai bahasa resmi dalam negara dengan baik manakala pemahaman

terhadap bahasa pengantar itu juga baik.

Dengan pentingnya kedudukan bahasa Indonesia dalam segala aktifitas

negara dan masyarakat, maka disini menunjukkan bahwa pengembangan dan

pemahamannya harus selalu ditingkatkan dan diperbaharui dari waktu ke waktu

menurut perkembangan zaman, sesuai dengan pengaruh yang melingkupinya.

“Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti


tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional; kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.
Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus
(Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang
menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia”. (Zaenal Arifin
dan Amran Tasai, 2009:12)
25

Dengan pengertian tersebut diatas, bahasa Indonesia dalam fungsi

kemampuan berbahasa Indonesia sangat luas sekali, yaitu :

1. Untuk mengembangkan kemampuan/ketrampilan peserta didik dalam

berkomunikasi, yaitu menyampaikan isi hati atau perasaan berupa pesan-pesan

baik melalui bahasa lisan maupun tulisan dari seseorang kepada orang lain,

dari pembicara/penulis kepada pendengar atau pembaca.

2. Sebagai alat untuk membentuk sikap nasionalisme, yaitu sikap hormat

menghormati, bekerja sama, tenggang rasa (tepo seliro) dan saling cinta

mencintai serta tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan, berani membela keadilan dan kebenaran demi

terwujudnya kemerdekaan suatu bangsa (di negara Indonesia). Bahkan lebih

dari itu yakni menempatkan kepentingan negara dan bangsa di atas

kepentingan pribadi atau golongan, berarti bahwa manusia Indonesia sanggup

dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, apabila diperlukan.

Oleh karena rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa itu dilandasi

oleh cinta kepada tanah air dan bangsanya, maka dikembangkan oleh rasa

kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia, dalam rangka

memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial.

3. Sebagai penunjang semua mata pelajaran, artinya pemahaman terhadap bidang

studi yang ada ditentukan oleh mutu/kemampuan berbahasa Indonesia, baik

itu mata pelajaran IPS, IPA, berhitung atau matematika, pendidikan agama,

bahasa Indonesia dan lainnya sangat memerlukan akan terjadinya interaksi


26

positif dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyampai informasi untuk

diserap oleh anak didik.

4. Untuk mengembangkan kemampuan bernalar, yaitu mengembangkan pola

pikir dalam menafsirkan/menerjemahkan atau memecahkan, mengatasi

hal/masalah yang dihadapinya, serta dapat mengungkapkan pikiran dan

perasaan dengan mudah dimengerti/dipahami oleh orang lain yang diajak

berkomunikasi sehingga membuahkan ketenangan, keamanan, persatuan dan

kesatuan, keselamatan dan kebahagiaan dalam hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

5. Untuk mengangkat martabat bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar

dalam dunia pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional, untuk

kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan alat

pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan

demikian berarti mengangkat di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara.

Pengertian mengenai hal itu, bahwa di dalam kedudukannya sebagai

bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :

1. Bahasa resmi kenegaraan, artinya sebagai bahasa resmi negara, bahwa bahasa

Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan,

baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Termasuk kegiatan-kegiatan

kenegaraan itu adalah dokumen-dokumen atau keputusan-keputusan serta

surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan

lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan.


27

2. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan

artinya bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga pendidikan

mulai dari TK sampai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

3. Sebagai alat penghubung pada tingkat nasional untuk kepentingan

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan artinya dalam kaitannya ini

bahasan Indonesia digunakan untuk kepentingan nasional dalam menjalankan

kebijakan-kebijakan yang diambil dan ditetapkan dan digunakan untuk semua

golongan yang berbeda dalam masyarakat baik suku, budaya dan bahasanya.

4. Sebagai alat pengembangan kebudayaan, pengetahuan dan teknologi artinya

dalam hubungan ini bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang

memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional yang

banyak dan berbeda-beda dari seluruh daerah di Indonesia, karena mengingat

banyaknya kepulauan yang ada di Indonesia mengakibatkan timbulnya suku

bangsa Indonesia yang banyak pula kebudayaannya. Demikian pula setiap

suku bangsa mempunyai bahasa sendiri-sendiri yang berbeda-beda, sehingga

perlu adanya bahasa pengantar dalam menstranfer kebudayaan, ilmu

pengetahuan dan teknologi sebagai kekayaan bangsa dan lambang citra bangsa

sekaligus kebanggaan nasional. Maka kebanggaan itu akan menjadi identitas

bangsa yang dapat dikenal oleh mancanegara sebagai bangsa yang berbudaya

dan berilmu pengetahuan serta teknologi tinggi.

“di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia


berfungsi sebagai : 1) bahasa resmi kenegaraan, 2) bahasa pengantar dalam
dunia pendidikan, 3) alat penghubung pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan 4) alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi”. (Zaenal
Arifin & Amran Tasai, 2009:13)
28

Dengan keterangan di atas dapat kita ketahui beberapa fungsi lain tentang

bahasa Indonesia, yaitu :

1. Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan artinya bahwa bahasa Indonesia

menjadi kebanggaan kita sebagai anak bangsa, karena akan mencerminkan

nilai-nilai sosial budaya yang ada dan dengan atas kebanggaan itu dapat untuk

memelihara, mengembangkan, membina dan memakainya dengan baik dan

benar sesuai dengan tata bahasa yang sudah dibakukan.

2. Sebagai lambang identitas nasional, artinya bahwa bahasa Indonesia menjadi

lambang seperti bendera yang harus dijunjung dan dihormati. Sehingga

dengan identitas ini dapat dikembangkan sesuai dengan kedudukannya ini dan

bersih dari intervensi bahasa asing dalam mempengaruhi pada pemakainya.

3. Sebagai bahasa nasional artinya bahwa bahasa Indonesia dapat dipakai seluruh

masyarakat yang berbeda-beda suku dan bahasanya sehingga dengan bahasa

bahasa nasional ini, antar warga masyarakat dapat saling berhubungan dengan

tukar informasi. Kita dapat berkomunikasi dengan seluruh lapisan dan pelosok

daerah di Indonesia. Di samping itu dapat pula untuk menyatukan seluruh

suku bangsa dan bahasa dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda,

sehingga persatuan dan kesatuan dapat dijaga serta pemerataan informasi dan

pembangunan dapat adil dan merata, tidak terjadi dan timbul disintegrasi

bangsa yang berakibat terpecah belahnya bangsa dan perang saudara. Karena

kepentingan bangsa itu diatas segala-galanya sehingga masyarakat dan

warganya bisa menyerap dan menikmati hasil-hasil pembangunan dengan

penuh perikemanusiaan.
29

Adapun pembahasan mengenai tujuan kemampuan berbahasa Indonesia

akan penulis sampaikan lebih lanjut, yang pada intinya bahwa tujuan kemampuan

berbahasa Indonesia itu sama dengan tujuan kurikulum bahasa Indonesia dan

tujuan kurikulum bahasa Indonesia itu sama dengan tujuan pelajaran bahasa

Indonesia. Dengan demikian tujuan kemampuan berbahasa Indonesia dengan

tujuan pelajaran bahasa Indonesia sama dan berkait, demikian juga dengan

kurikulum yang ditetapkan karena kurikulum yang disusun adalah untuk

terlaksananya pelajaran bahasa Indonesia sehingga tercapainya kemampuan

berbahasa Indonesia itu secara ekonomis, efektif dan efisien.

Dalam kurikulum 2004 untuk SMA dan MA disebutkan bahwa tujuan

bahasa indonesia adalah :

1. “Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai


bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara,
2. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, fungsi,
serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk macam-macam
tujuan, keperluan, dan keadaan,
3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan
kematangan sosial,
4. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan
menulis),
5. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan
6. Siswa menghargai dan membanggakan Sastra Indonesia sebagai
Khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.”
(http://maalhuda70.sch.id/kajian-teoritis-kurikulum-pembelajaran-
bahasa-indonesia/) (diakses tanggal 16 Maret 2012 pada pukul 2:12)
Dengan mencermati kutipan di atas dapatlah kita ketahui bahwa tujuan

kemampuan berbahasa Indonesia sama dengan tujuan mata pelajaran bahasa

Indonesia itu sendiri yang tertuangkan dalam kurikulum, maka secara jelas dapat

disimpulkan bahwa tujuan kemampuan berbahasa Indonesia itu adalah


30

mengembalikan pengajaran bahasa pada fungsi komunikasi, maksudnya melalui

pelajaran bahasa Indonesia diupayakan untuk memiliki kemampuan

berkomunikasi dengan bahasa yang bagian-bagiannya selalu dikaitkan dengan

faktor-faktor penentu dalam komunikasi artinya siapa yang menggunakan bahasa

Indonesia dan kepada siapa bahasa Indonesia itu digunakan, untuk tujuan apa

bahasa Indonesia itu digunakan, dalam situasi bagaimana bahasa Indonesia

digunakan, dimana tempatnya dan kapan waktunya, dalam konteks apa (peserta

lain, kebudayaan dan suasana), dengan jalur mana, lisan atau tulisan, memakai

media apa (apakah melalui tatap muka langsung tanpa perantara, dengan perantara

telpon atau surat, buku, koran dan sebagainya), dalam peristiwa apa (apakah

dalam bercakap-cakap, ceramah, upacara laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta

dan sebagainya). Sebab bahasa Indonesia digunakan oleh guru, murid atau dosen

dengan mahasiswa di sekolah/perkuliahan berbeda dengan bahasa Indonesia yang

digunakan oleh orang-orang di pasar pada umumnya dan berbeda pula dengan

bahasa Indonesia yang diucapkan oleh para abang becak. Perbedaan itu

dikarenakan kebiasaan dan tingkat pengalaman, pengetahuan serta kemampuan

mereka yang berbeda-beda.

Sedangkan dengan kutipan ini tujuan kurikuler mata pelajaran bahasa

Indonesia ialah agar siswa memiliki kemampuan/ketrampilan berbahasa Indonesia

yang baik dan benar dan sesuai dengan tata bahasa yang ditetapkan. Tujuan

tersebut kemudian dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan tujuan

instruksional khusus. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu penulis kemukakan


31

bahwa pengajaran bahasa Indonesia meliputi ketrampilan mendengar, berbicara,

membaca dan menulis.

1. Mendengar

“Mendengar adalah menangkap bunyi-bunyi (suara) dengan indera


pendengar. Pendengaran dan suara itu memelihara komunikasi vokal
antara makhluk yang satu dengan lainnya. ”. (Sumadi Suryabrata,
2008:28-29)

Memang banyak sekali suara-suara yang mesti didengar oleh siswa baik di

sekolah maupun di luar sekolah seperti, penjelasan guru, perintah maupun

larangan guru, pendapat kawan-kawannya dalam diskusi, nasehat, petunjuk,

cerita, pengumuman, siaran radio dan televisi, percakapan, ceramah, pengajian

dan lain-lain. Pengembangan aspek mendengar ini penting sekali diupayakan

pelaksanaannya dengan berbagai cara yang sekiranya dapat menarik sesuai

dengan tingkat kemampuan siswa.

2. Berbicara

“Berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan, maka materi


pelajaran diarahkan pada pelajaran yang bermanfaat bagi siswa,
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh siswa
untuk mengembangkan potensi dirinya baik secara individu maupun
kelompok sesuai kebutuhan siswa”.
http://www.peutuah.com/peranan-guru-dalam-pembelajaran-bahasa-
indonesia-di-smp/ (diakses tanggal 16 Maret 2012 pada pukul 15:00)
Ketrampilan berbicara sangat penting sekali untuk menentukan

keberhasilan di dalam berkomunikasi. Oleh karena itu semakin tinggi

kemampuan/ketrampilan berbicara seseorang dalam berkomunikasi akan semakin

tinggi pula pemahaman orang yang diajak komunikasi. Dapat kita bayangkan

sulitnya seseorang yang tuna wicara di dalam berkomunikasi sehingga perlu

adanya penanganan khusus.


32

3. Membaca dan menulis

Membaca dan menulis sangat berkaitan dengan demikian pengajaran

membaca berkaitan erat dengan kegiatan menulis atau mengarang dan perlu sekali

belajar membaca disertai pula dengan belajar menulis atau mengarang. Guru

hendaknya selalu ingat bahwa aktifitas pelajaran menulis atau mengarang,

sebaiknya dimulai dengan kegiatan mendengarkan, berbicara dan membaca. Dan

guru hendaknya membimbing siswa mengarang dengan latihan-latihan pola

kalimat, menyalin, substusi (penggantian) kalimat, mengisi titik-titik,

menyelesaikan kalimat, atau menulis bebas seperti cerita, surat, menyadur dan

sebagainya.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pelajaran bahasa Indonesia yang telah

penulis paparkan maka dapat kejelasan bahwa sesuai dengan kurikulum, bahasa

Indonesia ada katerkaitannya dengan pendidikan agama Islam dan ada pula

keterkaitannya dengan bidang studi yang lain. Seperti : matematika, Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA), olah raga kesehatan, Pendidikan Kesenian dan

Ketrampilan serta Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan lain-lain.

Dengan keterkaitan tersebut di atas berarti ada hubungan timbal balik,

sebab anak mendengarkan, berbicara, membaca, menulis semua bidang studi tidak

lepas dari kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berbahasa Indonesia. Jadi

hubungan timbal balik itu saling menunjang antara pelajaran bahasa Indonesia

dengan bidang studi lainnya, yaitu :


33

a. Karena sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia mempengaruhi

pemahaman siswa dalam berbagai bidang studi lain. Pemahaman itu sangat

ditentukan oleh mutu pelajaran bahasa Indonesia.

b. Karena latihan ketrampilan bahasa dan unsur-unsur bahasa dapat dilaksanakan

pula melalui pelajaran bidang-bidang studi lain.

Dengan demikian peranan membaca dan menulis sangat besar sekali

dalam rangka untuk pengembangan serta pencapaian kemajuan dalam berbagai

aspek kehidupan yang tercermin dalam kemampuan seseorang untuk menangkap

materi pelajaran yang diberikan. Hal ini sesuai dengan perintah agama Islam,

bahwa kita disuruh untuk pandai membaca yang merupakan permulaan dari

pemahaman bahasa, sehingga dapat menyerap pengetahuan yang terkandung.

Ilmu pengetahuan merupakan alat yang sangat penting dan dominan untuk

bekal dalam kehidupan manusia, seperti ketrampilan membaca dan menulis sangat

diperlukan untuk meningkatkan mutu atau kualitas manusia Indonesia untuk

memiliki ilmu pengetahuan yang cukup memadai sesuai dengan perkembangan

dunia. Karena orang yang memiliki ilmu pengetahuan itu akan mempunyai derajat

yang tinggi dihadapan semua manusia. Maka derajat seseorang itu akan

ditentukan oleh tinggi rendahnya ilmu pengetahuan yang dia miliki lewat jalur

pendidikan yang dilaksanakan melalui jenjang atau tingkatan kemampuan yang

dimiliki oleh anak didik. Tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk

melaksanakan pendidikan itu untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan yang

kokoh bagi tegaknya bangunan pendidikan yang menyeluruh.


34

Dengan demikian cita-cita yang kita harapkan insya Allah akan terlaksana,

meskipun dalam pelaksanaannya nanti juga harus ada evaluasi dan peninjauan

kembali secara berkala disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dan

keberhasilannya nanti juga tidak tergantung penuh pada ketetapan yang ada, tapi

juga keterlibatan para pelaksana pendidik sangat diharapkan keseriusannya dalam

proses interaksi belajar mengajar seraya memohon pertolongan Allah SWT untuk

biasanya tercapai tujuan pendidikan yang telah dicanangkan.

2.2.3 Bentuk-bentuk Kemampuan Berbahasa Indonesia

Bahasa Indonesia yang dipakai oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia

dengan berbagai latar belakang berbeda-beda akan melahirkan suatu

perbendaharaan kata yang banyak dan selalu berkembang dengan pengaruh-

pengaruh yang ada, sehingga penuturannya pun dapat juga berbeda dengan

intonasi dan dialek masing-masing daerah yang melingkupinya. Maka dalam

bahasa Indonesia dalam rangka untuk mengetahui kemampuan ini dapat dibagi

dalam dua ragam bahasa, yaitu :

1. Kemampuan berbahasa lisan

“bahasa lisan adalah hasil permainan bersama yang subtil dari data
pengetahuan lingual dan ekstra lingual, dari informasi auditif, visual, dan
kognitif (berdasarkan pengetahuan dan penapsiran).”
http://www.masbied.com/2010/11/21/peranan-bahasa-indonesia-dalam-
dunia-pendidikan/#more-3773 (diakses tanggal 15 Maret 2012 pada pukul
23:15)
Dengan demikian pada intinya bahasa lisan adalah bahasa yang

disampaikan secara langsung terhadap orang kedua, teman berbicara yang berada

di depan, disamping atau di sekeliling pembicara, sehingga subyek dan obyek

serta predikat tidak selalu dinyatakan atau unsur-unsur itu kadang-kadang dapat
35

ditinggalkan sebab bahasa yang digunakan dibantu oleh gerak-gerik, mimik,

pandangan, anggukan dan sebagainya. Tetapi bahasa lisan ini terikat oleh situasi

dan kondisi ruang dan waktu artinya apa yang dibicarakan secara lisan,

ditempatkan dalam suatu ruang hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu

saja. Dan apa yang dibicarakan dalam suatu tempat atau suatu ruangan itu belum

tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruangan. Disamping itu

bahasa lisan dipengaruhi oleh nada suara atau tinggi rendahnya suara atau panjang

pendeknya suara, artinya suara dengan nada tinggi atau rendah itu dapat menarik

simpati dan aktif dalam mengikuti pembicaraan.

Jadi kemampuan berbahasa lisan adalah kemampuan / ketrampilan

berbicara dalam berkomunikasi yang sangat penting dalam menentukan

keberhasilannya. Oleh karena itu semakin tinggi kemampuan / ketrampilan

berbicara seseorang dalam berkomunikasi akan semakin tinggi pula pemahaman

orang yang diajak berkomunikasi, demikian juga sebaliknya.

2. Kemampuan berbahasa tulisan

Dalam bahasa tulisan tidak harus ada teman dalam berbicara untuk diajak

tatap muka seperti yang ada dalam bahasa lisan, tapi bahasa tulisan harus lebih

terang dan lebih lengkap dari bahasa lisan. Kelengkapan bahasa tulisan

menghendaki agar orang yang membaca mengerti isi tulisan itu, sehingga bahasa

tulisan menjadi tidak bermakna apabila tidak memenuhi kelengkapan dalam

kosakata dan kalimatnya dan juga tidak dapat memungkinkan untuk memiliki

makna yang berganda. Sehingga tulisan yang ditulis pada waktu lampau masih

dapat dipahami pada waktu atau masa di kemudian dikarenakan kelengkapan yang
36

ditulis dalam kalimat yang diberikan, seperti tanda baca, huruf besar, huruf

bercetak miring, kalimat yang digaris bawah, huruf yang bercetak tebal dan

sebagainya.

“Tidak dapat kita pungkiri, bahwa bahasa Indonesia ragam lisan sangat
berbeda dengan ragam bahasa secara tertulis. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisna ke dalam
ragam tulis (huruf). Pendapat ini tidak dapat dibenarkan seratus persen
sebab tidak semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya tidak semua
ragam tulis dapat dilisankan, kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum
tentu berlaku bagi ragam tulis”. (Zaenal Arifin & Amran Tasai, 2009:18)
Dengan demikian jelaslah bahwa bahasa Indonesia secara lisan dengan

bahasa Indonesia secara tulisan mempunyai perbedaan dikarenakan penggunaan

kata, kosakata, dan struktur kalimat. Contoh :

Ragam lisan :

1. Penggunaan bentuk kata

a. Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.

b. Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.

c. Foto copy ijazah harus dilegalisir oleh pimpinan akademi.

2. Penggunaan kosakata

a. Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.

b. Kakak lagi bikin denah buat pameran entar.

c. Pekerjaan itu agak mendek disebabkan karena keterlambatan dana yang

diterima.

3. Penggunaan struktur kalimat

a. Rencana ini saya sudah sampaikan kepada direktur.

b. Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa

Aceh.
37

c. Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda sehingga ia makin

bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Ragam tulis :

1) Penggunaan bentuk kata

a) Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.

b) Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan

pekerjaan itu.

c) Foto kopi ijazah harus dilegalisasi oleh pimpinan akademi.

2) Penggunaan kosakata

a) Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.

b) Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.

c) Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlambatan

dana yang diterima.

3) Penggunaan struktur kalimat

a) Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur

b) “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah

Istimewa Aceh.

c) Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda, ia makin

bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu”. (Zaenal Arifin & Amran

Tasai, 2009:20-21)

2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan

Berbahasa Indonesia
38

Faktor yang mempengaruhi terhadap kemampuan berbahasa Indonesia

sangat banyak dan kompleks sehingga pengaruh-pengaruh itu harus

diklasifikasikan, yang pada akhirnya dapat dicarikan alternatif untuk

mengembangkannya apabila pengaruh itu positif, dan sebaliknya apabila pengaruh

itu jelek, maka dapatlah untuk segera diminimalkan. Oemar Hamalik (2001:183)

mengatakan bahwa :

“Perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh berbagai


alternatif faktor-faktor, antara lain : faktor kematangan akibat dari
kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi masing-masing, sikap
dan bakat terhadap suatu bidang pelajaran yang diberikan”.

Maka, dengan pendapat ini dapat kita ketahui bahwa kemampuan

berbahasa Indonesia anak itu dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor dalam

dirinya sendiri, yaitu kemampuan yang dibawa sejak lahir yang menyangkut

kecerdasan, bakat dan minatnya. Selain itu adalah pengaruh yang datang luar

dirinya, yaitu lingkungan dimana ia berada, dengan latar belakang bagaimana ia

dididik berbahasa Indonesia.

Karena itu alokasi waktu yang diberikan seharusnya berbeda antara anak

yang mempunyai tingkat kecerdasan tinggi dengan tingkat kecerdasan yang

rendah, karena apabila alokasi yang diberikan sama, maka anak yang mempunyai

tingkat kecerdasan rendah merasa tertinggal. Demikian juga sebaliknya anak yang

mempunyai kecerdasan tinggi akan merasa bosan dengan pelajaran yang sudah

diberikan, karena merasa adanya pengulangan materi, padahal anak ini sudah

dapat memahami dengan baik. Ini menunjukkan bahwa pengaruh yang datang dari

diri sendiri juga harus diperhatikan agar pengajaran yang diberikan bisa diserap

secara merata bagi anak didik.


39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Dalam melakukan suatu kegiatan penelitian itu perlu mendapat suatu hasil.

Hasil itulah yang dapat menerangkan bagaimana kedudukan suatu hubungan

sebab akibat, dalam hal ini adalah hubungan antara variabel-variabel yang akan

diselidiki. Adapun variabel yang akan penulis selidiki antara lain:

3.1.1. Variabel bebas (Independent Variable)

Yang dimaksud dengan variabel bebas merupakan rangsangan (stimulus),

masukan (input), perlakukan (treatment), yang dijalankan pada seseorang atau

lingkungannya untuk mempengaruhi perilaku, dapat diukur dimanipulasi atau

dipilih oleh peneliti untuk ditentukan hubungannya dengan fenomena yang

diamati. Untuk memudahkan pengertian variabel adalah “variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

terikat” (Sugiyono, 2011:39). Secara singkat variabel bebas yang diselidiki dalam

penelitian ini, yaitu lingkungan pergaulan.

3.1.2. Variabel terikat (Dependent Variable)

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2011:39). Menurut Zaenal

Arifin (2008:38), variabel terikat adalah “suatu respon atau tanggapan atau hasil

(output) dari adanya atau diberikannya variabel bebas”. Sedangkan variabel

38
40

terikatnya, yaitu kemampuan berbahasa Indonesia dalam proses pembelajaran

siswa.

Sementara rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena

peneliti menggunakan hitungan-hitungan atau angka-angka dalam bentuk tabel

dan hitungan product moment. Menurut Arikunto (2006:12) bahwa “penelitian

kuantitatif, sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan angka, mulai

dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari

hasilnya”.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011:80), “populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Sementara Arikunto (2006:130) berpendapat bahwa “populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian”.

Dengan demikian populasi semua penduduk atau individu yang menjadi

obyek untuk diteliti. Adapun yang diangkat untuk populasi atau wilayah

generalisasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa di Madrasah Tsanawiyah Abu

Darrin Kendal Sumbertlaseh Dander Bojonegoro yang terdiri dari 18 (delapan

belas) kelas dengan jumlah siswa sebanyak 603 siswa. Untuk lebih jelasnya, dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.


41

Tabel 3.1

Data Populasi Siswa Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal

Sumbertlaseh Dander Bojonegoro Tahun Ajaran 2011/2012

Jenis Kelamin
No. Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. VII A 17 17 34
2. VII B 18 18 36
3. VII C 15 18 33
4. VII D 16 17 33
5. VII E 19 18 37
6. VII F 17 17 34
7. VIII A 16 16 32
8. VIII B 15 17 32
9. VIII C 15 18 33
10. VIII D 18 18 36
11. VIII E 16 16 32
12. VIII F 17 16 33
13. IX A 18 17 35
14. IX B 16 16 32
15. IX C 17 18 35
16. IX D 16 16 32
17. IX E 16 15 31
18. IX F 17 16 33
Jumlah 299 304 603

3.2.2. Sampel

“Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan

menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling” (Usman dan

Setiady, 2009:43). Mengingat populasi yang akan diteliti sangat banyak, maka
42

tidak mungkin untuk diteliti semuanya. Dalam skripsi ini akan digunakan

sampling yakni teknik untuk menentukan sampel.

Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Zaenal Arifin (2008:72)

bahwa “… jika seluruh subjek yang akan diteliti sangat luas cakupannya, maka

peneliti tidak dapat melakukan pengambilan data terhadap semua anggota

kelompok subjek yang menjadi interes peneliti tersebut. Mereka hanya mampu

mengambil sebagian dari sejumlah populasi yang ada”.

Sedangkan dalam masalah besarnya sampel, Suharsimi Arikunto

(2006:134) memberikan pendapatnya, yaitu :

“untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-
25% atau lebih”.

Dalam hal ini, peneliti hanya mengambil populasi siswa kelas VII saja

yang berjumlah 207 dari 6 kelas. Oleh karena jumlahnya melebihi dari angka 100,

maka mengacu pada pendapat Arikunto di atas, peneliti akan mengambil 15%

dengan perincian sebagai berikut:

- Kelas VII A : 34 x 15% = 5,1 dibulatkan = 5

- Kelas VII B : 36 x 15% = 5,4 dibulatkan = 5

- Kelas VII C : 33 x 15% = 4,95 dibulatkan = 5

- Kelas VII D : 33 x 15% = 4,95 dibulatkan = 5

- Kelas VII E : 37 x 15% = 5,55 dibulatkan = 5

- Kelas VII F : 34 x 15% = 5,1 dibulatkan = 5

= 30 siswa
43

Dari sejumlah 30 siswa tersebut, peneliti telah menganggap dapat

mewakili dari sejumlah populasi yang ada dari kelas VII.

3.3. Instrumen Penelitian

Masih banyak yang salah paham mengenai perbedaan antara metode dan

instrumen sehingga terjadi salah pengertian. “Instrumen penelitian adalah suatu

alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

(Sugiyono, 2011:102). Dalam penyelidikan ini akan menggunakan metode yang

tepat untuk mendapatkan hasil yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Adapun bentuk instrumen yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah bentuk pedoman wawancara, dan dokumentasi yang sudah peneliti

persiapkan pada Lampiran I. Sementara untuk angket, penulis menggunakan skala

Likert (Sugiyono, 2011:93) yang merupakan “skala yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial”.

Maka dari itu, penulis telah menyediakan 4 (empat) pilihan jawaban untuk

angket variabel lingkungan pergaulan dan kemampuan berbahasa Indonesia dalam

proses pembelajaran siswa, yaitu a, b, c, dan d.

Dalam angket tersebut yang bisa dilihat pada Lampiran II dan III yang

terdiri dari 15 item atau soal dengan skor nilai sebagai berikut:

1. Alternatif jawaban a diberi skor 4

2. Alternatif jawaban b diberi skor 3

3. Alternatif jawaban c diberi skor 2


44

4. Alternatif jawaban d diberi skor 1

3.4. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber

Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Penetapan metode yang digunakan dalam proses penelitian adalah masalah

yang sangat penting, sebab kekeliruan dalam bidang ini akan dapat

mengakibatkan kesulitan dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Sebenarnya

di dalam penelitian terdapat bermacam-macam metode untuk mengumpulkan data

yang diperlukan oleh seorang peneliti. Namun di dalam pembahasan skripsi ini

akan peneliti gunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Observasi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan

data dalam penelitian ini, menurut Usman dan Setiady (2009:52): “Observasi

ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang

diteliti”.

Dengan demikian observasi itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

observasi langsung dan observasi tidak langsung serta dilakukan dengan sengaja

dan sistematis. Untuk memudahkan pelaksanaan observasi, maka di dalam

penelitian ini akan dipergunakan observasi langsung dan sistematis, artinya

observasi yang dilakukan secara langsung berdasarkan kerangka pokok yang

memuat data-data yang diperlukan dan telah disusun dan diatur terlebih dahulu.

Hal ini dimaksudkan untuk memberi arah observasi yang tepat.

Beberapa kebaikan dari metode observasi, antara lain adalah:


45

a. Merupakan alat yang langsung untuk menyelidiki bermacam-macam gejala.

b. Memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya gejala.

Sedangkan kelemahan-kelemahan dari metode observasi, diantaranya

adalah:

a. Banyak kejadian-kejadian yang tidak bisa dicapai, seperti kehidupan pribadi

seseorang yang sangat rahasia.

b. Tugas observasi menjadi terganggu pada waktu ada peristiwa yang tidak

terduga.

Maka untuk mengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode

observasi peneliti berusaha:

a. Merencanakan hal-hal yang diperlukan sebelum melaksanakan observasi.

b. Selain menggunakan observasi langsung juga menggunakan observasi tidak

langsung.

Adapun metode ini diterapkan untuk mengumpulkan data-data mengenai

situasi dan kondisi obyek penelitian, yaitu seputar keadaan Madrasah Tsanawiyah

Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dan kegiatan

belajar mengajar guru.

2. Metode Wawancara/Interview

Yang dimaksud dengan metode interview adalah “tanya jawab lisan antara

dua orang atau lebih secara langsung”. (Usman dan Setiady, 2009:55)

Metode ini peneliti gunakan sebagai metode baru dalam memperoleh data-

data yang kurang dapat diperoleh dengan metode lainnya. Peneliti melakukan
46

wawancara/interview dengan responden baik siswa, guru, kepala sekolah dan lain

sebagainya.

Teknik interview ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang

lingkungan pergaulan siswa dan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VII

Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten

Bojonegoro.

3. Metode Dokumentasi

“Metode dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui

dokumen-dokumen” (Usman dan Setiady, 2009:69). Jadi, metode ini

dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data berdasarkan dokumen tentang hal-

hal yang berhubungan dengan aktivitas yang berupa tulisan, laporan yang memuat

tentang gejala-gejala dan merupakan dokumen penting dari suatu peristiwa yang

disimpan atau diarsipkan.

Adapun kebaikan dari metode dokumentasi ini antara lain:

a. Lebih mudah untuk memperoleh data yang diperlukan

b. Kalau ada kekurangan terhadap kebenaran dokumentasi dapat dengan mudah

untuk mengecek kembali.

Sedangkan kelemahan-kelemahan dari metode dokumentasi ini antara lain:

a. Terdapatnya kemungkinan dokumen yang palsu.

b. Bila dokumen yang diperlukan sudah lama, sukar diadakan pemeriksaan

kembali.

Untuk mengurangi kelemahan yang terdapat pada metode dokumentasi ini,

peneliti berusaha:
47

a. Memeriksa dokumen yang cocok dengan obyek penelitian.

b. Mendapatkan dokumen yang diperlukan langsung dari sumber dengan seteliti

mungkin.

Adapun metode ini diterapkan untuk mengumpulkan data-data mengenai

situasi dan kondisi obyek penelitian, yaitu dokumentasi seputar profil Madrasah

Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

4. Metode Angket/Questioner

Yang dimaksud metode angket/questioner adalah “sejumlah pertanyaan

secara tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam

arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya” (Suharsimi

Arikunto, 2006:151).

Adapun sumber data yang dikenai angket ini adalah responden yang

terpilih sebagai sampel dan jenis angket yang dipergunakan adalah angket

langsung untuk memperoleh data tentang penguasaan metode mengajar guru.

Adapun kebaikan dari metode angket ini antara lain :

a. Menghemat tenaga dan waktu

b. Data yang terkumpul mudah dianalisa

Sedangkan kelemahan dari metode angket, antara lain :

a. Kadang-kadang terjadi salah penafsiran terhadap bahasa pertanyaan, sehingga

jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan maksud peneliti.

b. Sukar diketahui antara jawaban yang sebenarnya dengan jawaban yang tidak

sebenarnya (asal jawab).

Untuk mengurangi kelemahan yang ada peneliti berusaha :


48

a. Menyusun pertanyaan secara sederhana dan jelas

b. Pertanyaan yang penulis berikan tidak terlalu banyak sehingga tidak

membingungkan.

Metode ini penulis anggap dan penulis pandang sebagai metode yang

sesuai untuk mendapatkan data karena data yang diperoleh ini dari responden

sebanyak 30 anak sebagai responden secara satu per satu tidak mungkin dilakukan

wawancara.

Dan dengan metode ini pula responden akan memberikan jawaban sesuai

dengan isi hatinya. Sebab tidak merasa tertekan dan tidak ada yang dapat

mempengaruhi, dan itu semua peneliti anggap benar dan dapat dipercaya.

3.4.2 Sumber Data

Penggunaan teknik pengumpulan data dalam setiap kelompok data dapat

diperoleh dari sumber data yang digambarkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.2

Kelompok, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik
No. Kelompok Data Sumber Data
Pengumpulan Data
Jumlah siswa berdasarkan Kepala sekolah
1. Dokumentasi
kelas dan jenis kelamin dan Tata Usaha
Jumlah tenaga edukatif
Kepala sekolah
2. berdasarkan jabatan dan Dokumentasi
dan Tata Usaha
pendidikan
Kepala sekolah Dokumentasi dan
3. Jumlah sarana dan prasarana
dan Tata Usaha observasi
4. Lingkungan pergaulan siswa Siswa/responden Angket dan
49

wawancara
Pelaksanaan pembelajaran Guru bahasa Wawancara dan
5.
pelajaran bahasa Indonesia Indonesia observasi
Guru bahasa Wawancara,
Kemampuan berbahasa
6. Indonesia dan observasi dan
Indonesia
siswa/responden angket

3.5. Analisis Data

Untuk menganalisa data yang telah terkumpul dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan teknik analisa sebagai berikut:

3.5.1. Teknik analisa kualitatif

Maksud dari teknik analisa kualitatif adalah mengolah data dengan

menunjukkan sifat sesuatu, misalnya baik, sedang dan sebagainya. Hal ini

dimaksudkan untuk membandingkan data yang bersifat teoritis dengan data yang

bersifat praktis yang diperoleh dari lapangan dan selanjutnya diambil suatu

kesimpulan.

Untuk menganalisa data yang bersifat kualitatif ini digunakan metode

deduktif dan induktif sebagaimana berikut:

1. Metode deduktif

Yang dimaksud dengan metode deduktif adalah “cara berpikir untuk

mencari dan menguasai ilmu pengetahuan yang berawal dari alasan umum menuju

kearah yang lebih spesifik” (Zaenal Arifin, 2008:14). Misalnya dalam penguraian

pada rumusan masalah dijabarkan dalam bentuk kajian pustaka yang selanjutnya

diperoleh suatu kesimpulan secara khusus.

2. Metode induktif
50

Yang dimaksud metode induktif adalah “proses berpikir yang diawali dari

fakta-fakta pendukung yang spesifik, menuju pada hal yang bersifat lebih umum

untuk memperoleh kesimpulan” (Zaenal Arifin, 2008:14).

Teknik ini dipergunakan untuk menganalisa data yang berkaitan

penjabaran secara deskriptif antara lingkungan pergaulan siswa dengan

kemampuan berbahasa Indonesia siswa.

3.5.2. Teknik Analisa Kuantitatif

Maksudnya adalah menganalisa data yang berbentuk angka-angka baik

dari hasil pengukuran maupun pengubahan dari data kualitatif. Teknik ini

dipergunakan untuk menganalisa data yang berkaitan dengan pengaruh

lingkungan pergaulan terhadap kemampuan berbahasa Indonesia dalam

pembelajaran siswa kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

Data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan analisis berupa

perhitungan analisis koefisien korelasi Product Moment (rxy) dengan rumus :

 xy
rxy = (Suharsimi Arikunto, 2009:70)
x y 2 2

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dikorelasikan (x = x- x dan y = y- y ).

 xy = perkalian antara x dan y


x2 = kuadrat dari x

y2 = kuadrat dari y
51

Setelah diketahui nilai r hitung, selanjutnya menghitung dengan r tabel,

dengan demikian dapat diketahui pula r hitung signifikan atau tidak. Jika

signifikan, maka r hitung diterima bila non signifikan r hitung ditolak.

Demikian metodologi penelitian ini dipaparkan sebagai landasan teoritis

pada pembahasan penyajian data dan analisa data atau sub bab berikutnya,

sehingga penulis tidak menyimpang jauh dari landasan di atas dalam

pembahasannya.
BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Sebelum peneliti membahas data-data hasil penelitiannya, terlebih dahulu

akan peneliti sajikan tentang profil sekolah yang dijadikan tempat objek

penelitian, yaitu Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander

Kabupaten Bojonegoro.

4.1.1 Profil Singkat Madrasah Tsanawiyah Abu

Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro

Berdasarkan data dokumentasi yang peneliti peroleh dari Tata Usaha

sekolah yang penulis anggap dapat membantu memberikan informasi tentang

obyek-obyek penelitian. Maka, tentang profil Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin

Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro, dapat diuraikan sebagai

berikut:

Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin terletak di Jl. KH. R. Moch. Rosyid No.

29 Kendal/Sumbertlaseh Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro kode pos

62171 dengan telepon (0353) 888502. Sekolah ini dibawah naungan Yayasan

Pendidikan Abu Darrin (YPAD) dengan status terakreditasi dengan nomor SK:

A/Kw.13.4/MTs/2115/2007. Sekolah ini berdiri pada tahun 1979 di atas tanah

seluas 26.800 m2 dengan rincian bangunan seluas 22.400 m2, lapangan olahraga

5.700 m2, dan lain-lainnya 4.400 m2.

51
53

Pada tahun 1933 Madrasah dirintis dan didirikan oleh KH. Abu Darrin

yang dimulai dari kelas Nol Besar namun hanya berjalan kurang lebih 3 (Tiga)

tahun. Kemudian Pada tahun 1947 madrasah dihidupkan kembali dan

dikembangkan oleh KHM. Dimyathi (Putra KH Abu Darrin) mula-mula baru

tingkat Ibtidaiyah yang diberi nama Madrasah “Salafiyah”. Pada tahun 1950

sudah mendapat pengesahan/piagam dari Departemen ( d/h kementrian) Agama

RI dan pada tahun 1978 piagam tersebut diperbaharui oleh Kanwil Depag Jatim

dengan status terdaftar.

Kemudian Pada tahun 1953 Madrasah Ibtidaiyah dikembangkan dan

didirikan Madrasah Tsanawiyah yang namanya dirubah menjadi Madrasah Islam

Salafiyah Roudlotul Ilmiyah (MISRI). Pada tahun 1979 dikembangkan lagi dan

didirikan Madrasah Aliyah. Pada tahun 1994 semua tingkatan mendapatkan

akreditasi dari Depag dan berhasil ditingkatkan statusnya dari tedaftar menjadi

terakreditasi sampai sekarang dengan nilai A (Unggul).

4.1.2 Keadaan Jumlah Siswa Madrasah

Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten

Bojonegoro

Pada tahun ajaran 2011/2012, jumlah siswa Madrasah Tsanawiyah Abu

Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro adalah 218 siswa,

secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:


54

Tabel 4.1

Jumlah Siswa Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan

Dander Kabupaten Bojonegoro Tahun Ajaran 2011/2012

Jenis Kelamin
No. Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. VII A 17 17 34
2. VII B 18 18 36
3. VII C 15 18 33
4. VII D 16 17 33
5. VII E 19 18 37
6. VII F 17 17 34
7. VIII A 16 16 32
8. VIII B 15 17 32
9. VIII C 15 18 33
10. VIII D 18 18 36
11. VIII E 16 16 32
12. VIII F 17 16 33
13. IX A 18 17 35
14. IX B 16 16 32
15. IX C 17 18 35
16. IX D 16 16 32
17. IX E 16 15 31
18. IX F 17 16 33
Jumlah 299 304 603
Sumber data dokumentasi keadaan siswa Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin
Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun ajaran 2011/2012

Dari uraian data di atas, untuk kelas VII terbagi dalam 6 kelas, kelas VIII

terbagi dalam 6 kelas dan untuk kelas IX terbagi dalam 6 kelas juga.
55

4.1.3 Keadaan Tenaga Edukatif dan Non Edukatif

Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander

Kabupaten Bojonegoro

Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa sampai dengan diadakan

penelitian ini berlangsung (tahun 2012), tenaga edukatif berjumlah 39 orang

sedangkan tenaga non edukatif berjumlah 5 orang. Untuk lebih lengkapnya bisa

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Tenaga Edukatif dan Non Edukatif Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin

Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro Tahun Ajaran

2011/2012

No. Nama Jabatan

1 2 3
1. M. Jauharul Ma’arif, K.M.Pd.I. Kepala Sekolah

2. Achmad Fachruddin Ma’arif, S.Pd. Guru

3. Agustinayanti, S.Pd.MM. Guru

4. Aizatul Mardliyah, S.Pd. Guru

5. Amaliani Muamalah, S.Pd. Guru

6. Andika Widya Nugraha, S.Pd Guru

7. Dampri, S.Pd. Guru

8. Dra. Sri Rusmini Guru

9. Drs. M. Ali Imron Guru

10. Drs. Moch. Muchit Guru


56

11. Hj. Farida I’ana, S.Ag. Guru

1 2 3
12. Fathul Alim, S.Pd. Guru

13. Hartanto, S.Si. Guru

14. Herman Setio C., S.Pd. Guru

15. Ibnu Abbas Guru

16. Ina Ivawati, S.Pd. Guru

17. Khoirul Anwar, S.Pd. Guru

18. Lina Fitria, A.Md. Guru

19. Lutfi Zamroni Guru

20. Luthfiyah, S.Ag. Guru

21. M. Mahmudi, S.Pd. Guru

22. K. M. Mahrus Guru

23. K. M. Musta’in Dzakwan Guru

24. KH. M. Musta’in Sulaiman Guru

25. K. M. Nashirin Guru

26. K. M. Rochmat Abdul Qodir Guru

27. KH. M. Rochmat Rosyidin Guru

28. M. Sulton, S.Pd. Guru

29. K. M. Yasin Fahmi Guru

30. K. M. Zainuddin Guru

31. Misbahus Surur, S.Pd.I. Guru

32. Moh. Fauzan, S.Pd. Guru


57

1 2 3
33. Nur Hidayat A., S.Pd. Guru

34. Nur Qudsiatin Guru

35. Nurid Dhuha, S.Pd.I. Guru

36. Rinaningsih, S.Pd. Guru

37. Sri Kanah, S.Pd. Guru

38. Sutikno, S.Pd. Guru

39. Warsono, A.Ma. Guru

40. Abdul Ghofur, S.Pd.I. TU

41. Moch. Charis TU

42. Moh. Abid Muzakki TU

43. Nur Kholis TU

44. Harun Satpam


Sumber data dokumentasi keadaan tenaga edukatif dan non edukatif Madrasah
Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro
tahun ajaran 2011/2012

Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa tenaga edukatif

Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten

Bojonegoro cukup memadai dan berimbang dengan jumlah anak didiknya,

sehingga dapat diharapkan prestasi kegiatan belajar mengajar berjalan dengan

lancar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.


58

4.1.4 Jumlah Sarana dan Prasarana Madrasah

Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten

Bojonegoro

Sarana dan prasarana di Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro cukup memadai sehingga

memungkinkan lancarnya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada umumnya.

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Madrasah Tsanawiyah Abu

Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.3

Daftar Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro Tahun Ajaran 2011/2012

No Nama Barang Jumlah Status Ket.


1 2 3 4 5
1. Ruang kelas 18 Milik sendiri Baik

2. Ruang kepala sekolah 1 Milik sendiri Baik

3. Ruang guru 1 Milik sendiri Baik

4. Ruang tata usaha 1 Milik sendiri Baik

5. Perpustakaan 1 Milik sendiri Baik

6. WC guru 1 Milik sendiri Baik

7. WC siswa 2 Milik sendiri Baik

8. Kantin 1 Milik sendiri Baik

9. Lapangan 1 Milik sendiri Baik


59

Sumber data dokumentasi dan observasi inventaris Madrasah Tsanawiyah


Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun
ajaran 2011/2012

Berdasarkan kenyataan di atas, maka sarana dan prasarana yang dimiliki

Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten

Bojonegoro cukup memadai tetapi ada beberapa sarana yang harus ditambah,

yaitu laboratorium. Hal tersebut dikarenakan untuk meningkatkan kenyamanan

belajar para siswa.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Lingkungan Pergaulan

Data tentang variabel pertama, yaitu lingkungan pergaulan dimana

dalam penelitian ini diperoleh dari hasil angket dengan jumlah 1 5

pertanyaan yang telah diberikan kepada responden (siswa kelas VII Madrasah

Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro) yang

bisa dilihat pada tabel Lampiran II. Sedang model untuk perolehan skor (nilai)

dengan alternatif jawaban : a = 4, b = 3, c = 2 dan d = 1 sebagaimana tabel

berikut:

Tabel 4.6

Data Hasil Angket Tentang Lingkungan Pergaulan

Jenis Alternatif Jawaban


Nama
No. Kelamin Skor
Responden
(L/P) a=4 b=3 c=2 d=1
1 2 3 4 5 6 7 8
1. A.A.N.D. L 10 5 - - 55

2. A.G. L 7 5 3 - 49
60

3. A.I.S. L 7 5 3 - 49

4. A.R.N.S. L 7 5 3 - 49

5. A.S. L 11 3 1 - 55

6. A.S. P 12 3 - - 57

7. A.K. P 12 3 - - 57

8. B.O. P 11 3 1 - 55

9. D.A.P. L 12 3 - - 57

10. M.A.S. L 11 3 1 - 55

11. M.A.S. L 7 5 3 - 49

12. M.D.R.Y. L 8 6 1 - 52

13. M.F.R.R. L 8 4 3 - 50

14. M.A.G. P 8 4 3 - 50

15. M.A.M. P 7 3 3 - 49

16. M.D.S. P 11 1 1 - 55

17. N.A. P 12 - - - 57

18. R.R.F.K. P 10 1 1 - 54

19. T.W. P 12 - - - 57

20. S.K. L 7 4 4 - 48

21. M.S. L 10 2 2 - 53

22. M.R. L 9 3 3 - 51

23. A.N. L 10 1 1 - 54

24. A.I.R. P 11 1 1 - 55

25. A.D.F. P 7 3 3 - 49
61

Sumber data angket siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu


Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

Tabel diatas menunjukkan bahwa siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah

Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro yang memilih

jawaban “a” ada 64%, sedangkan yang memilih jawaban “b” ada 26%, sementara

itu yang memilih jawaban “c” ada 10% dari total siswa yang berjumlah 30 siswa.

Untuk pilihan terakhir, yaitu “d” tidak satupun yang memilihnya.

4.2.2 Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa

Data tentang variabel kedua, yaitu kemampuan berbahasa Indonesia

siswa dimana dalam penelitian ini diperoleh dari hasil angket dengan

jumlah 15 pertanyaan yang telah diberikan kepada responden (siswa kelas VII

Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten

Bojonegoro) yang bisa dilihat pada tabel Lampiran III. Sedang model untuk
62

perolehan skor (nilai) dengan alternatif jawaban : a = 4, b = 3, c = 2 dan d = 1

sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.7

Data Hasil Angket Tentang Kemampuan Berbahasa Indonesia

Jenis Alternatif Jawaban


Nama
No. Kelamin Skor
Responden
(L/P) a=4 b=3 c=2 d=1
1 2 3 4 5 6 7 8
1. A.A.N.D. L 8 6 1 - 52

2. A.G. L 7 5 3 - 49

3. A.I.S. L 7 5 3 - 49

4. A.R.N.S. L 7 5 3 - 49

5. A.S. L 8 6 1 - 52

6. A.S. P 10 4 1 - 54

7. A.K. P 10 5 - - 55

8. B.O. P 10 3 2 - 53

9. D.A.P. L 12 3 - - 57

10. M.A.S. L 10 4 1 - 54

11. M.A.S. L 9 3 3 - 51

12. M.D.R.Y. L 8 6 1 - 52

13. M.F.R.R. L 9 3 3 - 51

14. M.A.G. P 9 3 3 - 51

15. M.A.M. P 8 4 3 - 50

16. M.D.S. P 8 6 1 - 52

1 2 3 4 5 6 7 8
63

17. N.A. P 13 2 - - 58

18. R.R.F.K. P 8 6 1 - 52

19. T.W. P 10 3 2 - 53

20. S.K. L 7 6 4 - 48

21. M.S. L 9 3 3 - 51

22. M.R. L 8 4 1 - 52

23. A.N. L 9 3 3 - 51

24. A.I.R. P 10 4 1 - 54

25. A.D.F. P 9 3 3 - 51

26. C.I. P 8 4 3 - 50

27. D.A.S. P 9 3 3 - 51

28. E.M. P 8 4 3 - 50

29. I.F. P 9 3 3 - 51

30. K.I. P 12 3 - - 57
Frekuensi 269 122 59 0 450
Persentase 60% 27% 13% 0 100%
Sumber data angket siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu
Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

Tabel diatas menunjukkan bahwa siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah

Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro yang memilih

jawaban “a” ada 60%, sedangkan yang memilih jawaban “b” ada 27%, sementara

itu yang memilih jawaban “c” ada 13% dari total siswa yang berjumlah 30 siswa.

Untuk pilihan terakhir, yaitu “d” tidak satupun yang memilihnya


64

4.2.3 Pengaruh Lingkungan Pergaulan Terhadap Kemampuan Berbahasa

Indonesia Dalam Proses Pembelajaran Siswa

Dalam menganalisa data tentang pengaruh lingkungan pergaulan terhadap

kemampuan berbahasa Indonesia dalam proses pembelajaran siswa kelas VII,

penulis menggunakan metode statistik, yaitu metode koefisien korelasi Product

Moment.

Penulis akan menguji ada atau tidaknya pengaruh lingkungan pergaulan

terhadap kemampuan berbahasa Indonesia dalam proses pembelajaran siswa kelas

VII di Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten

Bojonegoro dan sampai seberapa jauh pengaruh tersebut. Dalam hal ini akan

dilakukan analisis berupa perhitungan koefisien korelasi Product Moment (rxy)

dengan rumus:

 xy
rxy = (Suharsimi Arikunto, 2009:70)
x y 2 2

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dikorelasikan (x = x- x dan y = y- y ).

 xy = perkalian antara x dan y


x2 = kuadrat dari x

y2 = kuadrat dari y

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :


65

1. Memasukkan nilai hasil angket siswa kelas VII (lingkungan pergaulan) pada

kolom x, sedangkan kemampuan berbahasa Indonesia dalam proses

pembelajaran siswa pada kolom y.

2. Menghitung kolom x- x dengan mencari rata-rata x dengan rumus x


N

3. Menghitung kolom y- y dengan mencari rata-rata y dengan rumus y


N

4. Menghitung kolom x2 dengan hasil pengkuadratan dari nilai kolom x- x .

5. Menghitung kolom y2 dengan hasil pengkuadratan dari nilai kolom y- y .

6. Menghitung kolom xy dengan hasil perkalian antara nilai kolom x- x dengan

y- y .

7. Menghitung jumlah akhir dari masing-masing kolom x2, y2 dan xy dengan

rumus koefisien korelasi Product Moment, yaitu:

 xy
rxy =
x y
2 2

8. Selanjutnya membandingkan hasil r hitung dengan tabel kerja koefisien

korelasi Product Moment, guna mencari signifikansi dari pada r tabel,

sehingga diketahui pula r hitung signifikan atau tidak dan diterima atau tidak.

Penulis menyajikan data dari hasil tabel penghitungan dari pengaruh

lingkungan pergaulan terhadap kemampuan berbahasa Indonesia dalam proses

pembelajaran siswa pada Lampiran V yang terdiri dari x 2, y2, dan xy. Dari tabel

penghitungan tersebut, penulis memperoleh hasilnya, antara lain: x 2 = 288, y2 =

172 dan xy = 177.


66

Kemudian, penulis memasukkannya ke dalam rumus teknik Product

Moment, dengan rincian sebagai berikut:

 xy
rxy =
x y 2 2

177
=
288  172

177
=
49.536

177
= 222,566

= 0,795

Dari penghitungan dengan rumus Product Moment di atas, maka hasil

yang didapatkan adalah rxy = 0,795.

4.3 Uji Hipotesis

Sehingga dari jumlah N = 30 dengan bantuan tabel nilai koefisien korelasi

r Product Moment pada Lampiran VI, pada taraf signifikansi 5% diketahui “r”

tabel (rt) sebesar 0,361 sedangkan N = 30 dengan taraf signifikansi 1% adalah

sebesar 0,463.

Dengan demikian maka nilai “r” yang diperoleh adalah lebih besar

daripada “r” tabel (rt) baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Maka dapat

digambarkan, yakni pada taraf signifikansi 5% ro > rt = 0,795 > 0,361 sedangkan

pada taraf signifikansi 1% ro > rt = 0,795 > 0,463.

Dengan melihat taraf signifikansi tersebut, dengan demikian hipotesis nihil

(Ho) yang berbunyi “Bahwa lingkungan pergaulan tidak berpengaruh terhadap


67

kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu

Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun ajaran

2011/2012”, DITOLAK. Sementara hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi

“lingkungan pergaulan berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa Indonesia

siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander

Kabupaten Bojonegoro tahun ajaran 2011/2012”, DITERIMA.

4.4 Interpretasi Data

Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks

korelasi “r” product moment (rxy) pada umumnya dipergunakan pedoman atau

ancer-ancer sebagai berikut:

Tabel 4.8

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan


0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Kesimpulan yang penulis dapatkan adalah tinggi rendahnya lingkungan

pergaulan ada hubungannya/mempengaruhi terhadap tinggi rendahnya

kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu

Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun ajaran 2011/2012

dengan tingkat hubungan yang kuat. Hal ini terlihat dari perolehan hasil akhir,
68

yaitu 0,795 yang berada pada tingkatan kuat pada tabel pedoman di atas, yaitu

diantara 0,60 – 0,799.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan penulis di atas, secara teoritis maupun empiris,

maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

5.1.1 Dari hasil pengamatan penulis melalui teknik angket

yang telah dikemukakan pada bab IV, lingkungan pergaulan dimana siswa

kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander

Kabupaten Bojonegoro tinggal, tergolong cukup baik atau memberikan

dampak yang positif siswa-siswinya.

Hal ini terbukti dari persentase dari tiap pilihan jawaban yang telah

disediakan. Mereka lebih dominan memilih jawaban “a” yang mempunyai

skor 4 paling banyak dari ketiga pilihan jawaban lainnya. Pilihan jawaban

tersebut mengandung jawaban yang lebih baik/positif dibandingkan yang

lainnya. Dari hasil tersebut diperoleh persentase 64%.

5.1.2 Sementara hasil pengamatan melalui teknik angket

yang lainnya adalah mengenai kemampuan berbahasa Indonesia siswa

kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander

Kabupaten Bojonegoro yang tergolong baik dan komunikatif.

Hal ini terbukti dari persentase dari tiap pilihan jawaban yang telah

disediakan. Mereka lebih dominan memilih jawaban “a” yang mempunyai

skor 4 paling banyak dari ketiga pilihan jawaban lainnya. Pilihan jawaban

68
70

tersebut mengandung jawaban yang lebih baik/positif dibandingkan yang

lainnya. Dari hasil tersebut diperoleh persentase 60%.

5.1.3 Dari hasil penghitungan pada bab IV bahwa r hitung

hasil penelitian sebesar 0,795, sedangkan setelah dikonsultasikan dengan

tabel nilai koefisien korelasi r Product Moment, dimana N = 30, Dengan

demikian maka nilai “r” yang diperoleh adalah lebih besar daripada “r”

tabel (rt) baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Maka dapat

digambarkan, yakni pada taraf signifikansi 5% ro > rt = 0,795 > 0,361

sedangkan pada taraf signifikansi 1% ro > rt = 0,795 > 0,463. Dengan

demikian Ha diterima, dan Ho ditolak.

Jadi, lingkungan pergaulan berpengaruh sekali terhadap

kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah

Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun

ajaran 2011/2012. Berarti semakin baik dan mendukung lingkungan

pergaulan dimana siswa tinggal, secara tidak langsung berpengaruh pada

kemampuan berkomunikasi ataupun cara mereka untuk berinteraksi satu

sama lain, dengan demikian semakin baik pula kemampuan berbahasa

Indonesianya.

5.2 Saran-saran

5.2.1 Bagi guru

Para guru bahasa Indonesia di Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro, hendaknya lebih meningkatkan


71

kemampuan terutama dalam teknik mengajarnya. Hal itu dapat dilaksanakan

dengan mempelajari buku-buku yang ada atau dengan mengikuti seminar,

workshop, diklat, simposium dan lain-lain. Selain itu, mengadakan berbagai

macam lomba yang berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi bahasa

Indonesia, yaitu lomba pidato bahasa salah satu contohnya.

5.2.2 Bagi siswa

Para siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan

Dander Kabupaten Bojonegoro, hendaknya tetap mempertahankan prestasi

belajarnya dengan belajar dan selalu memperhatikan dan konsentrasi penuh pada

saat guru sedang mengajarkan sesuatu di kelas. Disamping itu, berkomunikasi

ataupun berinteraksi dengan sebaik dan selancar mungkin terhadap teman maupun

guru di dalam lingkungan sekolah maupun di luar. Hal ini secara tidak langsung

akan berpengaruh terhadap tingkat intelektualitas mereka dalam memahami soal-

soal bahasa Indonesia yang mayoritas membutuhkan tingkat pemahaman yang

tinggi.

5.2.3 Bagi kepala sekolah

Kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan

Dander Kabupaten Bojonegoro, hendaknya mengadakan lomba tiap bulan sekali,

terutama lomba pidato bahasa yang bisa memotivasi semua siswa untuk belajar

berkomunikasi dengan baik dan lancar. Selain itu, lebih meningkatkan kualitas

para guru yang ada di sekolah ini, terutama guru bahasa Indonesia. Hal itu dapat

dijadikan dengan dilaksanakan pertemuan yang bersifat rutin atau terjadwal, yang

di dalamnya diberikan semacam pengarahan atau supervisi.


72

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Drs. H., Tri Prasetya, Joko, Drs. 2005. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung : Pustaka Setia.

Arifin, Zaenal, M.Pd. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Filosofi, Teori &
Aplikasinya. Surabaya : Lentera Cendikia.

Arikunto, Suharsimi, Prof., Dr. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

__________________. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi.


Jakarta : Bumi Aksara.

Fathurrohman, Pupuh, Prof., Sutikno, M. Sobry, M.Pd. 2010. Strategi Belajar


Mengajar, Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami.
Bandung : PT. Refika Aditama.

Hamalik, Oemar, Prof., Dr. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.

Masbid. 2010. Peranan Bahasa Indonesia Dalam Dunia Pendidikan (Online).


Tersedia: http://www.masbied.com/2010/11/21/peranan-bahasa-
indonesia-dalam-dunia-pendidikan/#more-3773. (22:10, 15 Maret 2012).

Nasution, Prof., Dr., M.A. 2010. Teknologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa


Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.

Rahmawati, Novi. 2011. Kajian Teoritis Kurikulum Pembelajaran Bahasa


Indonesia (Online). Tersedia: http://maalhuda70.sch.id/kajian-teoritis-
kurikulum-pembelajaran-bahasa-indonesia/) (2:12, 16 Maret 2012)

________________. 2011. Peranan Guru Dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia di SMP (Online). Tersedia: http://www.peutuah.com/peranan-
guru-dalam-pembelajaran-bahasa-indonesia-di-smp/ (15:00, 16 Maret
2012)
Sugiyono, Prof., Dr. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D.
Bandung : Alfabeta.
73

Suryabrata, Sumadi, Drs., B.A.,M.A.,Ed.S.,Ph.D. 2008. Psikologi Pendidikan.


Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. 2003. Sistem


Pendidikan Nasional 2003. Jakarta : Cemerlang.

Usman, Husaini, Prof., Dr., Setiady Akbar, Purnomo, M.Pd. 2009. Metodologi
Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.
74

Lampiran I

Pedoman

Penggalian Data Lapangan Tentang

Pengaruh Lingkungan Pergaulan Terhadap Kemampuan Berbahasa

Indonesia Dalam Pembelajaran Siswa Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah

Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro

Tahun Ajaran 2011/2012

Pedoman Dokumentasi

Profil Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten

Bojonegoro yang mencakup:

1. Sejarah singkat berdirinya Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

2. Jumlah tenaga edukatif sekaligus non edukatif Madrasah Tsanawiyah Abu

Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro berdasarkan jabatan

dan pendidikannya.

3. Keadaan sarana dan prasarana Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.


75

Pedoman Observasi

Responden:

Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander

Kabupaten Bojonegoro dan Tata Usaha

1. Memperoleh data tentang kondisi Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro, meliputi kondisi fisik sekolah,

antara lain lingkungan, gedung sekolah, sarana dan prasarana.

2. Mengamati suasana kerja kepala sekolah, guru, karyawan serta siswa

Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten

Bojonegoro.

3. Mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru

bahasa Indonesia di kelas masing-masing di Madrasah Tsanawiyah Abu

Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.


76

Pedoman Wawancara

Responden:

Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander

Kabupaten Bojonegoro

1. Berapa jumlah keseluruhan siswa yang belajar di Madrasah Tsanawiyah

Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro pada tahun

ajaran 2011/2012?

2. Bagaimana keadaan sarana dan prasarana yang ada di Madrasah

Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro?

3. Berapa jumlah guru dan tenaga administratif yang ada di Madrasah

Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro?


Lampiran II

Angket Responden

(Variabel Lingkungan Belajar Siswa)

Petunjuk Pengisian :

1. Isilah identitas kamu secara lengkap dan benar !

2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang kamu anggap paling sesuai dengan

keadaan kamu sekarang dengan cara memberi tanda silang (X) pada pilihan

jawaban yang tersedia!

Identitas Responden :

Nama siswa : …………………………………………

Kelas : …………………………………………

Jenis kelamin : …………………………………………

I. Lingkungan dalam Keluarga

1. Apakah suasana pergaulan antar anggota keluarga di rumah kamu

harmonis?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

c. Biasa

2. Apakah hubungan kamu dengan anggota keluarga sangat baik?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah


78

c. Biasa

3. Apakah orang tua kamu selalu memperhatikan segala kebutuhan kamu?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

c. Biasa

4. Apakah orang tua kamu selalu menegur, bila kamu melakukan kesalahan?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

c. Biasa

5. Apakah kamu selalu membicarakan masalah yang kamu hadapi dengan

orang tua?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

c. Biasa

II. Lingkungan di Sekolah

6. Apakah suasana lingkungan di sekolah kamu sangat baik?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

c. Biasa

7. Apakah kamu selalu ikut bergabung dengan teman-teman yang sedang

bercakap-cakap?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah


79

c. Biasa

8. Apakah kedudukan teman di sekolah kamu, sangat berarti ?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

c. Biasa

9. Pernahkah kamu berselisih pendapat bahkan sampai bertengkar dengan

teman sekelas atau dari kelas lain?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

c. Biasa

10. Apakah kamu pernah berkomunikasi dengan guru-guru yang mengajar

kamu di sekolah?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

c. Biasa

III. Lingkungan di Masyarakat

11. Bagaimana suasana lingkungan pergaulan antar warga di lingkungan

tempat tinggal kamu?

a. Sangat baik c. Biasa saja

b. Cukup baik d. Kurang baik

12. Apakah kamu mempunyai banyak teman di lingkungan tempat tinggal

kamu?

a. Sangat banyak c. Lumayan


80

b. Cukup banyak d. Sedikit

13. Apakah kamu dan teman-teman kamu sering berkumpul bersama untuk

sekedar mengobrol?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

14. Apakah kamu selalu diperhatikan ketika kamu berbicara di depan teman-

teman kamu ?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

15. Apakah kamu pernah curhat dengan teman-teman di sekitar lingkungan

kamu?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah


Lampiran III

Angket Responden

(Variabel Kemampuan Berbahasa Indonesia Dalam Pembelajaran Siswa)

Petunjuk Pengisian :

1. Isilah identitas kamu secara lengkap dan benar !

2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang kamu anggap paling sesuai dengan

keadaan kamu sekarang dengan cara memberi tanda silang (X) pada pilihan

jawaban yang tersedia!

Identitas Responden :

Nama siswa : …………………………………………

Kelas : …………………………………………

Jenis kelamin : …………………………………………

1. Apakah kamu selalu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia di rumah?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

2. Apakah keluargamu juga berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setiap hari?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

3. Apakah kamu merasa kesulitan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah


82

4. Apakah orang lain yang mendengarkanmu berbicara Indonesia bisa mengerti

apa yang kamu katakan?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

5. Apakah kamu termasuk anak yang atraktif atau selalu berkomunikasi dengan

siapa saja dengan bahasa Indonesia?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

6. Apakah gurumu langsung mengerti ketika kamu berpendapat?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

7. Apakah kamu pernah ikut lomba berpidato bahasa Indonesia di sekolahmu?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

8. Apakah kamu merasa canggung berbicara bahasa Indonesia di tengah-tengah

orang yang jarang atau tidak biasa berbahasa Indonesia?

a. Tidak pernah c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Ya

9. Pernahkah kamu mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan bahasa

Indonesia?

a. Tidak pernah c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Ya
83

10. Apakah kamu pernah berkomunikasi dengan guru-guru yang mengajar kamu

di sekolah?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

11. Apakah teman-teman sekelas atau bahkan satu sekolah sebagian besar

berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setiap saat?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

12. Apakah kamu selalu diperhatikan ketika kamu berbicara di depan teman-

teman kamu ?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

13. Apakah kamu merasa dengan sering berkomunikasi dengan bahasa Indonesia,

bisa membantu prestasi belajar kamu?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

14. Apakah kamu sering mengemukakan pendapat atau melakukan protes di kelas

dengan menggunakan bahasa Indonesia yang jelas dan lugas?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

15. Pernahkah kamu berselisih pendapat dengan teman sekelas?

a. Ya c. Jarang

b. Kadang-kadang d. Tidak pernah


Lampiran IV

Hasil Uji Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan
Dander Kabupaten Bojonegoro Dalam Lingkungan Pergaulan

No. Jumlah Soal


Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 a a b a b a a b a b b a a a a
2 a a a b a b b a c b b a c c a
3 a a a b a b b a c b b a c c a
4 a a a b a b b a c b b a c c a
5 a a a a a a b a a b c a b a a
6 a a a a b a b a b a a a a a a
7 a a a a b a b a b a a a a a a
8 a a a a a a b a a b c a b a a
9 a a a a b a b a b a a a a a a
10 a a a a a a b a a b c a b a a
11 a a a b a b b a c b b a c c a
12 a a a a b b b a b a b b c a a
13 a a a a b c b a b a b c c a a
14 a a a b a a b b a a b a a a a
15 a a b a a a b a a b b c c c a
16 a a b a a a b a a b b c c c a
17 a a b a a a b a a b b c c c a
18 a b a a b a b a b a b a c c a
19 a a b a b b a c a a a a a a a
20 a a b a b b a b a b a a a a a
21 a a a b b b a a b a a a a a a
22 a a a b a b a a b a c c a a a
23 a a a a b a a b a a a a a a a
24 a a a b a a b a b a a a a a a
25 a a a b a a b a b a b a a a a
26 a a a a a a b a b b a a a a a

No. Jumlah Soal


85

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
27 a a a b a b a b a b a c c a a
28 a a a b a b b c a c c a a a a
29 a a a a a b a b c b a a a a a
30 a a b a b b a b a b a a a a a

Sumber data angket siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun ajaran 2011/2012


Lampiran V

Hasil Uji Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan
Dander Kabupaten Bojonegoro Dalam Kemampuan Berbahasa Indonesia

No. Jumlah Soal


Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 a a b a b a a b a b b b c a a
2 a a c b a b b a c b b a c a a
3 a a c b a b b a c b b a c a a
4 a a c b a b b a c b b a c a a
5 a a b a b a a b a b b b c a a
6 a a a a b a b a b b a c a a a
7 a a a a b b b a a a b a c a a
8 a a a a b a a b a b a b a b c
9 a a b b a b a c a a a a a a a
10 a a a a b a b a b a b b b a a
11 a a b b b a a a a a a a a a a
12 a a b a b a a b a b b b c a a
13 a a b b a a b a b a b a a a a
14 a a a b a a b b a a b a a a a
15 a a b a a a b a a b a c a a a
16 a a b a b a a b a b b b c a a
17 a a b a b a b a b b a a a a a
18 a a b a b a a b a b b b c a a
19 a a b a b b a c a a a a a a a
20 a a b a b b a b a b a a a a a
21 a a a b b b a a b a a a a a a
22 a a b a b a a b a b b b c a a
23 a a a a b a a b a a a a a a a
24 a a a b a a b a b a a a a a a
25 a a a b a a b a b a b a a a a
26 a a a a a a b a b b a a a a a

No. Jumlah Soal


87

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
27 a a a b a b a b a b a c c a a
28 a a a b a b b c a c c a a a a
29 a a a a a b a b c b a a a a a
30 a a b a b b a b a b a a a a a

Sumber data angket siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun ajaran 2011/2012


88

Lampiran VI

Tabel Kerja r Korelasi Lingkungan Pergaulan dan Kemampuan Berbahasa

Indonesia Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011/2012

Responden x y x- x y- y x2 y2 xy

1 2 3 4 5 6 7 8
1 55 52 2 0 4 0 0

2 49 49 -4 -3 16 9 12

3 49 49 -4 -3 16 9 12

4 49 49 -4 -3 16 9 12

5 55 52 2 0 4 0 0

6 57 54 4 2 16 4 8

7 57 55 4 3 16 9 12

8 55 53 2 1 4 1 2

9 57 57 4 5 16 25 20

10 55 54 2 2 4 4 4

11 49 51 -4 -1 16 1 4

12 52 52 -1 0 1 0 0

13 50 51 -3 -1 9 1 3

14 50 51 -3 -1 9 1 3

15 49 50 -4 -2 16 4 8

16 55 52 2 0 4 0 0

1 2 3 4 5 6 7 8
89

17 57 58 4 6 16 36 24

18 54 52 1 0 1 0 0

19 57 53 4 1 16 1 4

20 48 48 -5 -4 25 16 20

21 53 51 0 -1 0 1 0

22 51 52 -2 0 4 0 0

23 54 51 1 -1 1 1 -1

24 55 54 2 2 4 4 4

25 49 51 -4 -1 16 1 4

26 49 50 -4 -2 16 4 8

27 54 51 1 -1 1 1 -1

28 55 50 2 -2 4 4 -4

29 54 51 1 -1 1 1 -1

30 57 57 4 5 16 25 20
∑ 1.590 1.560 0 0 288 172 177
90

Lampiran VII

Tabel Nilai Koefisien Korelasi r Product Moment

Taraf Signifikansi Taraf Signifikansi


N N
5% 1% 5% 1%
3 0,997 0,999 38 0,320 0,413
4 0,950 0,990 39 0,316 0,408
5 0,878 0,959 40 0,312 0,403
6 0,811 0,917 41 0,308 0,398
7 0,754 0,874 42 0,304 0,393
8 0,707 0,837 43 0,301 0,389
9 0,666 0,798 44 0,297 0,384
10 0,632 0,765 45 0,294 0,380
11 0,602 0,735 46 0,291 0,376
12 0,576 0,708 47 0,280 0,372
13 0,553 0,684 48 0,284 0,360
14 0,552 0,661 49 0,281 0,364
15 0,514 0,641 50 0,279 0,361
16 0,497 0,625 55 0,266 0,345
17 0,482 0,606 60 0,254 0,330
18 0,468 0,590 65 0,244 0,317
19 0,456 0,575 70 0,235 0,306
20 0,444 0,561 75 0,227 0,296
21 0,453 0,549 80 0,220 0,286
22 0,423 0,537 85 0,213 0,278
23 0,413 0,526 90 0,207 0,270
24 0,404 0,515 95 0,202 0,263
25 0,396 0,505 100 0,195 0,256
26 0,388 0,496 125 0,176 0,230
27 0,381 0,487 150 0,159 0,210
28 0,374 0,478 175 0,148 0,194
29 0,367 0,470 200 0,138 0,181
30 0,361 0,463 300 0,113 0,148
31 0,395 0,456 400 0,098 0,128
32 0,349 0,449 500 0,088 0,115
33 0,344 0,442 600 0,080 0,105
34 0,339 0,436 700 0,074 0,097
35 0,334 0,430 800 0,070 0,091
36 0,329 0,424 900 0,065 0,086
37 0,325 0,418 1000 0,062 0,081
91

Anda mungkin juga menyukai