PENDAHULUAN
Pendidikan bagi anak bukan hanya tanggung jawab orang tua dan guru
saja, namun menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
dinyatakan bahwa :
proses yang melibatkan berbagai faktor, salah satu dari beberapa faktor tersebut
mereka berada dalam lingkungan pergaulan yang buruk, sebaliknya banyak pula
dalam belajarnya, karena mereka berada dalam lingkungan pergaulan yang sangat
mendukung dan dapat membawa mereka ke arah kemauan dan semangat tinggi
dalam belajar.
1
2
termasuk anak-anak yang normal dan merupakan kegiatan individu yang tidak
dan kebahagiaan, tetapi tidak jarang pula bisa menjadi sumber penderitaan dan
apabila anak berada dalam lingkungan pergaulan yang positif, maka kemungkinan
besar anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang berkepribadian positif,
pergaulan yang negatif, kemungkinan besar anak akan tumbuh menjadi seorang
bahwa “adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain itu
sehingga dengan kesulitan itu akan mempengaruhi pada tingkat prestasi anak,
maka latar belakang keluarga dalam berbahasa dapat juga dijadikan sebagai faktor
Maka dengan kenyataan ini bahwa seorang anak yang sudah terbiasa
dipahami.
Indonesia dalam proses pembelajaran siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu
lain :
berkomunikasi.
membawa dampak negatif pada siswa yang secara tidak langsung juga
1.2.3 Sebagai calon pendidik yang nantinya akan terjun langsung ke kancah
dengan teman sebaya yang berbeda-beda baik secara fisik maupun secara
tersebut.
sebagai berikut :
Bojonegoro ?
Dander Bojonegoro ?
Bojonegoro.
5
Dander Bojonegoro.
Dander Bojonegoro.
belajar siswa, hingga usaha untuk mencapai tujuan pendidikan dapat terlaksana
dengan sebaik-baiknya.
Arikunto (2002:64) merinci asal kata hipotesis dari kata hypothesa yang
terdiri dua kata, yaitu “hypo” yang berarti di bawah, dan “thesa” yang berarti
kebenaran. Kata ini diserap dalam Bahasa Indonesia menjadi “hipotesa” hingga
6
2008:53) Berpijak pada pernyataan dasar yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diangkat suatu kesimpulan sementara sebagai hipotesa yang akan dibuktikan
Supaya penjelasan dan ulasan yang akan penulis himpun sedemikian rupa
miliki. Maka dari itu, penelitian tersebut hanya akan meneliti lingkungan
pergaulan siswa kelas VII dan kemampuannya dalam berbahasa Indonesia dalam
mencari dan menguasai ilmu pengetahuan yang berawal dari alasan umum
yang bersifat umum. Dalam hal ini Zaenal Arifin (2008:14), menyatakan
bahwa berpikir secara induktif adalah “proses berpikir yang diawali dari
fakta-fakta pendukung yang spesifik, menuju pada hal yang bersifat lebih
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Demikian juga metode kedua
bersifat umum
adalah:
1.8.1.1 Lingkungan
processes kita kecuali gen-gen bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai
menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen yang lain”. (Ngalim
Purwanto, 2010:28)
1.8.1.2 Pergaulan
2001:339)
tempat.
9
1.8.2.1 Kemampuan
Depdiknas, 2001:707)
Depdiknas, 2001:90)
Sutikno, 2010:10)
1.8.2.4 Siswa
Dari uraian judul yang telah disebutkan di atas baik dalam variabel bebas
KAJIAN PUSTAKA
yang ada di luar diri anak, baik yang berupa manusia maupun bentuk-bentuk lain
Dari pendapat yang telah penulis kemukakan di atas, menurut penulis yang
mereka yang berusia di bawahnya, baik kerabat dekat maupun orang lain,
10
12
anak.
manusia itu sendiri, yaitu sebagai makhluk individu dan sosial. Oleh karena itu
Untuk mengetahui secara pasti apa yang menjadi faktor atau penyebab dari
berbagai latar belakang tersebut. Hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa faktor,
karena tanpa adanya melihat dari kesemuanya itu tentunya akan mengalami
kesulitan untuk mengungkap makhluk yang hidup dalam rumah tangga atau dalam
keluarga.
Jadi, jelaslah bahwa manusia itu dinamis, dengan melihat kenyataan yang
demikian itulah, maka pola interaksi yang terjadi akan menampakkan pola yang
progresif. Maksudnya adalah bahwa manusia itu pada dasarnya ingin maju dan
ingin memperluas hubungan dengan alam sekitar. Oleh karena itulah manusia
selalu menghormati norma sosial, meliputi kode etik sosial, kode moral, kode
Kode sosial timbul tanpa adanya paksaan, dan timbul karena kebersamaan
dalam masyarakat itu sendiri. Segala yang diterima dalam interaksi tersebut
memang penuh dengan dinamika, dan tentunya manusia dituntut untuk pandai-
pandai beradaptasi dalam masyarakat, yang tidak menyimpang dari tatanan sosial
Jadi, ada gerak ada dinamika jadi perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu
akan berpengaruh juga terhadap lingkungan pergaulan itu sendiri. Menurut Sartain
yang dikutip Ngalim Purwanto (2010:28) lingkungan pergaulan itu bisa dibagi
1. Faktor internal
Yang dimaksud faktor internal adalah faktor yang menyangkut seluruh diri
pribadi, termasuk fisik atau mental atau psiko fisiknya yang ikut menentukan.
Jadi, faktor internal ini munculnya dari diri orang itu sendiri tanpa ada
pengaruh dari luar. Hal ini tergantung dari diri pribadi, bagaimana bisa
kapan saja.
Dengan kata lain bahwa faktor internal ini bisa dikatakan kepribadian,
yaitu keadaan seseorang dimana aspek dalam dan aspek luarnya mencerminkan
14
sikap dan cara serta tingkah laku, seseorang sebagaimana yang dikatakan oleh
Jadi, jelaslah bahwa semua itu muncul dari jiwanya tanpa ada pengaruh
muncul dari dalam diri orang itu bisa digolongkan menjadi beberapa bagian,
karena hal itu sama kompleknya dengan permasalahan pada jiwa manusia itu
sendiri.
(2008:102) bahwa dinamika kepribadian manusia terdiri atas 3 (tiga) aspek : “1)
Das Es (the id), yaitu aspek biologis, 2) Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis,
dan 3) Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis”.
Das Es atau aspek biologis adalah “aspek yang orisinal”. Dari aspek inilah
kedua aspek yang lain diasalkan. Das Es berfungsi dengan berpegang kepada
Akan tetapi jelas kiranya bahwa cara “ada” yang demikian itu tidak
mungkin dipertahankan; orang yang tidak lapar akan menjadi kenyang dengan
aspek lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia objektif. Aspek ini
Das Ich atau aspek psikologis dari kepribadian ini timbul dari
realistis. Di dalam berfunsinya Das Ich itu berpegang kepada prinsip “realitas”
ketidakenakan, tetapi dalam bentuk dan cara yang sesuai dengan kondisi-
kondisi dunia riil, sesuai dengan kenyataan, baik itu kenyataan benda-benda,
Das Ueber Ich atau aspek sosiologis dari kepribadian ini merupakan
berbagai perintah dan larangan. Das Ueber Ich lebih merupakan hal yang
kesenangan. Karena itu Das Ueber Ich dapat pula dianggap sebagai aspek
apakah sesuatu susila atau tidak susila, pantas atau tidak pantas, benar atau
salah, dan dengan berpedoman ini pribadi dapat bertindak dalam cara yang
sesuai dengan moral masyarakat. Berfungsinya Das Ueber Ich itu dapat kita
lihat dalam hubungan dengan ketiga aspek daripada kepribadian itu, yaitu :
b. Mendorong Das Ich untuk lebih mengajar hal-hal yang moralistis daripada
yang realistis;
c. Mengajar kesempurnaan.
2. Faktor eksternal
dari luar diri individu. Adapun faktor eksternal terdiri dari : “sosial secara
sosial itu datangnya dari manusia sendiri, namun sosial disini bukan dari individu
tetapi dari orang lain. Faktor sosial secara langsung seperti : “dalam pergaulan
sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman-teman kita, kawan
secara langsung. Suatu kenyataan bahwa lingkungan pergaulan itu sendiri akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga atau kepada orang lain. Maka dari itu
17
perlu diciptakan suasana lingkungan yang baik, dengan kebaikan suasana keluarga
sebenarnya kebudayaan itu bersumber dari manusia itu sendiri karena manusia
faktor tidak langsung terdiri dari : “radio dan televisi, dengan membaca buku-
Dan jelas itu semua ada pengaruhnya terhadap kondisi manusia dalam
Terbukti dari desa sampai TV atau media elektronika dan media cetak. Ini sangat
besar pengaruhnya terhadap lingkungan pergaulan, faktor non sosial yang lain
adalah faktor lingkungan alami. Misalnya suhu udara yang cukup dan segar akan
berbeda hasilnya dengan belajar pada suhu yang panas dan pengap. Begitu pula
belajar di pagi hari akan berbeda hasilnya dengan belajar pada siang hari.
Pendidikan dan pengajaran yang pertama kali dialami oleh setiap anak
SWT. Kedua orang tualah yang sangat berperan dan menanggung perasaan
bertanggung jawab yang lebih besar, bukan saja terhadap masyarakat, bangsa dan
Salah satu diantara beberapa bekal yang dibutuhkan oleh seorang anak
bekal akhlak yang baik, yang merupakan sarana untuk menjalin hubungan dengan
2. Kesungguhan para pendidik dalam pendidikan akhlak dan budi pekerti anak di
sekolah
sekolah, diantaranya adalah untuk membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur
Budi pekerti luhur dan akhlak yang mulia harus dimiliki oleh para tenaga
dalam penanggulangan sikap dan perilaku menyimpang pada anak didik. Guru
harus benar-benar berusaha untuk membantu anak didik memperoleh akhlak dan
budi pekerti yang luhur, agar dapat tercipta lingkungan pergaulan sesuai dengan
yang sehat
pembentukan akhlak dan budi pekerti anak, karena anak juga merupakan bagian
dari keluarga hidup di masyarakat. tanpa bekal akhlak yang baik dan budi pekerti
yang luhur, maka lingkungan pergaulan yang baik tidak akan tercipta di
masyarakat.
masyarakat. bagi anak para pemimpin dan tokoh masyarakat diharapkan bisa
menjadi contoh dan teladan bagi mereka. Dengan demikian dipundak para
sosial yang baik. Hal itu bukan berarti hanya para pemimpin dan tokoh
masyarakat saja yang mempunyai tanggung jawab terhadap baik buruknya akhlak
dan budi pekerti anak, tetapi semua anggota masyarakat juga harus ikut
para pemimpin dan tokoh masyarakat sangat penting dalam membina dan
datang dari diri sendiri untuk mampu berbicara dalam berinteraksi dan
“Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri;
percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun”.
(Pusat Bahasa Depdiknas, 2001:88)
Dengan demikian bahwa dalam rangka untuk mengungkapkan suatu
perasaan atau pemikiran perlu dengan menggunakan sistem lambang bunyi dari
alat ucap yang dapat dimengerti dan dipahami oleh lawan bicara, sehingga
lambang bunyi itu mempunyai arti apa yang dimaksud oleh orang yang sedang
Indonesia.
21
pelajaran IPS.
Indonesia, yaitu :
sebagainya baik melalui bahasa lisan maupun tulisan dari seorang kepada
berbahasa Indonesia dapat dikembangkan pada mata pelajaran IPS atau mata
pelajaran lain.
atau membagi dan menunjukkan hal-hal yang perlu diketahui serta mencari
berbahasa Indonesia atau diselingi dengan bahasa asing (arab, dan lain-lain)
doa/permohonan pada Allah SWT, diskusi dan sebagainya atau berupa pesan-
pesan pertanyaan, jawaban, cerita dan sebagainya secara lisan maupun tulisan
23
diserap dan dimengerti oleh segala lapisan masyarakat sehingga pesan-pesan yang
selalu ditingkatkan serta penggunaannya dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidah yang telah ditetapkan. Kemudian kebanggaan dan rasa memiliki terhadap
komunikasi yang efektif dalam sosial kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan dan
penulisan karya ilmiah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Untuk itu fungsi bahasa Indonesia itu dapat kita lihat pada pendapat
berikut :
24
berkomunikasi secara baik dan benar bisa terwujud sesuai dengan kaidah tata
bahasa yang sudah baku. Maka gabungan antara pengetahuan dan ketrampilan
menggunakan bahasa itu bisa serasi dan pada tanpa adanya pengecualian antara
keduanya.
Demikian pula dalam bidang studi bahasa Indonesia dan mata pelajaran
lainnya sangat tergantung pada kecakapan dan pemahaman bahasa anak dalam
menyerap materi yang diberikan. Karena proses alih informasi yang diberikan
dengan memakai bahasa resmi dalam negara dengan baik manakala pemahaman
baik melalui bahasa lisan maupun tulisan dari seseorang kepada orang lain,
menghormati, bekerja sama, tenggang rasa (tepo seliro) dan saling cinta
dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, apabila diperlukan.
Oleh karena rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa itu dilandasi
oleh cinta kepada tanah air dan bangsanya, maka dikembangkan oleh rasa
itu mata pelajaran IPS, IPA, berhitung atau matematika, pendidikan agama,
1. Bahasa resmi kenegaraan, artinya sebagai bahasa resmi negara, bahwa bahasa
golongan yang berbeda dalam masyarakat baik suku, budaya dan bahasanya.
pengetahuan dan teknologi sebagai kekayaan bangsa dan lambang citra bangsa
bangsa yang dapat dikenal oleh mancanegara sebagai bangsa yang berbudaya
Dengan keterangan di atas dapat kita ketahui beberapa fungsi lain tentang
nilai-nilai sosial budaya yang ada dan dengan atas kebanggaan itu dapat untuk
dengan identitas ini dapat dikembangkan sesuai dengan kedudukannya ini dan
3. Sebagai bahasa nasional artinya bahwa bahasa Indonesia dapat dipakai seluruh
bahasa nasional ini, antar warga masyarakat dapat saling berhubungan dengan
tukar informasi. Kita dapat berkomunikasi dengan seluruh lapisan dan pelosok
suku bangsa dan bahasa dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda,
sehingga persatuan dan kesatuan dapat dijaga serta pemerataan informasi dan
pembangunan dapat adil dan merata, tidak terjadi dan timbul disintegrasi
bangsa yang berakibat terpecah belahnya bangsa dan perang saudara. Karena
penuh perikemanusiaan.
29
akan penulis sampaikan lebih lanjut, yang pada intinya bahwa tujuan kemampuan
berbahasa Indonesia itu sama dengan tujuan kurikulum bahasa Indonesia dan
tujuan kurikulum bahasa Indonesia itu sama dengan tujuan pelajaran bahasa
tujuan pelajaran bahasa Indonesia sama dan berkait, demikian juga dengan
Indonesia itu sendiri yang tertuangkan dalam kurikulum, maka secara jelas dapat
Indonesia dan kepada siapa bahasa Indonesia itu digunakan, untuk tujuan apa
digunakan, dimana tempatnya dan kapan waktunya, dalam konteks apa (peserta
lain, kebudayaan dan suasana), dengan jalur mana, lisan atau tulisan, memakai
media apa (apakah melalui tatap muka langsung tanpa perantara, dengan perantara
telpon atau surat, buku, koran dan sebagainya), dalam peristiwa apa (apakah
dan sebagainya). Sebab bahasa Indonesia digunakan oleh guru, murid atau dosen
digunakan oleh orang-orang di pasar pada umumnya dan berbeda pula dengan
bahasa Indonesia yang diucapkan oleh para abang becak. Perbedaan itu
yang baik dan benar dan sesuai dengan tata bahasa yang ditetapkan. Tujuan
1. Mendengar
Memang banyak sekali suara-suara yang mesti didengar oleh siswa baik di
2. Berbicara
tinggi pula pemahaman orang yang diajak komunikasi. Dapat kita bayangkan
membaca berkaitan erat dengan kegiatan menulis atau mengarang dan perlu sekali
belajar membaca disertai pula dengan belajar menulis atau mengarang. Guru
menyelesaikan kalimat, atau menulis bebas seperti cerita, surat, menyadur dan
sebagainya.
penulis paparkan maka dapat kejelasan bahwa sesuai dengan kurikulum, bahasa
Indonesia ada katerkaitannya dengan pendidikan agama Islam dan ada pula
sebab anak mendengarkan, berbicara, membaca, menulis semua bidang studi tidak
lepas dari kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berbahasa Indonesia. Jadi
hubungan timbal balik itu saling menunjang antara pelajaran bahasa Indonesia
pemahaman siswa dalam berbagai bidang studi lain. Pemahaman itu sangat
materi pelajaran yang diberikan. Hal ini sesuai dengan perintah agama Islam,
bahwa kita disuruh untuk pandai membaca yang merupakan permulaan dari
Ilmu pengetahuan merupakan alat yang sangat penting dan dominan untuk
bekal dalam kehidupan manusia, seperti ketrampilan membaca dan menulis sangat
dunia. Karena orang yang memiliki ilmu pengetahuan itu akan mempunyai derajat
yang tinggi dihadapan semua manusia. Maka derajat seseorang itu akan
ditentukan oleh tinggi rendahnya ilmu pengetahuan yang dia miliki lewat jalur
dimiliki oleh anak didik. Tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk
Dengan demikian cita-cita yang kita harapkan insya Allah akan terlaksana,
meskipun dalam pelaksanaannya nanti juga harus ada evaluasi dan peninjauan
keberhasilannya nanti juga tidak tergantung penuh pada ketetapan yang ada, tapi
proses interaksi belajar mengajar seraya memohon pertolongan Allah SWT untuk
pengaruh yang ada, sehingga penuturannya pun dapat juga berbeda dengan
bahasa Indonesia dalam rangka untuk mengetahui kemampuan ini dapat dibagi
“bahasa lisan adalah hasil permainan bersama yang subtil dari data
pengetahuan lingual dan ekstra lingual, dari informasi auditif, visual, dan
kognitif (berdasarkan pengetahuan dan penapsiran).”
http://www.masbied.com/2010/11/21/peranan-bahasa-indonesia-dalam-
dunia-pendidikan/#more-3773 (diakses tanggal 15 Maret 2012 pada pukul
23:15)
Dengan demikian pada intinya bahasa lisan adalah bahasa yang
disampaikan secara langsung terhadap orang kedua, teman berbicara yang berada
serta predikat tidak selalu dinyatakan atau unsur-unsur itu kadang-kadang dapat
35
pandangan, anggukan dan sebagainya. Tetapi bahasa lisan ini terikat oleh situasi
dan kondisi ruang dan waktu artinya apa yang dibicarakan secara lisan,
ditempatkan dalam suatu ruang hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu
saja. Dan apa yang dibicarakan dalam suatu tempat atau suatu ruangan itu belum
tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruangan. Disamping itu
bahasa lisan dipengaruhi oleh nada suara atau tinggi rendahnya suara atau panjang
pendeknya suara, artinya suara dengan nada tinggi atau rendah itu dapat menarik
Dalam bahasa tulisan tidak harus ada teman dalam berbicara untuk diajak
tatap muka seperti yang ada dalam bahasa lisan, tapi bahasa tulisan harus lebih
terang dan lebih lengkap dari bahasa lisan. Kelengkapan bahasa tulisan
menghendaki agar orang yang membaca mengerti isi tulisan itu, sehingga bahasa
kosakata dan kalimatnya dan juga tidak dapat memungkinkan untuk memiliki
makna yang berganda. Sehingga tulisan yang ditulis pada waktu lampau masih
dapat dipahami pada waktu atau masa di kemudian dikarenakan kelengkapan yang
36
ditulis dalam kalimat yang diberikan, seperti tanda baca, huruf besar, huruf
bercetak miring, kalimat yang digaris bawah, huruf yang bercetak tebal dan
sebagainya.
“Tidak dapat kita pungkiri, bahwa bahasa Indonesia ragam lisan sangat
berbeda dengan ragam bahasa secara tertulis. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisna ke dalam
ragam tulis (huruf). Pendapat ini tidak dapat dibenarkan seratus persen
sebab tidak semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya tidak semua
ragam tulis dapat dilisankan, kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum
tentu berlaku bagi ragam tulis”. (Zaenal Arifin & Amran Tasai, 2009:18)
Dengan demikian jelaslah bahwa bahasa Indonesia secara lisan dengan
Ragam lisan :
2. Penggunaan kosakata
diterima.
b. Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa
Aceh.
37
Ragam tulis :
pekerjaan itu.
2) Penggunaan kosakata
Istimewa Aceh.
Tasai, 2009:20-21)
Berbahasa Indonesia
38
itu jelek, maka dapatlah untuk segera diminimalkan. Oemar Hamalik (2001:183)
mengatakan bahwa :
berbahasa Indonesia anak itu dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor dalam
dirinya sendiri, yaitu kemampuan yang dibawa sejak lahir yang menyangkut
kecerdasan, bakat dan minatnya. Selain itu adalah pengaruh yang datang luar
Karena itu alokasi waktu yang diberikan seharusnya berbeda antara anak
rendah, karena apabila alokasi yang diberikan sama, maka anak yang mempunyai
tingkat kecerdasan rendah merasa tertinggal. Demikian juga sebaliknya anak yang
mempunyai kecerdasan tinggi akan merasa bosan dengan pelajaran yang sudah
diberikan, karena merasa adanya pengulangan materi, padahal anak ini sudah
dapat memahami dengan baik. Ini menunjukkan bahwa pengaruh yang datang dari
diri sendiri juga harus diperhatikan agar pengajaran yang diberikan bisa diserap
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam melakukan suatu kegiatan penelitian itu perlu mendapat suatu hasil.
sebab akibat, dalam hal ini adalah hubungan antara variabel-variabel yang akan
terikat” (Sugiyono, 2011:39). Secara singkat variabel bebas yang diselidiki dalam
Arifin (2008:38), variabel terikat adalah “suatu respon atau tanggapan atau hasil
38
40
siswa.
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya”.
3.2.1. Populasi
terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
subjek penelitian”.
obyek untuk diteliti. Adapun yang diangkat untuk populasi atau wilayah
generalisasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa di Madrasah Tsanawiyah Abu
belas) kelas dengan jumlah siswa sebanyak 603 siswa. Untuk lebih jelasnya, dapat
Tabel 3.1
Jenis Kelamin
No. Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. VII A 17 17 34
2. VII B 18 18 36
3. VII C 15 18 33
4. VII D 16 17 33
5. VII E 19 18 37
6. VII F 17 17 34
7. VIII A 16 16 32
8. VIII B 15 17 32
9. VIII C 15 18 33
10. VIII D 18 18 36
11. VIII E 16 16 32
12. VIII F 17 16 33
13. IX A 18 17 35
14. IX B 16 16 32
15. IX C 17 18 35
16. IX D 16 16 32
17. IX E 16 15 31
18. IX F 17 16 33
Jumlah 299 304 603
3.2.2. Sampel
menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling” (Usman dan
Setiady, 2009:43). Mengingat populasi yang akan diteliti sangat banyak, maka
42
tidak mungkin untuk diteliti semuanya. Dalam skripsi ini akan digunakan
bahwa “… jika seluruh subjek yang akan diteliti sangat luas cakupannya, maka
kelompok subjek yang menjadi interes peneliti tersebut. Mereka hanya mampu
“untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-
25% atau lebih”.
Dalam hal ini, peneliti hanya mengambil populasi siswa kelas VII saja
yang berjumlah 207 dari 6 kelas. Oleh karena jumlahnya melebihi dari angka 100,
maka mengacu pada pendapat Arikunto di atas, peneliti akan mengambil 15%
= 30 siswa
43
Masih banyak yang salah paham mengenai perbedaan antara metode dan
alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.
Adapun bentuk instrumen yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial”.
Maka dari itu, penulis telah menyediakan 4 (empat) pilihan jawaban untuk
Dalam angket tersebut yang bisa dilihat pada Lampiran II dan III yang
terdiri dari 15 item atau soal dengan skor nilai sebagai berikut:
Data
yang sangat penting, sebab kekeliruan dalam bidang ini akan dapat
yang diperlukan oleh seorang peneliti. Namun di dalam pembahasan skripsi ini
1. Metode Observasi
data dalam penelitian ini, menurut Usman dan Setiady (2009:52): “Observasi
diteliti”.
Dengan demikian observasi itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
observasi langsung dan observasi tidak langsung serta dilakukan dengan sengaja
memuat data-data yang diperlukan dan telah disusun dan diatur terlebih dahulu.
adalah:
b. Tugas observasi menjadi terganggu pada waktu ada peristiwa yang tidak
terduga.
langsung.
situasi dan kondisi obyek penelitian, yaitu seputar keadaan Madrasah Tsanawiyah
2. Metode Wawancara/Interview
Yang dimaksud dengan metode interview adalah “tanya jawab lisan antara
dua orang atau lebih secara langsung”. (Usman dan Setiady, 2009:55)
Metode ini peneliti gunakan sebagai metode baru dalam memperoleh data-
data yang kurang dapat diperoleh dengan metode lainnya. Peneliti melakukan
46
wawancara/interview dengan responden baik siswa, guru, kepala sekolah dan lain
sebagainya.
lingkungan pergaulan siswa dan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VII
Bojonegoro.
3. Metode Dokumentasi
hal yang berhubungan dengan aktivitas yang berupa tulisan, laporan yang memuat
tentang gejala-gejala dan merupakan dokumen penting dari suatu peristiwa yang
kembali.
peneliti berusaha:
47
mungkin.
situasi dan kondisi obyek penelitian, yaitu dokumentasi seputar profil Madrasah
4. Metode Angket/Questioner
secara tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
Arikunto, 2006:151).
Adapun sumber data yang dikenai angket ini adalah responden yang
terpilih sebagai sampel dan jenis angket yang dipergunakan adalah angket
b. Sukar diketahui antara jawaban yang sebenarnya dengan jawaban yang tidak
membingungkan.
Metode ini penulis anggap dan penulis pandang sebagai metode yang
sesuai untuk mendapatkan data karena data yang diperoleh ini dari responden
sebanyak 30 anak sebagai responden secara satu per satu tidak mungkin dilakukan
wawancara.
Dan dengan metode ini pula responden akan memberikan jawaban sesuai
dengan isi hatinya. Sebab tidak merasa tertekan dan tidak ada yang dapat
mempengaruhi, dan itu semua peneliti anggap benar dan dapat dipercaya.
diperoleh dari sumber data yang digambarkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.2
Teknik
No. Kelompok Data Sumber Data
Pengumpulan Data
Jumlah siswa berdasarkan Kepala sekolah
1. Dokumentasi
kelas dan jenis kelamin dan Tata Usaha
Jumlah tenaga edukatif
Kepala sekolah
2. berdasarkan jabatan dan Dokumentasi
dan Tata Usaha
pendidikan
Kepala sekolah Dokumentasi dan
3. Jumlah sarana dan prasarana
dan Tata Usaha observasi
4. Lingkungan pergaulan siswa Siswa/responden Angket dan
49
wawancara
Pelaksanaan pembelajaran Guru bahasa Wawancara dan
5.
pelajaran bahasa Indonesia Indonesia observasi
Guru bahasa Wawancara,
Kemampuan berbahasa
6. Indonesia dan observasi dan
Indonesia
siswa/responden angket
menunjukkan sifat sesuatu, misalnya baik, sedang dan sebagainya. Hal ini
dimaksudkan untuk membandingkan data yang bersifat teoritis dengan data yang
bersifat praktis yang diperoleh dari lapangan dan selanjutnya diambil suatu
kesimpulan.
1. Metode deduktif
mencari dan menguasai ilmu pengetahuan yang berawal dari alasan umum menuju
kearah yang lebih spesifik” (Zaenal Arifin, 2008:14). Misalnya dalam penguraian
pada rumusan masalah dijabarkan dalam bentuk kajian pustaka yang selanjutnya
2. Metode induktif
50
Yang dimaksud metode induktif adalah “proses berpikir yang diawali dari
fakta-fakta pendukung yang spesifik, menuju pada hal yang bersifat lebih umum
dari hasil pengukuran maupun pengubahan dari data kualitatif. Teknik ini
xy
rxy = (Suharsimi Arikunto, 2009:70)
x y 2 2
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan (x = x- x dan y = y- y ).
y2 = kuadrat dari y
51
dengan demikian dapat diketahui pula r hitung signifikan atau tidak. Jika
pada pembahasan penyajian data dan analisa data atau sub bab berikutnya,
pembahasannya.
BAB IV
akan peneliti sajikan tentang profil sekolah yang dijadikan tempat objek
Kabupaten Bojonegoro.
berikut:
Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin terletak di Jl. KH. R. Moch. Rosyid No.
62171 dengan telepon (0353) 888502. Sekolah ini dibawah naungan Yayasan
Pendidikan Abu Darrin (YPAD) dengan status terakreditasi dengan nomor SK:
seluas 26.800 m2 dengan rincian bangunan seluas 22.400 m2, lapangan olahraga
51
53
Pada tahun 1933 Madrasah dirintis dan didirikan oleh KH. Abu Darrin
yang dimulai dari kelas Nol Besar namun hanya berjalan kurang lebih 3 (Tiga)
tingkat Ibtidaiyah yang diberi nama Madrasah “Salafiyah”. Pada tahun 1950
RI dan pada tahun 1978 piagam tersebut diperbaharui oleh Kanwil Depag Jatim
Salafiyah Roudlotul Ilmiyah (MISRI). Pada tahun 1979 dikembangkan lagi dan
akreditasi dari Depag dan berhasil ditingkatkan statusnya dari tedaftar menjadi
Bojonegoro
Tabel 4.1
Jenis Kelamin
No. Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. VII A 17 17 34
2. VII B 18 18 36
3. VII C 15 18 33
4. VII D 16 17 33
5. VII E 19 18 37
6. VII F 17 17 34
7. VIII A 16 16 32
8. VIII B 15 17 32
9. VIII C 15 18 33
10. VIII D 18 18 36
11. VIII E 16 16 32
12. VIII F 17 16 33
13. IX A 18 17 35
14. IX B 16 16 32
15. IX C 17 18 35
16. IX D 16 16 32
17. IX E 16 15 31
18. IX F 17 16 33
Jumlah 299 304 603
Sumber data dokumentasi keadaan siswa Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin
Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun ajaran 2011/2012
Dari uraian data di atas, untuk kelas VII terbagi dalam 6 kelas, kelas VIII
terbagi dalam 6 kelas dan untuk kelas IX terbagi dalam 6 kelas juga.
55
Kabupaten Bojonegoro
sedangkan tenaga non edukatif berjumlah 5 orang. Untuk lebih lengkapnya bisa
Tabel 4.2
2011/2012
1 2 3
1. M. Jauharul Ma’arif, K.M.Pd.I. Kepala Sekolah
1 2 3
12. Fathul Alim, S.Pd. Guru
1 2 3
33. Nur Hidayat A., S.Pd. Guru
Bojonegoro
Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.3
Bojonegoro cukup memadai tetapi ada beberapa sarana yang harus ditambah,
pertanyaan yang telah diberikan kepada responden (siswa kelas VII Madrasah
bisa dilihat pada tabel Lampiran II. Sedang model untuk perolehan skor (nilai)
berikut:
Tabel 4.6
2. A.G. L 7 5 3 - 49
60
3. A.I.S. L 7 5 3 - 49
4. A.R.N.S. L 7 5 3 - 49
5. A.S. L 11 3 1 - 55
6. A.S. P 12 3 - - 57
7. A.K. P 12 3 - - 57
8. B.O. P 11 3 1 - 55
9. D.A.P. L 12 3 - - 57
10. M.A.S. L 11 3 1 - 55
11. M.A.S. L 7 5 3 - 49
12. M.D.R.Y. L 8 6 1 - 52
13. M.F.R.R. L 8 4 3 - 50
14. M.A.G. P 8 4 3 - 50
15. M.A.M. P 7 3 3 - 49
16. M.D.S. P 11 1 1 - 55
17. N.A. P 12 - - - 57
18. R.R.F.K. P 10 1 1 - 54
19. T.W. P 12 - - - 57
20. S.K. L 7 4 4 - 48
21. M.S. L 10 2 2 - 53
22. M.R. L 9 3 3 - 51
23. A.N. L 10 1 1 - 54
24. A.I.R. P 11 1 1 - 55
25. A.D.F. P 7 3 3 - 49
61
jawaban “a” ada 64%, sedangkan yang memilih jawaban “b” ada 26%, sementara
itu yang memilih jawaban “c” ada 10% dari total siswa yang berjumlah 30 siswa.
siswa dimana dalam penelitian ini diperoleh dari hasil angket dengan
jumlah 15 pertanyaan yang telah diberikan kepada responden (siswa kelas VII
Bojonegoro) yang bisa dilihat pada tabel Lampiran III. Sedang model untuk
62
Tabel 4.7
2. A.G. L 7 5 3 - 49
3. A.I.S. L 7 5 3 - 49
4. A.R.N.S. L 7 5 3 - 49
5. A.S. L 8 6 1 - 52
6. A.S. P 10 4 1 - 54
7. A.K. P 10 5 - - 55
8. B.O. P 10 3 2 - 53
9. D.A.P. L 12 3 - - 57
10. M.A.S. L 10 4 1 - 54
11. M.A.S. L 9 3 3 - 51
12. M.D.R.Y. L 8 6 1 - 52
13. M.F.R.R. L 9 3 3 - 51
14. M.A.G. P 9 3 3 - 51
15. M.A.M. P 8 4 3 - 50
16. M.D.S. P 8 6 1 - 52
1 2 3 4 5 6 7 8
63
17. N.A. P 13 2 - - 58
18. R.R.F.K. P 8 6 1 - 52
19. T.W. P 10 3 2 - 53
20. S.K. L 7 6 4 - 48
21. M.S. L 9 3 3 - 51
22. M.R. L 8 4 1 - 52
23. A.N. L 9 3 3 - 51
24. A.I.R. P 10 4 1 - 54
25. A.D.F. P 9 3 3 - 51
26. C.I. P 8 4 3 - 50
27. D.A.S. P 9 3 3 - 51
28. E.M. P 8 4 3 - 50
29. I.F. P 9 3 3 - 51
30. K.I. P 12 3 - - 57
Frekuensi 269 122 59 0 450
Persentase 60% 27% 13% 0 100%
Sumber data angket siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu
Darrin Kendal Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.
jawaban “a” ada 60%, sedangkan yang memilih jawaban “b” ada 27%, sementara
itu yang memilih jawaban “c” ada 13% dari total siswa yang berjumlah 30 siswa.
Moment.
Bojonegoro dan sampai seberapa jauh pengaruh tersebut. Dalam hal ini akan
dengan rumus:
xy
rxy = (Suharsimi Arikunto, 2009:70)
x y 2 2
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan (x = x- x dan y = y- y ).
y2 = kuadrat dari y
1. Memasukkan nilai hasil angket siswa kelas VII (lingkungan pergaulan) pada
y- y .
xy
rxy =
x y
2 2
sehingga diketahui pula r hitung signifikan atau tidak dan diterima atau tidak.
pembelajaran siswa pada Lampiran V yang terdiri dari x 2, y2, dan xy. Dari tabel
xy
rxy =
x y 2 2
177
=
288 172
177
=
49.536
177
= 222,566
= 0,795
r Product Moment pada Lampiran VI, pada taraf signifikansi 5% diketahui “r”
sebesar 0,463.
Dengan demikian maka nilai “r” yang diperoleh adalah lebih besar
daripada “r” tabel (rt) baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Maka dapat
digambarkan, yakni pada taraf signifikansi 5% ro > rt = 0,795 > 0,361 sedangkan
siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan Dander
korelasi “r” product moment (rxy) pada umumnya dipergunakan pedoman atau
Tabel 4.8
dengan tingkat hubungan yang kuat. Hal ini terlihat dari perolehan hasil akhir,
68
yaitu 0,795 yang berada pada tingkatan kuat pada tabel pedoman di atas, yaitu
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
yang telah dikemukakan pada bab IV, lingkungan pergaulan dimana siswa
Hal ini terbukti dari persentase dari tiap pilihan jawaban yang telah
skor 4 paling banyak dari ketiga pilihan jawaban lainnya. Pilihan jawaban
Hal ini terbukti dari persentase dari tiap pilihan jawaban yang telah
skor 4 paling banyak dari ketiga pilihan jawaban lainnya. Pilihan jawaban
68
70
demikian maka nilai “r” yang diperoleh adalah lebih besar daripada “r”
tabel (rt) baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Maka dapat
Indonesianya.
5.2 Saran-saran
belajarnya dengan belajar dan selalu memperhatikan dan konsentrasi penuh pada
ataupun berinteraksi dengan sebaik dan selancar mungkin terhadap teman maupun
guru di dalam lingkungan sekolah maupun di luar. Hal ini secara tidak langsung
tinggi.
terutama lomba pidato bahasa yang bisa memotivasi semua siswa untuk belajar
berkomunikasi dengan baik dan lancar. Selain itu, lebih meningkatkan kualitas
para guru yang ada di sekolah ini, terutama guru bahasa Indonesia. Hal itu dapat
dijadikan dengan dilaksanakan pertemuan yang bersifat rutin atau terjadwal, yang
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Drs. H., Tri Prasetya, Joko, Drs. 2005. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung : Pustaka Setia.
Arifin, Zaenal, M.Pd. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Filosofi, Teori &
Aplikasinya. Surabaya : Lentera Cendikia.
Hamalik, Oemar, Prof., Dr. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Nasution, Prof., Dr., M.A. 2010. Teknologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Usman, Husaini, Prof., Dr., Setiady Akbar, Purnomo, M.Pd. 2009. Metodologi
Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.
74
Lampiran I
Pedoman
Pedoman Dokumentasi
dan pendidikannya.
Pedoman Observasi
Responden:
Bojonegoro.
Pedoman Wawancara
Responden:
Kabupaten Bojonegoro
ajaran 2011/2012?
Angket Responden
Petunjuk Pengisian :
keadaan kamu sekarang dengan cara memberi tanda silang (X) pada pilihan
Identitas Responden :
Kelas : …………………………………………
harmonis?
a. Selalu c. Kadang-kadang
c. Biasa
a. Selalu c. Kadang-kadang
c. Biasa
a. Selalu c. Kadang-kadang
c. Biasa
4. Apakah orang tua kamu selalu menegur, bila kamu melakukan kesalahan?
a. Selalu c. Kadang-kadang
c. Biasa
orang tua?
a. Selalu c. Kadang-kadang
c. Biasa
a. Selalu c. Kadang-kadang
c. Biasa
bercakap-cakap?
a. Selalu c. Kadang-kadang
c. Biasa
a. Selalu c. Kadang-kadang
c. Biasa
a. Selalu c. Kadang-kadang
c. Biasa
kamu di sekolah?
a. Selalu c. Kadang-kadang
c. Biasa
kamu?
13. Apakah kamu dan teman-teman kamu sering berkumpul bersama untuk
sekedar mengobrol?
a. Ya c. Jarang
14. Apakah kamu selalu diperhatikan ketika kamu berbicara di depan teman-
teman kamu ?
a. Ya c. Jarang
kamu?
a. Ya c. Jarang
Angket Responden
Petunjuk Pengisian :
keadaan kamu sekarang dengan cara memberi tanda silang (X) pada pilihan
Identitas Responden :
Kelas : …………………………………………
a. Ya c. Jarang
a. Ya c. Jarang
a. Ya c. Jarang
a. Ya c. Jarang
5. Apakah kamu termasuk anak yang atraktif atau selalu berkomunikasi dengan
a. Ya c. Jarang
a. Ya c. Jarang
a. Ya c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Ya
Indonesia?
b. Kadang-kadang d. Ya
83
10. Apakah kamu pernah berkomunikasi dengan guru-guru yang mengajar kamu
di sekolah?
a. Ya c. Jarang
11. Apakah teman-teman sekelas atau bahkan satu sekolah sebagian besar
a. Ya c. Jarang
12. Apakah kamu selalu diperhatikan ketika kamu berbicara di depan teman-
teman kamu ?
a. Ya c. Jarang
13. Apakah kamu merasa dengan sering berkomunikasi dengan bahasa Indonesia,
a. Ya c. Jarang
14. Apakah kamu sering mengemukakan pendapat atau melakukan protes di kelas
a. Ya c. Jarang
a. Ya c. Jarang
Hasil Uji Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan
Dander Kabupaten Bojonegoro Dalam Lingkungan Pergaulan
1 a a b a b a a b a b b a a a a
2 a a a b a b b a c b b a c c a
3 a a a b a b b a c b b a c c a
4 a a a b a b b a c b b a c c a
5 a a a a a a b a a b c a b a a
6 a a a a b a b a b a a a a a a
7 a a a a b a b a b a a a a a a
8 a a a a a a b a a b c a b a a
9 a a a a b a b a b a a a a a a
10 a a a a a a b a a b c a b a a
11 a a a b a b b a c b b a c c a
12 a a a a b b b a b a b b c a a
13 a a a a b c b a b a b c c a a
14 a a a b a a b b a a b a a a a
15 a a b a a a b a a b b c c c a
16 a a b a a a b a a b b c c c a
17 a a b a a a b a a b b c c c a
18 a b a a b a b a b a b a c c a
19 a a b a b b a c a a a a a a a
20 a a b a b b a b a b a a a a a
21 a a a b b b a a b a a a a a a
22 a a a b a b a a b a c c a a a
23 a a a a b a a b a a a a a a a
24 a a a b a a b a b a a a a a a
25 a a a b a a b a b a b a a a a
26 a a a a a a b a b b a a a a a
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
27 a a a b a b a b a b a c c a a
28 a a a b a b b c a c c a a a a
29 a a a a a b a b c b a a a a a
30 a a b a b b a b a b a a a a a
Sumber data angket siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal
Hasil Uji Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal Kecamatan
Dander Kabupaten Bojonegoro Dalam Kemampuan Berbahasa Indonesia
1 a a b a b a a b a b b b c a a
2 a a c b a b b a c b b a c a a
3 a a c b a b b a c b b a c a a
4 a a c b a b b a c b b a c a a
5 a a b a b a a b a b b b c a a
6 a a a a b a b a b b a c a a a
7 a a a a b b b a a a b a c a a
8 a a a a b a a b a b a b a b c
9 a a b b a b a c a a a a a a a
10 a a a a b a b a b a b b b a a
11 a a b b b a a a a a a a a a a
12 a a b a b a a b a b b b c a a
13 a a b b a a b a b a b a a a a
14 a a a b a a b b a a b a a a a
15 a a b a a a b a a b a c a a a
16 a a b a b a a b a b b b c a a
17 a a b a b a b a b b a a a a a
18 a a b a b a a b a b b b c a a
19 a a b a b b a c a a a a a a a
20 a a b a b b a b a b a a a a a
21 a a a b b b a a b a a a a a a
22 a a b a b a a b a b b b c a a
23 a a a a b a a b a a a a a a a
24 a a a b a a b a b a a a a a a
25 a a a b a a b a b a b a a a a
26 a a a a a a b a b b a a a a a
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
27 a a a b a b a b a b a c c a a
28 a a a b a b b c a c c a a a a
29 a a a a a b a b c b a a a a a
30 a a b a b b a b a b a a a a a
Sumber data angket siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Abu Darrin Kendal
Lampiran VI
Responden x y x- x y- y x2 y2 xy
1 2 3 4 5 6 7 8
1 55 52 2 0 4 0 0
2 49 49 -4 -3 16 9 12
3 49 49 -4 -3 16 9 12
4 49 49 -4 -3 16 9 12
5 55 52 2 0 4 0 0
6 57 54 4 2 16 4 8
7 57 55 4 3 16 9 12
8 55 53 2 1 4 1 2
9 57 57 4 5 16 25 20
10 55 54 2 2 4 4 4
11 49 51 -4 -1 16 1 4
12 52 52 -1 0 1 0 0
13 50 51 -3 -1 9 1 3
14 50 51 -3 -1 9 1 3
15 49 50 -4 -2 16 4 8
16 55 52 2 0 4 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8
89
17 57 58 4 6 16 36 24
18 54 52 1 0 1 0 0
19 57 53 4 1 16 1 4
20 48 48 -5 -4 25 16 20
21 53 51 0 -1 0 1 0
22 51 52 -2 0 4 0 0
23 54 51 1 -1 1 1 -1
24 55 54 2 2 4 4 4
25 49 51 -4 -1 16 1 4
26 49 50 -4 -2 16 4 8
27 54 51 1 -1 1 1 -1
28 55 50 2 -2 4 4 -4
29 54 51 1 -1 1 1 -1
30 57 57 4 5 16 25 20
∑ 1.590 1.560 0 0 288 172 177
90
Lampiran VII