Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE TERHADAP HASIL

BELAJAR MEMBACA PEMAHAMAN BAHASA INDONESIA


SISWA KELAS IV SD

Oleh: Noor Alfulaila


(Dosen IAIN Antasari Banjarmasin)

Abtract
Effect of the whole language approach on the learning achievement in indonesian
language reading comprehension of year IV Students of Elementary Schools. This study
aims to investigate effects of whole language approach on learning achievement in
indonesian language reading comprehension of groups of students based on their learning
motivation. This study was an experimental study employing a 2x2 factorial design. The
independent variabel had two levels, i.e. the Whole language approach and the
konvensional approach. The population comprised all 46 Year IV students of SDN
Madinaturramlah. The instruments consisted of an achievement test and a learning
motivation questionnaire. The data were analyzed by a amean of two way ANOVA and the
Scheffee test. The results show that (1) the is no difference in learning achievement
between the students in the experimental group and those in the control group, (2) there is
a difference in learning achievement between students with hight motivation in the
experimental group and those in the control group, (3) there is no interaction between
approaches and learning motivation.
Keywords: Learning achievement in reading comprehension, whole language approach,
learning motivation

Budaya membaca merupakan memahami isi dari materi yang ada pada
prasyarat dan sekaligus merupakan ciri buku teks mereka. Pentingnya strategi
kemajuan suatu bangsa atau masyarakat. membaca membuat pemerintah merasa
Bangsa atau masyarakat yang maju perlu untuk memberikan perhatian yang
menempatkan kebiasaan membaca lebih, pemerintah menempatkan
sebagai salah satu kebutuhan hidupnya, membaca sebagai prioritas utama pada
sehingga terciptalah masyarakat mata pelajaran Bahasa. Program ini juga
membaca (reading society). Masyarakat didukung oleh peraturan yaitu Pendidikan
yang sudah maju seperti Eropa, Amerika Dasar Dua belas Tahun. Dengan
Serikat, Inggris, Jepang dan Korea, peraturan ini diharapkan semua
menjadikan kegiatan membaca sebagai penduduk Indonesia mengikuti
salah satu kegiatan yang tidak dapat pendidikan sekurang-kurangnya 12
dipisahkan dari kehidupan mereka. tahun. Diperkirakan bahwa peraturan
Pada tingkat pendidikan dasar, ini tidak hanya membekali lulusannya
siswa diharapkan dapat membaca dengan dengan keterampilan dasar membaca,
pemahaman yang baik, baik itu dalam menulis, dan menghitung tetapi juga
kegiatan membaca dengan bersuara dengan keterampilan yang
ataupun kegiatan membaca tanpa memungkinkan mereka untuk bekerja
bersuara. Karena itu siswa harus atau melanjutkan pendidikan ke jenjang
memiliki strategi membaca agar dapat yang lebih tinggi.
Elementary School of Education E-Journal, Media Publikasi Ilmiah Prodi PGSD
Vol 2, Nomor 1, Maret 2014

Adapun tujuan pembelajaran persen siswa yang bisa menjawab betul


Bahasa Indonesia di SD/MI adalah siswa semua pelajaran hitung-hitungan tersebut.
dituntut untuk memahami Bahasa Itu artinya siswa masih kesulitan
Indonesia dari segi bentuk makna, dan menjawab soal bahasa Indonesia.
fungsi, serta menggunakan dengan tepat, Tanggal 12 Desember 2013
kreatif untuk bermacam-macam tujuan, penulis melakukan observasi awal
keperluan dan keadaan (KTSP, dan sekaligus mewawancarai guru wali
depdiknas). Secara rinci tujuan kelas IV Sekolah Dasar Islam
pembelajaran bahasa Indonesia di dalam Madinaturramlah mengenai
kurikulum menekankan pada aspek pembelajaran bahasa Indonesia.
membaca untuk dapat dikuasai oleh Selanjutnya, diperoleh informasi yang
siswa. tidak jauh berbeda dengan masalah di
Berdasarkan hasil penelitian yang atas, bahwa sebagaian besar siswa
dilakukan oleh B. Musthafa (2012) pada mengalami kesulitan memahami isi
6 propinsi sul-sel, riau, kal-sel, kaltim, bacaan. Siswa terlihat sering tidak
sulut, & sumut, menyatakan bahwa konsentrasi. Hal ini terlihat dari
kebiasaan membaca masyarakat seringnya siswa yang izin pergi ke toilet,
Indonesia masih rendah dari total skor membuang sampah, atau izin keluar
antara 1-7, diperoleh total skor sebesar untuk meruncingkan pensil. Selain itu,
3.5 dan itu artinya kebiasaan membaca guru juga merasa siswa mengalami
masyarakat Indonesia masih berada pada kesulitan dalam menemukan ide pokok
kategori masih rendah. Hal tersebut (kalimat topik) maupun mengurutkan
disebabkan oleh beberapa faktor seperti: beberapa kejadian dalam suatu teks
infra sturuktur yang kurang memadai, wacana bacaan.
buku dan perpustakaan yang sulit Berdasarkan hasil survey awal
diakses, dukungan dari orang tua maupun terhadap para siswa di Madrasah-
guru yang masih minim, serta budaya madrasah, diketahui bahwa mayoritas
lisan yang masih mendominasi pada siswa di sekolah sulit menghubungkan
masyarakat. selain itu hampir 48.9% antara apa yang siswa pelajari dengan
siswa yang dijadikan sampel oleh Ellen, bagaimana menggunakan pengetahuan
dkk menyatakan bahwa siswa tidak dapat yang telah mereka peroleh. Hal itu
membaca teks wacana. disebabkan cara yang siswa gunakan
Menurut Menteri Pendidikan dan dalam
Kebudayaan, M Nuh, (23/5/2013) memperoses informasi dan
sebanyak 19,97 persen siswa motivasi belajar tidak tersentuh oleh
mendapatkan nilai 7 dan hanya 2,11 metode pembelajaran di kelas. Siswa
persen yang bisa menjawab semua mengalami kesulitan dalam memahami
pertanyaan dengan betul pelajaran konsep-konsep akademis (seperti konsep-
Bahasa Indonesia pada UN tahun ini. konsep matematika, bahasa) dengan cara
Berbeda dengan mata pelajaran yang biasa siswa terima (yaitu
matematika yang berhasil mencapai 7,7 menggunakan metode ceramah, metode
Elementary School of Education E-Journal 67
Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE
PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Elementary School of Education E-Journal, Media Publikasi Ilmiah Prodi PGSD
Vol 2, Nomor 1, Maret 2014

yang abstrak) yang sesungguhnya melibatkan siswa untuk berperan aktif


membutuhkan pemahaman konsep- dalam pembelajaran dan guru lebih
konsep yang berhubungan dengan dunia menonjol dibandingkan siswa. Siswa
kerja dan untuk masyarakat luas tempat sebagai subjek pembelajaran, kurang
siswa hidup dan bekerja. diberi keleluasaan untuk berpikir, dan
Umumnya (secara tradisional) berkreasi. Akibatnya, siswa merasa tidak
siswa diharapkan membuat hubungan senang dalam belajar serta tidak dapat
dari apa yang mereka pelajari dengan mengembangkan learning how to learn.
dirinya dan dunia di luar kelas. Selama Oleh karena itu, pendekatan
ini hasil pendidikan hanya tampak dari pembelajaran perlu diperbaharui dengan
kemampuan siswa menghafal fakta-fakta. pendekatan yang lebih memberdayakan
Walaupun banyak para siswa yang siswa, memberi kebebasan untuk berpikir
mampu menyajikan tingkat hafalan yang dan berkreasi. Salah satu alternatif
baik terhadap materi yang diterimanya, pendekatan yang dapat digunakan adalah
tetapi pada kenyataannya siswa seringkali pendekatan whole Language yang saat
tidak memahami secara mendalam ini sudah banyak diterapkan oleh
substansi materi tersebut. Selain itu, sekolah-sekolah di negara maju.
sebagian besar siswa tidak mampu Pendekatan whole language adalah
menghubungkan antara apa yang mereka salah satu alternatif perubahan. Suatu
pelajari dengan bagaimana pengetahuan pendekatan untuk mengembangkan
tersebut akan digunakan/dimanfaatkan. pembelajaran bahasa yang dilaksanakan
Rendahnya kemampuan siswa secara menyeluruh, meliputi: mendengar,
dalam memahami isi bacaan, diduga berbicara, membaca dan menulis.
disebabkan oleh pendekatan Keterampilan tersebut memiliki
pembelajaran yang belum mengarah pada hubungan interaktif yang tidak terpisah-
upaya melayani kebutuhan pisah dengan aspek kebahasaan lainnya,
perkembangan psikologis siswa kelas IV seperti fonem, kata, ejaan, kalimat,
SD yang sedang berada pada tahap wacana dan sastra.
perkembangan kognitif “operasional Para pendidik harus dapat
concrete”. Di samping itu, guru juga memposisikan para siswa sebagai subjek,
masih menganggap bahwa pendekatan bukan sebagai objek pembelajaran. Siswa
konvensional yang selama ini mereka harus dilibatkan dalam permasalahan atau
gunakan adalah pendekatan yang paling materi pembelajaran dan mengkonstruksi
mudah untuk diterapkan di sekolah. pengetahuan melalui pengalaman siswa
Ditambah lagi jam mengajar yang sendiri, pembiasaan memecahkan
dimiliki guru masih terbatas, maka proses masalah, menemukan sesuatu yang
membaca pemahaman kepada siswapun berguna bagi dirinya serta bergelut
menjadi kurang maksimal. dengan ide-ide. Dengan demikian,
Pendekatan pembelajaran pendekatan pembelajaran sangatlah
konvensional sekarang sudah dianggap penting dalam proses belajar mengajar.
ketinggalan zaman karena kurang
Elementary School of Education E-Journal 68
Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE
PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Elementary School of Education E-Journal, Media Publikasi Ilmiah Prodi PGSD
Vol 2, Nomor 1, Maret 2014

Melalui konsep ini, diharapkan (2) Apakah terdapat perbedaan hasil


pembelajaran membaca jadi lebih belajar membaca pemahaman antara
bermakna bagi siswa sehingga siswa yang bermotivasi tinggi dan rendah
menimbulkan motivasi yang kuat. Siswa yang diajar melalui pendekatan Whole
memahami langsung makna dari apa language maupun konvensional? (3)
yang mereka pelajari khususnya dalam Apakah terdapat interaksi antara
bidang membaca pemahaman bahasa pendekatan pembelajaran dan motivasi
Indonesia di sekolah dasar. Di samping belajar terhadap hasil belajar membaca
itu, landasan filosofis whole language pemahaman?
adalah konstruktivisme, yaitu
membangun pengetahuan baru lewat METODE
fakta-fakta yang dialami siswa, maka Dalam penelitian digunakan
pendekatan ini selaras dengan Kurikulum metode eksperimen dengan desain 2x2
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang faktorial.
masih banyak digunakan oleh sekolah- Adapun variabel terikatnya adalah
sekolah saat ini. hasil belajar membaca pemahaman siswa,
Rendahnya kemampuan membaca variabel bebas (eksperimen) adalah
siswa sekolah dasar di Indonesia pendekatan pembelajaran. Dalam desain
merupakan permasalahan yang harus ini ada dua variabel bebas yang masing-
segera diatasi. Oleh karena itu, diadakan masing dibedakan menjadi dua yaitu
penelitian tentang pengaruh pendekatan pembelajaran dengan menggunakan
whole language dibandingkan pendekatan Konvensional (A1) dan
pendekatan konvensional yang selama ini pembelajaran dengan menggunakan
telah berjalan, khususnya pada pendekatan konvensional (A2).
pembelajaran bahasa Indonesia dalam Selanjutnya, motivasi belajar juga
keterampilan membaca pemahaman. dikategorikan menjadi dua, yaitu:
Secara umum masalah yang akan motivasi belajar tinggi terhadap membaca
dikaji dalam tulisan ini adalah: “apakah pemahaman bahasa Indonesia (B1), dan
pendekatan whole language yang motivasi belajar rendah terhadap
digunakan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman bahasa Indonesia
mempengaruhi hasil belajar membaca (B2).
pemahaman siswa dalam bahasa Populasi penelitian dalam tulisan
Indonesia jika ditinjau dari motivasi ini dilakukan dengan cara memilih
belajar siswa? Secara operasional, sekolah berdasarkan kriteria yang
masalah tersebut diuraikan sebagai ditetapkan oleh penulis Kriteria sekolah
berikut. (1) Apakah terdapat perbedaan yang dimaksud antara lain: (1) Madrasah
hasil belajar membaca pemahaman antara Ibtidaiyah/ Sekolah Dasar yang berstatus
siswa kelompok eksperimen yang diajar Negeri maupun Swasta yang berlokasi di
melalui pendekatan Whole language Kec. Banjarmasin Utara, (2) Sekolah
dengan siswa kelompok kontrol yang belum menggunakan pendekatan Whole
diajar melalui pendekatan Konvensional? language, (3) Prestasi bahasa Indonesia
Elementary School of Education E-Journal 69
Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE
PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Elementary School of Education E-Journal, Media Publikasi Ilmiah Prodi PGSD
Vol 2, Nomor 1, Maret 2014

siswa tergolong rendah. Oleh karena itu, angket motivasi belajar seluruh siswa
maka hasil penelitian ini nantinya hanya diurutkan dari skor yang tinggi ke skor
berlaku untuk sekolah-sekolah yang yang rendah. adapun untuk
memiliki karakteristik sama sebagaimana pengelompokkan siswa dilakukan dengan
yang sudah ditetapkan. mengambil 27% kelompok atas dan 27%
Pengambilan sampel dilakukan kelompok bawah dari total jumlah siswa,
secara multistage dan random sampling. 5) terakhir, menetapkan siswa kelompok
Secara berturut-turut dilakukan dengan atas sebagai siswa bermotivasi belajar
cara seperti berikut. 1) menentukan tinggi dan siswa kelompok bawah
sekolah sebagai tempat pelaksanaan sebagai siswa bermotivasi belajar rendah
penelitian, 2) dari sekolah tersebut, untuk dijadikan sampel penelitian.
dirandom kelas mana yang akan Jumlah sampel yang digunakan pada
dijadikan kelas eksperimen dan kelas setiap sel sesuai dengan rancangan
kontrol, 3) kemudian, dilakukan penelitian adalah sebanyak 46 siswa.
pengelompokkan motivasi belajar pada Tabel 1 menjelaskan jumlah sampel
semua siswa kelompok sampel dengan kelompok atas dan bawah berdasarkan
menggunakan angket yang dilaksanakan ketentuan tersebut.
sebelum dimulainya perlakuan, 4) hasil

Tabel 1
Sebaran Sampel Menurut Perlakuan
SD Islam Madinaturramlah
Whole Konvensional ∑baris
Pendekatan language ( A2 )
Pembelajaran (A1)
Motivasi belajar
Tinggi (B1) 13 10 23
Rendah (B2) 11 13 23
∑kolom 24 23 46

Analisis data dilakukan untuk sebesar 0,825 dan angket motivasi belajar
menguji hipotesis yang telah dilakukan. menggunakan skala Likert sebanyak 12
Data yang dikumpulkan terdiri atas dua butir dengan koefisien reliabilitas sebesar
jenis, yaitu data motivasi belajar dan data 0,786.
hasil belajar membaca pemahaman siswa Normalitas data diuji dengan
kelas IV semester dua Sekolah Dasar MENGGUNAKAN UJI
Islam tahun ajaran 2013/2014. Data hasil KOLMOGOROV Smirnov (K-S),
belajar siswa dikumpulkan dengan sedangkan homogenitas varians diuji
memberikan tes bentuk pilihan ganda dengan menggunakan uji F atau Lavene
yang dikembangkan oleh peneliti. Jumlah Test. Hipotesis penelitian diuji dengan
butir soal yang digunakan sebanyak 30 menggunakan teknik analisis varians
butir soal, dengan koefisien reliabilitas (ANAVA) dua jalur.
Elementary School of Education E-Journal 70
Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE
PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Elementary School of Education E-Journal, Media Publikasi Ilmiah Prodi PGSD
Vol 2, Nomor 1, Maret 2014

Hasil pengujian hipotesis melalui analisis


HASIL PENELITIAN DAN varians dua jalur dapat dirangkum pada
PEMBAHASAN Tabel 2 berikut.

Tabel 2
Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalur

Sumber Jumlah db Kuadrat Fhitung Ftabel Peluang


Variansi Kuadrat Rerata Kesalahan
0.05 0.01
Pendekatan (A) 100.874 1 100.874 14.200 .000
Motivasi (B) 20.623 1 20.623 2.903 .096
Pendekatan * 1.738 1 1.738 245 .623
Motivasi
Peluang 305.459 43 7.104 - - - -
Kesalahan (D)
Total 2641.000 47 - - - - -
Total Reduksi 421.234 46 - - - - -
a R Squared = .275 (Adjusted R Squared = .224)

Berdasarkan rangkuman hasil Variansi Fhitung sebesar 0.064 dengan


Analisis Variansi dua jalur di atas peluang kesalahan 0.801 yang berarti
maka dapat dirumuskan hasil uji hasil belajar siswa yang diajar dengan
hipotesis sebagai berikut: Whole language tidak terbukti secara
Kriteria pengujiannya, terima H0 signifikan lebih tinggi daripada hasil
jika nilai peluang hasil perhitungan (sig belajar siswa yang diajar melalui
(p)) lebih besar dari α = 0.05 sebaliknya, pendekatan konvensional.
H0 ditolak jika nilai peluang hasil Hal tersebut juga didukung dengan
perhitungan (sig (p)) lebih kecil dari α = hasil belajar siswa yang diajar melalui
0.05. Hasil perhitungan dengan program pendekatan Whole language mempunyai
SPSS 15 for windows, dapat disimpulkan skor rata-rata 24.92 dan jika
hasil perhitungan sebagai berikut. dibandingkan dengan skor rata-rata siswa
Hipotesis Pertama, Berdasarkan yang diajar dengan pendekatan
hasil analisis data dengan menggunakan konvensional sebesar 21.00 maka skor
Anava dua jalur, dapat disimpulkan rata-rata kelompok Whole language tidak
bahwa tidak terdapat perbedaan hasil berbeda secara signifikan dari
belajar antara siswa yang diajar melalui konvensional. Jadi dapat dikatakan
pendekatan Whole language dan siswa bahwa pendekatan Whole language
yang diajar melalui pendekatan terhadap hasil belajar kemampuan
konvensional. Hal tersebut dibuktikan membaca pemahaman siswa tidak jauh
dengan perolehan nilai hasil Analisis

Elementary School of Education E-Journal 71


Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE
PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Elementary School of Education E-Journal, Media Publikasi Ilmiah Prodi PGSD
Vol 2, Nomor 1, Maret 2014

berbeda daripada pendekatan dalam meningkatkan hasil belajar


konvensional. membaca pemahaman siswa.
Pendekatan Whole language Hipotesis Kedua, Dari hasil analisis
merupakan salah satu bagian dalam data, tampak perbedaan hasil belajar
pembelajaran yang berdasarkan membaca pemahaman siswa yang diajar
konstruktivis. Pendekatan whole melalui pendekatan whole language yang
language adalah pendekatan yang lebih memiliki motivasi tinggi dan rendah
memberdayakan siswa, sehingga siswa dengan pendekatan konvensional
dapat lebih aktif dalam memperoleh memiliki perbedaan yang cukup
informasi maupun mempraktikkan ilmu signifikan. Selain itu, terbukti adanya
baru. Melalui pendekatan ini siswa lebih perbedaan hasil belajar pada siswa yang
mengalami proses pembelajaran, dimana diajar dengan pendekatan whole
dalam pembelajaran ini siswa memiliki language maupun konvensional yang
banyak kesempatan untuk lebih mengenal bermotivasi tinggi dengan siswa yang
lingkungan sekitar, mendapatkan bermotivasi rendah. Berdasarkan
informasi baru serta pengalaman baru perolehan skor rerata maka diketahui
dalam hal mengembangkan kemampuan bahwa siswa yang bermotivasi tinggi
berbahasa siswa. memiliki skor yang lebih tinggi
Melalui pendekatan Whole dibanding siswa yang memiliki motivasi
language, pembelajaran siswa menjadi rendah.
lebih lengkap melalui pembelajaran Dengan demikian, motivasi siswa
secara utuh tanpa terpisah antara satu berhubungan erat dengan hasil belajar
keterampilan dengan keterampilan bahasa siswa. Pendekatan Whole language
lainnya, selain itu juga menimbulkan rasa sangat membantu siswa yang memiliki
ingin tahu siswa jadi lebih tinggi. Dalam motivasi tinggi dalam proses
kelompok-kelompok belajar, siswapun pembelajaran. Dengan kata lain, semakin
menjadi lebih termotivasi dalam tinggi motivasi belajar siswa maka
meningkatkan hasil belajarnya sehingga semakin tinggi pula semangat belajar
motivasi yang meningkat secara otomatis siswa yang biasa terlihat pada hasil
juga meningkatkan prestasi belajar siswa. belajar membaca pemahaman.
Oleh karena karakteristik Hipotesis Ketiga, Hasil analisis
pendekatan whole language yang akhir rata-rata hasil belajar membaca
membantu pembelajaran siswa, maka pemahaman siswa menunjukkan bahwa
sudah sewajarnya kalau hasil belajar hasil belajar siswa yang diajar melalui
membaca pemahaman siswa menjadi pendekatan Whole language yang
lebih baik daripada hasil belajar siswa memiliki motivasi belajar tinggi lebih
yang diajar melalui pendekatan tinggi daripada siswa yang diajar melalui
konvensional. Dengan kata lain, pendekatan konvensional yang memiliki
pendekatan whole language lebih efektif motivasi tinggi. Selanjutnya, pada siswa
terhadap pembelajaran siswa khususnya yang memiliki motivasi rendah dan diajar
melalui pendekatan whole language rata-
Elementary School of Education E-Journal 72
Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE
PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Elementary School of Education E-Journal, Media Publikasi Ilmiah Prodi PGSD
Vol 2, Nomor 1, Maret 2014

rata memiliki hasil belajar yang lebih memberikan pujian kepada siswa. Dalam
tinggi daripada siswa yang diajar melalui mengerjakan tugas, siswa bekerjasama
pendekatan konvensional dengan kategori dengan kelompoknya sehingga siswa
motivasi yang sama. Hasil Fhitung mendapatkan pengalaman yang berbeda-
menunjukkan .245 dengan peluang beda dari sesama anggota kelompoknya.
kesalahan sebesar 0.623 yang ternyata Dengan kata lain, pendekatan Whole
tidak signifikan. Dengan demikian, hasil language memberikan lingkungan belajar
uji hipotesis ini menunjukkan bahwa yang memungkinkan siswa untuk
tidak terdapat interaksi antara pendekatan memahami pembelajaran bahasa
pembelajaran dengan motivasi belajar Indonesia secara menyeluruh dan
siswa dalam pengaruhnya terhadap hasil menemukan pengetahuannya sendiri.
belajar membaca pemahaman literal.
Tidak adanya interaksi ini SIMPULAN
menunjukkan bahwa pendekatan Whole Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
language secara signifikan telah dan pembahasan hasil penelitian dapat
membuktikan bahwa pencapaian hasil dikemukakan beberapa kesimpulan
belajar siswa yang bermotivasi tinggi terkait dalam proses pembelajaran
maupun rendah berbeda secara signifikan membaca pemahaman bahasa Indonesia
dibandingkan dengan pendekatan SD kelas IV, yaitu: 1) Tidak terdapat
konvensional. Dengan kata lain, perbedaan hasil belajar membaca
pendekatan Whole language dapat pemahaman antara siswa kelompok
diterapkan pada semua kelompok, baik eksperimen yang diajar melalui
pada kelompok yang bermotivasi tinggi pendekatan Whole language dengan
maupun pada kelompok yang bermotivasi siswa kelompok kontrol yang diajar
rendah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan Konvensional; 2)
efektivitas pendekatan whole language terdapat perbedaan hasil belajar membaca
tidak tergantung pada tingkat motivasi pemahaman antara siswa yang
siswa terhadap hasil belajar membaca bermotivasi tinggi dan rendah yang diajar
pemahaman bahasa Indonesia . Hasil melalui pendekatan Whole language
analisis memang menunjukkan tidak maupun konvensional; 3) tidak terdapat
adanya interaksi antara pendekatan dan interaksi antara pendekatan pembelajaran
motivasi belajar namun dalam dan motivasi belajar terhadap hasil
pembelajaran dengan pendekatan whole belajar membaca pemahaman.
language siswa berani mengajukan
pendapat atau ide yang berbeda dari DAFTAR PUSTAKA
teman maupun gurunya. Selain adanya
stimulus dari guru, hal ini merupakan Brown, S & Attardo, S. (2000).
salah satu indikator adanya motivasi Understanding language
belajar siswa. Hal tersebut berupa structure, interaction, and
perlakuan motivasional terhadap siswa, variation. Youngstown: Michigan
yaitu dengan tidak segan-segan
Elementary School of Education E-Journal 73
Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE
PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Elementary School of Education E-Journal, Media Publikasi Ilmiah Prodi PGSD
Vol 2, Nomor 1, Maret 2014

Press, Youngstown State York: RichardnC – Owen


University. Publishers, Inc.
Burhan Nurgiyantoro. (2001). Penilaian Harris, Albert J. & Sipay, Edward
dalam pengajaran bahasa dan R.(1985). How to increase
sastra. Yogyakarta: BPFE- reading ability. Eight Ed. New
Yogyakarta. York: Longman Inc. 95 Church
Burn, P. C., Roe, B. D & Ross, E. P. Street, White Plains.
(1984). Teaching reading in Herminarto Sofyan & Hamzah B Uno.
today’s elementary schools. (2004). Teori motivasi dan
Boston: Houghton Mifflin aplikasinya dalam penelitian.
Company. Gorontalo: Nurul Jannah.
Campbell, D. T. & Stanley, J. C. (1966). Hartono. (2008). SPSS 16.0 Analisis data
Experimental and quasi- statistik dan penelitian. Edisi I.
experimental designs for Cet. I. Yogyakarta: Pustaka
research. Chicago: Rand mcnally Pelajar.
& Company. M.Nuh, “http://rri.co.id/index.php/berita
Dikbud. (2003). Kemahiran baca di /54177/Prihatin-Nilai-UN-
Indonesia menyedihkan. Diambil Bahasa-Indonesia-Rendah-M-
dari harian Kompas, Rabu, 02 Juli Nuh-akan-Benahi-Cara-
2003. [versi elektronik]. Belajar#.UqWgp1KGmuo
Djemari Mardapi. (2007). Teknik Mustafa, “Indonesian people reading
penyusunan instrumen tes dan habit is very low: how libraries
nontes. Jogjakarta: Penerbit can enhance the people reading
Mitra Cendikia Press. habits”.
https://www.consolxv.org/upload/
Donni Yudha Prawira. (2009). Refleksi ID-B. Diakses pada tanggal 8
hari buku sedunia, 23 april; buku desember 2013 pukul 12.10
dan budaya baca. Diambil dari Sanjaya, Wina (2008). Strategi
http://www.analisadaily.com/inde pembelajaran. Cet.5. Jakarta:
x.php?option=com_content&amp Kencana Prenada Media Group.
;view=articles&id=13. Santrock, John W. (2008). Educational
Ellen Prosinki, Wahyu Bramastyo, Amy psychology. 3rd Edition. New
Jo David, “Literacy Boost, Belu, York: Published by McGraw-Hill
Indonesia”. Companies, Inc..
https://www.eddataglobal.org/.../Lite . (2007). A tropical
racy%20Boost%20Belu%20Baseline approach to life span
rd
. Diakses pada tanggal 8 desember development. 3 Edition. Boston:
2013 pukul 10.15. McGraw Hill Companies, Inc.
Harris, L. A. & Smith, C. B. (1980). Slavin, Robert E. (1997). Educational
Reading instruction: diagnostic psychology. Boston: Allyn &
teaching in the classroom. New Bacon.
Elementary School of Education E-Journal 74
Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE
PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Elementary School of Education E-Journal, Media Publikasi Ilmiah Prodi PGSD
Vol 2, Nomor 1, Maret 2014

Shirley C. Raines and Robert J. Canady, teaching. Stamford: Thomson


The Whole Language Wadsworth.
Kinderganten. (New York: Tompkins, Gail E. & Haskisson,
Teacher College, Columbia Kenneth. (1994). Language arts
University, 1990), pp. 23-28 content and teaching strategies.
Strickland, S. Dorothy at al. (2007). Third Edition. Merrill: Prentice
Language arts: learning and Hall.

Elementary School of Education E-Journal 75


Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE
PGSD, FKIP, Universitas Tadulako

Anda mungkin juga menyukai