Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor kesulitan guru kelas dalam pengajaran Bahasa
Indonesia pada siswa berkesulitan menulis (dysgraphia) di SD Inklusi yang berlokasi di SD Intis School
Yogyakarta. Adapun siswa yang diambil sebagai sampel penelitian untuk mengetahui karakteristik siswa
dysgraphia ini adalah siswa kelas III yang berjumlah 4 anak. Adapun subjek penelitian ini adalah guru kelas
L3 Abu Hanifah dan L3 Abu Hurairah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif
dan desain studi analisis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dialami guru
dalam mengajar siswa dysgraphia yaitu dalam proses pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Kesulitan
dalam proses pembelajaran antara lain: (a) guru belum mengetahui batasan kosakata yang sesuai dengan
daya tangkap siswa yang berkesulitan menulis (dysgraphia); (b) penggunaan metode dan strategi dirasa
masih kurang tepat; (c) kurangnya layanan pendukung bagi siswa dysgraphia. Kesulitan dalam evaluasi
pembelajaran diantaranya: (a) sulitnya mencari indikator yang tepat bagi siswa dysgraphia;(b) sulitnya
membuat soal yang berbeda yang sesuai dengan kemampuan siswa dysgraphia; (c) evaluasi pekerjaan siswa
yang berkesulitan menulis (dysgraphia). Dengan persiapan yang matang proses pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran dapat lebih terencana dan meminimalkan kendala-kendala yang selama ini dihadapi oleh guru.
Abstract
This study aims to analyze the difficulties teachers teaching classes in Indonesian on students berkesulitan
adversity writing (dysgraphia) in SD Inclusion located at Intis Elementary School Yogyakarta. The students
were taken as samples to determine characteristics of dysgraphia students are students of class III, amounting
to 4 children. The subject of this research is classroom teachers L3 L3 Abu Hanifa and Abu Hurairah.
This research uses descriptive qualitative research and design study analysis. Collection methods used were
interviews, observation, and documentation. The results of this study indicate that there are several factors
that experienced teachers in teaching students dysgraphia is in the process of implementation and evaluation.
Difficulties in the learning process, among others: (a) teachers do not know the limits of the vocabulary that
corresponds to the grasp of students who adversity writing (dysgraphia); (B) the use of methods and strategies
it is still imprecise; (C) the lack of support services for students dysgraphia. Difficulties in learning evaluation
include: (a) the difficulty of finding the right indicators for students dysgraphia; (b) the difficulty of making
a different matter that in accordance with the student’s ability dysgraphia; (C) evaluation of student work
that adversity writing (dysgraphia). With careful preparation and evaluation of the implementation process
of learning can be better planned and minimize the constraints that had been faced by teachers.
anak-anak normal yang lainnya sehingga tidak dalam pengajaran Bahasa Indonesia. Seperti
ada lagi bentuk kesenjangan ataupun diskrimanasi yang disampaikan di atas, pengajaran Bahasa
pada dirinya. Indonesia menuntut anak untuk bisa membaca
Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar maupun menulis. Namun pada kenyataannya di
di kelas inklusif secara umum sama dengan sekolah inklusi tidak semua anak normal yang
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas dengan mudah untuk membaca maupun menulis
reguler. Di samping menerapkan prinsip- materi yang disampaikan oleh guru tetapi ada pula
prinsip umum juga harus mengimplementasikan anak-anak yang menderita gangguan kesulitan
prinsip-prinsip khusus sesuai dengan kelainan dalam membaca maupun menuliskan huruf, kata
siswa. Pendidikan inklusif dirancang untuk atau bahkan kalimat yang merupakan sebuah
sebuah pembelajaran yang efektif bagi semua kekacauan belajar yang sering dikenal dengan
anak termasuk anak bekebutuhan khusus yang sebutan dysgraphia.
merupakan tuntutan yang harus dilakukan oleh Berangkat dari permasalahan tersebut
guru. peneliti ingin mengetahui apa saja yang menjadi
Anak kelas III SD yang seharusnya sudah problematika guru dalam proses pelaksanaan
lancar dalam membaca dan menulis tetapi pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa inklusi
kebijakan untuk SD Inklusi tidak mengharuskan yang mengalami kesulitan menulis (dysgraphia),
siswanya harus bisa membaca ataupun menulis selain itu bagaimana solusi dalam mengatasi
karena model kurikulum kelas inklusi ini dibuat kesulitan atau problmeatikan pada pembelajaran
untuk anak-anak yang memang secara umum Bahasa Indonesia siswa berkesulitan menulis
tidak hanya menerima siswa normal tetapi juga (dysgraphia) bdi SD Intis School Yogyakarta.
siswa yang membutuhkan penanganan khusus. Di
dalam kelas inklusi di SD INTIS School Yogyakarta KAJIAN TEORI
terdapat sebagian siswa yang mengalami kesulitan Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
ketika diminta untuk menulis, bahkan hanya nasional No 70 Tahun 2009 dijelaskan bahwa
sekadar diminta untuk ke depan kelas ada sebagian satuan pendidikan penyelenggara pendidikan
anak yang tidak berani. Padahal anak tersebut inklusif menggunakan kurikulum tingkat satuan
sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar pendidikan yang mengakomodasikan kebutuhan
dalam menulis hanya saja kemampuan dasar dan kemampuan peserta didik sesuai dengan minat,
menulis yang dimiliki anak ini belum terasah. bakat dan potensi.6 Pembelajaran disesuaikan
Berkaitan dengan kesulitan dalam belajar yang dengan karakteristik belajar peserta didik. Hal
dihadapi anak, menurut Suryani, kesulitan belajar utama yang harus terlebih dahulu dilakukan
merupakan beragam gangguan dalam menyimak, sebelum merancang sebuah pembelajaran, maka
berbicara, membaca, menulis, dan berhitung hendaklah guru melakukan penilaian.“Penilaian
karena faktor internal individu itu sendiri, yaitu adalah suatu proses pengumpulan informasi
disfungsi minimal otak.5 tentang perkembangan peserta didik dengan
Guru di sekolah regular memang belum menggunakan alat dan teknik yang sesuai untuk
berpengalaman menangani anak berkebutuhan membuat keputusan pendidikan berkenaan
khusus dibandingkan guru yang bertahun-tahun dengan penempatan dan program bagi peserta
dalam bidangnya menangani anak-anak yang didik tersebut.”7
mempunyai kekurangan dan hambatan dalam M e l a l u i p e n i l a i a n d a p a t d i ke t a h u i
intelektual, fisik maupun mentalnya. Maka dari kemampuan, kelemahan dan apa yang menjadi
itu, sudah pasti tidak semua guru mengerti
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk kelas 6
Peraturan Menteri Nasional Nomor 70 Tahun
inklusi ini, sehingga dalam pengajaran tentunya 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang
akan menemukan problema-problema terutama Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Keceradasan dan/
atau Bakat Istimewa, hlm. 1
5
Suryani, Yulinda Erma, Kesulitan Belajar, (Magistra
7
Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Upaya
73, 2010), hlm. 47-33. Implementasinya. Jakarta Timur: Luxima 2012), hlm.57
kebutuhan peserta didik, sehingga dapat dirancang hasil belajar. Melalui tujuan pengajaran itu
program pembelajaran yang sesuai dengan akan tercermin bentuk dan kategori keluaran
kebutuhan siswa. Penilaian dibagi menjadi dua hasil belajar setelah kegiatan belajar mengajar.11
yaitu formal dan informal. Penilaian bersifat Merumuskan tujuan pengajaran perlu dilakukan
formal menggunakan instrumen yang telah sebagai pedoman bagi guru dalam memandu
dibakukan misalnya untuk mengetahui kecerdasan kegiatan belajar siswa. Tujuan yang jelas dan
menggunakan tes intelegensi, sedangkan penilaian tepat akan mempermudah guru merencanakan
yang bersifat informal dilakukan untuk melihat dan mempersiapkan tindakan untuk membantu
fungsi dari potensi yang masih ada dan hambatan siswa belajar.
belajar yang diakibatkan oleh kelainan yang
dimiliki yang dibuat oleh guru. Misalnya analisis Materi Pelajaran
contoh pekerjaan siswa. Materi pelajaran merupakan sesuatu yang
Setelah melakukan penilaian maka langkah mengandung pesan yang akan disajikan dalam
selanjutnya barulah guru dengan mudah menyusun proses belajar mengajar. 12 Pemilihan materi
sebuah rencana pembelajaran sesuai dengan isi pelajaran yang tepat akan membawa guru dekat
kurikulum. Perencanaan adalah pengambilan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
keputusan bagaimana memberdayakan komponen- Namun kedalaman dan keluasan materi harus
komponen pembelajaran agar tujuan berhasil dengan disesuaikan dengan keadaan siswa.
sempurna.8 Melalui perencanaan inilah keseluruhan
kegiatan pembelajaran dirancang dengan sebaik- Strategi Pengajaran atau Metode Pengajaran
baiknya sehingga dapat terlaksana dengan baik dan Strategi pengajaran merupakan siasat
diharapkan akan mencapai tujuan-tujuan seperti membelajarkan siswa menuju tercapainya tujuan
yang telah ditentukan. Perencanaan ini tidak lepas instruksional.13 Banyak strategi yang di dalamnya
dari silabus. Silabus adalah suatu bentuk sokongan juga terdapat metode yang dapat digunakan guru
atau bantuan bagi pengajaran yang diadakan di dalam mengajarkan bahasa Indonesia.
dalam kelas dan suatu bentuk bimbingan dalam
pembuatan rencana-rencana pelajaran yang tepat.9 Media Pengajaran
Sesuai dengan standar isi kurikulum yang berlaku Media pengajaran merupakan keseluruhan
untuk setiap satuan pendidikan maka komponen- alat dan bahan yang digunakan untuk mencapai
komponen pembelajaran meliputi: tujuan pembelajaran.14Melalui media pengajaran
guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang
Tujuan Pengajaran bersifat abstrak menjadi konkret sehingga
Pembelajaran merupakan suatu proses yang mudah dipahami oleh siswa. Selain itu dengan
terencana. Rencana pembelajaran dirumuskan menggunakan media pengajaran yang menarik
secara sistematis yang bertumpu pada tujuan perhatian dan minat siswa maka akan menambah
pembelajaran.10 Tujuan Pengajaran merupakan nilai lebih pada pengajaran tersebut sebab
langkah pertama yang harus dilakukan dalam kemungkinan mudah terserapnya pelajaran yang
merancang program pengajaran. Rumusan menarik menjadikan tujuan pembelajaran akan
tujuan pengajaran dilakukan secara umum dan mudah dicapai.
secara khusus. Tujuan pengajaran menyarankan
bentuk-bentuk atau kategori- kategori tertentu Evaluasi/Penilaian
Penilaian merupakan usaha mengumpulkan
8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi berbagai informasi secara berkesinambungan dan
Satandar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.50
9
Tarigan Henry Guntur, Metodologi Pengajaran 11
Esti Ismawati, Perencanaan Pengajaran Bahasa,
Bahasa, (Suatu Penelitian Kepustakaan), (Jakarta: Depdikbud, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), hlm. 17
1989), hlm.521 12
Ibid..., hlm.91
10
Jamaluddin, Problematik Pembelajaran Bahasa dan 13
Ibid..., hlm.99
Sastra, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2003), hlm. 13 14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran..., hlm.163
menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dengan tema yang tidak tersedia dalam GBPP
telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar atau dapat berdiri sendiri. Bisa juga dipadukan
mengajar. Melalui kegiatan evaluasi/penilaian atau dikaitkan dengan mata pelajaran lain.
akan terlihat gambaran keadaan yang sebenarnya Smith berpendapat bahwa masalah yang
tentang proses keseluruhan pembelajaran. biasa dihadapi oleh siswa berkesulitan belajar
Peng ajaran mer upakan satu sistem di sekolah, yaitu (1) masalah bahasa, (2) masalah
yang terdiri dari komponen-komponen yang perhatian dan aktivitas, (3) masalah daya ingat,
berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai (4) masalah kognisi, dan (5) masalah sosial
tujuan pengajaran. 15 Pengajaran kebahasaan dan emosional.17 Terrel dalam Smith, masalah-
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masalah bahasa seringkali menyangkut kesulitan
pemahaman dan penggunaan bahasa. Prinsip dalam memahami orang lain, berbicara dengan
penyusunan bahasa menyangkut keempat jelas, menemukan kata yang benar untuk
keterampilan berbahasa yaitu keterampilan mengungkapkan ide dan kebutuhannya, serta
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. kurang kemapuan dalam mengatur bahasa untuk
Menurut Slamet, bahan pengajaran bahasa mendapatkan komunikasi yang efektif.18
diambil dari bahan berbicara dan menulis, Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
yang meliputi pengembangan kemampuan di kelas inklusif secara umum sama dengan
pengungkapan gagasan, pendapat, pengalaman, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas
pesan, dan perasaan. Bahan pelajaran kebahasaan reguler. Namun, demikian, karena di dalam
mencakup lafal, ejaan dan tanda baca, struktur kelas inklusif di samping terdapat anak normal
bahasa, kosa kata, paragraf dan wacana. juga terdapat anak luar bisa yang mengalami
Selanjutnya bahan pelajaran pemahaman diambil kelainan/penyimpangan (baik fisik, intelektual,
dari bahan mendengarkan dan membaca yang sosial, emosional dan sensoris neurologist)
meliputi pengembangan untuk menyerap gagasan, dibanding anak normal, maka dalam kegiatan
pendapat, pengalaman, pesan, perasaan yang belajar mengajar guru yang ,mengajar di kelas
dilisankan atau ditulis.16Karya sastra Indonesia asli inklusif dalam menggunakan strategi, media dan
maupun terjemahan termasuk bahan pelajaran metode harus disesuaikan dengan masing-masing
pemahaman. kelainan anak berkelainan.19 Yang perlu dilakukan
Bahan pelajaran kebahasaan mencakup dalam menangani siswa yang mengalami disgrafia
lafal, ejaan dan tanda baca, struktur bahasa, antara lain:
kosa kata, paragraf dan wacana. Selanjutnya
bahan pelajaran pemahaman diambil dari bahan Pahami keadaan anak
mendengarkan dan membaca yang meliputi Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau
pengembangan untuk menyerap gagasan, pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan
pendapat, pengalaman, pesan, perasaan yang yang dimilki oleh anak disgrafia. Berusahalah
dilisankan atau ditulis. Karya sastra Indonesia asli untuk tidak membandingkan anak seperti itu
maupun terjemahan termasuk bahan pelajaran dengan anak lainnya. Sikap membandingkan
pemahaman. hanya akan membuat kedua belah pihak, baik
Bahan pelajaran penggunaan dapat diambil orang tua/ guru maupun anak merasa frustasi dan
dari bahan berbicara dan menulis yang meliputi stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas
pengembangan, kemampuan, pengungkapan, menulis yang singkat saja setiap hari. Atau bisa
gagasan, pendapat, pengalaman, pesan dan juga orang tua dari si anak meminta kebijakan dari
perasaan. Bahan pelajaran sastra dapat dikaitkan pihak sekolah untuk memebrikan tes kepada anak
dengan gangguan ini secara lisan.
15
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2012), hlm.77 17
David J. Smith, Sekolah Inklusif....., hlm.80
16
Slamet, Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan 18
Ibid..., hlm.80
Sastra Indonesia, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 19
Direktorat PLB, Kegiatan Belajar Mengajar,
2007), hlm.81 (Jakarta: Depdiknas, 2004), hlm.28
20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm.309 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.
22
21
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010) hlm. 248
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.8 23
Ibid..., hlm. 9
card, LCD, ataupun gambar-gambar untuk guru harus mampu mengidentifikasi sejauh
menarik siswa untuk menulis dan menunagkan mana siswa itu sendiri mampu menangkap
ide dalam pikirannya; (c) Adanya tambahan dan menghafal dan memaknai kosakata yang
latihan menulis yang diberikan pada siswa yang diberikan dengan cara memberikan penanganan
mengalami kesulitan tetapi hanya kadang-kadang; secara individu di luar jam pelajaran dan selalu
(d) Menegur anak untuk fokus mendengarkan berkoordinasi dengan orang tua siswa untuk
materi yang disampaikan oleh guru; (e) Terkadang memberikan latihan-latihan agar memperbanyak
guru meminta siswa untuk membaca bacaan. kosakata sehingga terjalin kerjasama yang baik
Keempat, siswa lain yang mempunyai untuk kemajuan siswa itu sendiri. Hasil penelitian
problematika dysgraphia adalah Siti, kelas L3 Abu karateristik anak yang mengalami disgrafia di
Hurairah. Adapun permasalahan yang ditemukan L3 Abu Hurairah dan L3 Abu Hanifah dan
adalah: (a) Saat menulis penggunaan huruf besar penanganan guru Bahasa Indonesia selama ini.
dan kecil masih tercampur; (b) Ukuran bentuk Dari berbagai karakterisitik siswa yang
huruf dalam tulisan tidak proporsional; (c) Belum berkesulitan menulis (dysgrafia) yang ada di
bisa menuangkan ide dan paham akan tulisan kelas L3 Abu Hurairah dan L3 Abu Hanifah di
hanya paham dengan media gambar, dan belum atas seorang guru harus mampu memberikan
ada kata khusus; (d) Terlalu dekat dengan kertas layanan belajar yang optimal. Seorang guru yang
jika menulis; (e) Saat menulis suka menyanyi mengajar di kelas apalagi khusus kelas inklusi
sendiri, gambar dan menulis tulisan yang ada tidak hanya semata-mata hanya menyampaikan
disekitarnya; (f) Cara menulis tidak mengikuti alur materi pelajaran tetapi juga harus benar-benar
garis yang tepat dan proporsional; (g) Mampu mendalami berbagai karaterisitik peserta didik
menyalin tetapi sangat lama dan banyak kata dan melayaninya dengan baik dalam belajar
terulang maupun terleawat karena belum paham agar materi yang disampaikan kepada peserta
akan makna tulisan; (h) Masih kesulitan membaca didik benar-benar diterima peserta didik secara
(siswa ini pernah mengalami mininitis pada usia optimal.
batita) Dalam penentuan strategi ataupun
Pendekatan yang dilakukan oleh guru atas metode pengajaran Bahasa Indonesia pada
permasalahan tersebut adalah: (a) Guru memberikan siswa dysgraphia ini dibuat agar siswa lebih
bimbingan secara bertahap untuk memberikan termotivasi dalam menulis dan lebih banyak
pemahaman anak dalam menghafal bentuk dan latihan menulis dibandingkan siswa yang lain.
bunyi huruf tetapi tidak berkala; (b) Guru selalu Metode atau strategi ini dapat diberikan secara
memberi pilihan jawaban untuk mengerjakan soal individu dalam model Program Pembelajaran
Bahasa Indonesia; (c) Memberikan kata-kata yang Individu (PPI) ataupun secara bersama dengan
lebih sederhana untuk siswa dalam memahamkan siswa yang lain. Jika yang diinginkan dengan
makna bacaan; (d) Adanya latihan menulis tetapi model pembelajaran secara individu maka dapat
gradenya diturunkan dari siswa yang lain; (e) diberikan layanan guru pendamping khusus, hal
Memberikan media gambar, flash card, dan LCD ini akan lebih efektif dalam mengidentifikasi,
untuk memancing ide siswa. memberikan perhatian secara khusus dan
Dari berbagai analisis kesulitan yang dialami membantu siswa yang berkesulitan menulis
guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran (dysgraphia) karena model pembelajaran ini
Bahasa Indonesia pada siswa dysgraphia ini disesuaikan dengan daya tangkap siswa itu
sebenaranya masih harus ditingkatkan kembali sendiri. Namun, jika pembelajaran har us
seperti dengan memberikan kata-kata yang lebih dilakukan secara berkelompok, maka seorang
sederhana dan memberikan media gambar ataupun guru harus lebih kreatif dalam penentuan
media animasi bergerak, adanya rangsangan dari metode ataupun strategi untuk berbagai
film animasi dalam membuat kalimat sehingga karateristik siswa.
siswa mampu memaknai arti dari kosakata yang Dalam penentuan metode atau strategi
diberikan oleh guru/educator. Selain itu seorang untuk siswa dysgraphia secara bersama-sama
dengan siswa yang lain salah satu contohnya daya tangkap pada masing-masing siswa dysgraphia
dengan diberikan metode Snowball Throwing dengan adanya evaluasi hasil pembelajaran siswa
sehingga siswa yang diberikan kesempatan selama ini dan kesulitan seperti apa yang dialami
menulis di depan kelas ditunjuk dengan cara guru oleh siswa tersebut.
melempar bola ke arah siswa yang berkesulitan Dengan adanya indikator dan nilai KKM
menulis tetapi tidak ada kesan menunjuk padanya yang telah disesuaikan dengan karakteristik
dan untuk siswa yang lain diminta untuk memberi peserta didik maka dalam proses pembuatan
motivasi dengan membantu membenarkan soal ulangan ataupun evaluasi hasil belajar seperti
tulisannya. Maka siswa dysgraphia akan lebih ulangan harian, UTS dan UAS seorang guru
termotivasi untuk menuliskan tulisan yang baik. akan lebih mudah dalam membuat dan soal dan
Selain dari metode dan strategi pembelajaran mengkoreksi hasil pekerjaan siswa. Selain itu siswa
seharusnya ada layanan pendukung yang diberikan tidak akan merasa terbebani dengan soal yang
bagi siswa khususnya pada siswa dysgraphia lebih sulit ia kerjakan. Siswa dengan keterbatasan
contohnya dengan diberikan tugas menulis menulis seperti ini terkadang guru juga harus
apa yang dia lihat di luar kelas ataupun tugas lebih kreatif dengan sekali-kali mengajak siswa
menulis di perpustakaan, laboratorium komputer, untuk menulis dengan menggunakan fasilitas
laboratorium bahasa, dan adanya tambahan alat yang ada yaitu dengan komputer. Dengan
peraga untuk memudahkan siswa dysgraphia dalam menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan
menulis. sarana korektor ejaan agar ia bisa mengetahui
Adapun kesulitan guru dalam proses kesalahannya dan begitu pula akan memudahkan
evaluasi diantaranya yaitu sulitnya mencari guru dalam mengkoreksi pekerjaannya.
indikator yang tepat bagi siswa dysgraphia agar Dari berbagai kesulitan yang dialami guru
siswa tersebut mudah paham, pembuatan soal ini sebenarnya karena kurangnya perencanaan
yang berbeda yang sesuai dengan kemampuan pembelajaran yang kurang matang karena dalam
siswa dysgraphia pada saat ulangan harian, UTS proses pelaksanaan dan evaluasi masih begitu banyak
maupun UAS. Misalnya soal disamakan dengan kendala yang dialami oleh guru itu sendiri. Dengan
siswa yang lain dalam mengerjakan soal lebih lama persiapan yang matang maka proses pelaksanaan
dan terkadang tidak terselesaikan. Sedangkan di dan evaluasi pembelajaran akan lebih terencana
kelas L3 Abu Hurairah dalam jika soal disamakan dengan baik dan meminimalkan kendala-kendala
dengan yang lain guru kelas harus membacakan yang selama ini dihadapi oleh guru.
soal dan memberinya alternatif dua jawaban
dengan bahasa yang disederhanakan. Selain dari PENUTUP
kedua hal tersebut kesulitan guru di sini adalah Hasil penelitian ini terdapat beberapa faktor
pada saat mengoreksi hasil pekerjaan siswa karena kesulitan yang dialami oleh guru dalam pengajaran
tulisan siswa disgraphia ini cenderung susah Bahasa Indonesia pada siswa yang berkesulitan
dibaca, tidak teratur, kurang huruf, kurang kata, menulis (dysgraphia). Adapun faktor kesulitan
tanpa spasi, dan usah dimaknai. yang dialami oleh guru diantaranya pada proses
Dari analisis kesulitan guru dalam proses pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Adapun
evaluasi pembelajaran bagi siswa dysgraphia ini kesulitan yang dihadapi adalah guru belum
yaitu dengan penentuan KKM yang berbeda mengetahui batasan kosakata yang sesuai dengan
sesuai dengan karakteristik dan daya tangkap siswa daya tangkap siswa yang berkesulitan menulis,
dysgraphia itu sendiri karena yang terjadi hanya penggunaan metode dan strategi dirasa masih
kelas L3 Abu Hurairah yang memberikan KKM kurang tepat, dan kurangnya layanan pendukung
dengan grade yang diturunkan dari 75 menjadi bagi siswa dysgraphia, sulitnya mencari indikator
70 sedangkan untuk kelas L3 Abu Hanifah KKM yang tepat bagi siswa dysgraphia, sulitnya membuat
yang diberikan tetap sama dengan siswa yang lain soal yang berbeda yang sesuai dengan kemampuan
yaitu 75. Dalam mencari indikator yang tepat bagi siswa dysgraphia, dan evaluasi pekerjaan siswa yang
siswa ini diperlukan identifikasi karateristik dan berkesulitan menulis (dysgraphia).