Anda di halaman 1dari 22

Pembelajaran bahasa Indonesia era 4.

Bahan ajar 33-49

Dallam aktivitas pengembangan bahan ajar, guru tidak semata-mata memperhatikan tuntutan

kurikulum yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi berbahasa dan apresiasi sastra

peserta didik. guru harus pula memperhatikan dan mengakomodasi berbagai tuntutan yang

bersifat lebih makro serta berbagai kebutuhan peserta didik, pada skala local, nasional,

maupun global. Guru diharapkan mampu mengembangkan kreativitas dan inovasinya dalam

pengembangan bahan ajar.

Ikhtiar menjadikan dan memantapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan

perlu secara terus-menerus dilakukan. Di sisi lain, upaya pembinaan bahasa Indonesia

khususnya kepada para siswa juga harus dilakukan agar mereka memiliki sikap positif

terhadap bahasanya, menaruh rasa hormat dan memiliki kebanggaan terhadap bahasa

Indonesia serra mampu menggunakannya dengan baik dan benar untuk keperluan. Penguatan

bahasa Indonesia di sekolah-sekolah diharapkan mampu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Melalui bahasa Indonesia diharapkan terwujud bangsa yang unggul dan berkarakter.

Penilaian bahasa Indonesia 137-143

Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program

kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian dapat

dilakukan secara tepat jika tersedia data yang berkaitan dengan objek penilaian. Untuk

memperoleh data tersebut diperlukan alat penilaian yang berupa pengukuran. Penialaian dan

pengukuran merupakan dua kegiatan yang saling berkaitan. Dalam konteks pendidikan,

penilaian diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengetahui perkembangan, kemajuan, dan

atau hasil belajar siswa selama program pendidikan. (Gronlund 1988) yang menyatakan
bahwa penilaian kelas harus mendukung dan memperkuat aspek program pembelajaran

lainnya.

Hughes 1997 menyatakan bahwa penilaian dalam kegiatan pembelajaran bahasa memiliki

tujuan. Tujuan penilaian itu antara lain adalah 1) mengetahui kecakapan berbahasa siswa, 2)

mengetahui seberapa jauh siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang ada, dan 3)

mendiagnosis kekuatan dan kelemahan (mengetahui apa yang telah dan belum diketahui

siswa. tujuan dan fungsi penilaian khususnya penilaian hasil belajar dapat bermacam-macam,

yang antara lain adalah 1) mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran 2) mengetahui

kinerja berbahasa siswa 3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa 4) memberikan umpan balik

(feedback) terhadap peningkatan mutu program pembelajaran 5) menjadi alat pendoorong

dalam meningkatkan kemampuan siswa 6) menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan

jurusan, kenaikan kelas, atau kelulusan, dan 7) menjadi alat penjamin, pengawasan, dan

pengendalian mutu pendidikan.

Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan peserta

didik dalam penguasaan kompetensi dasar diperlukan adanya berbagai jenis tagihan. Jenis

tagihan yang dapat dipakai dalam system penilaian berbasis kompetensi dasar antara lain

adalah kuis, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok,

ulangan blok. Kuis berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal prinsip. kuis biasanya

dilakukan sebelum jam pelajaran dimulai (kurang lebih 5-10 menit) untuk mengetahui

penguasaan pelajaran yang lalu pertanyaan lisa di kelas bisa dilakukan di awal atau di akhir

pelajaran. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman konsep dan prinsip. ulangan harian

dilakukan secara periodic pada akhir pembelajaran satu atau dua kompetensi dasar. Tingkat

berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis. Tugas individu

dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu (misalnya setiap minggu). Tugas yang dapat

diberikan dapat berupa soal atau tugas. Tugas kelompok digunakan untuk menilai
kompetensi. Bentuk instrument yang digunakan salah satunya adalah uraian bebas dengan

tangka berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai dengan evaluasi. Ulangan blok adalah ujian yang

dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam satu waktu. Materi

yang diujikan berdasarkan kisi-kisi soal. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman

sampai dengan evaluasi.

Esti dan umaya

Tes kemampuan bahasa dapat dipilah menjadi dua yakni tes kemampuan reseptif yang terdiri

atas tes kemampuan menyimak dan tes kemampuan membaca. dan tes kemampuan produktif

terdiri atas tes kemampuan berbicara dan tes kemampuan menulis.

Tes kemampuan membaca daoat dirinci ke dalam tiga kategori, yakni tingkat kemampuan

dasar, tingkat kemampuan menengah, dan tingkat kemampuan lanjut. Tes kemampuan

membaca tingkat dasar ditekankan pada aspek 1. Memahami arti kata-kata sesuai

penggunaannya di dalam wacan 2. Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan

bagian-bagiannya. 3. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkap dalam wacana. 4.

Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam

wacana. Tingkat kemampuan membaca menengah ditekankan pada aspek kemampuan dasar

ditambah 5 mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam

wacana meskipun diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda. 6. Mampu menarik inferensi

tentang isi wacana. Tes kemampuan membaca tingkat lanjut ditekankan pada aspek

kemampuan dasar dan menengah di atas, ditambah 7. Mampu mengenali dan memahami

kata-kata dan ungkapan-ungkapan untuk memahami nuansa sastra 8. Mampu mengenali dan

memahami maksud dan pesan penulis sebagai bagian dari pemahaman tentang penulis. Bahan

tes kemampuan membaca juga harus memperhatikan 1. Tingkat kesulitan wacana 2. Isi

wacana 3, Panjang dan pendek wacana dan 4. Bentuk-bentuk wacana yang meliputi wacana
bentuk prosa, wacana bentuk dialog, dan wacana bentuk puisi. Penekanan tes kemampuan

membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam wacana.

Kegiatan memahami informasi itu sendiri adalah aktivitas kognitif yang dapat dilakukan

secara berjenjang. Tingkatan tes kemampuan membaca dapat dibuat berjenjang mulai tingkat

ingatan c1 pemahaman c2 penerapan c3 analisis c4 sintesis c5 dan evaluasi c6.

Bahasa

Bahasa adalah sesuatu yang bergerak dalam pengalaman keseharian yang kompleks. Dalam

perspektif bahasa sebagai sumbu artikulasi dan kreativitas, benda-benda produksi termasuk di

dalamny produk teknologi lebih banyak digerakkan oleh bahasa. Konsumsi keseharian kita

adalah image (citra). Nilai benda kini tidak bertumpu pada bend aitu sendiri, tetapi pada nilai

tanda yang dibangunnya. Nilai tanda adalah nilai citra. Bagaimana citra diciptkan adalah

topik dalam bahasa.

Keterampilan berbahasa Indonesia 28-37

Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pada

Lembaga-lembaga pendidikan dari taman kanak-kanal sampai dengan perguruan tinggi.

Hanya saja, untuk kepraktisan, beberaa Lembaga pendidikan rendah, yang anak didiknya

hanya menguasai bahasa ibu (bahasa daerah), mempergunakan bahasa pengantar bahasa

daerah anak didik yang bersangkutan. Hal iini dapat dilakukan sampai dengan kelas tiga

sekolah dasar.

Sebagai konsekuensi pengguna bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di

Lembaga pendidikan tersebut, materi pelajaran berbentuk media cetak hendaknya juga

berbahasa Indonesia. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan berhubungan erat dengan fungsinya sebagai alat perhubungan pada tingakt

nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk

kepentingan pelaksanaan pembangunan nasional dan pemerintahan.

Pembelajraan kreatif bahasa Indonesia 34-41

Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia, materi bahasa Indonesia sudah

disesuaikan dengan tema yang harus dibelajarkan pada siswa dalam rangka untuk mencapai

kompetensi inti dalam kurikulum 2013. Dalam konteks tema, kurikulum 2013 sudah

menggariskan tema yang harus diajarkan pada siswa. berikut ini, misalnya, tema-tema dan

alokasi waktu pembelajaran 2013 yang diajarkan untuk siswa sekolah dasar.

Kelas I
No Tema Waktu
1 Diri Sendiri 4 Minggu
2 Kegemaranku 4 Minggu
3 Kegiatanku 4 Minggu
4 Keluargaku 4 Minggu
5 Pengalamanku 4 Minggu
6 Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri 4 Minggu
7 Benda, Binatang, dan Tanaman di Sekitarku 4 Minggu
8 Peristiwa Alam 4 Minggu

Dari tema di atas, pembelajaran bahasa Indonesia diajarkan pada siswa. dalam konteks ini,

tema di atas merangkum inti dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu: keterampilan

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Terampil membaca

Bahasa tulislah yang bisa menjadi media komunikasi dalam keberjarakan waktu dan

tempat. Sejarah dan pemikiran keilmuan dari masa lalu dan dunia yang jauh bisa dipahami

melalui aktivitas membaca. membaca pun menjadi jendela informasi dan ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini pembelajaran bahasa Indonesia dalam keterampilan membaca berorientasikan

pada dua hal: belajar untuk bisa membaca terjadi pada saat siswa duduk di kelas rendah atau

pra sekolah. siswa diajari untuk bisa membaca. setelah bisa membaca siswa belajar untuk

biasa membaca, yaitu terampil dan biasa membaca. terampil memabca pun memiliki dua

pengertian: terampil mahir membaca, yang artinya bisa membaca dengan tepat pula dan

terampil hobi membaca, artinya membaca yang dijadikan kebiasaan siswa dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan bisa dan biasa inilah siswa akan lebih bisa banyak memahami banyak

informasi dan ilmu pengetahuan. Dengan penguasaan ilmu pengetahuan yang banyak, maka

siswa akan semakin lebih cepat memahami materi-materi pembelajaran. disini, terampil

membaca memiliki fungsi sebagai penunjang dan pengembang materi pembelajaran lain.

Untuk itu pembelajaran bahasa Indonesia (terampil membaca) memiliki kedudukan penting

dalam system pembelajaran. jika pembelajaran bahasa Indonesia bisa menjadikan siswa

terampil membaca, maka efek penguasaan siswa terhadap ilmu pengetahuan dari materi

pembelajaran lain bisa dicapai.

Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk menjadikan siswa memmiliki

keempat keterampilan tersebut dalam menyampaikan materi yang sesuai dengan tema yang

telah ditentukan dalam kurikulum 2013. Materi dan tema memiliki kedudukan sebagai isi

pensa. Sedangkan proses penyampaian dilakukan melalui proses komunikasi yang

mellibatkan aktivitas: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Untuk itu pembelajaran

bahasa Indonesia ini bersifat terpadu. Artinya keempat keterampilan berbahasa itu tidak

disampaikan secara dikotomik, melainkan melalui satu kesatuan yang komprehensif.

Dengan konsep ini, pembelajaran bahasa Indonesia ini menjadi fondasi utama dalam

pembelajran mata pelajaran lain. Sebab, setiap pembelajaran selalu menuntut keempat

keterampilan berbahasa yang baik, maka siswa bisa lebih cepat memahami dan menguasai

materi pembelajaran lain. Sebaliknya , jika keterampilan berbahasa siswa rendah maka siswa
akan mengalami kesulitan dalam memahami belajar yang lainnya. Disinilah pentingnya

keterampilan pembelajaran bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan pembelajaran lainnya.

Cakap berbahasa Indonesia 29 - 73

Belajar berbahasa Indonesia

Setiap orang memerlukan keterampilan berbahasa dan setiap orang butuh untuk

meningkatkan keterampilan berbahasanya. Dalam lingkungan sehari-hari, kita selalu

beringgungan dengan keterampilan berbahasa.

Belajar berbahasa adalah berupaya meningkatkan keterampilan berbahasa yang

mencakup menulis, membaca, berbicara, dan menyimak. Keempat keterampilan tersebut

saling berkaitan dan memiliki hubungan prasyaratan. Artinya keterampilan yang satu

membutuhkan keterampilan lainnya. Seseorang agar mampu menulis dengan baik harus

didukung kemampuan membaca yang baik. Demikian pun apabila ingin berbicara dengan

baik mesti belajar menyimak dengan baik. Bahasa juga berfungsi representasional melalui

pernyataan-pernyataan untuk menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan pengertian.

Pada intinya kita menggunakan bahasa dengan berbagai macam kepentingan, kondisi, dan

tujuan. Selanjutnya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa perlu memerhatikan

komponen-komponen penyusun sebagaimana tercantum pada bagan di bawah iini.

Teori belajar bahasa 17

Periode usia sekolah dasar, anak-anak dihadapkan pada tugas utama mempelajari

bahasa tulis. Hal iini hampir tidak mungkin kalua mereka belum menguasai bahasa lisan.

Perkembangan bahasa anak pada periode usia sekolah dasar ini meningkat dari bahasa lisan

ke tulis.
Piaget mengatakan dalam perkembangan bahasa anak adal empat yaitu sensorimotor,

praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Pembelajaran bahasa terjadi

pada akhir fase sensorimotor dan fase praoperasional. Pada periode in anak memperoleh

bahasa dengan cepat. Perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa menurut Piaget

dapat dilihat seperti di bawah: hal. 19.

No Perkiraan Usia Fase-Fase Perkembangan Fase-Fase Perkembangan


Kognitif Kebahasaan
1 Lahir < 2 tahun Periode sensorimotor Fase fonologi
anak memanipulasi objek di Anak bermain dengan bunyi-
lingkungan dan mulai bunyi bahasa mulai mengoceh
membentuk konsep sampai menyebutkan kata-kata
sederhana
2 2-7 tahun Periode praoperasional Fase sintaksis
Anak memahami pikiran Anak menunjukkan kesadaran
simbolik, tetapi belum dapat gramatis (sederhana),
berpikir logis berbicara menggunakan
kalimat
3 7-11 tahun Periode operasional Fase semantic
Anak dapat berpikir logis Anak dapat membedakan kata
mengenai benda-benda sebagai symbol dan konsep
konkret yang terkandung dalam kata.

Awal usia sekolah merupakan periode berkembang kreativitas kebahasaan yang diisi dengan

nyanyian dan permainan kata. Setiap kelompok anak mengembangkan penggunaan bahasa

yang bersifat khas. Pada usia sekolah, perkembangan bahasa yang terlihat adalah

perkembangan semantic dan pragmatic. Selain memahami bentuk-bentuk batu anak belajar

menggunakan untuk berkomunikasi.

Pengaruh pembelajaran pada urutan pemerolehan bahasa

Apabila kita menafsirkan hasil pengamatan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai

bahasa kedua, maka untuk dapat belajar bahasa Indonesia dengan baik, anak-anak sebaiknya

mempunyai kesempatan psikolinguistik. Untuk dapat mempunyaii kesiapan psikolinguistik,

anak-anak hendaknya memperoleh kesempatan untuk tidak mendengar penggunaan bahasa

Indonesia di lingkungan keluarga. Lebih baik di rumah disiapkan buku-buku bacaan sepertti
koran, majalah, buku cerita yang sesuai dengan kebutuhan anak. Mengingat wilayah di

pedesaan terpencil masih banyak orang tua yang belum membudayakan bacaan bahkan tidak

memfasilitasi buku-buku pendukung. Untuk itu, sekolah sedapat mungkin harus menyediakan

alat-alat tersebut dan memberi tugas-tugas membaca secara personal dan kelompok.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah mempunyai pengaruh besar dalam

pemerolehan bahasa Indonesia, oleh karena itu kondisi perlu diupayakan agar anak-anak

memperoleh pengalaman berbahasa dengan memperhatikan kaidah bahasa yang berlaku.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menekankan pada kaidah semata. Pemerolehan

bahasa yang mendekati pemerolehan bahasa yang alami perlu diusahakan. Caranya dengan

menggunakan konteks-konteks berbahasa yang sebenarnya dekat dengan kehidupan anak.

Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. 96

Penempatan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan di samping memberi

penegasan akan pentingnya kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang

mempersatukan berbagai etnis yang bebeda latar belakang bahasa local dan kedudukannya

sebagai bahasa resmi.

Terdapat perubahan mendasar dalam kurikulum 2013, khususnya bidang pembelajaran bahsa

Indonesia. Perubahan dimaksud terjadi pada paradigma penetapan satuan kebahasaan yang

menjadi basis materi pembelajaran. perubahan pada materi tersebut membawa dampak pada

perubahan metode pembelajaran.

(Pramulia et al., 2022)

Pembelajaran bahasa harus mempertimbangkan fisik, minat, kecerdasan, dan lingkungan

belajar siswa. Pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu

diajarkan kepada para siswa disekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini diberikan sejak
masih bangku SD hingga lulus SMA. Dari situ siswa diharapkan sisa mampu menguasai,

memahami,dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca,

menyimak, menulis dan berbicara. Pendidikan di era-modern di tuntut dengan suatu hal yang

baru, hal ini di karenakan dalam pengajaran suatu pembelajaran di suatu sekolah

secarakhusus berbeda-beda tergantung dari materi, media dan metode yang digunakan.

Hal itu mengisyaratkan bahwa pembelajaran bahasa itu bertujuan untuk membinakompetensi

berbahasa yaitu aspek berbicara, menyimak, membaca dan menulis. Pembelajaran bahasa

Indonesiayang baik hendaklah dengan dasar kemampuan menggunakan bahasa secara lisan

dan tulisan dengan benar, dengan dasar kemampuan memahami dan mengolah pesan yang

diperoleh secara lisandan tulisan dengan benar, dengan dasar kemampuan memahami dan

mongolah pesan yang diperoleh secara lisan dantulisan

TEKNIK PENYUSUNAN BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA BAGI GURU DI

SEKOLAH DASAR

Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan intelektual,

sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia dapat membantu siswa mengenal

dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, menyampaikan gagasan dan perasaan,

berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta

menggunakan kemampuan analisis dan imaginasi yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk

berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun

tulis, sertamenumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Bredekamp (1987:3) menyatakan bahwa anak berkembang pada semua aspek

perkembangannya baik fisik, emosional, sosial, dan kognitif. Tidak ada jalan lain kecuali
guru harus memiliki tanggungjawab dan perhatian penuh bagi keutuhan perkembangan anak.

Sehubungan dengan itu Goodman dalam Akhadiah menyatakan bahwa 1) belajar bahasalebih

dah terjadi jika bahasa itu disajikan secara holistik nyata, relevan,bermakna, serta fungsional

jika bahasa itu disajikan dalam konteks dan dipilih peserta didik untuk digunakan, 2) belajar

bahasa adalah belajar bagaimana mengungkapkan maksud sesuai dengan konteks lingkungan

orang tua, kerabat, dan kebudayaan terdapat interdependensi antara perkembangan kognitif

dan perkembangan kemampuan bahasa yang meliputi pikiran bergantung kepada bahasa dan

bahasa bergantung kepada pikiran (Akhadiah, 1994:10-11).

Dinyatakan pula bahwa sesuai dengan teori belajar, perkembangan kognitif serta

perkembangan bahasa pada anak usia lima sampai dengan delapan tahun atau anak kelas awal

SD mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) kemampuan kognitif dan bahasa anak usia

tersebut telah memadai untuk belajar dalam situasi yang lebih formal, 2) anak-anak seusia

itu masih memandang sesuatu lebih sebagai keseluruhan 3) sesuatu lebih mudah mereka

pahami jika diperoleh melalui interaksi sosial dengan mengalaminya secara nyata dalam

situasi yang menyenangkan; 4) situasi yang akrab, dilandasi penghargaan, pengertian, dan

kasih sayang, serta lingkungan belajar kondusif dan terencana sangat membantu proses

belajar yang efektif (Akhadiah, 1994: 8-9).

Kenyataan itu menuntut agar guru sebagai pengelola pembelajaran dapat menyediakan

lingkungan belajar yang kondusif dan pendekatan pembelajaran yang bermuatan keterkaitan

atau keterpaduan sehingga membuat anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan

pembuatan keputusan. Senada dengan pendapat Goodman, Suriasumantri (1995:257)

menyatakan bahwa belajar bahasa akan lebih mudah jika pembelajaran bersifat holistik,

realistik, relevan, bermakna, dan fungsional, serta tidak lepas dari konteks pembicaraan.

Pendekatan pembelajaran terpadu dalam pengajaran bahasa sebenarnya dilandasi oleh


pandangan bahasa holistic (whole language) yang memperlakukan bahasa sebagai sesuatu

yang bulat dan utuh, dan dalam proses belajar sesuai dengan perkembangan peserta didik.

Dalam proses pembelajaran bahasa holistik guru menjadi model dalam berbahasa (membaca

dan menulis), serta bertindak sebagai fasilitator dan memberikan umpan balik yang positif.

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA BERORIENTASI NILAI KARAKTER TENTANG

KARAKTERISASI TOKOH DALAM BUKU DONGENG PEMBANGUN

KARAKTER ANAK KARYA RUCITA ARKANA DAN KESESUAIANNYA DENGAN

TUNTUTAN BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR

KURIKULUM 2013 EDISI REVISI

Melalui dongeng, pembelajaran bahasa Indonesia akan semakin memicu peserta didik untuk

membuka wawasan dan daya imajinasinya, terutama pada jenjang sekolah dasar (SD) dengan

kapasitas ingatan yang masih segar dan membentuk mental dan jati diri generasi bangsa sejak

usia dini. Kurikulum 2013 memiliki tujuan khusus untuk mempersiapkan generasi baru dan

penerus bangsa yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Untuk itu, perancangan

kurikulum 2013 perlu memperhatikan kebutuhan siswa saat ini dan di masa depan yang

pengaruh dinamis ditengah globalisasi dan kemajemukan masyarakat Indonesia

(Kemdikbud, 2017).

Menjawab hal tersebut, kesesuaian dongeng dalam tuntutan bahan ajar Bahasa Indonesia

sebagai alat mempermudah tercapainya hal di atas menjadi satu kesatuan yang utuh.

Berdasarkan model silabus yang dirilis Kemdikbud (2017), untuk bahan ajar sekolah dasar

(SD) Kurikulum 2013 tersusun atas model tematik terpadu. Artinya, setiap jenjang atau
tingkatan disusun sesuai tema-tema tertentu yang berisi berbagai mata pelajaran, salah

satunya adalah Bahasa Indonesia.

Dalam bahan ajar kelas I Kurikulum 2013, tidak ditemukan kesesuaian dongeng dalam

kompetensi dasar (KD) yang sudah berlaku. Hal ini disebabkan oleh model bahan ajar kelas I

disiapkan untuk tahap persiapan dalam berbagai kegiatan, seperti panduan membaca,

menulis, dan melafalkan suatu kata. Adapun pembelajaran sastra di jenjang kelas I yang baru

muncul adalah puisi anak/syair lagu. Hal ini berbeda dengan jenjang atau tingkatan lainnya

seperti kelas dua (II) dan seterusnya.

Kajian psikologi sastra yang dilakukan dalam teks yang dikaji berkesuasaian dengan tuntutan

bahan ajar Bahasa Indonesia jenjang sekolah dasar (SD) Kurikulum 2013. Hal ini terlihat dari

relevansinya dengan bahan ajar kelas II yang berisi delapan tema; bahan ajar kelas III yang

berisi delapan tema; bahan ajar kelas IV yang berisi sembilan tema; kelas V dan VI yang

berisi sembilan tema (Kemendikbud, 2017).

Skripsi orang

Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia sangat diperlukan

untuk dipelajari bagi setiap warga negara Indonesia, hal ini tidak bisa disepelekan dan perlu

mendapat peratian lebih. Maka dari itu, mulai dari tingkat sekolah dasar, pembelajaran bahasa

Indonesia sudah diajarkan. Tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia di SD agar siswa

memiliki keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran bahasa

Indonesia, terutama di sekolah dasar tidak akan terlepas dari empat keterampilan tersebut.

Keterampilan berbahasa yang dilakukan manusia yang berupa menyimak, berbicara,

membaca dan menulis yang dimodali kekayaan kosakata, yaitu aktivitas intelektual karya

otak manusia yang berpendidikan. Pada saat anak memasuki usia sekolah dasar, anak-anak

akan terkondisikan untuk mempelajari bahasa tulis. Pada masa ini, anak dituntut untuk
berpikir lebih dalam lagi kemampuan berbahasa anak pun mengalami perkembangan. Dari

sini lah anak akan dilatih dalam berfikir mengenai kemampuannya dalam berbahasa.

Sebagai makhluk social, manusia berinteraksi, berkomunikasi dengan manusia lain dengan

menggunakan bahasa sebagai media, baik berkomunikasi menggunakan bahasa lisan, juga

berkomunikasi menggunakan bahasa tulis. Kita mengetahui kemampuan manusia berbahasa

bukanlah tidak dibawa anak sejak lahir, melainkan manusia dapat belajar bahasa sampai

terampil berbahasa mampu berbahasa dengan baik untuk kebutuhan dalam berkomunikasi

dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan bahasa, maka manusia dapat mengakses segala pengetahuan dan memperoleh

informasi dari sumber-sumber informasi. Usia sekolah dasar ini merupakan masa

berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocab)

menurut Abin Syamsuddi dalam Ahmad Susanto pada awal masa ini 6-7 tahun anak sudah

menguasai sekitar 2500 kata , dan pada masa akhirnya 11-12 tahun anak telah menguasai

50.000 kata.

Melalui sebuah tulisan pembaca dapat memahami pesan yang ditransaksikan serta tujuan

penulisan. Pembelajaran di SD ditujukan agar siswa mampu mengungkapkan gagasan,

pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan secara tertulis 2 mampu menyampaikan

informasi secara tertulis sesuai dengan konteks dan keadaan 3 memiliki kegemaran menulis

dan 4 mampu memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan karya sastra dalam menulis.

(Uswatun Nisa, 2019)

Bahasa memiliki peran sentral bagi perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi lainya.

Hakikat bahasa secara umum adalah alat untuk menyampaikan pesan yang terlintas di dalam

hati dan pikiran manusia. Lebih jauh lagi bahasa adalah alat untuk berkomunikasi dan
berinteraksi, dalam artian alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep serta perasaan.

Sejalan dengan hal tersebut menurut Kridalaksana (Chaer, 2013, p32) bahasa adalah sistem

lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja

sama berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Penjelasan tersebut semakin menegaskan

bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan baik secara individu ataupun secara

kelompok.

Bahasa yang digunakan oleh negara Indonesia adalah bahasa Indonesia, yang telah ditetapkan

dalam UUD 1945 pasal 36 (Silvia, 2010, p52) bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia.

Oleh sebab itu pembelajaran bahasa Indonesia diajarkan pada semua jenjang pendidikan

mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi, yang diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia

dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Selain hal tersebut bahasa Indonesia

memiliki hakikat sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional (saleh, 2015)

Mengenai hakikat bahasa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa

Indonesia berfungsi, antara lain sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar resmi

lembaga pendidikan, bahasa resmi perhubungan pada tingkat nasional, bahasa media masa.

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa bahasa nasional yang digunakan oleh negara

Indonesia adalah bahasa Indonesia yang berfungsi juga sebagai bahasa pengantar dalam

pembelajaran serta bahasa resmi pada tingkat nasional.

Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia secara khusus menitik beratkan pada hasil

karya sastra manusia Indonesia agar lebih dihargai sehingga dapat melestarikan sastra

Indonesia, dan meningkatkan kemampuan dalam berbahasa. Hal tersebut sesuai dengan

Badan Standar Nasional Pendidikan (Susanto,2016,p245) bahwa pembelajaran bahasa

Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi


dengan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,baik secara lisan maupun tulis, serta

menumbuhkan apresisasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

(Auwalul Azmi & Agustina, 2022)

Penerapan kesantunan berbahasa dalam pembelajaran adalah dengan membuat bahan ajar

yang berkaitan dengan aspek berbicara dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah

(Atrabu dan Juita, 2022). Bahan ajar yang yang sesuai dengan minat dan kemampuan siswa

akan mendukung tercapainya tujuan tujuan pembelajaran.Penggunaan bahan ajar dapat

mempengaruhi pemahaman siswa terhadap suatu materi (Kuswanto, 2019; Magdalena, 2020).

Hal itu sejalan dengan pendapat Arianti (2016) bahwa bahan ajar yang menarik sangat

dibutuhkan dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan motivasi dan minat

belajar siswa. Pada mata pelajran bahasa Indonesia terkhusus aspek berbicara, guru juga

menggunakan bahan ajar untuk dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Bahan ajar

merupakan bagian yang sangat penting dari suatu proses pembelajaran secara keseluruhan

(Herman dan Manaf, 2022).

Sebagai salah satu faktor pendukung keberhasilan pembelajaran, bahan ajar harus disesuaikan

dengan kebutuhan siswa (Anasti dan Liusti, 2022). Bahan ajar adalah semua bahan yang

disusun secara sistematis, yang menampilkan gambaran lengkap kompetensi yang harus

dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk merencanakan

dan mempelajari pelaksanaan pembelajaran (Izabella, 2021; Prastowo, 2013). Arsanti (2018)

menyatakan bahwa pengajar harus membekali diri sesuai dengan karakteristik siswa dan mata

pelajaran yang diajarkan untuk memenuhi kebutuhan bahan ajar. Karakteristik yang

dimaksud baik dari ketersediaan sumber daya yang mempengaruhi pembelajaran, sarana dan
prasarana. Penelitian bahan ajar telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Tegeh dan Kirna

(2013), Purwanti dan Suhirman (2017), Sholikhah, et al (2020), dan Elmubarok, et al (2019).

Penelitian membuktikan pentingnya bahan ajar untuk pembelajaran, khususnya siswa.

Hasil penelitian ini dapat diterapkan untuk pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar,

khususnya untuk kompetensi dasar yang berkaitan dengan berbicara. Ada sejumlah sumber

daya untuk siswa sekolah dasar yang secara langsung relevan dengan interpretasi linguistik

dari penelitian ini. Kemampuan mendasar yang berhubungan langsung dengan penelitian

adalah menyampaikan pidato hasil karya langsung dengan memakai kosa kata baku dan

kalimat efektif sebagai bentuk ungkapan diri.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa jenis tuturan yang mendominasi

dalam penelitian ini adalah representatif dan direktif, kemudian diikuti dengan deklarasi,

serta ekpresif. Tindak representatif dan direktif dikategorikan tinggi karena kedua jenis tindak

tutur tersebut adalah tindak tutur yang muncul dan bersifat mengikat penuturnya terhadap

segala sesuatu yang dituturkan (Lutfiana dan Sari, 2021).

(Wahyuni, 2021)

Kenyataan di lapangan bahan ajar bahasa Indonesia belum mencukupi baik dari segi keluasan

ataupun kedalamn materi, baik secara kognitif, afektif serta psikomotorik. Secara umum

masih banyak di kalangan guru yang belum mampu menyususn bahan ajar sesuai dengan

standar kurikulum yang berlaku. Tujuan mempelajari Bahasa Indonesia di Sekolah adalah

keterampilan berbahasa yang baik lisan maupun tertulis [6]. Oleh karena itu, pengembangan

dan penerapan bahan ajar bahasa Indonesia diharapkan dapat menjawab dan memecahkan

masalah ataupun kesulitan dalam memahami materi dengan baik. Adapun tujuan diadakannya

pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis multemidia interaktif ini ialah untuk

menghasilkan sebuah produk baru atau menyempurnakan produk/bahan ajar yang sudah ada
yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, dengan adanya pengembangan bahan ajar

bahasa Indonesia berbasis interaktif ini akan mampu memecahkan masalah di kelas, dan

mampu mengembangkan literasi anak serta pemahaman kepada peserta didik betapa

pentingnya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi.

Pembelajaran bahasa, selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra, juga

untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas

wawasan. Selain itu diarahkan untuk mempertajam perasaan peserta didik. Bahasa

memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi, saling belajar dari yang

lain, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusastraan merupakan salah satu

sarana belajar untuk menuju pemahaman tersebut.

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat Indonesia

untuk keperluan sehari-hari,misalnya belajar,bekerja sama,dan berinteraksi. Bahasa Indonesia

merupakan bahasa nasional dan bahasa resmi di Indonesia. Bahasa nasional adalah bahasa

yang menjadi standar di Negara Indonesia. Sehingga dengan adanya bahan ajar modul bahasa

Indonesia dengan berbasis multimedia interaktif ini dapat membantu guru dalam

menyampaikan materi kepada peserta didik dimana pun dan kapan pun guru berada. Jadi,

bahan ajar ini dapat diterapkan dengan dua rana yaitu dengan belajar melaui media internet

atau online, serta bahan ajar modul bahasa Indonesia ini dapat diterapkan secara offline. Dita

Destiana [5] menyatakan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan

memberikan kontribusi positif terhadap pembelajaran di sekolah dansupaya efektif

diperlukan usaha sadar untuk saling bekerja sama antara kepala sekolah, guru, orang tua,

siswa serta seluruh komponen pendukungnya termasuk infrastruktur sarana dan prasarana
yang memadai. Seorang Guru tidak hanya menguasai atau memahami konsep IPTEK, tetapi

harus mampu menerapkan konsep IPTEK dalam memecahkan masalah [7].

Pembelajaran bahasa Indonesia yang baik hendaklah dengan dasar kemampuan

menggunakan bahasa secara lisan dan tulisan dengan benar, dengan dasar kemampuan

memahami dan mengolah pesan yang diperoleh secara lisan dan tulisan. Standar kompetensi

lulusan pada jenjang pendidikan dasar Bab IV peraturan menteri pendidikan, kebudayaan,

riset, dan teknologi republic Indonesia nomor 5 tahun 2022 Menunjukkan kemampuan

menanya, menjelaskan, dan menyampaikan kembali informasi yang didapat atau masalah

yang dihadapi.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 7 TAHUN 2022


TENTANG
STANDAR ISI PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN
DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

Standar Isi adalah kriteria minimal yang mencakup ruang lingkup materi untuk mencapai

kompetensi lulusan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Bahasa Indonesia

1. strategi menyimak, membaca dan memirsa, berbicara dan mempresentasikan serta

menulis tingkat pemula/marginal;

2. strategi berbahasa secara santun untuk menghormati orang lain dan/atau menghindari

konflik sesuai konteks sosial budaya;


3. jenis teks-fiksi dan teks-informasi sederhana yang netral, ramah gender, dan/atau

ramah keberagaman;

4. kaidah bahasa Indonesia yang membentuk teks sederhana;

5. struktur sastra dalam teks-sastra sederhana;

6. penanda kebahasaan dalam teks sederhana;

7. aspek nonverbal dalam teks sederhana; dan

8. struktur dan kohesi teks sederhana dalam wujud lisan, tulis, visual, dan multimodal

yang disajikan melalui media cetak, elektronik, dan/atau digital.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 2022 TENTANG

STANDAR PROSES PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG


PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

Standar Proses adalah kriteria minimal proses pembelajaran berdasarkan jalur, jenjang, dan

jenis pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

1. Standar Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. perencanaan pembelajaran;

b. pelaksanaan pembelajaran; dan

c. penilaian proses pembelajaran.

2. Perencanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat


(2) huruf a merupakan aktivitas untuk merumuskan:
a. capaian pembelajaran yang menjadi tujuan belajar dari suatu unit
pembelajaran;
b. cara untuk mencapai tujuan belajar; dan
c. cara menilai ketercapaian tujuan belajar.
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 21 TAHUN 2022 TENTANG

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,


JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria minimal mengenai mekanisme


penilaian hasil belajar peserta didik.

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan
belajar dan capaian perkembangan atau hasil belajar peserta didik.

1. Prosedur Penilaian hasil belajar Peserta Didik meliputi:


1. perumusan tujuan Penilaian;
2. pemilihan dan/atau pengembangan instrumen penilaian;
3. pelaksanaan Penilaian;
4. pengolahan hasil Penilaian; dan
5. pelaporan hasil Penilaian.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2021


TENTANG
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem Pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia

Standar kompetensi lulusan pada Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan dasar difokuskan
pada penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila serta kompetensi literasi
dan numerasi Peserta Didik.

SALINAN LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013
SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH
KERANGKA DASAR KURIKULUM DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH
DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan


keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

1. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki


kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Selain itu, pembelajaran tematikterpadu ini juga diperkaya dengan penempatan Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas I, II, dan III sebagai penghela mata pelajaran lain.
Melalui perumusan Kompetensi Inti sebagai pengikat berbagai mata pelajaran dalam satu
kelas dan tema sebagai pokok bahasannya, sehingga penempatan Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain menjadi sangat memungkinkan.

Penguatan peran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan secara utuh melalui
penggabungan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu
Pengetahuan Sosial ke dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Kedua ilmu pengetahuan
tersebut menyebabkan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia menjadi kontekstual, sehingga
pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih menarik.

Anda mungkin juga menyukai