Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“TEORI PEMBELAJARAN BAHASA DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN


BAHASA”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia SD
Dosen Pengampu: Dr. Achmad Wahidy, M.Pd

KELAS 3 H
Disusun oleh:

Fathya Gayatri Ashri (2021143314)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Pembelajaran Bahasa Dan
Pendekatan Pembelajaran Bahasa” ini tepat waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr. Achmad Wahidy,M.Pd. Pada mata kuliah
Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Palembang. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang teori pembelajaran dan pendekatan dalam
pembelajaran bahasa bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Achmad Wahidy M.Pd., selaku dosen
Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah yang kami buat ini juga bisa bermanfaat kepada siapa saja yang membacanya
dan juga bisa menambah wawasan serta ilmu pengetahuan terutama bagi kami sebagai
Mahasiswa/i Universitas PGRI Palembang. Ungkapan terima kasih sedalam-dalamnya kami
sampaikan kepada pihak seluruh orang-orang yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Palembang, 19 September 2022

Fathya Gayatri Ashri

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG......................................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH..................................................................................1

1.3. TUJUAN PENULISAN....................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................................3

2.1. Teori Pembelajaran Bahasa...............................................................................3

2.2. Pendekatan Pembelajaran Bahasa.....................................................................9

BAB III............................................................................................................................15

PENUTUP.......................................................................................................................15

3.1. KESIMPULAN...............................................................................................15

3.2. SARAN...........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Mengajar merupakan salah satu tugas utama seorang guru. Dalam melaksanakan
tugasnya tersebut, seorang guru memerlukan pedoman yang dijadikan sebagai pegangan agar
apa yang dilakukannya sesuai dengan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan proses belajar
mengajar, peranan guru sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing yang paling utama ialah
kurikulum.
Seperti yang telah diketahui, kurikulum disusun berdasarkan suatu pendekatan yang
dilandasi pandangan atau filsafat tertentu. Apabila pandangan berubah, pendekatan berubah,
maka kurikulum pun akan berubah, dan ini berarti pedoman proses belajar mengajar juga
berubah. Perubahan kurikulum ini dilakukan untuk menyesuaikan program pendidikan dengan
kebutuhan masyarakat serta meningkatkan mutu pendidikan. Dalam beberapa dasa warsa ini,
telah terjadi beberapa kali perubahan pendekatan dalam dunia pembelajaran, termasuk di
dalamnya dunia pembelajaran bahasa.
Selain pendekatan, seorang guru juga membutuhkan teori, metode, dan teknik
pembelajaran agar proses belajar mengajar berlangsung dengan baik. Pada umumnya belajar
bahasa merupakan belajar komunikasi dimana pendidik lebih berperan penting dalam
keberhasilan peserta didiknya. Hal ini pun berhubungan dengan kemampuan dan strategi
penerapan pendidik dalam mentransferkan ilmu kepada peserta didiknya. Komunikasi yang
terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar baik lisan maupun tulisan diarahkan untuk
meningkatkan kulaitas peserta didiknya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana teori pembelajaran bahasa?


2. Bagaimana pendekatan pembelajaran bahasa?

1
1.3. TUJUAN PENULISAN

1. Mampu menjelaskan dan memahami tentang teori pembelajaran bahasa.


2. Mampu menjelaskan dan memahami pendekatan pembelajaran bahasa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. TEORI PEMBELAJARAN BAHASA

Teori belajar bahasa adalah teori mengenai bagaimana manusia mempelajari bahasa, dari
tidak bisa berkomunikasi antar sesama manusia dengan medium bahasa menjadi berkomunikasi
dengan baik. Manusia adalah makhluk social yang perlu berinteraksi serta butuh berkomunikasi
dengan manusia lain.Interaksi semakin penting pada saat manusia ingin menampilakan
eksistensinya. Agar interaksi berlangsung interaktif, tentunya membutuhkan alat sarana atau
media dan yang paling utama yaitu bahasa. Berbahasa merupakan ciri utama yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya. Karena manusia bisa berbahasa, maka manusia sering disebut
sebagai makhluk sosial. Dengan bahasanya, manusia berkomunikasi untuk bersosialisasi dan
menyampaikan hasil pemikirannya. Manusia mampu berbahasa namun harus belajar bahasa.
Setiap orang juga pasti bisa berbahasa karena setiap orang pasti pernah belajar ,namun
hampir setiap orang tidak mengetahui apa sebenarnya pengertian atau definisi dari bahasa
maupun belajar.Sebagai calon pendidik kita dituntut untuk mengetahui tentang arti penting
bahasa maupun belajar,sehingga nanti kita bisa mengajarkannya kepada peserta didik.
Jenis-jenis teori pembelajaran bahasa yaitu:

1. Teori Behaviorisme

Tokoh aliran ini adalah John B. Watson (1878 – 1958) yang di Amerika dikenal sebagai
bapak Behaviorisme. Teorinya memumpunkan perhatiannya pada aspek yang dirasakan secara
langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan respons pada dunia
sekelilingnya. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan
oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak
balas pun dapat diprediksikan.
Seorang behavioris menganggap bahwa perilaku berbahasa yang efektif merupakan hasil
respons tertentu yang dikuatkan. Respons itu akan menjadi kebiasaan atau terkondisikan, baik
respons yang berupa pemahaman atau respons yang berwujud ujaran. Seseorang belajar

3
memahami ujaran dengan mereaksi stimulus secara memadai dan memperoleh penguatan untuk
reaksi itu.
Implikasi teori ini ialah bahwa guru harus berhati-hati dalam menentukan jenis hadiah dan
hukuman. Guru harus mengetahui benar kesenangan siswanya. Hukuman harus benar-benar
sesuatu yang tidak disukai anak, dan sebaliknya hadiah merupakan hal yang sangat disukai anak.
Jangan sampai anak diberi hadiah menganggapnya sebagai hukuman atau sebaliknya, apa yang
menurut guru adalah hukuman bagi siswa dianggap sebagai hadiah. Beberapa linguis dan ahli
psikologi sependapat bahwa model Skinner tentang perilaku berbahasa dapat diterima secara
memadai untuk kapasitas memperoleh bahasa, untuk perkembangan bahasa itu sendiri, untuk
hakikat bahasa dan teori makna.
Upaya lain untuk mendukung teori Behaviorisme dalam pemerolehan bahasa dilakukan
Osgood (1953). Dia menjelaskan bahwa proses pemerolehan semantik (makna) didasarkan pada
teori mediasi atau penengah. Menurutnya, makna merupakan hasil proses pembelajaran dan
pengalaman seseorang dan merupakan mediasi untuk melambangkan sesuatu. Pendapat para ahli
psikologi behaviorisme yang menekankan pada observasi empirik dan metode ilmiah hanya
dapat mulai menjelaskan keajaiban pemerolehan dan belajar bahasa tapi ranah kajian bahasa
yang sangat luas masih tetap tak tersentuh.
2. Teori Nativisme
Berbeda dengan kaum behavioristik, kaum nativistik atau mentalistik berpendapat bahwa
pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan yang terjadi
pada hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh dari lingkungan sekitar. Selama belajar
bahasa pertama sedikit demi sedikit manusia akan membuka kemampuan lingualnya yang secara
genetis telah terprogramkan. Dengan perkataan lain, mereka menganggap bahwa bahasa
merupakan pemberian biologis. Menurut mereka bahasa terlalu kompleks dan mustahil dapat
dipelajari oleh manusia dalam waktu yang relatif singkat lewat proses peniruan sebagaimana
keyakinan kaum behavioristik. Jadi beberapa aspek penting yang menyangkut sistem bahasa
menurut keyakinan mereka pasti sudah ada dalam diri setiap manusia secara alamiah.
Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa pembelajaran bahasa
ditentukan oleh bakat. Bahwa setiap manusia dilahirkan sudah memiliki bakat untuk memperoleh
dan belajar bahasa.

4
Manusia mempunyai bakat untuk terus menerus mengevaluasi sistem bahasanya dan terus
menerus mengadakan revisi untuk pada akhirnya menuju bentuk yang diterima di
lingkungannya. Chomsky dalam Hadley (1993: 49) mengemukakan bahwa bahasa anak adalah
sistem yang sah dari sistem mereka. Perkembangan bahasa anak bukanlah proses perkembangan
sedikit demi sedikit stuktur yang salah, bukan dari bahasa tahap pertama yang lebih banyak
salahnya ke tahap berikutnya, tetapi bahasa anak pada setiap tahapan itu sistematik dalam arti
anak secara terus menerus membentuk hipotesis dengan dasar masukan yang diterimanya dan
kemudian mengujinya dalam ujarannya sendiri dan pemahamannya.
3. Teori Kognitivisme
Pada tahun 60-an golongan kognitivistik mencoba mengusulkan pendekatan baru dalam
studi pemerolehan bahasa. Pendekatan tersebut mereka namakan pendekatan kognitif. Jika
pendekatan kaum behavioristik bersifat empiris maka pendekatan yang dianut golongan
kognitivistik lebih bersifat rasionalis. Konsep sentral dari pendekatan ini yakni kemampuan
berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif sang anak.
Mereka beranggapan bahwa bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Oleh
sebab itu perkembangan bahasa harus berlandas pada atau diturunkan dari perkembangan dan
perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi manusia. Dengan demikian
urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak akan menentukan urutan-urutan
perkembangan bahasa dirinya.
Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan peristiwa atau
kejadian yang terjadi di dalam lingkungan. Titik awal teori kognitif adalah anggapan terhadap
kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur dalam bahasa yang didengar di sekelilingnya.
Pemahaman, produksi, komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai hasil dari proses
kognitif anak yang secara terus menerus berubah dan berkembang. Bahasa dipandang sebagai
manifestasi dari perkembangan aspek kognitif dan afektif yang menyatakan tentang dunia dan
diri manusia itu sendiri.
4. Teori Fungsional
Dengan munculnya kontruktivisme dalam dunia psikologi, dalam tahun-tahun terakhir ini
menjadi lebih jelas bahwa belajar bahasa berkembang dengan baik di bawah gagasan kognitif
dan struktur ingatan.

5
Para peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan manifestasi kemampuan
kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain dan juga
keperluan terhadap diri sendiri sebagai manusia. Kognisi dan perkembangan bahasa
a. Piaget menggambarkan penelitian itu sebagai interaksi anak dengan lingkungannya dengan
interaksi komplementer antara perkembangan kapasitas kognitif perseptual dengan
pengalaman bahasa mereka. Penelitian itu berkaitan dengan hubungan antara perkembangan
kognitif dengan pemerolehan bahasa pertama. Slobin menyatakan bahwa dalam semua
bahasa, belajar makna bergantung pada perkembangan kognitif dan urutan perkembangannya
lebih ditentukan oleh kompleksitas makna itu dari pada kompleksitas bentuknya. Menurut dia
ada dua hal yang menentukan model:
1) Pada asas fungsional, perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas komunikatif
dan konseptual yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema batin konjungsi.
2) Pada asas formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan pemerosesan
informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata bahasa.

b. Interaksi Sosial dan Perkembangan Bahasa,Akhir-akhir ini semakin jelas bahwa fungsi bahasa
berkembang dengan baik di luar pikiran kognitif dan struktur memori. Di sini tampak bahwa
kontruktivis sosial menekankan prespektif fungsional. Bahasa pada hakikatnya digunakan
untuk komunikasi interaktif. Oleh sebab itu kajian yang cocok untuk itu adalah kajian tentang
fungsi komunikatif bahasa, fungsi pragmatik dan komunikatif dikaji dengan segala
variabilitasnya.

5. Teori Konstruktvisme

Jean Piaget dan Leu Vygotski adalah dua nama yang selalu diasosiasikan dengan
kontruktivisme. Ahli kontruktivisme menyatakan bahwa manusia membentuk versi mereka
sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan beragam cara untuk mengetahui dan
menggambarkan sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua.
Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh pembelajar itu sendiri dari pada dijelaskan
secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh didapatkan dari
pengalaman. Selain itu juga guru memainkan peranan penting dalam mendorong siswa untuk
memperhatikan seluruh proses pembelajaran serta menawarkan berbagai cara eksplorasi dan

6
pendekatan. Jika siswa telah mencobanya sendiri, maka pemahaman yang didapat tidak hanya
berupa kata-kata saja, namun berupa konsep. Dalam rangka kerjanya, ahli konstruktif menantang
guru-guru untuk menciptakan lingkungan yang inovatif dengan melibatkan guru dan pelajar
untuk memikirkan dan mengoreksi pembelajaran.
6. Teori Humanisme

Teori ini muncul diilhami oleh perkembangan dalam psikologi yaitu psikologi Humanisme.
Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkembang
di tengah masyarakat. (McNeil,1977)
Sementara tujuan teori humanisme menurut Coombs (1981):
- Pengajaran disusun berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa. program pengajaran
diarahkan agar siswa mampu menciptakan pengalaman sendiri berdasarkan kebutuhannya. hal
ini dilakukan untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya dan untuk
menumbuhkan kepercayaan dirinya.
 Pengajaran disusun untuk memperoleh keterampilan dasar (akademik, pribadi, antar
pribadi, komunikasi, dan ekonomi) berdasarkan kebutuhan masing-masing siswa.
 Memilih dan memutuskan aktivitas pengajaran secara individual dan mampu
menerapkannya.
 Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi.
 Mengembangkan suasana belajar yang menantang dan bisa dimengerti.
 Mengembangkan tanggung jawab siswa, mengembangkan sikap tulus, respek, dan
menghargai orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.
Para ahli psikologi menciptakan sebuah teori dimana pendidikan berpusat pada siswa
(learner centered-pedagogy). Prakteknya dalam dunia pendidikan yaitu dengan menggabungkan
pengembangan kognitif dan afektif siswa.
Dalam teori humanisme, setiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap pembelajaran
mereka masing-masing, mampu mengambil keputusan sendiri, memilih dan mengusulkan
aktivitas yang akan dilakukan mengungkapkan perasaan dan pendapat mengenai kebutuhan,
kemampuan, dan kesenangannya. Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator pengajaran,
bukan menyampaikan pengetahuan.
7. Teori Sibernetik

7
Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot). Istilah Cybernetics
yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan
th.1945 oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics. Sibernetika adalah teori
sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan
lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan
lingkungan.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari
Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi
berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk
berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran
atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori sibernetik
yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang
lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran
digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT
Teori sibernetik diimplementasikan dalam beberapa pendekatan pengajaran (teaching
approach) dan metode pembelajaran, yang sudah banyak diterapkan di Indonesia. Misalnya
virtual learning, e-learning, dll.
Beberapa kelebihan teori sibernetik:

- Setiap orang bisa memilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan untuk dirinya,
dengan mengakses melalui internet pembelajaran serta modulnya dari berbagai penjuru dunia.
- Pembelajaran bisa disajikan dengan menarik, interaktif dan komunikatif. Dengan animasi-
animasi multimedia dan interferensi audio, siswa tidak akan bosan duduk berjam-jam
mempelajari modul yang disajikan.
- Menganggap dunia sebagai sebuah 'global village', dimana masyarakatnya bisa saling
mengenal satu sama lain, bisa saling berkomunikai dengan mudah, dan pembelajaran bisa
dilakukan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, sepanjang sarana pembelajaran
mendukung.
- Ketika bertanya atau merespon pertanyaan guru atau instruktur, secara psikologis siswa akan
lebih berani mengungkapkanya, karena siswa tidak akan merasa takut salah dan menanggung
akibat dari kesalahannya secara langsung.

8
2.2. Pendekatan pembelajaran bahasa

Pendekatan pembelajaran bahasa adalah seperangkat asumsi yang saling berkaitan,


berhubungan dengan sifat bahasa dan pembelajaran bahasa (Zuchdi dan Budiasih, 1997: 29).
Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal istilah pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Istilah-istilah tersebut sering digunakan dengan pengertian yang sama; artinya,
orang menggunakan istilah pendekatan dengan pengertian yang sama dengan pengertian metode,
dan sebaliknya menggunakan istilah metode dengan pengertian yang sama dengan pendekatan;
demikian pula dengan istilah teknik dan metode. Pendekatan merupakan dasar teoretis untuk
suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap
bahasa sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem komunikasi
yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat
kaidah, norma, dan aturan. Asumsi-asumsi tersebut menimbulkan adanya pendekatan-
pendekatan yang berbeda, yakni:
1. Pendekatan belajar berbahasa berarti berusaha membiasakan dan menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi.
2. Pendekatan belajar berbahasa berarti berusaha untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi
secara lisan sehingga berpengaruh pada kemampuan berbicara.
3. Pendekatan pembelajaran bahasa yang harus diutamakan ialah pemahaman akan kaidah-
kaidah yang mendasari ujaran, tekanan pembelajaran pada aspek kognitif bahasa, bukan pada
kemampuan menggunakan bahasa.
Pendekatan yang telah lama diterapkan dalam pembelajaran bahasa antara lain ialah
pendekatan tujuan dan pendekatan struktural. Kemudian menyusul pendekatan-pendekatan yang
dipandang lebih sesuai dengan hakikat dan fungsi bahasa, yakni pendekatan komunikatif.
a. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar
mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai.
Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan
itu sendiri.Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa kurikulum disusun berdasarkan suatu
pendekatan. Misalnya, untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang ditetapkan ialah
"Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi dari bacaan”.
Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya tujuan, yakni

9
siswa memiliki kemampuan mengarang. Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan
dengan "cara belajar tuntas".

b. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa dimana
bahasa harus dipahami sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan. Karena itu pembelajaran
bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Selain itu,
pembelajaran bahasa perlu dititikberatkan pada pengetahuan tentang ketatabahasaan yang
menjadi sangat penting. Jelas bahwa aspek kognitif bahasa lebih diutamakan. Dengan pedekatan
struktural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami
kaidah-kaidahnya.
c. Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa


kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai
dalam pembelajaran bahasa. Karena bahasa memiliki fungsi sebagai sarana untuk
berkomunikasi. Littlewood (1981) mengemukakan beberapa alternatif teknik pembelajaran
bahasa. Dalam kegiatan belajar mengajar berupa pemberian latihan seperti :
1. Memberikan informasi secara terbatas
Contoh:
a. Mengidentifikasi gambar
Siswa yang melakukan Tanya jawab mengenai beberapa gambar dan saling berpendapat.
b. Menemukan/mencari pasangan yang cocok
Guru memberikan gambar kepada siswa yang berbeda. Kemudian siswa-siswa tersebut
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada teman-temannya mengenai ciri-ciri gambar lalu
siswa mengambil gambar yang cocok dengan ciri-ciri tersebut.
c. Menemukan informasi yang ditiadakan
Guru memberikan informasi tetapi ada bagian-bagian yang sengaja ditiadakan. Siswa
ditugasi mencari atau menemukan bagian yang tidak ada itu.

2. Memberikan informasi tanpa dibatasi bebas (tak terbatas)

10
Contoh:
a. Mengomunikasikan contoh dan gambar
Siswa membawa model bentuk-bentuk yang telah diatur dan berbeda kemudian saling
memberitahu gambar pada siswa lainnya.
b. Menemukan perbedaan
Siswa membawa gambar mendiskusikan gambar tersebut sehingga menemukan
perbedaannya.
c. Menyusun kembali bagian-bagian cerita
Sebuah gambar cerita (tanpa dialog) dipotong-potong kemudian siswa harus menyusunnya
kembali.

3. Mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah


Contoh :
Siswa harus merencanakan suatu kegiatan kemudian mencari dan menyelesaikan masalahnya
4. Menyusun informasi
Contoh :
Siswa diminta berimajinasi mengadakan acara kemudian menyusun informasi apa saja yang
didapatnya.

d. Pendekatan Keterampilan

Proses Pendekatan keterampilan adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang
berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar.
Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan ketrampilan proses dalam pembelajaran bahasa adalah
pendekatan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara
aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan bahasa. Keterampilan proses meliputi keterampilan
intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik. Keterampilan proses berfungsi sebagai
alat menemukan dan mengembangkan konsep. Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan
berfungsi pula sebagai penunjang keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan
keterampilan proses dengan pengembangan konsep dalam proses belajar mengajar menghasilkan
sikap dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya terlihat pada diri siswa seperti teliti, kreatif,

11
kritis, objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan
sebagainya. Keterampilan proses dibangun sejumlah keterampilan-keterampilan. Karena itu
pencapainnya atau pengembangannya dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar dalam
semua mata pelajaran. Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik sendiri. Karena itu dalam
penjabaran keterampilan proses dapat berbeda pada setiap mata pelajaran. Pendekatan ini
merupakan pemberian/menumbuhkan kemampuan-kemampuan dasar untuk memperoleh
pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang meliputi beberapa kemampuan seperti:
a) Kemampuan mengamati Merupakan salah satu ketrampilan yang sangat penting untuk
memperoleh pengetahuan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalm pengembangan
ilmu pengetahuan. Pengamatan dilaksanakan denagan memanfaatkan seluruh panca indara
yang mungkin bias digunakan untuk memperhatikan hal-hal yang diamati. Kemudian,
mencatat apa yang diamati, memilih-milih bagiannya berdasarkan criteria tertentu
berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan dan menulis hasilnya.
b) Kemampuan menghitung Salah satu kemapuan yang penting dalm kehidupan sehari-hari.
c) Kemampuan mengukur Dasar dari pengukuran ini adalah perbandingan. Dalam penajaran
apresiasi sastra misalnya, kegiatan pengukuran dapat berupa telaah (kajian lebih dalam)
terhadap suatu karya sastra denagan menggunakan kriteria nilai-nilai estetika, moral, dan nilai
pendidikan.
d) Kemampuan mengklasifikasi Merupakan kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan
sesuatu yang berupa benda, akta, informasi, dan gagasan.. pengelompokan ini didasarkan
pada karakteristik atau cirri-ciri yang sama dalam satu tujuan. Dalam pembelajan bahasa
Indonesia, kemampuan ini misalnya berupa kemampuan membedakan antara opini dan fakta
dalam suatu wacana dan mengelompokkan karya sastra berdasarkan cirri strukturnya.
e) Kemampuan menemukan hubungan Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah fakta,
informasi, gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kemampuan ini diwujudkan dalam
kemampuan siswa menentukan hubungan antara fakta yang terdapat dalam bacaan untuk
membangun pemahaman kritis dan kreatif terhadap bacaan.
f) Kemampuan membuat prediksi Kemampuan membuat prediksi atau perkiraan yang didasari
penalaran, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Kemampuan membuat prediksi disebut juga kemampuan menyusun hipotesis.

12
g) Kemampuan melaksanakan penelitian Merupakan kegiatan para ilmuan dalam kehidupan
ilmiah. Namun dalam kehidupan sehari-hari kita juga perlu mengadakan penelitian. Artinya,
mengadakan pengkajian terhadap sesuatu untuk memecahkan masalah yang kita hadapi.
h) Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data Merupakan bagian dari kemampuan
menagdakan penelitian. Siswa perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data,
baik dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Anak-anak dilatih untuk mengumpulkan
data dalam pengamatan lapangan, kemudian meganalisis data tersebut dan membuat
kesimpulan.
i) Kemampuan mengkomunikasikan hasil Misalnya siswa dilatih untuk menyusun laporan hasil
pengamatan, kemudian mempresentasikannya didepan kelas dalm sebuah kegiatan diskusi.
Selain itu, siswa di latih untuk menyusun laporan singkat tentang apa yang mereka teliti untuk
dipublikasikan melalui majalah sekolah atau majalah dinding. Keterampilan proses berkaitan
dengan kemampuan. Oleh karena itu penerapan keterampilan proses diletakkan dalam
kompetensi dasar. Keterampilan proses juga dikenali pada instruksi yang disampaikan oleh
guru kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu. Contoh: Kompetensi Dasar: Siswa dapat
menyusun sebuah pengumuman sebagai sarana menyampaikan informasi (keterampilan
proses yang tersirat dalam kompetensi dasar adalah mengkomunikasikan).

e. Pendekatan Whole Language

Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran
bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991; Froese,1990; Goodman,1986;
Weaver,1992). Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa,
tentang pembelajaran, dan tentang orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengertian dari whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran
bahasa yang didasari oleh paham constructivism.Whole language dimulai dengan menumbuhkan
lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis) diajarkan secara terpadu. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin
menyediakan bahan bacaan yang menarik dari berbagai buku atau sumber sehingga
memungkinkan siswa memilih materi bacaan. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa
melalui kegiatan ini adalah:

13
a) Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan
b) Membaca dapat dilakukan oleh siapapun
c) Membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut
d) Siswa dapat membaca serta dapat berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang cukup
lama
e) Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca
f) Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang

f. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi
dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk
memecahkan persoalan, berpikir kritis dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan
dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
g. CBSA

Pengertian pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif ) dapat diartikan sebagai anutan
pembelajaran yang mengarah kepada pengotimalisasian pelibatan intelektual-emosianal siswa
dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan
intelektual-emosional/ fisik siswa optimalisasi dalam pembelajran , diarahkan untuk
membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses pemerolehan belajarnya
tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Keaktifan dalam pendekatan CBSA
menunjuk kepada keaktifan mental, baik intelektual maupun emosional, meskipun untuk
merealisasikan dalam banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan keterlibatan langsung dalam
berbagai bentuk keaktifan fisik. (2014, defyapriani.blogspot)

14
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Mendidik, mengajar dan membimbing merupakan tugas mutlak yang harus dipenuhi oleh
seorang guru. Dalam menjalankan tugasnya tersebut seorang guru membutuhkan teori,
pendekatan, metode dan teknik agar pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik.
Terdapat berbagai macam teori, pendekatan, metode, dan teknik yang dapat menjadi pilihan bagi
guru untuk melangsungkan proses pembelajaran di sekolah. Teknik pembelajaran ditentukan
berdasarkan pada metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang
dianut, sedangkan pendekatan diambil berdasarkan teori yang dipilih. Teori, pendekatan, metode,
dan teknik yang digunakan harus disesuaikan pula dengan materi yang akan disampaikan.

3.2. SARAN

Gunakalah teori belajar bahasa untuk menyusun strategi belajar mengajar agar pembelajaran
terarah dan sistematis serta belandaskan teori yang teruji kebenarannya. Agar implementasi
pendekatan pembelajaran bahasa dapat tercapai guru hendaknya menguasai perencanaan
pembelajaran berdasarkan langkah-langkah pendekatan tersebut. Serta Agar pembaca dapat lebih
memahami isi dari makalah ini, Kami sebagai penulis mengucapkan terimakasih kapada para
pembaca makalah ini yang telah berkanan membaca makalah ini, khususnya mahasiswa
mahasiswi yang mempelajari makalah ini. Mungkin makalah ini masih jauh dari sempurna
karena masih banyak di temukan banyak kesalahan di sana sini. Untuk itu kami sebagai penulis
mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya dan juga kami memohon kritik serta sarannya yang
bersifat membangun.

15
DAFTAR PUSTAKA

Suprianto,Agus.(2012).Teori dan Pendekatan Pembelajaran Bahasa Serta Metode dan Teknik


Pembelajaran Bahasa. [Online]. Tersedia :
http://agussuprianto10.blogspot.com/2012/06/teori-dan-pendekatan-
pembelajaran.html?m=1

Artikel .Teori Belajar Bahasa.[Online]. Tersedia :


http://cahyasinda.blogspot.com/2016/01/artikel-teori-belajar-bahasa-
behavioris.html?m=1#:~:text=Teori%20belajar%20bahasa%20adalah%20teori,butu
h%20berkomunikasi%20dengan%20manusia%20lain.

GSG (Galeri Sekolah Dasar). (2019). Mengenal Lebih Jauh 3 Jenis Pendekatan dalam
Pembelajaran Bahasa.[Online]. Tersedia:
https://galerisd.id/jenis-pendekatan-pembelajaran bahasa/#:~:text=Pendekatan
%20pembelajaran%20bahasa%20adalah%20seperangk at,Budiasih%2C
%201997%3A%2029).&text=Sedangkan%20teknik%20pembelajar an%20bahasa
%20adalah,bahan%20ajar%20di%20depan%20kelas

Sucita,I Wayan.(2014).Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia :


https://sites.google.com/site/personaledukasi/personal-edukasi-
blog/pendekatandalampembelajaranbahasaindonesia

Pranatario.(2017).Teori Pembelajaran Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia :


http://pranatario.blogspot.com/2017/01/makalah-teori-pembelajaran-
bahasa.html?m=1

Wansilaleu. (2018). Teori Pembelajaran Bahasa. [Online]. Tersedia :


http://wansilaleu.blogspot.com/2018/04/teori-pembelajaran-bahasa.html?m=1

Kartikasari,Claudia.(2014).Pendekatan Pembelajaran Bahasa. [Online]. Tersedia :


http://clautikaa.blogspot.com/2014/09/makalah-pendekatan-pembelajaran-
bahasa.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai