Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DIKSI, GAYA BAHASA, DAN PERISTILAHAN


Makalah ini Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Eka Setya Budi, M.Pd.
Kelas 1 PGSD A8

Oleh
No Nama NIM
1. Riska Hidayati 181330000337
2. Dinda Aryani Kusumaningrum 181330000325
3. Lailly Maghfiroh 181330000355

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ JEPARA
2018
PRAKATA

Dengan menyebut nama Allah swt Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat- Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya kepada kami.
Shalawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan
para sahabat hingga pada umatnya sampai akhir zaman. Semoga kita mampu meneladani beliau
sebagai manusia yang berguna.
Adapun tujuan makalah ini dibuat yaitu untuk memenuhi tugas kelompok dari mata
kuliah Bahasa Indonesia dengan judul “Diksi, Gaya Bahasa, dan Peristilahan”. Kami
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini yang secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam pembuatan makalah ini, kami berharap dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kami juga memohon
saran, pesan, dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kami agar dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi.

Jepara, 25 November 2018

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

PRAKATA ......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian diksi ............................................................................................................. 3
2.2 Syarat-syarat diksi ......................................................................................................... 3
2.3 Pengertian gaya Bahasa ................................................................................................ 6
2.4 Macam-macam majas ................................................................................................... 7
2.5 Pengertian peristilahan .................................................................................................. 12
BAB III PENUTUP............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diksi merupakan pilihan kata. Artinya pemilihan kata yang tepat serta sesuai dalam
menyampaikan sesuatu. Terutama dalam dunia tulis-menulis, memilih kata merupakan
unsur yang sangat penting. Sebab dapat mempengaruhi dan memungkinkan pesan yang
ingin disampaikan bisa tersampaikan.
Memang harus diakui, sekarang ini kecenderungan orang semakin mengesampingkan
pentingnya penggunaan bahasa, dalam tata cara pemilihan kata.
Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai ketika seseorang berkomunikasi
dengan orang lain tetapi lawan bicara kesulitan menangkap informasi dikarenakan
pemilihan kata yang kurang tepat atau pun dikarenakan salah paham. Agar tercipta suatu
komunikasi yang efektif dan efesien, pemahaman yang baik tentang diksi atau pemilihan
kata sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Pengertian gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh
orang tertentu, untuk tujuan tertentu. Sebaliknya, bila penggunaan gaya bahsa tidak tepat,
maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka, bahkkan mengganggu pembaca.
Kekayaan peristilahan bahasa dapat menjadi indikasi kemajuan peradaban bangsa pemilik
bahasa itu. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dari
waktu ke waktu, perkembangan kosakata atau istilah terus menunjukkan kemajuan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas dapat diketahui rumusan masalah sebagai berikut:
A. Apa yang dimaksud dengan diksi?
B. Apa saja syarat-syarat diksi?
C. Apa yang dimaksud dengan gaya bahasa?
D. Apa saja macam-macam majas itu?
E. Apa yang dimaksud dengan peristilahan?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah di atas, kita dapat mengetahui:

1
A. Mengetahui pengertian diksi, pemilihan kata, dan penggunaan diksi dalam Bahasa
Indonesia.
B. Mengetahui syarat-syarat yang dibutuhkan dalam penggunaan diksi
C. Mengetahui pengertian gaya bahasa.
D. Mengetahui macam-macam majas.
E. Mengetahui pengertian peristilahan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diksi


Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras untuk
menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu
Harimurti (1984) dalam kamus linguistic, menyatakan bahwa diksi adalah pilihan kata dan
kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di dalam karang-
mengarang. Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan
selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu seperti yang diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam
hal karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.
Adapun fungsi dari diksi adalah :
a) Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal
b) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang baik dan benar
c) Mencegah perbedaan penafsiran
d) Mencegah kesalahpahaman
e) Mengefektifkan pencapaian target komunikasi

2.2 Persyaratan Diksi


Persyaratan dalam ketepatan diksi adalah sebagai berikut :
- Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampur adukan dengan kata
tidak baku yang digunakan dalam pergaulan.
Contoh : hakikat (baku) : hakekat (tidak baku)
- Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.
Contoh : kencing (kurang sopan) : buang air kecil (lebih sopan)
- Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat.
Contoh : sesuai bagi (salah) : sesuai dengan (benar)
- Menggunakan kata dengan suasana tertentu.
Contoh : berjalan lambat, mengesot, dan merangkak
- Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karya ilmiah dan komunikasi non ilmiah
menggunakan kata populer.
Contoh : argumentasi (ilmiah) : pembuktian (populer)

3
- Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis.
Contoh : tulis, baca, kerja (bahasa lisan) : menulis, membaca, mengerjakan (bahasa
tulis)
Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam yaitu :
- Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di dalam kamus.
Makna ini dimiliki oleh kata dasar.
Contoh : makan, tidur, ibu, adik, buku.
- Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses
gramatikal, seperti proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan
komposisi (pemajemukan).
Contoh :
Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor ; Adik mengotori lantai itu.
Proses reduplikasi pada kata kacang ; Kacang-kacangan merupakan salah satu sumber
protein nabati.
Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin ; Ia bekerja di rumah sakit bersalin.
Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan menjadi dua macam :
- Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca indra dan
tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai makna
sebenarnya.
Contoh :
Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
Besi : logam yang sangat keras
- Makna Konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi panca
indra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai makna
kias.
Contoh :
Ibu kota : pusat pemerintahan
Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
Jamban : kamar kecil
Meluap hadirin yang mengikuti pertemuan itu
Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan menjadi :
- Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru
dirasakan lebih baik dari arti sebelumnya.
Contoh :

4
Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan
Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini
- Peyorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah. Arti baru dirasakan
lebih rendah nilainya dari arti sebelumnya.
Contoh :
Kata perempuan sekarang dirasakan lebih rendah artinya
Kata bini sekarang dirasakan kasar

Pergeseran makna dibedakan menjadi dua macam :


- Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat.
Contoh :
Gunawan menyikat giginya sampai bersih
Pencuri itu menyikat habis barang-barang berharga di rumah itu
- Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua
indra yang berbeda.
Contoh :
Sayur itu rasanya pedas sekali
Kata-katanya sangat pedas sekali

Relasi Makna
- Homonim adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan dan pengucapan.
Contoh :
Bisa berarti dapat
Bisa berarti racun
- Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan tulisan tetapi
berlainan pengucapan dan arti.
Contoh :
Apel (pertemuan) dengan apel (buah)
Serang (menyerang) dengan Serang (nama kota)
- Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan pengucapan
tetapi berlainan tulisan dan arti.
Contoh :
Bang dengan bank
Masa dengan massa

5
- Sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapannya tetapi
mempunyai arti yang sama.
Contoh :
Pintar dengan pandai
Bunga dengan kembang
- Antonim adalah kata-kata yang berlawanan artinya.
Contoh :
Tua-muda
Besar-kecil
- Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak makna.
Contoh :
Kata kepala mempunyai arti bagian ats tubuh manusia tetapi dapat juga berarti orang
yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor dan sebagainya.
Kata kaki yang dipergunakan untuk menahan tubuh manusia tetapi dapat juga kaki meja
yang menahan meja.

Pilihan kata sesuai dengan kaidah lingkungan sosial kata


Umum dan khusus
- Kata umum adalah kata yang cakupan maknanya lebih luas atau disebut hipernim.
- Kata khusus adalah kata yang cakupan maknanya lebih sempit atau terbatas atau
disebut hiponim.
Contoh
Kata umum : melihat
Kata khusus : menengok, menatap, melirik, menjenguk, melotot.
Kata umum : bunga
Kata khusus : melati, anggrek, sedap malam, mawar

2.3 Pengertian Gaya Bahasa


Menurut Wikipedia, gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa,
pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah
karya semakin hidup, keselurahan ciri bahsa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Menurut pengertian
lain, gaya bahasa adalah cara bagaimana pengarang menguraikan cerita yang dibuatnya.
Majas digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa.

6
2.4 Jenis-jenis Majas
Secara garis besar majas terbagi menjadi 4 jenis yaitu :
1. Majas Perbandingan
Majas perbandingan adalah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk
meningkatkan kesan dan juga pengaruhnya terhadap pendengar ataupun pembaca.
Ditinjau dari cara pengambilan perbandingannya, majas perbandingan terbagi atas :
a) Asosiasi atau perumpamaan
Majas asosiasi adalah ungkapan yang membandingkan sesuatu dengan keadaan lain
karena persamaan sifat. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan,
seumpama, seperti, dan laksana.
Contoh :
Wajahnya cantik bagaikan rembulan
Semangatnya seperti api yang berkobar.
b) Metafora
Metafora adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung
dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh :
Bocah kutu buku itu telah menjadi juara pertama cerdas cermat
Si jago merah sudah membumi hanguskan komplek perumahan itu hanya dalam 2
jam.
c) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa
seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.
Contoh :
Badai mengamuk dan merobohkan rumah
Angin seperti berbisik kepadaku
Pagi hari ini awan menetaskan air mata.
d) Alegori
Alegori adalah gaya bahasa menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau
penggambaran.
Alegori : majas perbandingan yang bertautan satu dan yang lainnya dalam kesatuan
yang utuh.
Contoh : Suami sebagai nahkoda, istri sebagai juru mudi

7
Alegoru biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan
moral.
Contoh :
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing,
yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala
sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
e) Simbolik
Simbolik adalah majas yang melukiskansesuatu dengan mempergunakan benda,
binatang, atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang.
Contoh :
Rois terkenal sebagai buaya darat
Rosi adalah seorang bunga desa
f) Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang berupa suatu pernyataan yang terlalu berlebihan
dari kenyataan.
Contoh :
Dia berteriak sampai suaranya menembus langit.
g) Metonimia
Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri atau label dari sebuah benda untuk
menggantikan benda tersebut. Pengungkapan tersebut berupa penggunaan nama
untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Contoh :
Dikantongnya selalu terselib gudang garam. (maksudnya rokok gudang garam)
Ayah pulang dari luar negeri naik garuda. ( maksudnya pesawat)
h) Simile
Simile adalah gaya bahasa pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang
dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan,
umpama, ibarat, dll.
Contoh :
Kau “bagaikan” cahaya dalam kegelapan
Mereka “seperti” sepasang kekasih

2. Majas Pertentangan
a) Paradoks

8
Paradoks yaitu gaya bahasa yang bertentangan antara pernyataan dan fakta yang
ada atau dua pengertian yang betentangan sehingga seperti tidak masuk akal.
Contoh :
Aku merasa kesepian di kota yang ramai ini
Gajinya besar tapi hidupnya melarat
b) Anitesis
Anitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan
artinya.
Contoh :
Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan
c) Kontradiksio Interminis
Majas yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sudah
dikatakan semula. Apa yang sudah dikatakan, disangkal lagi oleh ucapan kemudian.
Contoh :
Wajahmu sungguh sangat sempurna, tapi sayang banyak jerawatnya
d) Anakronisme
Anakronisme adalah majas yang menunjukkan gaya bahasa yang berupa
pengungkapan atau sesuatu yang mengandung ketidaksesuaian dengan waktu dan
peristiwa yang dibicarakan saat itu.
Contoh :
Sesaat setelah dilahirkan, bayi itu lantas bicara dengan ibunya.
Para pahlawan sebelum kemerdekaan RI yang pertama, telah mengumumkan kabar
berita dari internet.
e) Litotes
Litotes adalah gaya bahsa yang menyatakan sesuatu dengan cara-cara yang
berlawanan dengan kenyataan, dengan cara mengecilkan ataupun menguranginya.
Tujuannya untuk merendahkan diri.
Contoh :
Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya ini?
Aku tidaklah pintar itulah mengapa aku selalu bekerja keras.

3. Majas sindiran
a) Ironi atau sindiran halus

9
Ironi yaitu gaya bahasa yang menyatakan hal yang bertentangan dengan maksud
yang digunakan untuk menyindir seseorang tapi dengan cara yang halus.
Contoh :
Rajin sekali kau masuk kuliah, sampai keterangan tidak hadirmu banyak sekali di
absensi.
b) Sinisme
Sinisme yaitu gaya bahasa sindiran lebih kasar dari ironi, dengan cara menyindir
secara langsung kepada orang lain.
Contoh :
Kelakuanmu tadi sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa.
Badanmu sangat bau sekali pasti kamu belum mandi.
c) Sarkasme
Sarkasme yaitu gaya bahasa sindiran yang sangat kasar, terkadang dapat
menyakitkan hati. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang marah.
Contoh :
Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!
Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!

4. Majas Penegasan
Majas perbandingan adalah kata-kata berkias yang menyatakan penegasan untuk
meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca
a) Pleaonasme
Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan
maksud menegaskan arti suatu kata.
Contoh :
Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah.
Mereka mendongak ke atas menyaksikan pertunjukkan pesawat tempur.
b) Repitisi
Repitisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.
Contoh :
Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.
Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita
sambut putra bangsa.

10
c) Paralelisme
Paralelisme adalah majas perulangan yang biasanya ada di dalam puisi.
Contoh :
Cinta adalah pengorbanan
Cinta adalah kesetiaan
Cinta adalah pengertian
d) Tautologi
Tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata
dalam sebuah kalimat dengan maksud menegaskan. Kadang pengulangan itu
menggunakan kata bersinonim.
Contoh :
Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar pikiran saja.
Seharusnya sebagai sahabatkita hidup rukun, akur, dan bersaudara.
e) Klimaks
Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal secra berturut-turut dan
makin lama makin meningkat.
Contoh :
Semua pihak mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua pun mengikuti lomba
Agustusan.
Ketua RT, RW, Kepala Desa, Gubernur, Presiden sekalipun tidak mempunyai hak
untuk mengurusi hal pribadi seseorang.
f) Antiklimaks
Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal secara berturut-turut yang
makin lama semakin menurun.
Contoh :
Kepala sekolah, guru, staff sekolah, dan siswa juga hadir dalam pesta perayaan
kelulusan itu.
Di kota dan desa hingga pelosok kampung semua orang merayakan HUT RI ke-62
g) Retorik
Retorik adalah gaya bahasa yang kalimat tanya tidak bertanya, yang dimana
menyatakan kesangsian ataupun bersifat mengejek.
Contoh :
Apa itu bukti dari janji yang kau ucapkan tadi?
Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan?

11
2.5 Pengertian Peristilahan
Peristilahan merupakan hal yang penting dalam sebuah bahasa. Sebuah bahasa pasti
mempunyai istilah tertentu dalam mengungkapkan suatu bidang tertentu. Demikian juga
halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menggunakan istilah tertentu untuk
mengungkapkan hal atau bidang tertentu.

Ketentuan Umum Pembentukan Istilah


1. Istilah dan Tata Istilah
- Istilah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan
cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
- Tata istilah (terminologi) adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah
serta kumpulan istilah yang dihasilkannya.
Misalnya :
Anabolisme pasar modal
Demokrasi pemerataan
Laik terbang perangkap elektron
2. Istilah Umum dan Khusus
Istilah umum adalah istilah yang berasal dari biodang tertentu, yang karena dipakai
secara luas, menjadi unsur kosakata umum.

Misalnya :
Apendiktomi kurtosis
Bipatride pleistosen

3. Persyaratan Istilah yang Baik


Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan
kosakata Bahasa Indonesia yang berikut :
Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan
konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu.
Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat diantara pilihan yang
tersedia yang mempunyai rujukan sama.
Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik.

12
Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik)
Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah Bahasa
Indonesia,

Nama dan Tata Nama


Nama adalah kata atau frasa yang berdasarkan kesepakatan menjadi tanda pengenal
benda, orang, hewan, tumbuhan, tempat, atau hal.

Tata nama adalah perangkat peraturan penamaan dalam bidang ilmu tertentu, seperti
kimia dan biologi, beserta kumpulan nama yang dihasilkan.
Misalnya :
aldehida Primata
natrium Oryza sativa

4. Proses Pembentukan Istilah


Menurut Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2006), pemadanan istilah asing ke
dalam Bahasa Indonesia dilakukan lewat penerjemahan, penyerapan, atau gabungan
penerjemahan dan penyerapan. Penulisan istilah serapan dilakukan dengan atau tanpa
penyesuaian ejaan berdasarkan kaidah fonotaktik, yakni hubungan urutan bunyi yang
diizinkan dalam Bahasa Indonesia.
Konsep yang berasal dari bahasa asing dipadankan dengan penerjemahan, penyerapan,
dan gabungan dari penerjemahan dan penyerapan. Penerjemahan dilakukan secara
langsung dan dengan perekaan. Penyerapan dilakukan dengan penyesuaian ejaan dan
lafal, dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal, tanpa penyesuaian lafal
dengan penyesuaian lafal, dan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras untuk
menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. Jadi, diksi
berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal karang-mengarang, hal tulis-menulis,
serta tutur sapa.
Adapun syarat-syarat diksi yaitu :
- Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampur adukan kata tidak baku
yang digunakan.
- Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial.
- Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna.
- Menggunakan kata dengan suasana tertentu.
- Menggunakan kata ilmiah dan kata populer.
- Menghindarkan penggunaan ragam lisan dalam bahsa tulis
Fungsi diksi yaitu :
- Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal
- Membentuk gaya ekspresi gagasan yang baik dan benar
- Mencegah perbedaan penafsiran
- Mengefektifkan pencapaian target komunikasi
Diksi merupakan bagian penting dalam pembuatan sebuah karya ilmiah karena karangan
atau karya ilmiah yang baik bukan hanya dilihat dari isi karya ilmiah tersebut tetapi juga
dilihat dari pemilihan kata .
Majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas untuk memperoleh
efek-efek tertentu.
Majas dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
- Majas perbandingan terdiri dari asosiasi, metafora, personifikasi, alegori, simbolik,
hiperbola, metonimia, simile.
- Majas pertentangan terdiri dari paradoks, anitesis, kontradiksio interminis,
anakronisme, litotes.
- Majas sindiran terdiri dari ironi, sinisme, sarkasme.
- Majas penegasan terdiri dari pleonasme, repitisi, paralelisme, tautologi, klimaks,
antiklimaks, retorik.

14
Peristilahan merupakan hal yang penting dalam sebuah bahasa. Sebuah bahasa pasti
mempunyai istilah tertentu dalam mengungkapkan suatu bidang tertentu.

3.2 Saran
Kami sebagai pembuat makalah menyarankan kepada semua pembaca untuk mempelajari
pemilihan kata, gaya bahsa, dan peristilahan dalam membuat kalimat. Dengan mempelajari
diksi, gaya bahasa, serta peristilahan diharapkan para mahasiswa memiliki ketetapan dan
kecakapan dalam menyampaikan suatu gagasan agar mudah dipahami.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kagungan, Imelda. “ Makalah Diksi dan Gaya Bahasa”. 9 Januari 2017.


https://imeldakagungan.file.wordpress.com, (dikutip pada tanggal 24 November 2018)
www.pbindoppsunisma.com/wp-content/ , (dikutip pada tanggal 25 November 2018)
Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
https://imadesudiana.files.wordpress.com./20 (dikutip pada tanggal 25 November 2018)

16

Anda mungkin juga menyukai