Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

JENIS MAKNA DAN JENIS SEMANTIK

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dilalah

DOSEN PENGAMPU :

MIFTAHUL MUFID, M.Pd.I.

DISUSUN OLEH :

1. SITI NUR HABIBAH (220601006)


2. ZUNITA INDAH LIANA (220601009)
3. M. ALI ZAINAL ABIDIN (220601018)

BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS SYARI’AH DAN ADAB
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA’ SUNAN GIRI
BOJONEGORO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya,
Sehingga penulisan makalah ini yang berjudul “Jenis Makna Dan Jenis Semantik”.
Makalah ini membahas tentang jenis makna dan jenis semantik
Pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat Bapak :

1. K.M. Jauharul Ma’arif, M.Pd.I., selaku Rektor Universitas Nahdlatul Ulama’ Sunan
Giri Bojonegoro.
2. Agus Sholahuddin Shidiq, M.H.I., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Adab,
Universitas Nahdlatul Ulama’ Sunan Giri Bojonegoro.
3. Miftahul Mufid, M.Pd.I., selaku Dosen Pengampu mata kuliah Ilmu Dilalah yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sampai selesainya penulisan makalah ini.

Kami menyadari dan mengucapkan terima kasih, bahwa dalam penulisan makalah
ini tidak terlepas dari bantuan dari banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa,
kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami harapkan, sehingga makalah ini dapat
kami selesaikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca.

Bojonegoro, 10 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...1
C. Tujuan Masalah……………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN
A. Jenis Jenis Makna .........…………………………………………………………….2
B. Jenis Semantik ......………………………………………………………………….9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..………………………………………………………………………12
B. Saran……………………………………………………………………………… 15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistik yang
mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Semantik
disebut sebagai bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda linguistik
itu dengan hal-hal yang ditandainya. Dengan kata lain, semantik merupakan bidang
studi dalam linguistik yang mempelajari makna-makna yang terdapat dalam satuan-
satuan bahasa. Dengan demikian, semantik secara gamblang dapat dikatakan sebagai
ilmu yang mempelajari makna. Chaer menegaskan bahwa semantik memiliki
kedudukan yang sama dengan fonologi, gramatika, dan sintaksis dalam satu kajian
linguistik (Chaer, 2002). Lebih dari itu, semantik tidak hanya memelajari makna
bahasa, melainkan juga hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya
terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna
kata, perkembangan, dan perubahannya (Tarigan, 1995). Dalam hal ini penulis lebih
lanjut akan membahas tentang jenis makna yang ada pada ilmu semantik

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis makna?
2. Apa saja jenis semantik?

C. Tujuan Masalah
1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami jenis makna
2. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami jenis semantik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. JENIS JENIS MAKNA


Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam
kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi bermacammacam
dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Berbagai nama jenis makna telah
dikemukakan oleh banyak orang dalam berbagai buku linguistik atau semantik.
Menurut Pateda (1990: 53-70) , Dalam hal ini penulis akan menjelaskan beberapa dari
jenis-jenis makna tersebut.

1. Makna Leksikal
Semantik leksikal merupakan ilmu tentang makna yang menekankan
pembahasan pada sistem makna. Makna yang dimaksud adalah konsep atau
fitur pada kata tanpa melihat konteks pengunaannya. Verhar menyatakan bahwa
makna leksikal akan berbeda dengan makna gramatikal, maka perlu
pembahasan yang berbeda antara makna leksikal dan makna gramatikal (Pateda,
2010). Semantik leksikal memusatkan perhatian pada kamus, karena kamus
memuat makna yang dimiliki oleh kata itu sendiri, tanpa melihat konteks
pemakaiannya. Dengan demikian, semantik leksikal memperhatikan makna itu
secara mandiri sesuai dengan konsep yang melekat pada kata. Sebagai contoh,
dalam KBBI, makna tiap kata diuraikan satu persatu sesuai dengan konsep kata
yang dimaksud.Di samping semantik leksikal, leksikografi juga berperan
penting dalam penyusunan kamus. Riemer menyatakan leksikografi adalah
kerajinan dan cara untuk melakukan sesuatu yang berguna (Riemer, 2010).
Leksikografi bukan teori untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan,
melainkan praktek menulis makna yang bisa dipahami. Dengan demikian,
Kegiatan menulis makna dalam kamus merupakan bagian dari leksikografi.
Untuk menghasilkan kamus yang ideal, perlu diperhatikan kaidah dalam
penyusunan tema dan definisi. Kaidah tersebut diatur dalam semantik leksikal,
leksikografi, dan logika. Dalam kajian semantik, ditelaah makna bahasa,
leksikografi menyusun makna kata, dan logika mengatur kaidah dalam
penyusunan makna. Bahasa memiliki jumlah kata dan konsep yang tidak

2
terbatas, semua itu disimpan dalam pikiran atau otak setiap individu (Pateda,
2010). 1

2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang muncul karena adanya proses
perubahan bentuk kata seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses
komposisi. Kata dasar lari berbeda dengan lari-lari, berlari berbeda dengan
dilarikan, dan lain sebagainya, makna gramamatikal ini biasanya akan sangat
tampak dalam kalimat.
Perhatikan kalimat berikut.
1) Doni berlari di pagi hari
2) Doni dilarikan ke rumah sakit
3) Adik Doni bermain lari-larian
Kalimat 1, 2 dan 3 memiliki perbedaan makna karena memiliki bentuk yang
berbeda. Kata berlari mengacu pada kegiatan aktif yang dilakukan subjek, kata
dilarikan bermakna dibawa ke-, sedangkan kata lari-larian bermakna kegiatan
menyerupai lari. Dalam KBBI V, makna afiks dijelaskan. Dengan demikian,
memudahkan pebelajar untuk memahami dan
membedakan makna kata dasar dan kata imbuhan.
Djajasudarma juga menjelaskan makna gramatikal yang merupakan
bandingan bagi makna leksikal (Djajasudarma, 1999).

3. Makna Kontekstual
Makna kontekstual (contextual meaning; situational meaning) muncul sebagai
akibat hubungan antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai. Kemudian
Chaer mengungkapkan bahwa makna kontekstual adalah makna sebuah leksem
atau kata yang berada di dalam konteks (Chaer, 1994). Makna konteks juga
dapat berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu dan lingkungan
penggunaan leksem tersebut.2

1
Fitri Amilia, Astri Widyatuli Anggraeni, Semantik konsep dan contoh analisis, Malang, Madani, 2017, hal 62
2
Ibid hal 67 - 68

3
4. Makna Referensial
Makna referensial sebagai makna yang secara langsung menunjuk pada
sesuatu, dapat berupa benda, gejala, kenyataan, peristiwa, proses, dan sifat.
Misalnya, seseorang mengatakan marah, maka yang diacu adalah gejala marah,
muka yang cemberut, dan diam. Apabila berbicara menggunakan nada yang
tinggi, maka diikuti dengan anggota badan. Pemberian makna referensial suatu
kata pada sisi lain tidak dapat dilepaskan dari pemahaman pemberi makna itu
sendiri terhadap ciri referen yang diacunya (Pateda, 2010). Contoh kata “kuda,
merah dan gambar termasuk kata yang bermakna referensial.3

5. Makna Non Referensial


Makna Non-referensial adalah kata yang tidak mempunyai acuan dalam
dunia nyata. Contohnya kata dan, atau, dan karena. Kata-kata tersebut tidak
mempunyai acuan dalam dunia nyata. Sebenarnya kata kata tersebut
mempunyai makna hanya tidak mempunyai referen. Hal ini jelas dari nama
yang diberikan semantik,Yaitu kata yang bermakna nonreferensial. Mempunyai
makna, tetapi tidak memiliki referen.4

6. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang
dimiliki oleh sebuah kata. Umpamanya, kata “Kurus” (bermakna Denotatif
yang mana artinya keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang
normal). Kata “Bunga”( bermakna denotatitif yaitu unga yang seperti kita lihat
di taman).
. Chaer menyatakan bahwa makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna
referensial sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna
yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman,
pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya (Chaer, 2009). Makna
denotatif juga sering disebut dengan istilah makna denotasi. Menurut KBBI,
denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas

3
Ibid hal 69
4
Ibid hal 70

4
penunjukan yang lugas pada sesuatu yang ada di luar bahasa atau sesuatu yang
didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif.5

7. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang lain yang ditambahkan pada makna
denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari seseorang atau kelompok
orang yang menggunakan kata tersebut. Umpamanya kata "Kurus" pada contoh
di atas berkonotasi netral. Tetapi kata "Ramping", yaitu sebenarnya bersinonim
dengan kata kurus itu memiliki konotasi positif yaitu nilai yang mengenakkan
orang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata "Kerempeng",
yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan ramping, mempunyai
konotasi negatif, nilai rasa yang tidak enak, orang akan tidak enak kalau
dikatakan tubuhnya kerempeng.6
Makna konotatif berbeda dari makna lainnya. Karena jenis makna ini muncul
akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata
yang dibaca. Makna konotatif berhubungan dengan nilai rasa si pemakai bahasa,
apakah perasaan senang, jengkel, gembira, atau jijik. Jadi, makna ini bisa
memiliki makna positif atau negatif, tergantung dalam kalimatnya. Berbeda
dengan makna denotatif, yang memberikan makna dalam alam wajar sesuai apa
adanya (makna asli), tetapi tidak memiliki nilai rasa.

8. Makna Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari
Konteks atau asosiasi apa pun. Kata “Kuda” memiliki makna konseptual
“sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai”, dan kata “Rumah”
memiliki makna konseptual “bangunan tempat tinggal manusia”. Jadi
sebenarnya makna konseptual ini sama dengan makna referensial, makna
leksikal, dan makna denotatif. Makna konseptual ini berhubungan dengan segi
tiga semantik yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

5
Ibid hal 71
6
Fauziah, Perubahan Makna Leksikal Kata Kerja Bahasa Indonesia Dari Bahasa Arab. USU, Medan, 2006, hal
10

5
9. Makna Asosiatif
Makna asosiasi adalah makna kata yang berkenaan dengan adanya. Hubungan
kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya, kata melati
berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian, kata merah berasosiasi
berani, kata buaya berasosiasi dengan jahat atau kejahatan. Makna asosiasi ini
sebenarnya sama dengan lambang atau perlambangan yang digunakan oleh
suatu masyarakat pengguna bahasa untuk menyatakan konsep lain, yang
mempunyai kemiripan dengan sifat keadaan, atau ciri yang ada konsep asal
tersebut.
Makna asosiasi ini berhubungan dengan nilai-nilai moral dan pandangan hidup
yang berlaku dalam suatu masyarakat bahasa yang berarti juga berurusan
dengan nilai rasa bahasa, maka ke dalam makna asosiatif ini termasuk juga
makna konotatif.7

10. Makna Kata (Etimologi)


Makna kata adalah makna yang bersifatumum, kasar dan tidak jelas. Kata
“Tangan” dan “Lengan” sebagai kata, maknanya lazim dianggap sama, seperti
contoh berikut:
a. Tangannya luka kena pecahan kaca.
b. Lengannya luka kena pecahan kaca.
Jadi, kata tangan dan kata lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim
atau bermakna sama.
Makna kata bisa ditelusuri dari makna leksikal, yaitu dengan membuka
kamus.Kamus makna kata ditulis dalam kamus bahasa. Di Indonesia, KBBI
adalah kamus leksikal yang memuat makna kata.

11. Makna Istilah (Terminologi)


Makna istilah adalah makna yang pasti, jelas, tidak meragukan, meskipun tanpa
konteks kalimat dan perlu diingat bahwa makna istilah hanya dipakai pada
bidang keilmuan/kegiatan tertentu saja. Umpamanya, kata “Tangan” dan
“Lengan” yang menjadi contoh di atas. Kedua kata itu dalam bidang kedokteran
mempunyai makna yang berbeda. “Tangan” bermakna “bagian dari

7
Fitri Amilia, Astri Widyatuli Anggraeni, Semantik konsep dan contoh analisis, Malang, Madani, 2017, hal 77

6
pergelangan sampai ke jari tangan”. Sedangkan kata “Lengan” adalah “bagian
dari pergelangan tangan sampai ke pangkal bahu”. Jadi kata “Tangan” dan
“Lengan” sebagai istilah dalam ilmu kedokteran tidak bersinonim, karena
maknanya berbeda.8
Istilah dapat dipahami sebagai kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan suatu makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas
dalam bidang tertentu.

12. Makna Afektif


Makna afektif adalah istilah yang dipakai untuk jenis makna, seringkali secara
eksplisit diwujudkan dalam kandungan konseptual atau konotatif dari kata-kata
yang dipergunakan (Leech, 2003). Kita bisa melihat bahwa bahasa juga dapat
mencerminkan perasaan pribadi penutur, termasuk sikapnya terhadap
pendengarnya, atau sikapnya mengenai sesuatu yang dikatakannya.
Makna afektif sebagian besar termasuk kategori parasit dalam arti bahwa untuk
mengungkapkan emosi, kita menggunakan perantara kategori makna yang lain
konseptual, konotatif, atau stilistik.Makna afektif akan bisa mendeteksi
kebohongan dengan cara pengungkapan emosi berlebihan pada suatu hal.

13. Makna Reflektif


Makna reflektif merupakan kebalikan dari makna Afektif. Makna reflektif
adalah makna yang timbul dalam hal makna konseptual ganda, jika suatu
pengertian dari suatu kata pada pemakaiannya secara otomatis memunculkan
sebagian respons kita terhadap pengertian lain. Makna ini sering juga dipahami
sebagai sugesti yang terdapat pada suatu pemakaian bahasa (Leech, 2003).
Makna reflektif, arti yang menimbulkan refleks secara spontan apabila
mendengar atau membaca kata-kata itu. Dulu kata “kemaluan” mengandung
arti, menderita malu. Sama halnya kata “kehujanan”,”kesakitan”,”kemiskinan”
itu berarti menderita. Kini kata kemaluan sudah mengandung arti reflektif yaitu
alat vital. Sama halnya kata “babi” bagi umat Islam mengandung arti reflektif,
yaitu haram, najis.

8
Fauziah, Perubahan Makna Leksikal Kata Kerja Bahasa Indonesia Dari Bahasa Arab. USU, Medan, 2006, hal
12- 13

7
14. Makna Idiom
Makna idiom adalah makna yang tidak dapat diramalkan ( menyimpang) dari
makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal. Contoh, secara
gramatikal bentuk “Menjual rumah” bermakna “yang menjual menerima uang
dan yang membelimenerima rumahnya”, tetapi dalam bahasa Indonesia bentuk
“Menjual gigi” tidak memiliki makna seperti itu, melainkan bermakna “tertawa
keras-keras”. Jadi makna tersebutlah yang disebut makna idiomatik.
Makna idiomatik sebagian bisa ditelusuri atau diramal melalui makna kata
pembentuknya.9

15. Makna Peribahasa


Peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna
unsur-unsurnya. Karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya
sebagai peribahasa. Umpamanya, peribahasa “Seperti anjing dan kucing yang
bermakna ihwal dua orang yang tidak pernah akur”10. Makna ini memiliki
asosiasi bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersuara memang
selalu berkelahi.
Peribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, dengan
demikian peribahasa juga disebut dengan nama perumpamaan. Tidak semua
peribahasa menggunakan kata yang menunjukkan perbandingan, ada juga
peribahasa yang memperbandingkan dengan menghadirkna klausa yang saling
bertentangan maknanya.

9
Ibid hal 13 - 14
10
Ibid hal 14

8
B. JENIS SEMANTIK
Telah dijelaskan bahwa semantik adalah disiplin linguistik yang mengkaji sistem
makna. Jadi, objeknya makna. Makna yang dikaji dalam semantik dapat dikaji dari
banyak segi, terutama teori atau aliran yang berbeda dalam linguistik. Teori yang
mendasari dan dalam lingkungan mana semantik dibahas membawa kita kepengenalan
tentang jenis-jenis semantik. Jenis-jenis semantik itu dapat dideskripsikan berikut ini:

1. Semantik Behavioris
Para penganut aliran behavioris memiliki sikap umum: Penganut pandangan
behavioris tidak terlalu yakin dengan istilah-istilah yang bersifat mentalistik
berupa mind, concept, dan idea:
- Tidak ada perbedaan esensial antara tingkah laku manusia dan hewan
- Mementingkan factor belajar dan kurang yakin terhadap faktor-faktor bawaan
- Mekanismenya atau determinasinya.
Berdasarkan sketsa itu makna berada dalam rentangan antara stimulus dan
respon, antara rangsangan dan jawaban. Makna ditentukan oleh situasi yang
berarti ditentukan oleh lingkungan. Karena itu, makna hanya dapat dipahami
jika ada data yang dapat diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman
manusia.
Contoh: seorang ibu yang menyuapkan makanan pada sibayi.

2. Semantik Deskriptif
Semantik deskriptif yaitu kajian semantik yang khusus memperlihatkan makna
yang sekarang berlaku. Makna kata ketika kata itu untuk pertama kali muncul.
Tidak diperhatikan. Misalnya dalam bahasa Indonesia ada kata juara yaitu orang
yang mendapat peringkat teratas dalam pertandingan tanpa memperhatikan
makna sebelumnya yaitu pengatur atau peleral dalam persabungan ayam. Jadi,
Semantik deskriptif hanya memperhatikan makna sekarang.

3. Semantik Generatif

Konsep-konsep yang terkenal dalam aliran ini adalah:


- Kompetensi (competence), yaitu kemampuan atau pengetahuan bahasa yang
dipahami itu dalam komunikasi:
9
- Struktur luar, yaitu unsur bahasa berupa kata atau kalimat yang seperti
terdengar: dan
- Struktur dalam, yaitu makna yang berada dalam struktur luar. Aliran ini
menjadi terkenal dengan munculnya buku Chomsky tahun 1957 yang kemudian
diperbarui.
Teori semantic generatif muncul tahun 1968 karena ketidak puasan linguis
terhadap pendapat Chomsky. Menurut pendapat mereka struktur semantik dan
struktur sintaksis bersifat homogen. Struktur dalam tidak sama dengan struktur
semantik. Untuk menghubungkannya digambarkan dengan satu kaidah, yaitu
transformasi. Teori ini tiba pada kesimpulan bahwa tata bahasa terdiri dari
struktur dalam yang berisi tidak lain dari struktur semantik dan struktur luar
yang merupakan perwujudan ujaran kedua struktur ini dihubungkan dengan
suatu proses yang disebut transformasi.

4. Semantik Gramatikal

Semantik gramatikal adalah studi simentik yang khususnya mengkaji makna


yang terdapat dalam satuan kalimat. Verhaar mengatakan Semantik gramatikal
jauh lebih sulit dianalisis. Untuk menganalisis kalimat masih duduk, kakak
sudah tidur tidak hanya ditafsirkan dari kata-kata yang menyusunnya. Orang
harus menafsirkan keseluruhan isi kalimat itu serta sesuatu yang ada dibalik
kalimat itu. Sebuah kata akan bergesr maknanya apabila diletakkan atau
digabungkan dengan kata lain.

5. Semantik Leksikal

Semantik leksikal adalah kajian simentik yang lebih memuaskan pada


pembahasan sistem makna ayang terdapat dalam kata. Semantik leksikal tidak
terlalu sulit. Sebuah kamus merupakan contoh yang tepat untuk Semantik
leksikal: makna setiap kata diuraikan disitu. Jadi, Semantik leksikal
memperhatikan makna yang terdapat didalam kalimat kata sebagai satuan
mandiri.

10
6. Semantik Historis

Semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam
rangkaian waktu. Studi semantik historis ini menekankan studi makna dalam
rentangan waktu, bukan perubahan bentuk kata. Perubahan bentuk kata lebih
banyak dikaji dalam linguistic hoistoris. Asal-usul kata menjadi bagian studi
etimilogi. Semantik ini membandingkan kata-kata berdasarkan periode atau
antara kata pada masa tertentu dengan kata pada bahasa yang lain. Misalnya
dalam Bi terdapat kata padi dan dalam bahasa jawa terdapat kata pari.

7. Semantik Logika

Sematik logika adalah cabang logika modern yang berkaitan dengan konsep-
konsep dan notasi simbolik dalam analisis bahasa semantik logika mengkaji
sistem makna yang dilihat dari logika seperti yang berlaku dalam matematika
yang mangacu kepada kata pengkajian makna atau penafsiran ajaran, terutama
yang dibentuk dalam sistem logika yang oleh Carnap disebut semantik. Dalam
semantik logika dibahas makna proprsi yang dibedakan dengan kalimat, sebab
kalimat yang berbeda dalam bahasa yang sama dapat aja diujarkan dalam
proporsi yang sama. Sebaliknya, sebuah kalimat dapat diujarkan dalam dua atau
lebih proporsi. Proporsi boleh benar boleh salah, dan lambang disebut sebagai
variabel proporsional dalam semantik logika.

8. Semantik Struktural

Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang dipelopori


oleh Saussure. Penganut strukturalisme berpendapat bahwa setiap bahasa adalah
sebuah sistem, sebuah hubungan struktur yang unik yang terdiri dari satuan-
satuan yang disebut struktur. Struktur itu terjelma dalam unsure berupa fonem,
morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana yang membaginya menjadi
kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana.

11
PENUTUP
A. Kesimpulan
JENIS JENIS MAKNA
Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam
kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi bermacammacam
dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Berbagai nama jenis makna telah
dikemukakan oleh banyak orang dalam berbagai buku linguistik atau semantik.
Menurut Pateda (1990: 53-70) , Dalam hal ini penulis akan menjelaskan beberapa dari
jenis-jenis makna tersebut.

Makna Leksikal
Semantik leksikal merupakan ilmu tentang makna yang menekankan pembahasan pada
sistem makna. Makna yang dimaksud adalah konsep atau fitur pada kata tanpa melihat
konteks pengunaannya.
Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang muncul karena adanya proses perubahan
bentuk kata seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses
komposisi.
Makna Kontekstual
Makna kontekstual (contextual meaning; situational meaning) muncul sebagai akibat
hubungan antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai.
Makna Referensial
Makna referensial sebagai makna yang secara langsung menunjuk pada sesuatu,
dapat berupa benda, gejala, kenyataan, peristiwa, proses, dan sifat. Misalnya, seseorang
mengatakan marah, maka yang diacu adalah gejala marah, muka yang cemberut, dan
diam.
Makna Non Referensial
Makna Non-referensial adalah kata yang tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata.
Contohnya kata dan, atau, dan karena. Kata-kata tersebut tidak mempunyai acuan
dalam dunia nyata.
Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang
dimiliki oleh sebuah kata.

12
Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang lain yang ditambahkan pada makna denotatif
tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari seseorang atau kelompok orang yang
menggunakan kata tersebut.
Makna Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari
Konteks atau asosiasi apa pun.
Makna Asosiatif
Makna asosiasi adalah makna kata yang berkenaan dengan adanya. Hubungan kata itu
dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.
Makna Kata (Etimologi)
Makna kata adalah makna yang bersifat umum, kasar dan tidak jelas.
Makna Istilah (Terminologi)
Makna istilah adalah makna yang pasti, jelas, tidak meragukan, meskipun tanpa konteks
kalimat dan perlu diingat bahwa makna istilah hanya dipakai pada bidang
keilmuan/kegiatan tertentu saja.
Makna Afektif
Makna afektif adalah istilah yang dipakai untuk jenis makna, seringkali secara eksplisit
diwujudkan dalam kandungan konseptual atau konotatif dari kata-kata yang
dipergunakan

Makna Reflektif

Makna reflektif merupakan kebalikan dari makna Afektif. Makna reflektif adalah
makna yang timbul dalam hal makna konseptual ganda, jika suatu pengertian dari suatu
kata pada pemakaiannya secara otomatis memunculkan sebagian respons kita terhadap
pengertian lain.
Makna Idiom
Makna idiom adalah makna yang tidak dapat diramalkan ( menyimpang) dari makna
unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal.
Makna Peribahasa
Peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-
unsurnya.

13
JENIS SEMANTIK
Telah dijelaskan bahwa semantik adalah disiplin linguistik yang mengkaji sistem
makna. Jadi, objeknya makna. Makna yang dikaji dalam semantik dapat dikaji dari
banyak segi, terutama teori atau aliran yang berbeda dalam linguistik. Teori yang
mendasari dan dalam lingkungan mana semantik dibahas membawa kita kepengenalan
tentang jenis-jenis semantik. Jenis-jenis semantik itu dapat dideskripsikan berikut ini:

Semantik Behavioris
Para penganut aliran behavioris memiliki sikap umum: Penganut pandangan behavioris
tidak terlalu yakin dengan istilah-istilah yang bersifat mentalistik berupa mind, concept,
dan idea:
- Tidak ada perbedaan esensial antara tingkah laku manusia dan hewan
- Mementingkan factor belajar dan kurang yakin terhadap faktor-faktor bawaan
- Mekanismenya atau determinasinya.
Semantik Deskriptif
Semantik deskriptif yaitu kajian semantik yang khusus memperlihatkan makna yang
sekarang berlaku.
Semantik Generatif
Konsep-konsep yang terkenal dalam aliran ini adalah:
- Kompetensi (competence), yaitu kemampuan atau pengetahuan bahasa yang dipahami
itu dalam komunikasi:
- Struktur luar, yaitu unsur bahasa berupa kata atau kalimat yang seperti terdengar: dan
- Struktur dalam, yaitu makna yang berada dalam struktur luar. Aliran ini menjadi
terkenal dengan munculnya buku Chomsky tahun 1957 yang kemudian diperbarui.
Semantik Gramatikal
Semantik gramatikal adalah studi simentik yang khususnya mengkaji makna yang
terdapat dalam satuan kalimat.
Semantik Leksikal
Semantik leksikal adalah kajian simentik yang lebih memuaskan pada pembahasan
sistem makna ayang terdapat dalam kata.

14
Semantik Historis
Semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam rangkaian
waktu. Studi semantik historis ini menekankan studi makna dalam rentangan waktu,
bukan perubahan bentuk kata.
Semantik Logika
Sematik logika adalah cabang logika modern yang berkaitan dengan konsep-konsep
dan notasi simbolik dalam analisis bahasa semantik logika mengkaji sistem makna yang
dilihat dari logika seperti yang berlaku dalam matematika yang mangacu kepada kata
pengkajian makna atau penafsiran ajaran,
Semantik Struktural
Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang dipelopori oleh
Saussure.

B. Saran
Untuk memudahkan memahami Pengertian Ilmu Dilalah, Laksem, Leksikon, dan
Makna Leksikal, penulis memiliki beberapa saran untuk para pembaca, diantaranya
sebagai berikut :

Demikian saran dari penulis, semoga bermanfaat bagi kami dan para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA
Fitri Amilia, Astri Widyatuli Anggraeni, Semantik Konsep Dan Contoh Analisis, Malang,
Madani, 2017
Fauziah, Perubahan Makna Leksikal Kata Kerja Bahasa Indonesia Dari Bahasa Arab. USU,
Medan, 2006,

16

Anda mungkin juga menyukai