Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Penyutradaraan
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Drama

Dosen pengampu : Wina Wulandari, M.Pd

Disusun oleh :

1. Dody Aprialdi Dalimunthe (1906020045)


2. Eva Juliana (1906020034)
3. Radit Syahputra (1906020040)
4. Wisa Parmila (1906020042)

KELAG B (NONREG) / SEMESTER V (LIMA)

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH (UNIVA) MEDAN


2021
Kata pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita
mendapatkan syafa’atnya diakhir kelak.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Ibu Wina Wulandari, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Kajian Drama. Selain itu,
penelitian ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Penyutradaraan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Wina Wulandari, M.Pd. yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan pada bidang studi ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata,

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pantai Cermin, 9 Desember 2021

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertunjukan teater merupakan satu kesatuan yang dicipta- kan oleh pemain (aktor),
pengarang (naskah/cerita), sutradara (dibantu tim artistik dan tim produksi), tempat
pertunjukan dan penonton. Menghadapi sebuah naskah drama seorang sutradara akan
berpikir bagaimana memainkannya di atas panggung agar hidup dan terjadi
komunikasi dengan penotonnya. Usaha untuk menghidupkan sebuah naskah drama
berarti suatu usaha yang mengacu pada bentuk yang artistik. Nilai artistik sebuah
pementasan drama dapat diukur dan dinilai dari sejauh mana pementasan itu mampu
menampilkan atau mewujudkan bentuknya.Nah, pada makalah ini kita sama-sama
membahas tentang sutradara.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana bisa adanya sutradara?
2. Apa yang dimaksud dengan sutradara?
3. Apa tugas dari sutradara?
4. Apa peran dari sutradara?
5. Bagaimana kedudukan dari sutradara?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah timbulnya sutradara
2. Menjelaskan pengertian dari sutradara
3. Menjelaskan tugas-tugas dari sutradara
4. Untuk mengetahui peran dari sutradara
5. Untuk mengetahui kedudukan sebagai sutradara

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH TIMBULNYA SUTRADARA


Dalam sebuah pementasan drama tidak lepas dengan kehadiran
seorang sutradara. Keberadaan sutradara begitu penting, dapat dilihat
dari beberapa peristiwa penting dalam sejarah timbulnya sutradara pada
saat Saxe Meiningen mendirikan rombongan teater di Berlin, pada tahun
1874-1890. saat itu dipentaskan 2591 drama di wilayah Jerman.
Kemudian mengadakan tour ke seluruh Eropa. Dengan peristiwa itu,
dirasa kebutuhan akan adanya sutradara yang mengkoordinasikan
pementasan – pementasan. Kehadiran sutradara dibutuhkan dalam
merencanakan, memutuskan, mengarahkan, mewujudkan dan
bertanggung jawab secara artistik dari pertunjukan atau pementasan yang
dilaksanakan karena dalam drama tradisional, kurang lebih dua abad yang
lalu, ketika belum ada sutradara, drama tradisional di Indonesia, masing –
masing aktornya bermain improvisasi.
Pada mulanya pementasan teater tidak mengenal sutradara.
Pementasan teater muncul dari sekumpulan pemain yang memiliki
gagasan untuk mementaskan sebuah cerita. Kemudian mereka berlatih
dan memainkkannya di hadapan penonton. Sejalan dengan kebutuhan
akan pementasan teater yang semakin meningkat, maka para aktor
memerlukan peremajaan pemain. Para aktor yang telah memiliki banyak
pengalaman mengajarkan pengetahuannya kepada aktor muda. Proses
mengajar dijadikan tonggak awal lahirnya “sutradara”.
Dalam terminologi Yunani sutradara (director) disebut didaskalos yang
berarti guru dan pada abad pertengahan di seluruh Eropa istilah yang
digunakan untuk seorang sutradara dapat diartikan sebagai master.
Sutradara mempunyai tugas sentral yang berat dalam sebuah
pementasan tidak hanya akting para pemain yang diurusnya, tetapi juga
kebutuhan yang berhubungan dengan artistik dan teknis. Musik yang
bagaimana yang dibutuhkan, pentas seperti apa yang harus diatur,
penyinaran, tata rias, kostum, dan sebagainya, semuanya diatur atas
persetujuan sutradara. Oleh karena itu sutradara harus menguasai
semuanya.
Dalam drama tradisional, kurang lebih dua abad yang lalu, belum ada
sutradara. Dalam drama tradisional di Indonesia, masing-masing aktor
bermain improvisasi. Yang ada hanyalah manajer dan produser. Dalam

5
perkembangan kedudukan sutradara, beberapa kejadian penting dapat
dicatat, yaitu sebagai berikut.

1)    Pada saat Saxe Meiningen mendirikan rombongan teater di


Berlin, pada tahun 1874-1890. Saat itu dipentaskan 2591 drama
di wilayah Jerman. Kemudian mengadakan tour ke seluruh Eropa.
Dengan peristiwa itu, dirasa kebutuhan akan adanya sutradara
yang mengkoordinasikan pementasan-pementasan.
2)   Gurdon Craig (1872), putra Ellen Terry mempelopori
penyutradaraan sehingga namanya sangat terkenal. Sampai kini,
nam Craig dipuja sebagai sutradara genius. Dia dinyatakan
sebagai sutradara yang memaksakan gagasannya kepada
aktor/aktris. Melalui dirinya diperkenalkan seniman teater baru
yang disebut sutradara.
3)   Constantin Stanilavsky (1863-1938) merupakan sutradara Rusia
yang terbesar. Ia mendirikan “Moscow Art Theater”. Dengan
penyutradaraannya, dihilangkan sistem bintang, dan ia
merupakan pelopor penyutradaraan yang mementingkan sukma.

B. PENGERTIAN SUTRADARA
Mungkin untuk sebagian orang pengertia sutradara sangatlah simple,
yaitu sebagai seorang yang membuat film. Sutradara juga adalah orang
yang pertama kali disebutkan bila film itu bagus atau tidak. Ada beberapa
pengertian sutradara diantaranya:

1.    Sutradara adalah suatu profesi yang disandang oleh seorang


yang bertanggung jawab sepenuhnya secara profesional dalam
melaksanakan suatu proses produksi / penyiaran paket televisi
dengan kemampuan wawasan yang luas, kreatif, imaginative,
interpretiv, inovative, dalam berkarya dan bermanfaat bagi orang
lain dan dirinya sendiri.
2.    Menurut Don Livingston : Kemampuan seorang sutradara yang
baik adalah hasil pengalaman dan bakat yang tidak mungkin
diuraikan.
3.    Menurut Hamzah A. dan Ananda S. : Sutradara adalah orang
yang memberi pengarahan dan bertanggung jawab dalam
masalah artistik dan teknis ( bila dalam teater ).

C. Tugas Sutradara
Menurut Fran K. Whitting tugas utama dari seorang sutradara, yaitu:
merencanakan produksi pementasan, memimpin latihan aktor, dan aktris.
Dalam hal ini, sutradara bertindak sebagai artis, guru dan eksekutif.
6
1. Merencanakan Produksi
Sutradara haruslah mampu menangkap pesan dan tema naskah
tersebut, nada dan suasana drama secara menyeluruh juga harus
dipahami. Untuk menjadi seorang sutradara, seorang harus
mempersiapkan diri melalui latihan yang cukup serius, memahami
akting dan memahami cara melatih akting dan memahami seluk beluk
perwatakan sebagai dimensi dalam diri seorang peran. Untuk
memimpin pementasan drama besar, sebaiknya seorang calon
sutradara mulai dengan berlatih memimpin drama yang sederhana,
dengan latar belakang waktu masa kini yang tidak membutuhkan
berbagai persiapan rumit.
Mempersiapkan calon aktor secara seksama dapat dilakukan
sebelum casting ditentukan, sutradara harus mempertimbangkan
secara masak dan dewasa, dari berbagai segi tentang penunjukkan
aktor atau aktris.
Di samping menyesuaikan dengan karakternya, baik secara
psikologis, sosiologis maupun fisiologis, maka faktor kecerdasan,
kemudian latihan dan faktor kepribadian calon pemimpin harus
mendapat perhatian.
Untuk suatu naskah tertentu, sutradara dengan kondisi pemain
yang dipilih, dapat memperkirakan beberapa kali latihan yang
dibutuhkan. Dengan demikian,dapat dibuat time-schedule yang
terperinci. Jika waktu pementasan sudah ditentukan, maka time-
schedule ini dapat lebih bersifat pasti.

2. Memimpin Latihan
Periode latihan dapat dibagi menjadi empat periode besar, yaitu:
1)  Latihan pembacaan teks drama (reading)
2)  Latihan blocking (pengelompokkan)
3)  Latihan action atau latihan kerja teater.
4)  Pengulangan dan pelancaran terhadap semua yang telah,
dilatih
Latihan untuk aktor ini, berhubungan dengan pembinaan akting,
blocking, crossing pemain, penyesuaian dengan teknis pentas,
pemyesuaian dengan teknis pentas, dengan musik, sound system.
Pembinaan aktor juga menyangkut teknik muncul, teknik menekankan isi.
Teknik progresi dan teknik membina puncak.
WS Rendra mengemukakan, ada sebelas langkah dalam
menciptakan peran, yaitu:
1)   Mengumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh
sang peran dalam drama itu.

7
2)   Mengumpulkan sifat-sifat watak sang peran, kemudian dicoba
dihubungkan dengan tindakan-tindakan pokok yang harus
dikerjakannya, kemudian ditinjau, manakah yang harus ditonjolkan
sebagai alasan untuk tindakan tersebut.
3)   Mencari dalam naskah, pada bagian mana sifat-sifat pemeran itu
harus ditonjolkan.
4)   Mencari dalam naskah, ucapan-ucapan yang hanya memiliki makna
tersirat untuk diberi tekanan lebih jelas, hingga maknanya lebih
tersembul keluar.
5)   Menciptakan gerakan-gerakan air muka, sikap, dan langkah yang
dapat mengekspresikan watak tersebut di atas.
6)   Menciptakan timing atau aturan ketepatan waktu yang sempurna, agar
gerakan-gerakan dan air muka sesuai dengan ucapan yang
dinyatakan.
7)   Memperhitungkan teknik, yaitu penonjolan terhadap ucapan serta
penekanannya, pada watak-watak sanga peran itu
8)   Merancang garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga
gambaran tiap perincian watak-watak itu, diasjikan dalam tangga
menuju puncak, dan tindakan yang terkuat dihubungkan dengan
watak yang terkuat pula.
9)   Mengusahakanagar perencanaan tersebut tidak berbenturan dengan
rencana (konsep) penyutradaraan.
10) Menetapkan bussiness dan blocking yang sudah ditetapkan bagi sang
peran dan diusahakan dihapaagar menjadi kebiasaan oleh sang
peran.
11) Menghayati dan menghidupkan peran dengan imajnasi dengan jalan
pemusatan perhatian pada pikiran dan perasaan peran yang
dibawakan.
Sebelum membahas lebih jauh tentang tugas-tugasnya, maka
sutradara harus mengerti hal-hal yang berhubungan dengan
pementasannya, misalnya:
a)    Arti pementasan dan mengapa kontruksi pementassan harus disusun
rapi.
b)   Mengerti sikap karakter dan juga peranannya di dalam pementasan.
c)   Mengerti bagaimana scene yang dibutuhkan, kostum, dan peralatan
lampu yang sesuai.
d)   Mengerti latar belakang pengarang naskah, periode pementasan,
gambaran lingkungan dan juga gambarab audience yang akan
menyaksikan.
e)   Mampu menyadar kata dan ungkapan yang usang, sehingga dipahami
penonton.

8
f)    Mampu menghadirkan lakon sesuai dengan waktu dan tempat
pementasan, sehingga suasana hakiki dapat dihayati.
g)   Mampu menghadirkan image visual atau image kunci dengan dekorasi
yang menggambarkan suasana yang sesuai.

D. Peran  Sutradara dalam  Pementasan


Selain kemampuan aktornya, peran sutradara sangat penting dalam
pementasan. Ada pementaan yang naskahnya menarik, tetapi kurang
dalam penggarapan. Ada juga yang penggarapannya menarik tetapi
kurang di kualitas aktornya. N. Riantiarno dalam Menyentuh Teater, Tanya
Jawab Seputar Teater Kita mengatakan sutradara mempunyai beberapa
tugas dalam penciptaan pementasan antara lain ; memilih naskah lakon,
memilih pemain dan pekerja artistik, bekerja sama dengan staf artistik dan
non-artistik, menafsir naskah lakon dan menginformasikannya kepada
seluruh pekerja (artistik dan non-artistik), menafsir karakter peranan dan
menginformasikannya kepada seluruh pemain, melatih pemain agar bisa
memainkan peranan berdasar tafsir yang sudah dipilih,mempersatukan
seluruh kekuatan dari berbagai elemen teater sehingga menjadi sebuah
pergelaran yang bagus,menarik dan bermakna.
Dengan kata lain sutradara harus mendalami lakon yang dipilih,
menguasai adegan dan mencari apa yang tersembunyi di balik teks agar
pemain tidak melakukan kesalahan. Bahkan kurangnya pendalaman bagi
sutradara mengakibatkan kurangnya penghayatan bagi pemain dalam
perannya, penyajian ekspresi yang datar, gesture yang salah ataupun
blocking yang tidak disertai motivasi. Unsur – unsur yang disebutkan oleh
N. Riantiarno mengenai tugas seorang sutradara akan mempengaruhi
apresiasi dari penonton. Kehadiran penonton dalam pertunjukan juga
merupakan hal yang penting.
Sutradara merupakan orang yang mengkomunikasikan idenya kepada
orang lain melalui media. Karena dalam sebuah pertunjukan, pesan yang
ingin disampaikan oleh sutradara harus diterima dengan baik oleh
penonton, terlepas dari segi artistic yang digarap oleh sutradara selain itu
berteater tidak sekadar menyajikan pertunjukan ataupun menghibur tetapi
memproduksi atau mengasilkan wacana – wacana budaya kepada
masyarakat, dalam hal ini penonton. Barthes berpendapat bahwa “dalam
teater sewajarnya terjadi sebuah relasi keberartian antara tontonan dan
penonton. Penonton merupakan bagian teater itu sendiri”.
Pada hakikatnya penonton membutuhkan suguhan performa yang
segar dan baru dan juga mengharapkan isi cerita yang disampaikan
mengandung bobot filosofis yang bisa manambah bagasi pengetahuan.
Teater modern selalu berurusan dengan relasi yang bersifat teknis antara
bentuk (form) dan isi (matter). Brecht menggambarkan relasi teknis ini
9
sebagai kondisi niscaya dalam abad ilmu pengetahuan. Brecht
mempersoalkan bagaimana teater mampu mengonstruksi realitas menjadi
sebuah tontonan yang kritis bagi penonton.

1. Rumus 5-C
Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain dalam
sebuah produksi, ada baiknya sutradara memiliki kepekaan terhadap
Rumus 5 –C, yakni close up (pengambilan jarak dekat), camera angle
(sudut pengambilan kamera), composition (komposisi), cutting
(pergantian gambar), dan continuity (persambungan gambar-gambar)
(Hartoko 1997: 17). Kelima unsur ini harus diperhatikan oleh sutradara
berkaitan dengan tugasnya nanti di lapangan.

(a) Close UP
Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum
produksi (shooting d I lapangan) harus mempelajari dahulu
skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting script, yakni
keterangan rinci mengenai shot-shot yang harus dijalankan juru
kamera. Terhadap unsur close up, dia harus betul-betul
memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokohnya.
  Gejolak emosi, peradaban gundah sering harus diwakili dalam
shot-shot close up. Bagi seorang kritikus film, sering unsur menjadi
poin tersendiri ketika menilai sebuah film. Untuk itu, unsur ini harus
menjadi perhatian sutradara.

(b) Camera Angel


Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan efek apa yang
harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini diabaikan
bisa dipastikan film yang muncul cenderung monoton dan
membosankan sebab camera angle dan close up sebagai unsur
visualisasi yang menjadi bahan mentah dan harus diolah secermat
mungkin. Harry mencontohkan, untuk film-film opera sabun sering
ada pembagian kerja antara pengambilan gambar yang long shot
dan close up untuk kemudian diolah dalam proses editingnya.
Variasi pengambilan gambar dengan camera angle dapat
mengayakan unsur filmis sehingga film terasa menarik dan
memaksa penonton untuk mengikutinya terus.

(c) Composition
Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang
gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan dalam
pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi yang akan
memberikan makna keindahan terhadap suatu film. Pandangan

10
mata penonton sering harus dituntun oleh komposisi gambar yang
menarik. Tidak jarang para peresensi film memberikan penilaian
terhadap unsur ini karena unsur inilah yang akan menjadi
pertaruhan mata penontonnya. Jika aspek ini diabaikan, jangan
harap penonton akan menilai film ini indah dan enak ditonton.
Seorang sutradara harus mampu mengendalikan aspek ini kepada
juru kamera agar tetap menjadi komposisi secara proporsional
berdasarkan asas komposisi.

(d) Cutting
Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke scene
lainnya. Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi yang berkaitan
dengan unsur penceritaan dalam urutan gambar-gambar.
Sutradara harus mampu memainkan imajinasinya ketika
menangani proses shooting. Imajinasi yang berjalan tentunya
bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit dan
ditayangkan di monitor.

(e) Continuity
Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalah
continuity, yakni unsure persambungan gambar-gambar. Sejak
awal, sutradara bisa memproyeksikan pengadegan dari satu scene
ke scene lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan
materi cerita. Sering penonton merasa film yang ditontonnya loncat
ke sana atau ke mari tidak karuan sehingga membuat bingung.
Terhadap kasus ini karena sutradara tidak mampu memperhatikan
aspek kontinuitas dari film yang digarapnya.

2. Unsur Visual (visual element)


        Selanjutnya masih dalam tahap persiapan penyutradaraan,
seorang sutradara juga harus memahami unsur-unsur visual (visual
element) yang sangat penting dalam mengarahkan seluruh krunya.
Ada enam unsur visual yang harus diperhatikan, sikap pose
(posture), gerakan anggota badan untuk memperjelas (gesture),
perpindahan tempat (movement), tindakan/perbuatan tertentu
(purpose action), ekspresi wajah (facial expression), dan hubungan
pandang (eye contact) (Hartoko, 1997:25).

(a) Sikap/Pose
Jika anda mengarahkan para pemain dalam film yang anda
buat, hal pertama yang menjadi arahan adalah sikap/pose
(posture) pemainnya. Ini sangat erat kaitannya dengan
penampilan pemain di depan kamera. Dengan monitor yang

11
tersedia, sutradara harus mampu memperhatikan pose
pemainnya secara wajar dan memenuhi kaidah dramaturgi.
Sebelum pose sesuai dengan tuntutan skenario usahakan
sutradara jangan putus asa terus mencoba. Apalagi untuk
kalangan indie yang cenderung pemainnya masih baru atau
belum pernah main sama sekali (tetapi gratis).

(b) Gerakan Anggota Badan


Sesuai dengan shooting script, tentunya seorang atau
beberapa pemain harus menggerakkan anggota tubuhnya.
Namun, gesture yang mereka mainkan harus betul-betul
kontekstual. Artinya, harus betul-betul nyambung dengan gerakan
anggota tubuh sebelumnya. Misalnya, setelah seorang pemain
minum air dari gelas tentunya gerakan berikutnya mengembalikan
gelas tersebut dengan baik. Jangan sampai ada gerakan-gerakan
tubuh yang secara filmis dapat menimbulkan kejanggalan.

(c) Perpindahan Tempat


 Seorang Sutradara dengan jeli akan memperhatikan dan
mengarahkan setiap perpindahan pemain pendukungnya.
Perpindahan pemain ini tentunya dalam rangka mengikuti
shooting script yang dibuat sang sutradara sendiri. Di sini,
sutradara yang baik harus mampu mengarahkan pemainnya
melakukan perpindahan secara wajar dan tidak dibuat-buat.
Perpindahan pemain harus alami sesuai dengan jalan cerita
yang telah tersusun. Improvisasi bagi pemain memang tidak jadi
masalah, tetapi tetap dalam perhatian sutradara. Untuk itu,
menonton pertunjukan teater bagi seorang sutradara dapat
mengasah ketrampilan penyutradaraannya dan juga sering
memberikan penilaian terhadap akting pemain dalam sebuah film
dapat memperkaya kepiawaiannya dalam mengarahkan pemain.

(d) Tindakan Tertentu


 Aspek ini tentunya dikaitkan dengan casting yang diberikan
kepada seseorang. Casting disini diartikan peran yang dijalankan
pemain film dalam menokohkan karakter seseorang yang terlibat
dalam cerita film tersebut. Selain ada casting ada juga yang
disebut cameo, yakni penampilan seseorang dalam sebuah film
tetapi membawakan dirinya sendiri (tidak menokohkan orang
lain).
 Dalam hubungan dengan casting, seorang pemain film harus
diarahkan sang sutradara agar melakukan tindakan sesuai
dengan tuntunan skenario. Terkadang dalam proses produksi ada

12
pemain yang mencoba menawar kepada sutradara sehubungan
dengan akting yang harus dijalankan. Tidak semua sutradara mau
meluluskan keinginan kemauan pemain, tetapi juga tidak semua
pemain mau meluluskan kemauan sutradara.
Pada kondisi seperti ini tinggal dua pilihan, pemain diganti
atau mengganti adegan. Mengapa casting dalam kegiatan
produksi film cukup lama karena karena persoalan tersebut? Saat
film Boy’s Don’t Cry diproduksi, dilakukan casting yang memakan
waktu bertahun-tahun. Hal ini dilakukan agar siapa pun yang
menjadi pemain film tersebut sesuai dengan keinginan sutradara
dan tuntutan skenario.

(e) Ekspresi Wajah


Unsur ini sering berkaitan dengan penjiwaan terhadap
naskah. Wajah merupakan cermin bagi jiwa seseorang. Konsep
inilah yang mendasari aspek ini harus diperhatikan betul oleh
sutradara. Terutama untuk genre film drama, unsur ekspresi
wajah memegang peran penting. Banyak juga film action
semacam Gladiator menajamkan aspek ekspresi wajah. Shot-
shot close up yang indah dan pas dapat mewakili perasaan sang
tokoh dalam sebuah film. Contoh kecil sering ditampilkan dalam
perfilman India. Jika seseorang sedang jatuh cinta ukuran gambar
big close up bergantian antara pria dan wanita. Namun sutradara
juga harus memperhatikan penempatannya serta waktu yang
tepat. Jika tidak tepat, komunikasi dalam film tersebut gagal

(f) Hubungan Pandangan


Hampir sama dengan ekspresi wajah, hubungan pandang di
sini diartikan adanya kaitan psikologis antara penonton dan yang
ditonton. Untuk membuat shot-shot-nya, biasanya sutradara
selalu memberikan arahan kepada pemain film agar menganggap
kamera sebagai mata penonton. Dengan cara seperti ini,
biasanya kaidah hubungan pandang ini akan tercapai. Dengan
mengibaratkan kamera sebagai mata penonton, berarti pemain
harus berlakon sebaik mungkin untuk berkomunikasi dengan
penonton lewat lensa kamera. Dengan demikian, apa pun yang
akan dilakonkan pemain seolah-olah ada yang mengawasi, yakni
kamera sebagai representasi dari penonton.

E. Kedudukan sutradara
Sutradara berdiri di tengah-tengah segitiga, bertindak sebagai pusat
kesatuan kekuatan, juga sebagai coordinator bagi prestasi-prestasi kreatif

13
aktor dan patra teknisi. Akhirnya sutradara harus menjadi seorang
seniman yang berarti.

F. Pembinaan Kerja Sutradara

1. Menentukan Nada Dasar


Tugas pertama sutradara adalah mencari motif yang merasuk
karya lakon, yang memberi cirri kejiwaan dan selalu Nampak dalam
penyutradaraan. Sebuah nada dasar dapat bersifat :
a. Ringan tidak mendalam
b. Menentukan/memberikan suasana khusus
c. Membuat lakon gembira menjadi banyolan/lucu
d. Mengurangi tragedy yang berlebih-lebihan
e. Memberikan prinsip dasar pada lakon

2. Menentukan Casting
Macam-macam casting :
1)   Casting by ability : berdasarkan kecakapan, yang terpandai dan
terbaik dipilih untuk peran yang penting/utama dan sukar.
2)   Casting to type : pemilihan yang bertentangan dengan watak
atau fisik si pemain.
3)    Antitype casting : pemilihan yang bertentangan dengan watak
atau fisik si pemain.
4)    Casting to emotional temperament : memilih seseorang
berdasarkan hasil observasi hidup pribadinya.
5)   Therapeutic-casting : menetukan seorang pelaku bertentangan
dengan watak aslinya dengan maksud menyembuhkan atau
mengurangi ketak seimbangan jiwanya.
3. Tata dan Teknik Pentas
Segala yang menyangkut soal tata pakaian, tata rias, dekor, tata
sinar. Semua itu harus disesuaikan dengan nada dasar. Tata dan
teknik pentas ialah segala masalah yang tidak termasuk cerita,
naskah dan acting.

4. Menyusun Mise En Scene


Mise en scene ialah segala perubahan yang terjadi pada daerah
permainan yang disebabkan oleh perpindahan pemain atau peralatan.
Dengan mise en scane sutradara memberikan sryktur visual pada
lakon dengan komposisi pentas. Pemberian bentuk ini bias tercapai
dengan 14 macam cara :
Sikap pemain
a. Pengelompokan

14
b. Pembagian tempat kedudukan pelaku
c. Variasi saat masuk dan keluar
d. Variasi penempatan perabot (mebel)
e. Variasi posisi dua pemain yang berhadap-hadapan
f. Komposisi dengan menggunakan garis dalampenempatan
pelaku
g. Ekspresi kontras dalam warna pakaian
h. Efek tata sinar
i.  Memperhatikan ruang sekeliling pemain
j.  Menguatkan/meluangkan kedudukan peranan
k.  Memperhatikan latar belakang
l.  Keseimbangan dalam komposisi
m.  Dekorasi

5. Menguatkan atau Melemahkan Scene


Sebuah nada dasr merasuk lakon seluruhnya. Usaha menguatkan
atau melemahkan adegan adalah teknik yang menggarap berbagai
adegan dalam lakon. Kita dapat menentukan tekanan atau aksen
pada lakon menurut pandangan kita tanpa mengubah naskah.

6. Mempengaruhi Jiwa Pemain


Ada dua cara mempengaruhi pemain, yaitu :
a. Dengan menjelaskan - sutradara sebagai interpretator Ia
menjelaskan bagaimana menggambarkan untuk peranan dan
bagaimana berusaha agar mimik plastik, diksi, sesuai dengan
idenya.
b.  Dengan memberi contoh - sutradara sebagai actor Sutradara
langsung member contoh acting dalm hal ini ia harus
banyak berpengalaman seperti aktor. Keuntungannya
ialah cepat dipahami : bahanya, pemain membuat imitasi.

7. Menciptakan Aspek Laku


Sutradara harus dapat memberikan saran kepada aktor agar
mereka menciptakan apa yang disebut laku simbolik atau acting
kreatif. Laku simbolik adalah cara berperan yang biasanya tak
terdapat dalam instruksi naskah, tetapi diciptakan untuk memperkaya
permainan, yaitu lebih menjelaskan kepada penonton apa yang
terkandung dalam batin penonton.
Ada dua macam laku simbolik :
1.  Yang memperkaya permainan yang diciptakan aktor dengan atau
tanpa petunjuk sutradara (aliran laissez faire).

15
2.  Yang tidak diciptakan oleh pemain secara individual, tetapi
ditentukan oleh sutradara (aliran Gordon Craig).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab pada hasil karya
berupa pertunjukan atau audio visual yang mengandung visi misi yang
ingin secara teknik atau artistik melalui media yang dianggap bermanfaat
secara positif bagi khalayak banyak ataupun bagi dirinya sendiri.
       Dengan menguasai Rumus 5 C dan Visual Element secara baik dan
benar bisa dipastikan seorang sutradara akan mampu membuat film
menjadi tontonan menarik dan munculnya situasi komunikatif antara
tontonan dan penonton. Di sinilah alasan mengapa sebuah film dianggap
sebagai produk komunikasi massa periodik.

B. Saran

Makalah yang kami buat tidak luput dari kesalahan, daripada itu kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://text-id.123dok.com/document/wq2o2nopz-sutradara-dan-
penyutradaraan-proses-kreatif-penulisan-dan-pemanggunga.html

http://fhenirahmayani.blogspot.com/2014/03/sutradara.html?m=1

17

Anda mungkin juga menyukai