Penyutradaraan
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Drama
Disusun oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita
mendapatkan syafa’atnya diakhir kelak.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Ibu Wina Wulandari, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Kajian Drama. Selain itu,
penelitian ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Penyutradaraan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Wina Wulandari, M.Pd. yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan pada bidang studi ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertunjukan teater merupakan satu kesatuan yang dicipta- kan oleh pemain (aktor),
pengarang (naskah/cerita), sutradara (dibantu tim artistik dan tim produksi), tempat
pertunjukan dan penonton. Menghadapi sebuah naskah drama seorang sutradara akan
berpikir bagaimana memainkannya di atas panggung agar hidup dan terjadi
komunikasi dengan penotonnya. Usaha untuk menghidupkan sebuah naskah drama
berarti suatu usaha yang mengacu pada bentuk yang artistik. Nilai artistik sebuah
pementasan drama dapat diukur dan dinilai dari sejauh mana pementasan itu mampu
menampilkan atau mewujudkan bentuknya.Nah, pada makalah ini kita sama-sama
membahas tentang sutradara.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana bisa adanya sutradara?
2. Apa yang dimaksud dengan sutradara?
3. Apa tugas dari sutradara?
4. Apa peran dari sutradara?
5. Bagaimana kedudukan dari sutradara?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah timbulnya sutradara
2. Menjelaskan pengertian dari sutradara
3. Menjelaskan tugas-tugas dari sutradara
4. Untuk mengetahui peran dari sutradara
5. Untuk mengetahui kedudukan sebagai sutradara
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
perkembangan kedudukan sutradara, beberapa kejadian penting dapat
dicatat, yaitu sebagai berikut.
B. PENGERTIAN SUTRADARA
Mungkin untuk sebagian orang pengertia sutradara sangatlah simple,
yaitu sebagai seorang yang membuat film. Sutradara juga adalah orang
yang pertama kali disebutkan bila film itu bagus atau tidak. Ada beberapa
pengertian sutradara diantaranya:
C. Tugas Sutradara
Menurut Fran K. Whitting tugas utama dari seorang sutradara, yaitu:
merencanakan produksi pementasan, memimpin latihan aktor, dan aktris.
Dalam hal ini, sutradara bertindak sebagai artis, guru dan eksekutif.
6
1. Merencanakan Produksi
Sutradara haruslah mampu menangkap pesan dan tema naskah
tersebut, nada dan suasana drama secara menyeluruh juga harus
dipahami. Untuk menjadi seorang sutradara, seorang harus
mempersiapkan diri melalui latihan yang cukup serius, memahami
akting dan memahami cara melatih akting dan memahami seluk beluk
perwatakan sebagai dimensi dalam diri seorang peran. Untuk
memimpin pementasan drama besar, sebaiknya seorang calon
sutradara mulai dengan berlatih memimpin drama yang sederhana,
dengan latar belakang waktu masa kini yang tidak membutuhkan
berbagai persiapan rumit.
Mempersiapkan calon aktor secara seksama dapat dilakukan
sebelum casting ditentukan, sutradara harus mempertimbangkan
secara masak dan dewasa, dari berbagai segi tentang penunjukkan
aktor atau aktris.
Di samping menyesuaikan dengan karakternya, baik secara
psikologis, sosiologis maupun fisiologis, maka faktor kecerdasan,
kemudian latihan dan faktor kepribadian calon pemimpin harus
mendapat perhatian.
Untuk suatu naskah tertentu, sutradara dengan kondisi pemain
yang dipilih, dapat memperkirakan beberapa kali latihan yang
dibutuhkan. Dengan demikian,dapat dibuat time-schedule yang
terperinci. Jika waktu pementasan sudah ditentukan, maka time-
schedule ini dapat lebih bersifat pasti.
2. Memimpin Latihan
Periode latihan dapat dibagi menjadi empat periode besar, yaitu:
1) Latihan pembacaan teks drama (reading)
2) Latihan blocking (pengelompokkan)
3) Latihan action atau latihan kerja teater.
4) Pengulangan dan pelancaran terhadap semua yang telah,
dilatih
Latihan untuk aktor ini, berhubungan dengan pembinaan akting,
blocking, crossing pemain, penyesuaian dengan teknis pentas,
pemyesuaian dengan teknis pentas, dengan musik, sound system.
Pembinaan aktor juga menyangkut teknik muncul, teknik menekankan isi.
Teknik progresi dan teknik membina puncak.
WS Rendra mengemukakan, ada sebelas langkah dalam
menciptakan peran, yaitu:
1) Mengumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh
sang peran dalam drama itu.
7
2) Mengumpulkan sifat-sifat watak sang peran, kemudian dicoba
dihubungkan dengan tindakan-tindakan pokok yang harus
dikerjakannya, kemudian ditinjau, manakah yang harus ditonjolkan
sebagai alasan untuk tindakan tersebut.
3) Mencari dalam naskah, pada bagian mana sifat-sifat pemeran itu
harus ditonjolkan.
4) Mencari dalam naskah, ucapan-ucapan yang hanya memiliki makna
tersirat untuk diberi tekanan lebih jelas, hingga maknanya lebih
tersembul keluar.
5) Menciptakan gerakan-gerakan air muka, sikap, dan langkah yang
dapat mengekspresikan watak tersebut di atas.
6) Menciptakan timing atau aturan ketepatan waktu yang sempurna, agar
gerakan-gerakan dan air muka sesuai dengan ucapan yang
dinyatakan.
7) Memperhitungkan teknik, yaitu penonjolan terhadap ucapan serta
penekanannya, pada watak-watak sanga peran itu
8) Merancang garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga
gambaran tiap perincian watak-watak itu, diasjikan dalam tangga
menuju puncak, dan tindakan yang terkuat dihubungkan dengan
watak yang terkuat pula.
9) Mengusahakanagar perencanaan tersebut tidak berbenturan dengan
rencana (konsep) penyutradaraan.
10) Menetapkan bussiness dan blocking yang sudah ditetapkan bagi sang
peran dan diusahakan dihapaagar menjadi kebiasaan oleh sang
peran.
11) Menghayati dan menghidupkan peran dengan imajnasi dengan jalan
pemusatan perhatian pada pikiran dan perasaan peran yang
dibawakan.
Sebelum membahas lebih jauh tentang tugas-tugasnya, maka
sutradara harus mengerti hal-hal yang berhubungan dengan
pementasannya, misalnya:
a) Arti pementasan dan mengapa kontruksi pementassan harus disusun
rapi.
b) Mengerti sikap karakter dan juga peranannya di dalam pementasan.
c) Mengerti bagaimana scene yang dibutuhkan, kostum, dan peralatan
lampu yang sesuai.
d) Mengerti latar belakang pengarang naskah, periode pementasan,
gambaran lingkungan dan juga gambarab audience yang akan
menyaksikan.
e) Mampu menyadar kata dan ungkapan yang usang, sehingga dipahami
penonton.
8
f) Mampu menghadirkan lakon sesuai dengan waktu dan tempat
pementasan, sehingga suasana hakiki dapat dihayati.
g) Mampu menghadirkan image visual atau image kunci dengan dekorasi
yang menggambarkan suasana yang sesuai.
1. Rumus 5-C
Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain dalam
sebuah produksi, ada baiknya sutradara memiliki kepekaan terhadap
Rumus 5 –C, yakni close up (pengambilan jarak dekat), camera angle
(sudut pengambilan kamera), composition (komposisi), cutting
(pergantian gambar), dan continuity (persambungan gambar-gambar)
(Hartoko 1997: 17). Kelima unsur ini harus diperhatikan oleh sutradara
berkaitan dengan tugasnya nanti di lapangan.
(a) Close UP
Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum
produksi (shooting d I lapangan) harus mempelajari dahulu
skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting script, yakni
keterangan rinci mengenai shot-shot yang harus dijalankan juru
kamera. Terhadap unsur close up, dia harus betul-betul
memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokohnya.
Gejolak emosi, peradaban gundah sering harus diwakili dalam
shot-shot close up. Bagi seorang kritikus film, sering unsur menjadi
poin tersendiri ketika menilai sebuah film. Untuk itu, unsur ini harus
menjadi perhatian sutradara.
(c) Composition
Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang
gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan dalam
pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi yang akan
memberikan makna keindahan terhadap suatu film. Pandangan
10
mata penonton sering harus dituntun oleh komposisi gambar yang
menarik. Tidak jarang para peresensi film memberikan penilaian
terhadap unsur ini karena unsur inilah yang akan menjadi
pertaruhan mata penontonnya. Jika aspek ini diabaikan, jangan
harap penonton akan menilai film ini indah dan enak ditonton.
Seorang sutradara harus mampu mengendalikan aspek ini kepada
juru kamera agar tetap menjadi komposisi secara proporsional
berdasarkan asas komposisi.
(d) Cutting
Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke scene
lainnya. Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi yang berkaitan
dengan unsur penceritaan dalam urutan gambar-gambar.
Sutradara harus mampu memainkan imajinasinya ketika
menangani proses shooting. Imajinasi yang berjalan tentunya
bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit dan
ditayangkan di monitor.
(e) Continuity
Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalah
continuity, yakni unsure persambungan gambar-gambar. Sejak
awal, sutradara bisa memproyeksikan pengadegan dari satu scene
ke scene lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan
materi cerita. Sering penonton merasa film yang ditontonnya loncat
ke sana atau ke mari tidak karuan sehingga membuat bingung.
Terhadap kasus ini karena sutradara tidak mampu memperhatikan
aspek kontinuitas dari film yang digarapnya.
(a) Sikap/Pose
Jika anda mengarahkan para pemain dalam film yang anda
buat, hal pertama yang menjadi arahan adalah sikap/pose
(posture) pemainnya. Ini sangat erat kaitannya dengan
penampilan pemain di depan kamera. Dengan monitor yang
11
tersedia, sutradara harus mampu memperhatikan pose
pemainnya secara wajar dan memenuhi kaidah dramaturgi.
Sebelum pose sesuai dengan tuntutan skenario usahakan
sutradara jangan putus asa terus mencoba. Apalagi untuk
kalangan indie yang cenderung pemainnya masih baru atau
belum pernah main sama sekali (tetapi gratis).
12
pemain yang mencoba menawar kepada sutradara sehubungan
dengan akting yang harus dijalankan. Tidak semua sutradara mau
meluluskan keinginan kemauan pemain, tetapi juga tidak semua
pemain mau meluluskan kemauan sutradara.
Pada kondisi seperti ini tinggal dua pilihan, pemain diganti
atau mengganti adegan. Mengapa casting dalam kegiatan
produksi film cukup lama karena karena persoalan tersebut? Saat
film Boy’s Don’t Cry diproduksi, dilakukan casting yang memakan
waktu bertahun-tahun. Hal ini dilakukan agar siapa pun yang
menjadi pemain film tersebut sesuai dengan keinginan sutradara
dan tuntutan skenario.
E. Kedudukan sutradara
Sutradara berdiri di tengah-tengah segitiga, bertindak sebagai pusat
kesatuan kekuatan, juga sebagai coordinator bagi prestasi-prestasi kreatif
13
aktor dan patra teknisi. Akhirnya sutradara harus menjadi seorang
seniman yang berarti.
2. Menentukan Casting
Macam-macam casting :
1) Casting by ability : berdasarkan kecakapan, yang terpandai dan
terbaik dipilih untuk peran yang penting/utama dan sukar.
2) Casting to type : pemilihan yang bertentangan dengan watak
atau fisik si pemain.
3) Antitype casting : pemilihan yang bertentangan dengan watak
atau fisik si pemain.
4) Casting to emotional temperament : memilih seseorang
berdasarkan hasil observasi hidup pribadinya.
5) Therapeutic-casting : menetukan seorang pelaku bertentangan
dengan watak aslinya dengan maksud menyembuhkan atau
mengurangi ketak seimbangan jiwanya.
3. Tata dan Teknik Pentas
Segala yang menyangkut soal tata pakaian, tata rias, dekor, tata
sinar. Semua itu harus disesuaikan dengan nada dasar. Tata dan
teknik pentas ialah segala masalah yang tidak termasuk cerita,
naskah dan acting.
14
b. Pembagian tempat kedudukan pelaku
c. Variasi saat masuk dan keluar
d. Variasi penempatan perabot (mebel)
e. Variasi posisi dua pemain yang berhadap-hadapan
f. Komposisi dengan menggunakan garis dalampenempatan
pelaku
g. Ekspresi kontras dalam warna pakaian
h. Efek tata sinar
i. Memperhatikan ruang sekeliling pemain
j. Menguatkan/meluangkan kedudukan peranan
k. Memperhatikan latar belakang
l. Keseimbangan dalam komposisi
m. Dekorasi
15
2. Yang tidak diciptakan oleh pemain secara individual, tetapi
ditentukan oleh sutradara (aliran Gordon Craig).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab pada hasil karya
berupa pertunjukan atau audio visual yang mengandung visi misi yang
ingin secara teknik atau artistik melalui media yang dianggap bermanfaat
secara positif bagi khalayak banyak ataupun bagi dirinya sendiri.
Dengan menguasai Rumus 5 C dan Visual Element secara baik dan
benar bisa dipastikan seorang sutradara akan mampu membuat film
menjadi tontonan menarik dan munculnya situasi komunikatif antara
tontonan dan penonton. Di sinilah alasan mengapa sebuah film dianggap
sebagai produk komunikasi massa periodik.
B. Saran
Makalah yang kami buat tidak luput dari kesalahan, daripada itu kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://text-id.123dok.com/document/wq2o2nopz-sutradara-dan-
penyutradaraan-proses-kreatif-penulisan-dan-pemanggunga.html
http://fhenirahmayani.blogspot.com/2014/03/sutradara.html?m=1
17