Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS MEDAN MAKNA DAN KOMPONEN

MAKNA

Dosen Pengampu: MHD. Riswan Affandi Nasution, M.Pd

Disusun oleh:
Eva Juliana (1902060034)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS AL WASHLIYAH MEDAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alla atas limpahan rahmat
serta karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini hingga
selesai.
Pada kesempatan ini, Penulis berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil
yang terbaik. Seiring itu pula, Pemakalah tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak
MHD Riswan Affandi Nasution, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Semantik,
Semester 4; yang telah terlibat dalam proses pembuatan makalah ini.
Karena kurangnya pengalaman serta keterbatasan pengetahuan, Penulis yakin dalam
makalah ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Maka dari
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat Penulis harapkan sebagai masukan agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu Pemakalah dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Aamiin.

Sei Rampah, 29 Mei 2021


Penulis,

(EVA JULIANA)
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………............………………..
KATA PENGANTAR ………………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………..……...
BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………
1. Latar …………………………………..............
Belakang
2. Perumusan Masalah …………..……………………….
3. Tujuan ………………………...……......
BAB II
PEMBAHASAN .......……………………………….
………....
2.1 Medan Makna ……………………...
2.1.1 Contoh Analisis Medan Makna ...................................
2.2 Teori Analisis Komponen ...................................
Makna
2.2.1 Langkah Analisis Komponen ...................................
Makna
...................................
2.2.2 Hambatan Komponen Makna
...................................
2.3 Prosedur Komponen Makna
BAB III
PENUTUP ………………………………...
……………............
A. Kesimpulan ……………………………………….......
......
B. Saran …………..........………………………….
…………
DAFTAR PUSTAKA …………………….………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) semantik adalah (1) ilmu tata makna
kata dan kalimat; pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata; (2) bagian
struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna atau wicara.
Semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda
yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya
terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna kata,
perkembangannya dan perubahannya. Secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa
Yunani sema kata benda yang berarti memberikan tanda atau lambang, dan kata kerjanya
adalah semaino yang berarti menandai atau melambangkan, Tarigan (1985: 7-8).
Medan makna adalah makna suatu leksem yang memiliki keterkaitan dengan kata yang
lain sehingga dapat membentuk relasi makna dalam suatu medan (Pateda, 2010:260). Selain
itu, medan makna merupakan sekelompok kata yang maknanya saling terjalin (Pateda,
2010:257). Hal tersebut disampaikan oleh Nida, medan makna dengan ranah makna (semantic
domain), “a semantic domain consits essentially of group of meanings (by no means restricted
in single words) which share certain semantic components” (1975:174), ‘medan makna berisi
suatu grup makna yang terbagi dalam komponen makna yang pasti’.
Medan makna dapat diuraikan dengan analisis komponensial. Nida (1975) membagi
komponen makna menjadi tiga, yaitu komponen bersama (common component), yaitu
komponen makna yang secara bersama dimiliki oleh leksem-leksem yang termasuk dalam
medan leksikal atau ranah makna tertentu.
Komponen diagnostik (diagnostic component), yaitu komponen makna yang berperan atau
berfungsi membedakan makna antar leksem yang termasuk dalam medan tersebut, dan
Komponen suplemen (pelengkap) (suplement componen), yaitu komponen makna yang
bersifat tambahan yang barangkali dapat lebih menjelasakan lebih lanjut perbedaan
antarleksem tersebut. Lebih lanjut, Subroto (2011:103) memberikan satu jenis komponen
makna lain yang dinamakan komponen makna unik.
Menurut Cruse (1986:17), bahwa mengidentifikasi komponen makna beserta relasi makna,
digunakan analisis komponensial dan pengujian memakai kalimat diagnostik dengan unsur
tetapi (but-test). Dalam analisis komponen makna, diperlukan notasi semantik untuk menandai
reaksi semantik setiap komponen makna leksem yang analisis. Notasi semantik itu menurut
Wedhawati (dalam Subroto, 2011:106):
a. (+) yang menandai bahwa komponen itu ada dan berfungsi membentuk leksem- leksem
dalam suatu medan;
b. (-) yang menunjukkan bahwa komponen itu tidak ada atau tidak berfungsi;
c. (+/-) yang menandai komponen itu tidak ada atau berfungsi dapat pula tidak ada;
d. (o) yang menandai komponen itu tidak berfungsi pada tataran sistem namun barangkali
berfungsi pada tatatran ujaran; dan
e. (*) menandai adanya penolakan komponen itu baik pada tataran sistem maupun pada tataran
ujaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan medan makna dalam semantik?
2. Apa yang dimaksud dengan komponen makna semantik dan teorinya?
3. Bagaimana contoh dari medan makna?
4. Bagaimana langkah analisis komponen makna?
5. Mengapa prosedur analisis komponen makna harus ada?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu medan makna dan komponen makna
2. Untuk memngetahui contoh-contoh dari medan makna semantik dan komponen makna
semantik
3. Untuk mengetahui teori komponen medan makna dan semantik, serta
4. Langkah dalam mnganalisis komponen makna semantik
BAB II

MEDAN MAKNA DAN KOMPONEN MAKNA

2.1 Medan Makna


Menurut Pateda (2010: 257) medan makna merupakan seperangkat makna yang
mempunyai komponen umum yang sama atau saling terjalin.
Medan makna menurut Kamus Linguistik (1997) merupakan kumpulan butir leksikel
yang maknanya saling berhubung kait disebabkan kehadiran masing-masing dalam konteks
yang serupa. Untuk menggambarkan hubungan sesuatu butir leksikel, kata atau antarkata
melalui satumedan makna yang dikongsi oleh kata yang lain dalam suatu bidang tertentu
dapatdiungkapkan melalui komponen makna yang terdapat dalam kata-kata dalam suatu bidang
tertentu.
Kridalaksana (1993) menyatakan bahwa medan makna (semantic field, semantic
domain) adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang
kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat
unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Kata-kata atau leksem-leksem dalam setiap bahasa
dapat dikelompokkan atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kesamaan ciri semantik
yang dimiliki kata-kata itu. Umpamanya, kata-kata kuning, merah, hijau, biru, dan ungu berada
dalam satu kelompok, yaitu kelompok warna.
Berdasarkan maknanya masing-masing leksem yang tercatat sebagai data penelitian
dipisah-pisahkan menjadi beberapa kelompok leksem yang masing-masing membentuk sebuah
medan makna. Pada dasarnya medan makna itu terdiri atas seperangkat makna yang
mempunyai komponen umum yang sama atau saling terjalin, Pateda (2010: 257).
Sebagai contoh bahwa leksem ayah, ibu, anak dan paman berada dalam satu medan
makna berdasarkan makna umum yang dimiliki bersama, yaitu ‘manusia’ dan ‘pertalian
keluarga’. Walaupun demikian ada ciri semantik tertentu yang membedakan keempat leksem
tersebut. Hubungan antara leksem ayah, ibu, anak dan paman yang berada dalam satu medan
makna berdasarkan makna umum yang dimiliki bersama, yaitu ‘manusia’ dan ‘pertalian
keluarga’, tetap dapat dijadikan pegangan untuk membedakan nuansa makna keempat leksem
itu, dengan menambahkan ciri semantik yang lain yang dimiliki oleh masing- masing leksem,
yang dalam bentuk matriks dapat digambarkan sebagai berikut:
Leksem Ayah Ibu Anak Paman

Ciri semantik
Manusia + + + +
Laki-laki + - + +
Perempuan - + + -

Keterangan:
Tanda + : mempunyai ciri semantik Tanda - : tidak mempunyai ciri semantik.

2.1.1 Contoh Analisis Medan Makna


Rasa pada Tubuh
Rasa Nyaman pada Tubuh
(062) aleissanyawa : berasa sehat; sembuh dari sakit
(76) suggar : segar
Leksem pengungkap rasa nyaman pada tubuh dalam bahasa Bajo digabungkan
dalam satu analisis lokasi dengan Ø leksem superordinat. Secara skematis digambarkan
sebagai berikut:
Ø leksem Rasa Nyaman pada Tubuh

aleissanyawa suggar
‘berasa sehat; sembuh dari sakit’ ‘segar’
 Leksem aleissanyawa ‘berasa sehat; sembuh dari sakit’
Leksem aleissanyawa mempunyai makna ‘sehat; sembuh dari sakit’. Berdasarkan
maknanya, leksem aleissanyawa memiliki komponen makna rasa sehat, sembuh, dan
tidak sakit.
 Leksem suggar ‘segar’
Leksem suggar mempunyai makna ‘segar’. Berdasarkan maknanya, leksem
suggar memiliki komponen makna rasa nyaman, ringan, dan segar.
2.2 Teori Analisis Komponen Makna
Komponen makna (semantic feature) adalah satu atau beberapa unsur makna yang
bersama-sama membentuk makna kata atau ujaran (Kridalaksana, dalam Sudaryat,
2011:55). Menurut Chaer (1995:114) komponen makna atau komponen semantik (semantic
feature. Semantic property, atau semantic market) mengajarkan bahwa setiap kata atau
unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama menbentuk makna
kata atau unsur leksikal tersebut. Misalnya, unsur-unsur [+insan], [+muda], [+jantan], [-
kawin] adalah komponen dari kata jejaka. Jika dibandingkan, perbedaan kata jejaka dangan
perawan akan tampak pada bagan di bawah ini.
No Komponen makna Jejaka Perawan
1. Insan + +
2. Muda + +
3. Jantan + -
4. Kawin - -

Perbedaan makna antara kata jejaka dengan perawan hanyalah pada ciri makna atau
komponen makna saja. Jejaka mempunyai makna ‘jantan’ sedangkan perawan tidak
mempunyai makna ‘jantan’.
Makna satuan bahasa diketahui dari komponen-komponennya meskipun tidak
selamanya komunikasi dimulai dengan menganalisis makna terlebih dahulu. Ada beberapa
indikator kemanpuan pemahaman makna, yaitu:
(1) dapat menjelaskan makna yang dimaksud penyapa;
(2) dapat bertindak seperti yang diharapkan penyapa;
(3) dapat menggunakan kata dalam kalimat sesuai dengan makna dan fungsinya;
(4) dapat menyebutkan sinonimi atau antonimi suatu kata jika ada;
(5) dapat mereaksi dalam wujud gerakan motoris atau afektif jika mendengar leksem
yang mengharukan; dan
(6) dapat membetulkan penyapa jika menggunakan leksem yang tidak tepat atau tidak
sesuai dengan makna dan pemakaian (Sudaryat, 2011:56).
2.2.1 Langkah Analisis Komponen Makna
Menganalisis komponen makna memerlukan langkah-langkah tertentu. Nida
(dalam Sudaryat, 2011:57) mengatakan enam langkah untuk menganalisis
komponen makna sebagai berikut:
1) Menyeleksi sementara makna yang muncul dari sejumlah komponen yang
umum dengan pengertian makna yang dipilih masih berada di dalam makna
tersebut. Misalnya, dalam kriteria marah terdapat leksem ‘mendongkol’,
‘menggerutu’, ‘mencacimaki’ dan ‘mengoceh’;
2) Mendaftarkan semua ciri spesifik yang dimiliki oleh rujukan. Misalnya,
untuk kata ayah terdapat ciri spesifik antara lain: [+insan], [+jantan],
[+kawin] dan [anak];
3) Menentukan komponen yang dapat digunakan untuk kata yang lain.
Misalnya, ciri ‘kelamin perempuan’ dapat digunakan untuk kata ibu, adik
perempuan, bibi, dan nenek;
4) Menentukan komponen diagnostik yang dapat digunakan untuk setiap kata.
Misalnya, untuk kata ayah terdapat komponen diagnostik ‘jantan’, ‘satu
turunan atas ego’;
5) Mengecek data yang dilakukan pada langkah pertama;
6) Mendeskripsikan komponen diagnostiknya, misalnya dalam bentuk
maktriks.
2.2.2 Hambatan Analisis Komponen Makna
Dalam menganalisis komponen makna, terdapat beberapa kesulitan atau
hambatan sebagai berikut:
1) lambang yang di dengar atau dibaca tidak diikuti dengan unsur-unsur
ekstra lingusitik;
2) tiap kata atau leksem berbeda pengertiaannya untuk setiap disiplin ilmu.
Kata seperti ini disebut istilah;
3) tiap kata atau leksem memiliki pemakaian yang berbeda-beda;
4) leksem yang bersifat abstrak sulit untuk dideskripsikan. Misalnya,:
liberal, sistem;
5) kata yang bersifat deiksis umum sulit untuk dideskripsikan. Misalnya: ini,
itu, dan, di;
6) leksem-leksem yang bersifat umum sulit untuk dideskripsikan. Misalnya:
binatang, burung, ikan, manusia.
2.3 Prosedur Analisis Komponen Makna
Nida (dalam Sudaryat, 2011:58) mengatakan empat teknik dalam menganalisis
komponen makna yakni penamaan, parafrasis, pendifinisian, dan pengklasifikasian.
a). Penamaan (Penyebutan)
Proses penamaan berkaitan dengan acuannya. Penamaan bersifat konvensional
dan arbitrer. Konvensional berdasarkan kebiasaan masyarkat pemakainya sedangkan
arbitrer berdasarkan kemauan masyarakatnya. Misalnya, leksem rumah mengacu ke
‘benda yang meratap, berdinding, berpintu, berjendela, dan biasa digunakan manusia
untuk beristirahat.
Ada beberapa cara dalam proses penamaan, antara lain:
1) peniruan bunyi (onomatope) muncul jika kata atau ungkapan merupakan bunyi
dari benda yang diacunya. Misalnya, kata cecak muncul karena ada binatang
sejenis reptil kecil yang melata di dinding mengeluarkan bunyi “cak,cak,cak”;
2) penyebutan bagian (pars pro toto) adalah penamaan suatu benda dengan cara
menyebutkan bagian dari suatu benda padahal yang dimaksud keseluruhannya.
Misalnya, kata kepala dalam kalimat setiap kepala menerima bantuan uang. Artinya
bukanlah dalam arti “kepala” itu saja melainkan seluruh orangnya sebagai suatu
keutuhan;
3) penyebutan sifat khas yakni penamaan suatu benda berdasarkan sifat yang khas yang
ada pada benda itu. Misalnya, ungkapan si Jangkung muncul berdasarkan keadaan
tubuhnya yang jangkung;
4) penyebutan apelativa adalah penamaan suatu benda berdasarkan nama penemu, nama
pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah. Misalnya, Volt adalah nama
satuan kekuatan listrik yang diturunkan dari nama penemunya Volta (1745-1787)
seorang sarjana fisika bangsa Italia;
Berikut contoh analisis komponen makna dilengkapi dengan perbedaan
maknanya.
a. Klasifikasi berdasarkan anggota tubuh yang digunakan yaitu “tangan”

No Pembeda norkop nempèlèng Sèntem


1. Tangan + + -
2. Telapak tangan - + -
3. Keras + + +
4. Menggepal + - -
5. Kepala + + +
6. Pipi - + -
7. Siku tangan - - +
8. Sakit + + +

Contoh tersebut dapat dibaca sebagai berikut.


Kata norkop merupakan aktivitas tangan, cara memukulnya dengan keras, tetapi tangan
yang digunakan memukul tersebut dalam keadaan terkepal, objek yang dikenai pukulan
merupakan kepala, sehingga kepala terasa sakit akibat ditorkop. Kata nempèlèng berkomponen
kata aktivitas tangan, menggunakan telapak tangan kemudian memukulnya dengan sangat
keras, sedangkan objeknya adalah kepala bagian pipi sehingga objek yang dikenai tampèlèng
terasa sakit bahkan bengkak. Selanjutnya, kata sèntem merupakan bagian dari kata memukul
yang berarti memukul dengan keras. Objek kata tersebut adalah kepala, memukulnya
menggunakan siku tangan dan objek akan merasakan sakit di bagian kepala.

b). Parafrasis
Parafrasis merupakan deskripsi lain dari suatu leksem. Misalnya:
1) paman dapat diparafrasiskan menjadi;
(1) Adik laki-laki ayah
(2) Adik laki-laki ibu
2) berjalan dapat dihubungkan dengan;
(a) berdarmawisata
c). Pengklasifikasian
Pengklasifikasian adalah cara memberikan pengertian pada suatu kata dengan cara
penghubungkan kata yang satu dengan kata yang lain. Klasifikasi atau toksomoni merupakan
suatu proses yang bersifat alamiah untuk menampilkan pengelompokan sesuai dengan
pengalaman manusia. Klasifikasi selalu berhubungan dengan kelas atau kelompok.
Jika kita mengklasifikasi, kita harus mengikuti prinsip-prinsip, antara lain:
1) menetapkan suatu prinsip yang jelas;

2) logis dan konsisten;

3) bersifat lengkap; dan


4) mempergunakan bagian-bagian yang selektif.
Klasifikasi dibedakan atas klasifikasi dikotomis dan klasifikasi kompleks. Klasifikasi
dikotomis bersifat sederhana karena klasifikasi ini hanya terdiri atas dua anggota kelas dan
subkelas saja. Misalnya: manusia terdiri atas laki-laki dan wanita. Klasifikasi kompleks adalah
klasifikasi yang memiliki lebih dari dua subkelas. Misalnya: Alat transpor dibedakan atas
transpor darat, laut, dan udara. Transpor darat dapat dibedakan atas transpor yang
menggunakan mesin, tenaga binatang, dan tenaga manusia.

d). Pendefinisian
Pendefinisian adalah suatu proses memberi pengertian pada sebuah kata dengan
menyampaikan seperangkat ciri pada kata tersebut supaya dapat dibedakan dari kata-kata
lainnya sehingga dapat ditempatkan dengan teapat dan sesuai dengan konteks. Definisi
merupakan suatu pernyataan tentang acuan; suatu kata atau frasa yang mengungkapkan makna,
keterangan, atau ciri esensial dari acuan, keadaan, proses, dan aktivitas. Ada tiga hal penting
dalam kegiatan mendefinisi, yakni: (1) mendifinisikan kata secara alamiah, (2)
mendefinisikan kalimat secara alamiah, dan (3) menjelaskan proses
komunikasi(Kempsom dalam Sudaryat, 2011: 62).
Dalam mendefinisikan sesuatu , ada beberapa syarat-syarat yang harus diperhatikan
antara lain:
1) definisi tidak boleh kurang dari konotasi istilah;
2) definisi tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang samar;
3) definisi tidak boleh diberi istilah atau sinoniminya; dan
4) definisi tidak boleh dinyatakan dalam bentuk negatif jika masi ada bentuk
positifnya.
Menurut Keraf (dalam Sudaryat, 2011:62) berdasarkan sifat dan strukturnya
membedakan tiga jenis definisi, yakni: definisi nominal, definisi logis, dan definisi luas.
Definisi nominal dan logis berbentuk kalimat sedangkan definisi luas berbentuk paragraf.
Definisi nominal adalah definisi yang berupa kata yang paling mirip nilainya dengan kata yang
dibatasi. Definisi nominal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berikut ini:
(1) definisi sinonimis, misalnya;
tenaga ; kekuatan, daya, pekerja, pegawai.
(2) definisi antonimis, misalnya;
kecil : kurang besar
(3) definisi leksikal ialah definisi yang dipakai dalam kamus, misalnya;
monolit : bongkahan batu besaryang berbentuk pilar atau tugu.
(4) definisi etimologis ialah definisi yang mengikuti jejak kata atau asal-usul kata,
misalnya;
Antonimi berasal dari bahasa Yunani anti=’lawan’ dan anoma ‘nama’ .
secara harfiah. Antonim berarti lawan nama atau lawan kata;
(5) definisi komparatif ialah definisi yang dibuat berdasarkan perbandingan antara
dua objek atau lebih, misalnya;
Teddy bear adalah sesuatu yang menyerupai koala tetapi ia hanyalah boneka.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Medan makna (semantic domain, semantic field) atau medan leksikal adalah
seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan
bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Menurut Pateda
(2010: 257) medan makna merupakan seperangkat makna yang mempunyai komponen
umum yang sama atau saling terjalin.
Berdasarkan maknanya masing-masing leksem yang tercatat sebagai data penelitian
dipisah-pisahkan menjadi beberapa kelompok leksem yang masing-masing membentuk
sebuah medan makna. Pada dasarnya medan makna itu terdiri atas seperangkat makna yang
mempunyai komponen umum yang sama atau saling terjalin, Pateda (2010: 257)
Dewasa ini, pendefinisian kamus masih ditemukan ketumpangtindihan, sedangkan setiap
leksem memiliki komponen yang dapat membedakan satu leksem dengan leksem lainnya.
Selain itu, ditemukan leksem tertentu yang memiliki ciri khas yang hanya dimiliki oleh
leksem tersebut.
Komponen makna (semantic feature) adalah satu atau beberapa unsur makna yang
bersama-sama membentuk makna kata atau ujaran (Kridalaksana, dalam Sudaryat,
2011:55). Menurut Chaer (1995:114) komponen makna atau komponen semantik (semantic
feature. Semantic property, atau semantic market) mengajarkan bahwa setiap kata atau
unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama menbentuk makna
kata atau unsur leksikal tersebut.
(1) Leksem-leksem yang mengandung medan makna rasa dalam bahasa Bajo tidak selalu
diungkap dengan sebuah leksem, atau dalam hal ini diungkapkan dengan leksem Ø.
Dan, leksem-leksem Ø ini, cenderung mengisi posisi atau lokasi yang menjadi
superordinat dan subordinat.
(2) Pengklasifiksian leksem-leksem pengungkap rasa dalam bahasa Bajo, didasari ciri
semantik yang menjadi komponen pada masing-masing leksem. Sekelompok leksem
dapat membentuk sebuah medan makna jika memiliki ciri semantik umum yang sama.
B. Saran
Melalui makalah ini diharapkan konsep pemaknaan kata dalam bahasa daerah bisa
teridentifikasi dengan baik.
.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti E.P, 2018. Medan Makna Nomina Berkomponen Makna (+Senjata +Tajam +Pisau *Besar
*Panjang *Lengkung) Dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Nuansa Indonesia.
Nurhiba, 2020. Medan Makna dan Komponen Makna.
https://nurhibatullah.blogspot.com/2015/12/medan-makna-dan-komponen makna.html#.
Diakses pada Tanggal 29 Mei 2021.
Asmani Nur, 2016. Medan Makna Rasa Dalam Bahasa Bajo. Jurnal Bastara

Anda mungkin juga menyukai