KELOMPOK 1
Dalam kesempatan ini kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan
sangat jauh dari sempurna.Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi sempurnanya pembahasan ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa
memberikan manfaat bagi kita semua.Semoga Tuhan yang maha Esa mencurahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
3.1 Simpulan.............................................................................................................10
3.2 Saran...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
(1) Orang tua ada yang setuju bahwa siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah karena
merela berpikir hal itu dapat memudahkan orang tua untuk dapat menghubungi anaknya.
(2) Ketika telepon seluler berdering ketika guru sedang mengajar di dalam kelas, meskipun
hanya mode getar, guru akan kehilangan beberapa saat kesempatan mengajar karena terganggu.
Hal itu akan merugikan seluruh kelas.
Referen atau pengacuan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan
lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau
2
mengikutinya. Satuan lingual yang acuannya berada di dalam teks wacana disebut
pengacuan endofora, sedangkan satuan lingual yang acuannya berada di luar teks wacana disebut
pengacuan eksofora. Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuannya dibedakan menjadi
dua yaitu
Pengacuan anaforis adalah jika satuan lingual mengacu pada satuan lingual lain yang
mendahuluinya, mengacu anteseden di sebelah kiri. Pengacuan anaforis adalah salah satu kohesi
gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang
mendahuluinya, atau mengacu anteseden di sebelah kiri, atau mengacu pada unsur yang telah
disebut terdahulu.
Pengacuan Kataforis adalah jika satuan lingual mengacu pada satuan lingual lain yang
mengikutinya, atau mengacu anteseden di sebelah kanan (Sumarlam 2003:23-24). Pengacuan
kataforis merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang
mengacu pada satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu anteseden di sebelah kanan,
atau mengacu pada unsur yang baru disebutkan kemudian.Satuan lingual tertentu yang mengacu
pada satuan lingual lain ini dapat berupa persona (kata ganti orang), demonstratif (kata ganti
penunjuk), dan komparatif (satuan yang berfungsi membandingkan antara unsur yang satu
dengan unsur lainnya).
Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan
lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau
mengikutinya (Sumarlam 2003:23). Berdasarkan tempatnya, apakah acuan itu berada di dalam
atau di luar teks, maka pengacuan dibedakan menjadi dua jenis: (1) pengacuan endofora apabila
acuannya (satuan lingual yang diacu) berada atau terdapat di dalam teks wacana itu, dan (2)
pengacuan eksofora apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana.
3
jenis kohesi gramatikal pengacuan tersebut diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu
pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif.
a) Pengacuan Persona
Pengacuan persona direalisasikan melalui pronomina persona (kata ganti orang), yang
meliputi persona pertama (persona 1), kedua (persona 2), dan ketiga (persona 3), baik tunggal
maupun jamak.Pronomina persona tunggal ada yang berupa bentuk bebas (morfem bebas) dan
ada pula yang terikat (morfem terikat).Selanjutnya ada yang berupa bentuk terikat ada yang
melekat di sebelah kiri (lekat kiri) dan ada yang melekat di sebelah kanan (lekat kanan).Berikut
klasifikasi pengacuan pronomina persona.
(1) Persona 1
b. Jamak: kami, kita
(2) Persona 2
(3) Persona 3
b. Jamak: mereka
Contoh kalimat:
Kami terpaksa menunda keberangkatan ke luar negeri.
Referensi personal, karena pada kata kami mengacu pada kata di luar teks.
b) Pengacuan Demonstratif
4
Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronomina demonstratif tempat (lokasional).
Pronomina demonstratif waktu ada yang mengacu pada waktu kini, lampau, akan datang, dan
netral. Pronomina demonstratif tempat atau lokasi yang dekat dengan pembicara, agak jauh
dengan pembicara, jauh dengan pembicara, dan menunjuk tempat secara eksplisit.Berikut
klasifikasi pronomina demonstratif.
Contoh :
Saya berbelanja di mal baru kemarin.Di sana lengkap tersedia barang keperluan sehari – hari.
Referensi demostratif, karena pada kata sana mengacu pada mal baru.
Pengacuan komparatif (perbandingan) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang
bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi
bentuk/wujud, sikap, sifat, perilaku, dan sebagainya.Kata-kata yang biasa digunakan untuk
membandingkan misalnya kaya, mirip, persis, meh padha, dan sebagainya.
Contoh:
Rio berusia lima tahu.Umur Dita sama dengan umur Rio.
Referensi komparatif, karena pada kata sama mengacu pada lima tahun.
5
Substitusi mengacu ke penggantian kata-kata dengan kata lain. Substitusi hampir sama
dengan referensi. Perbedaan antara keduanya adalah referensi merupakan hubungan makna
sedangkan substitusi merupakan hubungan leksikal atau gramatikal.Selain itu, substitusi dapat
berupa proverba, yaitu kata-kata yang digunakan untuk menunjukan tindakan, keadaan, hal, atau
isi bagian wacana yang sudah disebutkan sebelum atau sesudahnya juga dapat berupa substitusi
klausal. Substitusi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan
lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana untuk memperoleh unsur
pembeda (Sumarlam 2003:28)
a) Substitusi nominal
Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori nomina (kata
benda) dengan satuan lingual lain yang juga berkategori nomina.Misalnya kata derajat, tingkat
diganti dengan pangkat, kata gelar diganti dengan titel.Perhatikan contoh berikut.
Contoh:
b) Substitusi verbal
Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori verba (kata kerja)
dengan satuan lingual lainnya yang juga berkategori verba.Misalnya, kata mengarang digantikan
dengan kata berkarya, kata berusaha digantikan dengan kata berikhtiar, dan
sebagainya.Perhatikan contoh berikut.
c) Substitusi frasal
Substitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa
dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa.Misalnya pada contoh berikut.
Contoh: Maksud hati mau menengok orang tua. Mumpung hari Minggu, senyampang hari libur.
d) Substitusi klausal
Substitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa klausa atau
kalimat dengan satuan lingual lainnya yang berupa kata atau frasa.Perhatikan contoh tuturan
berikut ini.
6
Contoh: Indonesia kalah di final.Ya, saya dengar demikian. Subtitusi klausal, karena
kata demikian menggantikan klausa Indonesia kalah di final.
Elipsis adalah sesuatu yang tidak terucapkan dalam wacana, artinya tidak hadir dalam
komunikasi, tetapi dapat dipahami.Jadi pengertian tersebut tentunya didapat dari konteks
pembicaraan, terutama konteks tekstual.Sebagai pegangan, dapat dikatakan bahwa pengertian
elipsis terjadi bila sesuatu unsur yang secara struktural seharusnya hadir, tidak
ditampilkan.Sehingga terasa ada sesuatu yang tidak lengkap.
Budi seketika itu terbangun.Ø menutupi matanya karena silau, Ø mengusap muka dengan sapu
tangannya, lalu Ø bertanya, “Di mana ini?”
Pelesapan dapat dibagi menjdi pelesapan lokatif, pasientif, agentif, tindakan instrumental,
dan temporal.
a.Pelesapan lokatif terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa kata yang menunjukkan tempat.
b. Pelesapan pasientif terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa kata yang menunjukkan sasaran
atau objek.
c. Pelesapan agentif terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa pelaku atau subjek.
d. Pelesapan tindakan terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa tindakan, perbuatan atau
predikat.
e. Pelesapan instrumental terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa kata yang menunjukkan alat.
f. Pelesapan temporal terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa kata yang menunjukkan waktu.
7
Perhatikan bahwa dalam kalimat kedua contoh pertama tersebut, yang datang dari bahsa
lisan, mengikuti kuliah Analisis Wacana dilesapkan (dalam kurung siku , namun tetap
terpahami apa yang dilesapkan.Demikian pula dalam kalimat kedua yang datang dari bahasa
tulis,Widya dilesapkan dalam anak kalaimat karena telah dimunculkan dalam induk
kalimat.Pelesapan dengan cara yang demikian lebih memadukan dan mewajarkan kalimat.
Konjungsi (kata sambung) adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi sebagai
penyambung, perangkai atau penghubung antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa
dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan seterusnya.Konjungsi disebut juga sarana
perangkaian unsur-unsur kewacanaan.Konjungsi mudah dikenali karena keberadaannya terlihat
sebagai pemarkah formal. Beberapa jenis konjungsi antara lain adalah: a ) konjungsi adservatif
(namun, tetapi), b) konjungsi kausal (sebab, karena), c) konjungsi korelatif (apalagi, demikian
juga), d) konjungsi subordinatif (meskipun, kalau), dan e) konjungsi temporal (sebelumnya,
sesudahnya, lalu, kemudian).
a) Konjungsi koordinatif
Konjungsi koordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur sintaksis yang
memiliki status yang sama, baik unsur itu klausa, frasa, kata. Contohnya yaitu: dan, dengan,
serta, atau, kemudian, lantas, terus, adapun, dan lagi, tetapi, melainkan, padahal, dan sedangkan.
Contoh: Saya ingin memperdalam bidang saya di universitas luar negeri, tetapi kesempatan itu
belum ada. Konjungsi intrakalimat, yaitu tetapi.
b) Konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur sintaksis yang
berupa klausa yang tidak memiliki status yang sama. Jenis konjungsi subordinatif yaitu : penanda
hubungan waktu: (sejak, semenjak, sewaktu, ketika, sementara, begitu, seraya, selagi, selama,
sambi, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, hingga, sampai), penanda hubungan sebab
(sebab, karena itu, karena, oleh karena, oleh sebab), pengandaian: (andaikan, seandainya,
umpamanya, sekiranya), penanda hubungan syarat (jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila,
manakala), penanda hubungan tujuan: (agar, supaya, biar), penanda hubungan konsesif: biarpun,
8
meski(pun), walau(pun),sekali(pun), sungguh(pun), kendati(pun), penanda hubungan
pengandaian: (seakan-akan, seolah-olah, seperti, sebagai, laksana, laksana, ibarat), penanda
hubungan hasil: (sehingga, sampai (-sampai), maka(nya) penanda hubungan alat: (dengan,
tanpa), penanda hubungan cara: (dengan, tanpa), penanda hubungan komplementasi: (bahwa),
penanda hubungan atribut: (yang), penanda hubungan perbandingan: (sama…dengan, lebih…
dari(pada)….)
c) Konjungsi korelatif
Konjungsi korelatif yaitu konjungsi yang terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh
salah satu kata, frasa atau klausa yang dihubungkan.Konjungsi korelatif bertugas menandai
hubungan perlawanan dan hubungan pertingkatan. Contoh: .….. baik ….. maupun.…… tidak
hanya…..tetapi juga, bukan hanya.….. melainkan juga, demikian ….. sehingga.….., sedemikian
rupa sehingga, apa(kah)….atau……, entah…….entah, jangankan …….. pun
d) Konjungsi antarkalimat
Konjungsi ini bertugas menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.
Konjungsi ini secara bentuk berada bersama-sama dengan suatu kalimat, sehingga menjadi
bagian dari kalimat yang bersangkutan, akan tetapi secara maknawi juga terikat pada kalimat
yang lain (kalimat yang berada di depannya). Contoh: biarpun demikian, sekalipun demikian,
walaupun demikian, meskipun demikian, sungguhpun demikian, kemudian, sesudah itu, setelah
itu, selanjutnya, tambah pula, lagipula, selain itu, sebaliknya, sesungguhnya, malah(an), bahkan,
(akan) tetapi, namun, kecuali, dengan demikian, kendati demikian, oleh karena itu, oleh sebab
itu.
e) Konjungsi antarparagraf.
Konjungsi ini menghubungkan paragraf yang satu dengan paragraf yang lain.
Contoh: selain itu
BAB III
PENUTUP
9
3.1 SIMPULAN
Sebuah wacana pasti terikat oleh konteks.Tanpa konteks , yaitu hanya dengan bahasa,
tidak akan tercipta wancana yang dapat dipahami. Tanpa bahasa, tidak akan ada wancana.Ada
sesuatu yang menciptakan suatu wacana,yaitu adanya unsur – unsur bahasa yang saling merujuk
dan berkaitan secara senmatis. Kohesi tidak datang dengan sendirinya, tetapi diciptakan secara
formal oleh alat bahasa.Sarana kohesi gramatikal meliputi referen, substitusi, elipsis, dan
konjungsi.Sarana kohesi memiliki perannya masing-masing dalam memperjelas makna kalimat.
3.2 SARAN
Laporan tentang kohesi tulis ini, hanya dibahas tentang penggunaan penanda referensial
dalam membentuk keterkaitan atau keutuhan dalam penulisan kalimat, oleh karena itu,
disarankan bagi peneliti lain untuk mengkaji wacana tulis dari sudut pandang dan objek yang
berbeda.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Bambang. 2012. Dasar-dasar Kajian Wacana. Semarang: Pustaka Zaman.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode, & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
iv