Anda di halaman 1dari 123

1

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)


TERINTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM MENGUATKAN
KARAKTER RASA INGIN TAHU SISWA SMA

SKRIPSI

Oleh

Nur Rahma Reviani

10539 1389 15

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
TERINTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM MENGUATKAN
KARAKTER RASA INGIN TAHU SISWA SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memeperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Keguruan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Nur Rahma Reviani

10539 1389 15

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

i
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Even The Stars have their own way to shine”


Begitupun dengan kamu yang akan bersinar dengan caramu sendiri

-VI-

Dan ku persembahkan skripsi ini untuk


Kedua orang tauaku
dan
Diriku sendiri
Terima kasih telah bertahan sejauh ini
Terima kasih untuk tidak berhenti
Terima kasih karena tetap tertawa walau sulit
Terima kasih untuk diriku yang selalu kuat
Bahkan permata butuh di asah sebelum bernilai
Vi... you deserve this
All of Love

vi
ABSTRAK

Nur Rahma Reviani. 2020. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Luar Kelas
Terintegrasi Kearifan Lokal dalam Menguatkan Karakter Rasa Ingin Tahu Peserta
Didik SMA Negeri 1 Maros. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I: M.
Agus Martawijawa. dan Pembimbing II: Ma’ruf.

Penelitian ini merupakan penelitian R&D dengan model pengembangan ADDIE


yang bertujuan untuk menghasilkan produk lembar kerja peserta didik luar kelas
terintegrasi kearifan lokal untuk menguatkan rasa ingin tahu peserta didik SMA
Negeri 1 Maros. Subjek penelitian merupakan seorang peserta didik yang memiliki
hasil belajar fisika yang tinggi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah LKPD
terintegrasi kearifan lokal dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu yang terdiri
dari tiga dimensi pengetahuan yakni, faktual, konseptual dan prosedural. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa: LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal
dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu peserta didik layak digunakan sebagai
bahan ajar setelah melalui validasi dari tim ahli, dan dari persepsi guru serta peserta
didik, LKPD mendapat respon positif. Rasa ingin tahu peserta didik saat uji coba
LKPD mendapat rata-rata pada dimensi pengetahuan faktual 95,0% dengan
kategori sangat kuat, dimensi pengetahuan koseptual mencapai 49,4% dengan
kategori cukup, dan dimensi pengetahuan prosedural mencapai 63,3% dengan
kategori kuat. Keseluruhan rata-rata persentase yang diperoleh adalah 69,2%
dengan kategori kuat. Peningkatan rasa ingin tahu sebelum dan setelah penggunaan
LKPD sebesar 400%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa LKPD luar kelas
terintegrasi kearifan lokal mampu meningkatkan rasa ingin tahu.

Kata Kunci: LKPD, Kearifan Lokal, Rasa Ingin Tahu.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya

milik Allah SWT sang penentu segalanya, atas limpahan Rahmat, Taufik, dan

Hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Luar Kelas Terintegrasi

Kearifan Lokal dalam Menguatkan Karakter Rasa Ingin Tahu Peserta Didik

SMA Negeri 1 Maros”.

Tulisan ini diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah

Muhammad SAW sang revolusioner sejati sepanjang masa, juga kepada seluruh

ummat beliau yang tetap istiqamah di jalan-Nya dalam mengarungi bahtera

kehidupan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini takkan terwujud tanpa

adanya ulur tangan dari orang-orang yang telah digerakkan hatinya oleh Sang

Khalik untuk memberikan dukungan, bantuan, bimbingan baik secara langsung

maupun tidak langsung bagi penulis, oleh karena itu di samping rasa syukur

kehadirat Allah SWT, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

kepada pihak yang selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.

viii
Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih kepada kedua

orang tuaku tercinta, Ayahandaku Muh. Yusuf dan Ibundaku Tri Udayani atas

segala jerih payah, pengorbanan dalam mendidik, membimbing, dan mendo’akan

penulis dalam setiap langkah menjalani hidup selama ini hingga selesainya studi

(S1) penulis. Terima kasih juga untuk adiku Nur Hamzah Fajriadi atas semangat,

dukungan, perhatian, kebersamaan dan do’anya untuk penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis

mengalami hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,

akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Olehnya itu, penulis menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya dan setulusnya kepada

Ayahanda Dr. M. Agus Martawijaya, M.Pd., selaku pembimbing I dan Ayahanda

Ma’ruf, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan

waktunya dalam membimbing penulis, memberikan ide, arahan, saran dan

bijaksana dalam menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta memberikan

ilmu dan pengetahuan yang berharga baik dalam penelitian ini maupun selama

menempuh proses perkuliahan. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan,

kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang telah

dicurahkan kepada penulis selama ini.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.d., selaku Dekan

ix
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar,

Ibunda Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd., dan Bapak Ma’ruf, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua dan

Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makasar, Ayahanda dan Ibunda Dosen

Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar atas segala

ilmu dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak sekolah yang telah

mengizinkan penulis melakukan penelitian, kepada Bapak Takbir, S.Pd., M.Pd.,

selaku kepala SMA Negeri 1 Maros, Ibu Dra. Sumiati Maulana selaku guru, ucapan

terima kasih juga kepada responden dalam penelitian ini adinda Rafif Riskullah.

Semua sahabat-sahabatku Cynthia, Fatima Resky, Fitri Reski Astuti, Ekawati, Dewi

Sartika, Miptahul Jannah, Mirnawati, Isra Novianti, dan teman-teman

KINEMATIKA B terlebih ketua Asdar, terima kasih atas tawa yang telah kalian

lantunkan untuk penulis yang menjadi cambuk penyemangat, semoga semua

kenangan yang ada akan menjadi cerita indah dalam lembar kehidupan kita. Segala

apa yang telah terjadi dan dilalui semoga selalu teringat dan tidak akan pernah

terganti oleh kenangan baru. Keluarga tak sedarah ku di tanah perantauan terima

kasih, entah sejuta kalipun tak akan cukup untuk selalu kuhanturkan.

Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan bahwa tak ada manusia

yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis senantiasa

mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif sehingga penulis dapat berkarya

yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Dengan harapan dan do’a

x
penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah khasanah ilmu

khususnya di bidang pendidikan fisika.

Amin Yaa Rabbal Alamin.

Wassalam

Makassar, Februari 2020

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iv

SURAT PERJANJIAN ..................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
E. Batasan Istilah..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7

A. Kajian Pustaka .................................................................................... 7


1. Penelitian dan Pengembangan ....................................................... 7
2. Kurikulum 2013 ............................................................................. 7
3. Lembar Kerja Peserta Didik .......................................................... 10
4. Pendidikan Karakter ...................................................................... 13

xii
5. Rasa Ingin Tahu ............................................................................. 15
6. Kearifan Lokal Bugis Makassar .................................................... 22
7. Maulid Nabi ................................................................................... 24
B. Kerangka Berpikir .............................................................................. 27
C. Model Hipotetik.................................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 30

A. Jenis Penelitian ................................................................................... 30


B. Subjek Penelitian ................................................................................ 30
C. Desain Penelitian ................................................................................ 30
D. Instrumen Penelitian ........................................................................... 32
E. Prosedur Penelitian ............................................................................. 33
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 35
G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 41

A. Hasil Penelitian ................................................................................... 41


B. Pembahasan ........................................................................................ 61

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 66

A. Kesimpulan ......................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68

LAMPIRAN ....................................................................................................... 70

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

A.1 Rasa Ingin Tahu Faktual ............................................................................ 17

A.2 Rasa Ingin Tahu Konseptual ...................................................................... 19

A.3 Rasa Ingin Tahu Prosedural ....................................................................... 21

B.1 Kriteria Persentase Skor ............................................................................ 39

A. Hasil Validasi LKPD ................................................................................. 45

B. Hasil Validasi Lembar Persepsi Guru........................................................ 48

C. Hasil Validasi Lembar Persepsi Peserta Didik .......................................... 49

D. Hasil Uji Coba LKPD Pengetahuan Faktual ............................................. 51

E. Hasil Uji Coba LKPD Pengetahuan Konseptual ....................................... 52

F. Hasil Uji Coba LKPD Pengetahuan Prosedural ........................................ 53

G. Hasil Uji Coba LKPD dalam Menguatkan Karakter Rasa Ingin Tahu ..... 54

H. Perbandingan Respon Subjek Sebelum dan Sesudah Pemberian LKPD

Keingintahuan ............................................................................................ 55

I. Persepsi Guru Terhadap LKPD ................................................................. 56

J. Tanggapan Guru Terhadap LKPD ............................................................. 58

K. Persepsi Peserta Didik Terhadap LKPD .................................................... 59

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Alur Kerangka Pikir ....................................................................... 28

3.1 Model Kesepakatan Antarpenilai Untuk Validasi Konten ........................ 37

3.2 Tingkat Gradiasi Persentase Skor .............................................................. 39

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A.1 Surat Izin Penelitian................................................................................... 71

A.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................................... 72

A.3 Keterangan Telah Melakukan Validasi ..................................................... 73

B.1 Respon Peserta Didik Sebelum Pemberian LKPD .................................... 74

B.2 Respon Peserta Didik Setelah Pemberian LKPD ...................................... 75

B.3 Hasil Uji Coba LKPD ................................................................................ 76

B.4 Persepsi Guru Terhadap LKPD ................................................................. 85

B.5 Persepsi Peserta Didik Terhadap LKPD .................................................... 87

C. Analisis Hasil Validasi Pakar .................................................................... 89

D. Dokumentasi .............................................................................................. 91

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada abad ke-21 seperti sekarang ini merupakan era globalisasi di mana

pertukaran pandangan, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya

tengah gencar terjadi. Sama halnya dengan dunia pendidikan yang ikut terseret

arus globalisasi sehingga dilakukan upaya oleh pemerintah agar mampu

mengikuti perkembangan. Pendidikan karakter menjadi salah satu upaya

pemerintah untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia.

Perpres No 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter

menjelaskan bahwa penguatan pendidikan karakter yang selanjutnya disingkat

PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan

untuk memperkuat karakter peserta didik sebagai bagian dari Gerakan Nasional

Revolusi Mental (Perpres, 2017). Ada delapan belas (18) nilai yang

dikembangkan oleh pemerintah dalam pendidikan karakter dan budaya bangsa,

salah satunya adalah rasa ingin tahu. Setiap sebuah penemuan diawali dengan

sebuah pertanyaan yang berasal dari rasa penasaran terhadap suatu objek, semakin

besar rasa ingin tahu maka semakin banyak pula pertanyaan yang terlontar. Pada

dasarnya seorang anak kecil dapat bertanya sepanjang hari terhdap objek yang

baru saja di lihatnya. Seiring berjalannya waktu maka rasa ingin tahu terkikis

secara perlahan disebabkan kebiasaan, hal yang sudah biasa membuat kita

kehilangan selera untuk bertanya. Hal ini berlaku pula pada peserta didik di

sekolah. Rasa ingin tahu peserta didik sangatlah penting, rasa ingin tahu yang

1
2

besar dapat merangsang pemikiran yang kritis dan kreatif. Terbukti rasa penasaran

para Ilmuwan terdahulu dapat menghasilkan sebuah teori yang mempengaruhi

seluruh dunia. Sehingga penguatan karakter rasa ingin tahu dibutuhkan untuk

membuat peserta didik mampu memaknai setiap pelajaran yang diajarkan dan

mampu mencapai tujuan pendidikan serta bersaing pada masa yang akan datang.

Informasi awal ditemukan peserta didik SMA Negeri 1 Maros yang

memiliki kemampuan fisika yang baik ditandai dengan tingginya hasil belajar.

Subjek diberikan beberapa pertanyaan untuk melihat seberapa besar rasa ingin

tahu dari peserta didik tersebut. Ditunjukkan dua objek yang berbeda yakni batu

dan mobil, lalu diberikan pertanyaan berupa “jika melihat objek tersebut apa yang

kamu pikirkan? Atau adakah yang ingin ditanyakan?” ternyata subjek hanya

melontarkan dua pertanyaan untuk batu dan tidak memberikan pertanyaan apapun

untuk objek mobil. Hal ini menandakan rasa ingin tahu yang dimiliki peserta didik

cukup rendah, sehingga membuat potensi yang ada pada peserta didik tidak

berkembang dan jika terus dibiarkan maka akan berdampak pada subjek sendiri

yang akan tertinggal dan sulit beradaptasi di tahun 2045.

Berdasarkan kondisi di atas maka perlu dikembangkan suatu produk atau

bahan ajar yang mampu membantu peserta didik dalam hal penguatan karakter

rasa ingin tahu yang diharapkan mampu membuat peserta didik tersebut peka

terhadap sekitarnya dan menjadi pemikir yang kritis agar mampu beradaptasi

terhadap arus globalisasi serta menjadi sumber daya manusia yang berintegritas

seperti yang dijelaskan dalam Perpres No 87 tahun 2017 tentang Penguatan

Pendidikan Karakter, salah satu tujuan dari PPK adalah membangun dan

membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 dengan
3

jiwa Pancasila dan Pendidikan Karakter yang baik guna menghadapi dinamika

perubahan di masa depan (Perpres, 2017).

Produk yang dikembangkan sebaiknya dekat dengan kehidupan peserta

didik agar memudahkan peserta didik dan mampu memaknai pembelajaran dalam

kehidupan sehari-hari. Sejatinya perserta didik tersebut tumbuh pada kelompok

masyarakat yang masih menjaga kearifan lokal. Beberapa penelitian telah

dilakukan untuk melihat peran kearifan lokal terhadap pembelajaran. Seperti

penelitian yang dilakukan oleh Martawijaya M Agus di Barrang Lompo, yang

menemukan bahwa kearifan lokal dapat digunakan ke dalam pembelajaran dengan

mengkajinya dalam bentuk buku pelajaran yang dinilai mampu meningkatkan

karakter dan ketuntasan belajar, adapula penelitian yang dilakukan oleh Khusniati

Miranita yang memanfaatkan kearifan lokal sebagai basis dalam sebuah model

pembelajaran. Hal tersebut membuat peneliti ingin malukukan penelitian serupa

dengan mengembangkan objek kearifan lokal Maros yang dekat dengan

kehidupan peserta didik yakni Bakul Maulid. Pilihan peneliti pada Bakul Maulid

didasari oleh adanya potensi pengembangan objek kearifan lokal yang dinilai oleh

peneliti bisa dimaksimalkan.

Seperti halnya teori sopan santun dunia yang berasal dari Cina dan adab

meminum teh yang ada di Jepang, bakul maulid juga memiliki kesempatan yang

sama untuk mendunia, hal inilah yang juga menjadi pertimbangan peneliti dengan

memperkenalkan kearifan lokal bakul maulid dalam skripsi sebagai jalan untuk

mempublikasikannya pada dunia dengan cara yang cerdas. Berbagai perangkat

berpotensi untuk mendukung penelitian ini, namun pilihan peneliti jatuh kepada

LKPD karena peserta didik memiliki banyak kesempatan melalui LKPD. Peserta
4

didik mampu mengeluarkan segala yang ada pikirannya pada LKPD, kesempatan

memperlihatkan potensi juga berada pada LKPD namun bentuk yang kurang

aplikatif dan inovatif membuat peneliti tertarik untuk membuat LKPD yang

mampu memaksimalkan potensi peserta didik dengan mengngali rasa ingin tahu.

Penelitian yang ingin dilakukan merupakan penelitian pengembangan dengan

judul “Pengembangan lembar kerja peserta didik luar kelas terintegrasi

kearifan lokal dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu peserta didik

SMA Negeri 1 Maros”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana validitas lembar kerja peserta didik luar kelas terintegrasi kearifan

lokal dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu peserta didik SMA ?

2. Bagaimana persepsi guru terhadap lembar kerja peserta didik luar kelas

terintergrasi kearifan lokal dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu peserta

didik SMA?

3. Bagaimana persepsi peserta didik terhadap lembar kerja peserta didik luar

kelas terintegrasi kearifan lokal dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu

peserta didik SMA?

C. Tujuan Penelitian

Peneltian ini bertujuan untuk menghasilkan produk lembar kerja peserta

didik luar kelas terintegrasi kearifan lokal untuk menguatkan karakter rasa

ingin tahu peserta didik SMA Negeri 1 Maros.


5

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan bagaimana mengembangkan bahan ajar yang

tepat dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran sehingga menjadikan

pembelajaran fisika sebagai mata pelajaran yang menarik dan tidak

membosankan untuk dipelajari oleh peserta didik.

2. Bagi pendidik

Menambah wawasan pendidik untuk menggunakan bahan ajar yang dapat

membantu tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Bagi peserta didik

Membantu peserta didik lebih mudah untuk memahami konsep-konsep

fisika serta peserta didik dapat lebih aktif dalam memecahkan masalah-

masalah sains yang dihdapi dalam kehidupan sehari-hari.

E. Batasan Istilah

Batasan-batasan istilah yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengembangan lembar kerja peserta didik adalah pembuatan suatu bahan

ajar dengan mengembangkan bentuk penyajian bahan ajar dalam

lembaran-lembaran berisi tugas yang diisi peserta didik.

2. LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal adalah bahan ajar berupa

lembaran-lembaran penugasan yang berisi materi yang dikaitkan dengan

objek kearifan lokal masyarakat Maros yaitu Bakul Maulid dimana LKPD
6

tersebut dapat digunakan pada pembelajaran sebagai variasi dalam

pembelajaran. Hal tersebut dimaksudkan guna untuk meningkatkan

kebermaknaan belajar peserta didik ditunjukkan relevansi pelajaran

tersebut dengan konteks keseharian dalam kehidupan nyata.

3. Karakter rasa ingin tahu adalah rasa penasaran yang dimiliki oleh peserta

didik tentang hal-hal baru dengan mampu mengeluarkan apa yang

dirasakan dalam bentuk jawaban ataupun pertanyaan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian dan Pengembangan


Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya

Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut

(Sugiyono, 2017:297). Jadi dapat penelitian dan pengembangan merupakan

suatu metode untuk menghasilkan atau mengembangkan produk tertentu

sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-

langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan

produk yang telah ada, dapat dalam bentuk hardware (buku, modul, alat bantu

pembelajaran di kelas dan laboratorium) maupun dalam bentuk software

seperti program untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan

atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran pelatihan,

bimbingan, evaluasi, manajemen, dan lain-lain.

2. Kurikulum 2013
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat tencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

7
8

Berdasarkan permendikbud No 35 tahun 2018 tentang perubahan atas

peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 58 tahun 2014 tentang

kurikulum 2013 sekolah menengah peretama/madrasah tsanawiyah,

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

1) Mengembangkan keseimbangan antara sikap spititual dan sosial,

pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai

situasi di sekolah dan masyarakat

2) Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan

pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang

dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai

sumber belajar

3) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai

sikap, pengetahuan dan keterampilan

4) Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi

inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran

5) Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi

(organizing elemts) kompetensi dasar. Semua kompetensi yang dinyatakan

dalam kompetensi inti

6) Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif,

saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata

pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertical).

7) Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebgai pribadi dan warga negara yang


9

beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi

pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban

dunia.

Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosopi sebagai

berikut:

1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan

bangsa masa kini dan masa mendatang

2) Peserta didik adalah pearis budaya bangsa yang kreatif

3) Pendidikan digunakan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan

kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.

4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang

lebih baik daei masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,

kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi

untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik

(experimemtalism and social recntructivism).

Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang implementasi

kurikulum (2013) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 mengembangkan dua

modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses

pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran

tidak langsung. Proses belajar langsung adalah proses dimana peserta didik

mengembangkan pengatahuan, kemampuan, dan keterampilan melalui

interaksi langsung dengan sumber belajar sedangkan proses belajar tidak


10

langsung lebih kepada kepada pengembangan nilai moral dan sikap yang

dilakukan bukan hanya hanya di kelas tetapi juga di masyarakat.

3. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


LKPD merupakan kumpulan dari lembaran yang berisikan kegiatan

peserta didik yang memungkinkan peserta didik melakukan aktivitas nyata

dengan objek dan persoalan yang dipelajari (Katriani, 2014). Herman dan

Aslim (2015) juga mengungkapkan bahwa LKPD yang umum digunakan oleh

guru di lapangan merupakan kumpulan materi, contoh soal dan soal latihan.

Dapat dikatakan bahwa LKPD merupakan lembaran berisi pertanyaan atau

petunjuk bagi siswa sehingga memudahkan guru dan siswa dalam melakukan

proses pembelajaran.

Kriteria penyusunan dan penulisan LKPD yang dapat dikembangkan

secara mandiri yang diadaptasi dari Katriani (2014):

1) Tujuan penyusunan LKPD

Tujuan penyusunan LKPD untuk pembelajaran adalah sebagai

berikut:

a. Memperkuat tujuan pembelajaran dan ketercepaian indikator serta

kompetensi dasar dan kompetensi inti yang sesuai dengan

kurikulum yang berlaku

b. Membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pelajaran.


11

2) Bahan

Bahan ajar yang digunakan untuk membantu guru dalam

mempermudah proses pembelajaran harus sesuai dengan kriteria

sebagai berikut:

a. Tersusun secara logis dan sistematis.

b. Sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik.

c. Bahan ajar dapat merangsang memotivasi rasa ingin tahu peserta

didik

d. Bahan ajar mutahir dan kontekstualitas yang tinggi

3) Metode

Metode dalam menyusun LKPD adalah sebagai berikut:

a. Memperkaya kegiatan di dalam kelas, contohnya dapat berupa

kegiatan di luar kelas atau kegiatan laboratorium.

b. Memotivasi peserta didik

c. Mengembangkan keterampilan proses peserta didik

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan

masalah

e. Menanamkan sikap ilmiah melalui proses pembelajaran.

4) Pertimbangan dilihat dari kepentingan peserta didik

Pertimbangan dalam menyusun LKPD dilihat dari kepentingan peserta

didik, yaitu sebagai berikut:

a. Menarik minat peserta didik

b. Atraktif dan impulsif

c. Menambah keyakinan dan rasa “berhasil” bagi peserta didik


12

d. Memotivasi peserta didik untuk mengetahui lebih lanjut

e. Pemilihan kosa kata dan istilah sains yang seusai dengan tingkat

perkembangan dan usia peserta didik.

5) Prinsip penggunaan LKPD

Adapun prinsip penggunaan LKPD adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan LKPD hanya sebagai sarana untuk mempercepat

pencapaian tujuan pembelajaran.

b. Penggunaan LKPD sebaiknya dapat menumbuhkan minat peserta

didik terhadap pembelajaran melalui diskusi dan pelaksanaan

langkah kerja

c. Guru sebaiknya memiliki kemampuan dalam pengelolaan kelas

Pada dasarnya guru semua guru harus memiliki kemampuan untuk

megembanhkan bahan ajar sendiri terlebih LKPD, karena mampu

menyesuaikan dengan kondisi peserta didik. Keuntungan dari membuat

LKPD sendiri oleh guru yang bersangkutan adalahmampu merencanakan

dan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien bagi

peserta didiknya (Diella, dkk:2019).

Berikut ini struktur LKPD secara umum yang diadaptasi dari

Katriani (2014):

1) Judul kegiatan, tema, sub tema, kelas dan semester, berisi topik

kegiatan sesuai dengan KD dan identitas kelas, untuk LKPD dengan

pendekatan inkuiri maka judul dapat berupa rumusan masalah


13

2) Tujuan, tujuan belajar sesuai dengan KD.

3) Alat dan bahan, jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan,

maka dituliskan alat dan bahan yang diperlukan

4) Prosedur kerja, berisi petunjuk kerja untuk peserta didik yang

berfungsi mempermudah peserta didik melakukan kegiatan belajar.

5) Tabel data, berisi tabel di mana peserta didik dapat mencatat hasil

pengamatan atau pengukuran. Untuk kegiatan yang tidak memerlukan

data bisa diganti dengan tabel atau kotak kosong yang dapat

digunakan peserta didik untuk menulis, menggambar atau berhitung.

6) Bahan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun peserta

didik melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi.

4. Pendidikan karakter
a. Pengertian

Di dalam buku pedoman yang disusun oleh pusat kurikulum

tentang Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (2010),

karakter didefinisikan sebagai suatu ‘moral excellence’ atau akhlak yang

dibangun di atas berbagai kebijakan (virtues) yang pada gilirannya hanya

memiliki makna ketika dilandasi atas nilai-nilai yang berlaku dalam

budaya (bangsa). Adapula pendapat dari dari Didaktika (2014) karakter

merupakan standar-standar batin yang terimplementasi dalam berbagai

bentuk kualitas diri, dilandasi nilai-nilai serta cara berpikir berlandaskan

nilai-nilai tersebut dan terwujud dalam perilaku. Karakter adalah nilai-nilai

yang terdapat dalam diri manusia yang melandasi baik buruknya pikiran
14

dan perilaku manusia. Karakter manusia cenderung mengikuti pola

kehidupan disekitarnya, hal ini dikarenakan karakter terbentuk dari faktor

sosial, budaya dan hukum yang berlaku di sekitar individu itu sendiri.

Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang

bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan

keputusan dalam kehidupan sehari-hari (Kemendiknas, 2010), atas dasar

itu pendidikan karakter memiliki peranan yang sangat penting, karena

tidak hanya mengajarkan tentang baik dan buruk atau hal tentang sekolah

tapi juga bagaimana mengambil sebuah keputusan dalam kehidupan

sehari-hari yang tentu saja sangat mempengaruhi bagaimana kebiasaan

individu tersebut kedepannya.

b. Tujuan, fungsi dan media pendidikan karakter

Dalam pedoman pelaksanaan pendidikan karakter (2011) yang

dikeluarkan oleh Kemendiknas pendidikan karakter pada intinya bertujuan

membentuk bangsa yang tangguh, kompentetif, berakhlak mulia, bermoral,

bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,

beorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh

iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa nerdasarkan pancasila.

Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar

agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat

dan membangun perilaku bangsa yang multikultural; (3) meningkaykan

peradaban bangsa yang kompetetif dalam pergaulan dunia. Pendidikan

karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga,


15

satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia

usaha, dan media massa.

5. Rasa ingin tahu


Fauzi dkk (2017) mengungkapkan bahwa rasa ingin tahu merupakan

suatu tingkah laku untuk mengetahui dan terus menacri tahu terhadap suatu

permasalahan. Rasa ingin tahu adalah cara berpikir, sikap dan perilaku yang

mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat,

didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam (Kemendiknas, 2010).

Sehingga dapat dikatakan rasa ingin tahu merupakan rasa penasaran yang

dimilki individu terhadap suatu objek akibat adamya suatu informasi yang

diterima baik itu lewat suara, gambar atau dalam bentuk tulisan. Rasa ingin

tahu membuat siswa lebih peka dalam mengamati berbagai fenomena atau

kejadian di sekitarnya serta akan membuka dunia-dunia baru yang menantang

dan menarik siswa untuk mempelajarinya lebih dalam. Hal yang menarik

sangat banyak di dunia ini, tetapi seringkali karena rasa ingin tahu yang

rendah, menyebabkan mereka melewatkan hal-hal yang menarik tersebut

untuk dipelajari.

Menurut Kemendiknas (2010) indkator rasa ingin tahu sebagai berikut:

1) Siswa cenderung bertanya selama pembelajaran jika ada hal yang

tidak dipahami

2) Membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait

dengan materi pembelajaran


16

3) Membaca atau mendiskusikan gejala alam atau pembelajaran yang

baru terjadi

4) Bertanya tentang suatu yang terkait dengan materi pembelajaran

tetapi di luar yang dibahas di kelas.

Dari beberapa poin di atas maka dapat disimpulkan bahwa indikator

sikap rasa ingin tahu yaitu siswa akan lebih sering bertanya selama proses

pembelajaran, mencari sumber di luar buku teks, dan mendiskusikan

pembelajaran yang terjadi.

Rasa ingin tahu menunjang pemikiran kritis dari peserta didik, dari

rasa ingin tahu tingkatan berpikir peserta didik bisa dilihat. Dalam taksonomi

Bloom yang telah direvisi, ada empat dimensi pengetahuan yakni pengetahuan

faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan

metakognisi. Dalam penelitian ini subjek akan difokuskan pada tiga dimensi

pengetahuan saja, karena pengetahuan metakognisi merupakan gabungan dari

tiga dimensi pengetahuan maka jika peserta didik memiliki ketiga dimensi, ia

juga sudah memiliki pengetahuan metakognisi.

a. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual adalah pengetahuan yang berupa informasi dasar

yang terkumpul menjadi satu, kemampuan peserta didik memaknai apa yang

nampak secara fakta seperti informasi yang dia tangkap melalui panca indera

mencerminkan pengetahuan faktual yang dimiliki. Pengetahuan faktual adalah

hal yang paling dasar yang wajib dimiliki oleh setiap peserta didik, karena
17

mampu mempengaruhi pengetahuan yang lain. Pengetahuan faktual

merupakan engetahuan tetang detail dan elemen spesifik merupakan

pengetahuan tentang peristiwa, sumber informasi, lokasi, tanggal, orang, dan

sebagainya (Julianingsih: 2017).

Adapun beberapa bentuk pertanyaan faktual yang diharapkan muncul

dalam pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh peserta didik adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Rasa Ingin Tahu Faktual

No Komponen Pertanyaan
1. Berapa massa telur setelah direbus?
2. Berapa massa telur sebelum direbus?
3. Berapa jumlah kalor untuk mematangkan sebutir
telur?
4. Berapa waktu ideal yang dibutuhkan untuk
merebus sebutir telur dengan menggunakan satu
liter air?
1 Telur
5. Apakah cangkang telur mampu menyerap cahaya?
6. Berapa koefisien kekentalan dari telur mentah?
7. Bagaimana struktur telur mentah yang disimpan
pada suhu ?
8. Mengapa struktur telur berubah saat direbus?
9. Bagaimana struktur partikel saat telur belum
direbus dan saat setelah direbus?
1. Berapa titik leleh dari ember?
2. Apa bahan penyusun dari ember?
3. Berapa tekanan maksimum yang mampu diterima
ember?
Wadah 4. Apakah ember dipengaruhi oleh medan listrik?
2 5. Berapa besar koefisien gesek dari ember?
(ember)
6. Berapa besar titik patah dari sebuah ember?
7. Mengapa ember digolongkan sebagai isolator?
8. Bagaimana struktur pastikel dari ember?
9. Mengapa titik lebur ember kecil?
18

1. Berapa lama waktu pengukusan beras ketan agar


matang?
2. Berapa massa jenis dari santan kelapa?
3. Berapa volume air untuk mengukus satu liter
ketan?
4. Berapa kalor jenis dari santan kelapa?
5. Apakah struktur partikel penyusun ketan lebih
3 Songkolo rapat dibanding beras?
6. Berapa besar koefisien gesek ketan?
7. Berapa titik lebur ketan?
8. Apakah ketan lebih tahan lama dibandingkan
beras?
9. Mengapa songkolo tampak mengkilap?
10. Mengapa songkolo tidak bisa merefleksikan
cahaya?
1. Berapa jumlah sudut pada tumpi-tumpi?
2. Berapa suhu minyak yang ideal untuk
menggoreng tumpi-tumpi?
3. Berapa jumlah perbandingan ikan dan kelapa
untuk membuat tumpi-tumpi?
4. Berapa titik lebur tumpi-tumpi?
Lauk 5. Berapa massa ideal untuk satu tumpi-tumpi?
4
(Tumpi-tumpi) 6. Apakah tumpi-tumpi termasuk isolator?
7. Berapa koefisien gesek dari tumpi-tumpi?
8. Apakah tumpi-tumpi termasuk amorf?
9. Apakah tumpi-tumpi mengalami oksidasi?
10. Apakah ketiga sudut tumpi-tumpi sama besar?
11. Bagaimana tingkat keelastisitasan tumpi-tumpi?

b. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan konseptual adalah kemampuan mengklasifikasi atau

mengelompokkan elemen berdasarkan pengetahuan dasar yang telah dimilki

oleh peserta didik. pengetahuan konseptual juga biasa berupa kemampuan

peserta didik dalam memahami pengetahuan dalam berbagai struktur dan

model. Pengetahuan ini diperoleh peserta didik melalui penanaman konsep,

pengaitan satu konsep dengan konsep lainnya. Pengetahuan konseptual adalah

pengetahuan yang menggambarkan keterkaitan antara unsur dasar dalam


19

struktur yang lebih besar dan semuanya mempunyai fungsi yang sama

(Julianingsih: 2017).

Adapun beberapa bentuk pertanyaan konseptual yang diharapkan muncul

dalam pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh peserta didik adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.2 Rasa Ingin Tahu Konseptual


No Komponen Pertanyaan
1. Mengapa jika melarutkan pewarna untuk telur
sebaiknya menggunakan air hangat?
2. Mengapa telur dingin saat direbus akan retak?
3. Mengapa telur tidak mampu menghantarkan
listrik?
4. Mengapa jika cahaya dijatuhkan pada cangkang
telur, cahaya tersebut tidak terpantul?
5. Mengapa cangkan telur yang direndam cuka akan
melunak?
6. Mengapa telur rebus berputar lebih lama
1 Telur
dibanding telur mentah?
7. Bagaimana keelastisitasan cangkang telur saat
direbus?
8. Bagaimana dampak limbah cangkang telur
terhadap ekosistem?
9. Bagaimana reaksi telur jika didekatkan dengan
logam panas yang memiliki suhu ?

10. Mengapa telur asin memiliki daya simpan yang


lebih lama?
1. Mengapa makanan harus berada maximal pada
suhu ruang sebelum dimasukkan ke ember?
2. Mengapa perbedaan ukuran ember berdampak
pada bunyi yang dihasilkan ketika ember diketuk?
3. Mengapa ember yang bersentuhan dengan benda
pada suhu tinggi akan meleleh?
Wadah
2 4. Mengapa plastik menjadi bagian dari polimer?
(ember)
5. Bagaimana dampak dari plastik yang dibakar
terhadap atmosfer bumi?
6. Bagaimana reaksi ember jika disimpan di ruang
hampa?
7. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kualitas ember?
20

8. Apakah ember mengalami oksidasi?

1. Mengapa ketan harus direndam terlebih dahulu


sebelum diolah?
2. Mengapa ketan membutuhkan pengolahan yang
lebih lama disbanding dengan beras?
3. Mengapa ketan dan santan tidak dimasak secara
bersamaan?
4. Jika ketan ditumbukkan satu sama lain, maka jenis
tumbukan lenting apa yang mungkin terjadi?
5. Mengapa songkolo sangat mudah mengalami
pembusukan?
3 Songkolo
6. Mengapa songkolo tidak bisa merefleksikan
cahaya?
7. Bagaimana jika sinar α ditembakkan pada ketan?
8. Bagaimana jika ketan direndam dengan cairan
asam (ph<7) selama 24 jam?
9. Bagaimana dampak ketan busuk terhadap kualitas
tanah?
10. Bagaimana pola pemantulan yang terjadi jika
cahaya dijatuhkan pada permukaan songkolo?

1. Mengapa minyak yang dipake untuk menggoreng


tumpi-tumpi tidak boleh terlalu panas?
2. Mengapa tumpi-tumpi tidak bisa menghantarkan
listrik?
3. Mengapa tumpi-tumpi tidak mampu merfeksikan
cahaya?
4. Mengapa tumpi-tumpi tidak mampu membiaskan
Lauk cahaya?
4
(Tumpi-tumpi)
5. Mengapa tumpi-tumpi tidak mampu meneruskan
cahaya?
6. Saat proses penggorengan tumpi-tumpi, gaya apa
saja yang bekerja?
7. Mengapa tumpi-tumpi mudah patah?
8. Mengapa tumpi-tumpi tidak termasuk benda
elastis?
c. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang menggambarkan cara

melakukan sesuatu dapat berupa kegiatan atau prosedur (Julianingsih:2017).

Pengetahuan ini meliputi pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang


21

tertentu. Peserta didik yang mampu menggambarkan proses atau prosedur

daru suatu konsep menggambarkan pemahaman yang tuntas. Peserta didik

cenderung sulit dalam pengetahuan prosedural karena butuh pemikiran yang

kompleks dan kemampuan analisis yang mumpuni.

Adapun beberapa bentuk pertanyaan prosedural yang diharapkan muncul

dalam pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh peserta didik adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.3 Rasa Ingin Tahu Prosedural


No Komponen Pertanyaan/Masalah
1. Bagaimana menentukan titik tengah telur saat
ditusuk?
2. Bagaimana cara mendapatkan telur yang matang
sempurna dengan waktu yang paling singkat?
3. Bagaimana sifat keelastisitasan cangkang telur
1 Telur saat direbus?
4. Bagaimana dampak limbah cangkang terlur
terhadap ekosistem?
5. Bagaimana cara membuat keelastisitasan
cangkang telur lebih besar?
6. Bagaimana sifat kemagnetan dari telur?
1. Bagaimana cara makanan terhindar dari bau
plastik?
2. Bagaimana cara mendapatkan wadah bakul maulid
yang ramah lingkungan serta ringan?
3. Bagaimana pengelolaan material plastik sehingga
aman bagi makanan?
Wadah 4. Bagaimana reaksi ember jika diberi tekanan pada
2
(ember) sisi permukaan sebesar 10Pa?
5. Bagaimana cara mendapatkan konsistensi
ketebalan dari ember pada setiap sisinya?
6. Bagaimana reaksi dari ember jika diletakkan pada
medan magnet yang cukup besar?
7. Bagaimana dampak sinar α terhadap ember?
22

1. Bagaimana cara mendapatkan struktur songkolo


yang paling bagus?
2. Bagaimana cara mengolah ketan tanpa diremdam
terlebih dahulu?
3. Bagaimana perubahan wujud ketan saat dibakar
langsung?
4. Bagaimana reaksi ketan saat diberi beban sebesar
3 Songkolo 50g?
5. Bagaimana cara mengolah ketan dengan waktu
yang paling singkat?
6. Bagaimana cara membuat songkolo menjadi
padat?
7. Bagaimana pola pemantulan yang terjadi jika
cahaya dijatuhkan pada permukaan songkolo?
1. Bagaimana cara mendapatkan ketebalan yang
sama pada setiap tumpi-tumpi?
2. Bagaimana cara memastikan setiap sudut pada
tumpi-tumpi sama besar?
3. Bagaimana pengolahan limbah tumpi-tumpi agar
bermanfaat?
4. Bagaimana cara mematangkan tumpi-tumpi
dengan cepat dan menggunakan minyak
seminimal mungkin?
Lauk
4 5. Bagaimana perubahan struktur tumpi-tumpi saat
(Tumpi-tumpi)
disimpan di ruang hampa?
6. Bagaimana cara mendapatkan tumpi-tumpi yang
tahan lebih lama disbanding tumpi-tumpi pada
umumnya?
7. Bagaimana tingkat keelastisitasan tumpi-tumpi?
8. Bagaimana reaksi tumpi-tumpi saat diberikan
tekanan 50Pa?
9. Bagaimana kerapatan partikel tumpi-tumpi
sebelum dan sesudah digoreng?

6. Kearifan lokal Bugis Makassar


Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta

berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh

masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan

kebutuhan mereka (Didaktika, 2014). Khusniati (2014) mengungkapkan

bahwa kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami
23

sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya untuk bertindak

dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang

tertentu.

Kearifan lokal merupakan sebuah paham atau kebiasaan yang tumbuh

dan berkembang dalam suatu kelompok masyarakat, berasal dari ajaran

leluhur sehingga berdampak pada pola pikir, dan tindakan masyarakat

tersebut. Kearifan lokal tidak semata-semata hanya satu atau dua, tetapi

kearifan lokal yang tumbuh dalam masyarakat memiliki bentuk-bentuk.

Bentuk yang bermacam-macam menyebabkan adanya fungsi yang bermacam-

macam pula, hal ini dijabarkan (Alya dan Arya, 2010) sebagai berikut:

1) Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber

daya alam

2) Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya

manusia

3) Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu

pengetahuan.

Di sulawesi selatan terdapat empat etnis yang cukup besar yakni

makassar, bugis, mandar dan toraja, untuk kabupaten maros terdapat dua etnis

yakni bugis dan makassar yang tersebar secara acak di hampir seluruh daerah

maros. Untuk etnis bugis dan makassar hampir memiliki kesamaan untuk

nilai-nilai dalam bersikap seperti:


24

 Tabe’ : penggunaannya menyerupai permisi, dan biasa dilakukan

dengan badan membungkuk sambil tangan menjulur ke bawah. Di

maros kata tabe’ biasa juga diajukan untuk permohonan maaf saat kita

tidak sengaja menyentuh seseorang terlebih saat menyentuh dengan

kaki.

 Sipakatau : memiliki makna memanusiakan manusia, dimana orang

bugis-makassar memperlakukan manusia dengan rasa hormat dan

menghargai sesama, serta tidak semena-mena terhadap hak orang lain.

 Sipakainga’ : memiliki makna saling mengingatkan, di mana orang

bugis-makassar saling mengingatkan mengenai kebaikan.

 Siri’ na pacce : merupakan prinsip hidup dari msyarakat bugis-

makassar yang menjadi landasan dalam berperilaku di masyarakat.

Siri’ berarti malu dan pacce berarti rasa iba atau kasihan. bagi

masyarakat bugis-makassar prinsip ini lebih berharga daripada nyawa.

Watak dari masyarakat bugis-makassar juga dikenal dengan pribadi

yang keras. Keras yang dimaksud bukanlah sifat pembangkang dan

tempramental tetapi keras yang maksud adalah masyarakat bugis-makassar

cenderung mempertahankan kebiasaan dan ucapan. Sekali berkata “A” maka

akan tetap menjadi “A”.

7. Bakul Maulid
Maulid merupakan sebuah tradisi yang dilakukan setiap tahun untuk

memperingati hari lahirnya nabi Muhammad SAW. Dalam budaya masyarakat

maros hari maulid diperingati dengan membuat bingkisan berupa makanan-


25

makanan yang diletakkan dalam sebuah wadah dan dihias sedemikian rupa

agar terlihat menarik dan meriah, bingkisan ini biasa disebut “baku” yang

berarti bakul.

Dahulu peringatan hari lahirnya nabi Muhammad SAW hanya berupa

doa bersama hingga lambat laun mulai disajikan makanan-makanan kecil dan

pada akhirnya muncullah istilah baku’. Adanya baku’ ini merupakan sebuah

simbol dari bersedekah kepada orang-orang sekitar karena dahulu banyak

orang yang berada dalam kesusahan hingga tidak mampu merayakan hari

lahirnya Nabi Muhammad SAW sehingga baku’ ini diisi oleh berbagai macam

makanan seperti nasi, songkolo (dari beras ketan) hingga lauk pauk agar dapat

dimakan bersama.

Istilah baku’ (bakul) pada dasarnya merujuk pada wadah dari

bingkisan tersebut yang terbuat dari anyaman daun lontara, mengikuti

perkembangan zaman baku’ sudah mulai hilang sehingga masyarakat memilih

ember plastik sebagai wadah agar lebih praktis dan tahan lama, adapun hiasan

yang terdapat pada baku’ seperti mewarnai telur semata-mata diperuntukkan

untuk membuat penampilannya semakin meriah dan menarik tanpa ada

maksud tertentu di dalamnya.

Ukuran baku’ beragam tergantung dari kemampuan dari orang yang

membuatnya, ukuran, isi, dan hiasan yang ada dalam baku’ tidak memiliki

syarat tertentu semua dikembalikan kepada kemampuan masing-masing.

Baku’ sendiri mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan zaman,


26

bukan hanya dari segi ukuran tetapi juga bahan-bahan yang digunakan. Seperti

yang telah dipaparkan di atas bahwasanya nama baku’ merupakan bahasa

makassar dari bakul (wadah yang terbuat dari anyaman totan) seiring dengan

berjalannya waktu budaya menggunakan ayaman rotan sebagai wadah tergeser

dengan ember plastik yang dinilai lebih tahan lama, saat ini pun wadah dari

anyaman rotan mulai susah ditemukan di wilayah maros.

Bukan hanya ukuran dan wadah, hal mencolok lainnya yang berubah

dari baku’ ini adalah isinya. Dulu isi dari baku’ ini hanya berupa makanan

berat seperti nasi dan lauk-pauk, saat ini masyarakat beinovasi dengan

memasukkan serta makanan-makanan ringan seperti kerupuk kemasan,

minuman kemasan, bahkan di tahun 2018 ada beberapa masyarakat yang

mengisi baku’ mereka dengan barang pecah belah, mulai dari piring hingga

mixer (alat pengaduk adonan). Namun walau mulai bergeser dari segi desain

tetapi masih ada sebagian masyarakat yang menjaga bentuk asli dari bakul

maulid itu sendiri.

Pengembalian nilai-nilai moral dan budaya melalui pengembangan

potensi kearifan lokal dapat menjadi salah satu untuk melawan arus

modernisasi yang erat kaitannya dengan individualisme. Suasana kebersamaan

saat maulid sangat kental ditandai dengan acara makan bersama kerabat.

Belum lagi perputaran ekonomi yang sangat mumpuni saat maulid. Para

pedagang kecil dan pengrajin bambu mampu meraih omset yang cukup besar.

Sehingga pengembangan kearifan lokal sudah sepatutnya dilakukan di seluruh

Indonesia yang memiliki kearifan lokal yang beragam disetiap daerahnya.


27

B. Kerangka Berpikir

Beberapa peserta didik memiliki kemampuan otak kiri yang cukum

mumpuni, hanya saja beberapa dari mereka terhambat untuk mengembangkan

potensinya karena tidak tersedianya fasilitas atau penunjang. Peserta didik yang

memiliki hasil belajar yang tinggi tidak menjamin kapasitas keingintahuannya.

Peserta didik cenderung menghafal konsep yang telah diberikan guru hanya

sebagai pemenuhan kewajiban pembelajaran tanpa meikirkan adanya

kemungkinan informasi lain yang bisa mereka dapatkan. Sedangkan untuk

kedepan dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu mengimbangi pesatnya

arus globalisasi.

Diperlukan orang-orang kritis dan sensitif terhadap hal-hal di sekitar. Ini

dapat ditemukan pada orang yang memiliki rasa ingin tahu tang tinggi. Tapi untuk

mencapai hal tersebut dibutuhkan sesuatu yang familiar oleh peserta didik untuk

membantunya berkembang, dan menunjukkan bahwa ternyata fisika sangat dekat

bahkan mereka telah menerapkan konsep fisika secara tidak sadar. Hal ini akan

dituangkan ke dalam LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal.

LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal menggiring siswa untuk

melakukan pengamatan langsung dan merangsang pertanyaan-pertanyaan

mengenai objek yang terdapat pada LKPD itu sendiri. Hal ini sangat sesuai untuk

memperdalam konsep fisika dengan mengaitkan jawabam dari pertanyaan peserta

didik ke dalam konsep fisika. LKPD ini juga diyakini mampu menguatkan

karakter keingntahuan peserta didik karena didesain sedekat mungkin dengan


28

kehidupan peserta didik. Adapun kerangka pikir pada penelitian ini dapat dilihat

pada bagan berikut ini:

Peserta Didik
Riset Awal
Bahan Ajar

LKPD tidak
menumbuhkan
Sifat Ilmiah

Rasa ingin tahu


rendah

Kearifan lokal
LKPD masyarakat
terintegrasi maros
kearifan lokal
(Bakul Maulid)

Rasa ingin tahu


meningkat

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


29

C. Model Hipotetik
Model pengembangan yang digunakan dalam LKPD luar kelas terintegrasi

kearifan lokal dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu ini adalah model

pengembangan Borg and Gall dengan menggunakan desain penelitian

Fenomenologi untuk menarik persepsi individual dari pengalaman subjek dan

desain pengembangan ADDIE Model yang merupakan salah satu model desain

pembelajaran yang sistematik. Model ini terdiri dari lima tahap yaitu (A)nalysis,

(D)esign, (D)evelopment, (I)mplementation, dan (E)valuation.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk Research and Development (penelitian dan

pengembangan) dengan model penelitian Fenomelogi (Mulyadi, dkk: 2019)

untuk mereduksi persepsi individiual dan model pengembangan ADDIE yaitu

Analysis, Design, Development, Implementation dan Evaluation (Winarni,

2018:263). Dalam hal ini, LKPD yang terintegrasi kearifan lokal pada mata

pelajaran fisika untuk menguatkan karakter rasa ingin tahu peserta didik SMA.

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah seorang peserta didik SMA

Negeri 1 Maros yang memiliki kemampuan fisika yang baik.

C. Desain Penelitian
Model ADDIE terdiri dari lima tahap yaitu (A)nalysis, (D)esign,

(D)evelopment, (I)mplementation, dan (E)valuation. Model ini sistematis sehingga

tidak tidak bisa diacak.

1. Analysis (Analisis)
Pengembangan LKPD diawali dengan menganalisis perlunya

pengembangan bahan ajar di sekolah utntuk menguatkan karakter rasa ingin tahu

peserta didik.

2. Design (Desain)
Pada tahap perancangan awal peneliti memilih perangkat pembelajaran

fisika yaitu Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) luar kelas terintegrasi kearifan

30
31

lokal dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu untuk menyajikan pembelajaran

luar kelas berbasis kontekstual yang terkait dengan kearifan lokal masyarakat

Maros yang berfokus pada objek Bakul Maulid dalam bentuk LKPD yang mampu

menstimulasi rasa ingin tahu peserta didik.

3. Development (Pengembangan)

Tahapan ini merupakan tahapan produksi LKPD luar kelas terintegrasi

kearifan lokal dalam menguatkan rasa ingin tahu yang telah dikembangkan.

Selanjutnya dilakukan validasi ahli untuk melihat kelayakan dari LKPD dan

pemberian saran terhadap LKPD sehingga diperoleh bahwa draf awal LKPD tidak

valid sehingga dihasilkan draf baru

4. Implementation (Implementasi)

Tahap implementasi LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal dalam

menguatkan karakter rasa ingin tahu yang telah dikembangkan dan divalidasi diuji

cobakan kepada satu orang responden. Uji coba yang digunakan adalah uji coba

invidual yaitu dengan mengambil seorang peserta didik yang memiliki potensi

dalam fisika sebagai subjek penelitian. Tahapan ini memungkinkan responden

untuk memberikan penilaian terhadap LKPD. Penilaian responden didasarkan atas

kriteria yang ditetapkan untuk menguji kelayakan suatu perangkat pembelajaran

LKPD.

5. Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil penilaian responden terhadap

kelayakan perangkat pembelajaran. Hasil penilaian tersebut berdasarkan data yang


32

diperoleh dari uji kelayakan oleh responden. Selanjutnya, data tersebut dianalisis

sesuai kriteria yang ditetapkan. Kritik dan saran dari responden terhadap LKPD

sangat diperlukan untuk mengevaluasi prduk secara keseluruhan.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen dibutuhkan untuk mengumpukan data hasil penelitian. Adapun

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Validasi

a. Lembar validasi LKPD terintegrasi kearifan lokal untuk menguatkan

karakter rasa ingin tahu. Lembar Instrument validasi digunakan untuk

mengvalidasi LKPD luar kelas dan memperoleh data dari penilaian para

ahli (validator) terhadap penilaian LKPD luar kelas berbasis kontekstual

untuk meningkatkan literasi sains.

b. Instrumen validasi lembar persepsi guru terhadap LKPD terintegrasi

kearifan lokal untuk menguatkan karakter rasa ingin tahu. Instrumen

validasi lembar persepsi guru digunakan untuk memperoleh data valid

untuk menggunakan lembar persepsi guru oleh validator.

c. Instrumen validasi lembar persepsi peserta didik terhadap LKPD

terintegrasi kearifan lokal untuk menguatkan karakter rasa ingin tahu.

Instrumen validasi lembar Lembar presepsi peserta didik digunakan untuk

memperoleh data valid untuk menggunakan lembar persepsi peserta didik

oleh validator.
33

2. Uji coba perangkat

a. Instrumen persepsi guru

Instrumen persepsi guru di gunakan untuk memperoleh persepsi guru

terhadap LKPD luar kelas berbasis kontekstual untuk meningkatkan

literasi sains.

b. Instrumen persepsi peserta didik

Instrumen persepsi peserta didik digunakan untuk memperoleh data

tentang pendapat peserta didik terhadap LKPD luar Kelas berbasis

kontekstual untuk menningkatkan literasi sains.

E. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian dan pengembangan ini digunakan prosedur atau

tahapan penelitian sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2017:409),

tetapi dalam penelitian ini dilakukan adaptasi sebagaimana yang disajikan pada

gambar sebagai berikut:

Pengumpulan Prototipe
Potensi Masalah Data (Draf I)

Revisi
Validasi Draf FGD Draf I
(Draf II)

Uji Coba

Gambar 3.1 Tahapan Pengembangan


Sumber: Sugiyono, 2017
34

1. Potensi dan Masalah

Pada tahap ini dilakukan penelitian awal tentang potensi dikembangkannya

LKPD terintegrasi kearifan lokal untuk menguatkan karakter rasa ingin tahu

peserta didik SMA mengobservasi masalah-masalah disekolah tersebut sehingga

menjadi penyebab dikembangkannya LKPD tersebut. Adapun potensi

pengembangan LKPD terintegrasi kearifan lokal dengan mengambil bentuk

kearifan lokal masyarakat Maros yakni Bakul Maulid.

2. Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang diperoleh dari observasi

pendahuluan. Observasi dilakukan terhadap peserta didik dengan wawancara yang

menunjukkan bahwa peserta didik tersebut memiliki kemampuan fisika yang baik

namun rasa ingin tahu rendah.

3. Prototipe (draf I)

Prototipe adalah kerangka dasar yang menjadi acuan sementara untuk

mengembangkan LKPD. Wujud LKPD berupa prototipe yang di buat dengan

berdasar analisis dari data penelitian pendahuluan. Prototipe awal yang dibuat

adalah format LKPD yang masih kosong.

4. Forum Guide Discussion (FGD)

Prototipe LKPD yang telah di buat, dibahas bersama rekan mahasiswa

atau dosen untuk memperbaiki prototipe. Pada bagian ini dilakukan perbaikan

mengenai format penyajiannya sekaligus membahas mengenai bahasa yang cocok

untuk LKPD ini.


35

5. Revisi

Dari hasil FGD bersama mahasiswa atau dosen, maka dilakukan revisi

atau perbaikan prototipe untuk melahirkan prototipe acuan tetap. Segala saran dan

kritikan dalam FGD dijadikan acuan untuk memrevisi prototipe. Prototipe acuan

tetap adalah kerangka dasar yang tetap yang akan dijadikan dasar pembuatan

LKPD yang dikembangkan.

6. Validasi draf

Validasi LKPD dilakukan oleh dua orang validator yang ahli dalam

bidangnya masing-masing. Setelah validasi pakar dilakukan revisi. Hasil validasi

dari pakar akan dijadikan acuan untuk memperbaiki draft dan melahirkan draf

LKPD. Adapun saran yang diberikan validator akan ditindak lanjuti untuk

melahirkan LKPD yang siap untuk diujicoba di lapangan.

7. Uji Coba

LKPD draf di uji cobakan secara individu yakni menggunakan satu subjek

penelitian. Hal ini dilakukan untuk melihat kelayakan penggunaan LKPD ini.

Pada tahap ini uji coba dilakukan terhadap seorang peserta didik dari SMA Negeri

1 Maros dan menunjukkan hasil bahwa LKPD yang digunakan memberikan

dampak positif.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan

untuk memperoleh sejumlah data yang valid. Adapun teknik pengumpulan data

yang dilakukan adalah:


36

1. Data Wawancara dan Dokumentasi

Karena berbasis kontekstual maka data wawancara digunakan untuk

memperoleh informasi awal mengenai lingkungan masyarakat Maros yaitu

kearifan lokal yang terdapat di Maros. Hasil wawancara akan dianalisis secara

verbatim dan dijadikan sumber informasi kearifan lokal.

2. Data Validasi Ahli

Data validasi perangkat dari para ahli kemudian dianalisis secara deskriptif

dengan menelaah hasil penilaian para ahli terhadap perangkat pembelajaran.

Hasil telaah digunakan sebagai masukan untuk merevisi atau

menyempurnakan LKPD luar kelas yang dikembangkan.

3. Data Persepsi Guru Terhadap LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal

untuk menguatkan karakter rasa ingin tahu.

Pada penelitian ini digunakan bentuk kuesioner tertutup yaitu dengan

menggunakan skala Likert yang dapat dipilih responden yaitu sangat setuju,

kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Adapun pada penelitian

ini, kuesioner digunakan untuk mendapatkan data respon guru fisika terhadap

LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal untuk menguatkan karakter rasa

ingin tahu.
37

4. Data presepsi peserta didik terhadap LKPD luar kelas terintegrasi kearifan

lokal untuk menguatkan karakter rasa ingin tahu.

Pada penelitian ini digunakan bentuk kuesioner tertutup yaitu dengan

menggunakan skala Likert yang dapat dipilih responden yaitu sangat setuju,

kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Adapun pada penelitian

ini, kuesioner digunakan untuk mendapatkan data respon peserta didik fisika

terhadap penugasan yang di berikan peserta didik berupa LKPD luar kelas

terintegrasi kearifan lokal untuk menguatkan karakter rasa ingin tahu.

G. Teknik Analisis Data

1. Data validitas LKPD

Data validitas LKPD yang dilakukan oleh dua orang validator (pada aspek

yang sama) diperoleh melalui uji validitas dengan menggunakan uji Gregory

sebagai berikut:

PENILAI I
1-2 3-4

PENILAI II

1-2 A B

3-4 C D

Gambar 3.2 Model Kesepakatan Antarpenilai untuk Validitas Konten


38

` (3.1)

Keterangan:

= Validasi Contruck
= Kedua ahli tidak setuju
= Ahli I setuju, Ahli II tidak setuju
= Ahli I tidak setuju, Ahli II setuju
= Kedua ahli setuju
Kriteria validasi isi:
0,80 – 1,00 : Validitas isi sangat tinggi
0,60 – 0,79 : Validitas isi tinggi
0,40 – 0,59 : Validitas isi sedang
0,20 – 0,39 : Validitas isi rendah
0,00 – 0,19 : Validitas isi sangat rendah
(Retnawati, 2016: 97-98)
Menurut Susetyo (2015:121), suatu perangkat dinyatakan valid jika harga

validitas konten diatas 0,5.

2. Data persepsi guru terhadap LKPD

Data persepsi guru terhadap LKPD luar kelas terintegrasi kearifan local

untuk menguatkan karakter rasa ingin tahu menggunakan analisis instrument

angket Skala Likert. Dalam Skala Likert, responden menentukan tingkat

persetujuan terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan

yang tersedia. Pilihan jawaban yang disediakan sangat layak, layak, kurang laya

dan sangat kurang layak. Jawaban diisi dengan memberikan skor 1 s.d 4 pada

setiap pernyataan. Perhitungan presentase setiap pernyataan ditentukan melalui

persamaan berikut ini:

(3.2)
39

Keterangan:

presentase

skor yang diperoleh

skor ideal

Adapun kriteria presentase skor dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 kriteria presentase skor

Presentase (%) Kriteria

0-20 Sangat Lemah


21-40 Lemah
41-60 Cukup
61-80 Kuat
81-100 Sangat Kuat
Perolehan respon positif terdapat pada rentang presentase 61%-100%
dengan kriteria kuat dan sangat kuat.

Gambaran kontinum tingkat gradiasi hasil analisis skala presentase adalah


sebagai berikut.

0% 20% 40% 60% 80% 100


%

Sangat Lemah Cukup Kuat Sangat kuat


lemah
Gambar 3.2 Tingkat Gradiasi Presntase Skor
(diadopsi dari, Riduwan 2003:41)
Berdasarkan rata-rata presentase yang dianalisis setiap aspek maka akan

dianalisis validitasnya. Pada tahap validasi yang dilakukan dalam penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh instrumen dan perangkat yang layak digunakan

selama proses penelitian berlangsung. Setelah draf pembuatan LKPD dinyatakan

final dan innstrumen yang telah diadaptasi ini divalidasi oleh dua orang validator.
40

Kemudian data hasil validasi dikumpulkan dan diolah untuk mengetahui

kevalidan instrumen dan perangkat yang akan digunakan.

3. Data persepsi peserta didik terhadap LKPD

Data persepsi peserta didik terhadap LKPD luar kelas terintegrasi kearifan

local untuk menguatkan karakter rasa ingin tahu sama dengan data persepsi guru

terhadap LKPD yakni dengan menggunakan analisis instrument angket Skala

Likert.
BAB IV

HASIL ANALISI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian pengembangan yang telah dilaksanakan, hasil

penelitian dirangkum secara deskriptif dengan mengikuti setiap proses dari model

ADDIE yang terdiri dari Analysis, Design, Development, Implementation dan

Evaluation. Berikut ini dideskripsikan hasil pengembangan lembar kerja peserta

didik (LKPD) luar kelas terintegrasi kearifan lokal dalam menguatkan karakter

rasa ingin tahu peserta didik untuk setiap fase.

1. Tahap Analisis
Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara langsung terhadap guru,

peserta didik dan beberapa masyarakat Kabupaten Maros untuk melihat

masalah yang terdapat disekolah serta potensi pengembangan LKPD. Hasil

wawancara yang dilakukan terhadap guru dan peserta didik adalah rendahnya

rasa ingin tahu peserta didik. Untuk wawancara terhadap masyarakat

Kabupaten Maros mengenai kearifan lokal yang terdapat di Kabupaten Maros

sendiri yakni Maulid Nabiullah SAW yang dilakukan setiap tahun,

menunjukkan potensi pengembangan LKPD melalui kearifan lokal tersebut.

Komponen-komponen yang terdapat pada Bakul Maulid sangar erat terhadap

konsep fisika khususnya pada proses pembuatan bakul maulid itu sendiri.

Peneliti melihat potensi pengembangan LKPD dengan menggunakan

kearifan lokal sebagai objek utama dari LKPD karena peserta didik tentu

sudah tidak asing dengan hal ini, terlebih ingin menghilangkan persepsi

41
42

negatif peserta didik terhadap fisika yang dianggat rumit dan tidak

menynangkan sehingga peserta didik menyadari bahwa fisika selalu hadir di

sekitar mereka. Dengan menggunakan objek kearifan lokal sebagai stimulus

peneliti juga menemukan potensi menguatnya karakter rasa ingin tahu atau

rasa penasaran peserta didik dan menjadi peka terhadap lingkungan

sekitarnya.

Peneliti mengumpulkan data dari hasil observasi awal yakni dari hasil

wawan cara dan tes awal yang telah dilakukan. Pada saat observai peneliti

mendapati bahwa peserta didik memiliki rasa ingin tahu yang rendah. Setelah

wawancara langsung terhadap guru ditemukan bahwa peserta didik yang

bersangkutan (subjek) aktif di kelas dalam menyelesaikan soal dan memiliki

hasil belajar yang bagus tetapi cenderung jarang bertanya hal ini dikarenakan

mata pelajaran fisika identik dengan hal yang rumit, dan kurangnya bahan ajar

yang aplikatif. Setelah wawancara langsung terhadap peserta didik ditemukan

bahwa peserta didik tersebut menyukai fisika dan memiliki pengetahuan

konsep fisika yang mumpuni. Tetapi setelah dilakukan tes awal untuk

mengetahui rasa ingin tahu dari peserta didik, hasil menunjukkan bahwa rasa

ingin tahu dari peserta didik tersebut tergolong rendah dengan hanya mampu

memberikan 2 pertanyaan dari total 2 objek yang disajikan. Setelah

wawancara yang lebih dalam, peserta didik cenderung memahami materi

hanya sebatas apa yang telah diberikan di sekolah, peserta didik tersebut tidak

memiliki motivasi untuk mengembangkan lebih jauh pengetahuan yang ada

karena selama ini rasa ingin tahu peserta didik tidak terstimulasi dengan baik.
43

Berdasarkan permasalahan tersebut salah satu upaya yang dapat

dilakukan yaitu membuat bahan ajar yang bersifat aplikatif yang mampu

menstimulasi rasa ingin tahu peserta didik. Maka perlu dilakukan

pengembangan lembar kerja peserta didik (LKPD) terintegrasi kearifan lokal

dalam menguatkan rasa ingin tahu peserta didik dengan tampilan yang

menarik, bahasa sederhana sehingga mudah dipahami, dan bersifat aplikatif

agar dapat membuat peserta didik dapat mengetahui makna fisika dalam

kehidupan sehari-hari. Sehingga menumbuhkan minat, lebih aktif mencari

tahu, dan mudah mnengerti materi fisika

2. Tahap Desain
Tahap ini bertujuan untuk menyiapkan rancangan awal dari produk

yang akan dikembangkan, dalam hal ini yaitu lembar kerja peserta didik

(LKPD) luar kelas terintegrasi kearifan lokal dalam menguatkan karakter rasa

ingin tahu peserta didik. Pada tahap ini dibuat sketsa cover, tata letak LKPD

yang akan dibuat semenarik mungkin. Pada tahap ini draf LKPD berisi cerita

singkat mengenai sebuah keluarga yang menyambut perayaan maulid sambil

menyisipkan sedikit proses pembuatan tusuk telur dan pengolahan telur untuk

menjadi telur maulid. Selanjutnya diberikan arahan atau petunjuk untuk

memberikan pertanyaan dari objek kearifan lokal secara umum. Pada tahap ini

draf 1 terdiri dua aspek yakni pertanyaan umum dan khusus serta instrumen

(instrumen penilaian pakar, angket persepsi guru fisika, dan angket persepsi

peserta didik)
44

Darf LKPD yang telah di buat, dibahas bersama rekan mahasiswa dan

dosen untuk memperbaiki draf 1. Pada bagian ini dilakukan perbaikan

mengenai format penyajiannya yang dinilai masih sedikit abstrak untuk

disajikan kepada peserta didik dan warna yang cenderung monoton dinilai

kuranmg menarik, sekaligus menyesuaikan penggunaan bahasa untuk peserta

didik agar mampu memahami LKPD dengan mudah. Tata letak dan indentitas

LKPD juga menjadi pont penting dibahas pada tahap ini serta penambahan

bentuk kearifan lokal sebagai panduan peserta didik untuk mampu

mengeksplor rasa ingin tahunya lebih dalam.

3. Tahap Pengembangan
Pada tahap pengembangan peneliti mulai menyusun LKPD dengan

lebih menarik. LKPD dibagi menjadi berdasarkan tiga dimenasi pengetahuan

yakni, LKPD keingintahuan faktual, LKPD keingintahuan konseptual dan

LKPD keingintahuan prosedural, di mana masing-masing LKPD memiliki

instruksi dan tagihan, serta pemberian contoh dalam bentuk pertanyaan yang

sesuai dengan dimensi pengetahuan dan karifan lokal lain yang ada di

Kabupaten Maros sebagai bentuk stimulasi pada siswa. Penambahan gambar

dan animasi dimaksudkan agar mampu menarik motivasi siswa dalam

mengerjakan LKPD, LKPD juga dibuat dengan warna yang berbeda-beda

pada setian dimensi pengetahuan membuat siswa lebih mudah membedakan

setiap jenis LKPD.

Setelah dilakukan revisi, selanjutnya validasi LKPD dilakukan oleh

dua orang ahli pakar LKPD dimana kedua ahli pakar tersebut adalah pakar
45

dalam bidang LKPD. Kedua validator menyelidiki kelayakan format, materi,

konten/isi dan bahasa LKPD terhadap rasa ingin tahu dan materi fisika. Selain

itu dilakukan validasi angket persepsi guru dan peserta didik. Berikut hasil

validasi ahli terhadap lembar kerja peserta didik, instrumen persepsi guru dan

persepsi peserta didik:

Tabel 4.1 Hasil validasi lembar kerja peserta didik


Penilaian
Persentase
No Komponen Butir Pakar Pakar
(%)
I II
1. Format 1. Mencantumkan identitas 4 4
(materi, nama peserta
didik, kelas dan nis)
2. Sistem penomoran jelas 4 4
3. Jenis dan ukuran huruf 4 4
sesuai
4. Kesesuaian letak gambar, 3 3
grafik, maupun tabel jika
96,4
ada.
5. Menyediakan informasi 4 4
kerja
6. Perintah dan pertanyaan 4 4
dalam LKPD mudah
dipahami
7. Menyediakan kolom 4 4
jawaban
2. Materi Kejelasan perilaku 3 3
berkarakter rasa ingin tahu
yang akan dikembangkan 75,0
pada LKPD
46

3. Isi 1. Contoh pertanyaan dari 3 4


LKPD faktual mampu
merangsang rasa ingin
tahu faktual peserta didik
2. Tagihan 1 pada LKPD 4 3
faktual mampu
meningkatkan rasa ingin
tahu berorientasi
pengetahuan faktual
3. Contoh pertanyaan dari 3 4
LKPD konseptual mampu
merangsang rasa ingin
tahu konseptual peserta
didik
4. Tagihan 2 pada LKPD 3 3
konseptual mampu
meningkatkan rasa ingin
tahu berorientasi
pengetahuan konseptual
5. Contoh pertanyaan dari 3 4
LKPD prosedural mampu
merangsang rasa ingin
tahu prosedural peserta
87,5
didik
6. Tagihan 3 pada LKPD 4 3
prosedural mampu
meningkatkan rasa ingin
tahu berorientasi
pengetahuan prosedural
7. Prnyajian isi LKPD 3 3
menuntun peserta didik
untuk menemukan fakta
fisika dalam objek
kearifan lokal
8. Penggunaan kalimat 3 4
sesuai dengan EYD
9. Menggunakan istilah- 4 3
istilah yang mudah
dipahami oleh peserta
didik
10. Struktur kalimat 4 3
sesuai dengan taraf
berpikir peserta didik
11. Struktur kalimat 3 3
sesuai dengan kemampuan
membaca peserta didik
47

3. Bahasa 1. Bahasa dan istilah yang 4 3


digunakan dalam LKPD
mudah dipahami
2. Bahasa yang digunakan
87,5
arahan/petunjuk yang jelas 3 4
sehingga tidak
menimbulkan penafsiran
ganda.
Rata-rata 86,6%

Berdasarkan penilaian validator terhadap Lembar Kerja Peserta Didik

aspek format diperoleh rata-rata persentase 96,4% yang menunjukan bahwa

pada aspek tersebut berada pada kategori sangat kuat. Pada aspek materi

diperoleh rata-rata persentase 75,0% yang menunjukkan bahwa pada aspek

tersebut berada pada kategori sangat kuat. Pada aspek isi diperoleh rata-rata

persentase 87,5% yang menunjukkan bahwa pada aspek tersebut berada pada

kategori sanggat kuat. Begitupun dengan aspek bahasa yang berada pada

kategori sangat kuat dengan rata-rata persentase 87,5%. Rata-rata untuk

semua aspek diperoleh 86,6% yang menunjukkan bahwa aspek tersebut

berada pada kategori sangat kuat. Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek

maka diperoleh hasil uji validitas berdasarkan analisis gregory diperoleh

koefisien validitas (r) yaitu 1,0 yang menunjukkan setiap aspek dalam

keseluruhan tersebut valid dan dalam kategori sangat tinggi.


48

Tabel 4.2 Hasil validasi lembar persepsi guru


Penilaian
Persentase
No Komponen Butir Pakar Pakar
(%)
I II
1. Format 8. Mencantumkan petunjuk 3 4
pengisian angket yang
dinyatakan dengan jelas
9. Mencantumkan judul 3 4
angket dengan jelas
10. Jenis dan ukuran 3 4 87,5
huruf sesuai
11. Pengaturan ruang/tata 3 4
letak/penomoran yang
jelas
2. Isi 12. Pernyataan- 3 3
pernyataan yang disajikan
dalam angket jelas dan
mudah dipahami
13. Menyediakan kolom 3 4
penilaian dengan jelas dan
rapi 83,3
14. Pernyataan- 3 4
pernyataan yang disajikan
dalam angket cukup untuk
mewakili persepsi guru
terhadap LKPD yang telah
dikembangkan.
3. Bahasa 3. Bahasa dan istilah yang 3 4 83,3
digunakan dalam angket
persepsi guru mudah
dipahami
4. Bahaya yang digunakan 3 3
benar sesuai EYD dan
menggunakan
arahan/petunjuk yang jelas
sehingga tidak
menimbulkan penafsiran
ganda
5. Bahasa yang digunakan 3 4
bersifat komunikatif dan
sesuai untuk guru.
Rata-rata 84,7%
49

Berdasarkan penilaian validator terhadap Lembar Persepsi Guru pada

aspek format diperoleh rata-rata persentase 87,5% yang menunjukan bahwa

pada aspek tersebut berada pada kategori sangat kuat. Pada aspek isi

diperoleh rata-rata persentase 83,3% yang menunjukkan bahwa pada aspek

tersebut berada pada kategori sanggat kuat. Begitupun dengan aspek bahasa

yang berada pada kategori sangat kuat dengan rata-rata persentase 83,3%.

Rata-rata untuk semua aspek diperoleh 84,7% yang menunjukkan bahwa

aspek tersebut berada pada kategori sangat kuat. Berdasarkan pernyataan dari

setiap aspek maka diperoleh hasil uji validitas berdasarkan analisis gregory

diperoleh koefisien validitas (r) yaitu 1,0 yang menunjukkan setiap aspek

dalam keseluruhan tersebut valid dan dalam kategori sangat tinggi.

Tabel 4.3 Hasil validasi lembar persepsi peserta didik

Penilaian
Persentase
No Komponen Butir Pakar Pakar (%)
I II
1. Format 1. Mencantumkan petunjuk 3 4
pengisian angket yang
dinyatakan dengan jelas
2. Mencantumkan judul 3 4
angket dengan jelas
3. Jenis dan ukuran huruf 3 4 87,5
sesuai
4. Pengaturan ruang/tata 3 4
letak/penomoran yang
jelas
2. Isi 1. Pernyataan-pernyataan 3 3
yang disajikan dalam
angket jelas dan mudah
dipahami
75,0
2. Menyediakan kolom 3 3
penilaian dengan jelas dan
rapi
3. Pernyataan-pernyataan 3 3
50

yang disajikan dalam


angket cukup untuk
mewakili persepsi peserta
didik terhadap LKPD
yang telah dikembangkan.

3. Bahasa 1. Bahasa dan istilah yang 3 4


digunakan dalam angket
respon persepsi peserta
didik mudah dipahami
2. Bahaya yang digunakan 3 3
benar sesuai EYD dan
menggunakan
arahan/petunjuk yang jelas 83,3
sehingga tidak
menimbulkan penafsiran
ganda
3. Bahasa yang digunakan
bersifat komunikatif dan
sesuai untuk peserta didik. 3 4

Rata-rata 81,9%

Berdasarkan penilaian validator terhadap Lembar Persepsi Guru pada

aspek format diperoleh rata-rata persentase 87,5% yang menunjukan bahwa

pada aspek tersebut berada pada kategori sangat kuat. Pada aspek isi

diperoleh rata-rata persentase 75,0% yang menunjukkan bahwa pada aspek

tersebut berada pada kategori kuat. Begitupun dengan aspek bahasa yang

berada pada kategori sangat kuat dengan rata-rata persentase 83,3%. Rata-rata

untuk semua aspek diperoleh 81,9% yang menunjukkan bahwa aspek tersebut

berada pada kategori sangat kuat. Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek

maka diperoleh hasil uji validitas berdasarkan hasil analisis gregory diperoleh

koefisien validitas (r) yaitu 1,0 yang menunjukkan setiap aspek dalam

keseluruhan tersebut valid dan dalam kategori sangat tinggi.


51

4. Tahap Implementasi
Setelah melakukan validasi, dilakukan sedikit perbaikan pada konten

LKPD kearifan lokal dan telah didapatkan LKPD yang siap untuk diuji

cobakan. Uji coba yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji coba

individual yang dilakukan pada satu subjek yang dinilai memenuhi kriteria.

Adapun hasil uji coba LKPD keingintahuan terintegrasi kearifan lokal

adalah sebagai berikut:

a. Tingkat rasa ingin tahu peserta didik dalam tiga dimensi pengetahuan

Tabel 4.4 Hasil uji coba LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal
dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu berorientasi dimensi
pengetahuan faktual

No Komponen Persentase (%)


1. Telur 88,9
2. Wadah (Ember) 100
3. Songkolo 100
4. Lauk (Tumpi-tumpi) 90,9
Rata-rata 95,0

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa pencapaian peserta didik

pada uji coba LKPD keingintahuan terintegrasi kearifan lokal berorientasi

dimensi pengetahuan faktual untuk komponen telur memiliki rata-rata

persentase sebesar 88,9% yang menunjukkan bahwa rasa ingin tahu subjek

berada pada kategori sangat kuat. Untuk komponen wadah (ember) diperoleh

rata-rata persentase yang diperoleh 100% yang menunjukka pada komponen

ini rasa ingin tahu subjek berada pada kategori sangat kuat. Begitu pula pada

komponen songkolo dan lauk (tumpi-tumpi) yang sama-sama berada pada

kategori sangat kuat dengan perolehan rata-rata persentase masing-masing


52

sebesar 100% dan 90,9%. Dan rata-rata persentase yang diperoleh untuk

semua komponen pada LKPD keingintahuan terintegrasi kearifan lokal

berorientasi dimensi pengetahuan faktual sebesar 95,0% yang menunjukkan

bahwa hasil yang dicapai subjek berada pada kategori sangat kuat.

Tabel 4.5 Hasil uji coba LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal dalam
menguatkan karakter rasa ingin tahu berorientasi dimensi pengetahuan
konseptual

No Komponen Persentase (%)


1. Telur 60,0
2. Wadah (Ember) 50,0
3. Songkolo 50,0
4. Lauk (Tumpi-tumpi) 37,5
Rata-rata 49,4

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa pencapaian peserta didik

pada uji coba LKPD keingintahuan terintegrasi kearifan lokal berorientasi

dimensi pengetahuan konseptual untuk komponen telur memiliki rata-rata

persentase sebesar 60,0% yang menunjukkan bahwa rasa ingin tahu subjek

berada pada kategori kuat. Untuk komponen wadah (ember) diperoleh rata-

rata persentase yang diperoleh 50,0% yang menunjukka pada komponen ini

rasa ingin tahu subjek berada pada kategori cukup. Begitu pula pada

komponen songkolo yang berada pada kategori cukup dengan peroleh rata-

rata persentase sebesar 50,0%. Sedangkan pada komponen lauk (tumpi-

tumpi) berada pada kategori lemah dengan perolehan rata-rata persentase

sebesar 37,5%. Dan rata-rata persentase yang diperoleh untuk semua

komponen pada LKPD keingintahuan terintegrasi kearifan lokal berorientasi


53

dimensi pengetahuan konseptual sebesar 49,4% yang menunjukkan bahwa

hasil yang dicapai subjek berada pada kategori cukup.

Tabel 4.6 Hasil uji coba LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal dalam
menguatkan karakter rasa ingin tahu berorientasi dimensi pengetahuan
prosedural

No Komponen Persentase (%)


1. Telur 83,3
2. Wadah (Ember) 57,1
3. Songkolo 57,1
4. Lauk (Tumpi-tumpi) 55,6
Rata-rata 63,3

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa pencapaian peserta didik

pada uji coba LKPD keingintahuan terintegrasi kearifan lokal berorientasi

dimensi pengetahuan prosedural untuk komponen telur memiliki rata-rata

persentase sebesar 83,3% yang menunjukkan bahwa rasa ingin tahu subjek

berada pada kategori sangat kuat. Untuk komponen wadah (ember) diperoleh

rata-rata persentase yang diperoleh 57,1% yang menunjukka pada komponen

ini rasa ingin tahu subjek berada pada kategori cukup. Begitu pula pada

komponen songkolo dan lauk (tumpi-tumpi) yang sama-sama berada pada

kategori cukup dengan perolehan rata-rata persentase masing-masing sebesar

57,1% dan 55,6%. Dan rata-rata persentase yang diperoleh untuk semua

komponen pada LKPD keingintahuan terintegrasi kearifan lokal berorientasi

dimensi pengetahuan faktual sebesar 63,3% yang menunjukkan bahwa hasil

yang dicapai subjek berada pada kategori kuat.


54

Tabel 4.7 Hasil uji coba LKPD terintegrasi kearifan lokal dalam
menguatkan karakter rasa ingin tahu

No Dimensi Pengetahuan Persentase (%)


1. Faktual 95,0
2. Konseptual 49,4
3. Prosedural 63,3
Rata-rata 69,2

Dari tabel di atas dapat dilihat perolehan rata-rata persentase yang

dicapai subjek dalam uji coba LKPD terintegrasi kearifsn loksl untuk

semua dimensi pengetahuan sebesar 69,2% yang menunjukkan bahwa rasa

ingin tahu subjek berada pada kategori kuat.

Adapun grafik perbandingan antara pengetahuan faktual

konseptual dan prosedural yang dimiliki peserta didik adalah sebagai

berikut:

Grafik 4.1 Hasil Uji Coba LKPD

Hasil Uji coba LKPD


100
80
60
40 rata-rata (%)

20
0
Faktual Konseptual Prosedural
55

Tabel 4.8 Perbandingan respon subjek sebelum dan setelah pemberian


LKPD keingintahuan terintegrasi kearifan lokal

Respon Subjek
No. Objek Sebelum Pemberian Setelah Pemberian
LKPD LKPD
1. Batu  Kenapa batu sangat  Berapa massa jenis
keras? batu?
 Bagaimana batu bisa  Berapa berat batu jika
terbentuk? berada di bulan?
 Apakah batu memiliki
medan magnet?
 Mengapa bentuk batu
berbeda-beda?
 Bagaimana proses
utama terbentuknya
batu?
2. Mobil -  Berapa kecepatan
maksimum dari
mobil?
 Apakah mobil dapat
bergerak dengan
medan magnetik?
 Berapa tekanan yang
diberikan mobil?
 Mengapa kebanyakan
mobil tidak
menggunakan energi
listrik sebagai bahan
bakarnya?
 Bagaimana mobil
dapat bergerak?
Jumlah Pertanyaan 2 10

Dari tabel di atas dapat dilihat perbedaan respon subjek sebelum dan

setelah pemberian LKPD keingintahuan terintegrasi kearifan lokal yang

ditandai dengan jumlah pertanyaan yang berbeda mencerminkan rasa ingin

tahu yang meningkat. Sebelum diberikan LKPD keingintahuan terintegrasi

kearifan lokal pada objek batu, subjek hanya memberikan dua buah

pertanyaan dan pada objek mobil subjek sama sekali tidak memiliki
56

pertanyaan. Sedangkan setelah pemberian LKPD keingintahuan terintegrasi

kearifan lokal subjek mampu memberikan lima pertanyaan untuk setiap objek

yakni batu dan mobil, hingga persentase kenaikan rasa ingin tahu subjek

mencapai 400%.

Hal ini membuktikan bahwa LKPD keingintahuan terintegrasi

kearifan lokal mampu menguatkan karakter rasa ingin tahu peserta didik dan

dapat menjadi bahan ajar yang inovatif. Pernyataan tersebut diperkuat oleh

pengamatan langsung peneliti saat melakukan uji coba LKPD. LKPD

keingintahuan terintegrasi kearifan lokal memudahkan peserta didik

memahami fisika lebih dalam yang terdapat pada objek-objek di sekitar

peserta didik itu sendiri.

b. Persepsi guru terhadap LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal dalam

menguatkan karakter rasa ingin tahu

Tabel 4.9 Persepsi guru terhadap LKPD luar kelas terintegrasi kearifan
lokal dalam meningkatkan rasa ingin tahu

Penilaian Persentase
No. Aspek Kriteria
Guru (%)
1. Format 1. Desain LKPD menarik 4 100
2. Kesesuaian 1. Kebenaran isi/materi 4
Konsep (Konten)
2. Objek LKPD yang 3
disajikan terdapat secara
nyata pada lingkungan 91,7
peserta didik
3. Objek LKPD berkaitan 4
dengan kearifan lokal

3. Isi 1. Contoh pertanyaan dari 4


LKPD faktual mampu
95,8
merangsang rasa ingin
tahu faktual peserta didik
57

2. Tagihan 1 pada LKPD 4


faktual mampu
meningkatkan rasa ingin
tahu berorientasi
pengetahuan faktual
3. Contoh pertanyaan dari 3
LKPD konseptual mampu
merangsang rasa ingin
tahu konseptual peserta
didik
4. Tagihan 2 pada LKPD 4
konseptual mampu
meningkatkan rasa ingin
tahu berorientasi
pengetahuan konseptual
5. Contoh pertanyaan dari 4
LKPD prosedural mampu
merangsang rasa ingin
tahu prosedural peserta
didik
6. Tagihan 3 pada LKPD 4
prosedural mampu
meningkatkan rasa ingin
tahu berorientasi
pengetahuan prosedural
4. Penerapan 1. Penyajian isi LKPD 4
Pendidikan menuntun peserta didik
Karakter untuk aktif berpikir
2. PenyajianLKPD menuntun 4 100
peserta didik untuk
menemukan fakta fisika
dalam objek kearifan lokal
5. Bahasa 1. Penggunaan kalimat sesuai 4
dengan aturan EYD
2. Menggunakan istilah- 4
istilah yang mudah
dipahami oleh peserta
didik
3. Struktur kalimat sesuai 4 93,8
dengan taraf berpikir
peserta didik
4. Struktur kalimat sesuai 3
dengan kemampuan
membaca peserta didik
Rata-rata 96,3%
58

Berdasarkan penilaian dari guru terhadap Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) luar kelas terintegrasi kearifan lokal dalam menguatkan karakter rasa

ingin tahu diperoleh rata-rata persentase untuk aspek format sebesar 100%

yang menunjukkan bahwa aspek tersebut berada pada kategori sangat kuat.

Untuk aspek kesesuaian konsep memperoleh rata-rata persentase sebesar

91,7% yang menunjukkan bahwa aspek kesesuaian konsep berada pada

kategori sangat kuat. Aspek isi memperoleh rata-rata persentase sebesar

95,8% yang menunjukkan bahwa pada aspek ini jyga berada apada kategori

sangat kuat. Sama halnya dengan aspek penerapan pendidikan karakter dan

bahasa yang juga berada pada kategori sangat kuat dengan masing-masing

perolehan persentase rata-rata sebesar 100% dan 93,8%. Dan dari semua

aspek diperoleh rata-rata persentasi sebesar 96,3% yang menunjukka bahwa

pada aspek tersebut berada pada kategori sangat kuat. Berdasarkan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal

dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu layak digunakan sebagai bahan

ajar. Berikut saran-saran guru fisika terhadap LKPD luar kelas terintegrasi

kearifan lokal dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu.

Tabel 4.10 Tanggapan guru mata pelajaran fisika terhadap LKPD luar kelas
terintegrasi kearifan lokal dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu

Responden Jabatan Saran


Dra. Sumiati Wakasek 1. Materi LKPD sebaiknya
Maulana Kurikulum dapat dikembangkan secara
Dan luas, sehingga
Guru Fisika kemampuan/tingkat berpikir
juga lebih berkembang.
59

2. Penggunaan bahasa yang


mudah dicerna oleh siswa
secara umum.

Tanggapan guru fisika terhadap LKPD luar kelas terintegrasi kearifan

lokal dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu akan dievaluasi untuk

melakukan perbaikan LKPD fisika yang telah dikembangkan.

c. Persepsi peserta didik terhadap LKPD luar kelas terintegrasi kerifan lokal

dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu

Tabel 4.11 Tabel persepsi peserta didik terhadap LKPD luar kelas
terintegrasi kearifan lokal dalam meningkatkan rasa ingin tahu

Penilaian
Persentase
No. Aspek Kriteria Peserta
(%)
Didik
1. Format 1. LKPD menarik sehingga 4
tidak membosankan
2. Penjelasan kalimat pada 3 87,5
LKPD mudah dipahami
2. Kesesuaian 1. Objek LKPD yang 4
Konsep disajikan terdapat secara
nyata pada lingkungan
masyarakat
2. Objek LKPD berkaitan 4 91,7
dengan kearifan lokal
3. Ada keterkaitan antara 3
materi pembelajaran dan
LKPD
3. Isi 1. Contoh pertanyaan dari 4
LKPD faktual mampu
merangsang rasa ingin
tahu faktual peserta didik
2. Tagihan 1 pada LKPD 4
faktual mampu
91,7
meningkatkan rasa ingin
tahu berorientasi
pengetahuan faktual
3. Contoh pertanyaan dari 3
LKPD konseptual mampu
merangsang rasa ingin
60

tahu konseptual peserta


didik
4. Tagihan 2 pada LKPD 4
konseptual mampu
meningkatkan rasa ingin
tahu berorientasi
pengentahuan konseptual
5. Contoh pertanyaan dari 3
LKPD prosedural mampu
merangsang rasa ingin
tahu
6. Tagihan 3 pada LKPD 4
prosedural mampu
meningkatkan rasa ingin
tahu berorientasi
pengetahuan prosedural
4. Bahasa 1. Menggunakan istilah- 4
istilah yang mudah
dipahami peserta didik
2. Menggunakan kalimat 4
sesuai dengan
kemampuan berpikir
peserta didik
3. Menggunakan kalimat 4
95,0
sesuai dengan
kemampuan membaca
peserta didik
4. Pertanyaan dalam LKPD 4
jelas hingga mudah untuk
mengerjakannya
5. Ukuran tulisan pada 3
LKPD jelas
5. Penerapan 1. LKPD membuat saya 3
Pendidikan berpikir lebih mendalam 75,0
Karakter pada materi fisika
Rata-rata 88.2%

Berdasarkan penilaian dari peserta didik terhadap Lembar Kerja

Peserta Didik (LKPD) luar kelas terintegrasi kearifan lokal dalam menguatkan

karakter rasa ingin tahu diperoleh rata-rata persentase untuk aspek format

sebesar 87.5% yang menunjukkan bahwa aspek tersebut berada pada kategori

sangat kuat. Untuk aspek kesesuaian konsep memperoleh rata-rata persentase


61

sebesar 91,7% yang menunjukkan bahwa aspek kesesuaian konsep berada

pada kategori sangat kuat. Sama halnya dengan aspek isi yang memperoleh

rata-rata persentase sebesar 91,7% pula yang menunjukkan bahwa pada aspek

ini juga berada apada kategori sangat kuat. Aspek bahasa berada pada

kategori sangat kuat dengan perolehan persentase rata-rata sebesar 95,0%.

Sedangkan aspek penerapan pendidikan karakter berada pada kategori kuat

dengan perolehan persentase rata-rata sebesar 75,0%. Dan dari semua aspek

diperoleh rata-rata persentasi sebesar 88,2% yang menunjukka bahwa pada

aspek tersebut berada pada kategori sangat kuat.

5. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini, dilakukan evaluasi perbaikan terhadap LKPD luar kelas

berdasarkan saran dan kritik yang diterima pada angket persepsi guru dan

peserta didik.

B. Pembahasan
Pada bagian ini dikemukakan pembahasan hasil penelitian yang meliputi

beberapa hal, yaitu: (1) ketercapaian tujuan penelitian, (2) temuan khusus, dan (3)

kendala dalam penelitian. Ketercapaian tujuan penelitian yang akan diuraikan

adalah seberapa jauh tujuan penelitian yang direncanakan tercapai. Temuan

khusus yang imaksudkan dalam penelitian ini adalah temuan-temuan yang

diperoleh selama pelaksanaan uji coba bahan ajar, khususnya terkait langsung

dengan kondisi peserta didik yang menjadi subjek penelitian. Sedangkan, kendala-

kendala yang dikemukakan pada bagian ini yaitu kendala selama proses

pengembangan bahan ajar, menyangkut implementasi bahan ajar di luar kelas dan
62

kesiapan-keisapan yang diperlukan untuk memperoleh bahan ajar yang baik.

Pembahasan ketiga hal di atas dikemukakan sebagai berikut.

1. Ketercapaian Tujuan Penelitian


a. Validasi lembar kerja peserta didik

Pada bagian ini, dikemukakan paparan hasil pemilaian validator dan uji

coba perangkat pembelajaran. Berdasarkan penilaian oleh kedua validator,

LKPD butuh sedikit perbaikan dari segi konten/isi. Setelah dilakukan

perbaikan LKPD dinyatakan layak untuk digunakan sebagai bahan ajar. Hal ini

selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Martawijaya M Agus dan

Khusniati Miranita yang menunujukkan bahwa kearifan lokal layak digunakan

dalam proses pembelajaran.

b. Persepsi guru terhadap lembar kerja peserta didik

Penilaian guru mata pelajaran fisika terhadap LKPD luar kelas

terintegrasi kearifan lokal diperoleh dari angket persepsi guru terhadap LKPD

luar kelas terintegrasi kearifan lokal. LKPD dinilai oleh seorang guru mata

pelajaran fisika. Dari hasil persepsi guru mata pelajaran fisika diperoleh bahwa

LKPD layak digunakan sebagai bahan ajar dengan persentase kelayakan 96,3%

yang berada pada kategori sangat kuat. Dari hasil wawancara dengan guru mata

pelajaran fisika, beliau berpendapat bahwa LKPD luar kelas terintegrasi

kearifan lokal sangat menarik dan unik karena beda dengan LKPD pada

umumnya, serta mampu menguatkan karakter rasa ingin tahu dengan stimulasi

pada LKPD yang berupa contoh pertanyaan dengan memanfaatkan kearifan

lokal lain.
63

c. Persepsi peserta didik terhadap lembar kerja peserta didik

Penilaian peserta didik terhadap LKPD luar kelas terintegrasi kearifan

lokal diperoleh dari angket peserta didik terhadap LKPD setelah dilakukan uji

coba. Secara keseluruhan peserta didik menyukai penggunaan LKPD luar kelas

terintegrasi kearifan lokal dalam proses pembelajaran fisika. Hal ini dibuktikan

peserta didik sangat antusias saat menggunakan LKPD luar kelas ini, terlebih

dengan menggunakan objek nyata bakul maulid peserta didik juga menjadi

lebih peka terhadap konsep fisika yang ada di sekitarnya ini dibuktikan setelah

melakukan uji coba LKPD peserta didik kembali diberikan pertanyaan yang

sama saat studi awal untuk melihat perkembangan karakter rasa ingin tahu dari

peserta didik. Dan ternyata rasa ingin tahu peserta didik mengalami

peningkatan mencapai 400%. Setelah dilakukan uji coba terbatas diperoleh

besar persentase rata-rata 88,2%, dengan kategori sangat kuat. Hal ini

menunjukkan bahwa peserta didik sangat setuju dengan penggunaan LKPD

luar kelas terintegrasi kearifan lokal.

2. Temuan Khusus
Setelah melakukan uji coba produk trmuan penenliti yang ditemukan

dalam proses peneletian yaitu LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal

adalah pertanyaan-pertanyaan tidak terduga yang mampu dikemukakan oleh

peserta didik, padahal pada studi awal peserta didik tersebut bahkan hanya

mampu mengajukan dua pertanyaan umum pada objek yang diamati. Setelah

pemberian LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal ada beberapa pertanyaan

yang tidak terpikirkan oleh peneliti sebelumnya, seperti bagaimana subjek


64

mengajukan pertanyaan mengenai perbandingan massa telur saat di bumi dan

di luar angkasa.

Subjek juga menunjukkan ketertarikan besar terhadap konsep Listrik.

Beberapa kali subjek mengajukan pertanyaan mengenai menggantikan sumber

kalor yang awaknya berasal dari api menjadi bersumber dari listrik, seperti

“mengapa tumpi-tumpi tidak dimasak menggunakan listrik?” pertanyaan itu

ditanyaka di hampir setiap komponen bakul maulid. Pertanyaan lain mengenai

alternatif lain selain material plastik sebagai wadah dari bakul maulid tak luput

dari perhatian subjek, sama halnya dengan bagaimana subjek mempertanyakan

bagaimana menjaga pusat massa ember agar bisa selalu seimbang. Hal ini

menunjukkan adanya kepekaan yang dimilki oleh subjek.

Subjek mampu melewati ketiga dimensi pengetahuan dengan cukup

baik. Nampak pula perbedaan sebelum dan setelah uji coba yang dialami

peserta didik dimana saat wawancara lansung subjek mengungkapkan bahwa

dirinya sendiri tidak menyangka bahwa mampu berpikir demikian sebelumnya,

subjek pun mengaku bahwa sekarang saat melihat objek, rasa penasaran

dengan tidak sadar muncul serta menyadari bahwa fisika selalu ada di

kehidupan sehari-hari.

3. Kendala Penelitian
Penelitian pengembangan LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal

memiliki kendala dalam pelaksanaannya, khususnya pada tahap prototipe dan

revisi. Peneliti menemukan kendala saat mendesain LKPD fisika dalam


65

kaitannya dengan kearifan lokal, namun kendala mampu teratasi. Selain itu

peneliti sedikit kesulitan mengenai konten dari LKPD, karena menemukan

konten fisika yang pas untuk ketiga dimensi pengetahuan bukanlah hal yang

sepele terlebih pertanyaan-pertanyaan yang diajukan perlu memberhatikan

kesesuaian dengan materi fisika dan peran objek kearifan lokal di dalamnya.

Serta contoh yang digunakan untuk menstimulasi rasa ingin tahu dari peserta

didik diperlukan kearifan lokal yang berbeda.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Pengembangan LKPD luar kelas terintegrasi kearifan lokal dalam

menguatkan karakter rasa ingin tahu dinyatakan valid setelah melalui tim

validator ahli dengan perolehan hasil uji validitas berdasarkan analisis

gregory diperoleh koefisien validitas (r) yaitu 1,0.

2. Berdasarkan persepsi guru terhadap lembar kerja peserta didik (LKPD)

luar kelas terintegrasi kearifan lokal dalam menguatkan karakter rasa igin

tahu peserta didik SMA Negeri 1 Maros, LKPD luar kelas terintegrasi

kearidan lokal layak digunakan sebagai bahan ajar dengan kategori sangat

kuat

3. Berdasarkan persepsi peserta didik terhadap lembar kerja peserta didik

(LKPD) luar kelas terintegrasi kearifan lokal dalam menguatkan karakter

rasa ingin tahu, peserta didik memberikan respon positif terhadap LKPD

dengan kategori sangat kuat

B. Saran
Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) luar kelas terintegrasi

kearifan lokal dalam menguatkan karakter rasa ingin tahu masih memiliki

keterbatasan dalam mencakup materi. Penelitian ini berbasis kontekstual dimana

peneliti mengambil kearifan lokal masyarakat Maros dengan objek bakul maulid,

sehingga perlu dilakukan kajian secara mendalam mengenai materi fisika yang

66
67

terdapat dalam objek kearifan lokal bakul maulid. Dan untuk pengembangan

selanjutnya diharapkan LKPD mampu digunakan secara keseluruhan oleh peserta

didik hingga perlu disesuaikan dengan tingkat berpikir keseluruhan siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Tia Oktaviani Sumarna & Arya Hadi Dharmana. 2010. Kearifan Lokal
dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di Kampung Kuta. Jurnal
Transdisiplin Sosiologi Komunikasi dan Ekologi Manusia, Vol. 04, No.
03
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 2011.
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional
Diella, Dea dkk. 2019. Pengembangan LKPD Berbasis Keterampilan Proses Sains
(KPS) Bagi Guru IPA. Jurnal Publikasi Pendidikan. Vol 9 No. 1
Fauzi, Achmad Ryan dkk. 2017. Penguatan Karakter Rasa Ingin Tahu dan Peduli
Sosial Melalui Discovery Learning. Jurnal Teori dan Praksis
Pembelajaran IPS. Vol 2 No. 2
Herman & Aslim. 2015. Pengembangan LKPD Fisika Tingkat SMA Berbasis
Keterampilan Proses Sains. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-
Journal) SNF2015. Vol 4
Julianingsih, Suhaesti. 2017. Pengembangan Instrumen Asesmen HOTS untuk
Mengukur Dimensi Pengetahuan IPA Siswa di SMP [skripsi]. Lampung
(ID): Universitas Lampung
Katriani, Laila. 2014. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Makalah dipresentasikan pada PPM, Yogyakarta, 24 Oktober
Khusniati, Miranita. 2014. Model Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal
dalam Menumbuhkan Karakter Konservasi. Indonesian Journal of
Conservation, Vol. 3, No. 1
Martawijaya, M Agus. 2014. Buku Fisika Peserta Didik Kearifan Lokal untuk
Meningkatkan Karakter dan Ketuntasan Belajar. Jurnal Sains dan
Pendidika Fisika, Jilid 10, No. 3
Permendikbud No 35 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta:
Kemendikbud
Permendikbud No 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. 2013.
Jakarta: Kemendikbud

68
69

Perpres No 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Perndidikan Karaakter. 2017.


Jakarta: Presiden Republik Indonesia
Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter. 2010. Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional
Retnawati, Heri. 2016. Analisis Kuantitatif Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Paranama Publishing.
Riduwan. 2003. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
Siantayani, Yulianti. 2011. Pendidikan Karakter sebagai Pembentuk Karakter
Bangsa. Jakarta: Ukrida
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Susetyo, B. 2015. Prosedur Penyusunan & Analisis Tes untuk Penilaian Hasil
Belajar Bidang Kognitif. Bandung: PT Refika Aditama.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2013. Jakarta: Sekretariat Negara
Winarni, Endang Widi. 2018. Teori dan Praktik Penelitian Kuantitatif Kualitatif
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Research and Development (R&D).
Jakarta: Bumi Aksara
70

LAMPIRAN
71

A.1 Surat Izin Penenlitian


72

A.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


73

A.3 Keterangan Telah Melakukan Validasi


74

B.1 Respon Peserta Didik Sebelum Pemberian LKPD


75

B.2 Respon Peserta Didik Setelah Pemberian


76

B.3 Hasil Uji Coba LKPD

1. LKPD Keingintahuan Faktual


77
78
79

2. LKPD Keingintahuan Konseptual


80
81
82

3. LKPD Keingintahuan Prosedural


83
84
85

B.4 Hasil Persepsi Guru Terhadap LKPD


86
87

B.5 Hasil Persepsi Peserta Didik Terhadap LKPD


88
89

C. Analisis Hasil Validasi Ahli


90
91

D. Dokumentasi

1. Pengenalan Objek Kearifan Lokal

2. Uji Coba LKPD


92

3. Persepsi Guru
93

Judul LKPD masih


terlalu umum
Sebelum Revisi

Foto Peringatan
Maulid Wacana singkat mengenai
kearifan lokal Bakul Maulid

Setelah Revisi Judul LKPD


sudah
mengerucut pada
dimensi
pengetahuan
LKPD sudah mencantumkan
pengisian identitas

Menggunakan kearifan lokal


selain Bakul Maulid sebagai
stimulasi yang disertai gambar

Contoh pertanyaan yang sesuai


dengan dimensi pengetahuan
untuk membantu peserta didik
94

Petunjuk terlalu umum, sehingga bisa


Sebelum Revisi membuat pertanyaan peserta didik
keluar dari topik

Setelah Revisi
Petunjuk sudah jelas, terlebih disertai
contoh sehingga pertanyaan peserta
didik bisa terkontrol
95

Sebelum Revisi
LKPD terbagi menjadi dua bagian,
dimana instruksi 2 menyajikan
wacana singkat mengenai proses
perayaan maulid
96

LKPD terbagi menjadi tiga bagian


Setelah Revisi dengan mengangkat tiga dimensi
pengetahuan dengan contoh kearifan
lokal yang berbeda-beda
97

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK KEINGINTAHUAN


TERINTEGRASI KEARIFAN LOKAL
BERORIENTASI DIMENSI PENGETAHUAN FAKTUAL

Nama :
Kelas :
Nis :

Jepe’ Asyura merupakan salah satu kebudayaan


masyarakat Bugis-Makassar dalam memperingati
tahun baru Islam yang berupa bubur dan berbagai lauk
pauk.

Contoh keingintahuan berorientasi pengetahuan faktual dalam pembelajaran


fisika, sebagai berikut:

1. Berapa perbandingan volume santan dan beras dalam Jepe’ Asyura?


2. Berapa kalor jenis dari santan?

Tagihan 1

Dari contoh pertanyaan di atas, berikan pertanyaan atau masalah sebanyak-


banyaknya yang berorientasi pengetahuan faktual dari objek kearifan lokal Bakul
Maulid yang terdiri atas 4 komponen utama!

Telur

Wadah

Lauk
(Tumpi-tumpi)
Songkolo
98

No Komponen Pertanyaan/Masalah

1 Telur

Wadah
2
(ember)
99

3 Songkolo

Lauk
4
(Tumpi-tumpi)
100

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK KEINGINTAHUAN


TERINTEGRASI KEARIFAN LOKAL
BERORIENTASI DIMENSI PENGETAHUAN KONSEPTUAL

Nama :
Kelas :
Nis :
Onde-onde merupakan salah satu makanan
tradisional masyarakat bugis-makassar, Makassar
ini ditemukan disetiap hari-hari penting. Makanan
ini menyimbolkan kehidupan yang sejahtera
setelah adanya cobaan, seperti halnya onde-onde
yang awalnya tenggalam namun akhirnya mampu
mengapung kembali.

Contoh keingintahuan berorientasi pengetahuan konseptual dalam pembelajaran


fisika, sebagai berikut:

1. Mengapa onde-onde tidak matang bersamaan?


2. Mengapa air haru mendidih sebelum onde-onde dimasukkan?

Tagihan 2

Dari contoh pertanyaan di atas, berikan pertanyaan atau masalah sebanyak-


banyaknya yang berorientasi pengetahuan konseptual dari objek kearifan lokal
Bakul Maulid yang terdiri atas 4 komponen utama!

Telur

Wadah

Lauk
(Tumpi-tumpi)
Songkolo
101

No Komponen Pertanyaan/Masalah

1 Telur

Wadah
2
(ember)
102

3 Songkolo

Lauk
4
(Tumpi-tumpi)
103

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK KEINGINTAHUAN


TERINTEGRASI KEARIFAN LOKAL
BERORIENTASI DIMENSI PENGETAHUAN PROSEDURAL

Nama :
Kelas :
Nis :

Mappalili merupakan salah satu bagian dari


tudang sipulung, kebudayaan masyarakat Maros
yang merupakan penentuan musim tanam pada
musim hujan telah tiba. Mappalili berarti kegiatan
membajak mengelilingi sawah.

Contoh keingintahuan berorientasi pengetahuan prosedural dalam pembelajaran


fisika, sebagai berikut:

1. Bagaimana cara menjaga tekanan pada pembajakan tanah sama besar?


2. Bagaimana cara kecetapan pembajakan tetap konstan?

Tagihan 3

Dari contoh pertanyaan di atas, berikan pertanyaan atau masalah sebanyak-


banyaknya yang berorientasi pengetahuan prosedural dari objek kearifan lokal
Bakul Maulid yang terdiri atas 4 komponen utama!

Telur

Wadah

Lauk
(Tumpi-tumpi)
Songkolo
104

No Komponen Pertanyaan/Masalah

1 Telur

Wadah
2
(ember)
105

3 Songkolo

Lauk
4
(Tumpi-tumpi)
RIWAYAT HIDUP

Nur Rahma Reviani lahir pada tanggal 19 Mei 1998


di Maros. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara dan buah hati dari pasangan Muh. Yusuf dan Tri

Udayani.

Penulis mengecap bangku pendidikan pada tahun 2003 di

SDN 158 Allu, lalu masuk di SMP Negeri 11 Maros baru pada tahun 2009 dan

tiga tahun kemudian pada tahun 2012 Penulis bersekolah di SMA Negeri 3 Lau

Maros dan lulus pada tahun 2015. Lalu penulis melanjutkan jenjang pendidikan

yang lebih tinggi pada tahun yang sama di Universitas Muahammadiyah

Makassar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan mengambil jurusan

Fisika.

Saat ini penulis mencoba mengembangkan hobi menulis dengan mencoba

peruntungan di Wattpad sebagai penulis baru dengan cerita-cerita menarik.

68

Anda mungkin juga menyukai