Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

METODE PEMBELAJARAN (DRAMA)


MATA KULIAH : HADITS TARBAWI
Dosen Pengampu : ANSAR, S.Pd.I,.M.Pd

Disusun Oleh :

Deansyari (10120200113)
Amriani (10120200082)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah SWT. rabb semesta alam Shalawat dan salam
semoga tercurah dan terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan
hidup kita memegang teguh dua pusaka yang tidak akan menggelincirkan manusia
ke dalam kehinaan dan kesesatan. Sebaliknya keduanya akan membimbing kita
kepada cahaya dan keselamatan,yaitu Al-quran dan Al-hadist.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
pelajaran bahasa indonesia, tentang ” Menggunakan intonasi, lafal, mimik yang
sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama dan Menarasikan
pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama “ .

Meskipun makalah ini kurang lengkap, akan tetapi kami berharap kepada
allah SWT. Semoga banyak hikmah dan manfaat yang dapat kita ambil, oleh para
pembaca terlebih bagi diri kami sebagai penyusun yang sangat membutuhkan
hikmah demi kelancaran atas terlaksananya menyusun makalah ini.

Walaupun kami telah mengupayakan semaksimal mungkin jelas sajian


makalah ini masih banyak kekurangannya, Oleh karena itu Kritik dan Saran yang
bersifat membangun dari para pembaca,sangat kami harapkan.

Makassar, 05 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
LATAR BELAKANG..........................................................................................................3
RUMUSAN MASALAH....................................................................................................4
TUJUAN.........................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Pengertian Drama..................................................................................................5
B. Sejarah Drama.......................................................................................................7
C. Unsur -unsur Drama...............................................................................................8
D. Struktur Drama......................................................................................................9
E. Kelengkapan Drama.............................................................................................13
F. Jenis-jenis Drama.................................................................................................13
G. AKTING YANG BAIK..............................................................................................15
H. PERKEMBANGAN DRAMA DI INDONESIA.............................................................16
I. MANFAAT DRAMA/TEATER...................................................................................17
J. Hadits Metode Drama...........................................................................................20
BAB III..........................................................................................................................27
PENUTUP.....................................................................................................................27
KESIMPULAN...............................................................................................................27
SARAN.........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata -
mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk
dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh
sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang
melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya
dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu,
2004: 2).
Drama merupakan sebuah bentuk karya sastra yang dipersiapkan sebagai
suatu karya seni yang dipentaskan. Tokoh-tokoh dalam drama baru akan hidup
bila dialog-dialog yang terdapat dalam naskah diperankan dengan penuh
penghayatan sesuai karakter tokoh itu. Untuk itu, seorang pemeran drama harus
dapat menghayati tokoh yang diperankan, menyesuaikan lafal, menggunakan
intonasi, dan tekanan yang tepat pada dialog-dialog yang diucapkan sesuai
tuntutan naskah.
Selain itu, seni drama / teater juga telah menjadi lahan bisnis yang luar
biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat keuntungan
financial serta menjadi terkenal, tetapi sebelum sampai ke situ seorang
penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang profesionalitas agar dapat
berkembang terus.
Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat makalah ini guna
membantu para pembaca yang ingin menekuni dunia drama. Selain tentang
pengertian dan unsur – unsur drama, makalah ini juga memuat catatan tentang
manfaat drama serta dilengkapi juga dengan panduan bagaimana akting yang baik.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Pengertian Drama
2. Apa Itu Sejarah Drama
3. Apa Itu Unsur -unsur Drama
4. Apa Itu Struktur Drama
5. Apa Itu Kelengkapan Drama
6. Apa Itu Jenis-jenis Drama
7. Apa Itu AKTING YANG BAIK
8. Apa Itu PERKEMBANGAN DRAMA DI INDONESIA
9. Apa Itu MANFAAT DRAMA/TEATER
10. Apa Itu Hadits Metode Drama

TUJUAN
11. Untuk Mengetahui Pengertian Drama
12. Untuk Mengetahui Sejarah Drama
13. Untuk Mengetahui Unsur -unsur Drama
14. Untuk Mengetahui Struktur Drama
15. Untuk Mengetahui Kelengkapan Drama
16. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Drama
17. Untuk Mengetahui AKTING YANG BAIK
18. Untuk Mengetahui PERKEMBANGAN DRAMA DI INDONESIA
19. Untuk Mengetahui MANFAAT DRAMA/TEATER
20. Untuk Mengetahui Hadits Metode Drama
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Arti pertama
dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di
pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada
para pendengar. Arti kedua, menurut

 Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented
in action).
 Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak
dengan action.
 Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat
dan sifat manusia dengan gerak.
 Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action
dihadapan penonton (audience)

Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang
diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka
tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama
adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting –
meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak
bertujuan mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah
drama sering diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk
didalamnya tragedi dan lakon absurd.
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan
action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga
dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk
kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya.
Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan
tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya
sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada
semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan
pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau
teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.

Contoh;
Chaterina ( bergegas masuk, membawa berita bagus ); Raina ! ( ia
mengucapkan Raina, dengan tekanan pada i ) Raina ! ( ia menunjuk ketempat
tidur, berharap menemukan Raina disitu ) Mengapa, di mana….! ( Raina menoleh
kedalam ruangan).
Fase-fase dalam kurung diatas adalah petunjuk permainan untuk sutradara
dan pemain. Ini memandu para aktor dan sutradara maupun tetang penataan
perlengkapan panggung. George Bernard Shaw ( 1856 – 1950 ), pelopor realisme
dalam sejarah drama Inggris, memberi petunjuk secara panjang lebar pada
nebentext-nya yang ditemukan dalam kebanyakan naskahnya karena ia tidak ingin
interprestasi lakon-lakonnya menyeleweng dari apa yang sebenarnya ia
kehendaki.
Tidak adanya narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para pemain
yang, dengan menghubunkan diri mereka sendiri dengan perlengkapan,
perlampuan dan iringan musik, menciptakan suasan dan menghidupkan panggung
itu menjadi dunia yang amat nyata. Disamping itu, penjelasan tentang tokoh
disampaikan melalui dialog antara tokoh yang membicarakan tokoh lain. Pada
puisi, daya ekpresi dan irama mentepati posisi yang dominan. Oleh karena itu,
puisi tidak bercerita. Jika balada bertumpu pada narasi, sebab sebenarnya balada
adalah kisah, atau cerita yang dinyanyikan. Contohnya, mahabarata dan ramayana
dalam bentuk tembang. Puisi yang dibaca dengan baik menjadi dramatik, seperti
yang dilakukan Rendra, aktor baik. Maka “Tidak tidak diragukan lagi drama
kadang dianggap diambil dari kata dramen yang berarti sesuatu untuk
dimainkan.”Mungkin drama memperoleh hampir semua efektivitasnya dari
kemampuannya untuk mengatur dan menjelaskan pengalaman manusia. Oleh
karenanya, drama, seperti halnya karya sastra pada umumnya, dapat dianggap
sebagai interprestasi penulis lakon tentang hidup. Unsur dasar drama-
perasaan,hasrat, konflik dan rekonsilasi merupakan unsur utama pengalaman
manusia.
Dalam kehidupan nyata, semua pengalaman emosional tersebut
merupakan kumpulan berbagai kesan yang saling ada hubungannya.
Bagaimanapun juga, dalam drama, penulis lakon mampu mengorganisir semua
pengalaman ini ke dalam satu pola yang bisa dipahami. Penonton melihat materi
kehidupan nyata yang disajikan dalam bentuk yang padat makna dengan
menghapus hal-hal yang tidak penting dan memberi tekanan kepada hal-hal yang
penting.
Penulis lakon menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama itu
dengan membayangkan action dan ucapan para aktor diatas panggung. Jadi
ucapan dan action yang terwujud dalam dialog itu adalah bagian paling penting,
yang tanpa itu drama bukan benar-benar sebuah lakon. Karena itu, sebuah drama
mewujudkan action, emosi, pemikiran, karakterisasi, yang perlu digali dari dialog-
dialog itu. Adalah satu keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama
sebelum memanggugkan drama itu.

B. Sejarah Drama
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno.
Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre
menunjukan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah
kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang
bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu
saja para pakar masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum
Gaston Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan
indikasi berbagai tokohnya.
Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut
Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara relijius primitif yang
dipentaskan untuk minta pertolonga dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak
benih drama. Para pendeta sering memerankan mahluk superaalami atau binatang;
dan kadang – kadang meniru action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang
sekitar beberapa ritus dan tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri sudah
tidak diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama.
Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama
didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan
memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu.
Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak dipakai lagi.
Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makinlama makin kurang
penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara
diatas panggung.
Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia
untuk bercerita. Kisah – kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan
menciptakan kembali kisah – kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan
gagah seorang pahlawan yang telah gugur. Ketiga teaori itu merupakan cikal-
bakal drama. Meskipun tak seorang pun merasa pasti mana yang terbaik, harus
diingat bahwa ketiganya membicarakan tentang action. Konon, action adalah
intisari dari seni pertunjukan.

C. Unsur -unsur Drama


Unsur-unsur dalam drama meliputi :
1) Tema : gagasan/ide/dasar cerita.
2) Alur : tahapan cerita yang bersambungan. Meliputi Pemaparan, pertikaian,
penggawatan, klimaks, peleraian. Dilihat dari cara menyusun : alur maju/lurus,
alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan.
3) Tokoh : Pemain/orang yang berperan dalam cerita.
Tokoh dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan tritagonis
Tokoh dilihat dari perkembangan watak : tokoh bulat dan tokoh datar.
Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama(sentral) dan
tokoh bawahan (sampingan).
4) Latar : bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan tempat kejadian
ketikatokoh mengalami peristiwa
Latar terbagi dalam :
- latar sosial : latar yang berupa, waktu, suasana, masa, bahasa.
- latar fisik : latar yang berupa benda-benda di sekitar tokoh misal, rumah,
ruang tamu, dapur, sawah, hutan, pakaian/ baju.
5) Amanat : pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang melalui tokoh
dan konflik dalam suatu cerita.
Hal mendasar yang membedakan antara karya sastra puisi, prosa, dan
drama adalah pada bagian dialog. Dialog adalah komunikasi antar tokoh
yang dapat dilihat (bila dalam naskah drama) dan didengar langsung oleh
penonton, apabila dalam bentuk drama pementasan.

D. Struktur Drama
Seorang Aristoteles, filsuf Yunani yang hidup sekitar 300 S.M. telah menulis
Poetics. Untuk mengenali plot, karakter, pikiran, diksi, musik dan spektakel dari
tragedi. Kelak identifikasi itu dianggap sebagai falsafah dasar dari strukturalisme
yang oleh T.S. Eliot disebut the Formalistick Approach.

 Strukturdramatik :

Eksposisi : Isinya pemaparan masalah utama atau konflik utama yang berkaitan
dengan posisi diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil akhir : Antagonis
berhasil menghimpun kekuatan yang lebih dominan.
Raising Action : Isinya menggambarkan pertentangan kepentingan antar tokoh.
Hasil akhir : Protagonis tidak berhasil melemahkan Antagonis. Antagonis
mengancam kedudukan Protagonis. Krisis diawali.
Complication : Isinya perumitan pertentangan dengan hadirnya konflik sekunder.
Pertentangan meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua kekuatan yang
berseteru. Hasil akhir : Antagonis dan sekutunya memenangkan pertentangan.
Kubu protagonis tersudut.

Klimaks : Isinya jatuhnya korban dari kubu Protagonis, juga korban dari kubu
Antagonis. Hasil akhir : Peristiwa-peristiwa tragis dan menimbulkan dampak
besar bagi perimbangan kekuatan antar kubu.
Resolusi : Isinya hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari kubu protagonis
atau tokoh baru yang berfungsi sebagai penyatu kekuatan kekuatan konflik,
sehingga situasi yang kosmotik dapat tercipta kembali. Pada tahap ini, pesan
moral disampaikan, yang biasanya berupa solusi moral yang berkaitan dengan
tema atau konflik yang sudah diusung.

Berikut contoh penggunaan struktur drama dalam Drama Romeo Juliet.

Pada awal plot kita ada eksposisi. Ini memberi penonton informasi yang
diperlukan tentang peristiwa sebelumnya, situasi sekarang atau tokoh-tokohnya.
Dalam kebanyakan lakon, sudah sejak awal pengarang memberi tekanan kepada
satu pertanyaan atau konplik penting. Pada awal kisah Romeo and Juliet,
Shakespeare telah menyajikan pertengkaran antara Sampson, Gregory lawan
Baltazar dan Abraham, satu penjelasan yang memberi ‘Leitmotive’ kepada tema,
konplik dan rekonsiliasinya.

Gregory : Anda berkelahi, ya ?


Abraham : Berkelahi? Ah, ngak, nggak!
Sampson : Tapi kalau ya, saya memihak anda, saya mengabdi sebaik anda
Abraham : ah, tak akan lebih baik.
Sampson : Baiklah
Gregory : (kesamping kepada Sampson, melihat Tybalt keluar panggung)
Katakanlah lebih baik. Itu salah satu dari orang majikanku datang.
Sampson : Ya, lebih baik.
Abraham : Bohong!
Sampson : Cabut pedangmu, kalau kamu lelaki. Gregory, ingat hantamanmu.
( mereka berkelahi ).

Dialog diatas menciptakan suasana babak itu dan suatu pelukisan singkat tapi
lengkap tenatang konplik antara keluarga Montague versus keluarga Capulet yang
akan menimbulkan bencana itu. Terkadang juga ada eksposisi tentang tokoh-
tokoh. Sebuah film berjudul Jango versus Santana dapat dijadikan contoh. Film
itu dimulai dengan sebuah pemandangan. Sebidang tanah tandus dengan pohon-
pohon kaktus tumbuh disana-sini. Sementara fokus kamera bergerak kearah
kanan, seorang lelaki dengan baju kotor dan basah kuyup tampak berlutut didepan
sebuah makam. Lelaki itu berdiri dan kamera mengambil gambarnya dalam teknik
medium. Posisi enface memberikan gambaran jelas tokot itu. Ia tak mengalami
kemalangan, tapi ia menghadapinya dengan tegar. Pelukisan singkat tapi hampir
lengkap dari tokoh tersebut memberi titik awal yang jelas untuk memulai film itu.

Dalam eksposisi itu, unsur-unsur konpliknya statis. Melalui satu insiden yang
merangsang maka action mulai bergerak. Disini konflik dramatik besar mulai jelas
menyatukan kejadian – kejadian dalam lakon itu. Insiden yang merangsang dalam
Romeo and Juliet tampak ketika Tybalt mengenali Romeo dan ingin menantang
berkelahi. Presiden dari stimulasi itu terjadi ketika inang memberi tahu Juliet
bahwa Romeo adalah anggota keluarga Montague. Unsur statis dalam eksposisi
itu mulai bergerak dan konflik sehari-hari antara Sampson versus Abraham makin
lama makin menjadi makin serius. ( Babak I ) timbul serentetan konflik ketika
Romeo membocorkan rahasianya kepada teman-temannya, memanjat tembok
kebun keluarga Capulet, dan menunggu Juliet muncul dijendelanya waktu gadis
itu muncul, keduanya saling mengungkapkan cinta dan memutuskan untuk kawin
lari ( Babak II). Makin lama lakon itu makin tegang sampai pendeta sampai
pendeta Laurence berharap, setelah menyeleggarakan upacara pernikahan,
pertikaian antara keluarga itu akan berakhir dan Romeo berpendapat begitu. Kisah
cinta sederhana antara pemuda dan pemudi itu sekarang berkembang menjadi
idealisme yang melibatkan masalah besar yang dihadapi kedua orang tua itu.
Tidak diragukan bahwa konflikasi tersebut menuju suatu krisi, satu titik balik
ketika informasi yang sebelumnya dirahasiakan sedikit sebagian terungkap dan
masalah dramatik itu bisa dijawab.

Meskipun Juliet sudah menikah dengan Romeo, ia tidak berterus terang pada
ayahnya. Oleh karenanya itu, Capulet tetap menjalankan rencananya untuk
menikahkan Juliet dengan Paris. Karena pernikahan akan berlangsung pada hari
kamis, pendeta Laurence mengusulkan agar pada hari rabu Juliet harus menelan
ramuan yang akan membuatnya mati suri; sementara Laurence akan mengirimkan
pesan pada Romeo untuk menyelamatkan Juliet dari makam keluarga Capulet,
karena ia merasa yakin gadis itu akan dimakamkan disana. Capulet, karena
ditentang oleh putrinya, memutuskan untuk mengajukan pernikahan itu sehari.
Rencana itu membuat Juliet harus segera mereguk racun tadi. Agar rencananya
tidak terhalang, ia menyuruh inang keluar dan tanpa pikir panjang langsung
mereguk racun tadi. Paginya inang menemukan Juliet sudah tak bernyawa.
Laurence dan Paris tiba; tapi upacara pernikahan harus diubah menjadi upacara
pemakaman( Babak IV ).

Bagian terakhir dari lakon itu, sering disebut resolusi, berkembang dari krisis
sampai tirai ditutup untuk terakhir kalinya. Ini terkadang mengumpulkan berbagai
alur action dan membawa situasinya ke suatu keseimbangan baru, dengan
demikian hasilnya bisa jadi memuaskan, tapi mungkin juga mengecewakan
harapan penonton.

Karena tidak tahu bahwa Jliet hanya kelihatannya mati, Balthazar tiba di Mantua
sebelum pendeta tiba dan memberi tahukan tentang kematian Juliet. Mendengar
itu Romeo membeli racun untuk bunuh diri dimakam Juliet. Setelah membunuh
Paris, Romeo mereguk racun itu. Ketika terjaga, Juliet menemukan Romeo yang
sudah mati dan bunuh diri. Pertikaian kedua keluarga itu berakhir di atas dua
kekasih yang sudah mati ( Babak V )

E. Kelengkapan Drama
• Naskah drama : skrip yang dijadikan panduan pemain sebelum pentas.
• Penulis naskah : orang yang menulis skenario dan dialog dalam bentuk
jadi naskah drama
• Sutradara : orang yang memimpin atau yang mengatur suatu kelompok
drama.
• Pemain : orang yang berperan melakonkan cerita
• Lighting : pengatur cahaya dalam pementasan
• Tata busana/make up : bagian kelengkapan drama yang bertugas merias
dan memakaian propertis pakaian
• Tata suara : pengatur suara untuk memunculkan efek tertentu dalam
pementasan
• Tata panggung : kelengkapan drama yang mengatur latar setiap adegan
• Panggung : tempat bagi pemain untuk melakonkan cerita

F. Jenis-jenis Drama
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan
drama lama.

1. Drama Baru / Drama Modern


2. Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan
pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan
manusia sehari-hari.
3. Drama Lama / Drama Klasik
4. Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang
kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi,
kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka
merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh
atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-
gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan
lain sebagainya.

G. AKTING YANG BAIK


Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak. Dialog yang baik
ialah dialog yang :
1. terdengar (volume baik)
2. jelas (artikulasi baik)
3. dimengerti (lafal benar)
4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
5. Gerak yang balk ialah gerak yang :
6. terlihat (blocking baik)
7. jelas (tidak ragu ragu, meyakinkan)
8. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
9. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Penjelasan :
1. Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh.
2. Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap
dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi
kata kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
3. Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan
bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti “tidak takut” harus diucapkan
berani bukan ber ani.
4. Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat
menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah.
5. Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain
yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak
dapat melihat pemain yang ditutupi.
6. Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat
sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai
berikut

• Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada


didepan.
• Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada
didepan.
• Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai
seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur
balance, komposisinya:

• Bagian kanan lebih berat daripada kiri


• Bagian depan lebih berat daripada belakang
• Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
• Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
• Yang terang lebih berat daripada yang gelap
• Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi

Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk
mewarnai sesuai adegan yang berlangsung; Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan,
mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah
bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau
berlebihan terkesan over acting. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan
dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan.
Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh
kita akan miring ke kiri, dsb. Menghayati berarti gerak gerak anggota tubuh
maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula
bentuk dan usia.

H. PERKEMBANGAN DRAMA DI INDONESIA


Perkembangan drama di Indonesia tak sesemarak dan setua perkembangan
puisi dan prosa. Kalau puisi dan prosa mengenal puisi lama dan porsa lama, tak
demikianlah dengan drama. Genre sastra drama di Indonesia benar-benar baru,
seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia, muncul pada tahun 1900-
an. Sastra drama di Indonesia ditulis pada awal abad 19, tepatnya tahun 1901, oleh
seorang peranakan Belanda bernama F. Wiggers, berupa sebuah drama satu babak
berjudul Lelakon Raden Beij Soerio Retno. Untuk selanjutnya bermunculanlah
naskah-naskah drama dalam bahasa Melayu Rendah yang ditulis oleh para
pengarang peranakan Belanda dan atau Tionghoa.

I. MANFAAT DRAMA/TEATER
Banyak hal yang dapat kita raih dalam bermain drama, baik fisik maupun
psikis. Pembicaraan ini tidak akan memisahkan secara rinci antara bermain drama
dan teater, karena keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Di bawah ini
akan diuraikan manfaat bermain drama atau teater.

a. Meningkatkan pemahaman
Meningkatkan pemahaman kita terhadap fenomena dan kejadian-kejadian
yang sering kita saksikan dan kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita
menyadari bahwa memahami orang lain merupakan pekerjaan yang paling sulit
dan membutuhkan waktu. Untuk itu drama/teater merupakan salah satu cara untuk
memecahkannya. Dengan bermain drama atau berteater kita selalu berkumpul
dengan orang-orang yang sama sekali berbeda dengan diri kita. Dari segi
individual differences inilah kita dituntut untuk memahami orang lain.
Pemahaman kita kepada orang lain tidak hanya dilihat dari orangnya, melainkan
keseluruhan orang tersebut. Meliputi sifat, watak, cara berbicara, cara bertindak
(tingkah laku), cara merespon suatu masalah, merupakan keadaan yang harus kita
pahami dari orang tersebut.

b. Mempertajam kepekaan emosi


Drama melatih kita untuk menahan rasa, melatih kepekaan rasa,
menumbuhkan kepekaan, dan mempertajam emosi kita. Rasa kadang kala tidak
perlu dirasakan, karena sudah ada dalam diri kita. Perlu diingat bahwa rasa,
sebagai sesuatu yang khas, perlu dipupuk agar semakin tajam. Apa yang ada
dihadapan kita perlu adanya rasa. Kalau tidak, maka segala sesuatu yang ada akan
kita anggap wajar saja. Padahal sebenarnya tidak demikian. Kita semakin peka
terhadap sesuatu tentu saja melalui latihan yang lebih. Rasa indah, seimbang,
tidak cocok, tidak asyik, tidak mesra adalah bagian dari emosi. Oleh karena itu,
perasaan perlu ditingkatkan untuk mencapai kepuasan batin.

Drama menyajikan semua itu. Peka panggung, peka kesalahan, peka keindahan,
peka suara atau musik, peka lakuan yang tidak enak dan enak, semua berasal dari
rasa. Semakin kita perasa semakin halus pula tanggapan kita terhadap sesuatu
yang kita hadapi.

c. Pengembangan ujar
Naskah drama sebagai genre sastra, hampir seluruhnya berisi cakapan.
Cakapan secara tepat, intonasi, maka ujar kita semakin jelas dan mudah dipahami
oleh lawan bicara. Kejelasan tersebut dapat membantu pendengar untuk mencerna
makna yang ada. Harus ada kata yang ditekankan supaya memudahkan
pemaknaan. Dimana kita memberi koma (,) dan titik (.). hampir keseluruhan
konjungsi harus diperhatikan selam kita berlatih membaca dalam bermain drama.
Suara yang tidak jelas dapat berpengaruh pada pendengar dan lebih-lebih
pemaknaan pendengar atau penonton. Di sini perlu adanya kekuatan vokal dan
warna vokal yang berbeda dalam setiap situasi. Tidak semua situasi memerlukan
vokal yang sama. Tidak semua kalimat harus ditekan melainkan pasti ada yang
dipentingkan. Drama memberi semua kemungkinan ini. Sebagai salah satu karya
sastra yang harus dipentaskan dan berisi lakuan serta ucapan.

d. Apresiasi dramatik
Apresiasi dramatik dikatakan sebagai pemahaman drama. Realisasi
pemahaman ini adalah dengan pernyataan baik dan tidak baik. Kita bisa memberi
pernyataan tersebut jika kita tidak pernah mengenal drama. Semakin sering kita
menonton pementasan drama semakin luas pula pemahaman kita terhadap drama
atau teater. Karena itulah, kita dituntut untuk lebih meningkatkan kecintaan kita
terhadap drama. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh wawasan dramatik
yang lebih baik.
e. Pembentukan Postur Tubuh
Postur berkaitan erat dengan latihan bermain drama, latihan ini dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu dasar dan lanjut. Yang termasuk latihan dasar
ini adalah latihan vokal dan latihan olah tubuh. Yang terkait dengan postur adalah
olah tubuh. Kelenturan tubuh diperlukan dalam bermain drama, sebab bermain
drama memerlukan gerak-gerik. Gerak-gerik inilah yang nantinya dapat
membentuk postur tubuh kita sedemikian rupa.

f. Berkelompok (Bersosialisasi)
Bermain drama tidak mungkin dilaksanakan sendirian, kecuali monoplay.
Bermain drama, secara umum, dilakukan secara berkelompok atau group. Betapa
sulitnya mengatur kelompok sudah kita pahami bersama, bagaimana kita bisa
hidup secara berkelompok adalah bergantung pada diri kita sendiri. Masing-
masing orang dalam kelompok drama memiliki tugas dan tanggung jawab yang
sama. Tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang, semuanya sama rendah dan
sama tinggi, sama-sama penting. Untuk itu, drama selalu menekankan pada sikap
pemahaman kepada orang lain dan lingkungannya.

Kelompok drama harus merupakan satu kesatuan yang utuh. Semua unsur dalam
drama tidak ada yang tidak penting, melainkan semuanya penting. Rasa
kebersamaan, memiliki, dan menjaga keharmonisan kelompok merupakan
tanggung jawab dan tugas semua anggota kelompok itu. Bukan hanya tugas dan
tanggung jawab ketua kelompok. Baik buruknya pementasan drama tidak akan
dinilai dari salah seorang anggota kelompok tetapi semua orang yang terlibat
dalam pementasan. Oleh karena itu, perlu adanya kekompakan, kebersamaan, dan
kesatuan serta keutuhan.

g. Menyalurkan hobi
Bermain drama dapat juga dikatakan sebagai penyalur hobi. Hobi yang
berkaitan dengan sastra secara umum dan drama khususnya. Dalam drama
terdapat unsur-unsur sastra. Drama sebagai seni campuran (sastra, tari, arsitektur).
‫‪J. Hadits Metode Drama‬‬

‫يرينَ ع َْن َأبِي ه َُر ْي َرةَ َر ِ‬


‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَ َ‬
‫ال َو َّكلَنِي‬ ‫ف ع َْن ُم َح َّم ِد ْب ِن ِس ِ‬‫َوقَا َل ع ُْث َمانُ بْنُ ْالهَ ْيثَ ِم َأبُو َع ْم ٍرو َح َّدثَنَا عَوْ ٌ‬
‫خَذتُهُ‪َ z،‬وقُ ْل ُ‬
‫ت َوهَّللا ِ‬ ‫ت فَ َج َع َل يَحْ ثُو ِمنَ الطَّ َع ِام‪ ،‬فََأ ْ‬
‫ضانَ ‪ ،‬فََأتَانِي آ ٍ‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِ ِح ْف ِظ َز َكا ِة َر َم َ‬
‫َرسُو ُل هَّللا ِ َ‬
‫اجةٌ َش ِدي َدةٌ‪ z.‬قَا َل فَخَ لَّي ُ‬
‫ْت‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪ .‬قَ َ‬
‫ال‪ِ :‬إنِّي ُمحْ تَاجٌ‪َ ،‬و َعلَ َّ‬
‫ي ِعيَالٌ‪َ ،‬ولِي َح َ‬ ‫َأَلرْ فَ َعنَّ َ‬
‫ك ِإلَى َرسُو ِل هَّللا ِ َ‬
‫ُول‬
‫ت يَا َرس َ‬ ‫ار َحةَ))‪ .‬قَا َل قُ ْل ُ‬‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪(( :‬يَا َأبَا هُ َري َْرةَ َما فَ َع َل َأ ِسيرُكَ ْالبَ ِ‬
‫ت فَقَا َل النَّبِ ُّي َ‬‫َع ْنهُ فََأصْ بَحْ ُ‬
‫ت َأنَّهُ َسيَعُو ُد‬
‫ْت َسبِيلَهُ‪ .‬قَا َل‪َ(( :‬أ َما ِإنَّهُ قَ ْد َك َذبَكَ َو َسيَعُودُ))‪ .‬فَ َع َر ْف ُ‬
‫هَّللا ِ َش َكا َحا َجةً َش ِدي َدةً َو ِعيَاالً فَ َر ِح ْمتُهُ‪ ،‬فَ َخلَّي ُ‬
‫ت َألرْ فَ َعنَّ َ‬
‫ك ِإلَى‬ ‫خَذتُهُ فَقُ ْل ُ‬
‫ص ْدتُهُ فَ َجا َء يَحْ ثُو ِمنَ الطَّ َع ِام فََأ ْ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإنَّهُ َسيَعُودُ‪ .‬فَ َر َ‬
‫لِقَوْ ِل َرسُو ِل هَّللا ِ َ‬
‫ْت َسبِيلَهُ‬ ‫ي ِعيَا ٌل الَ َأعُودُ‪ ،‬فَ َر ِح ْمتُهُ‪ ،‬فَ َخلَّي ُ‬‫ال َد ْعنِي فَِإنِّي ُمحْ تَاجٌ‪َ ،‬و َعلَ َّ‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪ .‬قَ َ‬
‫َرسُو ِل هَّللا ِ َ‬
‫ُول هَّللا ِ َش َكا‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪(( :‬يَا َأبَا هُ َر ْي َرةَ‪َ ،‬ما فَ َع َل َأ ِسيرُكَ ))‪ .‬قُ ْل ُ‬
‫ت يَا َرس َ‬ ‫فََأصْ بَحْ ُ‬
‫ت‪ ،‬فَقَا َل لِي َرسُو ُل هَّللا ِ َ‬
‫ص ْدتُهُ الثَّالِثَةَ فَ َجا َء يَحْ ثُو ِمنَ‬ ‫ْت َسبِيلَهُ‪ .‬قَا َل‪َ(( :‬أ َما ِإنَّهُ قَ ْد َك َذبَ َ‬
‫ك َو َسيَعُودُ))‪ .‬فَ َر َ‬ ‫َحا َجةً َش ِدي َدةً َو ِعيَاالً‪ ،‬فَ َر ِح ْمتُهُ فَ َخلَّي ُ‬
‫ت َأنَّ َ‬
‫ك ت َْز ُع ُم الَ تَعُو ُد‬ ‫ث َمرَّا ٍ‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪َ ،‬وهَ َذا ِ‬
‫آخ ُر ثَالَ ِ‬ ‫ك ِإلَى َرسُو ِل هَّللا ِ َ‬ ‫ت َألرْ فَ َعنَّ َ‬
‫خَذتُهُ فَقُ ْل ُ‬
‫الطَّ َع ِام‪ ،‬فََأ ْ‬
‫ت َما هُ َو قَا َل ِإ َذا َأ َويْتَ ِإلَى فِ َرا ِشكَ فَا ْق َرْأ آيَةَ ْال ُكرْ ِس ِّي‪{ :‬هَّللا ُ‬ ‫ك هَّللا ُ بِهَا‪ .‬قُ ْل ُ‬
‫ت يَ ْنفَ ُع َ‬ ‫ثُ َّم تَعُودُ‪ .‬قَا َل َد ْعنِي ُأ َعلِّ ْم َ‬
‫ك َكلِ َما ٍ‬
‫ان َحتَّى‬‫ك َش ْيطَ ٌ‬ ‫ك لَ ْن يَزَ ا َل َعلَ ْيكَ ِمنَ هَّللا ِ َحافِظٌ َوالَ يَ ْق َربَنَّ َ‬‫الَ ِإلَهَ ِإالَّ ه َُو ْال َح ُّي ْالقَيُّو ُم} َحتَّى ت َْختِ َم اآليَةَ‪ ،‬فَِإنَّ َ‬
‫ار َحةَ))‪ .‬قُ ْل ُ‬
‫ت يَا‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪َ (( :‬ما فَ َع َل َأ ِسيرُكَ ْالبَ ِ‬‫ال لِي َرسُو ُل هَّللا ِ َ‬ ‫ت‪ ،‬فَقَ َ‬‫ْت َسبِيلَهُ فََأصْ بَحْ ُ‬ ‫تُصْ بِ َح‪ .‬فَ َخلَّي ُ‬
‫ال لِي ِإ َذا َأ َويْتَ ِإلَى‬ ‫ْت َسبِيلَهُ‪ .‬قَا َل‪َ (( :‬ما ِه َي))‪ .‬قُ ْل ُ‬
‫ت قَ َ‬ ‫ت‪ ،‬يَ ْنفَ ُعنِي هَّللا ُ بِهَا‪ ،‬فَخَلَّي ُ‬‫َرسُو َل هَّللا ِ َز َع َم َأنَّهُ يُ َعلِّ ُمنِي َكلِ َما ٍ‬
‫ك فَا ْق َرْأ آيَةَ ْال ُكرْ ِس ِّي ِم ْن َأ َّولِهَا َحتَّى ت َْختِ َم‪{ :‬هَّللا ُ الَ ِإلَهَ ِإالَّ ه َُو ْال َح ُّي ْالقَيُّو ُم} َوقَا َل لِي لَ ْن يَ َ‬
‫زَال َعلَ ْيكَ ِمنَ‬ ‫فِ َرا ِش َ‬
‫ص َش ْي ٍء َعلَى ْال َخي ِْر‪ .‬فَقَا َل النَّبِ ُّي َ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪:‬‬ ‫ان َحتَّى تُصْ بِ َح‪َ ،‬و َكانُوا َأحْ َر َ‬ ‫هَّللا ِ َحافِظٌ َوالَ يَ ْق َربَكَ َش ْيطَ ٌ‬
‫ال‪َ (( :‬ذاكَ‬ ‫ث لَيَا ٍل يَا َأبَا هُ َري َْرةَ))‪ .‬قَا َل الَ‪ .‬قَ َ‬
‫ك َوه َُو َك ُذوبٌ ‪ ،‬تَ ْعلَ ُم َم ْن تُ َخا ِطبُ ُم ْن ُذ ثَالَ ِ‬
‫ص َدقَ َ‬‫((َأ َما ِإنَّهُ قَ ْد َ‬
‫))‪َ 1‬ش ْيطَ ٌ‬
‫ان))‬

‫‪A. Mufradat‬‬

‫‪ = Sesungguhnya aku orang yang‬فَِإنِّي ُمحْ تَا ٌج‬ ‫‪َ = Rasul mewakilkan kepadaku‬و َّكلَنِي‬
‫)‪berhajat (miskin‬‬

‫‪َ = Aku Harus Memberi Nafkah‬و َعلَ َّ‬


‫ي ِعيَا ٌل‬ ‫‪ = Zakat Fitrah‬زَ َكا ِة َر َم َ‬
‫ضانَ‬
‫‪Keluarga‬‬

‫ص ْدتُهُ‬
‫‪ = Maka Aku Mengawasinnya‬فَ َر َ‬ ‫‪ = Mengambil Segenggam‬يَحْ ثُو‬

‫‪َ = Tawananmu‬أ ِسيرُكَ‬ ‫‪ = Maka Aku Tangkap dia‬فََأخ َْذتُهُ‬

‫‪1‬‬
‫ك ْال َو ِكي ُل َش ْيًئا‪ ،‬فََأ َجازَ هُ ْال ُم َو ِّكلُ‪ ،‬فَه َُو َجاِئ ٌز‪َ ،‬وِإ ْن‬
‫صحيح البخاري كتاب الوكالة باب ِإ َذا َو َّك َل َر ُجالً‪ ،‬فَتَ َر َ‬
‫ضهُ ِإلَى َج ٍل ُم َس ّمًى َجا َز رقم ‪2311‬‬ ‫َأ‬ ‫ْق َر َ‬ ‫َأ‬
َ‫ = ِإ َذا َأ َويْت‬Ketika Kamu Akan Berangkat ُ ‫ = فَ َخلَّي‬Maka Aku Lepaskan Dia
ُ‫ْت َع ْنه‬

‫ = َكانُوا‬Mereka(Sahabat) َ َّ‫ = َألرْ فَ َعن‬Sungguh Aku Laporkan Engkau


‫ك‬

B. Terjemahan Hadits
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mewakilkan padaku untuk menjaga
zakat Ramadhan (zakat fitrah).
Lalu ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan dan
mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan
mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia
berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga
dan aku pun sangat membutuhkan ini.” Abu Hurairah berkata, “Aku
membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu
semalam?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa
dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku
begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya.” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan
kembali lagi.”
Aku pun tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan. Aku pun mengawasinya,
ternyata ia pun datang dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya.
Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku,
aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku
tidak akan kembali setelah itu.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh
kasihan padanya, aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan
oleh tawananmu?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan
bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu,
aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya pergi.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia
akan kembali lagi.”
Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan
menumpahkan makanan lalu mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku
benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ini sudah kali ketiga, engkau katakan tidak akan kembali namun
ternyata masih kembali. Ia pun berkata, “Biarkan aku. Aku akan mengajari
suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.” Abu Hurairah bertanya, “Apa
itu?” Ia pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di ranjangmu, bacalah ayat
kursi ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum …‘ hingga engkau
menyelesaikan ayat tersebut. Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu
dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.” Abu Hurairah berkata,
“Aku pun melepaskan dirinya dan ketika pagi hari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya padaku, “Apa yang dilakukan oleh tawananmu
semalam?” Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa
ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika
membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah
menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang,
hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha
illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan
senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi
hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata
benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap
denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab
Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah
setan.” (HR. Bukhari no. 2311).2

C. Penjelasan (syarah) hadis


Penjelasan (Syarah Hadis) Hadis di atas menjelaskan bahwa Abu
Hurairah dipercaya atau dijadikan wakil Rasul untuk menjaga zakat fitrah.
Wakil nya akan melaksanakan segala pekerjaan yang diwakilkan. Atau akan
mengatur segala kebijakan dengan izin orang yang mewakilkan. Zakat fitrah
disebut zakat Ramadhan, karena hanya dikeluarkan pada bulan Ramadhan,
artinya boleh dikeluarkan pada bulan Ramadhan sekalipun waktu
kewajibannya pada malam takbiran. Harta zakat fitrah (kurma) itu dihimpun
oleh para sahabat untuk dibagikan kepada yang berhak pada malam takbiran
atau malam lebaran Idul Fitri. Harta zakat ini dicuri oleh seseorang yang
berpenampilan seorang miskin sebanyak segenggam tangannya. Lalu ia
ditangkap oleh Abu Hurairah dan akan dilaporkan kepada Rasulullah SAW.
Tetapi pencuri tersebut beralasan: saya ini orang miskin, saya punya keluarga
yang sangat membùtuhkan. Maka pencuri ini dilepaskan. Pagi harinya Abu
Hurairah ditanya Rasul: "Apa yang engkau lakukan terhadap tawananmu tadi
malam?" Abu Hurairah menceritakan kejadian semalam dan karena kasihan
pencuri itu dilepas. Rasul bersabda:
َ َ‫َأ َما ِإنَّهُ قَ ْد َك َذب‬
‫ك َو َسيَعُو ُد‬
"Sesungguhnya ia berdusta kepadamu dan ia akan kembali lagi.
Rasulullah memberi isyarat bahwa alasan pencuri itu bohong atau
sekedar membohongi Abu Hurairah dan Beliau mengetahui bahwa pencuri itu
akan kembali. Ini di antara mukjizat Beliau yang mengetahui apa yang
tidak diketahui oleh umumnya manusia termasuk Abu Hurairah. Abu
Hurairah dapat melihat pencuri sekalipun setan, karena dalam periwayatan
Abi al-Mutawakkil, bahwa ketika Abu Hurairah lapor kepada Rasul dipesan
ketika kamu ingin menangkapnya bacalah doa:

2
Imam Az-Zabidi, Ringkasan Hadits Shahih Al-Bukhari, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), h. 490-
492
‫لمحمد سخرك من سبحان‬
Mahasuci Dzat yang menundukkan engkau kepada Muhammad
Ketika dibacakan doa ini Abu Hurairah bilang: "Ketika aku bacakan
doa ini dia berdiri di hadapanku dan aku tangkap dia."
Pada malam kedua ternyata betul datang lagi seorang pencuri tersebut
yang mencuri segenggam makanan dari harta zakat dan ditangkap serta
dilepas, karena alasan yang sama kemudian mendapat komentar yang sama
dari Rasulullah. Pada malam ketiga terulang kembali dan tidak ada maaf dari
Abu Hurairah, karena ia selalu bohong yang sama kemudian mendapat dan
bohong. Tetapi kepandaian pencuri ini memang luar biasa pada saat ketika
akan ditindak tegas, ia menggunakan jurus yang tinggi untuk
menghindarkannya. Pencuri itu bilang:
‫ك هَّللا ُ بِهَا‬ ٍ ‫َد ْعنِي ُأ َعلِّ ْمكَ َكلِ َما‬
َ ‫ت يَ ْنفَ ُع‬
"Lepaskan aku pasti aku ajarkan beberapa kalimat yang mana Allah
memberi manfaat kepadamu dengannya."
Maksud kalimat ini adalah ayat kursi. Barang siapa yang membacanya
niscaya Allah memberi perlindungan dan setan tidak akan datang kepadanya
sampai waktu pagi. Kemudian ia dilepaskan dan pagi harinya Abu Hurairah
ditanya Rasulullah SAW: Apa yang engkau lakukan terhadap tawananmu
semalam? la menjawab: "Aku lepas, karena ia mengajarkan aku beberapa
kalimat yang bermanfaat". Apa itu sahut Rasul: Abu Hurairah menjelaskan
sebagaimana keterangan dari pencuri yang tertangkap tersebut yakni: "Barang
siapa yang membacanya niscaya Allah memberi perlindungan dan setan tidak
akan datang kepadanya sampai waktu pagi". Lantas dijawab Beliau:
ٌ‫ك َوه َُو َك ُذوب‬ َ ‫َأ َما ِإنَّهُ قَ ْد‬
َ َ‫ص َدق‬
"Sesungguhnya ia berkata benar kepadamu tetapi ia pembohong."
Apa yang dikatakannya yakni materi yang diajarkannya adalah benar,
yakni tentang fadhilah ayat kursi itu memang benar. Lantas Beliau
memperjelas bahwa pencuri tersebut adalah setan.3
D. Analisis Tarbawi

3
Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 60-61
Dalam Hadis tersebut terjadi proses pembelajaran, guru yang
sebenarnya adalah Nabi, Abu Hurairah sebagai murid dan materi
pengajarannya tentang keutamaan ayat kursi. Metode pengajaran yang
digunakan dramatisasi atau sosiodrama, yakni bentuk metode mengajar
dengan memerankan cara bertingkah laku di dalam hubungan sosial
suatu tema. Adapun pencurian harta zakat sebagai sebab wurudnya Hadis atau
sebab timbulnya pengajaran. Dalam ilmu Hadis pengakuan Nabi terhadap apa
yang dilihat dan apa yang didengar dari seorang sahabat -di sini adalah Abu
Hurairah-disebut Hadis Taqriri.
Aktor drama pembelajaran dilakukan tiga unsur:
1) Penjaga harta zakat
Penjaga harta zakat dilakukan Abu Hurairah yang kemudian
menerima pengajaran (sebagai murid). Tentunya sebagai murid Abu
Hurairah merasa termotivasi menerima pengajaran, karena materi yang
diajarkan sesuai dengan kebutuhan. Pada saat pengamanan terhadap tugas
diperlukan, pencuri menawarkan suatu pengajaran bacaan kalimat untuk
mengamankan dirinya dan hartanya. yang kemudian
2) Pencuri
Sesuai dengan karakternya sebagai pencuri dilakukan oleh setan dan
sekaligus menunjukkan kelemahannya ketika dibacakan ayat kursi. Hal ini
akan lebih tepercaya karena dia sendiri terlibat. Tampaknya dia sebagai
aktor pencuri dan sebagai orang pintar yang mengajarkannya sekalipun
pada saat terdesak atau terpepet, yakni kasusnya ketika akan dilaporkan
kepada Rasulullah.
3) Guru
Guru yang sebermarnya adalah Rasulullah SAW yang membenarkan
materi ajar yang disampaikan Abu Hurairah tentang pengajaran setan.
Rasulullah mengajarkan keutamaan ayat kursi melalui proses sebab wujud
pencurian harta zakat yang dijaga Abu Hurairah agar lebih mudah
dipahami dan lebih dirasakan pada saat terjadi yang sesungguhnya di
lapangan.
Pelajaran yang dipetik dari Hadis
1) Pengajaran tentang keutamaan ayat al-Kursi dengan menggunakan
metode sosiodrama.
2) Aktor pengajar ayat kursi setan lebih mengena karena ia merasakan
langsung pengaruh dari bacaan ayat tersebut.
3) Jin dan setan dapat mengganggu makanan yang tidak dibacakan atau tidak
disebutkan nama Allah.
4) Pencuri tidak dipotong tangannya karena lapar atau karena belum
mencukupi batas minimal (nisab).
5) Boleh menerima alasan orang yang diduga benar.
6) Nabi melihat sesuatu yang tidak dilihat manusia (gaib).
7) Boleh menghimpun dan menerima zakat fitrah sebelum malam takbiran
dan mewakilkan kepada orang lain untuk menjaga dan membagikannya.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Drama merupakan sebuah bentuk karya sastra yang dipersiapkan sebagai suatu
karya seni yang dipentaskan. Tokoh-tokoh dalam drama baru akan hidup bila
dialog-dialog yang terdapat dalam naskah diperankan dengan penuh penghayatan
sesuai karakter tokoh itu. Untuk itu, seorang pemeran drama harus dapat
menghayati tokoh yang diperankan, menyesuaikan lafal, menggunakan intonasi,
dan tekanan yang tepat pada dialog-dialog yang diucapkan sesuai tuntutan naskah.

Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut
Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara relijius primitif yang
dipentaskan untuk minta pertolonga dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak
benih drama. Para pendeta sering memerankan mahluk superaalami atau binatang;
dan kadang – kadang meniru action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang
sekitar beberapa ritus dan tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri sudah
tidak diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama.

Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama


didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan
memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu.
Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak dipakai lagi.
Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makinlama makin kurang
penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara
diatas panggung.

Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia
untuk bercerita. Kisah – kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan
menciptakan kembali kisah – kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan
gagah seorang pahlawan yang telah gugur. Ketiga teaori itu merupakan cikal-
bakal drama. Meskipun tak seorang pun merasa pasti mana yang terbaik, harus
diingat bahwa ketiganya membicarakan tentang action. Konon, action adalah
intisari dari seni pertunjukan.

SARAN
Sebagai mahluk yang dhoif kami sebagai penyusun tidak luput dari lupa dan
salah karena itu mutlak sifat manusia, oleh karena kritik dan saran dari berbagai
pihak terutama guru, akan kami jadikan sebuah motifasi.
DAFTAR PUSTAKA

Az-Zabidi, Imam. 2002. Ringkasan Hadits Shahih Al-Bukhari. Jakarta: Pustaka


Amani.
Khon, Abdul Majid. 2012. Hadits Tarbawi. Jakarta: Kencana.

http://sendratasik.wordpress.com/2008/12/05/pengertian-drama-dan-teknik-
penulisan-naskah-drama/

http://www.slideshare.net/hanifphone/drama-429983

http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/

http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-drama-
pelajaran-bahasa-indonesia

http://my-name-is-sedre.jimdo.com/2009/05/09/pengetahuan-dasar-teater-dan-
drama

http://awan965.wordpress.com/2008/02/27/perkembangan-sastra-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai