Unsur-unsur Drama
Oleh :
UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA TIMUR
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb
Aamiin
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah....................................................................................02
C. Tujuan Masalah........................................................................................02
D. Manfaat Penulisan....................................................................................02
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Drama.....................................................................................03
A. Kesimpulan..............................................................................................18
B. Saran........................................................................................................18
Daftar Pustaka......................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
drama menjadi karya yang terbatas sama sekali. Justru pada aspek ini jugalah
letak kekuatan karya drama. Membandingkan unsur intrinsik drama dengan unsur
intrinsik fiksi bukan bertujuan untuk melihat kelemahan dan keunggulan masing-
masing unsur, melainkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini dibuat agar bisa memahami lebih dalam prosa drama dan
unsurnya, terutama dalam unsur intrinsiknya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.
Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang.
Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang
teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan-pertunjukan lain
yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup. Adapun istilah lain drama
berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan
Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas
menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama adalah lakon serius yang
menggarap satu masalah yang punya arti penting – meskipun mungkin berakhir
dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak bertujuan mengagungkan tragedi.
Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama sering diperluas sehingga
mencakup semua lakon serius, termasuk didalamnya tragedi dan lakon absurd.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Drama adalah satu bentuk lakon seni yang
bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan
atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun
merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk
kesusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan
kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan
merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog,
mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan
untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu
disebut hauptext atau teks utama, petunjuk pementasannya disebut nebentext atau
tek sampingan.
3
B. Unsur Intrinsik Drama
1. Tema
Tema adalah ide pokok yang ingin disampaikan dari sebuah cerita dan inti
permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam ceritanya. Walaupun
dalam sebuah drama terdapat banyak peristiwa yang masing-masingnya
mengemban permasalahan, tetapi hanya ada sebuah tema sebagai intisari dari
permasalahan-permasalahan. Permasalahan ini dapat juga muncul melalui
perilaku-perilaku para tokoh ceritanya yang terkait dengan latar dan ruang.
Tema sering pula dikatakan dengan nada dasar drama. Sebuah tema tidak
terlepas dari manusia dan kehidupan, misalkan cinta, maut, dan sebagainya. Jika
ada yang menyebutkan temanya romantis itu bisa pengertian. Romantis bukan
tema, tetapi gaya yang digunakan oleh penulis. Dalam kasus dimaksud sebenarnya
temanya adalah cinta/percintaan. Jalan ceritanya yang dibuat jadi romantis, ini
hanya perkara gaya atau style.
4
adalah alur yang dibentuk berdasarkan rangkaian peristiwa yang tidak berdasarkan
runutan sebagaimana alur konvensional. masing-masing dari alur tersebut
mempunyai fungsi dan peran tersendiri, terutama dengan kaitan teks dramanya.
Alur juga sering disebut sebagai tahapan cerita yang bersambungan. Meliputi
Pemaparan, pertikaian, penggawatan, klimaks, peleraian. Dilihat dari cara
menyusun yakni, alur maju/lurus, alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan.
5
a. Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat.
b. Protagonis, tokoh utama berprilaku baik.
c. Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu.
Masih berkaitan dengan tokoh ini, ada istilah yang lazim digunakan yakni
penokohan dan teknik penokohan. Penokohan merujuk kepada proses penampilan
tokoh yang berfungsi sebagai pembawa peran watak tokoh cerita dalam drama.
Sedangkan teknik penokohan adalah teknik yang digunakan penulis naskah lakon,
sutradara, atau pemain dalam penampilan atau penempatan tokoh-tokoh wataknya
dalam drama. Teknik penokohan dilakukan dalam rangka menciptakan citra tokoh
cerita yang hidup dan berkarakter. Watak tokoh cerita dapat diungkapkan melalui
salah satu lima teknik di bawah ini:
6
penokohaan di dalam drama terkesan lebih tegas dan jelas pengucapannya
dibandingkan dengan fiksi.
Tokoh watak atau karakter dalam drama adalah bahan baku yang paling
aktif dan dinamis sebagai penggerak alur cerita. Para tokoh dalam drama tidak
hanya berfungsi sebagai penjamin bergeraknya semua peristiwa cerita, tetapi juga
berfungsi sebagai pembentuk, dan pencipta alur cerita. Tokoh demikian disebut
tokoh sentra Penokohan, gerak, dan cakapan adalah tiga komponen utama yang
menjadi dasar terjadinya konflik (tikaian) dalam drama. Pada hakekatnya, konflik
(tikaian) merupakan unsur instrinsik yang harus ada di dalam sebuah drama.
Tokoh cerita dalam drama dapat diwujudkan dalam bentuk 3 dimensi, meliputi :
a. Dimensi fisiologi, yakni ciri-ciri fisik yang bersifat badani atau ragawi,
seperti usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri wajah, dan ciri-ciri fisik
lainnya.
b. Dimensi psikologi, yakni ciri-ciri jiwani atau rohani, seperti mentalitas,
temperamen, cipta, rasa, karsa, IQ, sikap pribadi, dan tingkah laku.
c. Dimensi sosiologis, yakni ciri-ciri kehidupan sosial, seperti status sosial,
pekerjaan, jabatan, jenjang pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan
pribadi, sikap hidup, perilaku masyarakat, agama, ideologi, sistem
kepercayaan, aktifitas sosial, aksi sosial, hobby pribadi, organisasi sosial,
suku bangsa, garis keturunan, dan asal usul sosial.
Latar atau setting adalah bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan
tempat kejadian ketika tokoh mengalami peristiwa. Tempat terjadinya peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah drama. Latar tidak hanya merujuk kepada tempat,
tetapi juga ruang, waktu, alat-alat, benda-benda, pakaian, sistem pekerjaan, dan
sistem kehidupan yang berhubungan dengan tempat terjadinya peristiwa yang
menjadi latar ceritanya.
7
setting memperjelas suasana, tempat, serta waktu peristiwa itu berlaku dan juga
memperjelas pembaca untuk menidentifikasi permasalahan drama.
5. Amanat
Amanat di dalam drama dapat terjadi lebih dari satu, asal kesemuanya itu
terkait dengan tema. Pencarian amanat pada dasarnya identik atau juga merupakan
kristalistik dari berbagai peristiwa, perlaku tokoh, latar, dan ruang cerita.
Pencarian amanat sama halnya seperti tema yaitu hanyalah diperlukan bagi
pelajar,pembaca, atau kritikus pemula. Bagi peneliti dan kritikus maupun hal
semacam pencarian tema dan amanat bukanlah hal yang utama dan penting.
Begitu juga dalam hal analisis drama, amanat tidak diperlukan dan tidak
dipentingkan.
8
1. Latar belakang pengarang
2. Nilai agama dan kepercayaan
3. Kondisi politik negara
4. Psikologis pengarang
5. Situasi sosial budaya
Nilai-nilai lain seperti nilai agama, politik, sosial dan budaya juga turut
mempengaruhi drama. Hal ini melandasi jalan cerita hingga perwatakan yang
dibuat oleh pengarang. Kondisi psikologis pengarang juga turut menjadi unsur
ekstrinsik drama yang cukup penting.
Menganalisis Drama
Adegan 1
9
Permaisuri : ”Ada apa bagindaku…..?
10
Tabit : “Hamba mohon ampun baginda, ijinkan hamba memeriksa
keadaan baginda. (tabib mendekati baginda dan langsung memeriksanya).
Adegan II
Abunawas : “Ampun baginda raja, hamba sudah mendengar semua dari tabib
kerajaan tentang apa yang paduka derita.”
11
Baginda : (Sambil berdiri dengan wajah yang berseri- seri ). “Obat apakah
itu abunawas?
Abunawas : “Hamba punya saran, di hutan tutupan ada kijang berbulu putih
yang dagingnya sagat lezat.”
Baginda : “Lalu?”
Baginda : “Baiklah abunawas, saya sanggup dan besok pagi kita berangkat.”
(tanpa ragu-ragu).
Adegan III
12
Adegan IV
Abunawas : “Ya baginda raja. Kalau begitu, kita istirahat dulu sambil mencari
sumber air.”
Prajurit 1 : “Mohon ampun paduka, tidak jauh dari sini ada sumber mata air.”
Adegan V
13
Prajurit 1 : “Mohon ampun paduka, ijinkan hamba meminta paduka untuk
beristirahat di sini (menunjukkan tempat yang disediakan).”
Abunawas : “Ampun baginda, ijinkan hamba untuk mencari ikan di muara itu.
(sambil menuju ke arah muara yang tidak jauh dari peristirahatan mereka).”
Abunawas : “mohon ampun baginda, hamba dan prajurit segera mencari ikan
di sana.”
Adegan VI
Abunawas : “Oh betul sekali prajurit, jika kita bisa menangkapnya maka kita
akan menikmatinya sampai puas. (sambil menancapkan sebilah bambu yang
sudah diruncing ke arah ikan-ikan di muara).”
Prajurit 1 : “Mohon ampun baginda, abunawas dan prajurit sudah datang dan
membawa beberapa ikan hasil tangkapan.”
14
Abunawas dan prajurit : (dengan wajah tersenyum, tibalah mereka di tempat
peristirahatan baginda raja).
Adegan VII
Adegan VIII
Baginda : “Abunawas, ikannya enak sekali seperti makanan ini akan saya
habiskan.”
Abunawas : “Ampun baginda raja, dengan makanan ini apakah selera makan
baginda sudah pulih kembali?”
Baginda : “Ya, rasanya selera makanku sudah pulih. Kalau begitu lanjutkan
perjalanan mencari kijang berbulu putih itu.”
15
Abunawas : “Ampun baginda raja, sebenarnya kijang berbulu putih itu tidak
ada.”
Abunawas : “Mohon ampun baginda, baginda tidak perlu mencari obat lagi,
karena selera makan baginda sudah pulih kembali.”
Baginda : “Kamu benar-benar cerdik abunawas, kalau begitu lain waktu kita
berburu lagi, agar aku banyak bergerak”
“TERIMA KASIH”
1. Tempat
a. Disebuah negeri timur tengah. Disebuah kerajaan yang sangat besar dan megah.
b. Di tengah hutan
16
2. Waktu
Perwatakan Batin
2. permaisuri : Tidak mudah putus asa, mengurus baginda yang sedang sakit.
E. Amanat
17
Agar tidak boleh memprediksikan sesuatu yang tidak kita ketahui
kebenarannya, dan harus saling tolong-menolong kepada sesama yang
membutuhkan bantuan kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Drama / teater adalah salah
satu sastra yang amat popular hingga sekarang. Bahkan di zaman ini telah terjadi
perkembangan yang sangat pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film layar
lebar, dan pertunjukan-pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan
makhluk hidup. Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat
percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu
sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu
bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan
lainnya.
Unsur-unsur yang terdapat dalam drama seperti tema, alur, tokoh dan
penokohan, latar atau setting, dan amanat. Kesemuanya itu termasuk ke dalam
unsur intrinsik drama atau unsur yang tidak tampak. Secara garis besar jika
dibandingkan dengan fiksi, maka unsur intrinsik drama dikatakan kuranng
sempurna. Tapi bukan berarti drama menjadi karya yang terbatas sama sekali.
Unsur-unsur yang terdapat dalam drama tersebut justru membangun drama yang
ada.
B. Saran
18
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
Daftar Pustaka
Hasanuddin, W.S. 2009. Drama Karya dalam Dua Dimensi Kajian Teori Sejarah
dan Analisis. Bandung: Angkasa.
19