Anda di halaman 1dari 22

Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia SD

Unsur-unsur Drama

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia SD
yang di ampu oleh :
Sri Nurafifah, M.Pd

Oleh :

1. Aditya Pebriansyah 4022171004


2. Marden Jakobis Adu 4022171015

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA TIMUR
2019

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanallahu


Wata’ala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul Unsur-unsur Drama. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia SD.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini telah
kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak dan referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Aamiin
Wassalamu’alaikum Wr Wb

Jakarta, 28 Juni 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................01

B. Rumusan Masalah....................................................................................02

C. Tujuan Masalah........................................................................................02

D. Manfaat Penulisan....................................................................................02

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama.....................................................................................03

B. Unsur Intrinsik Drama.............................................................................04

C. Unsur Ekstrinsik Drama...........................................................................08

D. Contoh Drama dan Unsur Intrinsiknya....................................................09

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................18

B. Saran........................................................................................................18

Daftar Pustaka......................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai suatu genre sastra, drama mempunyai kekhususan dibanding


dengan genre puisi ataupun genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap drama
lebih difokuskan kepada bentuk karya yang bereaksi langsung secara konkret.
Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis pengarangnya tidak hanya
berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara artistik
imajinatif oleh para pembacanya, namun mesti diteruskan untuk kemungkinan
dapat dipertontonkan dalam suatu penampilan gerak dan perilaku konkret yang
dapat disaksikan. Kekhususan drama inilah yang kemudian menyebabkan
pengertian drama sebagai suatu genre sastra lebih terfokus sebagai suatu karya
sastra yang lebih berorientasi pada seni pertunjukkan, dibandingkan seebagai
genre sastra. Kata drama sendiri berasal dari kata Yunani draomai (Harymawan,
1988: 1) yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, beraksi, dan sebagainya. Jadi,
drama berarti perbuatan atau tindakan. Di dalam sebuah drama juga terdapat
unsur-unsur yang membangun salah satunya yaitu unsur intrinsik. Jika
dibandingkan dengan fiksi, maka unsur intrinsik drama dapat dikatakan kurang
sempurna karena di dalam drama tidak ditemukan adanya unsur pencerita,
sebagaimana terdapat dalam fiksi. Alur di dalam drama lebih dapat ditelusuri
melalui motivasi yang merupakan alasan untuk munculnya suatu peristiwa.
Motivasi di dalam drama menjadi penting, karena aspek ini sudah menjadi
perhatian pengarang sewaktu karya drama ditulis. Meskipun di dalam menulis
pengarang dapat mempergunakan kebebasan daya cipta yang dimilikinya, ia tetap
harus memikirkan kemungkinan dapat terjadinya laku (action) di pentas. Faktor
laku merupakan wujud lakon, dan motivasilah yang merupakan landasannya.
Aspek inilah yang menyebabkan mengapa drama mempunyai sedikit keterbatasan
dibandingkan fiksi.

Namun walaupun drama mempunyai sedikit keterbatasan dibandingkan


fiksi, tidaklah berarti bahwa dengan hilangnya unsur pemaparan dan pembeberan,

1
drama menjadi karya yang terbatas sama sekali. Justru pada aspek ini jugalah
letak kekuatan karya drama. Membandingkan unsur intrinsik drama dengan unsur
intrinsik fiksi bukan bertujuan untuk melihat kelemahan dan keunggulan masing-
masing unsur, melainkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam


pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian drama ?


2. Apa saja unsur intrinsik ?
3. Apa saja unsur ekstrinsik drama ?
4. Contoh drama dan unsur intrinsiknya !

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini


adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian drama.


2. Mahasiswa dapat mengetahui unsur intrinsik drama.
3. Mahasiswa dapat mengetahui unsur intrinsik drama.
4. Mahasiswa dapat mengetahui contoh drama dan unsur intrinsiknya.

D. Manfaat Penulisan

Makalah ini dibuat agar bisa memahami lebih dalam prosa drama dan
unsurnya, terutama dalam unsur intrinsiknya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama

Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.

Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang.
Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang
teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan-pertunjukan lain
yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup. Adapun istilah lain drama
berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan
Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas
menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama adalah lakon serius yang
menggarap satu masalah yang punya arti penting – meskipun mungkin berakhir
dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak bertujuan mengagungkan tragedi.
Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama sering diperluas sehingga
mencakup semua lakon serius, termasuk didalamnya tragedi dan lakon absurd.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Drama adalah satu bentuk lakon seni yang
bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan
atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun
merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk
kesusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan
kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan
merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog,
mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan
untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu
disebut hauptext atau teks utama, petunjuk pementasannya disebut nebentext atau
tek sampingan.

3
B. Unsur Intrinsik Drama

Unsur-unsur intrinsik di dalam drama, unsure intrinsik adalah unsur yang


tidak tampak. Unsur-unsur terdiri atas:

1. Tema

Tema adalah ide pokok yang ingin disampaikan dari sebuah cerita dan inti
permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam ceritanya. Walaupun
dalam sebuah drama terdapat banyak peristiwa yang masing-masingnya
mengemban permasalahan, tetapi hanya ada sebuah tema sebagai intisari dari
permasalahan-permasalahan. Permasalahan ini dapat juga muncul melalui
perilaku-perilaku para tokoh ceritanya yang terkait dengan latar dan ruang.

Tema sering pula dikatakan dengan nada dasar drama. Sebuah tema tidak
terlepas dari manusia dan kehidupan, misalkan cinta, maut, dan sebagainya. Jika
ada yang menyebutkan temanya romantis itu bisa pengertian. Romantis bukan
tema, tetapi gaya yang digunakan oleh penulis. Dalam kasus dimaksud sebenarnya
temanya adalah cinta/percintaan. Jalan ceritanya yang dibuat jadi romantis, ini
hanya perkara gaya atau style.

2. Alur atau Plot

Hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya yang saling


berhubungan secara kausalitas akan menunjukkan kaitan sebab akibat. Jika
hubungan kausalitas peristiwa terputus dengan peristiwa yang lainnya maka dapat
dikatakan bahwa alur tersebut kurang baik.

Karakteristik alur drama jika ingin membedakannya, mungkin dapat


dikategorikan dengan alur konvensional dan alur nonkonvensional. Persoalannya,
terdapat perbedaan penyajian alur oleh pengarang-pengarang drama Indonesia
pada tahun-tahun awal dengan drama-drama yang lebih mutakhir. Pengertian alur
konvensional adalah jika peristiwa yang disajikan lebih dahulu selalu menjadi
penyebab munculnya peristiwa yang hadir sesudahnya. Peristiwa yang muncul
kemudian selalu menjadi akibat dari peristiwa yang terjadi lebih dahulu menjadi
akibat dari peristiwa yang terjadi sesudahnya. Sedangkan alur nonkonvensional

4
adalah alur yang dibentuk berdasarkan rangkaian peristiwa yang tidak berdasarkan
runutan sebagaimana alur konvensional. masing-masing dari alur tersebut
mempunyai fungsi dan peran tersendiri, terutama dengan kaitan teks dramanya.

Alur juga sering disebut sebagai tahapan cerita yang bersambungan. Meliputi
Pemaparan, pertikaian, penggawatan, klimaks, peleraian. Dilihat dari cara
menyusun yakni, alur maju/lurus, alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan.

Menurut Wiyanto (2002: 25-26), menyatakan bahwa perkembangan plot


ada enam tahap, yaitu :

a. Eksposisi, tahap ini disebut tahap perkenalan, karena penonton mulai


diperkenalkan dengan lakon drama yang akan ditontonnya meskipun
hanya dengaan gambaran selintas.
b. Konflik, pemain drama sudah terlibat dalam persoalan pokok.
c. Komplikasi, insiden kemudian berkembang dan menimbulkan konflik-
konflik yang semakin banyak dan ruwet.
d. Krisis, dalam tahap ini berbagai konflik sampai pada puncaknya
(klimaks).
e. Resolusi, dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik.
f. Keputusan, dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan sebentar
lagi cerita selesai.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah drama akan


mempunyai beberapa tahap dalam plot dan tidak sama bagi tiap-tiap lakon drama.

3. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dalam drama disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai


pemegang peran watak tokoh. Itulah sebabnya istilah tokoh juga disebut karakter
atau watak. Istilah penokohan juga sering disamakan dengan istilah perwatakan
atau karakterisasi

Berdasarkan peranannya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan


menjadi tiga macam yakni:

5
a. Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat.
b. Protagonis, tokoh utama berprilaku baik.
c. Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu.

Selain itu, berdasarkan fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat


diklasifikasi menjadi tiga macam juga, yakni:

a. Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita.


b. Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis atau
protagonis,
c. Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap penderita
dalam alur cerita.

Masih berkaitan dengan tokoh ini, ada istilah yang lazim digunakan yakni
penokohan dan teknik penokohan. Penokohan merujuk kepada proses penampilan
tokoh yang berfungsi sebagai pembawa peran watak tokoh cerita dalam drama.
Sedangkan teknik penokohan adalah teknik yang digunakan penulis naskah lakon,
sutradara, atau pemain dalam penampilan atau penempatan tokoh-tokoh wataknya
dalam drama. Teknik penokohan dilakukan dalam rangka menciptakan citra tokoh
cerita yang hidup dan berkarakter. Watak tokoh cerita dapat diungkapkan melalui
salah satu lima teknik di bawah ini:

a. Apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dikehendaki tentang dirinya atau


tentang diri orang lain.
b. Lakuan, tindakan,
c. Cakapan, ucapan, ujaran,
d. Kehendak, perasaan, pikiran,
e. Penampilan fisik.

Dalam hal penokohan, di dalamnya termasuk hal-hal yang berkaitan dengan


penamaan, pemeranan, keadaan fisik tokoh (aspek fisiologis), keadaan kejiwaan
tokoh (aspek psikologis) , keadaan sosial tokoh (aspek sosiologi), serta karakter
tokoh. Di dalam drama unsur penokohan merupakan aspek penting. Selain melalui
aspek inilah aspek-aspek lain di dalam drama dimungkinkan berkembang, unsur

6
penokohaan di dalam drama terkesan lebih tegas dan jelas pengucapannya
dibandingkan dengan fiksi.

Tokoh watak atau karakter dalam drama adalah bahan baku yang paling
aktif dan dinamis sebagai penggerak alur cerita. Para tokoh dalam drama tidak
hanya berfungsi sebagai penjamin bergeraknya semua peristiwa cerita, tetapi juga
berfungsi sebagai pembentuk, dan pencipta alur cerita. Tokoh demikian disebut
tokoh sentra Penokohan, gerak, dan cakapan adalah tiga komponen utama yang
menjadi dasar terjadinya konflik (tikaian) dalam drama. Pada hakekatnya, konflik
(tikaian) merupakan unsur instrinsik yang harus ada di dalam sebuah drama.
Tokoh cerita dalam drama dapat diwujudkan dalam bentuk 3 dimensi, meliputi :

a. Dimensi fisiologi, yakni ciri-ciri fisik yang bersifat badani atau ragawi,
seperti usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri wajah, dan ciri-ciri fisik
lainnya.
b. Dimensi psikologi, yakni ciri-ciri jiwani atau rohani, seperti mentalitas,
temperamen, cipta, rasa, karsa, IQ, sikap pribadi, dan tingkah laku.
c. Dimensi sosiologis, yakni ciri-ciri kehidupan sosial, seperti status sosial,
pekerjaan, jabatan, jenjang pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan
pribadi, sikap hidup, perilaku masyarakat, agama, ideologi, sistem
kepercayaan, aktifitas sosial, aksi sosial, hobby pribadi, organisasi sosial,
suku bangsa, garis keturunan, dan asal usul sosial.

4. Latar atau Setting

Latar atau setting adalah bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan
tempat kejadian ketika tokoh mengalami peristiwa. Tempat terjadinya peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah drama. Latar tidak hanya merujuk kepada tempat,
tetapi juga ruang, waktu, alat-alat, benda-benda, pakaian, sistem pekerjaan, dan
sistem kehidupan yang berhubungan dengan tempat terjadinya peristiwa yang
menjadi latar ceritanya.

Latar juga merupakan identitas permasalahan drama sebagai karya


fiksionalitas yang secara samar diperlihatkan penokohan dan alur. Latar atau

7
setting memperjelas suasana, tempat, serta waktu peristiwa itu berlaku dan juga
memperjelas pembaca untuk menidentifikasi permasalahan drama.

Secara langsung latar berkaitan dengan penokohan dan alur. Sehubungan


dengan itu, latar harus saling menunjang dengan alur dan penokohan dalam
membangun permasalahan dan konflik. Latar yang konkret biasanya berhubungan
dengan peristiwa yang konkret. Sebaliknya latar yang abstrak dan tokoh-tokoh
yang abstrak akan berhubungan dengan yang abstrak pula.

Dalam sebuah drama latar ikut membangun permasalahan drama dan


menciptakan konflik. Bagi pembaca, latar haruslah dipandang sebagai suatu unsur
yang mengarahkan dan memperjelas permasalahan drama. Karena hakikat drama
yang ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan menyebabkan latar pada drama
berbeda dengan latar pada cerpen atau novel.

5. Amanat

Amanat adalah pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang


melalui tokoh dan konflik dalam suatu cerita. Amanat juga dapat diartikan sebagai
pesan yang hendak disampaikan penulis dari sebuah cerita. Jika tema bersifat
lugas, objektif, dan khusus, amanat lebih umum, kias, dan subjektif.

Amanat di dalam drama dapat terjadi lebih dari satu, asal kesemuanya itu
terkait dengan tema. Pencarian amanat pada dasarnya identik atau juga merupakan
kristalistik dari berbagai peristiwa, perlaku tokoh, latar, dan ruang cerita.
Pencarian amanat sama halnya seperti tema yaitu hanyalah diperlukan bagi
pelajar,pembaca, atau kritikus pemula. Bagi peneliti dan kritikus maupun hal
semacam pencarian tema dan amanat bukanlah hal yang utama dan penting.
Begitu juga dalam hal analisis drama, amanat tidak diperlukan dan tidak
dipentingkan.

C. Unsur Ekstrinsik Drama

Unsur ekstrinsik drama merupakan unsur-unsur pembentuk drama dari


luar. Komponen-komponen yang termasuk sebagai unsur ekstrinsik drama antara
lain adalah :

8
1. Latar belakang pengarang
2. Nilai agama dan kepercayaan
3. Kondisi politik negara
4. Psikologis pengarang
5. Situasi sosial budaya

Hal-hal di atas termasuk dalam unsur ekstrinsik drama. Hal-hal tersebut


menjadi faktor luar yang mempengaruhi dibuatnya suatu drama. Misalnya latar
belakang pengarang, tentu berbeda-beda, sehingga menghasilkan karya drama
yang berbeda-beda pula antar satu pengarang dengan pengarang lain.

Nilai-nilai lain seperti nilai agama, politik, sosial dan budaya juga turut
mempengaruhi drama. Hal ini melandasi jalan cerita hingga perwatakan yang
dibuat oleh pengarang. Kondisi psikologis pengarang juga turut menjadi unsur
ekstrinsik drama yang cukup penting.

Nah demikian penjelasan referensi unsur-unsur drama, baik unsur intrinsik


drama maupun unsur ekstrinsik drama. Ada banyak komponen-komponen
pembentuk drama, baik faktor dari dalam maupn dari luar.

D. Contoh Drama dan Unsur Intrinsiknya

Menganalisis Drama

Judul “Sakit Aneh Sang Baginda”

Narator : Disebuah negeri timur tengah, berdirilah sebuah kerajaan


yang sangat besar dan megah. Tanahnya subur dan berlimpah ruah hasilnya,
membuat rakyatnya hidup rukun dan sejahtera. Apalagi kerjaan itu dipimpin oleh
seorang raja yang tampan dan gagah berani, membuat negeri itu aman dan damai.

Adegan 1

Baginda : (Sambil meletakan sendoknya dalam piringya lalu menarik nafas


panjang dalam-dalam dengan tatapan matanya, yang sayup memperhatikan
hidangan yang disiapkan). Permaisuriku….?

9
Permaisuri : ”Ada apa bagindaku…..?

Baginda : “Begini permaisuriku, perutku terasa kering dan mual-mual,


rasanya mau muntah sehingga selera makanku menjadi hilang”

Permaisuri : “Ma’af bagindaku, mungkin masakannya kurang enak ya?”

Baginda : “Tidak permaisuriku, makananya sudah enak sekali.”

Pemaisuri : (Permaisuri tidak putus asa, lau memanggil dayangnya).


“Dayang….dayang, kemarilah….!

Dayang : (Dengan tergesa-gesa sambil membungkukan badan). “permaisuri


memanggil hamba….?”

Pemaisuri : “Ambilkan masakan jamur untuk baginda!”

Dayang : “Baiklah, hamba segera melaksanakan tittah paduka.” (sambil


membawa makanan), “ini makanan untuk paduka, permaisuri”

Permaisuri : “Kembalilah danyangku. Paduka cobalah makan ini mungkin bias


mengembalikan selerah makan baginda.”

Baginda : (Mengambil satu sendok nasi lalu mencicipinya


kemudian)”hoak…hoak…hoak.” (sampai muntah)

Permaisuri : (Dengan tergesa-gesah). “dayang…..dayang…tolong panggilkan


tabib kerajaan!”

Dayang : “Ia permaisuri (dengan tergesa-gesa dayang keluar dari ruangan


itu dan memanggil tabib. Kemudian dalam waktu yang singkat, dayang kembali
dengan seorang tabib kerajaan).

Tabit : “ Ampun permaisuri, adakah yang bisa hambah perbuat?”

Permaisuri : “Begini tabib, hampir sebulan ini selera makan baginda


terganggu.”

10
Tabit : “Hamba mohon ampun baginda, ijinkan hamba memeriksa
keadaan baginda. (tabib mendekati baginda dan langsung memeriksanya).

Permaisuri : “Bagaimana keadaannya tabib?”

Tabib : “Mohon ampun paduka, hamba tidak dapat menemukan penyakit


dalam diri baginda, sekali lagi ma’af permaisuri.”

Permaisuri : (Menggeleng-gelengkan kepalanya), “bagaimana ini tabib,


apakah tidak ada jalan lain lagi untuk mengetahui penyakit baginda raja?

Tabib : “Mohon amapun permaisuri, hamba sarankan kalau bisa


memanggil abunawas yang mungkin bisa menyembuhkan penyakit baginda raja.

Narator : Pergilah tabib menemui abunawas dan berceritalah mereka


tentang penyakit aneh sang baginda raja. Apakah baginda raja dapat
disembuhkan? Apakah abunawas mampu melakukan yang terbaik unttu baginda
raja? Saksikan

Adegan II

Tabib : “ Abunawas” (sambil menundukkan kepala). “salam sejahtera


baginda raja”

Baginda : Apakah kamu yang bernama abunawas?

Abunawas : “ Mohon ampun baginda, hamba yang bernama abunawas”

Baginda : “Apakah kamu bisa mengobati penyakitku ini?

Abunawas : “Ampun baginda raja, hamba sudah mendengar semua dari tabib
kerajaan tentang apa yang paduka derita.”

Baginda : “Menurutmu, adakah obat yang bisa menyembuhkan penyakitku


ini?”

Abunawas : “Ada paduka yang mulia.”

11
Baginda : (Sambil berdiri dengan wajah yang berseri- seri ). “Obat apakah
itu abunawas?

Abunawas : “Hamba punya saran, di hutan tutupan ada kijang berbulu putih
yang dagingnya sagat lezat.”

Baginda : “Lalu?”

Abunawas : “Syaratnya, Baginda harus menangkap sendiri kijang berbuluh


putih itu, apakah baginda sanggup?”

Baginda : “Baiklah abunawas, saya sanggup dan besok pagi kita berangkat.”
(tanpa ragu-ragu).

Narator : Kemudian pulanglah abunawas ke rumahnya yang letaknya tidak


jauh dari singgasana. Abunawas pulang untuk mempersiapkan semua
perlengkapan yang akan dibawah. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Baginda,
abunawas dan prajurit kerajaan sudah siap di depan singgasana untuk melakukan
perjalanan.

Adegan III

Baginda : “Abunawas, apakah semua perlengkapan sudah disiapkan?”

Abunawas : “Bagaimana prajurit, apakah perlengkapan dari singgasana sudah


disiapkan?”

Prajurit 1 : “Ampun baginda semuanya sudah siap.”

Baginda : “ Kita berangkat sekarang.”

Narator : Rombongan paduka berangkat dengan membawa perlengkapan


berburu, tetapi abunawas sengaja membawa nasih putih, air putih, garam, dan
asam. Perjalanan cukup panjang dan melelahkan namun, untuk mencapai tujuan,
merekapun dengan bersemangat melanjutkan perjalanannya. Maka tibalah mereka
di tengah-tengah hutan.

12
Adegan IV

Baginda : “Abunawas, selama perjalanan sampai di tengah hutan ini, tidak


satupun binatang yang kita temukan.”

Abunawas : “ Memang betul paduka yang mulia, di sini ada semak-semak


duri.”

Baginda : “Kalau disini hanya semak-semak duri, lalu di mana kijang


berbulu putih itu?”

Abunawas : (Diam sejenak sambil tersenyum). “Begini baginda raja, konon


kabar kijang berbulu putih itu muncul secara tiba-tiba.”

Baginda : (Sambil mengusap keringat dan menghela napas panjang). Oh


begitu ya abunawas?

Abunawas : “Ya baginda raja. Kalau begitu, kita istirahat dulu sambil mencari
sumber air.”

Baginda : “Baiklah abunawas.”

Prajurit 1 : “Mohon ampun paduka, tidak jauh dari sini ada sumber mata air.”

Abunawas : “Oh benar paduka. Lebih baik kita segera ke sana.”

Narrator : Lalu dengan langkah pasti, paduka bersama abunawas, dan


prajurit-prajuritnya bergegas menuju sumber mata air dan tidak lama kemudian
mereka tiba di sumber mata air tersebut.

Adegan V

Baginda : (Menghela napas panjang). “ oh indah sekali abunawas keadaan


alam ini, airnya sangat jernih yang membuatku tidak tahan lagi untuk
meminumnya. Dengan air ini, benar-benar menghilangkan dahagaku.”

Abunawas : “Betul paduka, airnya sangat jernih.”

13
Prajurit 1 : “Mohon ampun paduka, ijinkan hamba meminta paduka untuk
beristirahat di sini (menunjukkan tempat yang disediakan).”

Baginda : “Terima kasih prajuritku.” (berjalan menuju tempat istirahat)

Abunawas : “Ampun baginda, ijinkan hamba untuk mencari ikan di muara itu.
(sambil menuju ke arah muara yang tidak jauh dari peristirahatan mereka).”

Baginda : “Oh silakan abunawas, kebetulan perutku sudah lapar.”

Abunawas : “mohon ampun baginda, hamba dan prajurit segera mencari ikan
di sana.”

Narrator : Lalu abunawas bersama prajurit menuju ke muara. Saksikan


apakah mereka benar-benar menemukan ikan di muara?

Adegan VI

Prajurit 1 : “Abunawas, lihatlah ternyata di muara ini banyak sekali ikannya


dan sungguh menakjutkan.”

Abunawas : “Oh betul sekali prajurit, jika kita bisa menangkapnya maka kita
akan menikmatinya sampai puas. (sambil menancapkan sebilah bambu yang
sudah diruncing ke arah ikan-ikan di muara).”

Narrator : Berkali-kali abunawas menancapkan bambu ke arah ikan,


sehingga ia mendapat beberapa ikan yang sangat besar. Lalu abunawas bersama
prajurit bergegas menuju ke tempat baginda beristirahat, sambil membawa ikan
hasil tangkapan mereka.

Prajurit 1 : “Mohon ampun baginda, abunawas dan prajurit sudah datang dan
membawa beberapa ikan hasil tangkapan.”

Baginda : “Oh ikannya besar sekali, rupanya mereka pandai menangkap


ikan.”

14
Abunawas dan prajurit : (dengan wajah tersenyum, tibalah mereka di tempat
peristirahatan baginda raja).

Abunawas : “Mohon ampun baginda raja, imilah ikan tangkapan kami.”

Baginda : “kalau begitu bakarlah ikan-ikan itu.”

Abunawas : “Baiklah baginda, hamba akan melakukan perintah.” (sambil


tersenyum).

Narator : (Bergegaslah abunawas membakar ikan hasil tangkapan mereka


dengan hati gembira, abumawas mengkipas bara api sehingga aroma ikan-ikan itu
tercium hidung baginda raja. Setelah ikan-ikan itu matang, abunawas membuka
bungkusan bekal yang dibawanya).

Adegan VII

Abunawas : (Sambil menyungguhkan ikan bakar yang lezat itu kehadapan


baginda raja ). “ampun baginda, ijinkan hamba mempersilakan paduka menikmati
ikan-ikan bakar ini.”

Baginda : “Terima kasih abunawas.”

Narrator : Ternyata baginda raja sangat menikmati masakan-masakan yang


sudah disiapkan abunawas bersama prajuritnya.

Adegan VIII

Baginda : “Abunawas, ikannya enak sekali seperti makanan ini akan saya
habiskan.”

Abunawas : “Ampun baginda raja, dengan makanan ini apakah selera makan
baginda sudah pulih kembali?”

Baginda : “Ya, rasanya selera makanku sudah pulih. Kalau begitu lanjutkan
perjalanan mencari kijang berbulu putih itu.”

15
Abunawas : “Ampun baginda raja, sebenarnya kijang berbulu putih itu tidak
ada.”

Baginda : “lalu, bagaimana kita harus mendapatkan obat unttuk penyakitku


ini?”

Abunawas : “Mohon ampun baginda, baginda tidak perlu mencari obat lagi,
karena selera makan baginda sudah pulih kembali.”

Baginda : “Kamu benar-benar abunawas, penyakit anehku sudah sembuh.


Bagaimana ini bisa terjadi?”

Abunawas : “Menurut hamba, sebenarnya baginda tidak menderita penyakit


apapun karena selama ini ketika makan, perut baginda belum terasa lapar apa lagi
baginda tidak banyak bergerak.”

Baginda : “Kamu benar-benar cerdik abunawas, kalau begitu lain waktu kita
berburu lagi, agar aku banyak bergerak”

Abunawas : (sambil tertawa terbahak-bahak) “ha…..ha….ha……ha…….”

Narator : Demikianlah kisah cerita “ SAKIT ANEH SANG BAGINDA”


yang membuat kita semakin penasaran untuk mencari tahu apakah kijang berbulu
putih itu benar-benar ada? sebagai akhir kata “saya ingin menyampaikan mohon
maaf bila ada kata-kata dan kalimat yang kurang menyenang di hati para
pembaca.”

“TERIMA KASIH”

A. Tema : Abunawas yang Cerdik

B. Latar atau Seting

1. Tempat

a. Disebuah negeri timur tengah. Disebuah kerajaan yang sangat besar dan megah.

b. Di tengah hutan

c. Di pinggir sebuah muara

16
2. Waktu

a. Pada pagi hari

b. Pada siang hari

C. Alur atau Plot

(Tahapan Alur Drama)

1. Pemaparan atau eksposisi : disebuah negeri timur tengah. Disebuah kerajaan


yang sangat besar dan megah.

2. Komplikasi : tabib yang menemukan adanya penyakit pada sang baginda

3. Klimaks : abunawas mempunyai obat yang bisa menyembuhkan penyakit


baginda yaitu berburu kijang beebulu putih.

4. Penyelesaian/katastrota : baginda tidak memiliki penyakit, dia hanya kurang


bergerak.

Alur : Maju, karena dalam cerita tidak ada pengulangan kebelakang

D. Penokohan atau Perwatakan

Perwatakan Batin

1. Baginda : Tidak mudah putus asa

2. permaisuri : Tidak mudah putus asa, mengurus baginda yang sedang sakit.

3. Dayang-dayang : Selalu setia melayani baginda dan permaisuri

4. Tabib : Bijaksana dalam memberi jalan keluar untuk menyembuhkan baginda


raja.

5. Prajurit : Setia menemani baginda raja disaat berburu

6. Abunawas : Pintar, cerdik, dan bijaksana

E. Amanat

17
Agar tidak boleh memprediksikan sesuatu yang tidak kita ketahui
kebenarannya, dan harus saling tolong-menolong kepada sesama yang
membutuhkan bantuan kita.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Drama / teater adalah salah
satu sastra yang amat popular hingga sekarang. Bahkan di zaman ini telah terjadi
perkembangan yang sangat pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film layar
lebar, dan pertunjukan-pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan
makhluk hidup. Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat
percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu
sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu
bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan
lainnya.

Unsur-unsur yang terdapat dalam drama seperti tema, alur, tokoh dan
penokohan, latar atau setting, dan amanat. Kesemuanya itu termasuk ke dalam
unsur intrinsik drama atau unsur yang tidak tampak. Secara garis besar jika
dibandingkan dengan fiksi, maka unsur intrinsik drama dikatakan kuranng
sempurna. Tapi bukan berarti drama menjadi karya yang terbatas sama sekali.
Unsur-unsur yang terdapat dalam drama tersebut justru membangun drama yang
ada.

B. Saran

18
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.

Daftar Pustaka

Hasanuddin, W.S. 2009. Drama Karya dalam Dua Dimensi Kajian Teori Sejarah
dan Analisis. Bandung: Angkasa.

Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo.

www.google.com. 2011. “Unsur-Unsur Drama atau Teater”.


http://www.google.co.id/#hl=id&biw=836&bih=331&q=makalah+tentang+unsur-
unsur+drama+atau+teater&aq=f&aqi=&aql=&oq=&fp=1102bc494991dbbe. Di
akses tanggal 9 maret 2011

www.google. 2011. “Seni Teater”. http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_Teater.


Diakses tanggal 9 maret 2011

www.google. 2011. “Drama dan Teater”. file:///C:/Users/Hp/Downloads/Drama


%20dan%20Teater.htm. Diakses tanggal 10 maret 2011

19

Anda mungkin juga menyukai