Thanks to ................................................................ 11
Prolog ....................................................................... 15
Kesalahpahaman ................................................. 58
3 | G(H)IANA
Ada apa? ................................................................. 73
Penjelasan ............................................................. 91
4 | G(H)IANA
Pengertian Cerpen Menurut
Para Ahli
5 | G(H)IANA
Fiksi cerita pendek atau tidak benar-benar
terjadi tetapi bisa terjadi kapan saja dan
dimana saja dimana cerita ini relatif singkat.
Allan Poe Dalam Nurgiyantoro Dalam
Regina Bernadette
Cerita pendek diartikan sebagai bacaan
singkat yang dapat dibaca sekali duduk dalam
waktu setengah sampai dua jam, genrenya
memiliki efek tunggal, karakter, plot dan
setting yang terbatas, tidak beragam dan tidak
kompleks “pengarang cerpen tidak
melukiskan seluk beluk kehidupan tokohnya
secara menyeluruh, melainkan hanya
menampilkan bagian-bagian penting
kehidupan tokoh yang berfungsi untuk
mendukung cerita tersebut yang juga
bertujuan untuk menghemat penulisan cerita
karena terbatasnya ruang yang ada.
Aoh. K.H
Cerpen yang merupakan salah satu cerita
pendek yang ditulis oleh fiksi atau fantasi
disebut dengan naratif prosa pendek.
H. B. Jassin
6 | G(H)IANA
Mengatakan bahwa cerita pendek ialah sebuah
cerita pendek yang harus memiliki bagian
yang paling penting dari pendahuluan dan
penyelesaian sengketa.
Saini
Cerpen merupakan cerita pendek fiksi atau
tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa terjadi
kapan saja dan dimana saja dimana cerita ini
relatif singkat.
Turayev Dalam Regina Bernadette
Cerita pendek bentuk karya sastra naratif yang
menampilkan cerminan sebuah episode dalam
kehidupan seorang tokoh.
A. Bakar Hamid
Menurutnya bahwa cerpen atau disebut juga
dengan cerita pendek seharusnya dilihat dari
jumlah, kuantitas kata yang digunakan antara
500 hingga 20.000 kata adanya plot, adanya
satu karakter dan adanya kesan.
7 | G(H)IANA
Ciri – Ciri Cerpen
8 | G(H)IANA
Struktur Cerpen
1. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari
cerita pendek yang akan dikembangkan
menjadi sebuah rangkaian-rangkaian
peristiwa atau bisa juga sebagai gambaran
awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional
atau dalam artian bahwa setiap cerpen boleh
tidak terdapat struktur abstrak tersebut.
2. Orientasi
Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana,
dan tempat yang berkaitan dengan jalan
cerita dari cerpen tersebut.
3. Komplikasi
Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian
yang dihubungkan secara sebab dan akibat.
Pada komplikasi, biasanya mendapatkan
karakter ataupun watak dari berbagai tokoh
cerita pendek tersebut, hal ini karena pada
9 | G(H)IANA
bagian komplikasi kerumitan mulai
bermunculan.
4. Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi
dan mengarah pada klimaks serta sudah
mulai mendapatkan penyelesaiannya dari
konflik yang terjadi tersebut.
5. Resolusi
Pada bagian resolusi, pengarang mulai
mengungkapkan solusi yang dialami tokoh.
6. Koda
Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun
pelajaran yang dapat diambil dari cerita
pendek tersebut oleh pembacanya.
10 | G(H)IANA
Thanks to
11 | G(H)IANA
12 | G(H)IANA
Bintang untuk Sahabat
13 | G(H)IANA
14 | G(H)IANA
Prolog
15 | G(H)IANA
“Bunyi apa ini? piano? siapa yang
memainkannya di sore hari?” Batinku dalam
hati penuh penasaran.
Aku melihat seorang gadis kecil sedang
bermain biola dan duduk di atas batu yang
cukup besar
“Oh... ternyata ini alunan biola, ku kira
tadi itu alunan piano” Batinku ketika aku
mengetahui diriku salah menebak
Aku diam-diam memperhatikan gadis
kecil itu bermain biola dan ketika aku
menggerakan kakiku sedikit, aku tak sadar
bahwa aku menginjak dedaunan kering yang
membuat suara cukup besar sehingga gadis
kecil yang tak ku kenal itu pun menoleh
kebelakang dan memandang ku terkejut
“Maaf.. maaf jika aku lancang
mengintipmu” Hana merasa bersalah
Aku dan dirinya terdiam, dan aku pun
melanjutkan perkataanku “Aku hanya
penasaran siapa orang yang memainkan
alunan indah biola itu”
16 | G(H)IANA
17 | G(H)IANA
Kami kembali terdiam.
“Maaf yaa.. aku akan pergi sekarang”
ujar Hana
“Tunggu..,” ujar gadis biola itu
Aku terkejut ketika menyadari bahwa
yang dipanggilnya adalah aku karena satu-
satu nya orang yang disekitar situ hanyalah
aku
“Siapa namamu?” Ujar gadis biola itu
“Aku?” Tanyaku heran
“Ya, siapa namamu?” Tanya gadis biola
itu kembali
“Namaku Hana Ariara, kau bisa
memanggilku Ghi,” jawabku sambil
mengulurkan tangan dan anehnya dia hanya
terdiam tidak merespon
“Hm... siapa namamu?” tanya Hana
untuk mencairkan suasana
“Namaku Ghia Melsi” jawabnya cukup
dingin
18 | G(H)IANA
“Aku harus memanggilmu apa? Ghia?
Mel? Melsi?” Ujar Hana berharap dia tertawa
“Kau bisa memanggilku Ghi” ujarnya
sambil tersenyum kecil dan menjabat kembali
tanganku. Inilah awal kisahku dengan dirinya.
19 | G(H)IANA
20 | G(H)IANA
-Bahasa Langit-
21 | G(H)IANA
Langit pun berbahasa
Tanda bersuka cita
Sambut esok dimana kita kan slalu bersama
Selamanya…
22 | G(H)IANA
Ruang Dingin
24 | G(H)IANA
“Siap deh, Makasih yaa Ghi! Kamu
memang sahabat yang paling mengerti
aku!”
“Iyaa sama-sama Han. Kamu juga!”
Hana menutup telepon dan bersiap
akan kedatangan sahabatnya. Tak lama
kemudian, sekitar 30 menit, Ghi pun sampai
dirumah Hana.
“Assalamualaikum”
Mendengar itu Hana langsung bergegas
membukakan pintu dan..
“Waalaikumsalam, masuk Ghi!” Ujar
Hana sembari membantu Ghi membawa
barang-barangnya kedalam rumah.
---
Hana dan Ghi pun memasuki kamar dan
segera membereskan barang bawaan Ghi.
Didalam kamar, mereka banyak bercerita,
bersenda gurau, dan tertawa. Hana
menceritakan tentang ruangan favoritku
dirumah, yaitu Ruang musik. Ghi pun
mendengarkan.
25 | G(H)IANA
“Ruang musik adalah ruang yang paling
aku senangi. Karena dari kecil aku memang
memiliki ketertarikan yang mendalam
terhadap musik, jadi dirumahku tersedia
ruang musik.” Ujar Hana
”Disana, walaupun tampak sepi dan
menyeramkan, tetapi tidak mengurungkan
niatku untuk merenung dan mendengarkan
beberapa melodi yang indah.” Tambah Hana
“Di ruang musik sudah tersedia
beberapa alat musik, terutama piano tua.
Sudah lama, piano tua itu tidak digunakan lagi
karena sahabatnya telah pergi. Aku tidak
mengetahui sosok sahabat dari piano
tersebut. Hanya mengetahui namanya.
Perempuan itu meninggal karena kecelakaan.
Dia bernama Annelies Dwin.” Jelas Hana
”Mamaku pernah berkata, bahwa piano
itu adalah peninggalan nenek. Aku tidak tahu
siapa perempuan yang bernama Annelies
Rwin itu. Dan aku pun tidak penah bertanya
kepada Mama tentangnya.” Tambah Hana
kembali
26 | G(H)IANA
27 | G(H)IANA
”Namun, Mama tidak
memperbolehkanku memainkan piano tua
yang telah berdebu itu. Jika aku
memainkannya, berarti membangunkan
Annelies.” lanjut Hana
“Setiap kali aku pergi ke ruang musik,
aku hanya memainkan biola. Tidak pernah
sekalipun aku memainkan ataupun menyetuh
piano itu.” Ujar Hana panjang lebar
“Wah, aku baru tahu ada yang seperti
itu dirumahmu..” seru Ghi
“Iyaa, apakah kamu takut, Ghi?” tanya
Hana
“Bukannya takut, aku justru malah
ingin ke ruang musik. Bawa aku kesana, Han!”
ujarnya bersemangat
Hana dan Ghi pun berjalan menuju
ruang musik. Sampai disana, Hana membuka
pintu berwarna biru tersebut, duduk, dan
berbincang-bincang di dalamnya bersama
sahabatnya itu.
28 | G(H)IANA
Tak terasa, hari mulai gelap. Hana
memperhatikan segala sudut ruangan dan…
tiba-tiba, piano tua itu bergerak tanpa ada
seorang pun memainkannya. Cahaya yang
tidak mencukupi membuat Hana dan Ghi
tidak mempercayai apa yang mereka lihat dan
dengar. Hana mencoba untuk menghidupkan
lampu dan …
Dari mana dia masuk? Bagaimana bisa?
Aku tidak merasa kalau dia masuk ke ruangan
ini, gumamku. Aku melihat seorang
perempuan memakai Almamater Egrun
sedang memainkan piano tua itu. Ghi terdiam.
Ia tampak sedang memikirkan sesuatu.
“Ghi! Kamu kenapa?” tanya Hana
“Suara ini.. aku teringat sesuatu…”
jawab Ghi
“Teringat apa, Ghi?!” tanya Hana yang
semakin penasaran
“Tidak bukan apa-apa. Hanya halusinasi
ku saja.” Ujar Ghi
29 | G(H)IANA
30 | G(H)IANA
Kami pun berjalan ke arah perempuan
itu untuk menegurnya agar tidak memainkan
piano tua tersebut. Namun, kami terhanyut
oleh permainan piano itu. Seakan-akan tidak
rela permainannya dihentikan.
Perempuan itu terus memainkan
pianonya. Wajahnya pucat pasi. Hana dan Ghi
duduk tepat di depannya. Seperti terhipnotis,
kami terlena dengan alunan piano yang dia
mainkan.
Perempuan itu sesekali menoleh kearah
kami dan tersenyum. Senyumannya
misterius, seperti senyuman monalisa. Tanpa
sadar, kami berdua hanyut dalam
permainannya dan tertidur di dalam ruang
musik.
---
Mentari yang terik membangunkan
Hana dari tidurnya. Hana pun tersadar bahwa
kami telah tertidur semalaman di ruang
musik. Hana pun segera membangunkan Ghi.
“Ghi, bangun. Sudah pagi,” Ujar Hana.
31 | G(H)IANA
“Hoam.. Selamat pagi..” ujar Ghi yang
masih setengah sadar.
“Ehh??! Sejak kapan kita tertidur
disini??!” ujar Ghi kaget
“Sepertinya kita tertidur setelah
mendengarkan permainan piano dari
Annelies Rwin.” Ujar Hana
Tidak ada yang tahu kemana perginya
sosok Annelies Rwin tersebut. Hanya ruang
musik yang menjadi saksi bisu dan Tuhan lah
yang tahu tentang pertemuan kami
dengannya…
---
32 | G(H)IANA
- Kota Tanpa Diriku-
(Puisi Annelies Rwin)
33 | G(H)IANA
Di pulau itu, aku memikirkan kota yang sudah
tak ada diriku.
34 | G(H)IANA
Teman yang mencurigakan
35 | G(H)IANA
“Eh? Hana? Kau sedang apa?” tanyanya
kebingungan
“Justru aku yang harusnya bertanya
seperti itu padamu. Dari tadi kamu kupanggil
tapi tidak menjawab,” Ujar Hana sedikit kesal
“Oh, begitu? Aku tidak sadar karena
sedang memikirkan sesuatu.” ujar Ghi
“Pernahkah kamu memikirkan tentang
kematian?” ujar Ghi dengan wajah menunduk
Aku terkejut. Seperti ada yang aneh
dengan Ghi saat ini. Aku pun mecoba untuk
menanyakannya.
“Memangnya ada apa, Ghi?” tanya Hana
sambil merangkulnya
“Kemarin pagi, aku sarapan. Lalu,
seperti biasa, aku menyisakan makananku
untuk kucing kesayanganku, Chelsea. Ia pun
segera datang setelah kubunyikan piring
makannya. Aku pun meletakkan makanan
sisaku di dekat kandangnya. Itu terakhir kali
aku melihat Chelsea. Sore harinya, aku
mencari kucingku di seluruh rumah, dan aku
36 | G(H)IANA
terkejut menemui kucingku telah mati
bersimbah darah di belakang rumah. Aku pun
menangis tersedu-sedu melihat kucing
kesayanganku itu.”
“Apakah kamu tau penyebab kematian
dari kucingmu tersebut?” tanya Hana
“Saat aku akan memindahkan
tubuhnya, aku melihat ada yang tidak wajar
dari kematian kucingku itu. Terlihat di
lehernya seperti bekas tikaman pisau.
Awalnya aku mengira, ia mati karena digigit
anjing atau semacamnya. Namun setelah
melihat itu aku beranggapan bahwa kucingku
telah dibunuh oleh orang lain.” Ujar Ghi
bercerita panjang lebar.
“Dibunuh? Memangnya ada orang lain
yang masuk ke rumahmu Ghi?” tanya Hana
“Ada, tapi sepertinya tidak mungkin
dia.” Ujar Ghi seperti menyembunyikan
sesuatu
“Dia? Siapa dia Ghi? Ceritakan padaku.
Mungkin aku bisa membantumu,” bujuk Hana
37 | G(H)IANA
38 | G(H)IANA
“Hmm.. sebenarnya, Kemarin Lisa kerumahku
untuk belajar bersama. Aku tidak tahu
mengapa ia belakangan ini seperti mencoba
untuk mendekatiku. Di rumahku tidak ada
orang kecuali kami berdua. Kami belajar dari
pagi hingga sore. Siang harinya, aku pergi ke
Indomart untuk membeli beberapa cemilan,
dan aku meninggalkan Lisa di kamarku. Aku
berpesan padanya untuk menjaga rumah dan
Chelsea. Pulang dari sana, aku mencari
Chelsea yang biasanya tidur di kandangnya,
namun tidak kudapati dirinya disana. Aku
pun langsung kembali kamar dan menemui
Lisa. Dia tersontak kaget dan
menyembunyikan sesuatu di tasnya. Aku tak
mengindahkan ekspresinya itu dan
melanjutkan belajar. Sore harinya, Lisa
pulang. Dan kutemui Chelsea sudah meregang
nyawa di belakang rumah,” ujar Ghi sambil
menangis tersedu-sedu
“Jadi begitu ceritanya.. yang sabar ya
Ghi. Semoga kucingmu tenang disana.” Ujar
Hana menenangkannya
39 | G(H)IANA
“Tapi entah mengapa aku merasa ada
yang aneh dengannya, Han,” ujar Ghi sambil
menyeka air matanya
“Hmm baiklah kalau begitu. Bagaimana
jika kita mengawasinya selama beberapa hari
ini? Untuk memastikan saja,” ujar Hana
memberi saran
“Aku setuju denganmu. Tapi jangan
sampai terlihat mencurigakan ya, bersikap
alami saja,” ujar Ghi
Kami pun mulai mengawasi Lisa.
Namun tidak ada yang aneh pada dirinya.
Tingkah lakunya seperti anak SMA biasa.
Sampai pada suatu hari, aku mendengar Ghi
sedang berbincang dengan Felice, teman
sekelasnya yang tinggal bersebelahan dengan
Ghi.
40 | G(H)IANA
“Hai Ghi!”
“Hai Felice! Ada apa?”
“Kamu tahu tidak? Satpam di dekat
rumah kita meninggal..”
“Hah? Serius? Kapan meninggalnya
Fel?” ujar Ghi terkejut
“Iya, serius. Tidak diketahui kapan
meninggalnya, tapi jasadnya ditemukan
kemarin sore di semak-semak dengan luka di
bagian leher..,”
Ghi terdiam sejenak.
“Lalu kabarnya satpam itu meninggal
saat sedang berpatroli di komplek pada siang
hari..,”
“Oh, begitu…” ujar Ghi sambil berpikir
“Apa ada yang mengganjal di
pikiranmu, Ghi?” tanya Felice
“Tidak.. hanya saja aku sedikit
penasaran dengan Lisa..,” ujar Ghi
“Lisa? Lisa yang sekelas denganmu itu?”
tanya Felice
41 | G(H)IANA
“Iya benar..,” ujar Ghi memastikan
“Sebaiknya kamu tidak mendekatinya,
Ghi. Karena aku pernah mendengar beberapa
rumor buruk tentangnya,” ujar Felice
“Rumor buruk? Rumor tentang apa?”
tanya Ghi yang penasaran
“Kabarnya dia itu anak broken home.
Dia juga punya beberapa kebiasaan aneh,
seperti suka berbicara sendiri, suka tertawa
sendiri, dan anehnya lagi, kabarnya dia selalu
membawa pisau di tasnya, mengerikan
sekali.” Ujar Felice memberitahu
“Pisau? Untuk apa dia membawa pisau
ke sekolah?” tanya Ghi
“Entahlah, aku juga tidak tahu soal itu.
Yang jelas kamu jangan dekat-dekat
dengannya. Dia terlihat berbahaya.” Ujar
Felice mengingatkan.
“Baiklah. Terima kasih atas
informasinya, Felice!” ujar Ghi sambil
melambaikan tangan.
42 | G(H)IANA
“Iyaa, sama-sama Ghi!” ujar Felice
membalas.
Pertemuan itu berakhir. Ghi pun segera
pulang ke rumahnya dengan tergesa-gesa.
Hari mulai gelap. Hana pun pulang ke rumah.
Dan begitulah hari ini berakhir.
---
Keesokan harinya…
“Hana, ada yang ingin kubicarakan.”
Ujar Ghi
“Sepertinya aku tahu apa yang ingin
kamu bicarakan, Ghi,” ujar Hana menjawab
“Iya, ini Lisa.” Jawab Ghi
“Kamu sudah mencari tahu tentang
Lisa?” tanya Hana
“Ada beberapa hal yang telah
kuketahui, dan aku ingin memastikannya.”
ujar Ghi
“Aku sudah tahu Ghi. Kemarin, aku
tidak sengaja mendengar percakapanmu
43 | G(H)IANA
dengan Felice. Apakah itu semua benar?”
tanya Hana pada Ghi
Ghi mengeluarkan selembar kertas dan
pulpen, serta Handphone-nya. Sepertinya ia
ingin menunjukkan sesuatu pada Hana.
“Aku ingin meminta tolong padamu,
Han.” Pinta Ghi
“Iya, kamu ingin aku melakukan apa?”
tanya Hana
“Sebelum itu, lihat ini.” Ujar Ghi sambil
menunjukkan foto yang ada di Handphone-
nya.
Hana terkejut melihat foto tersebut. Di
dalam foto itu terdapat foto Lisa yang tengah
memasukkan pisaunya ke dalam tas.
“Foto ini… Kamu mendapatkannya dari
siapa, Ghi?” tanya Hana
“Aku dapat dari seseorang dari kelas
kita yang memotret papan tulis setelah
pelajaran usai. Setelah dicek kembali, di foto
itu terdapat Lisa yang tengah memasukkan
pisau tersebut,” jelas Ghi
44 | G(H)IANA
“Apa hubungan foto ini dengan hal yang
kamu ingin aku lakukan?” tanya Hana
“Aku berprasangka bahwa jangan-
jangan Lisa ini adalah seorang psikopat. Dan
ia punya rasa tertarik dan senang dengan
darah segar. Saat pulang sekolah, aku
memintamu untuk menusuk ibu jarimu
sedikit dengan peniti hingga berdarah, lalu
ajaklah ia ke kamar mandi. Jika aku benar,
reaksinya akan seperti orang yang ingin
menjilati darahmu, Han. Dan itu akan
membuktikan bahwa ia memang seorang
Psikopat,” ujar Ghi menjelaskan
“Bagaimana jika ia malah ingin
membunuhku, Ghi?” Tanya Hana dengan
sedikit gemetar
“Tenang saja. Selagi kamu mengajaknya
ke kamar mandi, akan kuikuti kalian dari
belakang. Aku tak akan membiarkan kamu
dibunuh, Han. Aku juga akan mempersiapkan
jika terjadi hal-hal yang tak terduga.” Jawab
Ghi
45 | G(H)IANA
46 | G(H)IANA
“Tapi, aku sedikit takut, Ghi. Jika dia benar-
benar psikopat…” ujar Hana dengan ragu-
ragu
“Percayalah padaku, Han. Aku ini
sahabatmu, aku tidak akan membiarkan ia
membunuhmu.” Ujar Ghi meyakinkan
“Baiklah, Ghi. Kapan rencana ini
dimulai?” tanya Hana
“Besok, Han. Kamu jangan panik,
bersikaplah natural agar dia tidak mengeahui
rencana kita,” jawab Ghi
“Oke, Ghi. Semoga lancar,” ujar Hana
meyakinkan diri
“Aamiin,” Ujar Ghi
---
Keesokan harinya.
Hana dan Ghi datang lebih awal ke
sekolah untuk mempersiapkan hal-hal yang
akan dibutuhkan. Lalu, saat pulang sekolah,
rencana pun dimulai.
47 | G(H)IANA
“Ah, tanganku berdarah!” ujar Hana di
depan Lisa.
Lisa terdiam. Dia tidak melihat ke wajah
Hana. Melainkan melihat ke arah tangannya.
“Lisa, bisa tolong antarkan aku ke
kamar mandi?” tanya Hana pada Lisa.
“Baiklah, ayo ikut aku,” ujar Lisa sambil
mengambil tasnya dan menarik tangan Hana.
Sementara itu, Ghi, diam-diam mengikuti
kami dari belakang
Sampai di kamar mandi, Hana sengaja
mendiamkan tangannya, agar darahnya
terlihat sedikit banyak. Tiba-tiba…
“Hey Hana, darahnya banyak sekali ya,
berwarna merah terang dan sangat segar..,”
ujar Lisa tersenyum licik
Hana membisu. Bulu kuduknya berdiri
mendengar perkataan itu. Tidak salah lagi.
Lisa adalah seorang psikopat.
“Me-memangnya kenapa, Lis?
Bukankah darah memang seperti itu?” tanya
Hana memberanikan diri
48 | G(H)IANA
“Tidak… Hanya saja darahmu segar
sekali sampai-sampai aku ingin
mencicipinya..” ujarnya dengan tersenyum
licik. Tiba-tiba, dia langsung memegang
tangan Hana, dan menjilati darah Hana yang
mengalir. Hana tersontak kaget dan langsung
berteriak
“KAMU NGAPAIN LIS?!” Ujar Hana
dengan keras. Dia langsung menutup mulut
Hana dan mengambil sebuah pisau dari
tasnya.
“Pi-pi-pisau? Kamu mau apa Lis?” ujar
Hana pelan dengan gemetar
“Diam! Atau aku akan membunuhmu!”
ancamnya kepada Hana
Hana memberontak dan hendak melepas
tangannya yang memegang pisau tersebut.
Lalu, Ghi pun datang
“STOP! Lepaskan pisau itu dari
tanganmu! Atau aku akan membocorkan
rekaman ini ke seleuruh sekolah!” ancam Ghi
pada Lisa
49 | G(H)IANA
“HAH?! MEMANGNYA KAU KIRA AKU
AKAN TAKUT DENGAN ANCAMANMU ITU?
HAHAHA!” ujar Lisa dengan nada tinggi.
“Tidak hanya itu! Aku juga akan
menyebarkan bahwa kamu adalah psikopat
keji yang sudah membunuh kucingku dan
satpam yang berada di lingkungan rumahku!”
ancam Ghi dengan tatapan tajam
“Da-Dari mana kamu tahu soal itu?”
ujar Lisa tersontak kaget dan menjatuhkan
pisaunya
“Aku menyelidikinya. Tentang kucingku
yang mati bersimbah darah di belakang
rumah, serta hal yang sama terjadi dengan
satpam yang menjaga lingkunganku. Kamu
tidak perlu tahu darimana aku tahu tentang
semua itu. Kamu harus berjanji agar tidak
berbuat seperti ini lagi dan pergi dari sekolah
ini! Jika tidak, akan ku laporkan semua ini
kepada kepala sekolah dan polisi!” ancam Ghi
dengan nada keras dan mengambil pisau yang
dijatuhkan oleh Lisa
50 | G(H)IANA
Lisa terdiam. Suasana menjadi hening.
Lalu, dia pun beranjak dari tempatnya dan
pergi tanpa mengujarkan kata maaf.
“Dasar psikopat gila! Untung saja dia
mau mendengarkanku. Jika tidak, aku tidak
tahu apa yang akan terjadi dengan kita
berdua, Han. Mungkin saja, kita sudah
dibunuhnya jika gagal,” ujar Ghi. Hana
terdiam. Masih shock dengan kejadian tadi.
Besoknya, terdengar kabar bahwa Lisa
sudah pindah ke sekolah lain. Kabarnya, dia
pindah dengan alasan orang tuanya pindah
dinas. Namun, kami tahu bukan itulah yang
terjadi.
Tidak ada yang tahu tentang kisah ini.
Kepala sekolah, bahkan polisi pun tidak
mengetahuinya karena hal ini tidak kami
laporkan, sesuai janji kami dengan Lisa.
---
51 | G(H)IANA
52 | G(H)IANA
Kegaduhan saat jam
pelajaran
53 | G(H)IANA
aku gelisah karena takut terlambat. Hana
khawatir jika telat akan disuruh berdiri di
depan kelas dan mendapat hukuman
tambahan dari guru.
Sesampainya di sekolah, ia disambut
oleh Ghi. “Hai Hana! Tumben pagi-pagi
datangnya,” ujar Ghi sambil berlalu dari
koridor sekolah. “Iya, aku terlambat,” jawab
Hana.
Sesampainya di kelas, mereka tersentak
kaget melihat Pak Agus telah duduk dengan
tenang di kursi guru
“What!! Pekik Hana dan Ghi bersamaan
Mendengar ujaran Hana dan Ghi, Pak
Agus langsung memandang kami dan bangkit
dari kursinya.
“Baiklah, kali ini kalian dimaafkan.
Kalian boleh duduk di kursi kalian masing-
masing,” ujar Pak Agus. Akhirnya, kami
langsung berlari menuju kursi kami
Tanpa disengaja, pada saat berlari,
kakiku tersandung oleh kaki Merlin.
54 | G(H)IANA
“Brakkk!” Hana pun terjatuh
“Aww! Sakit…,” Ujar Hana kesakitan
dan segera bangkit.
“Hahaha!” tawa Merlin dan Jessica.
Ternyata mereka sengaja ingin menjatuhkan
Hana.
Merlin adalah anak yang cantic, tetapi
dia sangat malas dan selalu membuat
masalah. Dia pernah mencuri handphone
mililk Bu Ayu. Dia pun dimarahi habis-
habisan oleh Bu Wendy. Sikapnya benar-
benar keterlaluan.
“Kamu pikir ini tidak sakit? Segirang
itukah kalian menertawakan teman kalian
yang kesakitan? Ujar Ghi membantuku sambil
melotot kepada Merlin.
Aku yang kesakitan menjadi kesal
melihat ulah mereka, Merlin dan Jessica. Ghi
pun tidak senang dan marah melihat
sahabatnya diperlakukan seperti itu.
55 | G(H)IANA
Ghi berusaha menenangkanku dan
menasihati Merlin agar tidak mengulangi
perbuatannya.
Pak Agus yang semula sedang menulis
di papan tulis berbalik badan dan
menghampiri asal suara, “Ada apa ini?” Ujar
Pak Agus dengan wajah seram. Hana menelan
ludah.
“Ini pak… tadi saya ingin duduk tapi
saya disandung oleh Merlin pak…” jelas Hana.
“Iya, benar… Dia malah menertawakan
temannya sendiri pak…” ujar Ghi
membenarkan perkataanku.
“Stop!” teriak Pak Agus. “Diam kalian!”
lanjut Pak Agus.
“Oke, sekarang kalian harus saling
meminta maaf dan berjanji untuk tidak
mengulangi hal ini kembali,” ujar Pak Agus.
Aku dan Merlin pun bersalaman. Merlin
mengakui kesalahannya dan berjanji tidak
mengulangi. Dia meminta maaf dengan tulus
kepadaku. Aku pun menerima permintaan
56 | G(H)IANA
maafnya dengan tulus. Betapa indahnya
perdamaian itu…
---
57 | G(H)IANA
Kesalahpahaman
58 | G(H)IANA
Saat waktu menunjukkan pukul 4.30,
terpikir sebuah rencana untuk pergi bermain
ke rumah Ghi, sahabatnya. “Kira-kira apa
yang sedang dilakukan Ghi ya sekarang…
Hihihi..” Ujar Hana di dalam hati
Di perjalanan menuju rumah Ghi, aku
singgah ke suatu warung untuk membeli
beberapa makanan yang akan dibawa ke
rumah Ghi. Di saat aku mengantri, aku
mendengar percakapan dari tetangga-
tetangga Ghi.
“Kulihat tadi dia membawa barang-
barangnya.. sepertinya ia akan pindah,” ujar
salah satu tetangganya. “Iya, kabarnya dia
juga sedang ada masalah ya..” saut orang yang
berada di sebelahnya. Mendengar itu, aku
langsung cepat-cepat membayar dan menaiki
sepedaku.
“Yang dibicarakan tetangga Ghi tadi..
bukan Ghi kan ya?” tanya Hana di dalam
batin. Hana sangat gelisah memikirkan apa
yang dibicarakan oleh orang itu, padahal, itu
belum tentu Ghi. Bisa saja orang lain.
59 | G(H)IANA
Hana mempercepat laju sepedanya dan
sampailah Hana di depan rumah Ghi. “Ghi..?
Apakah kamu ada dirumah?” panggil Hana
dari luar ruamhnya. Hana menunggu
beberapa saat, namun tiada satupun orang
menjawabnya.
Hana pun berinisiatif menelpon
sahabatku itu. Hati Hana makin gelisah.
Berharap Ghi segera menjawab telepon
darinya.
“Nomor yang anda tuju, tidak dapat
dihubungi,” itulah hasil yang Hana dapatkan
setelah menelpon Ghi beberapa kali. Tiba-
tiba, sebuah mobil hitam yang tak asing
dimata Hana berhenti tepat di depan rumah
Ghi. Tak salah lagi, itu adalah mobil keluarga
Ghi.
Hana menunggu Ghi keluar dari
mobilnya. Lalu, keluarlah seorang gadis
bergaun putih dan memakai topi bermotif
bunga dari mobil tersebut. Ghi tampak cantik
dan anggun memakai gaun tersebut. Namun
aku tak mengindahkannya. Hana langsung
berlari menuju Ghi dan memeluknya.
60 | G(H)IANA
61 | G(H)IANA
“Kamu kemana saja Ghi?! Ku telpon beberapa
kali tidak diangkat. Ku kirim pesan pun tidak
kamu balas!” seru Hana dengan suara
menahan tangis
“Tenang dulu, Han. Aku bisa
menjelaskan semuanya. Ayo kita ke kamarku,
disana aku akan menjelaskannya padamu,”
ujar Ghi menenangkanku
Hana pun masuk ke dalam rumah Ghi
yang besar. Ghi langsung mengajak Hana
masuk ke kamarnya. Hana pun mengikutinya.
“Jadi, bagaimana Ghi?” tanya Hana
padanya.
“Pasti kamu gelisah karena mendengar
kabar burung dari tetangga-tetanggaku ya?”
ujar Ghi
“Iyaa.. itu benar. Sebenarnya aku
berniat ke rumahmu. Aku pergi ke warung
dan mendengar kabar seperti itu. Aku pun
langsung bergegas ke rumahmu untuk
menanyakan hal ini secara langsung
kepadamu,” ujar Hana menyeka tangisnya
62 | G(H)IANA
“Itu tidak benar kok, Han. Yang mereka
bicarakan itu adalah tetangga sampingku..”
ujar Ghi menjelaskan
“Syukurlah.. aku akan menangis jika
kau meninggalkanku!” ujar Hana memeluk
Ghi
“Iya iyaa.. Hehehe,” ujar Ghi tertawa
kecil. Begitulah. Kesalahpahaman pun
berakhir, dan mereka menjalani hari-harinya
seperti biasa kembali…
---
63 | G(H)IANA
64 | G(H)IANA
-Teruntuk Sahabat-
Bersamamu…
Melalui hari-hari yang penuh liku
Bergenggaman erat menepis gundah dan
nestapa
Berbagi kisah…
65 | G(H)IANA
Tentang cita-cita namun bukanlah angan
belaka
Tentang cinta yang membuncah namun
tertahan di dalam jiwa
Tentang harapan yang hendak digapai di
masa datang
Tentang kegagalan yang hampir meremukkan
keyakinan
Sahabat…
Kita bersama dalam suka maupun duka
Saling mengingatkan di tengah canda
Aku berharap dan berdoa…
Kita kan terus melangkah bersama
Menggapai ridho dan cinta-Nya
Meski jarak membentang di antara kita
Tak kubiarkan meluluhkan benang kasih yang
telah tercipta
66 | G(H)IANA
Sahabat…
Terima kasih untuk segalanya
Dan biarkanlah kisah kita terus terangkai
Kini, esok, hingga masa depan
Aku bangga dapati Dirimu seadanya
Kupikir, pantaslah dirimu kutemani
Aku bahagia, Sungguh ingin terurai Kata
Kaulah sahabatku…
Bila hari-harimu tertimpa Bahaya,
Kudoakan Kasih Bagimu
Bila hari-harimu dilanda duka,
Kudoakan Harapan Bagimu
Bila Hari-harimu Barlarut ceria,
Kudoakan Damai bagimu
Selama matahari masih terbit dan terbenam,
Selama panas dan hujan masih silih Berganti,
67 | G(H)IANA
Selama bulan dan bintang dilangit masih
bercahaya,
Akulah sahabatmu…
Biarpun kita sedang tak bersama
Sendiri kan kurangkai karsa
Sendiri kan kususun cerita
Berjalan terus menggapai cita
Dalam satu asa dan doa
Bahagia menyertaimu selamanya.
68 | G(H)IANA
Hari Ini
69 | G(H)IANA
“Aduh Ghi... bagaimana ini? botol
minumku terjatuh” teriak Hana panik
“Aduh... sini aku ambilkan” Ghi berlari
sambil mengadahkan tangannya pertanda
untuk mobil dan motor agar berhenti.
Syukurlah terdapat pengemudi yang
pengertian dan memberhentikan mobilnya.
“Aneh... seperti ada yang sedang
memperhatikanku” batin Ghi merasa risih.
Ketika Ghi menolehkan wajahnya ke
atas dia melihat sesosok perempuan di ujung
jalan seberang. Pucat pasih wajahnya. Seperti
anak sekolah lusuh dan tak berdaya.
“Ghi! Awas tanganmu!” Teriak Hana
sambil menarik tangan Ghi yang sedang diam
dengan tatapan kosong menatap ujung
seberang jalan itu padahal terdapat mobil
yang melaju sangat kencang. Hati Ghi dan
Hana berdegup sangat kencang.
“Hosh... hosh... hosh... ka.. ka.. kamu
tidak melihat mobil tadi kah Ghi?!” Ujar Hana
cukup kesesakan karena takut akan kejadian
tadi
70 | G(H)IANA
“Aku tidak mendengar atau melihat
apapun Ghi, maaf...” Ujar Ghi menyesal sambil
tetap mengingat wajah perempuan tadi
“Ayu cepat Ghi, pintu akan segera
ditutup” Hana mengajak Ghi bergegas ke
halaman sekolah mengingat gerbang yang
akan segera ditutup. Bergegas mereka berlari
dan meminta dispensasi dari BPPG (Bapak
Penjaga Pintu Gerbang) .
“Pak, tolonglah... kami sedikit terlambat
karena botol minumku terjatuh diseberang
jalan” Mohon Hana pada BPPG
“Tangan Ghi yang ingin menolongku
untuk mengambilkan tempat minumku saja
hampir terlindas mobil Pak” Ujar Hana lanjut
“Baiklah... untung saja kalian hanya
terlambat 3 menit, ini saya bukakan karena
niat mulia Ghi untuk Hana ya, cepat masuk”
ujar BPPG dengan nada seperti biasa yaitu
ketus
“Terima kasih BPPG” Ujar Hana dan Ghi
senang karena mereka diizinkam untuk
71 | G(H)IANA
masuk kedalam sekolah sehingga tidak akan
tertinggal pelajaran..
---
72 | G(H)IANA
Ada apa?
74 | G(H)IANA
“Hahaha... dasar kamu, pasti kamu
berbohong dengan Pak Diwi kan?” ujar Hana
yang tahu bahwa sahabatnya ini membohongi
guru piket mereka
“Iya... ya sudah lah ya tidak apa-apa”
ujar Ghi yang mengakibatkan mereka tertawa
kecil bersama
Lalu Ghi menunjukan barang yang ia
bawa, Ghi membawakan kue manis kecil yang
namanya Pie dan Syus untuk dimakan oleh
Hana
“Ini Han aku bawakan pie dan syus”
ujar Hana sambil menyerahkannya
“Asik... terima kasih Ghi, kamu tahu saja
ini membuatku senang” ujar Hana penuh
semangat mengambil pemberian Ghi
“Kau sudah makan belum? Mau aku
buatkan telur mata sapi?” ujar Ghi mengingat
orang tua Hana sedang tidak ada di rumah
“Boleh... aku lapar sekali dari tadi”
jawab Hana yang perutnya sudah mendengur
daritadi
75 | G(H)IANA
“Baiklah... tunggu dikamarmu” jawab
Ghi segera menyiapkan makanan untuk Hana.
Setelah sekiranya 15 menit lamanya, Ghi
masuk ke kamar Hana sambil membawakan
makanan yang telah siap dihidangkan untuk
Hana
“Wah... terima kasih ya Ghi” ujar Hana
senang
“Iyaa, hem... hana... aku hari ini
sepertinya harus pulang cepat” ujar Ghi
berhati-hati
“Kenapa? Ada apa? Kau harus
mengurus adikmu?” tanya Hana tanpa curiga
“Hm... iya iya, aku harus menjaga
adikku” jawab Ghi sedikit kelabakan
“Hm... ya sudah tidak apa-apa, tapi
adikmu tidak kenapa-kenapa kan?
belakangan ini kamu seringkali pulang
terburu-buru” ujar Hana sedikit curiga akan
sahabatnya itu
76 | G(H)IANA
“Oh.. hm.. iya tidak apa-apa kok” ujar
Ghi singkat karena ia bingung harus
menjelaskan apalagi
“Baiklah... ya sudah pergilah, aku tidak
apa-apa” ujar Hana mencoba mengerti
keadaan Ghi
“Baik Hana, terima kasih ya, aku pulang
terlebih dahulu, ku tinggal ya” ujar Ghi yang
ingin bergegas meninggalkan Hana
“Aneh sekali Ghi, belakangan ini selalu
saja pulang cepat dan alasannya karena
adiknya, ada apa ya?” batin Hana memikirkan
kenyataannya
77 | G(H)IANA
“Kepompong”
78 | G(H)IANA
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Semua yang berlalu
Biarkanlah berlalu
Seperti hangatnya mentari
Siang berganti malam
Sembunyikan sinarnya
Hingga dia bersinar lagi
**
Dulu kita melangkah berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertingkah kejauhan
Namun itu karna ku sayang
ooo, ooo, ooo, ooo
Repeat Reff
Persahabatan bagai kepompong
79 | G(H)IANA
Maklumi teman hadapi perbedaan
80 | G(H)IANA
Sedikit Demi Sedikit
Raukraukraukrauk...
Aduh lapar sekali... ada makanan tidak
ya di lemari es... batin Hana dengan perutnya
yang sangat lapar. Ketika Hana melihat lemari
es, tidak ada apa-apa disana.
“Malas sekali rasanya untuk pergi ke
supermarket” ujar Hana menyadari bahwa
dirinya harus mandi terlebih dahulu sebelum
keluar. 30 menit sudah Hana selesai bersiap-
siap. Hana menyusuri jalanan menggunakan
sepeda.
81 | G(H)IANA
Setibanya Hana di supermarket ia
langsung mengambil daging, susu, dan roti
beserta cemilan lainnya untuk sekalian
persiapan hari berikutnya.
Ketika Hana membayar dikasir ia
melihat seseorang yang terlihat tak asing
masuk kedalam supermarket tersebut. Hana
terkejut ketika ia menyadari bahwa itu adalah
Ghi dengan seseorang perempuan yang Hana
tak ketahui namanya.
Tapi aku seperti pernah melihatnya,
batinnya. Hana lansung menutupi kepala nya
menggunakan tudung yang ada di jaketnya
untuk diam-diam memperhatikan mereka.
Itu Ghi... siapa perempuan itu? batin Hana
ketika ia menyadari bahwa itu adalah Ghi.
Setelah beberapa saat Hana memperhatikan
mereka membeli beberapa cemilan dan
akhirnya mereka keluar supermarket, Hana
mengikuti perjalanan mereka. Mereka ke arah
sebuah tempat, tepatnya sebuah rumah.
82 | G(H)IANA
Siapa perempuan itu? Siapa? Mengapa Ghi
berbohong padaku? batin Hana terus
menerus sepanjang perjalanannya kerumah..
---
83 | G(H)IANA
”Tak Lekang oleh Waktu”
84 | G(H)IANA
Sahabat… kaulah teman dalam hidupku
Tak pernah membenci menyakiti
Tak pernah pula berhenti memberi motivasi
Sahabat…
Waktu telah bergulir
Tali persahabatan telah kita rajut
Bersama kita semaikan bunga-bunga di hati
Dalam hasrat ini,dan dalam angan ini
dan dalam asa mimpi ini
Hanya satu kuingin, hati kita sama
Di dalam satu kalimat, bahwa aku dan kamu
85 | G(H)IANA
Pencipta Batas
86 | G(H)IANA
“Kamu berubah Ghi! Kamu berubah! Ini
yang disebut sahabat? Ini? Kau tidak terbuka
padaku dan meninggalkanku begitu saja
tanpa alasan” ujar Hana penuh emosi marah
“Dengarkan aku Hana...” ujar Ghi
mencoba menjelaskan pada Hana.
Namun, Hana tak menghiraukan Ghi
ingin berbicara apa, dia pergi dari tempat itu,
dan dia berlari sambil menangis.
Satu sisi terdapat Ghi yang termenung
bersama Dhila
“Apakah aku salah?” ujar Ghi bertanya
sambil menahan hati yang sakit
“Tidak sepenuhnya salah mu Ghi, kau
berteman denganku dan ingin membantuku
itu sangatlah baik, namun kau salah karena
tidak menjelaskan padanya tujuanmu dari
awal untukku” ujar Dhila menenangkan Ghi
“Sudahlah... cobalah ajak dia di lain
waktu ketika ia sudah tak menggunakan
emosional marahnya
87 | G(H)IANA
Ghi pun menangis terisak-isak. Ia kesal,
namun ia sakit hati, ia ingin marah, namun ia
pun merasa bersalah.
“Tidak usah menangis, menangis tidak
merubah keadaan apapun” ujar Dhila
menenangkan dan mencoba menghibur Ghi
Terdapat Piano disamping itu dan dia
pun mencoba untuk memainkannya, anehnya
Dhila memainkan iringan musik lagu Swan
Lake. Suara ini? Bunyi ini? batin Ghi dalam
hati sembari mengetahui itu adalah iringan
musik piano kala itu.
“Dhila.. kamu bisa memainkan iringan
ini sejak kapan?” ujar Ghi penasaran
“Aku bisa memainkan iringan musik ini sejak
aku berumur 5 tahun” jawab Dhila
kebingungan. Jadi... Dhila? batin Ghi.
---
88 | G(H)IANA
“Sahabat Kecil”
Melawan keterbatasan
Walau sedikit kemungkinan
Takkan menyerah untuk hadapi
Hingga sedih tak mau datang lagi
89 | G(H)IANA
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini
90 | G(H)IANA
Penjelasan
91 | G(H)IANA
92 | G(H)IANA
“Baik, aku keluar... sesaat saja yaa” ujar
Hana sedikit ketus namu Ghi dan Dhila tau
bahwa dia sungguh kasihan kepada mereka
berdua.
Hana bergegas mengambil payung
untuk melindungi mereka masing-masing
dari tangisan awan itu.
“Ada apa?! Ngapain kalian berdua
kesini? Ingin menjalaskan apa?” ujar Hana
kesal dan tak sabar
“Hana dengar... Dhila adalah temanku
sejak kecil dulu, kau ingat gadis piano itu?
Dhila lah orangnya” ujar Ghi menjelaskan
Hana yang mendengar itu sempat
terdiam termangu sebentar
“Lalu... mengapa kau meninggalkan aku
begitu saja?” ujar Hana kembali jengkel
karena mengingat hal itu
“Itu karena...” ujar Ghi yang ingin
menjelaskan namun terpotong oleh Dhila
“Itu karena orang tuaku sudah tiada.
Mereka meninggalkan aku sejak aku berumur
93 | G(H)IANA
8 tahun, hatiku hancur, aku tidak dapat
meneruskan sekolahku, aku sempat
meninggalkan Ghi beberapa saat, itu salah ku,
namun ketika Ghi bertemu ku kembali, ia
tetap menerimaku dengan hati lapang dada”
ujar Dhila menjelaskan semuanya
“Ghi adalah seorang sahabat yang baik
Hana, sebetulnya dia ingin selalu
menemanimu dan ia juga ingin menceritkan
hal ini kepadamu, tapi yang ada dipikirannya
bahwa ini adalah masalah pribadiku, jadi ia
merasa tak berhak menceritakan itu semua
kepadamu” lanjut Dhila menjelaskan
Air mata Hana sudah terbendung
lamanya dan akhirnya ia pun meliapkan
semuanya dibawah tangisnya langit sambil
berlari memeluk Ghi. Seketika, Dhila
menghampiri mereka dan berkata “Kalian
harus saling mengerti dan percaya satu sama
lain, itu lah dasar hubungan terpenting dari
sebuah persahabatan” Dhila menjelaskan
kepada mereka bahwa begitu pentingnya
seorang sahabat “seorang sahabat susah
94 | G(H)IANA
didapatkan namun seorang musuh sangat
mudah sekali didapatkan”
Hana langsung memeluk Dhila
“Maafkan aku Dhila karena tak
mengerti keadaanmu maupun Ghi” Dhila
benar-benar merasa bersalah
“Sudah lah tak apa, mari kita pulang
dan berbincang dirumah mu saja Hana, ini
hujan dan sudah sangat malam rasanya” ujar
Dhila melihat situasi dan kondisi yang kurang
tepat.
“Baik... marilah kerumahku” ajak Hana
penuh semengat
Semenjak saat itu, kami selalu bersama,
setiap hal yang kamu lakukan didasarkan atas
rasa percaya dan pengertian. Ketika kamu
merasakan sesuatu hal yang tidak cukup baik,
utarakanlah hal itu kepada sahabatmu. Ketika
sahabatmu membutuhkanmu, usahakanlah
yang terbaik untuk kamu menjadi seorang
pendengar dan penasehat yang baik. Seorang
musuh mudah sekali untuk didapatkan,
95 | G(H)IANA
namun seorang sahabat susah sekali untuk
didapatkan.
-THE END-
96 | G(H)IANA
Unsur intrinsik
- Tema : Sahabat
- Alur : Maju
- Latar :
✓ Sosial : Petualangan
97 | G(H)IANA
Unsur Ekstrinsik
(Nilai yang terkandung dalam cerpen)
98 | G(H)IANA
Biodata Penulis
99 | G(H)IANA
Nama Lengkap : Lamtiur Ariaty
Nama Panggilan : Ria
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 April
2003
Hobi : Dance
Cita-cita : Psikolog
100 | G(H)IANA