Anda di halaman 1dari 100

Kata Pengantar

Pertama-tama kami mengujarkan Puji


syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga cerita pendek ini dapat diselesaikan.
Kami juga ingin mengujarkan terima kasih
bagi seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan cerita pendek ini dan
berbagai sumber yang telah kami pakai.
Kami mengakui bahwa kami adalah
manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Maka dari itu, kami bersedia
menerima kritik dan saran dari pembaca.
Kami akan menerima semua kritik dan saran
tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki cerita pendek di masa datang.
Harapan kami semoga cerita ini dapat
menginspirasi dan menambah pengetahuan
serta pengalaman bagi para pembaca untuk
ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi cerita agar menjadi
lebih baik lagi.
1 | G(H)IANA
2 | G(H)IANA
Daftar Isi

Pengertian Cerpen ............................................. 5

Ciri-Ciri Cerpen .................................................... 8

Struktur Cerpen ................................................... 9

Thanks to ................................................................ 11

Prolog ....................................................................... 15

Ruang Dingin ......................................................... 23

Teman yang mencurigakan ............................ 35

Kegaduhan saat jam pelajaran ...................... 53

Kesalahpahaman ................................................. 58

Hari ini .................................................................... 69

3 | G(H)IANA
Ada apa? ................................................................. 73

Sedikit Demi Sedikit ........................................... 81

Pencipta Batas ..................................................... 86

Penjelasan ............................................................. 91

Unsur Intrinsik .................................................... 97

Unsur Ekstrinsik ................................................. 98

Biodata penulis ................................................... 99

4 | G(H)IANA
Pengertian Cerpen Menurut
Para Ahli

Ada beberapa pengertian cerpen menurut


para ahli yang diantaranya yaitu:

 Nugroho Notosusanto Dalam Tarigan


Cerpen merupakan kisah cerita pendek mulai
dari 5000 kata-kata atau memperkirakan 17
pp kuarto spasi ganda dan berpusat pada
dirinya sendiri.
 Hendy
Cerita pendek merupakan sebuah cerita
pendek yang berisi narasi tungal.
 J.S Badudu
Cerpen merupakan cerita yang menjurus dan
kosentrasi yang berpusat pada satu peristiwa
yaitu peristiwa yang menumbuhkan peristiwa
itu sendiri.
 Sumardjo

5 | G(H)IANA
Fiksi cerita pendek atau tidak benar-benar
terjadi tetapi bisa terjadi kapan saja dan
dimana saja dimana cerita ini relatif singkat.
 Allan Poe Dalam Nurgiyantoro Dalam
Regina Bernadette
Cerita pendek diartikan sebagai bacaan
singkat yang dapat dibaca sekali duduk dalam
waktu setengah sampai dua jam, genrenya
memiliki efek tunggal, karakter, plot dan
setting yang terbatas, tidak beragam dan tidak
kompleks “pengarang cerpen tidak
melukiskan seluk beluk kehidupan tokohnya
secara menyeluruh, melainkan hanya
menampilkan bagian-bagian penting
kehidupan tokoh yang berfungsi untuk
mendukung cerita tersebut yang juga
bertujuan untuk menghemat penulisan cerita
karena terbatasnya ruang yang ada.
 Aoh. K.H
Cerpen yang merupakan salah satu cerita
pendek yang ditulis oleh fiksi atau fantasi
disebut dengan naratif prosa pendek.
 H. B. Jassin

6 | G(H)IANA
Mengatakan bahwa cerita pendek ialah sebuah
cerita pendek yang harus memiliki bagian
yang paling penting dari pendahuluan dan
penyelesaian sengketa.
 Saini
Cerpen merupakan cerita pendek fiksi atau
tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa terjadi
kapan saja dan dimana saja dimana cerita ini
relatif singkat.
 Turayev Dalam Regina Bernadette
Cerita pendek bentuk karya sastra naratif yang
menampilkan cerminan sebuah episode dalam
kehidupan seorang tokoh.

 A. Bakar Hamid
Menurutnya bahwa cerpen atau disebut juga
dengan cerita pendek seharusnya dilihat dari
jumlah, kuantitas kata yang digunakan antara
500 hingga 20.000 kata adanya plot, adanya
satu karakter dan adanya kesan.

7 | G(H)IANA
Ciri – Ciri Cerpen

Ada beberapa cirri-ciri cerpen yang


diantaranya yaitu:

 Bentuk tulisan yang singkat tentunya


lebih pendek dari novel.
 Isi dari cerita berasal dari kehidupan
sehari-hari.
 Cerpen terdiri kurang dari 10.000 kata.
 Penggunaan kata-kata yang mudah
dipahami oleh pembaca.

 Mengangkat beberapa peristiwa saja


dalam hidup tidak seluruhnya.
 Kesan dan pesan yang ditinggalkan
sangatlah mendalam sehingga si
pembaca ikut merasakan isi dari cerpen
tersebut.
 Cerpen bersifat fiktif.
 Cerpen hanya memiliki 1 alur.

8 | G(H)IANA
Struktur Cerpen

1. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari
cerita pendek yang akan dikembangkan
menjadi sebuah rangkaian-rangkaian
peristiwa atau bisa juga sebagai gambaran
awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional
atau dalam artian bahwa setiap cerpen boleh
tidak terdapat struktur abstrak tersebut.
2. Orientasi
Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana,
dan tempat yang berkaitan dengan jalan
cerita dari cerpen tersebut.
3. Komplikasi
Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian
yang dihubungkan secara sebab dan akibat.
Pada komplikasi, biasanya mendapatkan
karakter ataupun watak dari berbagai tokoh
cerita pendek tersebut, hal ini karena pada

9 | G(H)IANA
bagian komplikasi kerumitan mulai
bermunculan.
4. Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi
dan mengarah pada klimaks serta sudah
mulai mendapatkan penyelesaiannya dari
konflik yang terjadi tersebut.
5. Resolusi
Pada bagian resolusi, pengarang mulai
mengungkapkan solusi yang dialami tokoh.
6. Koda
Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun
pelajaran yang dapat diambil dari cerita
pendek tersebut oleh pembacanya.

10 | G(H)IANA
Thanks to

Terima kasih banyak tentunya saya


ucapkan kepada Allah SWT. Saya tidak
mampu mendeskripsikan betapa banyak
karunia-Nya yang membuat saya tak henti –
hentinya bersyukur.

Untuk guru saya Ibu Titik Sulistyawati S,Pd,


dan keluarga kami yang selalu memberikan
semangat untuk kami dalam mengerjakan
tugas cerpen ini di sela-sela padatnya waktu
sekolah.

Dan sahabat-sahabat kami, terima kasih


karena selalu ada saat saya sedang
membutuhkan, dan telah menjadi orang-
orang yang terpenting dalam hidup saya.

Terima kasih pula untuk teman-teman saya


kelas XI MIPA 1 SMAN 86 Jakarta yang telah
memberikan dukungan, semangat, serta
motivasi selama ini.

11 | G(H)IANA
12 | G(H)IANA
Bintang untuk Sahabat

Malam nan suci dan sepi,


Menarikku untuk keluar dari rumah.
Kupandangi Langit malam.
Ternyata bertaburkan Bintang yang tak
terhitung jumlahnya.

Andaikan ku seorang bidadari,


Kan kubawa diriku dan sahabatku untuk
menari di atas sana.
Kuraih sebuah bintang terindah,
dan kupersembahkan untuk sahabatku yang
selalu menemaniku.

13 | G(H)IANA
14 | G(H)IANA
Prolog

“Ketika kamu menemukan seseorang yang


bisa dipercaya, genggam erat mereka.
Karena dalam hidup, sahabat sejati tak
mudah ditemukan."

“1...2...3...aku buka mata yah?” ujar


seorang gadis berambut pendek lurus sambil
menutup mata di bawah pohon rindang
“...7...8...9...10 siap atau tidak aku
datang!” dan terdengar dentingan piano
memainkan iringan musik Swan Lake
berbunyi.

15 | G(H)IANA
“Bunyi apa ini? piano? siapa yang
memainkannya di sore hari?” Batinku dalam
hati penuh penasaran.
Aku melihat seorang gadis kecil sedang
bermain biola dan duduk di atas batu yang
cukup besar
“Oh... ternyata ini alunan biola, ku kira
tadi itu alunan piano” Batinku ketika aku
mengetahui diriku salah menebak
Aku diam-diam memperhatikan gadis
kecil itu bermain biola dan ketika aku
menggerakan kakiku sedikit, aku tak sadar
bahwa aku menginjak dedaunan kering yang
membuat suara cukup besar sehingga gadis
kecil yang tak ku kenal itu pun menoleh
kebelakang dan memandang ku terkejut
“Maaf.. maaf jika aku lancang
mengintipmu” Hana merasa bersalah
Aku dan dirinya terdiam, dan aku pun
melanjutkan perkataanku “Aku hanya
penasaran siapa orang yang memainkan
alunan indah biola itu”

16 | G(H)IANA
17 | G(H)IANA
Kami kembali terdiam.
“Maaf yaa.. aku akan pergi sekarang”
ujar Hana
“Tunggu..,” ujar gadis biola itu
Aku terkejut ketika menyadari bahwa
yang dipanggilnya adalah aku karena satu-
satu nya orang yang disekitar situ hanyalah
aku
“Siapa namamu?” Ujar gadis biola itu
“Aku?” Tanyaku heran
“Ya, siapa namamu?” Tanya gadis biola
itu kembali
“Namaku Hana Ariara, kau bisa
memanggilku Ghi,” jawabku sambil
mengulurkan tangan dan anehnya dia hanya
terdiam tidak merespon
“Hm... siapa namamu?” tanya Hana
untuk mencairkan suasana
“Namaku Ghia Melsi” jawabnya cukup
dingin

18 | G(H)IANA
“Aku harus memanggilmu apa? Ghia?
Mel? Melsi?” Ujar Hana berharap dia tertawa
“Kau bisa memanggilku Ghi” ujarnya
sambil tersenyum kecil dan menjabat kembali
tanganku. Inilah awal kisahku dengan dirinya.

19 | G(H)IANA
20 | G(H)IANA
-Bahasa Langit-

Gumpalan awan di langit biru


Bercerita kisah kita
Saat deras hujan bagai air mata
Dan cerah mentari jadi wajah kita

Warna pelangi di langit biru


Hanya jadi saksi bisu
Saksi kisah perjalananku denganmu
Saat perbedaan jadi keindahan

Langit pun berbahasa


Dan bersenandung ria
Lantunkan lagu rindu antara engkau dan aku
Oh Sahabat…

21 | G(H)IANA
Langit pun berbahasa
Tanda bersuka cita
Sambut esok dimana kita kan slalu bersama
Selamanya…

Dan dengarlah, dengarlah slalu


Itulah semua tentang kita,
cerita bahasa langit…

22 | G(H)IANA
Ruang Dingin

“Sahabat adalah mereka yang mengerti


masa lalumu, percaya pada masa depanmu, dan
menerima kamu apa adanya.”

Papa dan Mama Hana pergi ke luar kota


selama seminggu kedepan. Hana sendirian
dirumah. Lalu Hana pun menelpon
sahabatnya untuk menginap dirumah.
“Halo, Ghi! Apa kamu luang minggu
ini?”
“Sepertinya luang Han. Memangnya ada
apa? Tumben kamu menelpon pagi-pagi
buta seperti ini. Biasanya kan jam segini
kamu masih tertidur pulas di kasur,
hahaha”
23 | G(H)IANA
“Iya nih Ghi. Papa dan Mamaku baru
saja berangkat ke luar kota dan
menginap selama seminggu kedepan.
Selama itu aku sendirian dirumah.”
“Oh, jadi begitu. Bagaimana kalau aku
menginap dirumahmu untuk
menemani?”
“Wah, ide bagus, Ghi! Tapi kamu tidak
apa-apa menemaniku selama seminggu
kedepan? Orang tuamu mengizinkan?”
“Tidak apa-apa. Orang tuaku pasti
mengizinkan jika aku menginap
bersamamu. Kamu kan tahu sendiri
bagaimana sikap orang tuaku
terhadapmu, kamu bahkan sudah
dianggap seperti anak sendiri oleh
orang tuaku hahaha..”
“Benar juga, hahaha… Baiklah kalau
begitu. Kapan kamu ke rumahku?”
“Hari ini juga aku akan kerumahmu.
Tunggu aku yaa Han. Aku akan
berkemas terlebih dahulu.”

24 | G(H)IANA
“Siap deh, Makasih yaa Ghi! Kamu
memang sahabat yang paling mengerti
aku!”
“Iyaa sama-sama Han. Kamu juga!”
Hana menutup telepon dan bersiap
akan kedatangan sahabatnya. Tak lama
kemudian, sekitar 30 menit, Ghi pun sampai
dirumah Hana.
“Assalamualaikum”
Mendengar itu Hana langsung bergegas
membukakan pintu dan..
“Waalaikumsalam, masuk Ghi!” Ujar
Hana sembari membantu Ghi membawa
barang-barangnya kedalam rumah.
---
Hana dan Ghi pun memasuki kamar dan
segera membereskan barang bawaan Ghi.
Didalam kamar, mereka banyak bercerita,
bersenda gurau, dan tertawa. Hana
menceritakan tentang ruangan favoritku
dirumah, yaitu Ruang musik. Ghi pun
mendengarkan.

25 | G(H)IANA
“Ruang musik adalah ruang yang paling
aku senangi. Karena dari kecil aku memang
memiliki ketertarikan yang mendalam
terhadap musik, jadi dirumahku tersedia
ruang musik.” Ujar Hana
”Disana, walaupun tampak sepi dan
menyeramkan, tetapi tidak mengurungkan
niatku untuk merenung dan mendengarkan
beberapa melodi yang indah.” Tambah Hana
“Di ruang musik sudah tersedia
beberapa alat musik, terutama piano tua.
Sudah lama, piano tua itu tidak digunakan lagi
karena sahabatnya telah pergi. Aku tidak
mengetahui sosok sahabat dari piano
tersebut. Hanya mengetahui namanya.
Perempuan itu meninggal karena kecelakaan.
Dia bernama Annelies Dwin.” Jelas Hana
”Mamaku pernah berkata, bahwa piano
itu adalah peninggalan nenek. Aku tidak tahu
siapa perempuan yang bernama Annelies
Rwin itu. Dan aku pun tidak penah bertanya
kepada Mama tentangnya.” Tambah Hana
kembali

26 | G(H)IANA
27 | G(H)IANA
”Namun, Mama tidak
memperbolehkanku memainkan piano tua
yang telah berdebu itu. Jika aku
memainkannya, berarti membangunkan
Annelies.” lanjut Hana
“Setiap kali aku pergi ke ruang musik,
aku hanya memainkan biola. Tidak pernah
sekalipun aku memainkan ataupun menyetuh
piano itu.” Ujar Hana panjang lebar
“Wah, aku baru tahu ada yang seperti
itu dirumahmu..” seru Ghi
“Iyaa, apakah kamu takut, Ghi?” tanya
Hana
“Bukannya takut, aku justru malah
ingin ke ruang musik. Bawa aku kesana, Han!”
ujarnya bersemangat
Hana dan Ghi pun berjalan menuju
ruang musik. Sampai disana, Hana membuka
pintu berwarna biru tersebut, duduk, dan
berbincang-bincang di dalamnya bersama
sahabatnya itu.

28 | G(H)IANA
Tak terasa, hari mulai gelap. Hana
memperhatikan segala sudut ruangan dan…
tiba-tiba, piano tua itu bergerak tanpa ada
seorang pun memainkannya. Cahaya yang
tidak mencukupi membuat Hana dan Ghi
tidak mempercayai apa yang mereka lihat dan
dengar. Hana mencoba untuk menghidupkan
lampu dan …
Dari mana dia masuk? Bagaimana bisa?
Aku tidak merasa kalau dia masuk ke ruangan
ini, gumamku. Aku melihat seorang
perempuan memakai Almamater Egrun
sedang memainkan piano tua itu. Ghi terdiam.
Ia tampak sedang memikirkan sesuatu.
“Ghi! Kamu kenapa?” tanya Hana
“Suara ini.. aku teringat sesuatu…”
jawab Ghi
“Teringat apa, Ghi?!” tanya Hana yang
semakin penasaran
“Tidak bukan apa-apa. Hanya halusinasi
ku saja.” Ujar Ghi

29 | G(H)IANA
30 | G(H)IANA
Kami pun berjalan ke arah perempuan
itu untuk menegurnya agar tidak memainkan
piano tua tersebut. Namun, kami terhanyut
oleh permainan piano itu. Seakan-akan tidak
rela permainannya dihentikan.
Perempuan itu terus memainkan
pianonya. Wajahnya pucat pasi. Hana dan Ghi
duduk tepat di depannya. Seperti terhipnotis,
kami terlena dengan alunan piano yang dia
mainkan.
Perempuan itu sesekali menoleh kearah
kami dan tersenyum. Senyumannya
misterius, seperti senyuman monalisa. Tanpa
sadar, kami berdua hanyut dalam
permainannya dan tertidur di dalam ruang
musik.
---
Mentari yang terik membangunkan
Hana dari tidurnya. Hana pun tersadar bahwa
kami telah tertidur semalaman di ruang
musik. Hana pun segera membangunkan Ghi.
“Ghi, bangun. Sudah pagi,” Ujar Hana.

31 | G(H)IANA
“Hoam.. Selamat pagi..” ujar Ghi yang
masih setengah sadar.
“Ehh??! Sejak kapan kita tertidur
disini??!” ujar Ghi kaget
“Sepertinya kita tertidur setelah
mendengarkan permainan piano dari
Annelies Rwin.” Ujar Hana
Tidak ada yang tahu kemana perginya
sosok Annelies Rwin tersebut. Hanya ruang
musik yang menjadi saksi bisu dan Tuhan lah
yang tahu tentang pertemuan kami
dengannya…

---

32 | G(H)IANA
- Kota Tanpa Diriku-
(Puisi Annelies Rwin)

Saat aku sudah dewasa


Dan bisa pergi ke suatu tempat sendiri
Aku ingin pergi ke tempat yang sangat jauh
Aku ingin pergi ke pulau yang sangat jauh
Aku ingin pergi ke pulau yang tak ada
orangnya
Aku ingin pergi ke pulau yang taka da hal
menyakitkan dan kesedihannya

Di pulau itu tak ada orang dewasa, anak kecil,


teman sekelas, guru, ataupun ibuku
Di pulau itu, aku ingin memanjat pohon disaat
ingin memanjat
Berenang di laut ketika ingin berenang
Dan tidur disaat aku ingin tidur

33 | G(H)IANA
Di pulau itu, aku memikirkan kota yang sudah
tak ada diriku.

34 | G(H)IANA
Teman yang mencurigakan

“Persahabatan tidak perlu saling mengerti.


Karena sahabat akan saling menerima hal
yang tak bisa dimengerti”

Bel istirahat berbunyi. Para siswa


segera berlarian ke luar kelas. Ada yang pergi
ke kantin, pergi ke kamar mandi, ataupun
pergi menemui pacarnya di kelas lain. Di
kelas ini, hanya tersisa aku dan Ghi.
“Ghi?” Ujar Hana
“Ghi? Kau dengar aku?” Ujar Hana
kembali sambil melambaikan tangan di
hadapan wajahnya

35 | G(H)IANA
“Eh? Hana? Kau sedang apa?” tanyanya
kebingungan
“Justru aku yang harusnya bertanya
seperti itu padamu. Dari tadi kamu kupanggil
tapi tidak menjawab,” Ujar Hana sedikit kesal
“Oh, begitu? Aku tidak sadar karena
sedang memikirkan sesuatu.” ujar Ghi
“Pernahkah kamu memikirkan tentang
kematian?” ujar Ghi dengan wajah menunduk
Aku terkejut. Seperti ada yang aneh
dengan Ghi saat ini. Aku pun mecoba untuk
menanyakannya.
“Memangnya ada apa, Ghi?” tanya Hana
sambil merangkulnya
“Kemarin pagi, aku sarapan. Lalu,
seperti biasa, aku menyisakan makananku
untuk kucing kesayanganku, Chelsea. Ia pun
segera datang setelah kubunyikan piring
makannya. Aku pun meletakkan makanan
sisaku di dekat kandangnya. Itu terakhir kali
aku melihat Chelsea. Sore harinya, aku
mencari kucingku di seluruh rumah, dan aku

36 | G(H)IANA
terkejut menemui kucingku telah mati
bersimbah darah di belakang rumah. Aku pun
menangis tersedu-sedu melihat kucing
kesayanganku itu.”
“Apakah kamu tau penyebab kematian
dari kucingmu tersebut?” tanya Hana
“Saat aku akan memindahkan
tubuhnya, aku melihat ada yang tidak wajar
dari kematian kucingku itu. Terlihat di
lehernya seperti bekas tikaman pisau.
Awalnya aku mengira, ia mati karena digigit
anjing atau semacamnya. Namun setelah
melihat itu aku beranggapan bahwa kucingku
telah dibunuh oleh orang lain.” Ujar Ghi
bercerita panjang lebar.
“Dibunuh? Memangnya ada orang lain
yang masuk ke rumahmu Ghi?” tanya Hana
“Ada, tapi sepertinya tidak mungkin
dia.” Ujar Ghi seperti menyembunyikan
sesuatu
“Dia? Siapa dia Ghi? Ceritakan padaku.
Mungkin aku bisa membantumu,” bujuk Hana

37 | G(H)IANA
38 | G(H)IANA
“Hmm.. sebenarnya, Kemarin Lisa kerumahku
untuk belajar bersama. Aku tidak tahu
mengapa ia belakangan ini seperti mencoba
untuk mendekatiku. Di rumahku tidak ada
orang kecuali kami berdua. Kami belajar dari
pagi hingga sore. Siang harinya, aku pergi ke
Indomart untuk membeli beberapa cemilan,
dan aku meninggalkan Lisa di kamarku. Aku
berpesan padanya untuk menjaga rumah dan
Chelsea. Pulang dari sana, aku mencari
Chelsea yang biasanya tidur di kandangnya,
namun tidak kudapati dirinya disana. Aku
pun langsung kembali kamar dan menemui
Lisa. Dia tersontak kaget dan
menyembunyikan sesuatu di tasnya. Aku tak
mengindahkan ekspresinya itu dan
melanjutkan belajar. Sore harinya, Lisa
pulang. Dan kutemui Chelsea sudah meregang
nyawa di belakang rumah,” ujar Ghi sambil
menangis tersedu-sedu
“Jadi begitu ceritanya.. yang sabar ya
Ghi. Semoga kucingmu tenang disana.” Ujar
Hana menenangkannya

39 | G(H)IANA
“Tapi entah mengapa aku merasa ada
yang aneh dengannya, Han,” ujar Ghi sambil
menyeka air matanya
“Hmm baiklah kalau begitu. Bagaimana
jika kita mengawasinya selama beberapa hari
ini? Untuk memastikan saja,” ujar Hana
memberi saran
“Aku setuju denganmu. Tapi jangan
sampai terlihat mencurigakan ya, bersikap
alami saja,” ujar Ghi
Kami pun mulai mengawasi Lisa.
Namun tidak ada yang aneh pada dirinya.
Tingkah lakunya seperti anak SMA biasa.
Sampai pada suatu hari, aku mendengar Ghi
sedang berbincang dengan Felice, teman
sekelasnya yang tinggal bersebelahan dengan
Ghi.

40 | G(H)IANA
“Hai Ghi!”
“Hai Felice! Ada apa?”
“Kamu tahu tidak? Satpam di dekat
rumah kita meninggal..”
“Hah? Serius? Kapan meninggalnya
Fel?” ujar Ghi terkejut
“Iya, serius. Tidak diketahui kapan
meninggalnya, tapi jasadnya ditemukan
kemarin sore di semak-semak dengan luka di
bagian leher..,”
Ghi terdiam sejenak.
“Lalu kabarnya satpam itu meninggal
saat sedang berpatroli di komplek pada siang
hari..,”
“Oh, begitu…” ujar Ghi sambil berpikir
“Apa ada yang mengganjal di
pikiranmu, Ghi?” tanya Felice
“Tidak.. hanya saja aku sedikit
penasaran dengan Lisa..,” ujar Ghi
“Lisa? Lisa yang sekelas denganmu itu?”
tanya Felice
41 | G(H)IANA
“Iya benar..,” ujar Ghi memastikan
“Sebaiknya kamu tidak mendekatinya,
Ghi. Karena aku pernah mendengar beberapa
rumor buruk tentangnya,” ujar Felice
“Rumor buruk? Rumor tentang apa?”
tanya Ghi yang penasaran
“Kabarnya dia itu anak broken home.
Dia juga punya beberapa kebiasaan aneh,
seperti suka berbicara sendiri, suka tertawa
sendiri, dan anehnya lagi, kabarnya dia selalu
membawa pisau di tasnya, mengerikan
sekali.” Ujar Felice memberitahu
“Pisau? Untuk apa dia membawa pisau
ke sekolah?” tanya Ghi
“Entahlah, aku juga tidak tahu soal itu.
Yang jelas kamu jangan dekat-dekat
dengannya. Dia terlihat berbahaya.” Ujar
Felice mengingatkan.
“Baiklah. Terima kasih atas
informasinya, Felice!” ujar Ghi sambil
melambaikan tangan.

42 | G(H)IANA
“Iyaa, sama-sama Ghi!” ujar Felice
membalas.
Pertemuan itu berakhir. Ghi pun segera
pulang ke rumahnya dengan tergesa-gesa.
Hari mulai gelap. Hana pun pulang ke rumah.
Dan begitulah hari ini berakhir.
---
Keesokan harinya…
“Hana, ada yang ingin kubicarakan.”
Ujar Ghi
“Sepertinya aku tahu apa yang ingin
kamu bicarakan, Ghi,” ujar Hana menjawab
“Iya, ini Lisa.” Jawab Ghi
“Kamu sudah mencari tahu tentang
Lisa?” tanya Hana
“Ada beberapa hal yang telah
kuketahui, dan aku ingin memastikannya.”
ujar Ghi
“Aku sudah tahu Ghi. Kemarin, aku
tidak sengaja mendengar percakapanmu

43 | G(H)IANA
dengan Felice. Apakah itu semua benar?”
tanya Hana pada Ghi
Ghi mengeluarkan selembar kertas dan
pulpen, serta Handphone-nya. Sepertinya ia
ingin menunjukkan sesuatu pada Hana.
“Aku ingin meminta tolong padamu,
Han.” Pinta Ghi
“Iya, kamu ingin aku melakukan apa?”
tanya Hana
“Sebelum itu, lihat ini.” Ujar Ghi sambil
menunjukkan foto yang ada di Handphone-
nya.
Hana terkejut melihat foto tersebut. Di
dalam foto itu terdapat foto Lisa yang tengah
memasukkan pisaunya ke dalam tas.
“Foto ini… Kamu mendapatkannya dari
siapa, Ghi?” tanya Hana
“Aku dapat dari seseorang dari kelas
kita yang memotret papan tulis setelah
pelajaran usai. Setelah dicek kembali, di foto
itu terdapat Lisa yang tengah memasukkan
pisau tersebut,” jelas Ghi

44 | G(H)IANA
“Apa hubungan foto ini dengan hal yang
kamu ingin aku lakukan?” tanya Hana
“Aku berprasangka bahwa jangan-
jangan Lisa ini adalah seorang psikopat. Dan
ia punya rasa tertarik dan senang dengan
darah segar. Saat pulang sekolah, aku
memintamu untuk menusuk ibu jarimu
sedikit dengan peniti hingga berdarah, lalu
ajaklah ia ke kamar mandi. Jika aku benar,
reaksinya akan seperti orang yang ingin
menjilati darahmu, Han. Dan itu akan
membuktikan bahwa ia memang seorang
Psikopat,” ujar Ghi menjelaskan
“Bagaimana jika ia malah ingin
membunuhku, Ghi?” Tanya Hana dengan
sedikit gemetar
“Tenang saja. Selagi kamu mengajaknya
ke kamar mandi, akan kuikuti kalian dari
belakang. Aku tak akan membiarkan kamu
dibunuh, Han. Aku juga akan mempersiapkan
jika terjadi hal-hal yang tak terduga.” Jawab
Ghi

45 | G(H)IANA
46 | G(H)IANA
“Tapi, aku sedikit takut, Ghi. Jika dia benar-
benar psikopat…” ujar Hana dengan ragu-
ragu
“Percayalah padaku, Han. Aku ini
sahabatmu, aku tidak akan membiarkan ia
membunuhmu.” Ujar Ghi meyakinkan
“Baiklah, Ghi. Kapan rencana ini
dimulai?” tanya Hana
“Besok, Han. Kamu jangan panik,
bersikaplah natural agar dia tidak mengeahui
rencana kita,” jawab Ghi
“Oke, Ghi. Semoga lancar,” ujar Hana
meyakinkan diri
“Aamiin,” Ujar Ghi

---
Keesokan harinya.
Hana dan Ghi datang lebih awal ke
sekolah untuk mempersiapkan hal-hal yang
akan dibutuhkan. Lalu, saat pulang sekolah,
rencana pun dimulai.

47 | G(H)IANA
“Ah, tanganku berdarah!” ujar Hana di
depan Lisa.
Lisa terdiam. Dia tidak melihat ke wajah
Hana. Melainkan melihat ke arah tangannya.
“Lisa, bisa tolong antarkan aku ke
kamar mandi?” tanya Hana pada Lisa.
“Baiklah, ayo ikut aku,” ujar Lisa sambil
mengambil tasnya dan menarik tangan Hana.
Sementara itu, Ghi, diam-diam mengikuti
kami dari belakang
Sampai di kamar mandi, Hana sengaja
mendiamkan tangannya, agar darahnya
terlihat sedikit banyak. Tiba-tiba…
“Hey Hana, darahnya banyak sekali ya,
berwarna merah terang dan sangat segar..,”
ujar Lisa tersenyum licik
Hana membisu. Bulu kuduknya berdiri
mendengar perkataan itu. Tidak salah lagi.
Lisa adalah seorang psikopat.
“Me-memangnya kenapa, Lis?
Bukankah darah memang seperti itu?” tanya
Hana memberanikan diri

48 | G(H)IANA
“Tidak… Hanya saja darahmu segar
sekali sampai-sampai aku ingin
mencicipinya..” ujarnya dengan tersenyum
licik. Tiba-tiba, dia langsung memegang
tangan Hana, dan menjilati darah Hana yang
mengalir. Hana tersontak kaget dan langsung
berteriak
“KAMU NGAPAIN LIS?!” Ujar Hana
dengan keras. Dia langsung menutup mulut
Hana dan mengambil sebuah pisau dari
tasnya.
“Pi-pi-pisau? Kamu mau apa Lis?” ujar
Hana pelan dengan gemetar
“Diam! Atau aku akan membunuhmu!”
ancamnya kepada Hana
Hana memberontak dan hendak melepas
tangannya yang memegang pisau tersebut.
Lalu, Ghi pun datang
“STOP! Lepaskan pisau itu dari
tanganmu! Atau aku akan membocorkan
rekaman ini ke seleuruh sekolah!” ancam Ghi
pada Lisa

49 | G(H)IANA
“HAH?! MEMANGNYA KAU KIRA AKU
AKAN TAKUT DENGAN ANCAMANMU ITU?
HAHAHA!” ujar Lisa dengan nada tinggi.
“Tidak hanya itu! Aku juga akan
menyebarkan bahwa kamu adalah psikopat
keji yang sudah membunuh kucingku dan
satpam yang berada di lingkungan rumahku!”
ancam Ghi dengan tatapan tajam
“Da-Dari mana kamu tahu soal itu?”
ujar Lisa tersontak kaget dan menjatuhkan
pisaunya
“Aku menyelidikinya. Tentang kucingku
yang mati bersimbah darah di belakang
rumah, serta hal yang sama terjadi dengan
satpam yang menjaga lingkunganku. Kamu
tidak perlu tahu darimana aku tahu tentang
semua itu. Kamu harus berjanji agar tidak
berbuat seperti ini lagi dan pergi dari sekolah
ini! Jika tidak, akan ku laporkan semua ini
kepada kepala sekolah dan polisi!” ancam Ghi
dengan nada keras dan mengambil pisau yang
dijatuhkan oleh Lisa

50 | G(H)IANA
Lisa terdiam. Suasana menjadi hening.
Lalu, dia pun beranjak dari tempatnya dan
pergi tanpa mengujarkan kata maaf.
“Dasar psikopat gila! Untung saja dia
mau mendengarkanku. Jika tidak, aku tidak
tahu apa yang akan terjadi dengan kita
berdua, Han. Mungkin saja, kita sudah
dibunuhnya jika gagal,” ujar Ghi. Hana
terdiam. Masih shock dengan kejadian tadi.
Besoknya, terdengar kabar bahwa Lisa
sudah pindah ke sekolah lain. Kabarnya, dia
pindah dengan alasan orang tuanya pindah
dinas. Namun, kami tahu bukan itulah yang
terjadi.
Tidak ada yang tahu tentang kisah ini.
Kepala sekolah, bahkan polisi pun tidak
mengetahuinya karena hal ini tidak kami
laporkan, sesuai janji kami dengan Lisa.

---

51 | G(H)IANA
52 | G(H)IANA
Kegaduhan saat jam
pelajaran

“Sahabat itu seperti halnya mata dan tangan.


Saat mata menangis tangan mengusap
| saat tangan terluka mata menangis.”

Langit bersih tanpa awan mendung


membuat pagi ini terasa begitu hangat seakan
mentari tengah menyelimuti diriku. Hana
memulai hari seperti biasanya. Mandi,
sarapan, lalu berangkat ke sekolah.
Hari ini, jam pelajaran pertama adalah
pelajaran sejarah. Hana kurang begitu suka
dengan pelajaran ini. Sebab, pelajaran ini
membuatnya bosan dan mengantuk.
“Aku berangkat ya, Ma,” Ujar Hana
sambil mencium tangan Mama. Di perjalanan,

53 | G(H)IANA
aku gelisah karena takut terlambat. Hana
khawatir jika telat akan disuruh berdiri di
depan kelas dan mendapat hukuman
tambahan dari guru.
Sesampainya di sekolah, ia disambut
oleh Ghi. “Hai Hana! Tumben pagi-pagi
datangnya,” ujar Ghi sambil berlalu dari
koridor sekolah. “Iya, aku terlambat,” jawab
Hana.
Sesampainya di kelas, mereka tersentak
kaget melihat Pak Agus telah duduk dengan
tenang di kursi guru
“What!! Pekik Hana dan Ghi bersamaan
Mendengar ujaran Hana dan Ghi, Pak
Agus langsung memandang kami dan bangkit
dari kursinya.
“Baiklah, kali ini kalian dimaafkan.
Kalian boleh duduk di kursi kalian masing-
masing,” ujar Pak Agus. Akhirnya, kami
langsung berlari menuju kursi kami
Tanpa disengaja, pada saat berlari,
kakiku tersandung oleh kaki Merlin.

54 | G(H)IANA
“Brakkk!” Hana pun terjatuh
“Aww! Sakit…,” Ujar Hana kesakitan
dan segera bangkit.
“Hahaha!” tawa Merlin dan Jessica.
Ternyata mereka sengaja ingin menjatuhkan
Hana.
Merlin adalah anak yang cantic, tetapi
dia sangat malas dan selalu membuat
masalah. Dia pernah mencuri handphone
mililk Bu Ayu. Dia pun dimarahi habis-
habisan oleh Bu Wendy. Sikapnya benar-
benar keterlaluan.
“Kamu pikir ini tidak sakit? Segirang
itukah kalian menertawakan teman kalian
yang kesakitan? Ujar Ghi membantuku sambil
melotot kepada Merlin.
Aku yang kesakitan menjadi kesal
melihat ulah mereka, Merlin dan Jessica. Ghi
pun tidak senang dan marah melihat
sahabatnya diperlakukan seperti itu.

55 | G(H)IANA
Ghi berusaha menenangkanku dan
menasihati Merlin agar tidak mengulangi
perbuatannya.
Pak Agus yang semula sedang menulis
di papan tulis berbalik badan dan
menghampiri asal suara, “Ada apa ini?” Ujar
Pak Agus dengan wajah seram. Hana menelan
ludah.
“Ini pak… tadi saya ingin duduk tapi
saya disandung oleh Merlin pak…” jelas Hana.
“Iya, benar… Dia malah menertawakan
temannya sendiri pak…” ujar Ghi
membenarkan perkataanku.
“Stop!” teriak Pak Agus. “Diam kalian!”
lanjut Pak Agus.
“Oke, sekarang kalian harus saling
meminta maaf dan berjanji untuk tidak
mengulangi hal ini kembali,” ujar Pak Agus.
Aku dan Merlin pun bersalaman. Merlin
mengakui kesalahannya dan berjanji tidak
mengulangi. Dia meminta maaf dengan tulus
kepadaku. Aku pun menerima permintaan

56 | G(H)IANA
maafnya dengan tulus. Betapa indahnya
perdamaian itu…

---

57 | G(H)IANA
Kesalahpahaman

“Tak ada yang sempurna, sahabat pun pernah


berbuat salah, tapi kamu selalu temukan
sebuah alasan tuk maafkan mereka.”

Hari menunjukkan pukul 4 sore. Hana


mengeluarkan sepeda dari rumah, dan
berniat untuk jalan-jalan sore. Tak lupa,
sebelum itu, Hana berpamitan kepada Mama.
“Ma.. Hana berangkat dulu yaa.. mau
jalan-jalan sore sebentar..,” pamit Hana
kepada Mama
“Hati-hati dijalan yaa, pulang sebelum
adzan maghrib Han,” seru Mama
Berangkatlah Hana dengan sepeda.
Menikmati suasana sore hari yang indah dan
sejuk. Hana pergi berkeliling komplek dan
bertegur sapa dengan para tetangga.

58 | G(H)IANA
Saat waktu menunjukkan pukul 4.30,
terpikir sebuah rencana untuk pergi bermain
ke rumah Ghi, sahabatnya. “Kira-kira apa
yang sedang dilakukan Ghi ya sekarang…
Hihihi..” Ujar Hana di dalam hati
Di perjalanan menuju rumah Ghi, aku
singgah ke suatu warung untuk membeli
beberapa makanan yang akan dibawa ke
rumah Ghi. Di saat aku mengantri, aku
mendengar percakapan dari tetangga-
tetangga Ghi.
“Kulihat tadi dia membawa barang-
barangnya.. sepertinya ia akan pindah,” ujar
salah satu tetangganya. “Iya, kabarnya dia
juga sedang ada masalah ya..” saut orang yang
berada di sebelahnya. Mendengar itu, aku
langsung cepat-cepat membayar dan menaiki
sepedaku.
“Yang dibicarakan tetangga Ghi tadi..
bukan Ghi kan ya?” tanya Hana di dalam
batin. Hana sangat gelisah memikirkan apa
yang dibicarakan oleh orang itu, padahal, itu
belum tentu Ghi. Bisa saja orang lain.

59 | G(H)IANA
Hana mempercepat laju sepedanya dan
sampailah Hana di depan rumah Ghi. “Ghi..?
Apakah kamu ada dirumah?” panggil Hana
dari luar ruamhnya. Hana menunggu
beberapa saat, namun tiada satupun orang
menjawabnya.
Hana pun berinisiatif menelpon
sahabatku itu. Hati Hana makin gelisah.
Berharap Ghi segera menjawab telepon
darinya.
“Nomor yang anda tuju, tidak dapat
dihubungi,” itulah hasil yang Hana dapatkan
setelah menelpon Ghi beberapa kali. Tiba-
tiba, sebuah mobil hitam yang tak asing
dimata Hana berhenti tepat di depan rumah
Ghi. Tak salah lagi, itu adalah mobil keluarga
Ghi.
Hana menunggu Ghi keluar dari
mobilnya. Lalu, keluarlah seorang gadis
bergaun putih dan memakai topi bermotif
bunga dari mobil tersebut. Ghi tampak cantik
dan anggun memakai gaun tersebut. Namun
aku tak mengindahkannya. Hana langsung
berlari menuju Ghi dan memeluknya.
60 | G(H)IANA
61 | G(H)IANA
“Kamu kemana saja Ghi?! Ku telpon beberapa
kali tidak diangkat. Ku kirim pesan pun tidak
kamu balas!” seru Hana dengan suara
menahan tangis
“Tenang dulu, Han. Aku bisa
menjelaskan semuanya. Ayo kita ke kamarku,
disana aku akan menjelaskannya padamu,”
ujar Ghi menenangkanku
Hana pun masuk ke dalam rumah Ghi
yang besar. Ghi langsung mengajak Hana
masuk ke kamarnya. Hana pun mengikutinya.
“Jadi, bagaimana Ghi?” tanya Hana
padanya.
“Pasti kamu gelisah karena mendengar
kabar burung dari tetangga-tetanggaku ya?”
ujar Ghi
“Iyaa.. itu benar. Sebenarnya aku
berniat ke rumahmu. Aku pergi ke warung
dan mendengar kabar seperti itu. Aku pun
langsung bergegas ke rumahmu untuk
menanyakan hal ini secara langsung
kepadamu,” ujar Hana menyeka tangisnya

62 | G(H)IANA
“Itu tidak benar kok, Han. Yang mereka
bicarakan itu adalah tetangga sampingku..”
ujar Ghi menjelaskan
“Syukurlah.. aku akan menangis jika
kau meninggalkanku!” ujar Hana memeluk
Ghi
“Iya iyaa.. Hehehe,” ujar Ghi tertawa
kecil. Begitulah. Kesalahpahaman pun
berakhir, dan mereka menjalani hari-harinya
seperti biasa kembali…

---

63 | G(H)IANA
64 | G(H)IANA
-Teruntuk Sahabat-

Layaknya lilin di tengah gulita


menyiramkan cahaya dalam kegelapan
Seperti mentari di pagi buta
menghantarkan sinar kehangatan, mengusir
kebekuan
Bagaikan bintang yang mewarnai malam
yang tak membiarkan rembulan
mengangkasa tanpa teman
membawa keceriaan dan kesetiaan

Bersamamu…
Melalui hari-hari yang penuh liku
Bergenggaman erat menepis gundah dan
nestapa
Berbagi kisah…

65 | G(H)IANA
Tentang cita-cita namun bukanlah angan
belaka
Tentang cinta yang membuncah namun
tertahan di dalam jiwa
Tentang harapan yang hendak digapai di
masa datang
Tentang kegagalan yang hampir meremukkan
keyakinan

Sahabat…
Kita bersama dalam suka maupun duka
Saling mengingatkan di tengah canda
Aku berharap dan berdoa…
Kita kan terus melangkah bersama
Menggapai ridho dan cinta-Nya
Meski jarak membentang di antara kita
Tak kubiarkan meluluhkan benang kasih yang
telah tercipta

66 | G(H)IANA
Sahabat…
Terima kasih untuk segalanya
Dan biarkanlah kisah kita terus terangkai
Kini, esok, hingga masa depan
Aku bangga dapati Dirimu seadanya
Kupikir, pantaslah dirimu kutemani
Aku bahagia, Sungguh ingin terurai Kata

Kaulah sahabatku…
Bila hari-harimu tertimpa Bahaya,
Kudoakan Kasih Bagimu
Bila hari-harimu dilanda duka,
Kudoakan Harapan Bagimu
Bila Hari-harimu Barlarut ceria,
Kudoakan Damai bagimu
Selama matahari masih terbit dan terbenam,
Selama panas dan hujan masih silih Berganti,

67 | G(H)IANA
Selama bulan dan bintang dilangit masih
bercahaya,

Akulah sahabatmu…
Biarpun kita sedang tak bersama
Sendiri kan kurangkai karsa
Sendiri kan kususun cerita
Berjalan terus menggapai cita
Dalam satu asa dan doa
Bahagia menyertaimu selamanya.

68 | G(H)IANA
Hari Ini

“Sahabat tak akan menghilang saat masalah


datang, tapi menggandeng tanganmu dan
menghadapinya bersama-sama.”

Treng...! Treng... ! Treng...! Bel tanda


masuk berbunyi
“Hana... cepat! bel sudah berbunyi”
jawabku tergesa takut terkena hukuman
“Sabar Ghi, botol minumku terjatuh”
jawab Hana mengambil botol minumnya yang
terjatuh ke pinggir jalan
Sreng... sreng... tin... tin... bunyi klakson
mobil dan motor bersautan

69 | G(H)IANA
“Aduh Ghi... bagaimana ini? botol
minumku terjatuh” teriak Hana panik
“Aduh... sini aku ambilkan” Ghi berlari
sambil mengadahkan tangannya pertanda
untuk mobil dan motor agar berhenti.
Syukurlah terdapat pengemudi yang
pengertian dan memberhentikan mobilnya.
“Aneh... seperti ada yang sedang
memperhatikanku” batin Ghi merasa risih.
Ketika Ghi menolehkan wajahnya ke
atas dia melihat sesosok perempuan di ujung
jalan seberang. Pucat pasih wajahnya. Seperti
anak sekolah lusuh dan tak berdaya.
“Ghi! Awas tanganmu!” Teriak Hana
sambil menarik tangan Ghi yang sedang diam
dengan tatapan kosong menatap ujung
seberang jalan itu padahal terdapat mobil
yang melaju sangat kencang. Hati Ghi dan
Hana berdegup sangat kencang.
“Hosh... hosh... hosh... ka.. ka.. kamu
tidak melihat mobil tadi kah Ghi?!” Ujar Hana
cukup kesesakan karena takut akan kejadian
tadi
70 | G(H)IANA
“Aku tidak mendengar atau melihat
apapun Ghi, maaf...” Ujar Ghi menyesal sambil
tetap mengingat wajah perempuan tadi
“Ayu cepat Ghi, pintu akan segera
ditutup” Hana mengajak Ghi bergegas ke
halaman sekolah mengingat gerbang yang
akan segera ditutup. Bergegas mereka berlari
dan meminta dispensasi dari BPPG (Bapak
Penjaga Pintu Gerbang) .
“Pak, tolonglah... kami sedikit terlambat
karena botol minumku terjatuh diseberang
jalan” Mohon Hana pada BPPG
“Tangan Ghi yang ingin menolongku
untuk mengambilkan tempat minumku saja
hampir terlindas mobil Pak” Ujar Hana lanjut
“Baiklah... untung saja kalian hanya
terlambat 3 menit, ini saya bukakan karena
niat mulia Ghi untuk Hana ya, cepat masuk”
ujar BPPG dengan nada seperti biasa yaitu
ketus
“Terima kasih BPPG” Ujar Hana dan Ghi
senang karena mereka diizinkam untuk

71 | G(H)IANA
masuk kedalam sekolah sehingga tidak akan
tertinggal pelajaran..

---

72 | G(H)IANA
Ada apa?

“Persahabatan sering dihadapkan dengan


beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati
bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh
bersama.”

Pagi ini terasa sepi tanpa Papa dan


Mama. Hari ini sepertinya akan terasa sepi
karena Ghi tak dapat berkunjung kerumahku,
ia harus masuk sekolah untuk memberikan
tugas kami kepada Bu Kacah. Aku hanya
menatap jendela, menonton tv, tidur, dan
memainkan ponselku dan terus berulang
seperti itu hingga ketika aku sedang
menonton film, terdengar bunyi ketukan
pintu rumahku. Suaranya keras dan aku takut.
Awalnya aku sungguh tak berani, namun
suara itu membuatku semakin penasaran dan
akhirnya aku membukakan pintu, lalu
73 | G(H)IANA
“HANA!” teriak Ghi keras tepat didepan
wajahku
“AAAAAAHHH!!” aku berteriak kencang
karena benar-benar terkejut
“Loh? Kamu kenapa?” tanya Ghi
kebingungan
“Nanya lagi, kenapa! Kamu membuatku
terkejut, kan kamu tahu kalau aku sendiri
dirumah Ghi” ujar Hana jengkel
“Oh iya... maaf ya Han, aku lupa Han” ujar Ghi
merasa bersalah kepada Hana
“Kamu tidak sekolah? Bukannya kamu
ingin mengumpulkan tugas kita?” ujar Hana
karena bingung Ghi tidak sekolah, padahal
tadi Ghi bilang dia harus pergi ke sekolah
untuk memgumpulkan tugas mereka berdua
“Tadi aku sudah ke sekolah untuk
mengumpulkan tugas kita kok, lalu aku izin
pulang dengan alasan sakit” ujar Ghi
menjelaskan kepada Hana dengan alasan
bohongnya

74 | G(H)IANA
“Hahaha... dasar kamu, pasti kamu
berbohong dengan Pak Diwi kan?” ujar Hana
yang tahu bahwa sahabatnya ini membohongi
guru piket mereka
“Iya... ya sudah lah ya tidak apa-apa”
ujar Ghi yang mengakibatkan mereka tertawa
kecil bersama
Lalu Ghi menunjukan barang yang ia
bawa, Ghi membawakan kue manis kecil yang
namanya Pie dan Syus untuk dimakan oleh
Hana
“Ini Han aku bawakan pie dan syus”
ujar Hana sambil menyerahkannya
“Asik... terima kasih Ghi, kamu tahu saja
ini membuatku senang” ujar Hana penuh
semangat mengambil pemberian Ghi
“Kau sudah makan belum? Mau aku
buatkan telur mata sapi?” ujar Ghi mengingat
orang tua Hana sedang tidak ada di rumah
“Boleh... aku lapar sekali dari tadi”
jawab Hana yang perutnya sudah mendengur
daritadi

75 | G(H)IANA
“Baiklah... tunggu dikamarmu” jawab
Ghi segera menyiapkan makanan untuk Hana.
Setelah sekiranya 15 menit lamanya, Ghi
masuk ke kamar Hana sambil membawakan
makanan yang telah siap dihidangkan untuk
Hana
“Wah... terima kasih ya Ghi” ujar Hana
senang
“Iyaa, hem... hana... aku hari ini
sepertinya harus pulang cepat” ujar Ghi
berhati-hati
“Kenapa? Ada apa? Kau harus
mengurus adikmu?” tanya Hana tanpa curiga
“Hm... iya iya, aku harus menjaga
adikku” jawab Ghi sedikit kelabakan
“Hm... ya sudah tidak apa-apa, tapi
adikmu tidak kenapa-kenapa kan?
belakangan ini kamu seringkali pulang
terburu-buru” ujar Hana sedikit curiga akan
sahabatnya itu

76 | G(H)IANA
“Oh.. hm.. iya tidak apa-apa kok” ujar
Ghi singkat karena ia bingung harus
menjelaskan apalagi
“Baiklah... ya sudah pergilah, aku tidak
apa-apa” ujar Hana mencoba mengerti
keadaan Ghi
“Baik Hana, terima kasih ya, aku pulang
terlebih dahulu, ku tinggal ya” ujar Ghi yang
ingin bergegas meninggalkan Hana
“Aneh sekali Ghi, belakangan ini selalu
saja pulang cepat dan alasannya karena
adiknya, ada apa ya?” batin Hana memikirkan
kenyataannya

77 | G(H)IANA
“Kepompong”

Dulu kita sahabat


Teman begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari
Dulu kita sahabat
Berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu-kupu
*
Kini kita melangkah berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertingkah kejauhan
Namun itu karna ku sayang
Reff:
Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu

78 | G(H)IANA
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Semua yang berlalu
Biarkanlah berlalu
Seperti hangatnya mentari
Siang berganti malam
Sembunyikan sinarnya
Hingga dia bersinar lagi
**
Dulu kita melangkah berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertingkah kejauhan
Namun itu karna ku sayang
ooo, ooo, ooo, ooo

Repeat Reff
Persahabatan bagai kepompong

79 | G(H)IANA
Maklumi teman hadapi perbedaan

Persahabatan bagai kepompong


Na na na na na na na na na...
Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu

Persahabatan bagai kepompong


Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan

Persahabatan bagai kepompong


Kepompong.. Kepompong
Na na na na... Na na na na..

80 | G(H)IANA
Sedikit Demi Sedikit

Sahabat bukan mereka yang menghampirimu


ketika butuh, namun mereka yang tetap
bersamamu ketika seluruh dunia menjauh.”

Raukraukraukrauk...
Aduh lapar sekali... ada makanan tidak
ya di lemari es... batin Hana dengan perutnya
yang sangat lapar. Ketika Hana melihat lemari
es, tidak ada apa-apa disana.
“Malas sekali rasanya untuk pergi ke
supermarket” ujar Hana menyadari bahwa
dirinya harus mandi terlebih dahulu sebelum
keluar. 30 menit sudah Hana selesai bersiap-
siap. Hana menyusuri jalanan menggunakan
sepeda.
81 | G(H)IANA
Setibanya Hana di supermarket ia
langsung mengambil daging, susu, dan roti
beserta cemilan lainnya untuk sekalian
persiapan hari berikutnya.
Ketika Hana membayar dikasir ia
melihat seseorang yang terlihat tak asing
masuk kedalam supermarket tersebut. Hana
terkejut ketika ia menyadari bahwa itu adalah
Ghi dengan seseorang perempuan yang Hana
tak ketahui namanya.
Tapi aku seperti pernah melihatnya,
batinnya. Hana lansung menutupi kepala nya
menggunakan tudung yang ada di jaketnya
untuk diam-diam memperhatikan mereka.
Itu Ghi... siapa perempuan itu? batin Hana
ketika ia menyadari bahwa itu adalah Ghi.
Setelah beberapa saat Hana memperhatikan
mereka membeli beberapa cemilan dan
akhirnya mereka keluar supermarket, Hana
mengikuti perjalanan mereka. Mereka ke arah
sebuah tempat, tepatnya sebuah rumah.

82 | G(H)IANA
Siapa perempuan itu? Siapa? Mengapa Ghi
berbohong padaku? batin Hana terus
menerus sepanjang perjalanannya kerumah..

---

83 | G(H)IANA
”Tak Lekang oleh Waktu”

Diawali dari perkenalan


Tersusun menjadi keakraban
Mengisi hari-hari penuh makna
Terjalin persahabatan antara kita

Hari-hari kian berlalu


Walaupun aku dan kamu hanya sebatas
waktu
Kita telah ukir sebuah persahabatan
Melangkah dalam satu rasa, suka maupun
duka

Telah berlembar-lembar cerita kita torehkan


Berbaur dalam persahabatan yang indah
Kamu begitu mengerti apa mau dan
maksudku

84 | G(H)IANA
Sahabat… kaulah teman dalam hidupku
Tak pernah membenci menyakiti
Tak pernah pula berhenti memberi motivasi

Sahabat…
Waktu telah bergulir
Tali persahabatan telah kita rajut
Bersama kita semaikan bunga-bunga di hati
Dalam hasrat ini,dan dalam angan ini
dan dalam asa mimpi ini
Hanya satu kuingin, hati kita sama
Di dalam satu kalimat, bahwa aku dan kamu

“Tak lekang oleh waktu”

85 | G(H)IANA
Pencipta Batas

“Sahabat adalah seseorang yang akan


menerima kita apa adanya.”

Malam itu, ya malam itu.


“Ghi... siapa dia?” Ujar Hana sedikit
berteriak
“Dia temanku Han, namanya Dhila” ujar
Ghi menjelaskan
“Kamu selama ini menjauh dariku apa
karena dia Ghi?” ujar Hana memastikan
dengan sangat geram
“Kamu semakin menjauh dan kamu
berubah Ghi” ujar Hana menahan tangisnya
yang perlahan mulai membendung

86 | G(H)IANA
“Kamu berubah Ghi! Kamu berubah! Ini
yang disebut sahabat? Ini? Kau tidak terbuka
padaku dan meninggalkanku begitu saja
tanpa alasan” ujar Hana penuh emosi marah
“Dengarkan aku Hana...” ujar Ghi
mencoba menjelaskan pada Hana.
Namun, Hana tak menghiraukan Ghi
ingin berbicara apa, dia pergi dari tempat itu,
dan dia berlari sambil menangis.
Satu sisi terdapat Ghi yang termenung
bersama Dhila
“Apakah aku salah?” ujar Ghi bertanya
sambil menahan hati yang sakit
“Tidak sepenuhnya salah mu Ghi, kau
berteman denganku dan ingin membantuku
itu sangatlah baik, namun kau salah karena
tidak menjelaskan padanya tujuanmu dari
awal untukku” ujar Dhila menenangkan Ghi
“Sudahlah... cobalah ajak dia di lain
waktu ketika ia sudah tak menggunakan
emosional marahnya

87 | G(H)IANA
Ghi pun menangis terisak-isak. Ia kesal,
namun ia sakit hati, ia ingin marah, namun ia
pun merasa bersalah.
“Tidak usah menangis, menangis tidak
merubah keadaan apapun” ujar Dhila
menenangkan dan mencoba menghibur Ghi
Terdapat Piano disamping itu dan dia
pun mencoba untuk memainkannya, anehnya
Dhila memainkan iringan musik lagu Swan
Lake. Suara ini? Bunyi ini? batin Ghi dalam
hati sembari mengetahui itu adalah iringan
musik piano kala itu.
“Dhila.. kamu bisa memainkan iringan
ini sejak kapan?” ujar Ghi penasaran
“Aku bisa memainkan iringan musik ini sejak
aku berumur 5 tahun” jawab Dhila
kebingungan. Jadi... Dhila? batin Ghi.

---

88 | G(H)IANA
“Sahabat Kecil”

Baru saja berakhir


Hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban
Kilauan indahnya pelangi

Tak pernah terlewatkan


Dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini
Tak akan bisa dibeli

Bersamamu kuhabiskan waktu


Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Melawan keterbatasan
Walau sedikit kemungkinan
Takkan menyerah untuk hadapi
Hingga sedih tak mau datang lagi

Bersamamu kuhabiskan waktu

89 | G(H)IANA
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini

90 | G(H)IANA
Penjelasan

Sore itu... sekitar pukul 17.30, langit


mendung tanpa senyum sedikitpun, dingin
namun tak terlalu menusuk. Hancur namun
terobati.
“Hana.. tolong buka pintunya...” teriak
seorang gadis yang suaranya tak asing lagi di
telinga Hana, Ghi... ya dia Ghi.
“Hanaa...!” teriak Dhila membantu
“Maafkan aku, aku akan
menjelaskannya... bukalah” ujar Ghi
memohon
“Ini tak seperti yang kau kira, aku akan
menjelaskannya” tutur Ghi kembali penuh
pengharapan
“Pulanglah... hujan” tutur Hana ketus
“Kita tak mau pulang jika kau tak
keluar” ujar Dhila

91 | G(H)IANA
92 | G(H)IANA
“Baik, aku keluar... sesaat saja yaa” ujar
Hana sedikit ketus namu Ghi dan Dhila tau
bahwa dia sungguh kasihan kepada mereka
berdua.
Hana bergegas mengambil payung
untuk melindungi mereka masing-masing
dari tangisan awan itu.
“Ada apa?! Ngapain kalian berdua
kesini? Ingin menjalaskan apa?” ujar Hana
kesal dan tak sabar
“Hana dengar... Dhila adalah temanku
sejak kecil dulu, kau ingat gadis piano itu?
Dhila lah orangnya” ujar Ghi menjelaskan
Hana yang mendengar itu sempat
terdiam termangu sebentar
“Lalu... mengapa kau meninggalkan aku
begitu saja?” ujar Hana kembali jengkel
karena mengingat hal itu
“Itu karena...” ujar Ghi yang ingin
menjelaskan namun terpotong oleh Dhila
“Itu karena orang tuaku sudah tiada.
Mereka meninggalkan aku sejak aku berumur

93 | G(H)IANA
8 tahun, hatiku hancur, aku tidak dapat
meneruskan sekolahku, aku sempat
meninggalkan Ghi beberapa saat, itu salah ku,
namun ketika Ghi bertemu ku kembali, ia
tetap menerimaku dengan hati lapang dada”
ujar Dhila menjelaskan semuanya
“Ghi adalah seorang sahabat yang baik
Hana, sebetulnya dia ingin selalu
menemanimu dan ia juga ingin menceritkan
hal ini kepadamu, tapi yang ada dipikirannya
bahwa ini adalah masalah pribadiku, jadi ia
merasa tak berhak menceritakan itu semua
kepadamu” lanjut Dhila menjelaskan
Air mata Hana sudah terbendung
lamanya dan akhirnya ia pun meliapkan
semuanya dibawah tangisnya langit sambil
berlari memeluk Ghi. Seketika, Dhila
menghampiri mereka dan berkata “Kalian
harus saling mengerti dan percaya satu sama
lain, itu lah dasar hubungan terpenting dari
sebuah persahabatan” Dhila menjelaskan
kepada mereka bahwa begitu pentingnya
seorang sahabat “seorang sahabat susah

94 | G(H)IANA
didapatkan namun seorang musuh sangat
mudah sekali didapatkan”
Hana langsung memeluk Dhila
“Maafkan aku Dhila karena tak
mengerti keadaanmu maupun Ghi” Dhila
benar-benar merasa bersalah
“Sudah lah tak apa, mari kita pulang
dan berbincang dirumah mu saja Hana, ini
hujan dan sudah sangat malam rasanya” ujar
Dhila melihat situasi dan kondisi yang kurang
tepat.
“Baik... marilah kerumahku” ajak Hana
penuh semengat
Semenjak saat itu, kami selalu bersama,
setiap hal yang kamu lakukan didasarkan atas
rasa percaya dan pengertian. Ketika kamu
merasakan sesuatu hal yang tidak cukup baik,
utarakanlah hal itu kepada sahabatmu. Ketika
sahabatmu membutuhkanmu, usahakanlah
yang terbaik untuk kamu menjadi seorang
pendengar dan penasehat yang baik. Seorang
musuh mudah sekali untuk didapatkan,

95 | G(H)IANA
namun seorang sahabat susah sekali untuk
didapatkan.

-THE END-

96 | G(H)IANA
Unsur intrinsik

- Tema : Sahabat
- Alur : Maju
- Latar :
✓ Sosial : Petualangan

✓ Material : Rumah, dijalan, Disekolah


- Tokoh : Hana, Ghi, Dhila, Lisa, Felice, Merlin,
Jessica
- Sudut pandang : orang pertama
- Gaya Bahasa : Non-formal
- Amanat : Jangan lupakan sahabat, karena
kita sering bersamanya, dan kita saling
membutuhkan. Jangan karena masalah kecil
persahabatan kita hancur, jadi musuhan.

97 | G(H)IANA
Unsur Ekstrinsik
(Nilai yang terkandung dalam cerpen)

- Agama/moral : saling membantu satu sama


lain
- Sosial : tokoh utama bersahabat dengan
teman masa kecilnya
- Adat/budaya : tidak ketergantungan dengan
sahabatnya
- Ekonomi : menengah
- Lingkungan : terdapat satpam di komplek
rumah Ghi, teman dari tokoh utama

98 | G(H)IANA
Biodata Penulis

Nama Lengkap : Amelia Silvera


Nama Panggilan : Amel
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Maret
2003
Hobi : Mendengar musik
Cita-cita : Psikolog, Akuntan

99 | G(H)IANA
Nama Lengkap : Lamtiur Ariaty
Nama Panggilan : Ria
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 April
2003
Hobi : Dance
Cita-cita : Psikolog

100 | G(H)IANA

Anda mungkin juga menyukai