Anda di halaman 1dari 24

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM CERPEN

LADANG KARYA INDRIAN KOTO

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

Disusun Oleh

Intan Oktapioni

NPM : 1988201009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum .wr.wb.

Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, nikmat, hidayah, serta kekuatan sehingga saya dapat menyesesaikan tugas yang
berjudul ”Perkembangan Psikologis Tokoh Utama dalam cerpen yang berjudul Ladang karya
Indrian Koto: Kajian Psikologi Sastra”.

Adapun tujuan menyelesaikan tugas ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk
ujian akhir semester (UAS). Tugas ini di susun oleh saya dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya tugas ini dapat terselesaikan.

Semoga hasil analisis ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Perguruan tinggi. Saya
sadar bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kepada ibu pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan hasil analisis
saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................................
D. Manfaat.....................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................

A. Psikologis Tokoh......................................................................................................
B. Cerpen.......................................................................................................................
C. Kritik Psikologi Sastra............................................................................................
D. Landasan Teori........................................................................................................
E. Tinjauan Pustaka.....................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................................

A. Metode Penelitian.....................................................................................................
B. Data dan Sumber Data............................................................................................
C. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................
D. Teknik analisis Data................................................................................................
E. Teknik Keabsahan Data..........................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................

A. Hasil dan Pembahasan............................................................................................


B. Tokoh Protagonis (Tokoh Aku)..............................................................................
C. Mengomentari Kritik Sastra...................................................................................

BAB V PENUTUP................................................................................................................

A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran ........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra merupakan suatu karya atau ciptaan yang disampaikan secara
komunikatif oleh penulis yang di dalamnya mengandung estetika. Menurut Saryono
(2009:16-17) sastra bukan sekedar artefak (barang mati), tetapi sastra merupakan sosok
yang hidup. Sebagai sosok yang hidup, sastra berkembang dengan dinamis menyertai
sosok-sosok lainnya, seperti politik, ekonomi, kesenian, dan kebudayaan. Sastra dianggap
mampu menjadi pemandu menuju jalan kebenaran karya sastra yang baik adalah sastra
yang ditulis dengan kejujuran, kebeningan, kesungguhan, kearipan, dan keluhuran nurani
manusia.

Karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melengkapi


kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang terjadi dalam
dirinya sendiri karena itu, karya sastra memiliki dunia sendiri yang merupakan hasil dari
pengamatan sastrawan terhadap kehidupan yang diciptakan itu sendiri baik berupa novel,
puisi maupun drama yang berguna untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh
masyarakat.

Secara etimologis istilah psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata
psyche yang berarti ”jiwa”, dan logos yang berarti ”ilmu”. Jadi, secara harfiah, psikologi
berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejalagejala kejiwaan (Sobur,
2003:19).

Nurgiyantoro (2007:8) mengemukakan novel termasuk dalam fiksi berbentuk


prosa. Kata novel berasal dari bahasa Itali yaitu kata novella. Secara harfiah kata novella
memiliki arti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita
pendek dalam bentuk prosa (Nurgiantoro, 2007:8). Novel dibangun atas beberapa unsur
seperti tema, alur, tokoh, penokohan, latar, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat.
Unsur karya sastra satu dengan unsur lainnya saling berhubungan dan membentuk satu
kesatuan.

i
Cerpen Ladang karya Indrian Koto adalah sebauh cerpen yang menceritakan
kehidupan seorang anak yang bersih keras tidak ingin menjual ladangnya kepada seorang
Tentara yang memiliki kekuasaan dikampungnya. Semua orang kampung sudah menjual
semua ladangnya kepada Pak Sapir, yang tersisa hanya satu lading saja yang belum
dijual. Awalnya anak itu tak begitu menanggapi orang-orang yang selalu menyuruhnya
untuk menjual ladangnya kepada Pak Sapir, biasanya ia hanya memberikan senyuman
dan menggengkan kepala sebagai jawaban perkataan mereka.

Ibunya pun mulai menyuruh anak itu untuk menjual ladangnya, karena menurut
ibunya seorang Tentara itu memiliki kekuasaan dikampungnya dan memiliki uang yang
banyak untuk membeli semua lading yang ada dikampung mereka. Posisi lading yang
sangat strategis dan lading anak itu tepat pintu masuk menuju lading yang lain. Begitu
banyak kenangan diladang saat ayahnya masih hidup.

Sembilan tahun mereka menempati lading itu, mereka habiskan waktu disana.
Semula lading hanya tempat tinggal kami sementara, karena jaraknya dengan rumah tidak
terlalu jauh, ayahnya memilih menetap disana.

Lalu warga kampung mendatangi kembali rumah anak pemilik lading itu dengan
harapan anak itu akan menjual ladangnya kepada Pak Sapir, namun kali ini anak itu
sangat marah karena warga menyinggung ladangnya, anak itu berkata “katakana pada Pak
Sapir. Kalau dia mau jaul semua ladangnya, saya akan beli berapa pun harganya”.

Cerpen Ladang karya Indrian Koto ini mendeskripsikan tokoh aku yang
kesabarnya telah habis karena selalu didesak oleh warga kampung untuk menjual
ladangnya kepada Pak Sapir.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang ditemukan dalamp cerpen


ini adalah bagaimanakah perkembangan psikologis tokoh utama dalam cerpen Ladang
karya Indrian Koto.

C. Tujuan

Adapun tujuan dari menganalisis cerpen ini untuk mendeskripsikan perkembangan


psikologis tokoh utama dalam cerpen Ladang karya Indrian Koto.

i
D. Manfaat
a. Manfaat Teoretis

Hasil analisis ini diharapkan dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan,


khususnya tentang perkembangan psikologi tokoh utama dalam cerpen Ladang karya
Indrian Koto.

b. Manfaat Praktis
1. Diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca, khususnya tentang
perkembangan psikologi tokoh utama dalam cerpen Ladang karya Indrian
Koto.
2. Guna memperluas wawasan dan pengetahuan di bidang psikologi sastra.

i
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Psikologis Tokoh
1. Psikologi

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berperan penting untuk memahami


tingkah laku dan kejiwaan individu terhadap lingkungan sekitarnya. Menurut Ahmadi
(2009:3) psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa manusia.

Pada analisis cerpen ini penulis menggunakan teori psikoanalisis yang


dikemukakan oleh Sigmund Freud, ia berkeyakinan bahwa jiwa manusia juga
mempunyai tiga struktur keperibadian, yakni Id, Ego, dan Superego. Seperti berikut
ini:

1) Id merupakan bagian keperibadian manusia yang sudah ada sejak ia dilahirkan


ke dunia. Menurut Alwisol (2011:14) Id adalah sistem keperibadian yang asli
dibawa sejak lahir.
2) Ego merupakan bagian keperibadian yang muncul setelah berinteraksi dengan
masyarakat. Ego adalah aspek psikologis dari keperibadian yang timbul karena
kebutuhan manusia untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan
(Jahja, 2011:82).
3) Superego merupakan keperibadian yang dipengaruhi norma, baik dari
keluarga,masyarakat, dan negara. Menurut Alwisol (2011:28). Superego
adalah kekuatan moral dari keperibadian, yang beroprasi memakai prinsip
idealistik (idealistic principle).
2. Tokoh

Tokoh merupakan individu rekaan pada sebuah cerita sebagai pelaku yang
mengalami peristiwa dalam cerita. Aminuddin (dalam Nurgiyantoro, 2007:165)
mengemukakan tokoh adalah pelaku yang mengamban dalam cerita fiski sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita.

i
3. Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai
aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam
berkarya. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomenal psikologi akan
menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teksberupa
drama maupun prosa (Endaswara, 2008:96).

4. Tokoh Utama

Menurut Sayuti (2009:6) terdapat dua macam jenis tokoh dalam setiapkarya
fiksi, menurut keterlibatannya terhadap karya fiksi itu sendiri, yaitu tokoh utama
(sentral) dan tokoh penunjang (periferal). Cara menentukan yang mana tokoh utama
dan yang mana tokoh penunjang adalah dengan membandingakan setiap tokoh di
dalam cerita. Adapun kriteria tokoh utama adalah bertindak sebagai pusat
pembicaraan dan sering diceritakan, sebagai pihak yang paling dekat kaitannya
dengan tema cerita, dan lebih sering melakukan interaksi dengan tokoh lainnya.

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Tokoh utama


adalah tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun
yang dikenai kejadian. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan
berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, tokoh utama sangat menentukan
perkembangan plot secarak seluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku atau yang
dikenai kejadian dan konflik penting yang mempengaruhi perkembangan plot
(Nurgiyantoro, 2007:177).

5. Perkembangan

Perkembangan adalah perubahan yang dialami oleh seseorang dalam beberapa


waktu tertentu. Menurut Bijou dan Bear (dalam Sunarto dan Agung Hartono,
2002:39) perkembangan adalah perubahan progresif yang menemukan cara organisme
bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan.

i
B. Cerpen
1. Pengertian Cerpen

Cerpen merupakan cerita pendek yang berisi tentang kisah cerita yang berisi
tidak lebih dari 10 ribu kata. Pada umumnya cerita pada cerpen bisa memberikan
kesan dominan dan berkonsentrasi pada permasalahan satu tokoh. Menurutnya dalam
cerpen tidak ada cerita hingga 100 halaman (Menurut KBBI).

1) Menurut Nugroho Notosusanto cerpen adalah kisah cerita pendek yang dibuat
dalam jumlah kata mulai dari 5000 kata beserta memperkirakan 17 pp kuarto
spasi ganda. Selain itu kisah pada cerpen hanya berpusat pada dirinya sendiri
yang berarti hanya pada satu tokoh saja.
2) Menurut Sumardjo cerpen adalah kisah cerita yang tidak benar-benar terjadi di
dunia nyata. Namun cerita tersebut bisa terjadi dimana dan kapan saja bahkan
di dunia nyata dan ceritanya relatif singkat dan pendek.
2. Unsur-unsur Pembangun Cerpen
1) Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur pembangun dari dalam cerpen. Unsur


intrinsik adalah unsur penting yang tidak boleh dilewatkan dalam karya sastra.
Komponen-komponennya terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita,
latar, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat.

a. Tema
Tema merupakan ide dasar cerita, yang melatarbelakangi keseluruhan isi
cerpen. Dalam cerpen, biasanya tema jarang dituliskan secara tersurat oleh
pengarangnya. Tema memiliki sifat umum, oleh karena itu tema banyak
diambil dari lingkungan sekitar, kisah pribadi seseorang, sejarah, dan lain-lain.
b. Tokoh
Tokoh merupakan orang yang berperan dalam cerita. Sedangkan, pengertian
penokohan adalah teknik atau cara pengarang dalam menggambarkan dan
mengembangkan karakter tokoh dalam cerita. Penokohan tokoh dalam cerita
biasanya terbagi menjadi tiga karakter, yakni protagonis (baik), antagonis
(kurang baik/ buruk), dan tritagonis (netral).

i
c. Alur
Alur adalah jalan pola pengembangan atau rangkaian peristiwa yang terjadi
dalam cerita. Adanya alur menjadikan cerita akan menjadi kesatuan yang utuh.
Pola pengembangan cerita suatu cerpen haruslah menarik, sehingga pembaca
dapat terdorong untuk membaca cerita sampai.
d. Latar atau Setting
Latar atau setting dalam cerpen meliputi tempat, waktu, dan peristiwa. Latar
digunakan untuk memperkuat keyakinan pembaca terhadap jalanya suatu
cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual, maupun imajinatif.
e. Gaya Bahasa
Penggunaan gaya bahasa adalah cara mengungkapkan perasaan atau pikiran
dengan tujuan memberikan efek pada para pembacanya. Selain itu, gaya
bahasa juga digunakan salam menciptakan suatu nada, dan suasana persuasif,
serta dialog supaya mampu memperlihatkan interaksi sekaligus hubungan
antar tokoh. Gaya bahasa disebut dengan majas.
f. Sudut pandang
Sudut pandang adalah ciri khas atau strategi yang digunakan oleh pengarang
dalam menyampaikan cerita. Sudat pandang terdiri dari orang pertama, kedua,
dan ketiga. Tidak menutup kemungkinan juga, pengarang menggunakan sudut
pandang orang yang berada di luar cerita.
g. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya.
Umumnya, amanat dalam cerpen bersifat tersirat.
h. Unsur Ektrinsik

Unsur ektrinsik adalah unsur yang berada di luar cerpen, meliputi norma
yang berlaku di masyarakat untuk memenuhi hidupnya. Unsur ekstrensik menjadi
bagian penting bagi pengarang, dalam membuat suatu cerita. Adapun komponen
unsur ekstrinsik cerpen adalah sebagai berikut:

a. Latar belakang masyarakat merupakan pandangan ideologi suatu masyarat


pada negara, seperti kondisi politik, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial.
b. Latar belakang penulis merupakan riwayat hidup penulis atau pengarang cerita
tersebut, misalnya psikologis, dan aliran sastranya

i
c. Nilai yang dimaksudkan adalah nilai yang merupakan unsur ekstrinsik. Nilai
tersebut meliputi nilai moral, nilai agama, nilai sosial, dan nilai budaya.
3. Macam Macam Cerpen
1) Berdasarkan Jumlah Katanya
a. Cerpen mini (flash), cerpen dengan jumlah kata yang berkisar antara 750
hingga 1.000 kata. Cerpen ini sering disebut cerita mini atau cermin.
Cerpen jenis ini biasanya penulisannya to the point, tidak menggunakan
penjelasan maupun deskripsi yang mendalam dan bertele-tele.
b. Cerpen yang ideal, cerpen dengan jumlah kata yang berkisar antara 3000
hingga 4000 kata. Cerpen ini sesuai namanya, merupakan gambaran cerita
pendek yang ideal, baik dari segi banyaknya kata serta bahasa dan isinya.
Cerpen ideal memiliki bahasa dan isi yang mudah dipahami, sehingga
diibaratkan jika cerpen ini dapat dibaca dalam sekali duduk atau kurang
dari satu jam. Serta isinya tidak mudah terlupakan oleh pembacanya.
c. Cerpen panjang, cerpen dengan jumlah kata yang mencapai 10.000 kata.
Dalam beberapa definisi cerpen panjang dibatasi dengan jumlah kata
sebanyak 10.000 kata atau sekitar delapan hingga sepuluh halaman,
Namun pada nyatanya novel jenis ini banyak ditulis hingga melebihi
10.000 kata.
2) Berdasarkan Teknik Mengarang
a. Cerpen Sempurna (well made short-story) Cerpen ini ditulis dengan fokus
pada satu tema yang memiliki plot yang sangat jelas serta ending yang
mudah dipahami.
b. Cerpen Tak Utuh (slice of life short-story) Cerpen ini tidak berfokus pada
satu tema atau temanya terpencar-pencar. Alur yang digunakannya pun
tidak terstruktur dan terkadang di buat mengambang oleh penulisnya.
Umumnya cerpen jenis ini bersifat kontemporer dan ditulis berdasarkan
gagasan atau ide – ide orisinil dari pengarangnya sehingga cerpen jenis ini
juga biasa disebut dengan cerpen ide atau cerpen gagasan.
3) Berdasarkan Aliran Cerita
a. Aliran realism muncul sekitar abad ke-18. Aliran ini merupakan aliran
dalam kesusastraan yang melukiskan suatu keadaan secara sesungguhnya.
H. B. Jassin mendefinisikan aliran ini sebagai aliran yang mengambarkan
karya senin seperti keadaan yang sebenarnya terlihat oleh mata.
i
b. Impresionalisme berasal dari kata impesi yang berarti kesan. Berbeda dari
aliran realisme, menurut J. S. Badudu, kaum penganut aliran
impresionalisme tidak akan melukiskan hal – hal yang dilihatnya secara
mendetail, namun hanya kesan pertama yang melekat dari penglihatan
sang pengarang itulah yang akan diceritakan kembali oleh sang pengarang
kepada pembacanya.
c. Naturalisme aliran ini dapat dikatakan sebagai cabang dari aliran realisme.
Aliran naturalism cenderung menggambarkan hal apapun yang nyata
dirasakan, tidak seperti aliran realism yang kebanyak berkutat tentang
kehidupan sehari – hari.
d. Neo-Naturalisme aliran ini merupakan bentuk aliran baru atau lanjutan
dari aliran naturalism. Aliran ini menggabungkan aliran realism dengan
naturalism, di mana aliran ini menggambarkan hal – hal buruk maupun
kenyataan yang baik.
e. Determinisme berasal dari kata ‘to determine’ yang berarti menentukan.
Aliran ini merupakan cabang dari aliran naturalisme. Aliran ini berpusat
pada takdir, di mana menurut kaum determinisme, takdir merupakan suatu
hal yang ditentukan oleh unsur biologis dan lingkungan.
f. Ekspresionalisme dijelaskan oleh H. B. Jassin merupakan suatu aliran di
mana penganutnya mampu mengenali manusia hingga pikiran dan
perasaan yang paling dalam, kesedihan dan kesengsaraan, ketinggian rasa
susila, dan kerendahan hawa nafsu.
g. Aliran romantisme memfokuskan pada perasaan. Romantisme kadang
dianggap sebagai penyakit kaum muda yang belum banyak mengecap
pahit – manis kehidupan, di mana mereka lebih sering mengukur
segalanya dengan intuisi dan perasaan tanpa melibatkan otak.
h. Idealisme, aliran ini didefinisikan oleh Sabarudin Ahmad sebagai aliran
romantisme yang mendasarkan cita – cita ceritanya bertumpu pada cita –
cita atau ide si penulis semata.
i. Surealisme, aliran ini muncul di Perancis dalam rentang Perang Dunia
Pertama dan Perang Dunia Kedua. Tokoh aliran ini berusaha
menggambarkan suatu dunia mimpi tanpa mengarahkan maksudnya,
sehingga pembaca didorong untuk memberikan penafsiran mereka sendiri–
sendiri.
i
C. Kritik Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai
aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam
berkarya. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomenal psikologi akan
menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teksberupa
drama maupun prosa (Endaswara, 2008:96).

D. Landasan Teori

Dalam penelitian ini digunakan teori psikoanalisis. Sigmund Freud, pendiri


psikoanalisis pertama yang memfokuskan perhatiannya kepada totalitas keperibadian
manusia, bukan kepada bagian-bagian yang terpisah. Selain itu, dengan memfokuskan
pada salah satu aliran saja diharapkan dapat mengenal lebih dalam pemanfaatan
psikologi bagi kehidupan (Jahja, 2011:75).

Psikoanalisis yang dikomandani Sigmund Freud berusasumsi bahwa energi


penggerak awal perilaku manusia berasal dari dalam diri yang terletak jauh dari alam
bawah sadar. Ia memfokuskan perhatiannya pada totalitas keperibadian manusia,
bukan kepada bagian-bagian yang terpisah. Sebagaimana tubuh fisik yang mempunyai
struktur kepala, kaki, lengan, dan batang tubuh. Sigmund Freud berkeyakinan bahwa
jiwa manusia juga mempunyai struktur, meski tentu tidak terdiri dari bagian-bagian
dalam ruang. Struktur jiwa ini meliputi tiga instansi atau sistem yang berbeda.
Masing-masing sistem ini memiliki peran dan fungsi sendiri-sendiri. Ketiga sistem ini
meliputi Id, Ego, dan Superego (Jahja, 2011:77).

1) Id adalah sistem keperibadian yang asli, dibawa sejak lahir. dari Id kemudian
muncul Ego dan Superego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologi
yang diturunkan (Alwisol, 2011:14). Menurut Jahja (2011:80) Id adalah
bagian keperibadian yang menyimpan dorongan biologis manusia, pusat
insting (hawa nafsu, istilah dalam agama).
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu
berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id
kenikmatan adalah keadaan yang relatif atau tingkat energi yang rendah, dan
rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang mendambakan

i
kepuasan (Alwisol, 2011:14). Id hanya akan melakukan apa yang disukai, ia
dikendalikan oleh kesenangan saja.
2) Ego berkembang dari Id orang mampu menangani realita, sehingga ego
beroprasi mengikuti prinsip realita (reality principle), usaha memperoleh
kepuasan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau
menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata dapat memuaskan
kebutuhan (Alwisol, 2011:15).
Ego adalah aspek psikologis dari keperibadian yang timbul karena kebutuhan
manusia untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Lain dengan
Id, Ego berpegang pada prinsip kenyataan (reality principle) dan berhubungan
dengan proses sekunder. Proses sekunder ini merupakan proses berpikir
realistis. Ego merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan
mengkajinya dengan suatu tindakan untuk mengetahui apakah rencananya
berhasil atau tidak.
3) Superego adalah sistem keperibadian terakhir yang dikemukakan oleh
Sigmund Freud. Sistem keperibadian ini seolah-olah berkedudukan diatas Ego,
karena itu dinamakan Superego. Fungsinya ialah mengontrol Ego. Ia selalu
bersikap kritis terhadap aktivitas Ego, mengenai Superego ini Freud berkata:
sepanjang terbentuknya teori analitis, mau tidak mau harus kami akui adanya
sistem keperibadian lain, yang telah melepaskan diri dari Ego. Kami
menyebutnya Superego. Superego ini termasuk Ego, dan seperti Ego ia
mempunyai susunan psikologis lebih kompleks, tetapi ia juga memiliki kaitan
sangat erat dengan Id (Jahja, 2011:83-84).
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum
dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun yang baru
dalam pikiran. Superego juga seperti ego dalam hal mengontrol Id, bukan
hanya menunda pemuasan tetapi merintangi pemenuhannya (Alwisol,
2009:15). Superego memiliki dua sisi, pertama adalah nurani (conscience),
yang merupakan internalasi dari hukuman dan peringatan. Sementara yang
kedua disebut ego ideal. Ego ideal berasal dari pujian dan contoh-contoh
positif yang diberikan. Nurani dan ego ideal mudah sekali bertentangan
dengan apa yang muncul dari Id (nafsu dan keinginaan) (Boeree, 2016:35-36).

i
E. Tinjauan Pustaka

Analisis terhadap cerpen yang berjudul Ladang karya Indrian Koto,


sebelumnya sudah pernah diteliti oleh Suara Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah
adalah majalah yang diterbitkan oleh organisasi pergerakan islam Muhammadiyah
sejak tahun 1916. Majalah Suara Muhammadiyah ini merupakan salah satu media
massa tertua di Indonesia yang pernah terbit dan tak pernah berhenti terbit hingga
kini.

Cerpen yang berjudul Ladang karya Indrian Koto ini juga pernah dianalisis
oleh, Dra. Elyusra, M.Pd salah satu dosen dari Universitas Muhammadiyah Bengkulu,
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, namun ia hanya baru mengajukan hasil
analisisnya, tetapi belum di terbitkan.

i
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam analisis cerpen ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif.
(Endaswara, 2008:5), mengatakan metode kualitatif dilakukan dengan tidak
mengutamakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap
interaksi antara konsep yang dikaji secara empiris.

B. Data dan Sumber Data

Sumber data adalah subjek analisis dari mana data diperoleh (Siswantoro,
2010:63). Adapun sumber data dari menganalisis cerpen ini menggunakan sumber data
primer dan sekunder.

1) Sumber Data Primer


Sumber data primer adalah sumber utama menganalisis yang diperoleh tanpa lewat
perantara (Siswantoro, 2010:54). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
cerpen Ladang karya Indrian Koto.
2) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang dahulu dikumpulkan orang di luar penyidik,
walaupun yang dikumpulkan itu adalah data asli (Surachman, 1999:163).

Sumber data yang didapatkan dari majalah suara Muhammadiyah

Judul : Ladang

Pengarang : Indrian Koto

Penerbit : Majalah Suara Muhammadiyah

Jumlah Halaman : 2 Halaman

Tahun : 2021

i
C. Teknik Pengumpulan Data

Cara memperoleh data dalam menganalisis ini adalah dengan metode heuristik
dan hermeneutik. Menurut Pradopo metode heuristik adalah pembacaan karya sastra
berdasarkan struktural bahasanya, sedangkan hermeneutik pembacaan karya sastra
berdasarkan konvensi sastranya (dalam Tantawi, 2015:61).

Menurut Tantawi (2015:61) pada metode heuristik dilakukan dengan cara


membaca cerpen yang menjadi objek utama (primer) penelitian ini. Pada bagian ini
cerpen dipahami berdasarkan konvensi bahasa-bahasa yang digunakan oleh pengarang
sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada pembaca.

Pada metode hermeneutik, membaca cerpen objek analisis dilakukan dengan cara
memahami konvensi-konvensi yang berlaku terhadap sebuah karya sastra, terutama
konvensi sastra dan budaya (Tantawi, 2015:62).

D. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam menganalisis cerpen ini adalah
metode analisis deskriptif. Noor (2011:33-34) mengatakan deskriftif adalah analisis yang
berusaha mendeskripsikan suatu gejala, kejadian yang saat sekarang. Menganalisis
deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat
menganalisis berlangsung. Melalui analisis deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan
peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan pelaku khusus
terhadap peristiwa tersebut. Analisis yang bersifat deskriftif, yaitu analisis yang bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, atau gejala yang terjadi atau yang
nyata (Jabrohim, 2001:35). Ciri utama deskriptif adalah unitasi, artinya analisi dikerjakan
berdasarkan tiap-tiap topik, tema, konsep, atau unsur (Siswantoro, 2016:81).

E. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data berfungsi untuk mengecek tingkat kredibilitas data yang
telah dikumpulkan. Moleong (2014:372), mengatakan uji kredibilitas data atau
kepercayaan terhadap data hasil analisis kualitatif antara lain dilakukan dengan
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan teman
sejawat, kecakupan referensial, kajian kasus negatif, dan pengecekan anggota. Dalam

i
menganalisis cerpen ini penulis menggunakan teknik triangulasi untk menguji keabsahan
data.

1) Kecukupan Referensi
Kecukupan referensi yaitu ketersediaan literatur atau buku acuan yang sesuai
dengan bahan yang akan diteliti. Tujuan dari proses ini adalah untuk memperoleh
pemahaman arti yang memadai dan mencukupi serta diharapkan mendapatkan
data yang valid. Kegiatan dalam mengumpulkan berbagai referensi ini dilakukan
dengan cara membaca dan menelaah sumber-sumber data serta berbagai pustaka
yang relevan dengan masalah penelitian.
2) Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut sehingga dapat meningkatkan validitas
datanya. Denzin (dalam Moleong 2014:330). Membedakan empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik dan teori.
a. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik deraja
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif;
b. Triangulasi menggunakan metode terdapat dua strategi yaitu pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian berupa teknik pengumpulan
data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama;
c. Triangulasi penyidik yaitu memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya
untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
d. Triangulasi teori yaitu memeriksa derajat kepercayaan melalui satu atau
lebih teori lain.

Analisis ini menggunakan teknik triangulasi teori dalam penelitian ini karena
teknik ini merupakan teknik yang paling relevan. Triangulasi teori adalah teknik yang
memeriksa derajat kepercayaan data dengan menggunakan satu atau lebih teori. Menurut
Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2014:331), triangulasi teori berdasarkan anggapan
bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di
pihak lain.

i
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM CERPEN

LADANG KARYA INDRIAN KOTO

A. Hasil dan Pembahasan

Psikoanalisis yang dikomandani Sigmund Freud berasumsi bahwa energi


penggerak awal perilaku manusia berasal dari dalam diri yang terletak jauh dari alam
bawah sadar. Ia memfokuskan perhatiannya pada totalitas keperibadian manusia, bukan
kepada bagian-bagian yang terpisah. Sebagaimana tubuh fisik yang mempunyai struktur
kepala, kaki, lengan, dan batang tubuh. Sigmund Freud berkeyakinan bahwa jiwa
manusia juga mempunyai struktur, meski tentu tidak terdiri dari bagian-bagian dalam
ruang. Struktur jiwa ini meliputi tiga instansi atau sistem yang berbeda. Masing-masing
sistem ini memiliki peran dan fungsi sendiri-sendiri. Ketiga sistem ini meliputi Id, Ego,
dan Superego (Jahja, 2011:77).

B. Tokoh Protagonis (Tokoh Aku)

Tokoh aku adalah seorang anak yang rajin dan sabar. Tokoh aku memiliki
hubungan yang baik dengan lingkungan di sekitarnya, namun ia memiliki keperibadian
lebih dewasa dari usianya. Ketika ayahnya masih hidup, ia dan adiknya selalu membantu
kedua orang tuanya di Ladang. Ketika ayahnya meninggal, ibunya pun mengajak kedua
anaknya untuk kembali ke kampungnya.

1) Id

Id merupakan bagian keperibadian manusia yang sudah ada sejak ia dilahirkan ke


dunia. Menurut Alwisol (2011:14) Id adalah sistem keperibadian yang asli dibawa sejak
lahir. Berikut kutipan yang menunjukan keperibadian tokoh aku.

“Ladangmu itu sudah ditawari Pak Sabir, lo. Kapan saja kau mau menjual. Omongan
seperti itu berloncatan dari mulut banyak orang kepadaku. Awalnya aku tak begitu

i
menanggapinya. Biasanya aku Cuma tersenyum dan menggelengkan kepala sebagai
jawaban perkataan mereka.”

“kalau sudah tinggal di kampung, lading itu pasti akan menganggur. Demikian salah
satu desakan dari kaki-tangan yang bernama Sabir itu. Tapi ayah bersikeras
menolaknya.”

“Itulah sebabnya dulu ayah memutuskan tinggal diladang, membawa anak-istrinya, aku
dan dua adikku, juga ibu. Setidaknya komunikasi kami dengan orang banyak masih tetap
terjaga.”

“aku dan adikku tak pernah mengeluh jika berangkat sekolah, meski pun harus melewati
pematang sawah, menghindari lumpur dan batang padi.”

“Bertahun kami seperti itu. Sampai aku menjelang besar dan kedua adik perempuanku
pun telah beranjak dewasa, kami kembali pindah ke kampung.”

“Bukan hanya masalah uang kalau kemudian aku merasa tersinggung dengan sikap
orang-orang yang membicarakan soal lading kami tersebut. Ini lebih kepada kenangan
yang sengaja aku pertahankan. Kenagan! Tidak semua bisa dihargai dengan uang.”

Dari beberapa kutipan diatas dapat dilihat bahwa tokoh aku merupakan anak yang
rajin, suka menolong serta anak yang begitu sabar, dari ayahnya masih hidup sampai pada
akhirnya ayahnya pun meninggalkan mereka.

2) Ego

Ego merupakan bagian keperibadian yang muncul setelah berinteraksi dengan


masyarakat. Ego adalah aspek psikologis dari keperibadian yang timbul karena kebutuhan
manusia untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (Jahja, 2011:82).

Ego adalah aspek psikologis dari keperibadian yang timbul karena kebutuhan
manusia untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Lain dengan Id, Ego
berpegang pada prinsip kenyataan (reality principle) dan berhubungan dengan proses
sekunder. Proses sekunder ini merupakan proses berpikir realistis. Dengan menggunakan
proses sekunder, Ego merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan
mengkajinya dengan suatu tindakan untuk mengetahui apakah rencananya berhasil atau
tidak. Aktivitas Ego ini bisa sadar, prasadar, atau tak disadari (Jahja, 2011:82).

i
Dalam cerpen yang berjudul Ladang karya Indrian Koto tokoh aku (protagonis)
yang berawal dari banyaknya warga yang menyuruh tokoh aku menjual ladangnya.
Berikut ini beberapa kutipannya.

“Aku benar-benar naik darah mendengar itu.”Apa jabatan bisa membeli segalanya?
Mentang-mentang dia tentara dengan seenaknya dia mengukur lahan orang? Memang
kita hidup di zaman apa.?”

“Kata Pak Sabir berapa pun ladangmu dijual dia mau beli. Kalimat itu megangetkan
kupingku. Begitu saja, seseorang yang tak begitu kukenal menyapaku.”

“kali ini aku tak tahan untuk tidak bicara. Bukan hanya cara dia bicara yang membuatku
tersinggung, aku juga merasa marah dengan sikap semacam ini. Semua orang yang aku
temui seolah-olah telah menjadi perpanjangan tangan laki-laki itu. Begitukah cara uang
memperlakukan orang? Seolah-olah semua mau dikuasai.”

“Sekarang begitu saja. Tolong katakana pada Pak Sabir. Kalau dia mau jual semua
ladangnya, saya akan beli berapa pun harganya.”

“Aku tahu, gendering perang sedang ditabuh. Dan saat ini aku tak perlu lagi
mencemaskannya.”

Dalam beberapa kutipan diatas dapat dilihat kepribadian tokoh aku yang begitu
gigih dalam pendiriannya, yang tak ingin menjual ladangnya kepada Pak Sabir, karena
begitu banyak kenangan yang tak dapat dibayar oleh apa pun.

3) Superego

Superego merupakan keperibadian yang dipengaruhi norma, baik dari


keluarga,masyarakat, dan negara. Menurut Alwisol (2011:28) Superego adalah kekuatan
moral dari keperibadian, yang beroprasi memakai prinsip idealistik (idealistic principle).

Dalam cerpen yang berjudul Ladang karya Indrian Koto, tokoh Sena sangat
berhubungan baik dengan lingkungan sekitarnya. Berikut ini beberapa kutipannya.

“Dari pada ladangmu dibiarkan terlantar. Lebih baik dijual saja.”

“Pak Sabir sudah membeli semua lading yang ada di sekeliling lahan kita. Semua bukti
di sekitar sudah menjadi atas nama dia.”

i
“Telah banyak masa yang kami habiskan di sana dan itu tak bisa dihargai dengan apa
pun. Apalagi setelah aku dan ibu kehilangan ayah yang tangguh merambah semak
belukar. Sejak itu lading kami terbengkalai. Semak dan perdu tumbuh. Aku pergi dan ibu
tak akan sanggup sendirian menggarap lading dan melewati ingatan.”

“Dari pada dibiarkan lebih baik dijual saja pada Pak Sabir. Katanya lag.”

“Sudah lama dia mau membeli ladangmu. Kenapa sih tidak mau menjual. Padahal sudah
ditawar dengan harga tinggi. Memangnya kalian mau menunggu harga berapa? Masih
untung ada yang berniat membeli ladangmu itu.”

Dari beberapa kutipan diatas dapat dilihat kepribadian tokoh aku yang sudah habis
kesabaranya terhadap semua orang yang selalu menyuruhnya untuk menjual lading
miliknya kepada Pak Sabir, yang begitu banyak kenangan disana dan tidak akan mungkin
ia menjual lading itu kepada siapa pun.

C. Mengomentari Kritik Sastra

Cerpen yang berjudul Ladang karya Indrian Koto ini baik dibaca oleh berbagai
kalangan, karena ceritanya yang mudah dipahami oleh semua orang, gaya bahasa juga
yang mudah dipahami dan tidak bertele-tele dan ceritanya dapat memberikan pelajaran
dalam hidup karena setiap orang memiliki kesabaran dan diam bukan karena takut untuk
bertindak.

Cerpen yang berjudul Ladang karya Indrian Koto ini juga memiliki kekurangan,
yaitu alur ceritanya yang bertele-tele, banyak pengulangan kalimat di dalam cerpen
Ladang karya Indrian Koto.

i
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap perkembangan psikologis tokoh utama “AKU”


dalam cerpen yang berjudul Ladang karya Indrian Koto, dengan menggunakan analisis
psikologi sastra, disimpulkan bahwa berdasarkan teori Psikoanalisis yang dikemukan oleh
Sigmund Freud.

1. Tokoh Protagonis (Tokoh Aku)


a. Id
Tokoh aku memiliki Id atau keperibadian yang sudah ada sejak lahir sebagai anak
yang rajin, dan sabar.
b. Ego
Pada Ego tokoh Sena mengalami perubahan dan perkembangan semenjak ia
mendengar semua orang selalu menyuruhnya untuk menjual ladangnya kepada
Pak Sabir.
c. Superego
Superego pada tokoh utama protagonis (Tokoh Aku) ini dapat dilihat bahwa tokoh
aku memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya, ia merupakan
anak yang tidak mudah marah terhadap semua orang, hanya saja ia akan
membenci orang yang selalu mendesak ia untuk menjual ladangnya.
B. Saran

Berdasarkan hasil analisis di atas, menurut saya masih banyak unsur yang dapat
diteliti kembali terhadap perkembangan psikologis tokoh utama dalam cerpen yang
berjudul Ladang karya Indrian Koto ini, baik menggunakan analisis psikologi sastra
maupun dengan menggunakan bidang ilmu lainnya.

i
DAFTAR PUSTAKA

https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/14841

http://jurnal.umb.ac.id/index.php/lateralisasi

Anda mungkin juga menyukai