Anda di halaman 1dari 29

MASALAH SOSIAL PADA FILM “SANG PRAWIRA”:

Pendekatan Sosiologi Sastra

Disusun Oleh :

Marisan Wander Sihotang (200503007)

Rut Damayanti Simorangkir (200503017)

Relita Sitinjak (200503005)

Florentina A. Kudadiri (200503011)

Janri Daniel H. Sihombing (200503008)

Yogi Tirto Doly Marbun (200503006)

Dosen Pembimbing :

Bapak K. Simanungkalit, S. Pd, M. Pd

PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SISINGAMANGARAJA XII


KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dan pikiran, tim penulis memanjatkan syukur atas ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas pengasihanan Dia serta cinta kasihNya kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul Masalah Sosial Pada Film “Sang Prawira” : Pendekatan
Sosiologi Sastra. Penyusunan makalah ini sendiri dilakukan dalam rangka pemenuhan tugas
dari Bapak K. Simanungkalit, S. Pd, M. Pd, melalui mata kuliah Sosiologi dan Antropologi
Pendidikan.

Dalam penulisan makalah ini, tak dapat dilepaskan dari kodrat kami sebagai manusia
yang tidak sempurna. Dan manusia oleh Pencipta kita memberikan suatu pelajaran berharga,
bahwa manusia dilahirkan telah memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya. Untuk
itu, kami hanya memahami hasil kerja kami saat ini adalah yang telah kami proses dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kami harapkan kepedulian kita semua dalam mengingatkan
berbagai kesalahan dalam penulisan makalah ini untuk kedepannya, makalah ini mampu
mencapai titik yang begitu maksimal dan memberikan informasi yang relevan untuk orang-
orang yang jauh dari tempat kita berpijak. Semoga makalah ini mampu menjadi sumber ilmu
bagi mereka yang haus dengan ilmu, setidaknya mampu menumbuh-kembangkan minat baca
kita.

Kami dengan penuh ketulusan juga tidak akan lupa dengan berbagai dukungan
eksternal, baik dari keluarga maupun teman yang lain di luar kelompok ini yang juga
memberikan motivasi sebagai penyemangat untuk kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan sebaik-baiknya.

Akhir kata kami berterimakasih kepada kita semua.

Silangit, 29 Oktober 2021

Penulis,
2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………1


KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................................7
D. Manfaat Penelitian........................................................................................................7
BAB II........................................................................................................................................8
LANDASAN TEORI................................................................................................................8
B. Masalah Sosial............................................................................................................10
C. Sosiologi Drama.........................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................13
METODE PENELITIAN.......................................................................................................13
BAB IV.....................................................................................................................................14
PEMBAHASAN......................................................................................................................14
A. Masalah Sosial Kemiskinan.......................................................................................14
B. Masalah Sosial Kejahatan..........................................................................................18
C. Masalah Sosial Disharmonisasi Keluarga..................................................................21
D. Masalah Sosial Kebodohan........................................................................................24
BAB V......................................................................................................................................26
KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................................26
A. Kesimpulan.................................................................................................................26

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sastra adalah produk dari bahasa yang dipenuhi dengan sikap keindahan dan bersifat

menegedukasi serta mampu memberikan pedoman hidup. Sedangkan karya sastra adalah hasil

pemahaman akan sastra yang dibuktikan dengan penerapan teori sastra hingga memasuki

kreatifitas menghasilkan suatu karya.

Arti sastra menurut Plato adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan

(mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus

merupakan model kenyataan. Defenisi lain dari sastra ini adalah bentuk tiruan kehidupan yang

menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup

sastra adalah masalah manusia, kehidupan dengan segala perasaan, pikiran, dan pandangan 

hidupnya (Bunanta, 1989: 1).

Sastra atau kesustraan ini adalah salah satu bentuk seni yang menampilkan mengenai

keindahan tutur kata dan juga cerita.

Dengan berdasarkan definisi yang tertulis di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) bahwa Seni sastra ini didefinisikan menjadi 3 point,diantaranya sebagai berikut :

 Seni Sastra
Ialah suatu tulisan atau juga cerita yang berasal dari ungkapan perasaan manusia yang

memiliki nilai keindahan.


 Seni Sastra atau Kesusastraan

Seni sastra atau pun juga kesusastraan ini merupakan suatu karya yang berbentuk

tulisan ataupun juga cerita yang memiliki nilai seni dan juga budaya yang menampilkan atau

menunjukan keindahan tutur serta juga bahasa di dalam menyampaikan makna tertentu.

 Sastra

Sastra ini merupakan bahasa yang dipakai di dalam kitab-kitab serta bukan merupakan

bahasa sehari-hari. Selanjutnya sastra tersebut juga bisa atau dapat juga diartikan sebagai

karya tulis yang jikadibandingkan dengan tulisan lain itu memiliki berbagai ciri keunggulan,

seperti misalnya keartistikan, keaslian, serta keindahan di dalam isi ataupun juga

ungkapannya.[ CITATION Pak21 \l 1033 ]

Dengan mengingat film menjadi genre dalam sastra modern sekaligus film merupakan

bentuk dari karya seni. Maka pengkajian sastra dapat dilakukan melalui film.

Pada tahun 2019 lalu terdapat sebuah film bergenre laga romantis berjudul Sang

Prawira. Sang Prawira merupakan film yang menceritakan tentang perjuangan seorang

pemuda bernama Horas yang meyakinkan ayahnya untuk merestui cita-citanya menjadi

seorang polisi. Diwaktu yang sama, ayahnya menuntut Horas untuk menjadi seorang

pengusaha.

Film yang meraih rekor MURI dengan pemeran polisi aktif terbanyak menjadi daya

tarik dalam meneliti masalah-masalah sosial yang terdapat pada film ini. Film yang

disutradarai oleh Ponty Gea ini menyuguhkan pergulatan yang terjadi dalam sebuah keluarga,

dimana antara suami dan istri memiliki pendapat yang berbeda mengenai cita-cita anaknya.

Ibu horas, merestui horas menjadi seorang polisi, sedangkan ayahnya menginginkan horas

menjadi pengusaha agar mampu mengangkat ekonomi keluarga mereka, yang dikenal miskin.

6
Ide cerita film ini lahir dari para pejabat utama polda Sumatra Utara, yang didukung

oleh wakapolda sumut Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto, kemudian diperkaya oleh

kapolda Irjen Pol Agus Andrianto, terutama tentang sosok seorang polisi yang berani dan

tangguh serta memiliki pesan moral pedagogis atau strategi pembelajaran kepada masyarakat.

Juga memperkenalkan berbagai kultur masyarakat, destinasi wisata daerah setempat dan

membangun rasa nasionalisme.

Berkaitan dengan persoalan sosial yang diangkat dari film Sang Prawira yang

mengangkat seorang milenial menjadi bentuk refleksi untuk kalangan milenial sekarang

dalam meraih cita-citanya. Di samping meraih cita-cita tersebut terdapat penggalan pada akhir

film yang mengatakan “kehilangan Ibunda tercinta, kekasih, sahabat bukanlah hal yang

mudah , tapi hidup harus terus berlanjut, sebab jalan ini yang telah kumulai maka harus

kuselesaikan apa yang telah kumulai”. Penggalan dalam film tersebut begitu nyata sebagai

sebuah prinsip di kalangan milenial sekarang.

Melalui sosiologi sastra, penulis mengharapkan mampu menyajikan berbagai

masalah-masalah social yang terdapat dalam film ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perumusan masalah dalam makalah ini

adalah, apa saja masalah sosial yang terjadi dalam film Sang Prawira?

C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah yang tersaji di atas, maka tujuan dari penelitian ini

yaitu mendeskripsikan dan menemukan masalah-masalah social yang terdapat pada film Sang

Prawira
D. Manfaat Penelitian
Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Menambah wawasan dan memperkaya ilmu pengetahuan mengenai studi

sastra Indonesia dan diharapkan mampu menjadi pemberi sumbangan pada

teori sosiologi sastra dalam mengungkap film Sang Prawira.

2) Diharapkan mampu menjadi contoh dalam memahami masalah social

dalam dunia sastra.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Film sebagai Sastra Modern

Perkembangan sastra terus berubah mengikuti alur zaman, mulai dari masa periodisasi

sastra, hingga bentuk dan jenis-jenis sastra. Hal ini memungkinkan sebuah sastra berkembang

pesat dan membentuk periodisasi baru yang melahirkan bentuk dan jenis-jenis yang baru pula.

Beberapa orang menanggap film merupakan sebuah bentuk digitalisasi dari karya sastra dan

sebagian juga tidak sependapat.

Mursal Esten (Esten, 1978: 9) berpendapat bahwa Sastra adalah pengungkapan dari

fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat

umumnya, melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek positif terhadap kehidupan

manusia. Hal ini diperkuat oleh pendapat Panuti Padjiman (1990:68) sastra merupakan karya

lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan,

keindahan dalam isi dan ungkapanya.

Seni sastra yang merupakan sebuah seni yang menjadikan bahasa sebagai media, dapat

diartikan sebagai cabang seni yang didalamnya berisi segala sesuatu baik lisan maupun tulisan

yang mengandung unsur keindahan, seni, imajinatif dari hasil karya seseorang yang hasilnya

bisa dinikmati karena memiliki faktor keunggulan dan artistik. Dalam seni sastra selain kita

mengenal adanya unsur-unsur seni sastra, seni sastra juga memiliki beberapa jenis

pengelompokan cabang seninya tersendiri.

Awalnya sastra hanya dikelompokkan menjadi satu jenis saja yakni cerita. Namun

seiring dengan berkembangnya seni sastra, muncul beberapa jenis baru. Bahkan pengertian

seni sastra juga mulai ditentukan definisinya, supaya jelas batas mana seni sastra dan mana
yang bukan. Sastra dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Puisi, Prosa, dan Drama. Drama adalah

jenis sastra paling mirip dengan film.

Pengertian film menurut Effendi (1986:239) adalah hasil budaya dan alat ekspresi

kesenian. Film sebagai komunikasi massa merupakan gabungan dari berbagai teknologi

seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa dan seni teater sastra dan

arsitektur serta seni musik. Sebuah film memiliki sebuah alur cerita yang dituliskan atau

sering disebut sekenario (naskah cerita).

Pada drama pertelevisian dan perfilman Indonesia kerap kali mengambil cerita rakyat,

tragedi-tragedi, legenda dan sejarah untuk dijadikan ide cerita yang kemudian difilmkan.

Cerita-cerita inilah yang menemani sejarah perfilman Indonesia yang kemudian berkembang

mengikuti tema cerita sesuai dengan perkembangan globalisasi. Selain itu, bukti

pendigitalisasian karya sastra juga dapat dilihat melalui adaptasi cerpen maupun novel yang

dijadikan sebuah skenario untuk dijadikan film.

Skenario adalah urutan cerita yang disusun oleh seseorang agar suatu peristiwa terjadi

sesuai dengan yang diinginkan. Skenario juga disimpulkan menjadi naskah cerita yang ditulis

dengan istilah-istilah kamera yang digunakan sebagai panduan untuk pembuatan film/drama.

Sekenario ini, juga memiliki alur interinsik dan eksterinsik seperti halnya sastra.

Jika menarik garis lurus, film sebenarnya gabungan antar seni pertunjukan dan sastra. Hal ini

diperkuat lagi dengan pengertian drama menurut Seni Handayani, Drama adalah bentuk

komposisi berdasarkan dua cabang seni, seni sastra dan seni pertunjukan sehingga drama

dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan drama dipentaskan.

[ CITATION Boy201 \l 1033 ]

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebuah film serupa

dengan drama (sastra) dimana memiliki naskah tertulis dan dipentaskan/dilakonkan.


10
Perbedaan mendasar hanya pada bagaimana bentuk karya tersebut. Hal ini tidak menutup

kemungkinan bahwa film juga merupakan bagian dari sastra. Bahkan pada saat ini digitalisasi

karya sastra sudah dijadikan mata kuliah. [ CITATION Boy20 \l 1033 ]

A. Masalah Sosial

Kehidupan masyarakat sejatinya selalu mengalami perubahan seiring berkembangnya

zaman. Dalam proses perubahan tersebut, terkadang muncul kondisi yang tidak diharapkan

atau tidak seharusnya terjadi.

Kondisi yang tidak diharapkan tersebut lama kelamaan menjadi polemik dan

membawa dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Kondisi inilah yang disebut sebagai

masalah sosial.

Dilansir dari buku Sosiologi Suatu Pengantar (2006) karya Soerjono Soekanto,

masalah sosial merupakan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam masyarakat,

bersifat sosial dan berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga

kemasyarakatan.

Masalah sosial timbul akibat perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat

dengan realitas yang ada. Sumber utama masalah sosial biasanya berupa proses-proses sosial

serta gejala-gejala sosial dalam masyarakat.

Ketika proses sosial dan gejala sosial memberikan dampak negatif bagi kehidupan

masyarakat, maka proses sosial dan gejala sosial tersebut dapat berubah menjadi masalah

sosial.

1. Gejala masalah sosial


Masalah sosial cenderung menghambat terwujudnya kesejahteraan dan menghambat

terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat. Contoh masalah sosial yang sering ditemui dalam

kehidupan masyarakat adalah kemiskinan, kriminalitas, dan kesenjangan sosial ekonomi.

Suatu gejala bisa dikatakan sebagai masalah sosial apabila memenuhi beberapa syarat.

Dalam buku Pengendalian Masalah Sosial Melalui Kearifan Lokal (2015) karya Masrizal,

dijelaskan beberapa syarat tersebut:

a. Sesuatu yang dilakukan oleh seseorang tertentu telah melanggar atau tidak sesuai

dengan nilai-norma yang dijunjung tinggi oleh kelompok.

b. Sesuatu yang dilakukan individu atau kelompok tertentu telah menyebabkan

terjadinya disintegrasi kehidupan dalam kelompok.

c. Sesuatu yang dilakukan individu atau kelompok tertentu telah memunculkan

kegelisahan dan ketidakbahagiaan bagi individu lain dalam kelompok.

2. Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Sosial

Dalam buku Pengantar Sosiologi (2011) karya Elly M. Setiadi dan Usman Kolip,

dijelaskan bahwa faktor penyebab kemunculan masalah sosial dibedakan menjadi empat

kategori, yaitu:

a. Faktor ekonomi

Dalam faktor ini, masalah sosial muncul karena terjadi ketimpangan pendapatan,

ketidakmerataan pembangunan, dan ketidaksamaan dalam hak akses. Contoh

masalah sosial yang muncul akibat faktor ekonomi adalah pengangguran,

kriminalitas, dan kemiskinan serta kebodohan.

b. Faktor budaya

12
Dalam faktor ini, masalah sosial muncul karena ketidaksesuaian antara nilai,

norma, dan perilaku masyarakat. Contoh masalah sosial yang muncul akibat faktor

budaya adalah westernisasi, kenakalan remaja, tawuran, geng motor, dan

sebagainya.

c. Faktor biologis

Masalah sosial karena faktor biologis biasanya berhubungan dengan kondisi fisik

manusia. Misalnya muncul penyakit menular, gizi buruk, dan lain-lain.

d. Faktor psikologis

Masalah sosial karena faktor psikologis biasanya berhubungan dengan gangguan

psikologis yang dialami suatu masyarakat. Misalnya depresi hingga gangguan jiwa.

B. Sosiologi Drama

Sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Dalam drama, masalah kehidupan dan kemanusiaan yang dikemukakan biasanya tidaklah

terlepas dari aspek-aspek sosial masyarakat dalam hubungan manusia dengan manusia

lainnya. Drama juga menyajikan aspek-aspek perilaku manusia terhadap jenisnya dalam

kaitannya dengan nilai-nilai kemanusiaan. Misalnya masalah perasaan sayang, cinta,

benci, dendam, ketulusan, kesetiaan, kesucian, dan lain-lain.

Melalui drama, manusia dapat menemukan masalah-masalah yang terjadi

dilingkungannya kemudian menjadikannya sebagai bahan pertimbangan, perbandingan,

atau pengetahuan untuk berbuat sesuatu secara lebih baik. Pendekatan sosiologi drama

dapat mulai digunakan sebagai sarana penelitian, karena ia memiliki afinitas yang
mendalam dengan masyarakat, apakah orang yang bersangkutan dengan masyarakat

dalam hal struktur sosial, atau dengan kelompok tertentu yang merupakan bagian integral.

BAB III

METODE PENELITIAN

Mengingat penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta

mendeskripsikan secara mendalam perihal persoalan-persoalan social dalam film Sang

Prawira oleh sutradara Ponty Gea dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sumber

data penetilitian ini adalah seluruh cerita dalam film Sang Prawira. Data yang diperoleh

dengan menonton seluruh film Sang Prawira bagian pertama dan bagian yang kedua. Melalui

pemahaman yang dibarengi dengan catatan-catatan kecil yang mencatat berbagai masalah

social yang terjadi dalam masyarakat diharapkan mampu referensi dalam proses hingga

presentasi dari penugasan ini.

Adapun teknik dari analisis dan yang digunakan mengacu pada teknik analisis model

interaktif Miles dan Hubeberman (1992) yang terdiri atas komponen analisis, meliputi reduksi

data, sajian data dan penarikan simpulan. Dan aktivitas tersebut dilaksanakan dalam proses

penelitian ini.

14
BAB IV

PEMBAHASAN

Masalah sosial timbul karena adanya ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan

atau masyarakat, di mana dapat membahayakan kehidupan kelompok sosial atau menghambat

terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut yang menyebabkan

kepincangan ikatan sosial. Suatu kondisi yang normal terdapat integrasi serta keadaan yang

sesuai pada hubungan-hubungan antara unsur-unsur masyarakat atau unsur-unsur kebudayaan.

Apabila antara unsur-unsur tersebut terjadi bentrokan atau ketidaksesuaian, maka hubungan-

hubungan sosial terganggu yang mengakibatkan kegoyahan dalam kehidupan kelompok.

A. Masalah Sosial Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,pendidikan dan kesehatan.

Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun

sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan juga merupakan masalah

global.

Kemiskinan merupakan kendala dalam masyarakat ataupun dalam ruang lingkup yang

lebih luas. Kemiskinan menjadi masalah sosial karena ketika kemiskinan mulai mewabah atau

bertambah banyak maka angka kriminalitas kemiskinan sebagai pangkal penyebab masalah

sosial dan ekonomi. Kemiskinan menjadi masalah sosial ketika stratifikasi dalam masyarakat

menciptakan tingkatan atau garis-garis pembatas. Sehingga adanya kejanggalan atau batas

pemisah dalam interaksi atau komunikasi antara orang yang berada di tingkatan yang di

bawah dan di atasnya.


Kemiskinan juga sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup yang akhirnya akan

merusak lingkungan itu sendiri. Penduduk miskin yang terdesak akanmencari lahan-lahan

kritis atau lahan-lahan konservasi sebagai tempat pemukiman. Lahan-lahan yang seharusnya

berfungsi sebagai kawasan penyangga atau mempunyai fungsi konservasi tersebut akan

kehilangan fungsi lingkungannya setelah dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman. Akibat

berikutnya, maka akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan lingkungan. Kemiskinan

juga memunculkan kantong-kantong slum dengan segala permasalahannya.

Dalam film Sang Prawira telah menyajikan tentang tokoh utama yaitu Horas

mengalami kesulitan ekonomi, dimulai dari pernyataan teman ayahnya di lapo tuak

Ama Horas : kalau si Horas tamat SMA tahun ini.

Teman 1 : jadi kalau udah tamat mau kuliah apa kerja?

Teman 2 : lebih baik kau carikan kerja saja anakmu itu Amani Horas, kurasa tak

mampu kau membiayai kuliahnya.

Teman 3 : betul itu Amani Horas… nelayan seperti kamu, trus berapa rupanya

penghasilanmu… udah malas lagi. Menangkap ikan satu hari, tidur tiga

hari.

Teman 2 : Rejeki pagi dimakan sore.

Teman 1, 2, 3 : Hahahaha

(Part 1 Durasi 04’. 29”- 04’. 52”)

Sikap menyepelekan ayah Horas sangat jelas memberikan kenyataan dari perkataan

teman-teman ayahnya.

16
Termotivasi karena berbagai sikap merendahkan dari temannya, membuat ayah Horas

semakin terpancing untuk bersih keras agar Horas mau mengikuti perintahnya bekerja di luar

negeri. Dan kembali ayah Horas mengungkit masalah ekonomi keluarganya.

Ama Horas : Iyalah. Kau tidak mengikuti lagi keinginanku, kau ikuti aja keinginan

mamakmu. Jadi polisi kau. Kalau kau bekerja di luar negeri, setidaknya

kau membantu keluarga ini keluar dari kemiskinan.

(Part 1 durasi 24’. 08”- 21’. 19”)

Demi mendapatkan uang, Horas dan ibunya rela bekerja di tempat yang sama, yaitu

menjadi kuli bangunan dan apa boleh buat, seorang ibu tak bisa berbuat apa-apa melihat

anaknya harus terkena amarah dari seorang atasan di tempat mereka bekerja.

Mandor : kenapa kau sering terlambat?

Horas : maaf pak. Banyak tugas dari sekolah.

Mandor : aku tidak mau tau alasanmu. Dasar kalian semua keluarga pemalas.

udah sana kerja kau.

(Part 1 durasi 24’. 10” – 24’. 22”)

Merasa kasihan dengan anaknya, ibu Horas harus pergi menemui nai Tongam untuk

meminjam sejumlah uang sebagai bentuk pengorbanan seorang ibu kepada anaknya. Agar

menjadi bekal Horas nantinya di perantauan.

Nai Horas : aku mau minta tolong eda. Tolong pinjamkan aku uang eda.

Nai Tongam : eda. Bukan aku tak mau menolongmu. Tapi kalo meminjam sama

aku harus ada agunannya. Karena kau tahulah eda, kalo orang
meminjam itu memelas, menyedih-nyedih kek kau. Tapi tiba ditagih,

payah kali bayarnya. Macam aku yang berutang.

Nai Horas : apalah kubikin jaminannya eda?

Nai Tongam : bagus kutengok antingmu itu… itu aja bikin jadi agunannya.

(Part 1 durasi 32’. 43” – 32’. 05”)

Terlihat raut wajahnya ibu Horas yang begitu memelas hingga akhirnya harus

merelakan anting (pemberian suaminya) paling berharganya diberikan kepada ibu Tongam

selaku rentenir. Memberikan makna yang dalam bahwa tidak ada artinya barang berharga jika

harus mengorbankan kebahagiaan keluarga tercinta. Yang dalam budaya Batak orangtua yang

baik memegang teguh prinsip Anakhonki do Hamoraon di Au yang artinya anakkulah yang

paling berharga bagiku.

Tak segan dan tak malu, ibu Horas harus merasakan kepahitan akan kemiskinan saat

suaminya mengalami kecelakaan. Ibu Horas mengekspresikan isi hati sejujurnya di sebuah

rumah sakit.

Dokter : … kalau tidak dioperasi, kaki suami ibu akan membusuk dan

menyebar ke bagian yang lain.

Nai Horas : berapa lagilah biayanya itu Dok? Biaya di sini aja aku ga sanggup.

(Part 1 durasi 40’. 13” – 40’. 20”)

Bukanlah hal yang tega mengatakan nominal disamping keluarga terdekat yang

kesakitan. Mengingat ini bukanlah masalah tega tidak tega, namun bagaimana memuaskan isi

pikiran. Yang begitu penuh pemakluman akan seorang ibu yang harus berjuang menghidupi

putrinya serta ditambah beban rumah sakit.

18
Beralih kepada Lambok, sahabat Horas sejak masih menduduki bangku SMA. Ia

harus tidur di pinggir jalan kota, karena kurangnya uang untuk sekedar menyewa tempat

tinggal seperti hostel atau saja kos-kosan.

Pengamen : ngapain kau tidur sini. Wajahmu ganteng, badanmu juga bersih. Ga

dak ku tengok gelandangan macam kau di sini.

Lambok : aku bukan gelandangan.

Pengamen : jadi ngapain kau tidur di sini?

(Part 1 durasi 47’. 47”- 48’. 00”)

Bagaimana seorang pengamen yang mengaku sebagai musisi di kota ini cukup

mengulik alasan Lambok harus tidur di pinggir jalan itu.

B. Masalah Sosial Kejahatan

Istilah kriminalitas berasal dari bahasa Inggris crime yakni kejahatan. Kejahatan

secara formal dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku yang melanggar norma-norma sosial

dan undang-undang pidana, bertentangan dengan moral kemanusiaan, bersifat merugikan,

sehingga ditentang oleh masyarakat.

Dalam pandangan sosiologis, kejahatan diartikan sebagai semua bentuk ucapan dan

tingkah laku yang melanggar norma-norma sosial, serta merugikan dan mengganggu

keselamatan masyarakat, baik secara ekonomis, politis maupun sosial psikologis.

Ada dua faktor yang memengaruhi munculnya tindakan kejahatan, yaitu:

1) Faktor internal, antara lain kondisi kejiwaaan seseorang, tingkat pendidikan seseorang,

dan kedudukan seseorang dalam masyarakat.


2) Faktor ekternal berhubungan dengan faktor ekonomi (perubahan harga, kemiskinan,

pengangguran, urbanisasi) dan faktor agama (kurangnya pemahaman tentang agama).

Di Film Sang Prawira terdapat kejahatan yang direncanakan, bagaimana tokoh

Gomgom dan 2 orang temannya merencanakan tindakan kejahatan dengan alasan cemburu.

Menurut Marazziti, dkk (2010) tipe cemburu yaitu :

a. Kecemburuan obsesif / obsessionality: ditandai oleh perasaan cemburu yang

disengaja, individu berlebihan dan tidak realistis.

b. Kecemburuan depressive / self-esteem: ditandai oleh perasaan tidak mampu dan

rendah diri bila dibandingkan dengan mitra yang menghasilkan ketidakmampuan

untuk percaya / kesetiaan-Nya dan membuat pengkhianatan potensial tidak bisa

dihindari dengan beberapa saingan.

c. Cemburu karena takut kehilangan: ditandai dengan ketidakmampuan untuk

menerima prospek kerugian. Sebagai akibatnya, hubungan menjadi semacam

ketergantungan, dengan subjek selalu membutuhkan kedekatan pasangan dan

menunjukkan tanda-tanda tertekan ketika terpisah.

d. Kecemburuan paranoid / suspisciousness: ditandai dengan sifat malu-malu ekstrim

dan kecurigaan, serta perilaku interpretatif dan kontrol terhadap pasangan dan

merasakan setiap saingan, meskipun menunjukkan tanda-tanda pengabdian yang

benar, tetapi dianggap miskin moralitas.

e. Cemburu terkait sensitivitas / interpersonal: ditandai dengan hipersensitivitas

terhadap pasangan dan reaktivitas yang berlebihan terhadap rangsangan eksternal dan

situasi, sebuah kedekatan umumnya dihindari, meskipun orang yang sangat


20
desiderable, dan non-akrab atau item dianggap berpotensi agresif.

http://eprints.ums.ac.id/12392/5/BAB_II.pdf

Seperti halnya tipe di atas, Gomgom belum saja menjadi pasangan dari Nauli, sudah

merasakan kecemburuan yang membludak. Bagaimana Gomgom tergolong tipe pencemburu

yang paranoid yang nampak dari cara dia memperlakukan Horas dengan sikap miskin

moralnya. Pengeroyokan oleh Gomgom dan 2 temannya pada Horas terlihat pada durasi

21’.55” – 22’. 20”.

Kejadian kejahatan berikutnya adalah kejadian yang lebih memberikan kesan

melanggar displin yang ada di dalam Akademi Polri.

Asido : Ki… Reki

Reki : Apa Lae

Asido : lima bulan kita pendidikan, rasanya seperti 5 tahun ya.

Reki : Kau baru 5 bulan di sini Lek…Apa kabar si Horas 4 tahun di sana

Asido : 4 tahun kau bilang…jadi lapar aku kau buat. Eh… keknya jatah

makan kita kurang.

Reki : Trus…?

Asido : Katanya, ada yang jual makan di luar.

Reki : Kau jangan gial Lek… Kalau ketahuan kadik, mampus kita.

Asido : Itu kan kalau ketahuan…main main cantik kita. Udahlah, tenang aja

kau. Pokoknya aku yang traktir kau nanti.

(Part 1 durasi 46’.34”- 47’.16”)


Hingga si Reki akhirnya mengiyakan dan harus tertangkap basah oleh penjaga saat

mereka akan melompat tembok.

Menjadi bandar narkoba pun digeluti oleh sahabat dekat Horas, yaitu Lambok.

Lambok yang awalnya berambisi menjadi seorang polisi, merasa kecewa dengan

pengumuman yang mengatakan bahwa dia tidak lolos dalam seleksi kepolisian. Diterpa oleh

keadaan ekonominya yang semakin memburuk membuatnya harus tidur di pinggir jalan. Dan

seperti tidak ada pilihan baginya dengan menerima penawaran menjadi bandar narkoba.

Lambok : Kalau masih ada peluang, aku siap gabung

Bandar 1 : Singkirkan orang yang kamu ga suka.

(Part 1, durasi 53’.03”- 53’11”)

Dalam Negara kita telah ditekankan bahwa menjadi pengguna dan pengedar narkoba

sangat berpotensi dihukum mati.

Pengedar berdasar simpulan Pasal 35 UU Narkotika, adalah orang yang melakukan

kegiatan meyalurkan atau menyerahkan Narkotika, baik dalam rangka perdagangan, bukan

perdagangan maupun pemindahtanganan, untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bagi pengedar, misalnya, mereka dapat dijerat dengan Undang-Undang No.35 tahun

2009 Pasal 111, 112, 113, dan 114. Pasal tersebut adalah sanksi pidana untuk pihak yang

mempunyai narkotika untuk diedarkan, dijual, atau menjadi pihak perantara (kurir). Ancaman

hukuman dalam pasal tersebut yaitu penjara minimal 4 tahun dan maksimal hukuman mati.

[ CITATION Ilh21 \l 1033 ]

22
C. Masalah Sosial Disharmonisasi Keluarga

Keluarga merupakan tempat sosialisasi yang pertama dan utama bagi seorang anak,

dan satu-satunya media sosialisasi primer. Oleh karena itu keluarga memiliki peran yang

sangat penting bagi pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Di dalam keluargalah

anak akan mendapatkan dasar-dasar penanaman nilai dan norma sosial. Serta di dalam

keluarga seharusnya anak mendapatkan pendidikan dan pengawasan yang lebih baik.

Kenakalan remaja yang terjadi dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan

kuantitas dan kualitas. Berbagai kasus kenakalan seperti tawuran pelajar hingga pembunuhan

oleh anak usia remaja dinilai salah satunya disebabkan oleh ketidakharmonisan keluarga.

Ketidakharmonisan keluarga juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

perilaku menyimpang. Ketidakharmonisan keluarga merupakan perpecahan keluarga sebagai

unit, karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan

peran sosialnya.

Secara sosiologis, bentuk-bentuk ketidakharmonisan keluarga antara lain

adalah:

 Unit keluarga yang tidak lengkap.

 Disorganisasi keluarga karena putusnya perkawinan.

 Adanya kekurangan dalam keluarga tersebut, yaitu dalam hal komunikasi antara

anggota-anggotanya.

 Krisis keluarga, oleh karena salah satu yang bertindak sebagai kepala keluarga di luar

kemampuannya sendiri meninggalkan rumah tangga, mungkin karena meninggal

dunia, dihukum atau karena peperangan.

 Krisis keluarga yang disebabkan oleh faktor-faktor intern, misalnya karena terganggu

keseimbangan jiwa salah satu anggota keluarga.


Jika ketidakharmonisan keluarga terus terjadi, atau bahkan menjadi lebih banyak

keluarga yang kehidupannya tidak harmonis, tidak dapat dipungkiri hal ini akan berdampak

buruk bagi negara. Karena selain moral sosial yang rusak, hal ini juga akan berdampak pada

kehidupan bernegara, ke semua aspek kehidupan.

Keluarga Horas telah dikisahkan bahwa ia terlahir dari keluarga miskin yang memiliki

seorang ayah yang memiliki sentiment tinggi saat melakukan jajak pendapat. Sentimen ini

sangat bertentangan dengan ibu Horas yang memiliki tolak belakang dari ayah Horas. Ayah

horas begitu berapi-api saat ia harus dicecar dengan berbagai ejekan dari teman-temanya di

Lapo. Dan kemungkinan besar inilah hal yang semakain menyalakan api bagi ayah Horas.

Ama Horas : pintar pun kau di sekolah, dapat ranking, jadi juara kau, ga ada

gunanya di zaman sekarang ini. Kau kerja keluar negri. Kontrak 3

tahun, punya modal untuk buka usaha. Kita kalahkan dulu bapak si

Gomgom itu, biar tau dia siapa kita di kampung ini.

Rumondang : itu bukan cita-cita pak. Negara kita ini kaya, banyak yang bisa kita

lakukan pak

Ama Horas : itu Cuma teori, untuk berapa lama lagi banting tulang untuk jadi orang

kaya. Pengeluaranmu lebih besar dari pemasukanmu.

Rumondang : Banyak kok pakorang yang bisa jadi kaya di kampong kita ini. Lihat

pak, amangboru Tonga, tukang jagungnya pak tapi kaya.

Ama Horas : berdebat aja kau bah. Kau kutengok dari kemarin asik mamak,

abngmu yang kau bela. Padahal akunya yang paling sayang kau di

rumah ini.

Ina Horas : pak, jangan keras kali sama anak boru kita itu.

24
Ama Horas : ya sudahlah. Kalian yang atur semua. Tapi ingat, aku tidak pernah

setuju

Mereka melakukan diskusi saat makan bersama, namun kesimpulan atau keputusan

diskusi dipaksakan harus sesuai dengan pernyataan ayah Horas yang menjadikan sistem

musyawarah yang baik harus diingkari.

D. Masalah Sosial Kebodohan

Secara etimologis, kebodohan berasal dari kata bodoh yang mendapat awalan ke dan

akhiran an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bodoh diartikan sebagai sifat tidak lekas

mengerti, tidak mudah tahu, tidak memiliki pengetahuan, pendidikan dan pengalaman. Kata

ini, dalam bahasa Inggris identik dengan kata stupid. Dalam bahasa Arab, kata bodoh sepadan

dengan kata al-jahl dan al- safih yang berarti ‘adam al-ilmi bi al-syai’ (tidak ada pengetahuan

tentang sesuatu), sehingga orang yang tidak berpengatahuan disebut jahil. Sedangkan dalam

perspektif agama (Islam) jahil dapat diklasifikasikan menjadi jahil murakkab dan jahil basith.

Jahil murakkab adalah jahil yang terstruktur atau kebodohan di mana seseorang sama sekali

tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu. Sedangkan jahil basith adalah kebodohan di

mana seseorang memiliki pengetahuan tentang sesuatu, tetapi tidak sampai pada tingkat yang

memadai. Bertitik tolak dari pengertian etimologis di atas, dapat dipahami bahwa masalah

kebodohan tidak hanya bersifat mikro (bersifat pendidikan formal dan non formal) tetapi lebih

bersifat makro (mencakup wawasan, etos, skill dan peradaban). Hal ini sejalan dengan

sebutan jahiliyah, sebutan yang dahulu pada masa pra Islam ditujukan kepada orang-orang

yang bukan tidak memiliki pengetahuan dalam pengertian mikro seperti disebut di atas, tetapi

lebih berorientasi pada pengertian makro terutama yang berhubungan dengan wawasan, etos,

skill dan peradaban. https://repository.uin-suska.ac.id/2203/1/2012_201212EI.pdf


Salah satu dampak negatif dari kebodohan adalah orang akan mudah untuk diperalat

oleh orang lain. Selain itu kebodohan akan membawa orang sulit meraih cita-cita yang tinggi.

Kebodohan bisa disebabkan oleh pendidikan yang rendah ataupun kurangnya pemerataan

pendidikan.

Meskipun tidak bisa dibilang masyarakat Indonesia masih terbelenggu kebodohan,

namun dari hasil survey yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey menempatkan kualitas

SDM Indonesia masih rendah. Masyarakat kurang mampu, serta masyarakat yang terisolir

secara geografis merupakan anggota masyarakat yang rentan terhadap masalah ini. Karena

sulitnya memperoleh akses pendidikan yang layak.

Maju dan tidaknya sebuah negara sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

manusianya. Maka jika sebuah negara ingin menjadi negara yang maju dan modern harus

memiliki kualitas sumber daya manusia yang berkualitas. Itu semua hanya bisa diraih melalui

pendidikan. Akan sangat kesulitan sebuah negara bisa menjadi negara yang maju jika

masyarakatnya masih terbelenggu dalam kebodohan.

Lambok yang tidak lulus kepolisian, menumbuhkan kebencian dalam dirinya tentang

bagaimana gambaran negatif polisi dalam dirinya. Dan akhirnya memilih menjadi kaki tangan

suatu sindikat obat terlarang. Tekanan ekonomi yang daatang kepadanya menyurutkan

semangatnya dalam melakukan perbuatan baik.

Lambok : ngantuk juga kutengok soal kek gini. Setelah kupikir-pikir ngapain

pulak kita belajar. Masuk polisi itu nasib, antara hitam dan putih.

Horas : Nasib memang, tapi harus dipersiapkan. Namanya juga usaha.

Lucu kau kutengok, pengen jadi polisi, tapi belum apa-apa udah malas.

(Part 1 durasi 42’.09”- 42’.29”)

26
Bagaimana Horas secara tidak langsung memberikan fakta yang memang benar

namun jika disimak, fakta tersebut secara tidak langsung memberikan efek negative yang

menumbuhkan rasa malas pada Lambok. Hingga akhirnya Lambok pun harus menelan akibat

dari kebodohannya.
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Masalah-masalah yang terjadi dalam film Sang Prawira adalah :
1. Kemiskinan
Keluarga Horas adalah keluarga miskin yang mendapat tekanan dari teman
ayah Horas, teman Horas di sekolah serta rentenir yang pemarah. Di mana Horas
dipaksa menjadi pekerja di luar negeri oleh ayahnya. Berbeda dengan Lambok
yang sepertinya Lambok juga memiliki tujuan untuk mengangkat ekonomi
keluarga namun harus kandas pada pengumuman seleksi penerimaan polri.
2. Kejahatan
Tekanan mental yang mampu membutakan akal sehat membuatkan tindak
kejahatan menjadi keputusan oleh mereka yang tak mampu mengontrol emosi.
3. Disharmonisasi keluarga
Telah terlihat bagaimana sikap dari seorang ayah, yang memiliki sentimen
buruk akan masa depan anaknya hingga menimbulkan kesan pemimpin yang
otoriter.
4. Kebodohan
Dilandasi oleh kemalasan yang jika tak dilawan berakibat kegagalan di masa
depan, misalnya angka penggangguran meningkat karena faktor kebodohan

Pada film Sang Prawira mengingatkan serta menekankan dengan tegas sebuah
pesan, khusunya kepada para milenial bahwa membutuhkan berani bermimipi artinya
berani berusaha serta memperjuangkannya.
Dan kepada orangtua, setertekan ekonomi saat ini, teruslah mendukung setiap
anak dalam memilih cita-citanya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Alghifari, M. A. 2012. Problematika Sosial Anak Dalam Film “Punk In Love”: Pendekatan
Sosiologi Sastra. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Anwar, I. C. (2021, Juli 26). Mengetahui Ancaman Hukuman Bagi Pengedar & Pengguna
Narkoba di RI. Retrieved from tirto.id: https://tirto.id/mengetahui-ancaman-hukuman-
bagi-pengedar-pengguna-narkoba-di-ri-gh4u
http://eprints.ums.ac.id/12392/5/BAB_II.pdf

Guru, P. (2021, Oktober 20). Seni Sastra Adalah. Retrieved from pendidikan.co.id:
https://pendidikan.co.id/pengertian-seni-sastra/
Sembiring, B. P. (2020, Mei 21). Menelisik Film sebagai Sastra Modern. Retrieved from
analisa.id: https://analisa.id/menelisik-film-sebagai-sastra-modern/21/05/2020/

Wahyudin. 2011. PELAKSANAAN PROGRAM KEMISKINAN, KEBODOHAN DAN


INFRASTRUKTUR (K2I) BANTUAN TERNAK KAMBING MENURUT
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM ( Studi Desa Bandar Sungai Kecamatan Sabak
Auh Kabupaten Siak Riau). Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
Riau https://repository.uin-suska.ac.id/2203/1/2012_201212EI.pdf diakses pada 10
November 2021

Anda mungkin juga menyukai