Karya Kuntowijoyo
Disusun Oleh :
XI MIA 1
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Masa Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk “Konflik
dalam diri individu oleh tokoh Buyung dalam cerpen yang berjudul Dilarang mencintai bunga
– bunga karya Kuntowijoyo” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang diampu oleh Bapak Muhammad Adi
Alvian.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat, dan untuk saya sendiri khususnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerpen termasuk salah satu jenis karangan narasi, narasi merupakan karangan
berupa karangan peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Selain cerpen,
karangan yang tergolong kedalam jenis narasi adalah novel, roman, dan semua karya
prosa imajinatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dibuat, penulis akan merumuskan masalah yaitu:
1. Apa saja unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen yang berjudul Dilarang
mencintai bunga-bunga karya Kuntowijoyo?
2. Bagaimana konflik dalam diri individu yang dialami Buyung dalam cerpen yang
berjudul Dilarang mencintai bunga-bunga?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, penulis membatasi masalah pada:
1. Unsur intrinsik yang terdapat pada cerpen Dilarang mencintai bunga-bunga karya
Kuntowijoyo.
2. Konflik dalam diri individu yang dialami Buyung dalam cerpen yang berjudul
Dilarang mencintai bunga-bunga karya Kuntowijoyo.
D. Tujuan
1. Mengetahui unsur intrinsik dalam sebuah cerpen.
1
2. Mengetahui konflik dalam diri individu dalam cerpen yang berjudul Dilarang
mencintai bunga-bunga karya Kuntowijoyo.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
Cerpen adalah cerita pendek, jenis karya sastra yang memaparkan kisah
ataupun cerita tentang manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek. Atau
definisi cerpen yang lainnya yaitu merupakan karangan fiktif yang isinya sebagian
kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang
berfokus pada suatu tokoh sja. Maksud dari cerita pendek disini ialah ceritanya
kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) kata atau kurang dari 10 (sepuluh) halaman. Selain
itu, cerpen hanya memberikan kesan tunggal yang demikian dan memusatkan diri
pada satu tokoh dan satu situasi saja.1
Banyak hal yang terkandung dalam cerita pendek, di dalam cerita pendek
terdapat watak tokoh cerita pendek, amanat, serta sejumlah permasalahan yang
dihadapi oleh tokoh cerita pendek merupakan potret kehidupan nyata disajikan oleh
pengarang melalui cerita. Maka, dengan mengapresiasi cerita pendek, kita akan
mendapat banyak pengalaman hidup, termasuk nilai positif watak yang berada di
dalam cerita tersebut.2
B. Unsur Intrinsik
Adalah suatu unsur yang menyusun suatu karya sastra dari dalam yang
mewujudkan struktur sebuah karya sastra.3
1. Tema
1
http://www.pengertianku.net/2014/11/pengertian-cerpen-dan-strukturnya-dilengkapi-unsur-unsurnya.html
Diunduh pada 12 November 2019, 23:22 WIB
2
Ahmad Manarul Halim, https://www.yuksinau.id/cerpen-pengertian-ciri-unsur-struktur-fungsi/ Diunduh pada
12 November 2019, 23:26 WIB
3
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-unsur-intrinsik-terlengkap/ Diunduh pada 12 November 2019,
23:28 WIB
3
Unsur intrinsik cerpen yang pertama adalah tema. Dalam sebuah cerpen tema
merupakan ruh atau nyawa dari setiap karya cerpen. Dengan kata lain tema
merupakan ide atau gagasan dasar yang melatarbelakangi keseluruhan cerita yang
ada dari cerpen.
Tema memiliki sifat umum dan general yang dapat diambil dari lingkungan
sekitar, permasalahan yang ada di masyarakat, kisah pribadi pengarang sendiri,
pendidikan, sejarah, perjuangan romansa, persahabatan dan lain-lain.
Tokoh atau penokohan adalah salah satu bagian yang wajib ada dalam sebuah
cerpen. Namun, yang perlu diketahui adalah tokoh dan penokohan merupakan dua
hal yang berbeda dalam sebuah penulisan cerpen.
Tokoh merupakan pelaku atau orang yang terlibat di dalam cerita tersebut.
Sedangkan penokohan adalah penentuan watak atau sifat tokoh yang ada di dalam
cerita. Watak yang diberikan dapat digambarkan dalam sebuah ucapan, pemikiran
dan pandangan dalam melihat suatu masalah.
3. Alur (Plot)
Unsur intrinsik yang ketiga adalah alur. Alur adalah urutan jalan cerita dalam
cerpen yang disampaikan oleh penulis. Dalam menyampaikan cerita, ada tahapan-
tahapan alur yang disampaikan oleh sang penulis. Pada umumnya alur ada 2 yaitu:
a. Alur maju. Alur ini menggambarkan jalan cerita yang urut dari awal
perkenalan tokoh, situasi lalu menimbulkan konflik hingga puncak konflik dan
terakhir penyelesaian konflik. Intinya adalah, pada alur maju ditemukan jalan
cerita yang runtut sesuai dengan tahapan-tahapannya.
b. Alur mundur. Di alur ini, penulis menggambarkan jalan cerita secara tidak
urut. Bisa saja penulis menceritakan konflik terlebih dahulu, setelah itu
menengok kembali peristiwa yang menjadi sebab konflik itu terjadi.
4. Setting (Latar)
4
Setting atau latar mengacu pada waktu, suasana, dan tempat terjadinya cerita
tersebut. Latar akan memberikan persepsi konkret pada sebuah cerita pendek. Ada
3 jenis latar dalam sebuah cerpen yakni latar tempat, waktu dan suasana.
5. Sudut Pandang
6. Gaya bahasa
7. Amanat
Amanat (Moral value) adalah pesan moral atau pelajaran yang dapat kita petik
dari cerita pendek tersebut. Di dalam suatu cerpen, moral biasanya tidak ditulis
secara langsung, melainkan tersirat dan akan bergantung sesuai pemahaman
pembaca akan cerita pendek tersebut.4
C. Sinopsis
Cerpen dilarang mencintai bunga-bunga mengisahkan suatu keluarga yang
baru pindah ke kota, dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Buyung. Dan
mereka pun tinggal sebagaimana mestinya warga kota tinggal. Setiap pagi Buyung
bersekolah, kemudian di sore hari ia pergi mengaji. Dan ayahnya tetap sibuk dengan
pekerjaannya sehingga kurang untuk bermasyarakat. Dan ibunya sebagaimana ibu-ibu
rumahtangga yang lain.
Kemudian didorong sikap penasaran yang teramat Buyung bersikeras untuk
mengintip rumah misterius yang berada di samping rumahnya, yang konon didiami
oleh kakek tua yang hidup seorang diri di rumah tersebut. Pada kesempatan pertama
ia hanya mendapati kebun bunga-bunga yang terhampar luas di halaman rumah kakek
4
https://notepam.com/unsur-intrinsik-cerpen/ Diunduh pada 13 November 2019, 0:02 WIB
5
itu, namun tidak mendapati kakek tersebut. Kemudian di sore hari ketika layang-
layang Buyung terputus, tanpa disadari Buyung ternyata sang kekek sudah berada di
belakangnya dan memberikan seikat bunga untuk Buyung. Dan mulai sejak itu
Buyung sering datang mengunjungi sang kakak tanpa sembunyi-sembunyi, mereka
pun bersahabat.
Hati Buyung merasa tentram dan damai bila telah mendapati bunga-bunga
yang ada di kamarnya, namun kesukaaannya terhadap bunga-bunga itu ditentang oleh
sang ayah, yang lebih suka anaknya itu bermain di luar rumah sebagai mana mestinya
seorang anak laki-laki. Hati Buyung remuk redam perasaan yang berkecamuk yang
membelunggunya bila ayahnya datang menemuinya dan bunga-bunga itu, namun sang
ibu tetap menjadi penenang dan pelindung Buyung ketika hatinya sedang
berkecamuk.
Kemudian sebelum berangkat ke sekolah Buyung berkesempatan untuk
menemui sang kakek sahabatnya, kakek itu sedang mencari hidup sempurna melalui
bunga. Dan setelah itu ia juga bertanya kepada sang ayah, kemudian ayahnya
menjawab mencari kehidupan yang sempurna melalui kerja. Dan ayah Buyung
mengatakan bahwa “Engkau mesti bekerja, sungai perlu jembatan. Tanur untuk besi
perlu didirikan. Terowongan musti digali. Dam dibangun. Gedung didirikan. Sungai
dialirkan. Tanah tandus musti disuburkan. Mesti. Mesti, Buyung! Lihat tanganmu!”
Buyung pun menemukan jawaban bahwa kedua tangannya harus digunakan untuk
bekerja. Kemudian, cerita ditutup dengan sebuah kalimat singkat, ”Bagaimanapun aku
adalah anak ayah dan ibuku”.
5
http://blog.unnes.ac.id/srirahayu/2016/02/10/pengertian-konflik-sosial-penyebab-macam-macam-dampaknya/
Diunduh pada 15 November 2019, 15:43 WIB
6
BAB III
BIOGRAFI PENULIS
A. Biografi Penulis
Prof. Dr. Kuntowijoyo (1943-2005) dikenal sebagai seorang sejarawan,
budayawan, maupun sastrawan yang sangat produktif. Ia banyak menulis tentang
sejarah, sastra, budaya, maupun agama, juga cerpen, puisi dan novel, dan drama.
Bahkan Ia masih produktif menulis buku ketika dalam keadaan sakit selama bertahun-
tahun. Dalam keadaan sakitnya juga, yaitu ketidakmampuan bicara akibat penyakit
yang menyerang otaknya, Ia masih diundang untuk mengisi seminar, dengan dibantu
istrinya, Susilaningsih, yang membacakan makalah ketika presentasi.
Kuntowijoyo lahir di Sanden, Bantul, Yogyakarta pada 18 September 1943. Ia
mendapatkan pendidikan formal keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah di Ngawonggo,
Klaten. Setelah itu melanjutkan sekolah di Klaten (SMP) dan Solo (SMA),
melanjutkan kulah di Universitas Gadjah Mada dan lulus menjadi sarjana sejarah pada
tahun 1969. Gelar MA diperoleh dari Universitas Connecticut, Amerika Serikat pada
tahun 1974, yang disusul dengan gelar Ph.D Ilmu Sejarah dari Universitas Columbia
pada tahun 1980, dengan disertasi tentang sejarah Madura yang berjudul Social
Change in an Agrarian Society: Madura 1850-1940. Disertasinya sudah diterjemahkan
dan diterbitkan dengan judul Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris: Madura
1850-1940.
Sejak SMA Ia sudah banyak membaca karya sastra baik karya penulis
Indonesia maupun luar negeri seperti Karl May, Charles Dickens, dan Anton Chekov.
Pada 1964 ia menulis novel pertamanya yang berjudul Kereta Api yang Berangkat
Pagi Hari, yang kemudian dimuat sebagai cerita bersambung di harian Djihad tahun
1966. Pada 1968, cerpennya yang berjudul Dilarang mencintai Bunga-bunga
memperoleh hadiah pertama dari majalah Sastra.
Berbagai hadiah dan penghargaan atas karya-karyanya sudah Ia terima.
Diantaranya, naskah dramanya yang berjudul Rumput-rumput Danau Bento
memenangkan hadiah harapan dari BPTNI. Naskah drama lainnya, Topeng Kayu,
pernah pula mendapatkan hadiah dari Dewan kesenian Jakarta pada 1973. Buku
kumpulan cerita pendeknya yang juga diberi judul Dilarang Mencintai Bunga-bunga
7
mendapat Penghargaan Sastra dari Pusat Bahasa (1994). Cerpennya yang dimuat di
Kompas juga mendapat penghargaan sebagai cerpen terbaik versi Harian Kompas
pada 1995, 1996, 1997.
Kuntowijoyo mengabdi pada almamaternya, Universitas Gadjah Mada sebagai
pengajar di Fakultas Sastra dan menjadi Guru Besar. Sebagai seorang akademisi Ia
juga aktif menjadi pembicara, menulis, dan meneliti. Kumpulan tulisan tentang
pemikirannya baik mengenai baik sejarah, ilmu sejarah, sosial, maupun budaya yang
sudah diterbitkan Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi (1991), Budaya dan
Masyarakat, Pengantar Ilmu Sejarah, Metodologi Sejarah, Dinamika Sejarah Umat
Islam, Muslim Tanpa Masjid, Selamat Tinggal Mitos Selamat Datang Realitas: Esai-
esai Budaya dan Politik, Radikalisasi Petani: Esei-esei Sejarah, dan lain-lain.
Kuntowijoyo meninggal dunia pada 22 Februari 2005 di Rumah Sakit Dr
Sardjito Yogyakarta akibat komplikasi penyakit sesak nafas, diare, dan ginjal setelah
untuk beberapa tahun mengalami serangan virus meningo enchephalitis.6
B. Karya Penulis
1. Kumpulan Cerpen : Dilarang Mencintai Bunga-Baunga (1992), Pistol Perdamaia
(1996), Anjing-anjing Menyerbu Kuburan (1997), Mengusir Matahari (1999)
Lelaki yang Kawin dengan Peri (2002), Hampir Subersi (1999)
2. Novel : Pasar (1992), Khotbah di Atas Bukit (1976), Impian Amerika (1998),
Mantra Pejinak Ular (2000), Wasripin dan Satinah (2003), Kereta Api yang
Berangkat Pagi Hari (1966)
3. Puisi : Isyarat (1974), Suluk Awang-uwung (1975)
4. Esai : Petani, priayi, dan mitos politik (1960), Dinamika Sejarah Umat Islam
Indonesia (1985), Budaya dan Masyarakat (1987), Paradigma Islam: Interpretasi
untuk Aksi (1991), Demokrasi dan Budaya Birokrasi (1994), Metodologi Sejarah
(1994), Radikalisme Petani (1993), Identitas Politik Umat Islam (1997), Muslim
tanpa Masjid (2001), Islam sebagai ilmu: epistemologi, metodologi, dan etika
(2004), Selamat Tinggal Mitos, Selamat Datang Realitas (2002),
5. Non-Fiksi : Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris: Madura 1850-1940
(2002)
6
http://biografinya.blogspot.com/2011/08/kuntowijoyo.html Diunduh pada 13 November 2019, 0:36 WIB
8
6. Drama : Barda dan Cartas (1972), Tidak Ada Waktu Bagi Nyonya Fatma (1972),
Topeng Kayu (1973), Makrifat Daun, Daun Makrifat (1995), Rumput Danau
Bento (1969)
7. Sastra : Maklumat Sastra Profetik7
C. Penghargaan Penulis
1. Cerpen “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” mendapat penghargaan dalam
Seyembara Penulisan Lakon Dewan Kesenian Jakarta 1972 dan 1973
2. Drama yang berjudul “Tidak Ada Waktu bagi Nyonya Fatma”, “Barda dan
Cartas” dan “Topeng Kayu” mendapat penghargaa dalam Sayembara Penulisan
Lakon Dewan Kesenian Jakarta 1972 dan 1973
3. Novel “Pasar” mendapat penghargaan dalam Sayembara Mengarang Roman
Panitian Tahun Buku Internasional DKI, 1972
4. Beliau mendapatkan penghargaan Seni dari Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta, 1986
5. Beliau juga mendapatkan SEA Write Award dari kerajaan Thailand, 19998
7
https://tirto.id/kuntowijoyo-pelopor-ilmu-sosial-profetik-yang-mahir-menulis-novel-cK6W Diunduh pada 14
November 2019, 14.26 WIB
8
https://id.wikipedia.org/wiki/Kuntowijoyo Diunduh pada 14 November 2019, 14:42 WIB
9
BAB IV
ANALISIS CERPEN
A. Unsur Intrinsik
1. Tema
2. Alur
“Kabarnya yang tinggal di rumah tua berpagar tembok tinggi ialah seorang
kakek yang hidup sendiri. Rumah itu terletak di samping rumahku. Pagar
tinggi menutup rumahnya dari pandangan luar. Hanya ada satu pintu masuk
dari muka, ditutup dengan anyaman bambu yang rapat. Aku belum pernah
melihat kakek itu.”10
“Aku terkejut. Seorang laki-laki tua dengan rambut putih dan piama. Dia
tersenyum kepadaku.”11 Kemudian masih dalam tahap yang sama dilanjutkan
dengan kutipan “Jangan sedih, Cucu. Hidup adalah permainan layang-layang.
Setiap orang suka pada layang-layang. Setiap orang suka hidup. Tidak seorang
9
https://books.google.co.id/books/about/Dilarang_mencintai_bunga_bunga.html?id=0cWpDAAAQBAJ&printse
c=frontcover&source=kp_read_button&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false Diunduh pada 14 November 2019,
15:12 WIB
10
Ibid, hlm. 2
11
Ibid, hlm. 5
10
pun lebih suka mati. Layang-layang bisa putus. Engkau bisa sedih. Engkau
bisa sengsara. Tetapi, engkau akan terus mengharap hidup. Katakanlah, hidup
itu permainan. Tersenyumlah, Cucu.”12
“Untuk apa bungan ini, heh?” aku tidak tahu karena apa, telah mencintai
bunga di tanganku ini”. Kemudian dilanjutkan pada kutipan “Laki-laki tidak
perlu bunga, Buyung. Kalau perempuan, bolehlah. Tetapi, engkau laki-laki.”
“Ayah melempar bunga itu. Aku menjerit. Ayah pergi. Ibu masih berdiri. Aku
membungkuk, mengambil bunga itu, membawanya ke kamar.”13 Tampak
sekali perasaan yang berkecamuk yang tengah dihadapi Buyung sebagai tokoh
protagonis.
3. Latar
Latar yang digunakan dalam cerpen ini terdiri dari tiga latar, yaitu latar
tempat, latar waktu dan latar suasana.
12
Ibid, hlm. 6
13
Ibid, hlm. 7
14
Ibid, hlm. 20
15
Ibid, hlm. 28
11
a. Latar tempat : di rumah, di ruang tengah, Masjid atau Pengajian, kamar
1. Di rumah
2. Di ruang tengah
Tertuang dalam kutipan :
“Tanganku dibimbing. Kakiku berjalan dengan langkah cepat
mengikutinya. Kami duduk di ruang tengah. Ada kursi-kursi di sana.
Aku dimintanya duduk di sampingnya.”17
3. Masjid atau Pengajian
Tertuang dalam kutipan :
“Aku pergi ke kamar. Menanti hari sore. O, ya. Sore hari itu
aku pergi mengaji ke masjid. Tidak lupa aku membawa sekuntum
melati di saku. Itu menentramkan jiwa. Setiap kali aku dapat
mengeluarkannya dan mencium sepuasku. Pengajian itu bernama Al-
Ma‟ruf, artinya „kebaikan‟. Mereka belajar dengan baik...”18
4. Kamar
Tertuang dalam kutipan :
“Ketika aku pulang mengaji, lantai di kamarku penuh air. Dan,
bunga-bunga itu! Bunga-bunga itu melengket pada ubin dengan
basahan air yang merata. Ternyata panci itu tumpah. Tiba-tiba Ayah
memegang kudukku.”19
b. Latar Waktu : siang hari, sore hari, pagi hari
1. Siang hari
Tertuang dalam kutipan :
“Keinginanku untuk mengenal kakek itu tidak pernah padam. Kau
lihatlah, lubang-lubang pada pagar anyaman bambu itu akibat
perbuatanku. Aku mengerjakannya pada siang hari sepulang dari
16
Ibid, hlm. 7
17
Ibid, hlm. 9
18
Ibid, hlm. 19
19
Ibid, hlm. 19
12
sekolah. Pernah ketika aku mengintip-intip pintu pagar dari bambu itu
kawanku menegur.”20
2. Sore hari
Tertuang dalam kutipan :
“Jumat sore hari aku tidak pergi mengaji. Di tanganku ada sebuah
layang-layang buatanku yang terbagus, dengan benang gelasan...”21
3. Pagi hari
Tertuangdalam kutipan :
“Ketika aku bangun pagi, aku merasa telah bersahabat baik dengan
kakek itu. Aku ingat betul: tangan kurus dengan otot menonjol, rambut
putih, suara serak...”22
c. Latar Suasana : ketakutan, tegang, sadar, mengharukan
1. Ketakutan
Tertuang dalam kutipan :
“Aku ditinggalkannya, berdiri dekat pagar itu. Ketakutan
mendesak-desak. Aku lari pontang-panting ke rumah. Ayahku sudah
duduk di kursi dengan selembar koran.”23
2. Tegang
Tertuang dalam kutipan :
“...Dirumah kulihat Ayah membaca di kursi. Aku merasa tenang.
Aku merasa malu. “untukapa teriak-teriak, heh?” kata ayah
menyambut. Ayah mengamati aku dari atas ke bawah. Dia berdiri dan
menjangkau tangan kananku. Katanya: “Untuk apa bunga ini, heh?”
aku tidak tahu karena apa, mencintai bunga di tanganku ini. Ayah
meraih. Merenggutnya dari tanganku. Kulihat bungkah otot tangan
ayah menggenggam bunga kecil itu. Aku menahan untuk tidak
berteriak. “Laki-laki tidak perlu bunga, Buyung. Kalau perempuan,
bolehlah. Tetapi engkau laki-laki.” Ayah melemparkan bunga itu. Aku
menjerit. Ayah pergi. Ibu masih berdiri. Aku membungkuk,
mengambil bunga itu, membawanya ke kamar.”24
20
Ibid, hlm. 3
21
Ibid, hlm. 5
22
Ibid, hlm. 8
23
Ibid, hlm. 3
24
Ibid, hlm. 7
13
3. Sadar
Tertuang dalam kutipan :
“Engkau mesti bekerja. Sungai perlu jembatan. Tanur untuk
melunakkan besi perlu didirikan. Terowongan mesti digali. Dam
dibangun. Gedung didirikan. Sungai dialirkan. Tanah tandus
disuburkan. Mesti, mesti, Buyung. Lihat tanganmu!” ayah meraih
tanganku. “Untuk apa tangan ini, heh?” Aku berpikir sebentar. “Untuk
apa tangan ini, Buyung?” tanya Ayah mengulang. Kemudian, aku
menemukan jawaban. “Kerja!” kataku.”25
4. Mengharukan
Tertuang dalam kutipan :
“... Ayah tertawa gelak. Mencium tanganku. Dia menampar pipiku
keras. Mengguncang tubuhku. Kulihat wajah hitam bergemuk itu
memancarkan kesegaran. Aku menyaksikan seorang laki-laki perkasa
di mukaku. Menciumi aku. Dia adalah ayahku.”26
4. Penokohan
1. Aku
Tokoh aku dalam cerpen tersebut sebagai anak yang haus pengetahuan
serta penuh dihinggapi rasa penasaran yang menggambarkan watak tokoh
pada cerpen tersebut.
Tertuang dalam kutipan :
“... Aku belum pernah melihat kakek itu. Setelah kucoba naik ke pagar
tembok, melalui pohon kates di perkaranganku, terbentanglah sebuah
pemandangan. Sebuah rumah jawa...”27
2. Ayah
Tokoh ayah dalam cerpen tersebut sebagai presentatif tokoh laki-laki
yang kasar, serta keras kemauannya. Namun, ia juga penyayang.
Tertuang dalam kutipan :
25
Ibid, hlm. 28
26
Ibid, hlm. 28
27
Ibid, hlm. 2
14
“...Dia menampar pipiku keras. Mengguncang tubuhku. Kulihat wajah
hitam bergemuk itu memancarkan kesegaran. Aku menyaksikan seorang
laki-laki perkasa di mukaku. Menciumi aku. Dia adalah ayahku.”28
3. Kakek
Tokoh kakek dalam cerpen tersebut sebagai tokoh yang baik hati,
ramah, penyayang anak.
Tertuang dalam kutipan :
“...Dia berdiri di bawah, dekat tempatku di atas tembok, tersenyum.
Dia seorang yang ramah, baik hati, penyayang anak.”29
4. Ibu
Tokoh ibu dalam cerpen tersebut sebagai sosok baik serta penyayang.
Tertuang dalam kutipan :
“Tentu saja kau boleh memelihara bunga. Bagus sekali bungamu itu.
Itu berwarna violet. Bunga ini anggrek namanya. Aku suka bunga.
Kuambil as, engkau boleh mengisinya dengan air...”30
5. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ini yaitu menggunakan sudut
pandang orng pertama dengan cuplikan “aku”.
Tertuang dalam kutipan :
“Aku ditinggalkannya, berdiri dekat pagar itu. Ketakutan mendesak-desak.
Aku lari pontang-panting ke rumah...”31
6. Gaya Bahasa
Didalam cerpen Dilarang mencintai bunga-bunga ada beberapa gaya bahasa yang
digunakan :
a. Majas Personifikasi
Majas personifikasi adalah majas yang melekatkan sifat-sifat insani
(manusiawi) pada suatu benda mati sehingga seolah-olah memiliki sifat
seperti benda hidup.32
28
Ibid, hlm. 28
29
Ibid, hlm. 8
30
Ibid, hlm. 7
31
Ibid, hlm. 3
15
Tertuang dalam kutipan :
“Hidup adalah permainan layang-layang”33
b. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang mengandung suatu pernyataan yang
berlebihan atau membesar-besarkan suatu hal.34
Tertuang dalam kutipan :
“Seluruh badannya berlumuran minyak hitam. Bungkah-bungkah
badannya menonjol. Terasa rumah jadi bergetar oleh kedatangan Ayah”35
c. Majas Metafora
Majas metafora adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan
perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir
sama.36
Tertuang dalam kutipan :
“...Wajah membakar”37
7. Amanat
Merupakan pesan tersirat yang baik, hendak dititipkan penulis melalui kutipan
dialog atau ide cerita dari penuturan tokoh. Pada cerpen “Dilarang Mencintai
Bunga-Bunga” adalah semua orang memiliki presepsinya tersendiri mengenai
kehidupan, sehingga harus bertanggung jawab pada kehidupan kita. Dan kehidupan
dunia mesti diselaraskan dengan bekal kehidupan untuk di akhirat.
32
https://www.ilmusiana.com/2015/05/majas-personifikasi-pengertian-dan.html Diunduh pada 15 November
2019, 13:12 WIB
33
https://books.google.co.id/books/about/Dilarang_mencintai_bunga_bunga.html?id=0cWpDAAAQBAJ&printse
c=frontcover&source=kp_read_button&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false, hlm. 6
34
https://www.ilmusiana.com/2015/05/majas-hiperbola-pengertian-dan-contoh.html Diunduh pada 15
November 2019, 13:40 WIB
35
https://books.google.co.id/books/about/Dilarang_mencintai_bunga_bunga.html?id=0cWpDAAAQBAJ&printse
c=frontcover&source=kp_read_button&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false, hlm. 13
36
https://www.ilmusiana.com/2015/05/majas-metafora-pengertian-dan-contoh.html Diunduh pada 15 November
2019, 13:48 WIB
37
https://books.google.co.id/books/about/Dilarang_mencintai_bunga_bunga.html?id=0cWpDAAAQBAJ&printse
c=frontcover&source=kp_read_button&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false, hlm. 27
16
B. Konflik dalam Diri Individu dalam Cerpen yang Berjudul Dilarang Mencintai
Bunga-Bunga karya Kuntowijoyo
Dalam kumpulan cerpen “Dilarang Mencintai Bunga-bunga”, Kuntowijoyo
berusaha menunjukkan perhatiaannya terhadap berbagai masalah sosial yang tampak
terlihat sepele. Kondisi pada tahun 1990an inilah yang pada akhirnya menjadikan
Kuntowijoyo menelusuri pikiran dan persaan kecil berbagai jenis manusia yang sering
tampak kebingungan ketika harus menghadapi situasi soaial tertentu. Pemikiran orang
zaman dahulu dengan orang zaman sekarang berbeda, yang dulu kuno dan orang
zaman sekarang memiliki pemikiran yang maju dan modern. Isi dari cerpen tersebut
sebagai bentuk penggambaran Kuntowijoyo tentang dua masyarakat yang berbeda,
yaitu masyarakat perkotaan dengan masyarakat pedesaan.38
38
http://nurasmara2415.blogspot.com/2016/10/analisis-stilistika-dmbb.html Diunduh pada 15 November 2019,
15:08 WIB
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cerpen Dilarang mencintai bunga-bunga tidak hanya bisa dilihat atau dianalisis
secara intrinsiknya saja namun kondisi dalam diri individu yang dialami tokoh pun
sangat kuat peranannya dalam proses penciptaan karya sastra ini. Dari sebuah sejarah,
karya sastra bisa dibuat seindah mungkin yang tidak hanya bertujuan untuk
mendapatkan nilai estetika dalam karya namun nilai realita yang kuat juga bisa
menjadi dasar pembuatan sebuah karya sastra.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pengertianku.net/2014/11/pengertian-cerpen-dan-strukturnya-dilengkapi-unsur-
unsurnya.html
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-unsur-intrinsik-terlengkap/
https://notepam.com/unsur-intrinsik-cerpen/
http://blog.unnes.ac.id/srirahayu/2016/02/10/pengertian-konflik-sosial-penyebab-macam-
macam-dampaknya/
http://biografinya.blogspot.com/2011/08/kuntowijoyo.html
https://tirto.id/kuntowijoyo-pelopor-ilmu-sosial-profetik-yang-mahir-menulis-novel-cK6W
https://id.wikipedia.org/wiki/Kuntowijoyo
https://books.google.co.id/books/about/Dilarang_mencintai_bunga_bunga.html?id=0cWpDA
AAQBAJ&printsec=frontcover&source=kp_read_button&redir_esc=y#v=onepage&q&f=fal
se
https://www.ilmusiana.com/2015/05/majas-personifikasi-pengertian-dan.html
https://www.ilmusiana.com/2015/05/majas-hiperbola-pengertian-dan-contoh.html
https://www.ilmusiana.com/2015/05/majas-metafora-pengertian-dan-contoh.html
http://nurasmara2415.blogspot.com/2016/10/analisis-stilistika-dmbb.html
19