Atheis
1974 :: Drama :: 127 menit
Sinopsis
Tema sentralnya adalah keberadaan Tuhan. Sebuah bom atom meledak di
Hiroshima dengan derita yang menyertainya, merupakan awal film. Hasan (Deddy
setengah-setengah, dan pegawai Perusahaan Air Minum di Bandung pada tahun 40an.
Waktu anak-anak jatuh cinta pada Rukmini (Christine Hakim), tapi waktu dewasa
terpesona pada Kartini (Emmy Salim), perempuan bebas dan berpaham modern. Emmy
ini bergaul erat dengan Rusli (Kusno Sudjarwadi), partisan yang bergerak di bawah
tanah dan sahabat masa kecil Hasan. Tokoh-tokoh ini, ditambah lagi dengan Anwar
(Farouk Afero) yang nihilis, menjelaskan tema dan alur konflik tentang kolot-modern,
dan soal Tuhan. Hasan yang peragu dan terombang-ambing, suatu saat melihat
kenyataan paling pahit dalam hidupnya: istrinya, Kartini, menginap satu losmen dengan
Anwar. Tokoh lainnya juga berakhir dengan kematian. Rusli ditembak Kempetai. Hasan
pun tertembak Jepang saat dendamnya terlunasi, dan bersamanya berakhir pula
pengejaran cakrawala yang dilukiskan saat Hasan kecil. Ada beberapa shot yang
RINGKASAN
Hasan adalah seorang pemeluk Islam yang taat beribadah, begitu juga dengan
orang tuanya adalah pemeluk Islam yang fanatic. Oleh orang tuanya Hasan
disekolahkan di MULO. Di sekolah itu dia bertemu dengan seorang gadis cantik yang
bernama Rukmini.
Hubungan keduanya semakin akrab hingga akhirnya mereka saling jatuh cinta.
Rupanya kisah cinta mereka tidak bisa berlangsung lama, oleh orang tuanya, Rukmini
disuruh kembali ke Jakarta karena akan dipinang oleh seorang saudagar kaya.
Karena Rukmini adalah anak yang berbakti pada orang tuanya, sudah
menerima pinangan suadagar kaya tersebut meski pernikahan itu tidak disertai rasa
cinta.
yang telah lama dianut orang tuanya. Walaupun dalam masa sulit, Hasan tdak
berubah ketika dia bertemu teman lamanya, yaitu Rusli. Rusli datang bersama seorang
wanita cantik bernama Kartini. Ia adalah perempuan modern dan pergaulanya bebas. Ia
juga seorang janda. Ternyata sejak perjumpaan itu, Hasan menaruh hati pada Kartini,
Kartini. Karena memiliki dasar agama yang kuat. Hasan mencoba untuk menyadarkan
Kartini dan Rusli dengan memberikan ceramah-ceramahnya, tetapi karena Rusli juga
pandai bicara. Kemudian dialah yang berbalik menasihati Rusli. Tanpa disadari,
terpengaruh. Namun keyakinanya mulai goyah ketika dia dikenalkan dengan seorang
yang tidak percaya Tuhan, yaitu Anwar. Pengetahuan Anwar tentang ketuhanan begitu
luas.
Sejak saat itulah pemahaman Hasan tentang agama mulai berubah. Ia mulai
semakin bebas. Ia kemudian menikahi Kartini, tetapi pernikahan itu tidak diakui secara
Islam karena tidak sesuai dengan syariatnya. Pernikahan mereka didasarkan atas rasa
hubungan Kartini dengan Anwar semakin dekat. Hasan menganggap Kartini telah
selingkuh, tetapi kejadian itu telah menyadarkan kembali Hasan tentang agama. Ia
menyesal dan merasa berdosa atas apa yang telah diperbuat. Pergaulan bebasnya
dengan teman-teman yang tidak percaya Tuhan membuatnya tersesat dan ragu dengan
keberadaan Tuhan.
ayahnya sedang sakit keras. Ternyata ayahnya tidak mau memaafkan Hasan, bahkan
sampai maut menjemputnya, ayah Hasan tetap berada pada pendirianya. Hasan merasa
bahwa semua itu terjadi karena perbuatan Anwar. Ia dendam pada Anwar dan berniat
ingin membunuhnya.
Suatu malam, ia berencana ingin membunuh Anwar, kemudian ia mencari Anwar. Karena
pada waktu itu situasi sedang tidak aman, maka diberlakukan jam malam. Namun, naas
menimpa Hasan, belum sempat ia membunuh Anwar, ia malah tertembak peluru di
UNSUR INSTRINSIK
A. TEMA : Persoalan antara Manusia dengan Tuhan.
B. AMANAT :
1. Turutilah perintah ayah dan ibumu, kepada orang-orang tua dan rajinlah
bersembahyang dan mengaji.
2. Jangan suka menyiksa hewan dan mengumpat orang lain.
3. Sembayanglah seperti kau akan mati besok.
4. Tetaplah setia pada pendirianmu sendiri.
5. Jangan sampai cinta membuatmu lupa akan akhirat. Alangkah baiknya, cinta
bukan hanya untuk lawan jenis, tetapi untuk Tuhan kita juga.
6. Dalam mengambil tindakan/ keputusan hendaknya dipikirkan terlebih
dahulu.
C. ALUR : Campuran
Alur ceritanya adalah sebagai berikut :
1. Penyelesaian
Hasan meninggal dunia. (Bagian I)
2. Peleraian
Tokoh “aku” ketika bersama Hasan (Bagian II)
3. Perkenalan
Perkenalan tokoh-tokoh serta latar tempat, waktu dalam novel oleh tokoh “aku”
sebagai Hasan.
(Bagian III)
4. Konflik 1
Melihat cara bergaul Kartini dan Rusli yang menyimpang, Hasan ingin
menyadarkan mereka menuju
jalan yang benar. (Bagian IV)
5. Konflik 2
Hasan mulai menyukai Kartini. (Bagian IV)
6. Konflik 3
Hasan sedikit terpengaruh oleh cara bergaul Kartini dan Rusli. (Bagian IV)
7. Konflik 4
Hasan tidak menyukai sikap Anwar saat mereka bertemu. (Bagian V)
8. Konflik 5
Hasan benar-benar terjerumus ke dalam pergaulan atheis. (Bagian VI-VII)
9. Konflik 6
Hasan pulang kampung ke Garut dan berdebat dengan ayahnya. (Bagian IX)
10. Konflik 7
Hasan menikah dengan Kartini. (Bagian XI)
11. Konflik 8
Kartini menemukan surat-surat yang membuatnya tidak percaya terhadap
Hasan. (Bagian XII)
12. Klimaks
Hasan bertengkar hebat dengan Kartini hingga Kartini dipukuli olehnya. Sampai
akhirnya Kartini
berniat pergi ke kampung halamannya, namun ia bertemu dengan Anwar. Lalu
mereka pergi ke sebuah penginapan. (Bagian XII-XIV)
13. Peleraian
Mengetahui ayahnya meninggal, Hasan mulai sadar untuk kembali ke jalan yang
benar. Pada saat itu ia mengetahui bahwa Kartini pernah ke penginapan bersama
Anwar. Hasan pun mencari Anwar untuk membuat perhitungan. (Bagian XV)
14. Penyelesaian
Hasan tertembak, lalu meninggal dunia. (Bagian XV)
D. PENOKOHAN :
1. TOKOH UTAMA
a. Hasan :
1) Penurut
Bukti : aku merasa bahwa aku adalah seorang anak yang mau
menurut....(hal 21)
2) Sering berbohong
Bukti : .....jawabku berbohong(hal 50)
3) Pencemburu
Bukti : Kadang-kadang ia suka pula membikin aku cemburuan...(hal 110)
4) Tidak berpendirian tetap
Bukti : Tidak setia pada pendirian sendiri.(hal 137)
5) Penakut
Bukti pada Bagian IX.
b. Kartini :
1) Berideologi tegas dan radikal
Bukti : Ya bung pengalamannya .....(hal 38)
2) Setia
Bukti : terdapat pada Bagian XIV
c. Anwar
1) Periang
Bukti :.....ternyata seorang periang.(hal 102)
2) Tidak konsekwen
Bukti : ...tidak konsekwen(hal 132)
3) Anarkhis
4) Suka mencuri
5) Tidak sopan
6) Cari perhatian
2. TOKOH SAMPINGAN
a. Rusli : pandai, atheis.
b. Raden Wiradikarta : sangat saleh dan alim (hal 16)
c. Ibu Hasan : sangat saleh dan alim (hal 16)
d. Haji Dahlan : penasehat yang baik (hal 18)
e. Kiyai Mahmud : seorang guru tarekat yang baik (hal 19)
f. Fatimah : baik hati, rajin, penurut
g. Bung Parta : pandai (hal 112)
h. Bibi Hasan : baik (hal 47), rajin beribadat (hal 48)
i. Minah : penurut, baik
j. Mimi : baik, jujur, selalu ingin tahu
k. Ibu Kartini : serakah (hal 38-39)
l. Pak Artasan :sopan (hal 142), pandai mendongeng (143),
penakut, percaya pada hal mistik
m. Pak Ahim : sopan (hal 142), penakut, percaya pada hal mistik
n. Amat : terbuka, jujur
o. Siti : pandai mendongeng, rajin beribadat ( hal 23 )
3. TOKOH ANTAGONIS
a) Batin Hasan.
4. TOKOH PROTAGONIS
a) Hasan.
5. TOKOH TRITAGONIS
a) Batin Hasan.
E. LATAR
1. Latar Tempat
a. Kantor Kotapraja, Bandung ( hal 30)
b. Kota Bandung (hal 36,99)
c. Garut (hal 16)
d. Sasak gantung 18 rumah Bibi Hasan (hal 32)
e. Kebun Manggu 11 rumah Rusli (hal 32)
f. Bioskop (hal 119)
g. Lengkong Besar 27 (hal 27)
h. Halte Wanaraja (hal 131)
i. Kuburan Garawangsa (hal 146)
j. Penginapan (bagian XIV)
2. Latar Waktu
a) Sore hari saat Hasan pergi ke rumah Rusli. (Bagian IV)
b) Malam hari saat Hasan memikirkan bagaimana cara mengislamkan Rusli dan
Kartini. (hal 55)
c) Esok hari setelah Hasan ke rumah Rusli saat Hasan hendak pergi ke rumah
Rusli. (hal 56)
d) Malam rabu ketika Hasan bertemu Kartini di Gang Asmi (hal 80-86).
e) Hari minggu ketika Rusli mengunjungi Hasan.
f) Hari sabtu saat Rusli, Kartini dan Hasan bertemu Anwar.
g) Malam hari saat Hasan dan Kartini pergi bersama.
h) Malam jum’at ketika Anwar dan Rusli pergi ke kuburan Garawangsa. (hal
147)
i) 12 Februari 1941 saat Hasan menikah dengan Kartini. (hal 165)
j) 1 Oktober setelah Hasan dan Kartini menikah kira-kira tiga tahun
setengah. (hal 147)
k) Empat tahun setelah Hasan dan Kartini menikah terjadi perselisihan antara
Hasan dan Kartini.
3. Latar Suasana
a. Sedih ketika Hasan meninggal dunia.
b. Mengharukan saat Hasan berpisah dengan Rukmini, saat Hasan berdebat
dengan kedua orang tuanya.
c. Menakutkan saat Hasan dan Anwar berjalan menyusuri kuburan Garawangsa.
d. Menegangkan saat Hasan memarahi dan memukuli Kartini.
e. Romantis saat Hasan dan Kartini jatuh cinta.
F. SUDUT PANDANG
Dalam novel ini pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu
“aku” sebagai pencerita dan pengamat.
G. GAYA BAHASA
Dalam novel ini pengarang banyak menggunakan majas sebagai berikut :
1) Majas Asosiasi atau Perumpamaan
S Suaranya menggores tajam dalam hatiku seperti suara paku diatas batu tulis.
(hal 10)
S Seperti kucing yang sabar menunggu-nunggu kesempatan untuk menyergap
tikus yang sedang diintainya, ......(hal 65)
S Rupanya perkataan Ayah laksana jari yang melepaskan cangkolan gramopon
yang baru diputar. (hal 17)
2) Majas Hiperbola
S Semuanya kelihatannya sangat lesu juga. Serupa onggokan- onggokan daging
juga yang tak berdaya apa-apa pula. (hal 7)
S Aku agak malu , terasa darah membakar telinga lagi. Hidung bergerak tak
keruan. (hal 42)
3) Majas Metafora
S Sungguh lokomotip yang rakus ia! (hal 65)
Selain itu pengarang juga menggunakan bahasa Belanda seperti :
1. In de nood leert men bidden (hal 20)
2. Zeer eenvoudig(hal 104).
3. Ik ben een god in het diepst van mijngedachten (hal 104).
4. Heerlijk zeg! Gestolen vruchten smaken inderdaas zoet (hal 162).
“SITI NURBAYA( KASIH TAK SAMPAI)”
I. Identitas Buku
Nama Pengarang : Marah Rusli. Seorang Minang yang berpendidikan Belanda dalam
Sinopsis
Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, Maka bisa dikatakan
itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti
cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman ayah yang sangat disayanginya.
Ayahnya adalah seoranga pedagang yang terkemuka di Kota Padang. Sebagian modal
usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgi.
Pada mulanya usaha pedagangan baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat, hal
itu tidak dikehendaki leh rentenir seperti Datuk Maringgi. Maka untuk melampiaskan
keserakahannya Datuk Maringgi menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik
Baginda Sulaiman dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin
dan tak sanggup membayar utang-utangnya pada Datuk Maringgih dan inilah
sudah tak berdaya agar melunasi semua hutang-hutangnya boleh hutang tersebut
dianggap lunas asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya putrinya
Menghadapi kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak
sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang
Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan
muda berlia harus menikah dengan Datuk Maringgi yang sudah tua bangka dan berkulit
kasar seperti katak. Lebih sedih lagi ketikaIa teringat Samsul Bahri kekasihnya yang
sedang sekolah di Stovia Jakarta. Sungguh berat memang namun demi keselamatan
Maringgi.
Samsul Bahri yang ada di Jakarta mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya,
Terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib
yang dialami keluarganya. Pada suatu hari ketika Samsul Bahri dalam liburan kembali
ke Padang, Ia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi
menjadi istri Datuk Maringgi. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgi sehingga
terjadi keributan. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah
terbaring karena sakit keras. Baginda Sulaiman berusaha bangkit tetapi akhirnya
Mendengar itu Ayah Samsul Bahri yaitu Sultan Mahmud Syah yang kebetulan
menjadi penghulu Kota Padang, malu atas perbuatan anaknya sehingga Samsul Bahri
harus kembali ke Jakarta dan Ia berjanji untuk tidak kembali lagi kepada keluarganya
di Padang. Datuk Maringgi juga tidak tinggal diam karena Siti Nurbaya di usirnya.
Tak lama kemuadian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang
beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti
Nurbaya itu terdengar oleh Samsul Bahri sehingga dia menjadi putus asa dan mencoba
melakukan bunuh diriakan tetapi mujurlah karena ia tak meninggal sejak saat itu
dan tindakan kejahatan akibat ulah Datuk Maringgi dan orang-orangnya Samsul bahri
yang telah berpangkat Letnan dikirim un tuk melakukan pengamanan. Samsul Bahri
yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota padang. Ketika
bertemu dengan Datuk Maringgi dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi
Samsul Bahri menembaknya Datuk Maringgi jatuh tersungkur, Namun sebelum tewas
ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsul Bahri sempat bertemu dengan orang tuanya.
Komposisi ceritanya layak diterima dan masuk akan dan tidak membahas kawin paksa
saja tetapi mengungkap secara objektif yaitu soal jemputan adat yang kuat dalam
Pengarangnya terlalu mudah untuk membunuh pelaku-pelaku di dalam cerita dan dialog
satu pelaku terlalu panjang sehingga pelaku yang lain diam tidak kebagian cerita. Hal
yang seperti itu tidak mungkin ada di kehidupan masyarakat. Hal-hal lain memberikan
kesan pertentangan antara kaum kolot yang masih mempertahankan adat dan kaum
Menurut Bakri Siregar, diksi dalam Sitti Nurbaya tidak mencerminkan gaya bahasa
Marah Rusli sendiri, melainkan bahasa Melayu dengan "gaya Balai Pustaka", yang
diwajibkan penerbit itu. Akibatnya, gaya Rusli yang dipengaruhi sastra lisan itu, yang
Bahasa melayu yang fasih dan sesuai dengan zaman pada waktu itu.
Sitti Nurbaya
Sitti Nurbaya adalah salah satu protagonis utama. Menurut penulis cerpen dan
kritikus sastra Indonesia Muhammad Balfas, Nurbaya merupakan tokoh yang dapat
mengambil keputusan sendiri, sebagaimana terwujud ketika dia memutuskan untuk
mendorong Samsul, dan pelariannya dari Meringgih setelah ayahnya meninggal. Dia
juga cukup mandiri untuk pergi ke Batavia sendiri untuk mencari Samsul. Tindakannya
dianggap melanggar adat, dan ini akhirnya membuat dia diracuni. Kecantikannya,
sehingga disebut "bunga Padang", dianggap sebagai wujud fisik dari hatinya yang baik
dan beradab.
Samsul Bahri
Samsul bahri adalah protagonis pria utama. Dia dinyatakan sebagai orang yang
berkulit kuning langsat, dengan mata sehitam tinta; namun, dari jauh, dia dapat dikira
orang Belanda. Sifat fisik ini dijelaskan oleh Keith Foulcher, seorang dosen bahasa
dan sastra Indonesia di Universitas Sydney, sebagai wujud sifatnya yang suka menjadi
seperti orang Belanda. Penampilannya yang menarik juga dianggap sebagai wujud
Datuk Meringgih
Datuk Meringgih adalah antagonis utama dari novel. Dia seorang pedagang yang
dibesarkan di keluarga yang miskin, lalu menjadi kaya setelah masuk ke dunia kriminal.
Balfas menyatakan bahwa dorongan utama Meringgih dalam cerita ialah rasa iri dan
keserakahan, sebab dia tidak dapat "menerima bahwa ada yang lebih kaya daripada
dia". Balfas beranggapan bahwa Meringgih adalah tokoh yang "digambarkan dengan
hitam dan putih, tetapi mampu untuk menyebabkan konflik di sekitarnya". Menjelang
Sebagai pelaku tambahan (Toloh Protagonis), Ayahnya Samsul Bahri yang berwatak:
2. Amanat
Pesan utama dari novel disampaikan dengan dialog panjang antara tokoh-tokoh dengan
dikotomi moral, untuk menunjukkan alternatif dari pendirian penulis dan, dengan
demikian, "menunjukkan alasan yang jelas mengapa penulis itu benar". Namun,
pandangan yang "benar" (punya penulis) ditunjukkan dengan kedudukan sosial dan
Cinta itu tidak dapat dipaksakan. Cinta itu tidak dapat dikekang. Kita tidak bisa
memelihara cinta dalam ruang yang terbatas, karena hakikatnya cinta itu bebas.
• Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja
• Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu
menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati.
kehidupan keluarga.
• Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan
hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan
• Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari
persoalan hidup.
3. Tema
menjelaskan perselisihan antara nilai Timur dan Barat. Novel ini juga pernah
panjang" melawan adat. Namun, menurut Balfas tidaklah adil apabila Sitti Nurbaya
dianggap hanya sebuah cerita tentang kawin paksa, sebab hubungan antara Nurbaya
dan Samsul dapat diterima masyarakat. Dia menegaskan bahwa novel ini merupakan
4. Alur : Maju
Cerita novel “Siti Nurbaya” ini ceritanya benar-benar dimulai dari eksposisi,
ceritanya secara terurut atau secara alamiah. Artinya urutan waktu yang urut dari
pengamat yang maha tahu dan bahkan mampu berdialog langsung dengan pembaca.
Unsur Ekstrinsik yang Menonjol
B. Unsur Ekstrinsik
hidup.
menggebrak Sastra Indonesia Modern dengan melncurkan novel ini dengan gaya
bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis adalah pandangan hidup ke depan dan penuh
inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga terkekang dengan adat istiadat lama.
Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan
Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih
kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat
4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton, dan
gaya bahsanya hanya itu saja, jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan
Kesimpulan
Dari gambaran novel Siti Nurbaya yang secara rinci telah memberikan sebuah
pengalaman yang sangat penting terhadap kehidupan sosial, karena kisah tersebut
menggambarkan nilai-nilai, baik nilai sosial, nilai kebudayaan , nilai agama maupun nilai
pendidikan. Sebagaimana telah kita ketahui tentang sikap-sikap yang telah dilakukan
oleh para tokoh, ada sikap-sikap yang perlu kita contoh seperti samsul bahri dan sikap
yang tidak perlu dicontoh adalah Datuk Maringgih yang selalu meresahkan orang lain.
Berkali-kali buku Siti Nurbaya dibaca, berkali-kalin pula ditemukan keindahan yang
berbeda, berkali-kali ditemukan misteri yang tak sama . Novel ini menggambarkan
tentang cinta yang indah. Tentang patriotisme. Dan perjuangan nilai-nilai kemanusiaan
yang ada pada setiap zaman, secara garis besar novel ini menggambarkan sebuah
percintaan yang tidak sampai pada tujuan , walaupun begitu kesetiaan tetap ada.