Anda di halaman 1dari 17

DOSEN PENGAMPU : NOORMALIAH, M.

Pd
DISUSUN OLEH

1. Haris Suparlan (3062156185)


2. Lusiana Perda (3062156097)
3. Rini Ayu Safitri (3062156105)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
STKIP PGRI BANJARMASIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Kami mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas Makalah tentang outbound
dan life skill pramuka ini dapat Kami selesaikan dengan baik. Penyusun juga
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu Kami dalam
menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik materi maupun penyajian serta penulisan yang tidak sesuai. Untuk
itu Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, dan Kami juga mengharapkan kritik
dan juga sarannya kepada semua pihak demi kesempurnaan penulisan makalah ini
dan perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang. Terima kasih.

.
Banjarmasin, Oktober 2021
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusdan Masalah ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3
A. Outbound ........................................................................... 3
1. Pengertian Outbound ..................................................... 3
2. Sejarah outbound .......................................................... 3
3.Macam-macam outbound ............................................. 3
4. Tujuan outbound: ....................................................... 4
5. Manfaat outbound: ........................................................ 5
B. Life Skill .............................................................................. 5
1. Konsep Pendidikan Life Skill ........................................ 5
2. Tujuan Pendidikan Life Skill ........................................ 9
3. Peranan Pendidikan Life Skill di Indonesia ................... 11
BAB III PENUTUP .............................................................................. 13
A.Simpulan ............................................................................. 13
B.Saran ...................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pramuka adalah perkumpulan gerakan pendidikan kepanduan kebangsaan
Indonesia untuk anak-anak, pemuda dan warga negara Republik Indonesia. Badan-
badan yang sama sifatnya atau yang menyerupai perkumpulan Gerakan Pramuka
dilarang adanya (Keputusan Presiden No. 238 Tahun 1961). Dalam
perkembangannya gerakan pramuka merupakan sebuah gerakan yang bersifat
nasional untuk membangun karakter kebangsaan warga negara Indonesia. Gerakan
Pramuka yang merupakan singkatan dari Gerakan Pendidikan Kepanduan Praja Muda
Karana tidak serta merta bahwa Kepanduan hilang dari Gerakan Pramuka, karena
tidak banyak yang paham bahwa Pramuka merupakan sebuah singkatan atau yang
sering dikenal dengan “Praja Muda Karana” yang artinya “pemuda yang suka
berkarya”. Oleh sebab itu, perlunya pembina bahkan pelatih memahami hal-hal yang
dianggap kecil tersebut untuk membentuk jiwa-jiwa Pramuka yang diharapkan
bangsa Indonesia.
Kebijakan dari pemerintah yang juga berbeda dengan sifat Kepanduan yaitu
sukarela, Pemerintah melalui Kemendikbud mewajibkan Pramuka masuk dalam
ranah pendidikan, khususnya pendidikan formal. Diawali kebijakan pada masa Orde
Baru dengan mewajibkan seragam wajib sekolah dengan seragam Pramuka pada hari-
hari tertentu hingga dengan adanya program pendidikan karakter serta dikuatkan
dengan adanya kurikulum 2013 yang dalam hal ini Pramuka merupakan
ekstrakurikuler wajib di setiap sekolah mulai pendidikan dasar hingga pendidikan
menengah. Hal tersebut sesuai dengan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum pada lampiran III, sehingga Pramuka sama seperti
halnya mata pelajaran wajib di sekolah dan masuk dalam kurikulum wajib sekolah.
Namun, bagaimanakah kenyataan di lapangan mengenai ekstrakurikuler
wajib Pramuka di sekolah? Bagaimana respon siswa sebagai sasaran didik dan
bagaimana peran pembina Pramuka maupun guru yang diberi tugas membina
Pramuka di sekolah? Kemudian juga bagaimana kesiapan dari sekolah mengenai apa-
apa yang dibutuhkan dalam mendukung ekstrakurikuler wajib tersebut. Karena

1
kurikulum tersebut merupakan kurikulum baru yang memang sebelum-sebelumnya
belum ada di sekolah. Sedangkan Pramuka yang merupakan sebuah ekstrakurikuler
sama halnya dengan ekstrakurikuler lainnya. Menjadi sebuah permasalahan ketika
sebuah sekolah yang dahulunya belum pernah mengadakan ekstrakurikuler Pramuka
dan juga belum memiliki Pembina Pramuka akan kelabakan mencari Pembina yang
mau dan mampu membina ekstrakuler wajib Pramuka. Yang menjadi masalah lagi
adalah bagaimana anggaran sekolah dan bagaimana juga dengan kesejahteraan para
pembina. Atau bahkan ada oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan kebijakan
tersebut hanya untuk mencari keuntungan.
Sebagai ektrakurikuler wajib di sekolah, kegiatan pramuka harus mengarah ke
pencapaian tujuan kepramukaan. Tujuan tersebut tentu hanya dapat dicapai jika
pelaksanaan pelatihan pramuka dikelola dengan baik dan tidak hanya asal berjalan.
Manajemen ekstrakurikuler ini perlu melibatkan berbagai pihak. Menurut George R.
Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Oleh sebab itu perbaikan manajemen ekstrakurikuler pramuka di sekolah
penulis yakni mendesak dan krusial dibenahi. Penulis memiliki gagasan pengelolaan
ekstrakurikuler pramuka dengan manajemen yang mengacu pada pendapat George R.
Terry merumuskan fungsi-fungsi manajemennya sebagai POAC (Planning,
Organizing, Actuating, Controlling).

B. Rumusdan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mendapatkan fokus permasalahan
sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian, tujuan dan manfaat dari Outbound ?
2. Jelaskan pengertian, tujuan dan manfaat life skill ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Outbound
1. Pengertian Outbound
Outbound adalah suatu bentuk dari pembelajaran segala ilmu terapan yang
disulasikan dan dilakukan di alam terbuka atau tertutup dengan bentuk
permainan yang efektif, yang menggabungkan antara intelegensia, fisik dan
mental.
2. Sejarah outbound
Outbound merupakan inovatif yang ditemukan oleh cendikiawan
berkebangsaan Jerman yang bernama Dr. Kurt Hant. Beliau lahir di Jerman
pada tanggal 5 Juni 1886. Ilmu dan ide terapan pendidikan inovatif outbound
Kurt Hant bertahan dan berkembang sampai saat ini. Sekarang semua kegiatan
outbound di sesuaikan dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan yang di target.
3.Macam-macam outbound
 Berdasarkan pemainnya outbound:
a) Outbound Anak/Kids
Outbound anak adalah suatu kegiatan outbound yang dilakukan oleh anak-
anak yang berumur berkisar antara umur 5 tahun keatas sampai umur 15
tahun. Biasanya outbound anak bertujuan mengembangkan kepencayaan diri ,
keberanian dan daya kretifitas.
b) Outbound Dewasa/adult
Outbound dewasa adalah suatu kegiatan outbound yang di lakukan oleh
sesorang berumur lebih dari tujuh belas tahun keatas. Outbound dewasa
memiliki beragam permainan yang memacu jantung atau andrenalin seperti
arum jeram, art rope dan lain lain.
 Berdasarkan jenis game outbound:
a) Outbound Soft Skill
Outbound soft skill adalah kegiatan outbound yang dilakukan untuk
pengembangan personal dan interpersonal, biasanya berupa kemampuan
(bakat)atau keterampilan.Permainan outbound soft skill ini dirancang

3
sedimikian rupa sehingga tidak perlukan fisik yang berlebih untuk
melakukanya.
b) Outbound Hard Skill
Outbound hard skill adalah kegiatan outbound yang dilakukan
untuk ketrampilan teknis atau penguasaan bidang sesorang sehingga mudah
dilakukan dan diterapkan. Biasanya outbound di fokuskan untuk ketrampilan
seseorng sehingga diperlukan kecepatan dan ketepatan.

 Bedasarkan permainan outbound populer:


a) Outbound Training
b) Arum jeram (rafting)
c) Paint Ball (war game)
d) High Rope aktivity seperti Flaying Fox
e) Fun Outing
f) Family Gathering
g) Camping
4. Tujuan outbound:
a) Team building
Team building adalah bentuk dari peningkatan hubungan kerjasama, solid,
sinergi dan kekompakan tim atau kelompok.
b) Team work
Team work adalah suatu bentuk kerjasama tim untuk mencapai tujuan
bersama
c) Komunikasi.
Komunikasi adalah suatu proses dan tata cara menyampaikan informasi yang
tepat kepada seseorang maupun kelompok.
d) Leadhersip
Leadership adalah kekuatan proses dalam mempengaruhi seseorang atau
kelompok untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
e) Konsentrasi
Kosentrasi adalah proses peningkatan daya fokus dan daya ingat fikiran
seseorang terhadap sesuatu.

4
f) Kreatifvitas
Kretivitas adalah suatu proses peningkatan suatu daya cipta atau ide baru
untuk dikembangkan.
g) Strategi Planning
Strategi planning adalah suatu perencanaan dari segi manajemen untuk
mencapai sasaran atau tujuan.
h) Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menelaah dan menyelidiki sesuatu
sehingga mudah dipahami dan dipecahakan.
i) Conviden
Covidence adalah peningkatan percaya diri terhadap kemampuan yang di
milikinya.

5. Manfaat outbound:
1. Menjalin Silahturohmi
2. Melepas penat atau kejenuhan rutinitas
3. Mendapatkan ilmu materi yang diisipkan dalam permainan outbound
4. Lebih mengenal lingkungan
5. Membangun percaya diri
6. Menganalisa kemampuan seseorang untuk keperluan manajemen

B. Life Skill
1. Konsep Pendidikan Life Skill
Manusia dapat eksis dalam kehidupannya adalah karena hasil dari proses
pendidikan. Proses pendidikan tersebut dilaksanakan secara sadar atau tidak
sadar, disengaja atau tidak disengaja yang pasti setiap orang akan mengalami
proses pendidikan. Karena pendidikan berlangsung setiap saat dimanapun
berada, baik anak-anak maupun dewasa serta orang tua semuanya mengalami
proses pedidikan, sebab secara alamiah setiap orang akan selalu belajar dari
lingkungan dimana ia berada.

5
Secara filosofis pendidikan diartikan sebagai proses perolehan pengalaman
belajar yang berguna bagi peserta didik, sehingga siap digunakan untuk
menyelesaikan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan juga
sebagai hasil transaksi, yaitu proses memberi dan mengambil, antara manusia
dan lingkungan. Pendidikan merupakan proses dan dengan itu manusia
mengembangkan dan menciptakan keterampilan-keterampilan yang diperlukan
untuk merubah dan memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan
lingkungannya.
Mengenai pengertian dari pendidikan life skill atau pendidikan kecakapan
hidup terdapat bermacam-macam pendapat, akan tetapi esensinya tetap sama.
1. Brolin (1980) life skill atau kecakapan hidup adalah sebagai pengetahuan
dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar menjadi independen
dalam kehidupan.
2. Malik fajar (2002) mengatakan bahwa life skill adalah kecakapan yang
dibutuhkan untuk bekerja selain kecakapan dalam bidang akademik.
3. Broad Base Education depdiknas mendefinisikan bahwa life skill adalah
kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani dan mau menghadapi
segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif sehingga dapat
menyelesaikannya.
4. Slamet PH mendefinisikan life skill adalah kemampuan, kesanggupan dan
keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan
kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kecakapan tersebut mencakup
segala aspek sikap perilaku manusia sebagai bekal untuk menjalankan
kehidupannya.
5. The World Health Organization mendefinisikan life skill sebagai
kemampuan untuk menyesuaikan diri dan berperilaku positif yang
memungkinkan seseorang untuk menghadapi tantangan sehari-hari.
6. Sutjipta mendefinisikan life skill sebagai kecakapan yang diperlukan agar
seseorang mampu dan berani menghadapi problema kehidupan dan
memecahkannya secara arif dan kreatif. Menurut Sutjipta life skill
memiliki ciri-ciri disiplin, jujur, sehat dan bugar, pekerja keras, ulet,
tekun, mandiri, pandai memanfaatkan dan mencari peluang, penuh

6
inisiatif, mampu bekerjasama dengan orang lain, kreatif, menghargai
waktu, dan berani mengambil resiko.

Pada intinya pendidikan life skill adalah pendidikan yang memberikan


modal dan bekal dasar yang dilakukan secara benar kepada peserta didik
tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi
perkembangan kehidupan peserta didik. Dengan demikian pendidikan life skill
harus dapat merefleksikan kehidupan nyata dalam proses pengajaran agar
peserta didik memperoleh kecakapan hidup tersebut, sehingga berguna bagi
kehidupan peserta didik.
Sedangkan pelaksanaan pendidikan life skill adalah bervariasi,
disesuaikan dengan kondisi anak dan lingkungannya, namun memiliki prinsip-
prinsip umum yang sama. Berikut ini adalah prinsip umum pendidikan life
skill, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan di Indonesia :
1. Tidak mengubah system pendidikan yang berlaku
2. Tidak harus dengan mengubah kurikulum, tetapi yang diperlukan
adalah penyiasatan kurikulum untuk diorientasikan dan diintegrasikan
kepada pengembangan kecakapan hidup.
3. Etika-sosio-religius harus dibiasakan dalam proses pendidikan
4. Pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to be,
dan learning to live together.
5. Pelaksanaan pendidikan life skill dengan menerapkan menejemen
berbasis sekolah (MBS).
6. Potensi wilayah sekitar sekolah dapat direfleksikan dalam
penyelenggaraan pendidikan, sesuai dengan prinsip pendidikan
kontekstual dan pendidikan berbasis luas (broad base education).
7. Paradigma learning for life and school to work dapat dijadikan dasar
kegiatan pendidikan, sehingga terjadi pertautan antara pendidikan
dengan kehidupan nyata peserta didik.
8. Penyelenggaraan pendidikan harus selalu diarahkan agar peserta didik
menuju hidup yang sehat, dan berkualitas, mendapatkan pengetahuan

7
dan wawasan yang luas serta memiliki akses untuk mampu memenuhi
hidupnya secara layak.
UNICEF dan UNESCO membagi life skill menjadi dua bagian kategori :
1. Learning to Know, merupakan kemampuan kognitif yang meliputi :
a) Kemampuan membuat keputusan dan memecahkan masalah :
Kemampuan mengumpulkan informasi
Mengevaluasi akibat masa mendatang pada diri dan lingkungan
dari tindakan masa sekarang
Menentukan solusi alternatif dari suatu masalah
b) Kemampuan berpikir kritis :
Menganalisa pengaruh media dan lingkungan
Menganalisa sikap, nilai, norma sosial dan keyakinan dan
faktor lain yang mempengaruhi
Mengidentifikasi informasi yang relevan dan sumber informasi
2. Learning to be, merupakan kemampuan personal yang meliputi :
a) Kemampuan untuk meningkatkan pengendalian internal diri
Kemampuan menghargai diri dan membangun kepercayaan
diri
Sadar diri meliputi sadar hak, kewajiban, nilai, sikap,
pengaruh, kelebihan, dan kelemahan
Kemampuan mengatur dan menetapkan tujuan
Kemampuan evaluasi diri, menilai diri, dan memantau diri
b) Kemampuan untuk mengendalikan perasaan
Anger management/pengendalian kemarahan
Mampu menghadapi kehilangan dan trauma
c) Kemampuan untuk mengendalikan tekanan
Berfikir positif
Relaksasi
3. Learning to Live Together, kemampuan interpersonal yang meliputi :
a) Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Verbal dan Nonverbal

8
Mengungkapkan perasaan ; memberi dan menerima
masukan
b) Kemampuan Bernegosiasi dan Menolak
Negosiasi dan Manajemen Konflik
Kemamapuan mempertahankan
Kemampuan untuk menolak
c) Empati
Kemampuan mendengarkan dan memahami keadaan orang
lain dan menunjukkan pemahaman tersebut
d) Kerjasama kelompok
Menunjukkan sikap hormat terhadap kontribusi pihak lain
dan yang berbeda pendapat
Menaksir kemampuan diri dan memberikan kontribusi
kepada kelompok
e) Kemampuan Advokasi
Kemampuan mempengaruhi dan membujuk
Kemampuan memotivasi dan membentuk jaringan

2. Tujuan Pendidikan Life Skill


Secara normatif, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan tujuan pendidikan
nasional Indonesia adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak yang mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka peranan dan fungsi serta tugas dari
pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah adalah mempersiapkan
peserta didik agar mampu : (1) mengembangkan kehidupan sebagai pribadi,
(2) mengembangkan kehidupan untuk bermasyarakat, (3) mengembangkan
kehidupan untuk bernegara dan berbangsa, (4) mempersiapkan peserta didik
9
untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Konsekuensinya adalah apa
yang diajarkan harus menampilkan sosok utuh keempat kemampuan tersebut.
Maka untuk menjawab tantangan diatas, Pendidikan life skill muncul sebagai
alternatif dan usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut.
Dalam arti yang sesungguhnya pendidikan life skill memerlukan
penyesuaian-penyesuaian dari pendekatan supply-driven menuju ke demand
driven. Pada pendekatan supply driven, apa yang diajarkan cenderung
menekankan pada school based learning yang belum tentu sepenuhnya sesuai
dengan nilai-nilai kehidupan nyata yang dihadapi oleh peserta didik. Pada
pendekatan demand driven, apa yang diajarkan kepada peserta didik
merupakan refleksi nilai-nilai kehidupan nyata yang dihadapinya sehingga
lebih berorientasi kepada life skill-based learning.
Pada intinya, pendidikan life skill ini ditujukan untuk perkembangan
pendidikan yang semakin baik di masa mendatang. Garis besar tujuan
pendidikan life skill sebagai berikut :
1.) Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat memecahkan
permasalahan yang dihadapi
2.) Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan
pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis
luas
3.) Pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah, dengan memberi
peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah
4.) Mengembangkan potensi manusiawi peserta didik menghadapi perannya
dimasa mendatang
5.) Membebankan pembelajaran yang fleksibel dan memanfaatkan potensi
SDM yang ada di masyarakat dengan prinsip Manajemen Berbasis
Sekolah
6.) Membekali peserta didik dengan kecakapan hidup sebagai pribadi yang
mandiri.

10
3. Peranan Pendidikan Life Skill di Indonesia
Secara historis, Pendidikan sudah ada sejak manusia ada di muka bumi.
Ketika sistem kehidupan masih sederhana, orang tua mendidik anaknya, atau
anak belajar dari orang tuanya atau dari lingkungan sekitarnya. Landasan
Yuridis Pendidikan Life skill mengacu pada Undang-undang Republik
Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 1
ayat (1) dijelaskan pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Jadi pada akhirnya tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik agar
nantinya mampu meningkatkan dan mengembangkan dirinya sebagai pribadi
dan anggota masyarakat dalam kehidupan nyata.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, diperlukan upaya-upaya
yang menjembatani antara siswa dengan kondisi serta realitas dalam kehidupan
nyata. Kurikulum yang ada saat ini atau yang disebut dengan kurikulum
berbasis Kompetensi (KBK) memang merupakan salah satu upaya untuk
menjembataninya, namun perlu ditingkatkan kedekatannya dengan nilai-nilai
kehidupan nyata. Kesenjangan antara keduanya (kurikulum dan tuntutan
kehidupan nyata) merupakan tambahan pengayaan yang perlu diintegrasikan
terhadap kurikulum, sehingga kurikulum saat ini benar-benar dapat
merefleksikan nilai-nilai dan tuntutan dalam kehidupan nyata peserta didik.
Dengan demikian mata pelajaran, mata kuliah atau mata diklat harus
dipahami sebagai alat bukan sebagai tujuan dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Maksudnya adalah sebagai alat untuk mengembangkan potensi
peserta didik, agar pada saatnya nanti peserta didik mampu mengaktualisasikan
diri dan siap menghadapi segala permasalahan kehidupan dan sanggup untuk
menyelesaikannya. Oleh karena itu setiap mata pelajaran harus diarahkan
kepada pencapaian tujuan pendidikan dengan membekali peserta didik
keterampilan dalam memecahkan masalah

11
Dengan adanya pendidikan life skill di Indonesia akan semakin
menambah wawasan dalam dunia pendidikan Indonesia baik bagi pendidik itu
sendiri maupun bagi peserta didik, bagi peserta didik adalah sebagai berikut :
1.) Setelah mendapat pendidikan life skill peserta didik mempunyai aset
kualitas batiniyah, sikap dan perbuatan yang siap menghadapi
perkembangan masa depan.
2.) Peserta didik memiliki wawasan perkembangan karir, sehingga mampu
memilih, memasuki, bersaing dan maju dalam dunia kerja.
3.) Peserta didik memiliki kemampuan untuk survival dalam kemandiriannya
dan belajar tanpa bimbingan.
4.) Peserta didik memiliki tingkat kemandirian, keterbukaan, kerjasama dan
akuntabilitas yang menjadi sikap mentalnya sehingga mampu hidup
bahagia ditengah-tengah perkembangan zaman
5.) Peserta didik memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupannya.
Sedangkan bagi pendidik pribadi dengan menerapkan pendidikan life skill
di antaranya adalah mengembangkan kerangka berfikir, kualitas kalbu, dan
kualitas fisik. Sehingga hal ini dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan
madani dengan indikator-indikator adanya peningkatan kesejahteraan sosial,
pengurangan perilaku destruktif sehingga dapat mereduksi masalah-masalah
sosial dan pengembangan masyarakat yang secara harmonis mampu memadukan
nilai-nilai religi, teori, solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa).

12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan life skill adalah pendidikan yang memberikan modal dan
bekal dasar yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai
kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi perkembangan kehidupan peserta
didik maupun bagi pendidik itu sendiri. Pendidikan life skill lebih menekankan
pada aspek yang langsung berkaitan dengan kehidupan sehari-hari seperti moral,
sikap, norma, nilai, dan pada pengembangan kualitas interpersonal.
Outbound adalah suatu bentuk dari pembelajaran segala ilmu terapan
yang disulasikan dan dilakukan di alam terbuka atau tertutup dengan bentuk
permainan yang efektif, yang menggabungkan antara intelegensia, fisik dan
mental.
Tujuan outbound:
a) Team building e) Konsentrasi h) Analisis
b) Team work f) Kreatifvitas i) Conviden
c) Komunikasi. g) Strategi
d) Leadhersip Planning
Manfaat outbound:
1. Menjalin Silahturohmi
2. Melepas penat atau kejenuhan rutinitas
3. Mendapatkan ilmu materi yang diisipkan dalam permainan outbound
4. Lebih mengenal lingkungan
5. Membangun percaya diri
6. Menganalisa kemampuan seseorang untuk keperluan manajemen

B. Saran
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pengatahuan tentang
Outbound dan life skill Pramuka

13
DAFTAR PUSTAKA

Andri Bob Sunardi., Boy Man. Penerbit Nuansa Muda, Bandung, Tahun 2011.
Anonimus, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum : Pedoman
Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta, Tahun 2014.
Anonimus, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan
Menengah. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Jakarta, Tahun 2014.
Anonimus, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
Gerakan Pramuka. Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik
Indonesia, Jakarta, Tahun 2014.
Anonimus, Keputusan Musyawarah Nasional Nomor 11/Munas/2013 Tentang
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka,
Jakarta, Tahun 2014.
Anonimus. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 231 Tahun 2007
Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugusdepan Gerakan Pramuka.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Jakarta, Tahun 2008.
Mukson., Buku Panduan Materi Pramuka Siaga. Tahun 2011.
______., Buku Panduan Materi Pramuka Penggalang. Tahun 2011.
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2014. Pedoman Penyelenggaraan
Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan di Satuan Pendidikan.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Djarab, Hendarmin (Ed). 2004. Guru & Pramuka Untuk Bangsa: 85 Tahun Let.Jend.
TNI (Purn) H. Mashudi (Sept. 1919-Sept. 2004). Bandung: Forum Putera
Puteri TNI (FKPPI) dan Fakultas Hukum Unpad.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 238 Tahun 1961 tentang Gerakan
Pramuka.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. 2007. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka Nomor: 231 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan
Gugusdepan Gerakan Pramuka.
http://sekolahrumah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=969&Itemi
d=71
http://ahmadasen.wordpress.com/2009/01/26/life-skill-education-for-civil-society/
diunduh tanggal 15 maret 2010
http://en.wikipedia.org/wiki/Life_skill

Anda mungkin juga menyukai