Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TENTANG :
PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Dosen Pemmbimbing : Darmawan, S.Ag.,MH.,M.Si

DISUSUN OLEH :

NAMA : AHMAD FAHRIJA


NIM : 20.14.3782

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


(STAI) AL-WASHLIYAH BARABAI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Saya mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Makalah Fiqh tentang Pernikahan

Beda Agama Dalam Perspektif Islam ini dapat Saya selesaikan dengan baik. Salawat

dan Salam senantiasa dipanjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW

sebagai Uswatun Hasanah bagi hidup dan kehidupan kita di muka bumi ini.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu

Saya dalam menyelesaikan tugas ini.

Saya sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

kekurangan, baik materi maupun penyajian serta penulisan yang tidak sesuai. Untuk

itu Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, dan Saya juga mengharapkan kritik

dan juga sarannya kepada semua pihak demi kesempurnaan penulisan makalah ini

dan perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang. Terima kasih.

Barabai, Nopember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................. 2

1.3 Tujuan............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

2.1 Pengertian nikah ............................................................................... 3

2.2 Pandangan Islam Mengenai Pernikahan Beda Agama ..................... 3

2.3 Dalil Mengenai Pernikahan Beda Agama ........................................ 6

BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 9

3.1.    Kesimpulan ................................................................................... 9

3.2.    Saran-saran ................................................................................... 9

Daftar Pustaka ................................................................................................. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pluralisme menghendaki manusia untuk bisa hidup berdampingan dengan

rukun dalam lingkaran perbedaan. Bagaimanapun setiap orang menginginkan hal itu,

berapapun banyak perbedaan yang mereka miliki, hidup penuh keharmonisan tentu

menjadi idaman, Islam secara eksplisit tentu saja memerintahkan ummatnya untuk

hidup saling menghoemati satu sama lain, bukan hanya kepada sesama ummat Islam,

tapi kepada seluruh manusia yang disebut Ukhuwah Insaniyah.

Karenanya Islam mengajarkan pengikutnya untuk menjungjung tinggi

toleransi, terutama dalam hal beragama. Namun seiring dengan kemajuan budaya

serta adanya globalisasi tampaknya toleransi umat beragama tampaknya telah

mengalami pergeseran dibeberapa sisi. Sebut saja dengan adanya pernikahan beda

agama yang menggunakan dalih ‘selama saling menghormati dan toleransi’

Awalnya pernikahan beda agama di Indonesia diramaikna oleh pelaku

hiburan tanah air yang dengan mudah dapat terekspos kemasyarakat luas. Akhir akhir

ini kita bahkan sering mendapati orang orang disekeling kita, tetangga atau teman

yang menikah dengan orang yang memiliki keyakinan yang berbeda. Lantas

bagaimanakah Islam memandang hal ini ? Apakah Islam membolehkan pernikahan

lintas agama ?

Melalui makalah sederhana ini , penyusun insya Allah akan menguraikan

sedikit  tentang Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Islam.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian nikah ?

2. Apa pandangan Islam mengenai pernikahan beda Agama?

3. Adakah dalil mengenai pernikahan beda agama ?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui pengertian nikah

2. Memahami pandangan Islam mengenai pernikahan beda agama

3. Mengetahui dalil mengenai pernikahan beda agama

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian nikah

Menurut bahasa nikah berarati terkumpul atau menyatu, menjodohkan atau

bersenggama (wathi’). Menurut istilah syari’at Islam adalah akad yang menghalalkan

pergaulan antara laki laki dan perempuan yang tidak ada hubungan mahram sehingga

dengan akad tersebut terjadi hak dan kewajiban antara kedua insan.

Menuru Undang Undang no 1 Tahun 1974 tentang perkawinan ,

mendefinisikan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.

            Berdasarkan pengertian diatas, disimpulkan bahwa tujuan pernikahan

adalah  untuk membentuk keluarga berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.

Sedangkan menurut syari’:1

1. Untuk memenuhi tunytutan naluri manusia yang asasi

2. Untuk membentengi akhlaq yang luhur dan untuk menundukan pandangan

3. Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami

4. Untuk menghasilkan keturunan yang sah secara biologis dan secara syari’at

2.2 Pandangan Islam Mengenai Pernikahan Beda Agama

1
https://id-id.facebook.com/notes/von-edison-alouisci/hukum-islam-dalam-pernikahan-beda-
agama/235443739805678

3
Dalam Islam, menikah bukan hanya menyatukan dua manusia, melainkan ada

aturan atauran yang harus diperhatikan, sehingga dengan aturan aturan itu

menimbulkan adanya pernikahan yang sah dan tidak sah, serta pernikahan yang

diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, lantas bagaimana dengan pernikahan beda

agama ?

Pada dasarnya ulama membolehkan menikah beda agama, namun dengan

kondisi seorang Muslim laki-laki menikah dengan wanita Ahli Kitab (Nasrani dan

Yahudi). Ini pendapat jumhur (mayoritas ulama).

Dalam beberapa literatur dan juga kitab-kitab Tafsir disebutkan perbedaan

pendapat apakah selain wanita Ahli Kitab, seorang Muslim boleh menikahinya?

Artinya ulama berbeda pendapat tentang kebolehan menikahi wanita non-Muslim

yang dari selain Ahli Kitab.

Imam Syafi’i dalam kitab klasiknya, Al-Umm, mendefinisikan Kitabiyah dan

non Kitabiyah sebagai berikut, “Yang dimaksud dengan ahlul kitab adalah orang-

orang Yahudi dan Nasrani yang berasal dari keturunan bangsa Israel asli. Adapun

umat-umat lain yang menganut agama Yahudi dan Nasrani, rnaka mereka tidak

termasuk dalam kata ahlul kitab. Sebab, Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. tidak diutus

kecuali untuk Israil dan dakwah mereka juga bukan ditujukan bagi umat-umat setelah

Bani israil.”

Jumhur sahabat dan jumhur ulama pun membolehkan pernikahan berbeda

agama dalam keadaan seperti ini, yakni laki laki muslim menikahi wanita muslim,

diantara para jumhur shahabat membolehkan laki-laki muslim menikahi wanita

kitabiyah, diantaranya adalah Umar bin Al-Khattab, Ustman bin Affan, Jabir,

4
Thalhah, Huzaifah. Bersama dengan para shahabat Nabi juga ada para tabi`Insya

Allah seperti Atho`, Ibnul Musayib, al-Hasan, Thawus, Ibnu Jabir Az-Zuhri.

Adapun jika keadaannya terbalik, wanita muslim menikahi laki laki non

muslim (kafir / musyrik) Ijma’ (konsensus) ulama: tidak diperbolehkan seorang

wanita Muslimah menikah dengan laki-laki non-Muslim, apapun jenis ke-non-

Muslimannya. Entah itu dia seorang Nasrani, Yahudi, Budha, Hindu atau agama pun,

yang penting ia bukanlah seorang Muslim.

Yang sedikit berbeda pendapatnya hanyalah Imam Malik dan Imam Ahmad

bin Hanbal, dimana mereka berdua tidak melarang hanya memkaruhkan menikahi

wanita kitabiyah selama ada wanita muslimah.

Pendapat yang mengatakan bahwa nasrani itu musyrik adalah pendapat Ibnu

Umar. Beliau mengatakan bahwa nasrani itu musyrik. Selain itu ada Ibnu Hazm yang

mengatakan bahwa tidak ada yang lebih musyrik dari orang yang mengatakan bahwa

tuhannya adalah Isa. Sehingga menurut mereka menikahi wanita ahli kitab itu haram

hukumnya karena mereka adalah musyrik.

Namun jumhur Ulama tetap mengatakan bahwa wanita kitabiyah itu boleh

dinikahi, meski ada perbedaan dalam tingkat kebolehannya. Namun demikian, wanita

muslimah yang komitmen dan bersungguh-sungguh dengan agamanya tentu lebih

utama dan lebih layak bagi seorang muslim dibanding wanita ahlul kitab. Juga

apabila ia khawatir terhadap akidah anak-anak yang lahir nanti, serta apabila jumlah

pria muslim sedikit sementarawanita muslimah banyak, maka dalam kondisi

demikian ada yang berpendapat haram hukumnyapria muslim menikah dengan

wanita non muslim.

5
Secara ringkas hukum nikah beda agama bisa kita bagi menjadi demikian :

1. Suami Islam, istri ahli kitab = boleh

2. Suami Islam, istri kafir bukan ahli kitab = haram

3. Suami ahli kitab, istri Islam = haram

4. Suami kafir bukan ahli kitab, istri Islam = haram

Dibolehkannya laki-laki muslim menikah dengan wanita ahlul kitab namun

tidak sebaliknya karena laki-laki adalah pemimpin rumah tangga, berkuasa atas

isterinya, dan bertanggung jawab terhadap dirinya. Namun perlulah diketahui masih

adakah yg namanya wanita ahlul kitab zaman sekarang ? wallahu`alam..itu seperti

mencari jarum dalam tumpukan jerami.dan untuk hal satu ini..adalah sulit laki laki

menemukan wanita ahli kitab walaupun diperbolehkan.

Islam menjamin kebebasan aqidah bagi isterinya, serta mlindungi hak-hak

dan kehormatannnya dengan syariat dan bimbingannya. Akan tetapi, agama lain

seperti nasrani dan yahudi tidak pernah memberikan jaminan kepada isteri yang

berlainan agama. 

2.3 Dalil Mengenai Pernikahan Beda Agama

Allah Ta’ala berfirman,2

ُ
ِ َّ‫ك َولَوْ أَ ْع َجبَ ُك ْم أولَئِكَ يَ ْد ُعونَ إِلَى الن‬
‫ار‬ ٍ ‫َوال تُ ْن ِكحُوا ْال ُم ْش ِر ِكينَ َحتَّى ي ُْؤ ِمنُوا َولَ َع ْب ٌد ُم ْؤ ِم ٌن َخ ْي ٌر ِم ْن ُم ْش ِر‬

“…….dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-

wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih

2
https://id-id.facebook.com/notes/von-edison-alouisci/hukum-islam-dalam-pernikahan-beda-
agama/235443739805678

6
baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu, mereka mengajak ke

neraka,….” ( QS: Al-Baqarah: 221)


3

(al mumtahanah 10)

  “…mereka (wanita-wanita mukmin) tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan

orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka… “ (QS: Al-Mumtahanah: 10)

Dua ayat ini secara tegas mengatakan bahwa wanita Muslimah itu haram dinikahkah

dengan orang kafir bagaimana pun alasannya. Dan ulama telah mengatakan bahwa

ini adalah Ijma’ ulama.

Jika suatu hukum itu sudah dihukumi oleh sebuah Ijma’, maka sudah tidak

ada lagi perselisihan pendapat didalamnnya. Begitu suatu masalah dihukumi, dan

hukum itu tidak diperselisihkan oleh ulama yang lain, maka itu menjadi ijma’. Dan

ketika sudah menjadi Ijma’, sudah tidak perlu lagi dipertanyakan. Ini prinsip yang

dipegang oleh para fuqaha’ (ahli fiqih).

Adapun ayat yang terkandung dalam surah Al-Maidah ayat 5, seperti dibawah

ini:

(al maidah 5)

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan)

orang-orang Ahli kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi

mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara

wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara

orang-orang Ahli kitab sebelum kamu…..” (QS. Al-Maidah: 5)

3
https://id-id.facebook.com/notes/von-edison-alouisci/hukum-islam-dalam-pernikahan-beda-
agama/235443739805678

7
Ayat ini ialah takhshish [‫ ]تخصيص‬untuk ayat 221 surah al-Baqarah diatas.

Disebutkan bahwa wanita non-Muslim (musyrik) itu tidak boleh dinikahi oleh laki-

laki Muslim. Pada ayat ini terjadi pengkhususan, bahwa larangan yang ada di surah

al-Baqarah itu untuk wanita musyrik saja, sedangkan Ahli Kitab, dibolehkan.

Artinya bahwa kalau wanita itu Ahli Kitab, tetap boleh. Walaupun ia seorang

wanita kafir. Karena yang dilarang itu ialah wanita kafir yang selain Ahli Kitab.

Larangan bagi wanita Muslimah untuk menikah dengan laki-laki non-Muslim

tetap berlaku. Karena ayat ini ialah takhshish [‫يص‬vv‫ ]تخص‬bukan naskh [‫ ]نسخ‬yang

menghapus kandungan hukum dalam ayat. Ini hanya pengkhususan saja. Maka yang

tidak dikhususkan dalam ayat, hukumnya tetap berlaku.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Menikah secara bahasa artinya menyatukan, menjodohkan atau bersenggama,

sementara menurut istilah adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara

laki laki dan perempuan yang tidak ada hubungan mahram sehingga dengan

akad tersebut terjadi hak dan kewajiban antara kedua insan.

2. Tujuan menikah menurut syariat islam adalah : untuk memenuhi tunytutan

naluri manusia yang asasi, untuk membentengi akhlaq yang luhur dan untuk

menundukan pandangan, untuk menegakkan rumah tangga yang Islami, dan

untuk memperoleh keturunan yang sah secara biologis dan secara syari’at.

3. Sebagian besar ulama membolehkan pernikahan beda agama dengan syarat

laki laki nya adalah seorang muslim dan wanita non muslim ahli kitab, diluar

keadaan itu maka pernikahan beda agama diharamkan.

4. Dalil mengenai pernikahan beda agama tertulis dalam al quran secara jelas

dalam QS: Al-Baqarah: 221.

3.2 Saran

Setiap permasalahan dalam fiqh adalah masalah yang akan memunculkan

pembahasan yang panjang,  bagi pembaca khususnya mahasiswa atau pelajar yang

akan menyusun makalah dengan permasalahan sejenis, penyusun anjurkan untuk

menggali referensi lebih banyak lagi, sehingga dapat meghadirkan penjelasan yang

lebih rinci dari apa yang penyusun sajikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://www.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2014/09/10/29159/islam-dan-
pernikahan-beda-agama-bagian-1.html/2#.VCC73mPCd6l

https://id-id.facebook.com/notes/von-edison-alouisci/hukum-islam-dalam-
pernikahan-beda-agama/235443739805678

http://almanhaj.or.id/content/3232/pernikahan-dalam-islam/

http://ahmadzain.com/

http://masuk-islam.com/

10

Anda mungkin juga menyukai