Anda di halaman 1dari 14

KARYA ILMIAH

RENDAHNYA ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU

Guru Pembimbing :
Dra Titik Setyaningsih

Disusun Oleh :
1. Alfia Damayanti (03)
2. Annisa Risqi Rahardiani (34)
3. Restu Abi (27)
4. Ridwan Fuadi (28)
Kelompok : 8
Kelas : Xi Mipa 4

SMA NEGERI 1 SEYEGAN


Tegal Gentan, Margoagung, Seyegan, Sleman, Yogyakarta, 55561
Tahun Ajaran 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
“Rendahnya Etika Pelajar Terhadap Guru”. Karya ilmiah ini kami tujukan
untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada


guru Bahasa Indonesia kami Ibu Dra. Titik Setyaningsih yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat menjadi sumber
informasi bagi yang membutuhkan baik bagi dunia pendidikan ataupun
para pelajat yang ingin meningkatkan pengetahuanya dan bila terdapat
kekurangan dalam pembuatan karya ilmiah ini kami mohon maaf, karena
kami menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.

Yogyakarta, 17 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................1


A. Rumusan Masalah .....................................................................2
B. Tujuan ........................................................................................2
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................... 3

A. Definisi Topik Permasalahan......................................................3


B. Faktor Penyebab Permasalahan Permasalahan .......................3
C. Dampak Dari Permasalahan ......................................................7
D. Cara Mengatasi Permasalahan .................................................8
BAB IV PENUTUP ................................................................................9

A. Kesimpulan .................................................................................9
B. Saran ...........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................10

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Etika dalam Bahasa Yunani kuno “ethihus”; berarti “timbul dari


kebiasaan”. Sendangkan menurut KBBI etika adalah ilmu tentang apa
yang baik dan buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Dalam kehidupan sehari-hari etika sering dianggap sebagai tolak
ukur penilaian baik buruknya kualitas seseorang. Hal ini juga tak luput
dari lingkungan sekolah, terutama bagi pelajar. Saat ini masalah etika
telah menjadi perhatian utama disekolah-sekolah seluruh Indonesia.
Banyak sekolah yang sedang gencar-gencarnya menarapkan program-
progam yang diharapkan dapat meningkatkan etika siswa siswinya.
Meskipun demikian faktanya dilapangan masih banyak pelajar yang
beretika tidak waja, terutama terhadap guru. Masih banyak banyak
berita yang beredar dimasyarakat terkait dengan minimnya etika
terhadap guru disekolah. Tak jarang dari sebagian berita merupakan
kasus kekerasan terhadap guru.
Banyak faktor yang menyebabkan penurunan etika pelajar mulai
dari lingkungan keluarga sampai lingkuangan sekitar. Etika pelajar ini
juga tak luput dari adanya pengaruh gadget. Bahkan gadget dapat
menjadi pengaruh menurunya etika pelajar yang presentasinya paling
besar saat ini, memngingat hampir tak ada pelajar yang tidak memiliki
gadget. Pengaruh negatif dari faktor tersebutlah yang dapat menjadi
penyebab turunnya etika pelajar. Oleh sebab itu pencegahan faktor
negative tersebut sangat diperlukan. Agar kelak pelajar Indonesia
menjadi pelajar yang berakhlak dan berbudi pekerti.

1
B. Rumusan Masalah
1) Mengapa rendahnya etika pelajar terhadap guru dapat terjadi?
2) Bagaimana faktor penyebab rendahnya etika pelajar terhadap guru
dapat terjadi terjadi?
3) Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya penurunan etika
pelajar terhadap guru?
4) Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya penurunan etika
pelajar terhadap guru bagi pelajar itu sendiri?
5) Bagaimana cara mengatasi faktor penyebab rendahnya etika
pelajar terhadap guru?

c. TUJUAN

1) Makalah ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat
menyebabkan menurunnya etika pelajar terhadap guru.
2) Mengetahui bagaimana faktor penyebab rendahnya etika pelajar
terhadap guru dapat terjadi.
3) Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pengaruh rendahnya
etika pelajar bagi guru.
4) Mengetahui dampak rendahnya etika pelajar terhadap guru bagi
pelajar itu sendiri.
5) Mengetahui cara apa saja yang dapat mengatasi faktor yang
menyebabkan rendahnya etika pelajar terhadap guru terjadi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
Rendahnya Etika Pelajar terhadap Guru

Etika adalah komponen wajib yang harus dimiliki sebagai seorang


pelajar. Etika yang baik dapat menunjukkan kualitas diri sebagai pelajar
yang berbudi pekerti. Tak hanya beretika baik pada orang tua di rumah,
namun juga terhadap guru di sekolah. Karena sejatinya guru juga
merupakan orangtua bagi siswa/siswi saat di sekolah.

Namun mirisnya saat ini banyak ditemukan pelajar yang beretika


tak wajar terhadap gurunya. Mulai dari yang sederhana, seperti tidak
memperhatian guru ketika jam pelajaran berlangsung sampai tindak
kekerasan terhadap guru. Kita dapat menemukan banyak kasus yang
terkait dengan hal ini. Bahkan tak jarang kasus-kasus seperti ini dapat
sampai ke ranah hukum. Sudah sepatutnya kita sebagai pelajar Indonesia
peduli terhadap hal-hal seperti ini. Wajib bagi kita sebagai pelajar untuk
menghargai guru, baik saat jam pelajaran berlangsung, maupun ketika
berpapasan di luar pekarangan sekolah. Tentunya ada faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya etika pelajar terhadap guru ini terjadi. Berikut
poin-poin yang menjelaskan faktor penyebab hal tersebut.

1. Longgarnya pegangan terhadap agama.


Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir
dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama
mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-
larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan
longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah
kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-
satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah
masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya
pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri
sendiri. Karena pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang

3
luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya,
maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-
peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu
banyak orang yang melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya
orang yang kurang iman tadi tidak akan mudah pula meniru melakukan
pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh
keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-
sungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang ketat, karena setiap
orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-
hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin
jauhnya masyarakat dari agama, semakin tidak terpelihara moral orang
dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin
banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.
2. Kurang efektifnya pembinaan moral/etika yang dilakukan oleh rumah
tangga, sekolah maupun masyarakat.
Pembinaan moral/etika yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak
berjalan menurut semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral
dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil,
sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir,
belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu
batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam
lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap
baik untuk menumbuhkan moral, anak-anak akan besar tanpa mengenal
moral itu. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan
cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk,
melainkan harus dibiasakan. Zakiah Darajat mengatakan, moral
bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja,
tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak kecil. Moral itu tumbuh dari
tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah
tangga, sekolah pun dapat mengambil peranan yang penting dalam
pembinaan moral/etika peserta didik. Hendaknya dapat diusahakan agar

4
sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
mental dan moral peserta didiknya. Di samping tempat pemberian
pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain,
supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana
pertumbuhan mental, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian
berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian
itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang
diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang.
Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam
pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu segera
diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat
dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar
pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan
moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan
diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam
pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya
saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi
pembinaan moral. Oleh sebab itu moral dan perilaku pelajar dapat
menurun dan mengakibatkan dampak baik bagi lingkungannya maupun
dirinya sendiri.
3. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi,
sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan
kemauan yang sungguh-sunguh untuk melakukan pembinaan moral
bangsa. Hal yang demikian semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah
sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan,
peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik,
seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya
tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan,
mareri dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak
memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi

5
ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang disarankan dan
dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehiangan
daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu
semakin memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan.
Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah
seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral
bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan
berkesinambungan.
4. Pengaruh pemakaian gadget.
Tak diherankan lagi bagi masyarakat saat ini bila pelajar Indonesia
semuanya memiliki gadget. Perkembangan dunia yang pesat ini telah
membawa kita pada abad yang berteknologi tinggi. Dengan gadget
semua hal dapat dilakukan. Bahkan hanya dengan melalui handphone
saja kita sudah dapat menikmati makanan tanpa harus keluar rumah.
Dengan hanphone pelajar pun dapat mengakses berbagai referensi yang
dapat dijadikan sumber pembelajaran. Pelajar juga dapat mengakses
game dan media sosial sebagai hiburan disela-sela peran mereka
sebagai pelajar. Namun pemakaian handphone bagi pelajar saat ini lebih
cenderung sebagai hiburan semata. Tak jarang seorang pelajar sibuk
dengan hanphonenya saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Inilah
yang menyebabkan tingkat kepedulian pelajar terhadap lingkungannya
juga guru menurun. Bahkan tak jarang pula pelajar yang mengikuti
adegan kekerasan yang disajikan suatu game di dunia nyata. sering pula
gadget/hanphone dijadikan gerbang mengakses hal-hal negatif, inilah
yang dapat mempengaruhi pula pikir pelajar masa kini. Pemantauan
terhadap penggunanan gadget dikalangan pelajar seharusnya dilakukan
demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Faktor-faktor di atas sebagian besar dipengaruhi oleh perkembangan


teknologi. Dengan berkembang pesatnya teknologi pada zaman sekarang
ini, arus informasi menjadi lebih transparan. Kemampuan masyarakat

6
yang tidak dapat menyaring informasi ini dapat mengganggu etika dan
moral remaja, serta berpengaruh terhadap perilaku pelajar sehari-hari.
Tentunya faktor-faktor yang menimbulkan penurunan etika dan moral
pelajar tersebut memiliki dampak bagi guru maupun dirinya sendiri.
Berikut merupakan poin-poin mengenai hal tersebut.
1. Dampak rendahnya etika pelajar terhadap guru, bagi guru
tersebut.
a) Hilangnya kewibawaan guru yang sebagaimana seharusnnya
guru itu dianggap sebagai orang yang lebih tua dan patut
dihormati.
b) Dapat menghilangkan jati diri guru yang mana menyebabkan
ia merasa sudah tidak dihormati lagi oleh muridnya. Serta tak
mampu memberikan perintah terhadap murid tersebut.
c) Hilangnya esensi bahwa guru merupakan orang yang
seharusnya dipatuhi, dihargai, serta menjadi panutan. Yang
mana hal ini sebagai akibat dari ketidakpedulian murid
terhadap gurunya sendiri.
d) Sikap protes atas ketidakpuasan wali murid yang acapkali
turut menjadi dampak, dari akibat ketidakpatuhan anaknya
dirumah. Yang mana sebagian orang tua siswa mengganggap
bahwa anaknya tidak dididik dengan benar di sekolahnya.
Padahal kenyataannya justru sering berkebalikan.
e) Sering menjadi korban dari sikap muridnya yang bertindak
diluar batas.
2. Dampak rendahnya etika pelajar terhadap guru, bagi pelajar itu
sendiri.
a) Penurunan nilai hasil belajar, yang kadang bisa jadi dibawah
standar yang telah ditentukan.
b) Tertinggalnya sebagian pembelajaran.
c) Cap buruk yang diberikan terhadap pelajar tersebut oleh
karena perbuatanya.

7
d) Dapat terancam dikeluarkan dari sekolah, atau seminimalnya
terkena skors.
e) Terancamnya masa depan yang cerah bagi pelajar tersebut.

Dampak-dampak diatas menunjukkan bahwa minimnya etika


pelajar dapat berpengaruh besar, baik bagi guru yang mengajarnya
maupun pelajar itu sendiri. Dengan demikian kita hendaknya menghindari
serta mengatasi faktor penyebab hal tersebut, demi menjadikan pelajar
Indonesia yang berkualitas dan berbudi pekerti luhur. Agar kelak bangsa
ini dapat menjadi lebih baik dari yang ada saat ini. Berikut beberapa cara
yang diharapkan dapat mengatasi penyebab penurunan etika pelajar
terhadap guru.
1. Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah
dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat
berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak.
2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter
seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama
sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena
pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat
menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.
3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna
untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan,
4. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar,
dan beramal sholeh.
5. Peranan pemerintah yang turut penting untuk menciptakan
kurikulum yang lebih baik dan efektif kedepannya, baik itu demi
memajukan kualitas pelajarnya maupun meningkatkan
pengetahuannya. Serta Pendidikan moral yang mestinya
dijadikan tujuan utama pembelajaran anak diusia dini yang mana
akan berdampak bagi keberlangsungan hidup setelahnya. Disini

8
pemerintah diharapkan dapat memberikan yang terbaik bagi
masa depan bangsa Indonesia.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika adalah suatu norma atau aturan yang dipakai sebagai pedoman
dalam berperilaku di masyarakat bagi seseorang terkait dengan sifat baik
dan buruk. Ciri dari pelajar yang memiliki kualitas yang baik adalah pelajar
yang pandai beretika dimanapun kapanpun.
Penyebab rendahnya etika pelajar terhadap guru dapat terjadi melalui
pengaruh keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, kurangnya
pengetahuan dan pemendaman agama, serta pemakaian gadget yang tak
sesuai dengan kaidahnya. Dari penyebab-penyebab tersebut dapat
menimbulkan dampak yang mengancam bagi masa depan guru, murid,
maupun negara kita ini.
Oleh karena itu, saat ini Indonesia membutuhkan berbagai solusi demi
terciptanya pelajar yang beretika. Salah satunya adanya peran pemerintah
yang turut serta dalam peningkatan kualitas pelajar yang baik, dengan cara
meninngkatkan efektifitas kurikulum terhadap apa yang dibutuhkan pelajar
sesuai dengan usianya. Karena hal ini diharapkan dapat membawa masa
depan yang cerah kelak.

B. Saran
1. Bagi para pelajar di seluruh Indonesia, diharapkan untuk dapat
berbenah diri supaya dapat menjadi pribadi yang lebih baik serta
berguna bagi Nusa Bangsa dan Agama. Sebagai pelajar patutlah
kita selalu beretika mulia dimana saja pada siapa saja, masa
depan yang cerah hanya akan dapat tercapai dengan
peningkatan kualitas diri dan juga yang paling penting adalah
pemendaman tentang ilmu agama.

9
2. Bagi pemerintah, diharapkan mampu memenuhi ekspektasi
masyarakat, dengan menjalankan tugas dengan sebenar-
benarnya tanpa wacana. Meningkatkan kualitas pelajar
merupakan hal terpenting sebab, mereka adalah orang-orang
yang akan memimpin negeri ini dimasa depan kelak.
DAFTAR PUSTAKA

Mothree. 2012. Menurunnya Etika dan Moral di Kalangan Pelajar.


http://nassamothree.blogspot.com/2012/05/menurunnya-etika-dan-
moral-di-kalangan.html#comment-form, Diakses 17 Maret 2019.

Usman, Ali. 2017. Kontribusi Pendidikan untuk Moral Bangsa


http://mediaindonesia.com/read/detail/120648-kontribusi-
pendidikan-untuk-moral-bangsa, Diakses 17 Maret 2019.

Maxmanroe.com. 2019. Pengertian Etika, Ciri-Ciri, dan Jenis-Jenis Etika


Secara Umum. https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-
etika.html, Diakses 17 Maret 2019.

Do with gadget. 2017. Pengertian Gadget-Definisi, Contoh, dan Asal


Mulanya https://www.dowithgadget.com/pengertian-gadget/
Diakses 17 Maret 2019.

10

Anda mungkin juga menyukai