Anda di halaman 1dari 4

Nama : Danendra Wicaksana

Kelas / No. Absen : X MIPA 4 / 9

SEKOLAH DAN BULLYING


sebuah tulisan tentang Bullying yang sering terjadi di sekolah

Sekolah merupakan tempat dimana para siswa mendapatkan banyak sekali hal penting
yang menjadi potongan-potongan kecil yang akan membentuk diri mereka saat dewasa nanti.
Sekolah juga merupakan saksi bisu terjadinya banyak sekali peristiwa yang dialami oleh para
siswa, baik peristiwa menyenangkan, menyedihkan, menakutkan, menyakitkan dan
menegangkan. Dan dari peristiwa-peristiwa itulah yang menjadi memori yang akan
membentuk diri dan karakter para siswa di masa depan. Namun, pasti akan ada sebuah
peristiwa yang sangat menyedihkan dan menyakitkan yang dialami oleh beberapa siswa di
dalam sekolah, yakni Bullying. Dari jenjang Pendidikan SD, SMP, SMA, dan Kuliah selalu
muncul kasus Bullying baru yang menyasar pada siswa-siswi dengan pelaku yang bervariasi,
bisa dilakukan oleh sesama siswa-siswi, guru, ataupun pihak lain yang ikut terlibat.
Wicaksana (2008) berpendapat bahwa Bullying merupakan sebuah tindakan
kekerasan fisik dan psikologis yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada
seorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya sendiri atau merupakan sasaran
yang mudah sebagai target pelampiasan dengan tujuan melukai atau menakuti secara
berulang-ulang dan berjangka panjang yang berakibat sang korban merasa tertekan yang
akhirnya akan mendorong mereka untuk melakukan bunuh diri. Banyak sekali factor yang
menjadi dasar penyebab terjadinya Bullying dari sisi korban, contohnya : Penampilan fisik,
ras, terlihat lemah, orientasi seksual, dan memiliki penyakit yang berhubungan dengan
mental. Sedangkan factor penyebab terjadinya Bullying dari sisi pelaku adalah memiliki
masalah pribadi pada keluarganya, pernah menjadi korban Bullying, mencari perhatian, sulit
mengendalikan emosi, dan berasal dari keluarga disfungsional. Factor-faktor yang saya
sebutkan itulah yang menjadi penyebab selalu munculnya kasus Bullying yang tidak
berkesudahan di Indonesia maupun di seluruh dunia. Tidak hanya terjadi di dalam lingkungan
sekolah tetapi Bullying juga dapat terjadi di dalam lingkungan keluarga dan lingkup media
sosial sang korban dan pelaku. Namun kali ini saya akan membahas kasus Bullying yang
terjadi di lingkungan sekolah.

Kasus Bullying di Indonesia memang tidak berkesudahan, selalu muncul kasus baru
yang kian hari kian banyak. Baik di lingkungan sekolah maupun keluarga, namun di
lingkungan sekolahlah yang paling banyak menyumbang jumlah kasus Bullying di Indonesia.
Dalam kurun waktu 9 tahun terakhir, kasus Bullying di Indonesia semakin dan terus
meningkat seakan tidak akan pernah berhenti begitu saja. Sejak tahun 2011 – 2019, terdapat
37.381 kasus laporan Bullying yang masuk ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan di
antaranya terdapat 2.473 laporan Bullying yang terjadi di dunia Pendidikan. Indonesia pun
menduduki posisi lima sebagai negara dengan persentase murid yang mengalami Bullying di
tahun 2018 dengan mencapai angka 41,1%. Dari data yang saya cantumkan, bisa dibilang
kasus Bullying di Indonesia tergolong masih tinggi dengan setiap tahunnya kasus Bullying
tersebut terus meningkat. Apakah ada cara untuk membuat angka kasus Bullying menurun?
Apakah kasus Bullying di Indonesia dapat diatasi dan hilang? Tentu saja bisa, ada banyak
sekali cara untuk menghentikan serta menurunkan angka kasus Bullying yang terjadi di
Indonesia, di antaranya adalah dengan melaporkannya kepada pihak yang bersangkutan dan
memberi bimbingan-penyuluhan kepada siswa-siswi di setiap sekolah. Kalau begitu,
mengapa masih banyak terjadi kasus Bullying di sekolah sampai sekarang sapabila sudah ada
cara untuk mencegahnya? Nah, hal itu terjadi karena masih kurangnya dilakukan bimbingan-
penyuluhan dari keluarga, sekolah, dan badan lainnya. Mungkin sudah berulang kali
diberikan penyuluhan namun hanya dihiraukan saja oleh murid-murid di setiap sekolah yang
menerima penyuluhan tersebut. Dan penyebab utama kasus Bullying masih terjadi hingga
saat ini adalah korban dan saksi yang tidak melaporkan kejadian Bullying tersebut kepada
pihak yang berwajib atau keluarga mereka sendiri terutama bagi sang korban. Kemungkinan
saksi dan korban tidak melaporkan kejadian Bullying tersebut karena mungkin sudah
diancam oleh para pelaku, bisa jadi sang korban diancam akan di-Bullying lebih kejam dan
lebih parah dari sebelumnya, disebarkan aibnya, difitnah, atau scenario terburuknya diancam
tutup mulut secara paksa dengan cara dibunuh. Atau penyebab lainnya adalah sikap tidak
acuh dari pihak guru dan sekolah saat dilaporkan kasus Bullying yang terjadi di sekolah dan
hanya menganggap itu sebagai candaan atau hanya main-main saja. Itulah alasan korban-
korban Bullying di Indonesia tidak melaporkan peristiwa Bullying yang mereka alami
kepada keluarga, sekolah, atau pihak-pihak berwajib. Sungguh sangat dilematik bagi sang
korban bukan? Mereka tidak bisa berbuat apa-apa dan setiap harinya mereka harus menerima
sebuah tindakan yang sangat tidak manusiawi oleh seorang atau sekelompok orang yang tidak
memiliki massa di dalam kepala mereka.
Pengaruh dari Bullying yang dilakukan pelaku kepada korban tersebut pun bervariasi.
Yang paling dominan adalah pengaruh negative yang dirasakan oleh korban dan hanya
sedikit sekali korban yang mungkin merasakan atau sadar akan pengaruh positif dari
perlakuan Bullying tersebut. Mungkin hanya ada beberapa korban saja yang mendapat
pengaruh positif tersebut dan bertekad berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan lebih
tangguh agar mereka tidak menjadi personal yag mudah untuk di-bully seperti diri mereka
dulu. Nah, sekarang pengaruh paling dominan yaitu pengaruh negatifnya. Banyak sekali
macam pengaruh negative yang dirasakan dan akan dilakukan oleh korban, seperti contoh :
merasa ingin bolos sekolah terus (tidak ingin bertemu sang pelaku), ingin drop-out dari
sekolah, mencoba kabur dari rumah (pergi jauh dari kota tempat tinggalnya), merasa tekanan
mental yang amat sangat tinggi (tekanan mental yang sama dengan veteran perang), merasa
dirinya tidak berguna, tidak focus dengan pelajaran di sekolah, dan yang paling buruk adalah
ingin mencoba untuk bunuh diri. Menurut data yang ambil dari Menteri Sosial, pada tahun
2015, kasus bunuh diri akibat Bullying di Indonesia mencapai angka 40% dan setiap
tahunnya berangsur naik terus tanpa adanya penurunan. Dan dari hasiil survey yang
dilakukan oleh Global Schoola-Based Student Health Survey di Indonesia pada 2015
menemukan : 1 dari 20 remaja pernah merasa ingin bunuh diri, ide ingin bunuh diri mencapai
5,9% pada remaja perempuan dan 3,4% pada remaja laki-laki, dan sebanyak 20,7% remaja
juga pernah mengalami Bullying. Ini menunjukkan bahwa kasus Bullying yang berakhir
bunuh diri masih tinggi dan setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Saya berpendapat
bahwa kasus Bullying di Indonesia bahkan di dunia butuh waktu yang lama sekali untuk
dihentikan, Gerakan Anti-Bullying harus lebih digencarkan keberadaannya, perbanyak
bimbingan/konseling di setiap sekolah, guru-guru pun harus lebih proaktif dalam mengurus
siswanya baik fisis ataupun psikologis, dan keluarga harus menjadi tempat yang lebih ramah
bagi anak dan menjadi tempat yang terbuka serta aman agar sang anak berani untuk
mengutarakan masalah yang dia alami.

Jadi, kesimpulan yang saya ambil dari kasus di atas adalah kasus Bullying tidak
pernah berhenti, selalu akan ada kasus-kasus baru yang bermunculan dan setiap tahun
mungkin angka persentasenya akan terus naik. Masih banyak kasus Bullying yang terjadi di
sekolah karena ketidakacuhan pihak sekolah dan pelaku yang tidak pernah sadar akan
perbuatannya dan masih kurangnya pemberian bimbingan/konseling secara tegas, juga
keluarga sang korban yang mungkin sibuk/tidak acuh terhadap anaknya.
Jadi, solusi menurut saya sendiri agar kasus Bullying bisa cepat mereda dan tidak
melonjak lagi adalah pertama, dari sang keluarga korban/pelaku sendiri. Terutama bagi
orangtua mereka hendaknya menjadi pribadi yang lebih peka dan terbuka kepada sang anak
walaupun sedang sibuk dengan urusan masing-masing, sempatkanlah waktu dengan sang
anak dan berikan perhatian yang lebih dan apabila sang anak terlihat mengalami masalah,
tanyailah mereka dan bujuk mereka untuk menceritakan masalah mereka dengan pendekatan
yang halus. Janganlah menjadi orangtua yag cuek/tidak acuh dan tenggelam dengan urusan
kalian masing-masing. Sadarkanlah mereka apabila mereka berbuat sesuatu yang merugikan
orang lain atau menyakiti perasaan orang lain. Lalu yang kedua teruntuk pihak sekolah yang
sedang mendapati kasus Bullyingi yang dilakukan oleh siswanya, harap tegas, tanggap, dan
tidak menjadi cuek apabila terjadi Bullyingi di sekolah kalian. Dan untuk guru jangan
menjadi pribadi yang cuek dan tidak peduli dengan masalah yang dialami murid, sisihkan
waktu kalian untuk mengadakan perundingan dengan murid-murid dan tanyailah mereka
apabila ada salah satu murid di kelas/sekolah mengalami kasus Bullying. Jadilah orang tua
kedua mereka di sekolah, berilah perhatian lebih kepada mereka yang mengalami kasus
tersebut. Apabila sedang terjadi kasus Bullying, jadilah guru yang tanggap dan tegas agar
kasus tersebut tidak terjadi dalam jangka waktu yang Panjang dan cepat terselesaikan. Berilah
bimbingan bagi sang pelaku dan peringatan tegas kepada mereka. Dan yang terakhir, bagi
Lembaga-lembaga social yang ada di Indonesia, lebih gencarkan lagi Gerakan Anti-Bullying
di Indonesia agar kasus Bullyingi di Indonesia dapat berkurang. Berikanlah
bimbingan/konseling yang tegas dan paparkanlah bukti-bukti akibat dari Bullying agar siswa-
siswi di setiap sekolah dapat mengerti bahaya dan dampak parah dari Bullying.
Sekian tulisan dari saya, apabila ada kesalahan dalam huruf, kata, kalimat, atau arti mohon
dimaafkan. Terima Kasih, Tuhan memberkati.
DAFTAR PUSTAKA :
https://m.liputan6.com/news/read/2361551/mensos-bunuh-diri-anak-indonesia-40-persen-
karena-bullying (Data Kasus Bunuh Diri Anak Indonesia Akibat dari Bullying)
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/12/pisa-murid-korban-bully-di-indonesia-
tertinggi-kelima-di-dunia (Data Kasus Bullying di Sekolah Indonesia)
https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-unsur-jenis-ciri-ciri-dan-skenario-
bullying.html?m=1 (Pengertian Bullying menurut Wicaksana)

Anda mungkin juga menyukai