Anda di halaman 1dari 2

Bullying

A. PARAGRAF PEMBUKA
Media indonesia sudah tidak asing dengan yang namanya bully atau perundungan, karena akhir-akhir
ini banyak kasus bullying yang terjadi, terutama di kalangan remaja atau pelajar. Indonesia merupakan salah
satu negara dengan kasus bullying terbanyak yang dilaporkan masyarakat kepada Komisi Perlindungan Anak.
Bullying merupakan suatu tindakan kekerasan yang digunakan untuk menyakiti secara verbal, fisik atau psikis
seseorang atau sekelompok orang, sehingga korbannya merasa tertekan, trauma, sakit hati, dan tidak berdaya.
Sedangkan menurut Soetjipto (2012), bullying merupakan salah satu tindakan perilaku agresif yang disengaja
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara berulang-ulang dan dari waktu ke waktu terhadap
seorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan mudah.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan bullying ini sangat berbahaya, remaja yang menjadi
korban bullying memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami berbagai masalah kesehatan, baik fisik maupun
mental. Contoh masalah kesehatan mental yang terjadi antara lain depresi, kecemasan, serta rasa tidak aman
terhadap lingkungan sekitar. Namun, hal ini tidak hanya berdampak pada korban, tetapi juga berdampak
kepada pelaku. Tindakan perundungan seperti ini membuat pelaku menjadi kurang memiliki empati terhadap
orang lain dan sering berperilaku agresif serta tidak sabar. Dari kasus ini, kita tahu bahwa betapa pentingnya
pemahaman masyarakat mengenai bullying.

B. BATANG TUBUH
Bullying disebabkan oleh adanya rasa kedudukan atau derajat sosial yang tinggi hingga seseorang
tersebut melakukan bully terhadap orang yang derajatnya di bawah. Contohnya Amirullah Adityas Putra,
mahasiswa baru Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Marunda, Jakarta Utara, tewas karena pukulan di sekitar uluh
hati yang dilakukan salah satu seniornya. Jika bullying berlanjut dalam waktu yang lama, dapat mempengaruhi
selfesteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan
terhadap stres dan depresi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrem, bullying dapat
mengakibatkan korban berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri.
Contoh dari dampak bullying yang satu ini adalah kasus bunuh diri yang menimpa siswi SMP Negeri
147, Ciracas, Jakarta Timur. Siswi yang berinisial SN tersebut nekat bunuh diri dengan melompat dari lantai
tiga sekolah akibat bullying yang dilakukan teman-temannya. Semasa hidupnya, anak berusia 14 tahun tersebut
sudah ditinggal sang ibunda yang meninggal pada Maret 2019 lalu. Kedua, bullying bisa terjadi akibat
buruknya sistem dan kebijakan pendidikan yang diberlakukan.
Menurut kelompok kami, perilaku bullying adalah tindakan dimana seseorang melakukan tindak
kekerasan terhadap teman-temannya, tetapi kekerasan disini tidak sampai kepada pembunuhan, tetapi kepada
kerusakan mental korbannya. Biasanya terjadi karena adanya rasa iri terhadap korban atau si korban melakukan
sesuatu kepada pelaku, yang menyebabkan sakit hati. Kasus pembullyan biasanya terjadi di sekolah, dimana
ada aja anak yang diliat menarik untuk diganggu maka dari sini bisa muncul pembullyan.
Menurut American Psychiatric Association, bullying merupakan perilaku agresif yang dikategorikan
dalam tiga kondisi, di antaranya perilaku negatif yang bertujuan merusak atau membahayakan perilaku yang
diulang selama jangka waktu tertentu, ketidakseimbangan kekuatan dari pihak yang terlibat antara korban dan
pelaku agresif yang mengacu kepada tindakan permusuhan yang ditujukan kepada seseorang.
Menurut Ariesto (2009), faktor penyebab terjadi bullying antara lain keluarga seperti orang tua yang
menghukum anaknya secara berlebihan bahkan sampai melakukan kekerasan fisik sekolah, karena biasanya
sekolah jarang memperhatikan soal perilaku bullying sehingga pelaku mengganggap tindakannya benar,
kondisi lingkungan sosial seperti kemiskinan yang di mana pelaku mencari uang di sekolahnya dengan cara
memalak siswa lain, serta tayangan televisi tayangan yang disajikan terkadang ditiru oleh anak-anak sehingga
ingin mencobanya, percobaan dilakukan kepada temannya yang kurang bergaul.
Ada tiga bentuk bullying menurut Coloroso, yang pertama yaitu verbal bullying, biasanya berbentuk
lisan yang berupa teriakan, ejekan, kritikan kejam, penghinaan, julukan yang kurang layak, fitnah. Kedua,
physical bullying yang dilakukan dengan fisik berbentuk tamparan, pemukulan, menendang, meninju,
meludahi, dan yang lainnya. Ketiga, relational bullying adalah pengurangan rasa kepercayaan diri yang
sistematis karena adanya perasaan diabaikan, dikeluarkan, dihindari.
Siswa mengakui bahwa mereka melakukan tindakan perisakan terhadap siswa lain dengan intensitas
setiap hari. Adapun siswa yang mengakui setiap hari menjadi korban perlakuan perisakan tercatat sejumlah
13%. Ternyata jumlah siswa yang yang mengakui pernah menjadi pelaku dan menjadi korban perisakan lebih
banyak dibandingkan dengan responden yang tercatat sebagai pelaku dan korban pada pertanyaan pertama,
yakni 15,4% tercatat sebagai pelaku, dan 20% tercatat sebagai korban. Hasil ini memunculkan dua asumsi.
Pertama, sebagian besar responden mungkin saja merasa enggan menjawab pertanyaan yang langsung
mengidentifikasi perilaku dengan istilah perisakan seperti pada pertanyaan “Seberapa sering anda melakukan
perisakan terhadap siswa lain?” Karena mereka tidak mau dikatakan sebagai perisak yang secara makna
berkonotasi negatif. Namun sebaliknya, lebih mudah bagi siswa menjawab pertanyaan jika dikaitkan dengan
pengalaman menjadi korban perisakan. Hasilnya menunjukan bahwa keterlibatan siswa putra dalam tindakan
perisakan dalam konteks umum lebih sering dibandingkan dengan siswa putri, yakni 12,1% siswa putra dan
3,5% siswa putri. Namun, untuk perilaku perisakan dalam bentuk ejekan dan panggilan samaran, siswa putri
lebih mendominasi sebagai pelaku dibanding dengan siswa putra. Dalam konteks viktimisasi; siswa putri lebih
sering menjadi korban perisakan; sebanyak 15,2% dibandingkan dengan siswa putra; sebanyak 8,5%.

C. PARAGRAF PENUTUP
Bullying merupakan suatu tindakan kekerasan yang digunakan untuk menyakiti secara verbal, fisik atau
psikis seseorang atau sekelompok orang, sehingga korbannya merasa tertekan, trauma, sakit hati, dan tidak
berdaya. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan bullying ini sangat berbahaya, dan remaja yang
menjadi korban bullying memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami berbagai masalah kesehatan, baik fisik
maupun mental, dan sudah banyak contoh kasus orang yang stres, depresi, hingga bunuh diri oleh akibat
bullying.
Menurut American Psychiatric Association, bullying merupakan perilaku agresif yang dikategorikan
dalam tiga kondisi, di antaranya perilaku negatif yang bertujuan merusak atau membahayakan perilaku yang
diulang selama jangka waktu tertentu, ketidakseimbangan kekuatan dari pihak yang terlibat antara korban dan
pelaku agresif yang mengacu kepada tindakan permusuhan yang ditujukan kepada seseorang. Dan ada tiga
bentuk bullying menurut Coloroso, yaitu verbal bullying (secara lisan), physical bullying (secara fisik), dan
relational bullying (pengurangan rasa kepercayaan diri).
Siswa mengakui bahwa mereka melakukan tindakan perisakan terhadap siswa lain dengan intensitas
setiap hari. Jumlah siswa yang yang mengakui pernah menjadi pelaku dan menjadi korban perisakan lebih
banyak dibandingkan dengan responden yang tercatat sebagai pelaku dan korban. Kesimpulannya adalah
keterlibatan siswa putra dalam tindakan perisakan dalam konteks umum lebih sering dibandingkan dengan
siswa putri.
Menurut kamu, solusi untuk mencegah bullying adalah orang tua dapat membangun konsep diri anak
dengan baik, bagaimana anak memandang dirinya, orang tua juga dapat memberi dukungan penuh kepada
anaknya, serta selalu suportif, tidak selalu menyalahkan anak. Dan dari diri sendiri, kita dapat menumbuhkan
rasa kepercayaan diri, memperbanyak relasi dengan teman, dan jika kita menjadi korban perundungan, jangan
putus asa dan jadikan hal tersebut sebagai penyemangat untuk sukses. Dari pihak sekolah, para guru dapat
meyakinkan siswa bahwa guru bersedia membantu mereka jika dan ketika mereka dirundung dan memastikan
bahwa akan memberikan bantuan dan perlindungan yang memadai kepada siswa yang dirundung hingga
pelaku bullying tidak mengancam lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Coloroso, B. (2007). Bullying. 12–31.
Darmawan. (2017). Fenomena Bullying (Perisakan) Di Lingkungan Sekolah. 1, 253–262.
Rofifah, D. (2020). Pengaruh Bullying. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 12–26.

Kelompok 5
Nama Anggota:
- Nuah Epindonta Sitepu / 210907659 - Putu Nathania Artika W / 210907683
- Alui Cahyani Nirmala/ 210907666 - Grace Tesalonika Sinaga / 210907684
- Yohanes Sutanto / 210907674

Anda mungkin juga menyukai