Anda di halaman 1dari 3

Bullying Menggerogoti Mental Anak

(Riana Putri, 2019)

Bullying ialah salah satu bentuk penyimpangan sosial yang dapat memberi dampak buruk
bagi korban, dikarenakan adanya bentuk kekerasan dan ancaman yang dapat mempengaruhi
kondisi psikologis dan mental korban. Pada zaman yang telah maju saat ini kasus bullying yang
terjadi sudah semakin berkembang dan bahkan muncul dalam bentuk yang tak langsung seperti
cyber bullying, motif secara tak langsung ini bahkan sudah banyak dikenal dan kasus yang sudah
terjadi di berbagai belahan dunia. Motif ini dapat membuat adanya tekanan emosi dan tekanan
batin di dalam diri seseorang, karena bentuk bullying seperti ini lebih berbahaya dibandingkan
dengan kasus bullying biasa dimana jejaring internet ialah salah satu media yang banyak
digunakan seseorang sehingga tentu banyak orang yang akan ikut menghakimi dan menindas.
Banyaknya orang yang meng-intervensi dan memprovokasi dapat menimbulkan rasa tak percaya
diri dan masalah psikologis yang lain.

Di beberapa negara di dunia pernah dilakukan sebuah penelitian mengenai kasus bullying
yang sedang marak terjadi saat ini dan diketahui bahwa terdapat sekitar 8 hingga 36 % ialah
anak-anak yang menjadi korban bullying dan sekitaran 30% anak sekolahan tercatat pernah
melakukan kasus yang termasuk ke dalam bullying. Fakta tersebut menunjukkan bahwasanya
perilaku bullying saat ini banyak terjadi kepada anak-anak yang masih di bawah umur maupun
anak-anak remaja yang masih dalam tahap perkembangan. Tak dapat dipungkiri memang
mereka belum memiliki sikap yang matang atau dapat dikatakan labil, yang akan sangat
berbahaya jika dibiarkan tanpa adanya pengawasan dari orang dewasa baik itu korban maupun
pelaku yang melakukan bullying.

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kasus bullying yang
lumayan tinggi, baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung yang banyak terjadi
dikalangan anak-anak sekolahan. Salah satu kasus yang sempat viral pada bulan April 2019
yaitu, bullying yang dialami siswi SMP di Pontianak. Kasus ini menjadi viral berawal dari
munculnya tagar JusticeforAudrey di media sosial. Diketahui bahwasanya kasus ini bermula dari
adanya sebuah bentuk penindasan secara tak langsung yaitu melalui media sosial, korban dan
pelaku saling memburukkan satu sama lain di media sosial yang pada akhirnya berujung menjadi
malapetaka. Korban meminta pelaku untuk bertemu dan menyelesaikan permasalahan yang
terjadi di antara mereka berdua, bukannya sebuah perdamaian yang terjadi tetapi malah
memperburuk keadaan dan terjadi lah perkelahian dan merambah kepada kekerasan fisik yang
dikategorikan sebagai bullying secara langsung. Kekerasan yang dilakukan ternyata bukan hanya
1 orang melainkan 12 orang yang merupakan teman-teman dari si pelaku. Hal ini menyebabkan
fisik dan juga mental korban menjadi terganggu sehingga beliau dibawa ke rumah sakit untuk
menjalani perawatan yang insentif.

Dari contoh kasus yang terjadi di atas, jelas bahwasanya bullying dapat memberikan
dampak yang buruk baik bagi pelaku maupun korban, dalam bentuk secara langsung maupun
tak langsung. Karena hal tersebut dapat memicu terbentuknya tekanan batin baik itu amarah
maupun kesedihan yang jelas dapat mempengaruhi kondisi fisik atau mental seseorang. Secara
mental dan emosional, korban biasanya merasakan amarah, ketidaknyamanan, rasa takut, rasa
ingin balas dendam dan stres. Hal-hal tersebut dapat mendorong diri sendiri untuk melukai dan
yang paling parah dapat berujung ke arah bunuh diri, tidak seperti halnya luka fisik yang bisa
sembuh setelah beberapa hari, luka mental memiliki jangka waktu yang panjang untuk bisa
sembuh atau bahkan tidak dapat disembuhkan sama sekali.

Penanganan yang lebih lanjut menegenai kasus bullying perlu dilakukan, terutama dari
pihak keluarga. Keluarga ialah tempat belajar pertama bagi anak-anak dididik sedemikian rupa
agar dapat menjadi anak yang cerdas dan terpenuhi kebutuhan kasih sayangnya terhadap orang
tua, memberikan sedikit perhatian kepada anak akan sangat berpengaruh kepada kondisi mental
mereka. Banyak anak yang merasa kesepian dan tak diperhatikan oleh kedua orangtuanya
lantaran kesibukan kantor dan lain sebagainya, sehingga membuat anak mencari cara untuk
mendapatkan perhatian dari orang tuanya dalam bentuk apapun bahkan dengan cara yang sangat
ekstrem yaitu dengan melakukan penindasan atau bullying kepada orang lain. Selain itu,
pemerintah juga harus bertindak tegas dan mencari solusi untuk menangani kasus-kasus ini agar
tidak ada kejadian yang serupa, serta terjaminnya keamanan dan kenyamanan anak-anak yang
ada di Indonesia dari tindak kekerasan bullying.
Oleh karena itu, kesadaran akan bullying perlu ditingkatkan baik di lingkungan keluarga,
masyarakat, maupun negara. Harus ada hubungan simbiosis mutualisme untuk menangani kasus-
kasus kekerasan terhadap anak yang sering terjadi, jangan biarkan masa depan suram
menghampiri generasi-generasi muda Indonesia. Karena mereka juga mempunyai hak atas
dirinya untuk bebas dari segala macam bentuk kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai