Anda di halaman 1dari 7

Research Lembaran Publikasi Ilmiah

Vol.4 No.2 S e p t e m b e r 2021


Universitas Tridharma E-ISSN: 2623-1530, P-ISSN: 2622-9064

PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN BULLYING BAGI ANAK DI BAWAH


UMUR DI SALAH SATU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI
DI BALIKPAPAN

Rizky Mailinda*1, Rina Hidayana2,


1,2
Universitas Tridharma; addres, telp/fax of institution/affiliation
Fakultas Hukum, Universitas Tridharma, Balikpapan
e-mail: *1Mailindalingling@gmail.com, Hidayanarina@gmail.com

ABSTRAK
Saat ini masih banyak orang yang mengalami perilaku bullying baik orang dewasa maupun anak
remaja. Di lingkungan sekolah banyak terjadi perilaku bullying. Siswa yang mengalami perilaku
perundungan atau yang biasa disebut bullying biasanya adalah siswa yang terlihat berbeda maupun lemah.
Bullying yang dialami oleh para murid tersebut yaitu secara verbal, fisik maupun yang sedang marak
yaitu melalui sosial media, atau yang disebut dengan “Cyber Bullying”. Perundungan banyak terjadi di
lingkungan universitas, sekolah menengah atas, maupun sekolah menengah pertama. Perilaku
perundungan dapat menyebabkan banyak dampak buruk terhadap korbannya, yaitu menurunnya
konsentrasi belajar, takut untuk bergaul bahkan yang lebih buruk dapat mengakibatkan gangguan
psikologis yang berkepanjangan terhadap korbannya hingga depresi. Penelitian ini bertujuan untuk : 1)
mengetahui proses penegakan hukum pidana terhadap anak dibawah umur yang melakukan tindakan
pidana di lingkungan sekolah, 2) mengetahui tindakan yang akan dilakukan pihak sekolah terhadap murid
yang melakukan perilaku perundungan atau bullying. 3) mengetahui usaha yang dilakukan untuk
membantu memulihkan mental korban bullying. Penelitian ini bersifat ex-post facto dengan sampel 10
siswa dari 35 siswa dalam satu kelas dan satu guru bimbingan konseling di salah satu sekolah menengah
pertama negeri di Balikpapan. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei dan mengisi kuesioner
untuk mengetahui berapa banyak anak yang mengalami perilaku bullying dan juga berapa banyak siswa
yang mengalami tindakan kekerasan dari perilaku bullying. Selain itu penilitian ini juga bermaksud untuk
mengetahui berapa banyak anak dari jumlah sampel yang tau bahwa bullying juga diatur dalam undang-
undang dan dapat dihukum.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Bulliying

ABSTRACT
Currently still many people who experience harassment behaviour or what is commonly called
bullying,even adult or teenagers. In the school environment there is a lot of bullying behaviour. Students
who be the victim of bullying behaviour usually is students who look different from othr student or look
weak. The bullying experienced by students is verbally, physically and there is famous one now is through
social media or what is called ”Cyber Bullying”. According to a number of people the authors met
randomly, Bullying often occurred in universities, high schools, and junior high schools. Bullying can
cause many negative effects on the victim, for example: decreased concentration of learning, fear to get
along with other students ,even worse which can lead to prolonged psychological disturbances to the
victim to depression. This study aims to: 1) find out the criminal law enforcement process against minors
who commit criminal acts in the school environment, 2) find out what actions the school will take against
students who commit harassment or bullying behavior. 3) find out the efforts made to help healing the
mental of the victims. This research method is ex-post facto with sample 10 students from 35 student in
one class and 1 counseling teacher in junior high school in Balikpapan. The research was conducted by
survey and filling out questionnaire to find out how many students experienced bullying and also how
much students experienced acts of violence from bullying. In addition this research also intend to find out
how many students from the sample who know that bullying is contained in the law and can be punished.

Keywords: Legal Protection, Bullying

50
Research Lembaran Publikasi Ilmiah
Vol.4 No.2 S e p t e m b e r 2021
Universitas Tridharma E-ISSN: 2623-1530, P-ISSN: 2622-9064

PENDAHULUAN yang buruk agar dapat membalas perilaku


bullying yang mereka alami dan dapat pula
Fenomena bullying sudah sangat berakibat trauma berkepanjangan. Salah
sering kitan jumpai dan kita dengar sehari- satu dampak terburuknya yaitu dapat
hari. Bukan hanya di lingkungan tempat menimbulkan gangguan psikologis secara
tinggal, tetapi bullying juga sangat banyak berkepanjangan, depresi dan rasa ingin
terjadi di lingkungan pekerjaan , universitas mengakhiri hidup ( bunuh diri ).
maupun sekolah. Komisioner KPAI bidang Jika melihat dari banyaknya kasus
Pendidikan Retno Listyarti mengatakan perundungan (bullying) baik di Indonesia
kasus-kasus pelanggaran yang terjadi dalam maupun di negara lain, rata-rata bullying
kurun waktu Januari hingga April 2019 terjadi di kalangan siswa Sekolah
didominasi oleh perundungan atau bullying Menengah Atas ataupun Universitas.
berupa kekerasan fisik, kekerasan psikis, Namun tidak dipungkiri bahwa sekarang
dan kekerasan seksual. KPAI mencatat ada 8 bullying juga marak terjadi di lingkungan
kasus anak korban kebijakan terjadi selama Sekolah Menengah Pertama. Hal ini
4 bulan pertama 2019. Ada juga korban dikarenakan pengaruh di ligkungan tempat
pengeroyokan 3 kasus, kekerasan fisik 8 murid-murid tinggal dan juga sosial media
kasus, kekerasan seksual 3 kasus, 12 kasus yang banyak memberikan pengaruh
kekerasan psikis dan bullying, dan kasus terhadap masa pertumbuhan (Paramitasari
anak membully guru sebanyak 4 kasus. & Alfian, 2012).
Retno menyebut mayoritas kasus-kasus Tindak pidana yang dilakukan oleh
tersebut terjadi di jenjang sekolah dasar, anak dalam istilah asing disebut Deliquency
mencapai 25 kasus atau 67% dari yang artinya adalah terabaikan/
keseluruhan kasus yang ada. mengabaikan, yang kemudian diperluas
(https://www.kpai.go.id/berita/catatan-kpai- artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal,
di-hardiknas-kasus-anak-bully-guru- pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau,
meningkat-drastis Ditayangkan oleh Rega penteror, tidak dapat diperbaiki lagi,
Maradewa 4 Mei 2019). durjana, dursila. Anak yang bisa dikatakan
Laporan data dari Kemendikbud sebagai Anak Nakal menurut Undang-
(2015: 8) menyebutkan tindakan bullying undang Nomor 3 tahun 1997 tentang
disekolah yakni 84% siswa pernah Pengadilan Anak adalah anak yang telah
mengalami bullying, 75% siswa pernah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi
melakukan bullying dan 50% anak belum mencapai umur 18 (delapan belas )
melaporkan pernah mengalami bullying. tahun dan belum pernah kawin.
(2.jurnal konseling Andi Matappa : Volume Menurut Putusan MK Nomor:
2 Nomor 2 September 2018. Hal 72-76). 1/PUU-VII/2010 menyatakan bahwa usia
Perilaku bullying memiliki beberapa anak yang dapat diajukan di sidang
bentuk, namun yang paling sering terjadi Pengadilan dan dijatuhi dengan sanksi
adalah bullying dalam bentuk verbal dan pidana adalah anak yang berusia 12 tahun
fisik. Para korban perundungan beberapa dan belum mencapai 18 tahun. Sebagai
ada yang berani melawan perlakuan generasi penerus bangsa anak merupakan
tersebut, tetapi beberapa pula tidak berani tunas bangsa sekaligus sebagai aset bangsa
untuk melawan sehingga menuruti apa yang yang akan melanjutkan eksistensi suatu
diinginkan pelaku. Hal tersebut tentu sangat Bangsa Indonesia.
berbahaya, karena tidak ada yang tau apa Indonesia merupakan negara
yang mereka alami sehingga para korban hukum yang mana hal-hal seperti bullying
harus menanggung sendiri tekanan yang dan keamanan serta kesejahteraan anak
mereka alami baik secara mental maupun telah diatur dalam undang-undang dan
fisik. Dampak dari adanya perilaku bullying memaparkan dengan jelas tentang aturan-
tersebut membuat korbannya menjadi takut aturan dan sanksi-sanksi diantaranya adalah
untuk pergi ke sekolah, konsentrasi belajar sebagai berikut :
berkurang, kehilangan percaya diri, stress,
menjadi kasar kepada keluarga dan orang Pasal 76C UU 35/2014:
lain, bahkan ada yang berusaha menjadi Setiap orang dilarang menempatkan,
lebih kuat dan sehingga melakukan perilaku membiarkan, melakukan, menyuruh

51
Research Lembaran Publikasi Ilmiah
Vol.4 No.2 S e p t e m b e r 2021
Universitas Tridharma E-ISSN: 2623-1530, P-ISSN: 2622-9064

melakukan, atau turut serta melakukan lainnya ataupun dari pihak lain yang ada di
kekerasan terhadap anak. Bagi yang lingkungan sekolah.
melanggar akan dipidana dengan pidana Adapun jika anak dibawah umur
penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) melakukan tindak pidana, hal tersebut juga
bulan dan atau denda paling banyak telah diatur dalam undang-undang yaitu :
Rp.72.000.000 Pasal 1 Butir 3 Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pasal 80 UU 35/2014: Pidana Anak menyebutkan anak yang
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan berkonflik dengan hukum adalah anak yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi
dipidana dengan pidana penjara paling lama belum berumur 18 (delapan belas) tahun.
3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda Khusus untuk anak yang berhadapan
paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dengan hukum, berdasarkan Pasal 64 ayat
dua juta rupiah). (2) Undang-Undang Perlindungan Anak,
(2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud perlindungan bagi anak yang berhadapan
pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dengan hukum dilaksanakan melalui: (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama perlakuan atas anak secara manusiawi
5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak sesuai dengan martabat dan hak-hak anak;
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) penyediaan sarana dan prasarana
(3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud khusus; (3) penyediaan petugas
pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana pendamping khusus bagi anak sejak dini;
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima (4) pemantauan dan pencatatan terus
belas) tahun dan/atau denda paling banyak menerus terhadap perkembangan anak yang
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). berhadapan dengan hukum; (5) pemberian
(4) Pidana ditambah sepertiga dari jaminan untuk mempertahankan hubungan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat dengan orang tua atau keluarga; dan (6)
(1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang perlindungan dari pemberitaan identitas
melakukan penganiayaan tersebut Orang melalui media massa dan untuk
Tuanya. menghindari labelisasi.
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Diantara banyaknya perilaku
Tahun 2014 tentang perlindungan anak, bullying yang terjadi di lingkungan sekolah,
yang berbunyi sebagai berikut : penulis memutuskan untuk meneliti dan
(1) Anak di dalam dan di lingkungan mengkaji masalah bullying yang hanya
satuan pendidikan wajib terjadi di lingkungan Sekolah Menengah
mendapatkan perlindungan dari Pertama, karena Sekolah Menengah
tindak Kekerasan fisik, psikis, Pertama adalah masa pertumbuhan dari
kejahatan seksual, dan kejahatan masa kanak-kanak ke masa remaja, dengan
lainnya yang dilakukan oleh begitu pemikiran murid Sekolah Menengah
pendidik, tenaga kependidikan, Pertama masih cenderung tidak stabil,
sesama peserta didik, dan/atau pihak selain itu penulis juga ingin mengetahui
lain. apakah murid-murid Sekolah Menengah
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud Pertama tau apa itu perilaku bullying serta
pada ayat (1) dilakukan oleh apakah para murid tau bahwa ada hukum
pendidik, tenaga kependidikan, aparat yang mengatur tentang tindakan bullying
pemerintah, dan/atau Masyarakat. serta hukum yang mengatur tentang tindak
pidana yang dilakukan oleh anak dibawah
Dengan kata lain siswa-siswa umur.
memiliki hak yang sama untuk mendapat Berdasarkan uraian dari latar belakang
pendidikan di lingkungan yang nyaman serta diatas maka penulis ingin melakukan
aman. Dalam hal ini pun berarti pihak penilitian dan kajian dengan judul “
sekolah ikut bertanggung jawab untuk Perlindungan hukum korban bullying bagi
menciptakan rasa aman dan nyaman anak bawah umur di salah satu Sekolah
disekolah, melindungi siswa-siswanya dari Menengah Pertama Negeri di Balikpapan“.
kekerasan ataupun intimidasi dari siswa

52
Research Lembaran Publikasi Ilmiah
Vol.4 No.2 S e p t e m b e r 2021
Universitas Tridharma E-ISSN: 2623-1530, P-ISSN: 2622-9064

METODE PENELITIAN Gambar 2 : Diagram Pie Variabel


mengalami Bullying secara verbal.
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian kualitatif. Data
Primer diperoleh dari hasil wawancara c. Variabel mengalami bullying
dengan guru bimbingan konseling dan hasil secara verbal dan kekerasan
dari kuesioner yang telah di isi oleh 10
murid yang telah dipilih sebagai sampel Data variabel mengalami
acak dalam satu kelas. Data Sekunder, yaitu bullying secara verbal dan kekerasan
data yang diperoleh dari beberapa literature,
diperoleh melalui kuesioner maka 3
peraturan perundang-undangan dan sumber-
sumber kepustakaan lain yang mendukung.
orang yang mengalami bullying
secara verbal dan kekerasan tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN adalah 3 siswa = 30%.

A. Hasil
1. Deskripsi Data
a. Variabel Tidak Mengalami Bullying
Data variabel tidak mengalami bullying
2 orang yang tidak mengalami bullying
tersebut adalah 2 siswa = 20%.
:

Gambar 3 : Diagram Pie Variabel


mengalami Bullying secara verbal
dan kekerasan .

Dari hasil penelitian


Gambar 1 : Diagram Pie Variabel tidak mendapatkan bahwa perilaku bullying
mengalami Bullying. tidak sering terjadi di lingkungan
Sekolah Menengah Pertama Negeri 9
Balikpapan. Ciri-ciri anak yang
b. Variabel Mengalami Bullying Hanya mengalami perilaku bullying biasanya
Secara Verbal
Data variabel mengalami bullying
lebih senang menyendiri, tidak memilki
secara verbal maka 5 orang yang mengalami banyak teman dan tidak mau berkumpul
bullying secara verbal tersebut adalah 5 dengan teman-temannya yang lain.
siswa = 50%. Perilaku bullying banyak terjadi di
lingkungan sekolah, tetapi itu hanya
sebatas ejekan ataupun candaan, tidak
ditemukan adanya perilaku yang
mengarah kepada kekerasan maupun
tindak pidana”.
Setelah itu penulis
mengumpulkan hasil kuesioner dan
menganalisa data yang telah diperoleh.
Dalam 10 sampel yang diambil 10 siswa
tersebut terdiri dari 5 murid laki-laki
dan 5 murid perempuan yang ada di
dalam 1 kelas yang berjumlah 36 murid.

53
Research Lembaran Publikasi Ilmiah
Vol.4 No.2 S e p t e m b e r 2021
Universitas Tridharma E-ISSN: 2623-1530, P-ISSN: 2622-9064

Seperti yang telah penulis jabarkan bullying dapat berkurang dan bahkan
dalam variabel-variabel sebelumnya, tidak terjadi di lingkungan sekolah.
penulis memperoleh hasil yaitu 2 murid
laki-laki tidak pernah mengalami d. Respon Yang Dilalakukan Saat
perilaku bullying. 3 murid perempuan Melihat Perilaku Bullying
dan 2 murid laki-laki mengalami
Dari hasil analisa ini pula
perilaku bullying secara verbal. 2 murid
menunjukan bahwa 4 dari 10 murid
perempuan dan 1 murid laki-laki
memilih untuk diam saja dan tidak
diantara 5 murid tersebut tidak mengakui
peduli dengan perilaku bullying yang
atau menyadari bahwa hal tersebut
mereka saksikan. Hal ini bias saja
adalah perilaku bullying. 2 murid
terjadi lantaran mereka tidak ingin ikut
perempuan dan 1 murid laki-laki
serta dan mengalami perilaku bullying
mengalami perilaku bullying secara
yang sama ataupun memiliki ketakutan
verbal dan non verbal ( kekerasan ).
untuk melakukan pembelaan terhadap
B. Pembahasan teman mereka yang mengalami perilaku
a. Semua Murid Mengerti Apa itu bullying.
Bullying e. Pendapat Murid Tentang
Melihat dari hasil analisa penulis, Adanya Perilaku Bullying Di
terkait pengertian bullying itu sendiri Lingkungan Sekolah
secara langsung beberapa siswa Dari hasil penelitian ini menunjukan
bahwa perilaku bullying baik secara
menjawab bahwa bullying adalah
verbal (lisan) maupun kekerasan masih
perilaku mengejek maupun menindas banyak terjadi di lingkungan Sekolah
siswa lain yang ada di sekolah. Menengah Pertama Negeri di
b. Pengetahuan Tentang Hukum Balikpapan. Penulis juga melihat bahwa
Yang Mengatur Perilaku Bullying masih banyak murid yang tidak berani
untuk melaporkan kepada guru maupun
Dari hasil penelitian yang penulis
orang tua tentang adanya perilaku
peroleh melalui jawaban kuesioner
bullying yang mereka alami di sekolah.
bahwa murid-murid sangat mengerti
Selain hal itu tindakan tegas dari
bahwa perilaku bullying merupakan
pihak sekolah dengan adanya aturan dan
perilaku yang tidak baik untuk di
sanksi-sanksi tegas terkait perilaku
lakukan. Perilaku ini dapat menimbulkan
bullying juga sangat berperan dalam hal
gangguan mental dan fisik seperti
ini, yang mana untuk menciptakan efek
depresi, hingga keinginan untuk bunuh
jera bagi pelaku bullying dan tidak
diri.
mengulanginya lagi. Adanya pemberian
c. Respon Yang Dilakukan Saat
pengetahuan akan hukum yang berlaku
Mengalami Perilaku Bullying di Indonesia juga merupakan hal yang
Dari hasil analisa ini penulis penting. Hal ini memberikan kesadaran
menemukan bahwa semakin sedikit terhadap murid tentang adanya hukum
murid yang berani untuk melaporkan dan sanksi tegas apabila melakukan
pelanggaran, sehingga murid memilih
perilaku bullying tersebut kepada guru
untuk tidak melakukan perilaku tersebut
mereka, semakin sedikit pula peluang
dan menjauhi konsekuensi hukum yang
guru untuk mengetahui akan adanya hal akan didapatkan.
yang terjadi di lingkungan sekolah
tersebut. Apabila setiap murid berani
untuk melaporkan perilaku bullying KESIMPULAN
yang mereka alami, maka perilaku

54
Research Lembaran Publikasi Ilmiah
Vol.4 No.2 S e p t e m b e r 2021
Universitas Tridharma E-ISSN: 2623-1530, P-ISSN: 2622-9064

1. Proses Penegakan Hukum Pidana dapat mengembangkan bakat yang ia miliki,


Terhadap Anak Dibawah Umur mengajaknya untuk aktif berkomunikasi
dengan baik, baik itu dengan guru maupun
Mengambil salah satu kasus serta dengan teman-temannya, dan yang terakhir
hasil putusan hukum yang terjadi pada adalah memberikan pujian secara tulus agar
tahun 2015 yaitu seorang remaja 15 anak tersebut merasa lebih berarti .
tahun di Denpasar, Bali. Setelah penulis Menanamkan pentingnya mencintai diri
membaca lebih lanjut artikel tersebut, sendiri juga sangat penting dilakukan pada
disebutkan bahwa yang bersangkutan, anak yang mengalami korban bullying.
yaitu JS mendapatkan hukuman akibat Penanaman moral yang baik dapat
perbuatannya. memberikan hal-hal yang positif terhadap
2. Tindakan Yang Akan Dilakukan anak juga dapat berpengaruh untuk
Pihak Sekolah Terhadap Pelaku memulihkan mental korban bullying. Anak
Bullying yang memiliki pikiran yang positif
cenderung lebih bahagia dalam menjalani
Melihat dari beberapa kasus hidup dan lebih bersemangat serta lebih
bullying yang terjadi di lingkungan percaya diri dalam bergaul terhadap anak
Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 sebayanya.
Balikpapan, menjelaskan bahwa harus
adanya tindakan tegas yang sekolah SARAN
lakukan untuk mengurangi adanya 1. Bagi pembaca, hasil penelitian ini
tindakan bullying di sekolah tersebut. diharapkan dapat menambah
Adapun sanksi-sanksi yang diberikan pengetahuan, serta wawasan
kepada siswa yang melakukan perilaku pembaca terhadap adanya kasus
bullying adalah dengan memberikan bullying yang banyak terjadi di
pemahaman dan arahan terlebih dahulu, lingkungan sekolah menengah
menjelaskan kepada murid bahwa pertama.
perilaku bullying adalah perilaku yang 2. Bagi aparat keamanan baik security
tidak baik dan melanggar aturan sekolah. maupun polisi, diharapkan dapat
Setelah itu apabila murid memahami memberikan pandangan serta
maka tidak ada sanksi lebih lanjut, pengaplikasian hukum terhadap
namun apabila murid tersebut pelanggaran yang dilakukan oleh
mengulangi perbuatannya maka pihak anak dibawah umur .
sekolah mengambil tindakan tegas 3. Bagi pihak sekolah untuk lebih
dengan memanggil orang tua murid yang memperhatikan keamanan dan
bersangkutan. kenyamanan murid, memberikan
3. Usaha Yang Di Lakukan Untuk pemahaman-pemahaman yang
Memulihkan Mental Korban menjelaskan bullying serta
Bullying dampaknya.
Pihak yang pertama yaitu orang tua.
Orang tua memiliki peran yang cukup besar
untuk memulihkan mental korbannya. DAFTAR PUSTAKA
Beberapa hal yang bias dilakukan oleh orang
tua diantaranya dapat menjadi teman bicara Rega Maradewa (2019)
yang baik dan memberikan solusi yang baik. https://www.kpai.go.id/berita/cat
Pihak Sekolah juga memiliki peran atan-kpai-di-hardiknas-kasus-
untuk membantu memulihkan mental korban anak-bully-guru-meningkat-
bullying, diantaranya yaitu dengan drastis : 4 Mei 2019.
memberikan tanggung jawab, memberikan
ruang untuk bereskplorasi agar anak tersebut

55
Research Lembaran Publikasi Ilmiah
Vol.4 No.2 S e p t e m b e r 2021
Universitas Tridharma E-ISSN: 2623-1530, P-ISSN: 2622-9064

Pasal 1 Butir 3 Undang-Undang Nomor


11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak
Paramitasari, R., & Alfian, I. R. (2012).
Hubungan Antara Kematangan
Emosi Dengan Kecenderungan
Memaafkan Pada Remaja
Akhir. Jurnal Psikologi
Pendidikan & Perkembangan,
1(02).
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perlindungan Anak

56

Anda mungkin juga menyukai