Anda di halaman 1dari 14

PORTOFOLIO PANCASILA KELOMPOK 4

Pelecehan Seksual Terhadap Anak dalam Permasalahan


Sosial di Indonesia

Disusun Oleh:
Agisna : 037121051
Annisa Delia Futri : 037121058
Tsaltsa Rizky Nadhifah : 037121115
Camila Asmi Putri : 037121048
Nabila Qonita Rachman : 037121049
Abas Husen : 037121105
Agnes Niken Natasya:037121113
Abisatya : 037121064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PERGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
TAHUN AJARAN 2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya yang memberikan
kesempatan bagi kami untuk menyelesaikan tugas portofolio dengan judul Pelecehan Seksual
Terhadap Anak dalam Permasalahan Sosial di Indonesia sebagai tugas dari mata kuliah
Pancasila.

Portofolio ini kami buat untuk memberikan kemudahan bagi kami belajar. Mudah-
mudahan portofolio yang kami buat ini, bisa membantu memperluas wawasan dan pengetahuan
kita. Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan portofolio
ini.

Oleh sebab itu, kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
memberikan kesempurnaan portofolio ini. Kami ucapkan terima kasih banyak kepada Bu Mira
Mirawati, M.Pd sebagai Dosen mata kuliah Pancasila. Atas perhatiannya, kami sampaikan terima
kasih.

Bogor, Januari 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sekarang ini, sering kali terjadi kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di
Indonesia. Pelaku kekerasan seksual pun berasal dari berbagai kalangan, seperti pejabat, orang
terdekat, bahkan pelajar.
Kekerasan terhadap anak dapat terjadi kapan saja dan dimana saja termasuk pada saat di
rumah yang merupakan tempat bagi anak untuk berlindung, di tempat bermain yang merupakan
tempat bagi anak untuk berkembang, bahkan di sekolah, padahal sekolah merupakan tempat
dimana anak menerima pendidikan moral, etika dan akademik, bahkan menjadi rumah kedua
bagi anak. Namun, kenyataannya justru di sebagian sekolah terjadi kasus kekerasan. Baik yang
dilakukan oleh teman sepermainan, senior, guru atau penjaga kebersihan sekolah. Dalam Pasal
54 Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengatakan bahwa anak di
dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga
pendidikan lainnya, selain itu dalam Pasal 72 mengatakan masyarakat dan lembaga pendidikan
untuk berperan dalam perlindungan anak, termasuk didalamnya melakukan upaya pencegahan
kekerasan terhadap anak di lingkungannya.
Angka kekerasan terhadap anak di sekolah terus meningkat. Berdasarkan pemberitaan
surat kabar nasional yang dirangkum oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) selama
tahun 2007, dari 555 kekerasan terhadap anak yang muncul, 11,8% kekerasan terjadi di sekolah.
Pada tahun 2008 diterapkan metode yang sama, persentasenya meningkat menjadi 39%.
Kemudian di sepanjang tahun 2012, tingkat kekerasan di sekolah pun meningkat mencapai
87,6% dimana anak mengaku pernah mengalami kekerasan di lingkungan sekolah dalam
berbagai bentuk. Dari angka 87,6% tersebut, sebanyak 29,9% kekerasan di lakukan oleh guru,
42,1% dilakukan oleh teman sekelas, 28,0% dilakukan oleh teman lain kelas.
Kasus kekerasan terhadap anak tidak hanya terjadi di kota besar, bahkan terjadi hingga ke
kota kecil. Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana (BP3AKB) Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah kasus kekerasan terhadap anak di kota Tegal. Pada tahun 2013 terdapat 8 korban dan 12
pelaku. Sedangkan pada tahun 2014 terdapat 19 korban dan 21 pelaku. Dari 19 korban tersebut
terbanyak berusia 13-18 tahun yaitu 18 orang.
Sesungguhnya kekerasan yang terjadi terhadap anak jumlahnya lebih besar dari data yang
ada. Hal ini disebabkan masih banyak yang tidak melaporkan tindak kekerasan yang didapat.
Selain itu, dari data tersebut belum ada data yang signifikan menunjukan tentang kekerasan yang
terjadi di sekolah. Padahal kekerasan yang terjadi di sekolah. Menduduki peringkat kedua setelah
kekerasan di rumah, yakni sekitar 25% dari semua kasus kekerasan. Anak mendapat kekerasan di
sekolah dalam berbagai bentuk. Selain kekerasan fisik, banyak juga kekerasan yang bersifat
psikologis.
Untuk itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus berusaha untuk menghentikan
kasus kekerasan terhadap anak dengan mencari solusi untuk membantu pemerintah dalam
menangani kasus ini.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kebijakan publik dan solusi terbaik untuk mencegah maraknya kekerasan
seksual terhadap anak di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat?
2. Bagaimana upaya masyarakat dalam menanggapi hal tersebut?
3. Apakah kebijakan untuk menanggapi hal tersebut sudah dilakukan dengan bijaksana?

I.3 Tujuan

1. Menemukan kebijakan publik dan solusi terbaik untuk mecegah maraknya kekerasan
seksual terhadap anak di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
2. Menemukan upaya masyarakat dalam menanggapi hal tersebut
3. Menemukan kebijakan tersebut dengan cara yang bijaksana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Bentuk bentuk kekerasan Sekssual


Ada 15 jenis kekerasan seksual yang ditemukan Komnas Perempuan dari hasil pemantauannya
selama 15 tahun (1998-2013).
1. Perkosaan
Perkosaan adalah serangan dalam bentuk pemaksaan hubungan seksual dengan memakai penis
ke arah vagina, anus atau mulut kotban. Bisa juga mengggunakan jari tangan atau benda-benda
lainnya.
2. Intimidasi seksual termasuk ancaman atau percobaan perkosaan
Intimidasi seksual yaitu tindakan yang menyerang seksualitas untuk menimbulkan rasa takut atau
penderitaan psikis pada perempuan korban.
3. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual merupakan tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun non-fisik dengan
sasaran organ seksual atau atau seksualitas korban.
4.Eksploitasi seksual
Eksploitasi seksual merupakan tindakan penyalahgunaan kekuasaan yang timpang atau
penyalahgunaan kepercayaan, untuk tujuan kepuasan seksual, maupun untuk memperoleh
keuntungan dalam bentuk uang, sosial, politik dan lainnya.
5. Perdagangan perempuan untuk tujuan seksual
Perdagangan perempuan dengan tindakan merekrut, mengangkut, menampung, mengirim,
memindahkan, atau menerima seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
penjeratan utang, atau pemberian bayaran atau manfaat terhadap korban secara langsung maupun
orang lain yang menguasainya, untuk tujuan prostitusi ataupun eksploitasi seksual lainnya.
6. Prostitusi paksa
Prostitusi paksa adalah situasi di mana perempuan mengalami tipu daya, ancaman maupun
kekerasan untuk menjadi pekerja seks.
Keadaan ini dapat terjadi pada masa rekrutmen maupun untuk membuat perempuan tersebut
tidak berdaya untuk melepaskan dirinya dari prostitusi, misalnya dengan penyekapan, penjeratan
utang, atau ancaman kekerasan.

7. Perbudakan seksual
Perbudakan seksual adalah situasi di mana pelaku merasa menjadi "pemilik" atas tubuh korban
sehingga berhak untuk melakukan apapun, termasuk memperoleh kepuasan seksual melalui
pemerkosaan atau bentuk lain kekerasan seksual.
8. Pemaksaaan perkawinan, termasuk cerai gantung
Pemaksaan perkawinan dimasukkan sebagai jenis kekerasan seksual pemaksaan hubungan
seksual menjadi bagian tidak terpisahkan dari perkawinan yang tidak diinginkan oleh perempuan
tersebut. 
9.Pemaksaan kehamilan
Pemaksaan kehamilan adalah situasi ketika perempuan dipaksa, dengan kekerasan maupun
ancaman kekerasan, untuk melanjutkan kehamilan yang tidak dia kehendaki. 
10. Pemaksaan aborsi
Pemaksaan aborsi adalah tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan karena adanya
tekanan, ancaman, maupun paksaan dari pihak lain.
11. Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi
Disebut pemaksaan ketika pemasangan alat kontrasepsi dan, atau pelaksanaan sterilisasi tanpa
persetujuan utuh dari perempuan karena ia tidak mendapat informasi yang lengkap ataupun
dianggap tidak cakap hukum untuk dapat memberikan persetujuan.
12. Penyiksaan seksual
Penyiksaan seksual adalah tindakan khusus menyerang organ dan seksualitas perempuan, yang
dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan hebat, baik
jasmani, rohani maupun seksual.
13. Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual
Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual yang dimaksudkan adalah cara
menghukum yang menyebabkan penderitaan, kesakitan, ketakutan, atau rasa malu yang luar
biasa yang tidak bisa tidak termasuk dalam penyiksaan. 
14. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan
Untuk jenis kekerasan seksual yang berikutnya adalah praktik tradisi bernuansa seksual yang
membahayakan atau mendiskriminasi perempuan.
Kebiasaan masyarakat, kadang ditopang dengan alasan agama atau budaya, yang bernuansa
seksual dan dapat menimbulkan cidera secara fisik, psikologis maupun seksual pada perempuan. 

15. Kontrol seksual, termasuk lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama
Jenis kekerasan seksual yang terakhir adalah kontrol seksual.
Cara pikir di dalam masyarakat yang menempatkan perempuan sebagai simbol moralitas
komunitas, membedakan antara “perempuan baik-baik” dan perempuan “nakal”, dan
menghakimi perempuan sebagai pemicu kekerasan seksual menjadi landasan upaya mengontrol
seksual (dan seksualitas) perempuan.

II.2 Upaya yang harus dilakukan


1. Untuk menghadapi permasalahan kekerasan terhadap anak yang ada di tengah-tengah keluarga
dan masyarakat Pemerintah perlu memperbaiki sistem pelaporan, pelayanan, pengaduan, serta
menjadikan data pelaporan agar lebih akurat dan real time. Hal yang tidak kalah pentingnya
adalah bagaimana pengaduan tersebut agar bisa direspon dan ditangani oleh berbagai stakeholder
yang memiliki tugas untuk melindungi anak, baik dari aspek penegakan hukum dan
pendampingan anak korban.
2. melakukan sosialisasi dan program edukasi kepada semua golongan masyarakat mengenai
pencegahan kejahatan terhadap anak dan tindakan-tindakan serta hukuman bagi pelaku.
Sosialisasi yang akan dilakukan harus secara masif dan berkelanjutan.
3. Orangtua diharapkan untuk memperhatikan dan mengawasi serta mengasuh anak-anak secara
tekun sehingga tidak mempercayakan sepenuhnya pengasuhan dan pendidikan anak kepada guru
di sekolah serta pengasuh anak. Hal lain yang akan dilakukan Pemerintah adalah respons yang
cepat dari semua pihak, terutama kalangan pemerintah dan kepolisian, bila ada kasus pelecehan
atau kekerasan terhadap anak.
4. Upaya yang harus dilakukan oleh Pemerintah yaitu dengan memberikan perhatian pada
rehabilitasi anak yang menjadi korban, terutama pendampingan secara psikologis sehingga
memulihkan cedera mental atau trauma yang dialami.

II.3 Pencegahan
Pelecehan seksual pada anak sangat penting untuk dicegah. Pencegahan harus melibatkan
berbagai pihak, meliputi keluarga, lingkungan rumah, dan lingkungan sekolah. Adapun beberapa
upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pelecehan seksual pada anak, antara lain:
1. Mengajarkan Anak Bagian Tubuh yang Tidak Boleh Disentuh oleh Orang Lain
orang tua perlu menekankan bagian-bagian yang tidak boleh disentuh atau dilihat oleh orang
lain. Selain itu, pelecehan seksual pada anak juga dapat dicegah dengan mengajari anak rasa
malu untuk memperlihatkan bagian-bagian intim kepada orang lain sejak dini.
2. Mengajarkan Anak untuk Mewaspadai Orang yang Tidak Dikenal
Cara untuk menghindari pelecehan seksual berikutnya adalah mengajarkan anak untuk bersikap
waspada. Anak juga perlu diajarkan untuk waspada terhadap orang yang tidak dikenal.
Jika ada orang yang tidak dikenal berusaha mendekatinya, termasuk memberikan barang atau
makanan, ajarkan anak untuk tidak tergoda. Apalagi orang tersebut sampai mengajak anak untuk
ikut dengannya. Pastikan anak mengerti dan tidak mau menerima ajakannya.
3. Mengajarkan Anak Apa yang Harus Dilakukan Jika Ada Orang yang Ingin Menyentuhnya
Pelecehan seksual pada anak salah satunya dapat dicegah dengan mengajarkan anak bagaimana
untuk bertindak. Selain kewaspadaan, orang tua juga perlu mengajari anak untuk bertindak
defensif.
4. Selalu Memantau Anak Saat Anak Bermain atau Melakukan Aktivitas di Luar Rumah
Pemantauan anak saat bermain dan melakukan aktivitas di luar rumah sangat penting. Sebab
pelecehan seksual pada anak sering terjadi saat si Kecil bermain di luar rumah.
5. Menjaga Keterbukaan dengan Anak
Menjaga keterbukaan dengan anak juga sangat penting agar anak bercerita kepada Anda apa
yang terjadi dalam kesehariannya, termasuk jika anak mengalami perlakuan-perlakuan yang
tidak sesuai, seperti pelecehan seksual.
BAB III
PEMBAHASAN
Masalah sosial kekerasan seksual terjadi akibat perilaku atau tindakan seseorang baik
yang memancing ataupun tidak memancing, yang disebabkan  laki-laki yang tidak menahan
hasratnya sehingga mereka melakukan kekerasan terhadap perempuan sikap atau perilaku
tersebut sangat tidak baik dan tidak boleh dicontoh karena menurunkan martabat dan harkat diri
orang yang diganggu nya. Tindakan seksual ini ada yang secara terang-terangan atau sembunyi-
sembunyi yang dipaksakan oleh seseorang untuk masalah sosial ini perlu dibicarakan baik-baik
di dalam kebijakan pemerintah dan hukum.
Setelah kami berdiskusi aktivitas utama rencana kami adalah merencanakan sex
education di masyarakat, dengan tindakan ini untuk mengatasi masalah kekerasan seksual yang
terjadi baik di dalam lingkungan keluarga sekolah dan masyarakat,
Alasan kami memilih sex education di dalam masyarakat ini agar masyarakat tahu cara
menanggapinya dan perlunya pembelajaran bela diri bagi perempuan  bukan itu saja, karena agar
mengajarkan bagaimana mereka bisa mengumpulkan bukti jika mendapatkan kekerasan dan
berani berbicara kepada hukum, dengan sex education ini mengajarkan tentang hak dan
perlindungan korban memberikan rehabilitasi dan intervensi kepada korban demikian hal yang
sama untuk pelaku agar tidak melakukan perbuatan seperti itu lagi, karena jika pelaku tersebut
dipenjara, maka tidak ada rehabilitasi, karena bisa saja ia akan melakukan kekerasan di dalam
penjara.Perilaku seks yang menyimpang dan minimnya pendidikan seks ini sebagai alasan
adanya kekerasan, maka perlunya adanya pembelajaran etika dari keluarga dalam mengenali
batasan.
Individu dan kelompok sangat berpengaruh yang mungkin bersedia mendukung
kebijakan yang kami usulkan ini yaitu sex education, untuk mendapatkan dukungannya kita bisa
melakukan sex education di bidang pendidikan terutama sekolah -sekolah dasar, karena
kekerasan seksual ini bukan hanya untuk orang dewasa saja tetapi banyak yang terjadi dari
kalangan anak-anak, maka perlunya mengedukasikan anak-anak agar lebih waspada sehingga
kepada remaja dan orang dewasa pun perlunya edukasi yang baik dan benar tanpa mengajarkan
hal yang negatif, karena kekerasan seksual Ini perilaku yang sangat menyimpang dan sangat
merugikan bagi siapapun ,untuk mendukung tindakan tersebut kami bisa mengedukasi baik
secara online maupun offline jika secara online kami bisa melakukan berbagai pembelajaran
melalui media sosial dan mengedukasikan masyarakat , jika secara offline kami bisa melakukan
pembelajaran dan edukasi kepada sekolah-sekolah.
Individu dan kelompok berpengaruh yang mungkin menentang kebijakan yang diusulkan
adalah kontra di masyarakat karena lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah
hal yang tabu dan pendidikan seks ini mendorong remaja untuk berhubungan seks sebagian
masyarakat masih berpandangan stereotipe dengan pendidikan seks sekolah sebagai suatu hal
yang vulgar, selama ini jika kita berbicara mengenai seks maka yang terbersit dalam benak
sebagian besar orang adalah hubungan seks padahal tidak semuanya seperti itu seperti sex
education mengajarkan agar berhati-hati, seksualitas berkaitan dengan identitas peran dan jenis
perasaan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual,
karena adanya dimensi sosial yang berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi
antar manusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan
mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks dan dimensi kultural menunjukkan perilaku Seks
itu merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
Kami mungkin bisa mendapatkan dukungan dari individu dan kelompok ini,walaupun
sebagian masyarakat belum sepenuhnya mendukung kebijakan kami tetapi dengan kami
menjelaskan kebijakan sex education terhadap masyarakat baik di dalam keluarga maupun
lingkungan kami bisa mengubah pola pikir masyarakat yang hanya beranggapan bahwa
membicarakan seks adalah hal yang tabu sehingga mendorong remaja untuk berhubungan seks,
padahal tidak semua seperti itu saya sex education ini hanya mencegah masyarakat agar lebih
menjaga dirinya sendiri dan tetap waspada.
Pejabat atau instansi pemerintah yang berpengaruh bersedia mendukung kebijakan yang
diusulkan yaitu adanya sex education di dalam pendidikan, kami bisa mendapatkan dukungan
mereka karena bagi orang dewasa dan orang yang mengerti pentingnya sex education sejak dini
mengajarkan agar lebih menjaga dirinya sendiri dan memahami pentingnya seks education dalam
pendidikan, karena kami tidak mengajarkan hal yang negatif tetapi kami mengajarkan hal yang
positif dan untuk kebaikan negara kami.
Dan instansi pemerintah berpengaruh yang mungkin menentang kebijakan kami adalah
masyarakat sekitar dan lingkungan keluarga terutama orang tua yang beranggapan bahwa
pendidikan seks sekolah ini atau sex education ini berbicara mengenai seks yang mendorong
remaja untuk berhubungan seks dan itu tidak baik padahal kami tidak mengajarkan seperti itu,
maka kami akan mengubah pola daya pikir masyarakat terutama pada lingkungan keluarga dan
meyakinkan orangtua bahwa sex education ini menjaga anak-anak mereka agar tidak melakukan
seperti itu, karena sudah banyak orang yang kecanduan bahkan melakukan seks tersebut terhadap
anak-anak ,maka pentingnya sex education sejak dini untuk anak-anak agar lebih menjaga
dirinya dan orang tua yang meyakinkan anaknya agar menjaga jarak terhadap laki-laki atau
terhadap orang dewasa yang tidak dikenalnya.
Kami mungkin bisa mendapatkan dukungan mereka, jika kami meyakinkan
mereka ,maka dari itu kami melakukan kebijakan sex education di dalam pendidikan sejak dini
di sekolah maupun di lingkungan masyarakat, karena banyak sekali kasus kasus kekerasan
seksual yang terjadi di Indonesia terhadap anak-anak maupun orang dewasa maka perlunya
mengubah pola daya pikir masyarakat, bahwa sex education ini dan pendidikan seks ini bukan
untuk hal negatif tetapi menunjukkan hal yang positif agar lebih mencegah dan menjaga anak.
Hal yang perlu di pahami :
1. Beri tahu bagian tubuh dan fungsinya
Studi yang diterbitkan dalam Adolescent Sexuality and The Media menunjukkan, semakin sering
anak terekspos dengan gambar seksual di media, akan lebih besar pula keterlibatan mereka
dalam perilaku seksual sejak usia sangat muda. Walaupun begitu, pendidikan seksual yang
sebenarnya tidak akan menuntun anak menuju pergaulan bebas. Edukasi seks membantu anak
untuk lebih memahami tentang tubuh dan membantu mereka mencintai tubuh mereka sendiri.
Sebelum masuk usia remaja, berikan edukasi seks mengenai area tubuh. Di samping itu,
sampaikan pada anak bahwa tidak ada yang boleh menyentuhnya tanpa izin, baik teman sebaya,
guru, atau orang dewasa lainnya.Tak lupa, beritahu anak bahwa bagian-bagian tubuh tertentu
sebaiknya tidak disentuh oleh siapapun.
2. Pubertas yang akan dialami
Sebelum memasuki masa puber, sebagai orangtua untuk menjelaskan apa saja perubahan pada
tubuh nantinya. Biasanya, memasuki usia 9 atau 10 tahun pubertas akan dimulai. Pada anak
perempuan, sampaikan bahwa ia akan mengalami pertumbuhan payudara juga mendapatkan
menstruasi pertamanya. Sementara pada anak laki-laki, selain pertumbuhan penis dan testis, ia
juga akan mengalami perubahan suara, hingga mimpi basah.
3. Aktivitas seksual
Pada usia ini, sudah sepatutnya bagi Anda mulai mengajarkan kepada anak mengenai hubungan
dengan lawan jenis. materi ini juga penting untuk disampaikan pada pendidikan seksual anak dan
remaja. Sampaikan kepadanya, bagaimana cara memperlakukan teman lawan jenis. Hal ini juga
berhubungan dengan edukasi seks mengenai aktivitas seksual. Sebagai contoh, beri tahu bahwa
berciuman dan berpelukan sudah termasuk ke dalam aktivitas seksual yang dilakukan oleh orang
dewasa.
4. Kekerasan dan pelecehan seksual
Edukasi seks atau pendidikan seksual tidak hanya memberikan pemahaman mengenai gambaran
aktivitas seksual. Sejak anak berada di sekolah dasar, berikan pemahaman mengenai pelecehan
seksual dengan bahasa yang mudah dimengerti. Jelaskan bahwa anak sudah harus bisa
melindungi diri sendiri. Tidak hanya itu saja, hal ini juga berupa intimidasi penampilan atau
bagian tubuh, hingga mencoba menyentuh bagian tubuh tertentu. Segala macam seks atas dasar
paksaan adalah bentuk pemerkosaan, tidak peduli pelaku adalah orang asing maupun yang
mereka kenal baik.
Cara :
1. Membelikan buku
Jika Anda merasa kesulitan memberikan edukasi seks dengan bahasa sendiri, coba untuk
menjelaskannya dengan bantuan buku. Belilah buku yang membahas soal pubertas dan
seksualitas khusus untuk anak seusianya.
2. Menciptakan suasana yang nyaman untuk berdiskusi
Sebagai orangtua, orang dewasa yang sebaiknya merangkap sebagai teman diskusi anak
mengenai berbagai hal, termasuk seks .Maka dari itu, saat memberikan edukasi mengenai seks
kepada anak atau remaja, ciptakan suasana yang nyaman.

3. Memberikan pendidikan seks secara berkala


Tak perlu menjejali anak dengan berbagai hal dalam sekali diskusi. Usahakan untuk
membicarakan satu topik tertentu dalam setiap kesempatan. Dengan begitu, anak jadi punya
kesempatan untuk menyerap dan mengingat informasi yang didapat.
BAB IV
PENUTUP
Kekerasan terhadap anak dapat terjadi kapan saja dan dimana saja termasuk pada saat di
rumah yang merupakan tempat bagi anak untuk berlindung, di tempat bermain yang merupakan
tempat bagi anak untuk berkembang, bahkan di sekolah, padahal sekolah merupakan tempat
dimana anak menerima pendidikan moral, etika dan akademik, bahkan menjadi rumah kedua
bagi anak. Namun, kenyataannya justru di sebagian sekolah terjadi kasus kekerasan. Baik yang
dilakukan oleh teman sepermainan, senior, guru atau penjaga kebersihan sekolah.

Alasan kami memilih sex education di dalam masyarakat ini agar masyarakat tahu cara
menanggapinya dan perlunya pembelajaran bela diri bagi perempuan bukan itu saja, karena agar
mengajarkan bagaimana mereka bisa mengumpulkan bukti jika mendapatkan kekerasan dan
berani berbicara kepada hukum, dengan sex education ini mengajarkan tentang hak dan
perlindungan korban memberikan rehabilitasi dan intervensi kepada korban demikian hal yang
sama untuk pelaku agar tidak melakukan perbuatan seperti itu lagi, karena jika pelaku tersebut
dipenjara, maka tidak ada rehabilitasi, karena bisa saja ia akan melakukan kekerasan di dalam
penjara.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada 9 Januari 2022
https://hellosehat.com/parenting/remaja/tumbuh-kembang-remaja/edukasi-seks-anak/
https://www.economica.id/2020/09/11/keterbukaan-pendidikan-seks-di-indonesia-hambatan-dan-
implementasi/
https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/sains/read/2021/10/10/080000823/15-macam-
kekerasan-seksual-yang-perlu-anda-ketahui
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3624837/cara-tepat-lindungi-anak-dari-pelecehan-
seksual
https://kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3220/upaya-kemen-pppa-wujudkan-
penanganan-kasus-kekerasan-terhadap-anak-secara-utuh
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.republika.co.id/berita/
nasional/umum/14/05/08/n590uo-ini-langkah-pemerintah-cegah-kekerasan-dan-pelecehan-
anak&ved=2ahUKEwib68D_36P1AhXlUWwGHUMMA8QQFnoECA8QAQ&usg=AOvVaw0v
oIMsVCrmOzLaZCbf3URY

Anda mungkin juga menyukai