Anda di halaman 1dari 7

Pelecehan Seksual

Oleh :

Diva Nur Asmianova (215020)


Salsabila Syahda Maharani (215021)
Yoga Wahyu Saputra (215024)
Kalia Labitta Putri Alivia (215026)
Queenyta Srikandi Salsabila (215028)
Kemala Krismayanti (215030)
Amir Muhammad Rifqi (215036)
Sindi Adita Ilmawati (215055)
Savira Ainur Ana (215060)
Mauludin Akhmad (215063)
Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Immanuel (2006), memaparkan bahwa pelecehan seksual merupakan bentuk
pembedaan dari kata kerja melecehkan yang memiliki arti menghinakan, mengabaikan, memandang rendah. Sedangkan
seksual berarti hal yang berkenaan dengan seks atau jenis kelamin, yang berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-
laki dan perempuan.

Jenis-Jenis Pelecehan Seksual.


1. Pelecehan di tempat tertutup, pelecehan ini dilakukan oleh pelaku secara tersembunyi, dengan tidak ingin terlihat oleh
siapapun, sehingga tidak ada saksi.
2. Groper, pelaku yang suka memegang-megang anggota tubuh korban. Aksi memegang-megang tubuh ini dapat dilakukan di
tempat umum atau ditempat yang sepi.
3. Opurtunis, yaitu pelaku mencari kesempatan adanya kemungkinan untuk melakukan pelecehan. Misalnya di tempat umum
yang penuh sesal, pelaku akan mempunyai kesempatan mendaratkan tangannya di bagian-bagian tubuh tertentu korban.
4. Confidante, yaitu pelaku yang suka mengarang cerita untuk menimbulkan simpati dan rasa percaya diri korban. Sebagai
contoh, korban mula-mula terbawa perasaan karena pelaku membawa korban pada situasi dimana sikorban dipaksa untuk
menjadi pelipur lara atas penderitaan yang diceritakannya.
5. Incompetent, yaitu orang yang secara sosial tidak kompeten dan ingin mendapatkan perhatian dari seseorang yang tidak
mempunyai perasaan yang sama terhadap pelaku pelecehan,kemudian setelah ditolak, pelaku balas dendam denga cara
melecehkan si penolak.
Dampak Pelecehan Seksual Terhadap Korban

Pelecehan seksual menimbulkan beberapa dampak terhadap korban. Adapun dampak tersebut sebagai
berikut.

A. Dampak psikologis, antara lain menurunnya harga diri, menurunnya kepercayaan diri, depresi, kecemasan,
ketakutan terhadap perkosaan, meningkatkan ketakutan terhadap tindakan-tindakan kriminal lainnya, rasa tidak
percaya, merasa terasing, mudah marah, penyalahgunaan zat adiktif, merasa marah pada pelaku, namun merasa
ragu untuk melaporkan pelaku, adanya bayangan masa lalu, hilangnya rasa emosi yang mempengaruhi hubungan
wanita dengan pria lain, perasaan terhina, terancam dan tidak berdaya

B. Dampak perilaku, antara lain gangguan tidur, gangguan makan, dan kecenderungan bunuh diri.

C. Dampak fisik, antara lain: sakit kepala, gangguan pencemaran (perut), rasa mual, menurun atau
bertambahnya berat badan, mengigil tanpa sebab yang jelas dan nyeri tulang belakang
kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu sebagai berikut:

- Optimisme

- Causal Analysis

- Empathy

- Self-efficacy

- Reaching Out

- Resiliensi Korban Pelecehan Seksual.


Penegakan / Perlindungan Hukum

Perilaku pelecehan seksual adalah perbuatan tercela yang dapat diukur dengan adanya pelanggaran terhadap
kaedah atau norma pada nilai-nilai sosial budaya sebagai suatu pedoman Tindakan-tindakan warga masyarakat, yang
menyangkut norma keagamaan, kesusilaan dan hukum.

Rumusan yang dimuat dalam KUHP, secara garis besar klasifikasi kekerasan seksual terbagi atas, perzinahan,
persetubuhan, pencabulan, pornografi. Pasal-pasal yang mengatur tindak pidana tersebut terdapat pada KUHP
mengenai kejahatan kesusilaan dan pelanggaran kesusilaan. Pencabulan (pasal 289-296; 2) penghubungan pencabulan
(pasal 286-288).

Menurut KUHP konsepsi kekerasan, sebagaimana tertuang pada pasal 289 KUHP, diartikan membuat orang pingsan
dan tidak berdaya. Apakah suatu kekerasan hanya menimbulkan rasa sakit, pingsan, luka dan tidak berdaya. Pengertian
diatas hanya menjelaskan penggunaan kekerasan secara fisik, pdahal masih ada bentuk penggunaaan kekerasan secara
psikis seperti pada peleccehan seksual, hal ini yang tidak dirangkum dalam KUHP.
Bagaimana dengan persoalan HAM?

Dalam konvensi Internasional, berkaitan dengan perlindungan hak asasi perempuan, maka pada
tanggal 10 Desember 1948 menekankan bahwa “setiap manusia dilahirkan merdeka dan sama dalam
martabat dan hak-haknya”. Artinya, hak asasi manusia (HAM) merupakan suatu hak yang melekat pada
diri manusia, hak bersifat universal, artinya ia dimiliki setiap manusia tanpa membedakan bangsa, ras,
agama maupun jenis kelamin.

Majelis Umum PBB pada tahun 1979 mengsahkan konvensi yang sangat bernilai kemanusiaan tinggi
yaitu Elimination Of All Forms Of Discrimination Against Women (CEDAW). Lebih dari 130 negara
menyeytujui untuk melaksanakan Sebagian besar dari konvensi tersebut. Walaupun kovensi tersebut
sangat komprehensif, masih banyak terlihat praktek-praktek penggunaan kekerasan terhadap
perempuan, seperti masih banyak ditemukan perdagangan perempuan, dengan ancamanatau
penggunaan kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai