Oleh :
Pelecehan seksual menimbulkan beberapa dampak terhadap korban. Adapun dampak tersebut sebagai
berikut.
A. Dampak psikologis, antara lain menurunnya harga diri, menurunnya kepercayaan diri, depresi, kecemasan,
ketakutan terhadap perkosaan, meningkatkan ketakutan terhadap tindakan-tindakan kriminal lainnya, rasa tidak
percaya, merasa terasing, mudah marah, penyalahgunaan zat adiktif, merasa marah pada pelaku, namun merasa
ragu untuk melaporkan pelaku, adanya bayangan masa lalu, hilangnya rasa emosi yang mempengaruhi hubungan
wanita dengan pria lain, perasaan terhina, terancam dan tidak berdaya
B. Dampak perilaku, antara lain gangguan tidur, gangguan makan, dan kecenderungan bunuh diri.
C. Dampak fisik, antara lain: sakit kepala, gangguan pencemaran (perut), rasa mual, menurun atau
bertambahnya berat badan, mengigil tanpa sebab yang jelas dan nyeri tulang belakang
kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu sebagai berikut:
- Optimisme
- Causal Analysis
- Empathy
- Self-efficacy
- Reaching Out
Perilaku pelecehan seksual adalah perbuatan tercela yang dapat diukur dengan adanya pelanggaran terhadap
kaedah atau norma pada nilai-nilai sosial budaya sebagai suatu pedoman Tindakan-tindakan warga masyarakat, yang
menyangkut norma keagamaan, kesusilaan dan hukum.
Rumusan yang dimuat dalam KUHP, secara garis besar klasifikasi kekerasan seksual terbagi atas, perzinahan,
persetubuhan, pencabulan, pornografi. Pasal-pasal yang mengatur tindak pidana tersebut terdapat pada KUHP
mengenai kejahatan kesusilaan dan pelanggaran kesusilaan. Pencabulan (pasal 289-296; 2) penghubungan pencabulan
(pasal 286-288).
Menurut KUHP konsepsi kekerasan, sebagaimana tertuang pada pasal 289 KUHP, diartikan membuat orang pingsan
dan tidak berdaya. Apakah suatu kekerasan hanya menimbulkan rasa sakit, pingsan, luka dan tidak berdaya. Pengertian
diatas hanya menjelaskan penggunaan kekerasan secara fisik, pdahal masih ada bentuk penggunaaan kekerasan secara
psikis seperti pada peleccehan seksual, hal ini yang tidak dirangkum dalam KUHP.
Bagaimana dengan persoalan HAM?
Dalam konvensi Internasional, berkaitan dengan perlindungan hak asasi perempuan, maka pada
tanggal 10 Desember 1948 menekankan bahwa “setiap manusia dilahirkan merdeka dan sama dalam
martabat dan hak-haknya”. Artinya, hak asasi manusia (HAM) merupakan suatu hak yang melekat pada
diri manusia, hak bersifat universal, artinya ia dimiliki setiap manusia tanpa membedakan bangsa, ras,
agama maupun jenis kelamin.
Majelis Umum PBB pada tahun 1979 mengsahkan konvensi yang sangat bernilai kemanusiaan tinggi
yaitu Elimination Of All Forms Of Discrimination Against Women (CEDAW). Lebih dari 130 negara
menyeytujui untuk melaksanakan Sebagian besar dari konvensi tersebut. Walaupun kovensi tersebut
sangat komprehensif, masih banyak terlihat praktek-praktek penggunaan kekerasan terhadap
perempuan, seperti masih banyak ditemukan perdagangan perempuan, dengan ancamanatau
penggunaan kekerasan.