Anda di halaman 1dari 8

PELECEHAN SEKSUAL

A. Pengertian Pelecehan Seksual


Pelecehan dapat dikatakan sebagai perbuatan segala bentuk perilaku yang melecehkan
atau merendahkan martabat yang berhubungan dengan dorongan yang dapat merugikan atau
membuat tidak senang pada orang yang dikenai perlakuan itu. Seksualitas merupakan tata
kehidupan dari manusia baik laki-laki maupun perempuan seperti tubuh dan jiwa yang
berkembang, seksualitas juga berkembang sejak dari kanak-kanak, remaja, dan dewasa dan
diimplikasikan dalam bentuk perilaku seksual yang terkandung dalam fungsi seksual
(Prawirohardjo, 2011).
Pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku yang melecehkan atau merendahkan
yang berhubungan dengan dorongan seksual, yang merugikan atau membuat tidak senang
pada orang yang dikenai perlakuan itu, atau bisa juga diartikan setiap perbuatan yang
memaksa seseorang terlibat dalam suatu hubungan seksual atau menempatkan seseorang
sebagai objek perhatian seksual yang tidak diinginkannya. Pada dasarnya perbuatan itu
dipahami sebagai merendahkan dan menghinakan pihak yang dilecehkan sebagai manusia
(Utamadhi, 2001).
Menurut Collier (1992) pengertian pelecehan seksual disini merupakan segala bentuk
perilaku bersifat seksual yang tidak diinginkan oleh yang mendapat perlakuan tersebut, dan
pelecehan seksual yang dapat terjadi atau di alami biasanya oleh semua perempuan.
Sedangkan menurut Rubenstein (dalam Collier, 1992) pelecehan seksual sebagai sifat
perilaku seksual yang tidak diinginkan atau tindakan yang didasarkan pada seks yang
menyinggung penerima. Dari beberapa definisi pelecehan seksual diatas dapat disimpulkan
bahwa pengertian pelecehan seksual itu sendiri merupakan perilaku atau tindakan yang
mengganggu, menjengkelkan, dan tidak diundang yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang terhadap pihak lain yang berkaitan langsung dengan jenis kelamin pihak
yang diganggunya dan dirasakan menurunkan martabat dan harkat diri orang yang
diganggunya. Pelecehan seksual itu sendiri bertindak sebagai tindakan yang bersifat seksual
atau kecenderungan bertindak seksual yang terimtimidasi non fisik (kata-kata, bahasa,
gambar) atau fisik (gerakan kasat mata dengan memegang, menyentuh, meraba atau
mencium) yang dilakukan seorang laki-laki terhadap perempuan.
B. Bentuk Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual yang dihadapi laki-laki maupun perempuan dalam berbagai bentuknya,
mulai dari komentar yang berkonotasi seksual dan kontak fisik secara tersembunyi
(memegang, sentuhan ke bagian tubuh tertentu) hingga ajakan yang dilakukan secara terang-
terangan dan serangan seksual (Santrock, 2007). Secara umum, pelecehan seksual ada 5
bentuk, yaitu :
a. Pelecehan fisik, yaitu: Sentuhan yang tidak diinginkan mengarah keperbuatan seksual
seperti mencium, menepuk, memeluk, mencubit, mengelus, memijat tengkuk,
menempelkan tubuh atau sentuhan fisik lainnya.
b. Pelecehan lisan, yaitu: Ucapan verbal/komentar yang tidak diinginkan tentang kehidupan
pribadi atau bagian tubuh atau penampilan seseorang, termasuk lelucon dan komentar
bermuatan seksual.
c. Pelecehan non-verbal/isyarat, yaitu: Bahasa tubuh dan atau gerakan tubuh bernada
seksual, kerlingan yang dilakukan berulang-ulang, menatap tubuh penuh nafsu, isyarat
dengan jari tangan, menjilat bibir, atau lainnya.
d. Pelecehan visual, yaitu: Memperlihatkan materi pornografi berupa foto, poster, gambar
kartun, screensaver atau lainnya, atau pelecehan melalui e-mail, SMS dan media lainnya.
e. Pelecehan psikologis/emosional, yaitu: Permintaan-permintaan dan ajakan-ajakan yang
terus menerus dan tidak diinginkan, ajakan kencan yang tidak diharapkan, penghinaan
atau celaan yang bersifat seksual.
Sedangkan menurut Imran (1998) dalam Karlina dan Prabowo (2014) bentuk- bentuk
pelecehan seksual antara lain:
a. Menggoda atau menarik perhatian lawan jenis dengan siulan.
b. Menceritakan lelucon jorok atau kotor pada seseorang yang merasakan sebagai
merendahkan martabat. Contohnya termasuk komentar yang menghina, gambar atau
tulisan yang merendahkan wanita, lelucon cabul atau humor tentang seks atau wanita
pada umumnya.
c. Mempertunjukkan atau memasang gambar-gambar porno berupa kalender, majalah atau
buku bergambar porno kepada orang yang tidak menyukainya.
d. Menggerakkan tangan atau tubuh secara tidak sopan kepada seseorang.
e. Memandangi atau mengerling kepada seseorang tanpa dikehendaki.
f. Menyentuh, menyubit dan menepuk tanpa dikehendaki.
g. Mengamat-amati tubuh seseorang secara berlebihan tanpa dikehendaki.
h. Mencium dan memeluk seseorang yang tidak menyukai pelukan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk pelecehan seksual
adalah pelecehan fisik, pelecehan lisan, pelecehan non-verbal/isyarat, pelecehan visual, dan
pelecehan psikologis/emosional.

C. Faktor Penyebab Pelecehan Seksual


Pelecehan seksual terjadi karena adanya beberapa faktor yang melatarbelakangi. Syaiful
(2015) mengemukakan bahwa faktorfaktor terjadinya pelecehan seksual adalah sebagai
berikut:
1. Faktor Psikologis Merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan
seseorang yang bisa merasakan senang dan tidak, yang disebabkan oleh latar belakang si
penderita, dikarenakan pernah mengalami pelecehan seksual pada masa kanak-kanaknya.
2. Faktor Sosiokultural (sosial budaya) Faktor sosial dan kebudayaan ini dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pesat, menyebabkan informasi baik dan buruk tidak dapat kita tahan. Sehingga informasi
negatif dan positif dapat diakses secara mudah, termasuk situs-situs porno yang tidak
layak ditonton tapi sangat mudah diakses oleh berbagai kalangan.
3. Faktor Pendidikan dan Keluarga Pendidikan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan pembentukan seseorang. Karena keluarga merupakan tempat pertama
meletakan dasar kepribadian anak. Sikap dan tindakanan apapun yang dilakukan oleh
orang tua dijadikan contoh anak dalam bersikap dan berperilaku.
4. Faktor Fisiologis (biologis) Faktor fisiologis ini juga sangat berpengaruh dalam
menentukan perilaku seseorang. Kondisi jasmani yang tidak sehat akan berpengaruh
terhadap perkembangan seseorang, termasuk kebutuhan biologis dalam memenuhi nafsu
seksualnya yang tinggi.
Di samping adanya faktor-faktor di atas yang menyebabkan terjadinya pelecehan seksual,
juga adanya pengaruh lingkungan, diantaranya adalah banyaknya video-video dan gambar-
gambar serta film porno yang beredar bebas di kalangan masyarakat. Dengan beredarnya
media-media porno tersebut, berakibat banyak terjadinya pelecehan seksual
5.Faktor Keagamaan
Kurangnya im
. Faktor-faktor terjadinya
Faktor internalpelecehan seksualpelecehan
adalah faktor juga dapatseksual
dibagi menjadi dua: dari dalam diri
yang berasal
1. Faktor
pelaku.Internal.
Adanya gangguan kejiwaan yang mempengaruhi pelaku, misalnya adalah pelaku
mengalami gangguan kejiwaan seks yang abnormal. Dengan adanya gangguan tersebut
maka akan mendorong pelaku melakukan kejahatan seksual kepada orang lain. Seseorang
pelaku yang mengalami kelainan jiwa dapat melakukan perbuatan-perbuatan kriminal
seperti pemerkosaan dan hal-hal lain yang menimbulkan kejahatan seksual kepada siapa
saja.
2. Faktor Eksternal.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri pelaku. Tingginya kasus-
kasus kejahatan kesusilaan atau pemerkosaan yang terjadi di sekeliling kita, menunjukan
bahwa faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap moral seseorang. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tanpa batas menyebabkan dampak yang negatif bagi
manusia. Selain itu keadaan ekonomi seseorang juga dapat menyebabkan seseorang
melakukan kejahatan seksual. Adanya uang dan jabatan memudahkan pelaku untuk
berlaku semena-mena. Pengaruh pola asuh dalam keluarga serta lingkungan seseorang
juga dapat berpengaruh pada pribadi pelaku yang mendorong untuk melakukan pelecehan
seksual.
Faktor-faktor di atas sangat berpengaruh terhadap perkembangan keperibadian seseorang,
orang yang pernah mengalami pelecehan seksual pada masa kecil menyebabkan mereka
mengalami gangguan mental dan fisik dari apa yang mereka alami dulu. Ketika dewasa
cenderung melakukan perbuatan yang sama pada orang lain.

D. Dampak Pelecehan Seksual


Menurut Karliana dan Prabowo (2014) adapun dampak-dampak dari pelecehan seksual
di bagi menjadi 3:
a. Dampak psikologis
Dampak psikologis antara lain menurunnya harga diri, menurunnya kepercayaan
diri, depresi, kecemasan, ketakutan terhadap perkosaan, meningkatnya ketakutan
terhadap tindakan-tindakan kriminal lainnya, rasa tidak percaya, merasa terasing, mudah
marah, penyalahgunaan zat adiktif, merasa marah pada si peleceh, namun merasa ragu-
ragu untuk melaporkan si peleceh, adanya bayangan masa lalu, hilangnya rasa emosi
yang mempengaruhi hubungan wanita dengan pria lain, perasaan terhina, terancam dan
tidak berdaya, menurunnya motivasi dan produktifitas kerja dan mudah marah.
b. Dampak perilaku
Dampak perilaku antara lain gangguan tidur, gangguan makan, dan
kecenderungan bunuh diri
c. Dampak fisik
Dampak Fisik antara lain: sakit kepala, gangguan pencernaan (perut), rasa mual,
menurun atau bertambahnya berat badan, memanggil tanpa sebab yang jelas dan nyeri
tulang belakang.
Rubenstein tahun 1992 (dalam Paramnastri, Ira. 2010) membuat daftar beberapa dampak
akibat dari pelecehan seksual pada perempuan secara pribadi yakni khawatir, tegang, lekas
marah, depresi, rusaknya hubungan pribadi, permusuhan, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kurang tidur, kelelahan, sakit kepala, dan bentuk-bentuk stress lainya. Akibat-akibat
pelecehan seksual yang telah di sebutkan di atas telah membawa dampak yang luar biasa bagi
korban pelecehan seksual itu sendiri baik dari psikologis, fisik maupun pikiran.

E. Cara Pencegahan Pelecehan Seksual


Pelecehan seksual bukan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, tapi juga membuat
korban rentan mengalami berbagai gangguan psikis, meliputi gangguan cemas, depresi,,
PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), dan histeria. Adapun cara mencegah pelecehan
seksual yang disarankan oleh Iswan Saputro, M.Psi., Psikolog (dalam Trihastuti, A., & Nuqul,
F. L. (2020).)
1. Menghindari Tempat yang Berbahaya
Lingkungan yang sepi, gelap, atau kemungkinan menjadi tempat orang untuk
bermabuk-mabukan adalah situasi yang sebaiknya kita hindari. Alasannya, di lokasi
tersebut memperbesar peluang bagi predator seks untuk melakukan aksinya. Bagi kamu
yang pulang kerja di malam hari, pilih jalan yang dilengkapi penerangan (lampu jalan)
dan tidak sepi. Jika memang kita tinggal di area yang cukup sepi, minta pasangan atau
anggota keluargamu untuk menjemput. Cara ini bisa kamu terapkan menghindari kamu
dari pelecehan seksual. Begitu juga dengan tempat yang sangat ramai, misalnya di
gerbong kereta api. Kamu sebaiknya memilih berada di gerbong wanita agar tidak
berdesak-desakan dengan penumpang pria, yang mungkin salah satunya punya niat tidak
baik terhadap kamu.
2. Jangan Percaya Penuh
Sebagai makhluk sosial, manusia saling membutuhkan satu sama lain. Akan tetapi,
bukan berarti kamu bisa menaruh rasa percaya sepenuhnya, apalagi terhadap orang yang
baru ditemui. Jadi, untuk menghindari pelecehan seksual, akan lebih baik bila kamu
sedikit menjaga jarak dengan mereka yang bukan anggota keluarga atau kerabat yang
benar-benar dekat.
3. Hindari Obrolan yang Berbau Porno
Obrolan berbau pornografi dapat membuat orang lain berpikir bahwa kamu
terbiasa dengan hal-hal yang berbau seksual. Oleh sebab itu, hindari obrolan yang terlalu
menjurus ke arah pornografi, terutama dengan orang yang baru dikenal. Dikhawatirkan,
lawan bicara sengaja memancing obrolan panjang agar ujung-ujungnya bisa membuat
kamu terbawa suasana sehingga tanpa sadar berbicara hal-hal berbau porno. Bila ini
terjadi, celah untuk melakukan tindak pelecehan seksual menjadi terbuka lebar.
4. Komunikasikan Batasan dengan Jelas
Bercanda dengan teman atau rekan kerja memang bisa membangun hubungan
yang baik. Akan tetapi, bercanda bisa saja kelewat batas. Bahkan, menjadi jalan bagi
orang lain untuk melakukan pelecehan. Lantas, bagaimana tindakan pencegahan agar
tidak kena pelecehan seksual? Komunikasikan batasan kamu. Hal ini menunjukkan jika
kamu memiliki privasi dan batas terhadap komunikasi atau perlakuan yang diterima dan
bagaimana kamu akan merespons ketika itu dilanggar. Jika kamu pernah mengalami
pelecehan yang berkedok candaan, cobalah untuk komunikasikan kalau kamu tidak suka
diperlakukan demikian. Dengan begitu, orang tersebut akan paham jika kamu tidak suka
diperlakukan demikian atau melakukan hal-hal di luar batas.
5. Kuasai Beberapa Metode Melumpuhkan Lawan
Walaupun sering diidentikan sebagai kelompok lemah, wanita harus bisa
memberikan perlawan kepada pelaku tindak kejahatan seksual. Kamu tidak perlu
menjadi ahli bela diri tertentu, cukup belajar beberapa teknik atau gerakan yang dapat
digunakan ketika menghadapi tindak kekerasan. Ini adalah cara yang penting untuk
mencegah terjadinya pelecehan seksual.
6. Berani Bersikap Tegas
Kamu tidak dilarang untuk bersikap ramah kepada siapa pun. Namun, kamu tetap
harus menjaga image diri agar tidak dicap sebagai orang yang selalu berpikiran dan
bersikap terbuka terhadap hal apa pun, apalagi bila berurusan dengan orang yang baru
dikenal. Apabila dipaksa atau mengalami perilaku tidak senonoh di luar dugaan, segera
ambil tindakan. Ceritakan kejadian yang kamu alami pada anggota keluarga dan kerabat
dekat terpercaya yang sudah dikenal lama. Di samping itu, laporkan pula tindakan
pelecehan seksual tersebut kepada pihak berwajib agar pelaku segera ditindak.
7. Bersikap Percaya Diri
Menurut salah satu komisioner Komnas Perempuan, Siti Aminah Tardi, wanita
yang terlihat tidak percaya diri dan tampak lemah lebih berisiko mengalami kekerasan
seksual ketimbang mereka yang percaya diri. Pasalnya, mereka yang tidak percaya diri
biasanya lebih takut melawan dan berbicara ketika menjadi korban kekerasan. Oleh
karena itu, jadilah lebih percaya diri sebagai upaya pencegahan terjadinya pelecehan
seksual.
8. Mempersiapkan Alat Pelindung Diri
Di tengah banyaknya laporan terkait kekerasan seksual, maka setiap orang harus
lebih mempersiapkan diri agar terhindar dari masalah tersebut. Salah satu bentuk
persiapannya adalah membawa alat perlindungan diri seperti semprotan cabe atau alat
setrum di dalam tas. Alat-alat tersebut dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan
terburuk ketika menghadapi kekerasan dalam bentuk apa pun, termasuk kekerasan
seksual.
DAFTAR PUSTAKA

Collier, Rohan (1992). Pelecehan Seksual : Hubungan Dominasi Mayoritas dan Minoritas.
Yogyakarta : PT. Tiara Wacana.
Paramnastri, Ira. (2010). Early Prevention Toward Sexual Abuse on Children. Jurnal Psikologi.
Putriningsih,Nedyan. Stansislaus, Sugiarta. (2012). Intensi Pekerja Rumah Tangga Korban
Pelecehan Seksual Untuk Melapor. Jurnal Psikologi Ilmiyah.
Santrock. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta : PT. Erlangga.
Syaiful Bahri dan Fajriani. (2015). Suatu Kajian Awal Terhadap Tingkat Pelecehan
Seksual di Aceh. Banda Aceh: Jurnal Pencerahan.
Trihastuti, A., & Nuqul, F. L. (2020). Menelaah pengambilan keputusan korban pelecehan
seksual dalam melaporkan kasus pelecehan seksual. Personifikasi: Jurnal Ilmu
Psikologi, 11(1), 1-15.
Utamadi, G dan Paramita Utamadi. (2001). Pelecehan Seksual? Hiii seraam!. Kompas.

Anda mungkin juga menyukai